Anda di halaman 1dari 6

SANG MUROBBY TELADAN UMMAT ABUYA AL-HABIB HASAN BIN AHMAD

BAHARUN
MUQODDIMAH
Bermula berkata sebagian ulama:
‫عند ذكر الصالحين تنزل الرحمة‬
“Ketika disebutkan Riwayat orang-orang sholeh maka turunlah Rahmat Allah SWT”
Inilah untaian Mutiara dari Riwayat hidup seorang yang sholeh, yang dicintai oleh
Allah SWT dan RosulullahSAW, setiap napas dan langkahnya hanyalah untuk mencari ridlo
Allah SWT dan RosulNya SAW, setiap sikap dan prilakunya menggambarkan suri tauladan
datuknya baginda Nabi Muhammmad SAW, semoga kitab isa mencontoh dan meneladani suri
tauladan ini dalam kehidupan kita, yang pastinya menjadikan kehidupan kita Bahagia didunia
dan diakhirat, disertai ridlo Allah SWT dan berkumpul di surga Firdaus bersamanya dan
datuknya, baginda Nabi Muhammad SAW. Amiin ya Rabbal’Alamiin.
Adda’I ilallah Almurabby Al-ustadz Alhabib hasan bin Ahmad Baharun dilahirkan si
Sumenep pada tangggal 11 Juni 1934 dan merupakan putra dari Al-habib Ahmad bin Husein
bin Thohir Bin Umar Baharun dengan Syaikhoh Fathmah Binti Ahmad Bachabazi.
Beliau salah satu cucunda Rasulullah SAW, yang semenjak kecil kedisiplinan dan
kesederhanaan telah ditanamkan oleh kedua orang tua beliau, sehingga mengantarkannya
tumbuh menjadi sosok pribadi yang mempunyai akhlak dan sifat-sifat yang terpuji.
Pendidikan agama selain diperoleh dari bimbingan orang tuanya, ia juga dapatkan fari
Madrasah Makarimul Akhlaq Sumenep dan dari kakeknya yang dikenal sebagai ulama besar
dikabupaten Sumenep yaitu Al-ustadz Syekh Ahmad Bin Muhammad Bachabazi yang
senantiasa membina dan membimbingnya dengan penuh kasih saying dan kesabaran.
Setelah kakeknya meninggal dunia, ia menimba ilmu agama dari paman-pamannya
sendiri, yaitu kepada ustadz Usman Bin Ahmad Bachabazi dan kepada ustadz Umar Bin Ahmad
Bachabazi. Semangat belajar Abuya Habib Hasan Baharun semenjak kecil memang dikenal
rajin dan ulet bahkan apabila bulan Ramadhan tiba, selepas melaksanakan sholat tarawih dan
tadarus al-qur’an beliau lanjutkan dengan belajar dan mendiskusikan masalah agama kepada
Ustadz Usman sampaitiba waktu sahur.
Dan beliau menjadi murid kesayanganAl-Faqih Al-Habib Umar Ba’agil Surabaya. Pada
Habib Umar Ba’agil inilah beliau banyak memperdalam ilmu fiqh disamping ilmu-ilmu
lainnya.
Disamping Pendidikan agama, beliau juga menuntut ilmu umum serta aktif dalam
berorganisasi, baik remaja masjid ataupuun organisasi lainnya.
Sifat-Sifat Dan Kisah-Kisah Keteladanan Abuya Habib Hasan Baharun
Abuya Habib Hasan mempunyai sifat dan teladan yang menonjol, yang sudah sangat dikenal
oleh kalangan santri dan guru-guru, kalangan habaib dan ulama serta Masyarakat yang sering
berkomunikasi dengan beliau, sebagai seorang figure ulama yang betul-betul mewarisi sifat-
sifat, sikap dan perjuangan datuknya A-Mustofa Nabi Muhammad SAW. Diantaranya adalah:
• Sifat sabar
Beliau seorang yang penyabar, sifat kesabarannya sangat luar biasa, sebagaimana
kesaksian dan cerita yang dilukiskan oleh ayahandanya sendiri Al-Habib Ahmad bin
Husein Baharun: “hasan itu sangat sabar, kalau saya marahi walaupun dia tidak salah
tapi tidak pernah menjawab, dan apabila difitnah dan diganggu orang, tidak pernah
membalas, dan hanya kepada saya dia menceritakan agar didoakan sehingga diberikan
kekuatan dan kesabaran dalam menghadapi cobaan dan fitnahan tersebut”. Begitu
menurut penurutan Habib Ahmad Baharun pada waktu Habib Hasan menghadap Ilahi.
Kesabaran beliau sulit dilukiskan, baik dalam hal membina dan membimbing santri
serta menghadapi kenakalan santri dan orang-orang yang mengganggu pondok
pesantren.
Abuya Habib Hasan dalam menghadapi orang-orang yang memfitnah dan mengganggu
pondok, justru mereka diberi hadiah dengan berulang kali, bahkan membantu urusan
mereka seakan-akan beliau tidak tahu bahwa orang tersebut mengganggunya.
Oleh karena itu, Abuya Sayyid Muhammad alMaliki Mekkah, sebagai guru dan musyrif
pondok pesantren, Abuya Habib Hasan dirikan berkata: “apabila kamu ingin
mencontoh kesabaran, jiwa perjuangan dan tawakkal, maka contohlah ustadz Hasan
Baharun”
• Sifat Ikhlas
Sebagaimana sering diungkapkan Abuya Habib Hasan dalam menasehati para santri
dan para guru agar senantiasa menata niat dalam setiap tindakan dan amal yang akan
dilakukan. Hal ini merupakan cerminan dari kepribadian beliau yang senantiasa
menjadikan keikhlasan sebagai pondasi dari setiap amaliah yang beliau laksanakan,
termasuk pendirian pondok. Sebagai sebuah bukti dari keikhlasan beliau ketika ada
guru-guru yang mengusulkan agar membuat papan nama pondok di tepi jalan, beliau
tidak langsung mengabulkan permintaan tersebut. Namun karena beberapa kali guru-
