Mata Kuliah
Alamsyah, M.Ag
Di susun Oleh :
Yuliani : (180103030044)
BANJARMASIN
2020
Nama lengkapnya, ialah Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Amad, Imam
besar Abu Hamid Al-Ghazali Hujjatul-Islam. Dilahirkan di Thusia, suatu kota di Khurusan
dalam Th,450 H. 91058 M). Ayahnya bekerja membuat pakaian dari bulu (wol) dan
menjualnya dpasar Thusia.
Sebelum meninggal ayah Al-Ghazali meninggalkan kata pada seorang ahli tasawuf
temannya, supaya mengasuh dan mendidik Al-Ghazali dan adiknya Ahmad. Setela meninggal
ayahnya, maka hiduplah Al-Ghazali dibawah asuhan ahli tasawuf
Harta pusaka yang diterimanya adalah sedikit sekali. Ayahanya seorang miskin yang
jujur, hidup dari usaha sendiri bertenun kain bulu. Disamping itu, selalu mengunjungi rumah
alim ulama, memetik ilmu pengetahuan, berbuat jasa dan memberi bantuan kepada mereka.
Apabila mendengar huraia alim ulama itu maka ayah Al-Ghazali menangis tersedu-sedu
serayanya memohon kepada Allah swt. Kiranya dia diangrahi seorang putera yang pandai dan
berilmu.
Pada masa kecilnya Al-Ghazali mempelajari ilmu fiqih di negeri sendiri pada Syekh
Ahmad bin Muhammad Ar-Razikani. Kemudian pergi kenegeri Juijan dan belajar pada Imam
Abi Nasar Al-Ismail. Setelah mempelajari beberapa ilmu di negeri tersebut, berangkatlah Al-
Ghazali ke negeri Nisapur dan belajar pada Imam Al-Haramain. Disanalah mulai kelihtan
tanda-tanda ketajaman otaknya yan luar biasa dan dapat menguasai beberapa ilmu
pengetahuan pokok pada masa itu seperti ilmu mantik (logika), falsafah dan fiqih madzhab
Syafii. Iman Al-Haramain amat berbesar hati dan selalu mengatakan: Al-Ghazali itu lautan
tak bertepi.
Al-Ghazali meninggalkan pusaka yang tak dapat dilupakan oleh umat muslimin
khususnya dan dunia umumnya dengan karangan-karangan yang berjumlah hampir 100 buah
banyaknya. Diantaranya kita IHYA yang terdiri dari empat jilid besar,. Didalam dunia
Krisren telah lahir pula kemudian Thomas a Kempis (1379-1471 M) yang mendekati dengan
pribadi Al-Ghazali dalam dunia Islam, berhubungan dengan karangannya “ De Imitation
c\hristi” yang sifatnya mendekati IHYA tetapi dipandang dari pendidikan kristen.
Iya Ulumuddin atau Al-Ihya merupakan kitab yang membahas tentang kaidah dan
prinsip-prinsip dalam menyucikan jiwa (Tazkiyatul Nafs) yang membahas perihal
penyakit hati. Kitab ini merupakan karya yang paling terkenal dari imam Al-Ghazali.
Hanya saja kitab ini memiliki kritikan, yaitu meskipun Imam Al-Ghazali merupakan
sorang ulama, namun dia bukanlah seorang pakar dalam bidang hadist, sehingga ikut
tercantum hadist-hadist tidak ditemukan sanadnya, berderajad lemah maupun maudhu.
Hal ini menyebabkan banyak ulama dan para ahli hadist yang berupaya meneliti, memilah
dan menyusun ulang terhadap takhrij hadist yang termuat di dalam kitab IHYA
ULUMUDDIN. D antara ulama ahli hadist yang menyusun ulang kitab hadist
berdasarkan IHYA ULUMUDDIN ini adalah Imam Ibnul Jauzi dan Imam Qudamah Al-
Maqdisi yang menulis kitab Minhajul Qashidin dan Ikhtisarnya.
Kitab Ihya Ulumuddin memiliki tema utama tentang kaidah dan prinsip dalam
penyucian jiwa yakni menyeru kepada kebersihan jiwa dalam beragam, sifat taqwa,
konsep juhud, rasa cinta yang hakiki, merawat hati serta jiwa dan senantiasa menan at
ikhlas di dalam beragama. Kandungan lain dari kitab Ihya Ulumuddin ini berkenaan
tentang wajibnya menuntuk ilmu, keutamaan ilmu, bahaya tanpa ilmu, persoalan-
persoalan dasar dalam ibadah eperti penjagaan tharah dan shalat, adab-adab terhadap Al-
Qur`an, dzikir dan doa, penerapan adab seorang muslim didalam berbagai aspek
kehidupan, hakikat persaudaraan, bimbingan memperbaiki Akhlak, bagaimana
mengendalikan syahwat, bahaya lisan, mencegah sifat benci dan emosi, zuhud, mendidk
rasa syukur dan sabar, menjauhi sifat sombong, ajakan senantiasa bertaubat, pntingnya
kedudukan tauhid, pentingnya niat dan kejujuran, konsep mendekatkan diri kepada Allah,
tafakur, mengingat mati dan rahmat Allah, dan mencintai Rasulullah.
