PON-BOD ALFRUSTASIYAH
Sejarah berdirinya PON-BOD Alfrustasiyah tidak lepas dari pendiri pondok tersebut
yakni K.H.R. Hambali Abu Sujak Arruslani seorang ulama dengan gaya khas nyentriknya dan
kharismatik. Beliau adalah putra dari pasangan Mbah K.H.R. Abu Sujak Arruslani dan Ibu
Nyai Hj. Kardinah yang bertempat tinggal di Dk. Gayang, Desa Karangrejo, Bonang,
Demak. Perjalanan Mbah Hambali saat muda dimulai dengan riyadhoh dan tabarrukan di
tempat para Kyai serta makam para wali. Hingga suatu ketika Mbah Hambali didawuhi
Gurunya untuk hijrah dari tempat tinggalnya di wilayah Demak ke wilayah Caruban Lasem.
Kepindahan beliau ke wilayah caruban dimulai setelah menikah dengan Ibu Nyai Hj.
Shofiyah putri dari pasangan KH Abdul Hamid Baidlowi dan Nyai Hj. Jamilah Sarang.
Pernikahan Mbah Kyai Hambali dengan Ibu Nyai Shofiyah dikaruniai 8 putra-putri.
Bukan hanya namanya yang unik tetapi juga kegiatan didalamnya. Jika pondok
pesantren pada umumnya yang dilakukan santri adalah pengajian kitab,
Bahtsul Masa’il dan lainnya. Santri di Pon-Bod Al-Frustasiyah justru ditempatkan ditambak
garam, sawah, dapur rumah (sebagai penerima tamu) dan tukang bangunan. Sedangkan setiap
malam jum’at diadakan Tahlilan, yasinan, sholat taubat dan sebagianya. Mbah Hambali
membangun pondok pesantren ini tanpa ada campur tangan bantuan pemerintah dan para
santrinya juga tidak dipunggut biaya. Bentuk bangunan Pon-Bod Al-Frustasiyahini
menyerupai arsitek cina.
Salah satu santri Mbah Yai bercerita pengalamannya ketika Nyantri, bahwa selama
nyantri yang dilakukannya adalah menemani Mbah Yai bepergian dan ketika kembali ke
pondok memindahkan tanah untuk merapikan kawasan pondok. Ketika lapar maka makan
dan ketika capek maka istirahat, maka santri tersebut bertanya kepada Mbah Yai kapan akan
dimulai ngaji sedangkan yang selama ini dilakukan hanya hal-hal tersebut secara berulang-
ulang. Mbah Yai berpesan bahwa apa yang dilakukan santri jika diniati ngaji maka akan
tercapai keinginan dan tujuan dari ngaji, yaitu: pintar atau berilmu. Sang santri pun tidak
begitu saja menerima pesan yang disampaikan oleh Mbah Yai maka terjadilah perdebatan
atau eyel-eyelan. Keadaan tersebut merupakan wujud kedekatan dan kasih sayang antara
Mbah Yai dengan Santri. Keadaan tersebut juga sebagai bentuk dari pendidikan yang
diajarkan Mbah Yai untuk sikap sabar dan qonaah. Ketika dirasa santri sudah mampu
melewati ujian tersebut maka Mbah Yai biasanya melontarkan pertanyaan kepada santri
berkaitan dengan pendidikan dan ujian yang telah diberikan oleh Mbah Yai. Berdasarkan
keilmuan dan pengetahuan yang dimiliki oleh Mbah Yai maka Mbah Yai tidak pernah merasa
kawatir terhadap apa yang dilakukannya kepada santri-santrinya. Kekhawatiran muncul pada
santri yang tidak tahu maksud apa yang dilakukan Mbah Yai kepadanya.
Mbah Hambali memang dikenal kyai nyentrik oleh masyarakat dan memiliki banyak
karomah dan ceritanya berkembang dari mulut kemulut. Salah satunya adalah sebelum
meninggal beliau telah mempersiapkan makam untuk tempat peristirahatannya. Beliau
meninggal pada tanggal 28 Mei 2012. Dengan meninggalnya pengasuh pondok pesantren
tersebut, kini kepengurusan pesantrennya dilanjutkan oleh putra-putranya.