guru tetap mengusulkan dengan alasan banyak wali santri yang tidak tahu lokasi
pondok dan sering kesasar karena bingung mencari Alamat pondok, baru hal tersebut
dikabulkan tiga tahun sebelum beliau wafat.
Demikian pula beliau dalam memilih tenaga pengajar, maka yang pertama kali dilihat
adalah keikhlasannya. Para guru baru yang mau mengajar pondok, diuji tingkat
keikhlasannya, karena beliau berpendapat bahwa apabila gurunya tidak Ikhlas akan
menularkan ilmu yang tidak Ikhlas pula.
Alhabib Zein Bin Smith Madinah mengatakan: “ Ustadz Hasan adalah salah seorang
yang Mukhlis, beliau mendirikan pondok pesantren atas dasar Ikhlas”
• Sifat Syukur ni’mat
Ustadzah Syarifah Khodijah Alhinduan sitri yang setia dan solehah, yang selalu
mendampingi dan membantu perjuangan Abuya Habib Hasan Baharun, beliau bagaikan
Sayyidatuna Khodijah untuk baginda Rosulullah SWA, beliau berkata: “beliau (Abuya
Habib Hasan) sangat menghargai nikmat”. Sekecil apapun nikmat Allah SWT yang
diberikan kepada kita, maka kita harus menghargai dan tidak boleh menyia-nyiakannya.
Ustadz Hasan sangat membenci orang yang membuang makanan dan minuman.
Meskipun sisa minuman itu hanya berupa air putih yang tidak habis diminum dalam
gelas, beliau Melarangnya untuk dibuang. Beliau berkata :” Biarkan…!
Barangkalidiminum lagi dilain waktu, kaarena kita tidak bisa menhitung berapa besar
nikmat dalam tiap tetes air tersebut. Kalau tidak memungkinkan, kitab isa menyiramkan
ke tanaman agar bermanfaat terhadap tanaman tersebut”.
• Sifat Istiqomah dan Disiplin
Sifat Istiqomah Abuya Hasan Baharun sudah tidak diragukan, istiqomah
meruakan karomah yang paling tinggi seorag wali,
‫اإلستقامة خير من ألف كرامة‬
“Istiqomah lebih besar dari pada seribu karomah”
Salah satu tanda dari sifat istiqomah beliau, tcemin pada kyivtas beliau sehari-hari, bangun dini
hari pada jam dua malam merupakan sebuah tradisi yangselalu beliau tekuni, di manapun,
kapanpun dan dalam kondisi apapun, walaupun baru berhenti beraktivitas dan pulang ke rumah
jam 12.00 malam, beliau tetap bangun, lalu berangkat ke maktab/ kantor untuk bertahajju,
membaca wirid serta mutholaah kitab, kemudian membangunkan santri dan para guru pda ukul
03.00 malam, bahkan untuk menjaga keistiqomahan tersebut, beliau mewajibkan santri yang
menjaga malam di pintu gerbang untuk membangunkan tepat pukul 02.00 malam dengan bl
yang keras terpasang di kamar beliau, dan di pos juga tersebut tertulis diantara tugas/ kewajiban
penjaga malam wajib membangunkan Abuya Habib Hasan Baharun tepat pada pukul 02.00
(tidak boleh lebih / kurang ).
Adapun tentang kedisiplinan beliau, Alhabib Zein Baharun putra yang menjadi khalifah eliau
untuk memimpin pondokpesantren Darullughah Wadda’wah bercerita, bahwa Ketika waktu
pernikahan Habib Zein tinggal satu hari, beliau menghadap ayahnya untuk meminta izin ke
Surabaya guna menyelesaikan keperluan-keperluan yang belum disiapkan.
Bukannya memberi izin, Habib Hasan malah memerintahkannya untuk menjemput seorang
guru dengan mobil pondok dan disuruh menyetir sendiri.
Mendengar itu, Habib Zein mengajukan izin lagi dan menyampaikan bahwa kesempatannya
tinggal hari ini saja, tidak ada waktu lagi, dengan serius Habib Hasan tetap menolaknya,
kemudain Habib Zein mendatangi ibundanya dan mengadukan hal tersebut. Bukannya
membela, Ustadzah Khadijah malah memberikan nasehat dan menyuru beliiu agar mentaati
perintah ayah handanya.
Habib Zein Kembali menghadap dan menyatakan siap melaksanakan apayang
diperintahkannya. Di saat itu, Abuya Habib Hasan menyampaikan pesan :”Tinggalkanlah
urusan pribadimu yang paling besar sekalipun demi melaksanakan urusan pondok yang paling
kecil”.
• Sifat Tawakkal dan Dermawan
Abuya Habib Hasan mempunyai jiwa tawakkal yang luar biasa, pada saat krisis ekonomi
menimpa bangsa Indonesia neliau justru membangun Gedung berlantai tiga untuk
madrasah/asrama santri dengan biaya awal hanya sebesar Rp 5.000.000,- sehingga hal tersebut
menimbulkan keraguan dari beberapa orang, yang diantara mereka datang ke pondok dan
bertanya kepada beiaiau “Ya Ustadz sekarang masa krisis, kok antummalah membangun dan
uang yang ada untuk beli besi pondasi saja tidak cukup apalagi ntuk membangun bangunan
yang memerlukan biaya yang sangat besar!”. Namun beliau menjawab dengan jawaban yang
penuh keyakinan dan tawakkal kepada Allah SWT “Yang mengalami krisis itukan Cuma
Indonesiadan kamu harus yakin bahwa Allah Yang Maha Kaya
Tidak akan pernah mengalami krisis “itulah jawaban spontan yang cukup mencengangkan”,
tidak terlontar kecuali dari orang yang betul -betul tawakkal tinggi.