Pada bagian jidil 1 dalam kitab Ihya Ulumuddin ini pertama-tama kita akan menemui
sejarah dari pengarang kitab ini yaitu Imam Al-Ghazali.
Dalam Kitab Ihya Ulumuddin ini terdapat 4 Rubu, yang pertama yaitu ada rubu ibadah,
pada bagian rubu ibadah ini melengkapi sepuluh kitab yaitu;
1. Kitab Ilmu
Pada pembahasan dalam Kitab Ihya pada bagian jilid 1 ini kita akan mendapati
berbagai macam pembahasan seperti
1. Kitab Ilmu
a. Keutamaan belajar dan berbagai hadist-hadist nya
b. Keutamaan mengajar dan berbagai macam hadist-hadistnya
c. Tentang dalil-dalil Aqli, yang dicari dari pepmbahasan bab ini adalah mengenal
fadhilah (kelebihan) dan kenilaian ilmu, dan selama belum dipahami kelebian itu
sendiri dan tidak diselidiki maksd dri padanya, maka tak mungkinlah diketahui
adanya kelebihan itu menjadi sifat bagi ilmu atau bagi yang lain dari segala
persoalan.
d. Ilmu terpuji dan tercela, pada bagian ini mengeni ilmu terpuji dan tercela, bagian-
bagiannya dan hukum-hukumnya, pada penjelasanya apakah yng fardhu ain dan
apakah yang fardhu kifayah.
e. Ilmu fadhi kifayah, pada bagian ini menjelaskan bahwa fadhu tidak berbeda
dengan yang tidak fardhu, kecuali dengan menyebutkan bagian-bagian ilmu, dan
ilmu-ilmu itu dengan disangkutkan kepada fardhu yang sedang kita bicarakan ini,
yang terbagikepada ilmu syari`ah dan bukan ilmu syari`ah.
f. Tercelanya ilmu tercela, pada bagian ini menjelaskan ilmu yang diaangap orang
awam, terpuji dan sebenarnya tidak, padanya pnjelasan segi ang menyebabkan
sebagian ilmu itu menjadi tercela dan sepenjelasan penggantian nama-nama ilmu,
yaitu fiqih, ilmu, tauhid, tadzkir, dan hikmah. Dan penjelasan batas tercela dari
1. Keutamaan Wudhu
4. Kitab Rahasia Sholat
Pada bagian ini menjelaskan berbagai macam zakar dan atata cara pengeluarannya.
Pada bagian jilid 2 dalam kitab Ihya’ Ulumiddin ini pertama-tama kita akan menemui
tentang kitab kehidupan.
c. Bagian Jilid 3
Pada Bagian jilid 3 dalam kita Ihya Ulumuddin ini, terdapat beberapa pembahasan seperti:
Pada bagian ini menjelaskan bahaya lidah dan keutamaan diam, ketahuilah, bahwa
bahaya lidah itu besar. Tiada teriepas dari bahayanya, selain dengan diam. Maka karena
itulah, agama memuji diam dan mengajak kepada diam.
Dinukilkan dari ulama salaf (ulama terdahulu), bahwa pada kata-kata sindiran itu,
kebebasan dari pada kedustaan. Umar r.a. berkata: “ Adapun pada kata-kata sindiran itu, apa
3. Bahaya Lidah
Dalam sub pembahasan ini, dijelaskan batas fitnah dan apa yang harus diperbuat pada
penolakannya.
Ketahuilah bahw namimah (fitnah) itu, sesungguhnya ditujukan pada umumnya, kepada
orang yang menyampaikan kata orang lain kepada orang yang diperkatakannya. Seperti
engkau mengatakan :Si Anu mengatakan tentang engkau demikian dan demikian.
Dan namimah itu tidak khusus dengan bgitu saja. Akan tetapi batasnya, ialah:
menyingkapkan apa yang tidak disukai menyingkapkannya. Sama saja ketidak sukaan itu
oleh orang yang diambil berita dari padanya atau oleh orang yang disampaikan berita
kepadanya. Ataupun oleh orang ketiga, dan sama saja menyingkapkan itu dengan perkataan
atau dengan isyarai.
