Setelah beberapa tahun, bersama salah satu teman saya dari Cipancur, KH.
Udin ditawari untuk ikut kuliah di PTI-Cipasung, kami pun menyetujuinnya dan
masuk jurusan baru di Fakultas Syari’ah. Yang mana terdiri dari beberapa
mahasiswa bahkan teman perempuan kami hanya ada tiga orang, di antaranya Ibu
H. Nunuy; Istri Alm. KH. Dudung Abdul Halim.
Kiai Abun adalah sosok Kiai paling aktif di pesantren dan Kiai perhatian
terhadap santrinya. Pernah suatu hari, ketika pengajian subuh sedang berlangsung,
saya diperintahkan oleh Emih Aisyah untuk pergi ke pasar untuk membeli
keperluan makan santri. Dengan perhatian Kiai Abun mempersilakan memenuhi
perintah tersebut, sebab beliau telah memahami hal tersebut. Jadi apabila ada
perintah dari Emih atau Abah, Kiai Abun tidak bertanya lagi.
Kiai Abun merupakan Kiai muda yang sudah mengabdikan dirinya pada
pesantren, saat itu beliau belum menikah bahkan masih kuliah. Saya juga
mengetahui bagaimana perjalanan asmaranya bersama Ibu. Hj. Tuti, sebab saya
sering pulang pergi Sukarame-Cipasung.
Karena di pesantren tidak ada yang namanya kurikulum, maka cara Kiai
Abun mengajar adalah dengan cara mengulas materi sebelumnya, atau beliau akan
bertanya secara acak kepada beberapa santri. Jika para santri sudah paham, beliau
akan melanjutkan kepada materi selanjutnya. Meskipun hanya beberapa santri
yang mendapatkan pertanyaan, tetapi beliau mengenal semua santrinya. Apabila
ada santri yang belum hafal atau belum paham, Kiai Abun akan mengulangi
penjelasannya atau membuat trik agar santri tersebut mudah memahami
materinya. Selain itu, di sela-sela pembelajaran beliau sering memberikan
motivasi santri baik tentang bagaimana supaya ilmu dapat bermanfaat ataupun
yang lainnya.
Sosok Kiai Abun yang luar biasa membuat siapapun segan terhadapnya.
Sikap beliau saat di pengajian dan hari-hari biasa tentu saja bebeda. Kiai Abun ini
benar-benar menggambarkan sosok yang disiplin terhadap santrinya, saat di kelas
pengajian mungkin memang serius. Namun di sisi lain beliau suka bergaul dengan
yang lain meskipun tidak pernah blak-blakan, bahkan terkadang juga
melemparkan lelucon.
Untuk lebih efektif Kiai Abun membentuk sebuah tim penggerak agar
santri lebih terkoordinir, beliau menamainya Tim Penggerak Kegiatan Santri yang
di singkat menjadi TPKS. Anggotanya terdiri dari empat orang, di antaranya saya
H.Mahtum, Pak H. Agus RW, Pak Rahmadin, dan Alm. Pak Rosadi. Semuanya di
bawah pantauan Kiai Abun, padahal saat itu beliau sedang menjabat sebagai
sekretaris pesantren. TPKS ini bukan semacam keamanan, bahkan pada saat itu
keamanan juga berada di bawah TPKS.
Pada tahun 1992 Kiai Abun mendirikan Madrasah Tsanawiyah yang mana
di kepalai langsung oleh beliau. Waktu itu angkatan pertama kurang lebih ada 30
orang siswa. Kiai Abun benar-benar aktif, sampai kegiatan Camping di Geger
Hanjuang pun beliau ikut turun langsung. Padahal bisa saja beliau menunjuk
seseorang untuk mengantrakan peserta camping mewakili dirinya. Saat itu
kebetulan peserta camping beragkat pada hari jumat, disana Kiai Abun menjadi
pemimpin solat Jumat. Selain itu, beliau juga aktif menjadi kepala sekolah di
SMA Islam Cipasung menggantikan Pak Ibrahim.
Banyak sekali keteladan yang bisa kita tiru mulai dari sikap, ucapan,
perilaku, kepemimpinan, dan kedisiplinan. Mengenai kedisiplinan hal ini adalah
yang tersulit, sebab ketika akan mendisiplinkan orang lain apabila dirinya tidak
disiplian akan sulit. Namun sikap tersebut sudah ada pada diri Kiai Abun.
1
Apabila diperintahkan oleh Pak Abun, sepertinya jika harus memindahkan gunung pun semua
orang akan siap