Anda di halaman 1dari 2

Bismillah

'afwan hanya ingin share cerita. 'afwan jika random. Apa yang ditulis di story ini adalah nasihat untuk
diri saya sendiri, apalagi bermanfaat untuk yang membaca itu semata-mata taufik dari Allah subhanahu
wa ta'ala Cerita ini tiak disertai dengan dalil ataupun hadist, akan tetapi akan saya nukilkan dari faidah
kajian ataupun kitab para ulama. Jika ada saran, bisa pm nggih.

Masih teringat jelas, ketika usai wawancara pendaftaran wisma muslimah Januari/Februari lalu di Masjid
Al Ashri. Ada seorang adik hafizhahallah yg bercerita mengenai perjalanan hijrahnya. Baarakallaahu fiiha.

Adik ini menceritakan bagaimana ia mendakwahkan tauhid di keluarganya.

Ustadz Abduh hafizhahullah menjelaskan (kurang lebih), "Dakwah di keluarga itu dengan akhlak."

Nasihat yang harus selalu diingat-ingat dan dipraktekkan di kehidupan sehari-hari.

Bulan Ramadhan tahun lalu adalah bulan Ramadhan yang sangat berbeda untuk saya. Untuk pertama
kalinya saya merasakan menjadi anak kost dan puasa di Jogja. Dan yang membuat istimewa adalah
Ramadhan di kampung Pogung. Dan kajian pagi di bulan Ramadhan oleh Ustadz Aris Munandar
hafizhahullah mengkaji kitab Ithaful Kiram merupakan bingkisan untuk orang-orang mulia yang berisi
bab-bab akhlak. Dan qodarullah waktu itu harus absent dari majelis tersebut. Setelah sekian lama sibuk
dengan perkara dunia, akhirnya Allah Ta'ala memberikan kesempatan mendengar kajian Ustadz Aris
hafizhahullah lewat audio rekaman. Halaman per halaman dibacakan oleh beliau hafizhahullah. Sangat
tertampar. Sungguh akhlak yang menulis story ini masih jauh dari apa yang beliau hafizhahullah bacakan
dari kitab Ithaful Kiram. Pada halaman 25 mengenai bab adab. Pada catatan kaki, berkata Imam Nawawi
dalam Syarah beliau Shahih Muslim, berkata Hasan Al Bashri, bahwasanya hakikat akhlak mulia adalah
tiga hal :

1. Suka membantu orang lain.

Punya peduli, gemar dan suka membantu orang lain, gemar menebar manfaat.

2. Tidak mengganggu orang lain.

Tidak dzolim kepada orang lain, tidak suka usil.

3. Wajah mudah tersenyum

Wajah yang ceeia. Ringan untuk tersenyum.

Beliau hafizhahullah menjelaskan orang yang berupaya mengambil simpati manusia adalah orang yang
tidak masa bodoh dengan manusia. Bisa dengan menyapa duluan, mengajak senyum duluan, menegur
duluan, kemudian dengan inisiatif melihat orang lain repot, mendekat, lalu membantu.

Itu sepenggal faidah dari apa yg Ustadz Aris Munandar hafizhahullah jelaskan dari kitab Ithaful Kiram.
Ketika liburan panjang semester dua yang lalu masih posisi di Gunungkidul. Tentu 3 bulan waktu yang
lama dan rindu sekali dengan majelis ilmu. Sampailah saya meminta nasihat kepada seorang kakak
ketemu gedhe hafizhahallah.

Nasihat dari Mbak At-tadzkirah hafizhahallah (kurang lebih), "Bukankah kita mempelajari ilmu itu untuk
diamalkan? Tentu anti sudah sering mendengar nasihat Ustadz hafizhahumullah mengenai siapakah
yang paling berhak merasakan perubahan akhlak kita setelah ngaji? Iya, orang tua kita. Jangan sia-siakan
ladang pahala yang ada didepan mata anti."

Setelah membaca nasihat beliau hafizhahallah tersebut, mak jleb dan nangis. Tanpa sadar saya sudah
menyia-nyiakan landang pahala didepan mata. Baarakallaahu fiik, Mba At-tadzkirah.

Moga Allah selalu memberikan kita taufiq.

Wallahu a'lam.

#ntms

#jika ada yg ingin mengoreksi, sangat dipersilahkan.

Anda mungkin juga menyukai