Segala puji bagi Allah yang tidak berpegang kepada kema`afan dan ke-rahmatan-nya,
selain orang-orang yang mengharap. Dan tidak takut kepada bunik kemarahan dan
keperkasaan-Nya, selain orang-orang yang takut. Ia yang mengangsur kearah kebinasaan
hamba-hamba-Nya, dimana mereka tiada mengetahuinya. Dia mengerasi nafsu-syahwat
mereka. DIA mencoba mereka dengan kemarahan dan memberatkan mereka menahan
kemarahan itu, mengenai apa yang dimarahi mereka. Kemudia Dia keliling-kan mereka
dengan hal-hal yang tidak disukai (AL-MAKAARIH) dan berbagai macam kesenangan.
Daan ia mnaguhkan kepada mereka untuk ia melihat, bagaimana mereka berbuat.
5. Tercelanya Dengki
Pada bagian ini membahas tentang tercelanya dengki, tentang hakikat dengki, sebab-
sebab dengki, pengobatannya dan tujuan kewajiban pada menghilangkannya.
6. Hakikat Dengki
Ketahuilah, bahwa tak ada dengki, kecuali atas nikmat. Apabila Allah Ta`ala memberi
nikmat kepada saudara mu, dengan sesuatu nikmat, maka bagi mu dua hal padanya. Pertama:
bahwa engkau benci nikmat itu dan engkau menyukai hilangnya. Hal ini dinamai: dengki.
Maka dengki itu, batasnya: benci kepada nikmat dan menyukai hilangnya pada orang yang
dinikmati dengan nikmat tersebut. Hal kedua: bahwa engkau tidak menyukai hilangnya dan
tidak benci akan adanya kekanya nikmat itu. Tetapi engkau mengingini bagi diri engkau,
nikmat seperti itu. Ini dinamakan : keiginan (ghitbthah). Kadang-kadang di khususkan
dengan nama: loba-berlomba (al-rnunafasah). Kadang-kadang al-rnunafasah itu dinamakan:
dengki, dan engki itu dinamakan al-munafasah.nia
7. Tercelanya Dunia
Segala puji bagi Allah yang memperkenalkan kepada para waliNya, kerusakan-kerusakan
dan bahaya-bahaya dunia. Ia menyingkapkan kepada mereka, segala kekkurangan dan yang
memalukan dari dunia. Sehingga para wali itu memperhatikan pada bukti-bukti dan tanda-
tanda dunia. Mereka beriimbang dengan kebaikan akan keburukannya. Lalu mereka
mengetahui, kemungkaran dunia itu bertambah dari kebaikannya Tiaada yang sempurna
diharapkan dari dunia, dengan yang ditakutkan. Tiada yang selamat muncul dari dunia itu, da.
Akan tetapi, dunia itu dalam bentuk wanita manis. Ia menarik hati manusia dengan
kecantikannya. Ia mempunyai rahasia-rahasia buruk dan keji, yang membinasakan orang-
orang yang ingin berhubungan dengan dia. Kemudia, ia melarikan diri dari orang-orang yang
mencarinya, kikir dengan penerimaan baiknya. Apabila ia terima dengan baik, niscaya tidak
aman dari kejahatan dan buruk sesudahnya, kalau ia berbuat baik sesaat, niscaya ia berbuat
jhahat setahun. Maka lingkaran penerimaan baiknya itu berbputar dekat-mendekati.
d. Bagian Jilid 4
Pada bagian jilid 4 dala Ihya’ Ulumuddin ini akan ditemui kitab-kitab tentang
tobat, sabar dan syukur.
Melalui kitab nya, Al-Ghazali dinilai mampu mendamaikan rasionalisme disiplin ilmu
kalam yang ortodoks dengan operasionalisasi fikih terapan dan argumentas filsafat yang
mumpuni. Kitab ini oleh para ulama dianggaap sebagai penanda puncaknya keemasan
disiplin ilmu tasawuf amali.
Namun kitab Ihya ulumuddin ini tidaklah sepenuhnya bercorak tasawuf amali, yang
berisi tentang amalan-amalan, tetapi dalam kitab ini juga terdapat sepercik jenis tasawuf yang
bercorak akhlaki. Hal ini dikarenakan dalam kitab Ihya ini terdapat tasawuf yang
berkonsentrasi kepada teori-teori perilaku, budi pekerti atau perbaikan akhlak, hal ini bisa
dilihat pada pembahasan adab belajar dan adab kepada mursyid.
E. Kesimpulan
Kitab Ihya Ulumuddin merupakan kitab yang membahas tentang kaidah dan prinsip
dalam penyucian jiwa yang membahas perihal penyakit hati, pengobatannya, dan mendidik
hati. Kitab ini merupakan karya yang paling terkenal dari imam Al-Ghazali. Kitab Ihya
Ulumuddin ini terdiri dari empat rubu, rubu pertama yaitu rubu al-ibadat, kedua rubu al-adat,
ketiga rubu al-muhlikat, dan keempat rubu al-munjiyat.
Kitab Ihya Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali ini juga bercorakakan tasawuf amali,
karena membahas tentang amalan-amalan dalam peribadahan, namun selain bercorak amali,
Wallahu`alam bissawab