Kemudian beliau melanjutkan kata-katanya” kalau kita punya rencana maka kita jangan sekali
kali mengukur dengan kemampuan kita ,apabila kita mengukur dengan kemampuan kita maka
hasilnya pun allah akna memberikan sesuai dengan kemampuan kita, tetapi apabila kita
mengukur dengan kemampuan allah maka kemampuan nya tiada terbatas dan yakinlah
bahwa selama kita berniat memperjuangkan agam allah bahwa allah itu akan menolong kita”

Bahkan apabila mau membangun, justru beliau menghabiskan segala uang yang tersisa dan
membagikan kepada fakir miskin sebagai pancingan datangnya Rahmat dan pemberian allah
dan beliau mengibaratkan orang orang mancing, maka apabila pancing dan umpannya besar
maka akan memperoleh ikan yang besar pula.

Kedermawanan yang ada pada beliau ini tumbuh dan berkembang semenjak muda sehinnga
beliau mempunyai jiwa social yang tinggi , terutama kepedulian kepada fakir miskin dan anak
yatim.
Al habib segaf baharun putra beliau yang menjadi rektor institute islam dalwa berkata “beliau
adalah jiwa yang sangat dermawan dan sangat belas kasihan kepada semua orang. Bahkan
diceritakan,Ketika bah beliau menyerahkan tokonya kepada beliau, yang terjadi bukannya took
tersebut bertambah sukses akan tetapi sebaliknya, kalua seandainya ada orang yang tidak
mampu dalam membayar dagangan beliau , maka beliau akan memberikan barang tersebut
tanpa mengambil dari kekurangan atau harga dari barang tersebut., karna beliau bertujuan
menjadikan dagangannya sebagai media dakwah,begitu juga hasil dari penjualan barang
dagangan nya tersebut beliau gunakan untuk berdakwah.”
• Sifat tawadlhu’

Walaupun beliau sebagai ulama besar yang dihormati dan disegani, tapi beliau
senantiasa menunjukan sikap tawadlhu’ dalam kehidupan sehari -hari dan sama sekali
tidak menunjukan bahwa beliau adalah orang besar. Karena beliau selalu berpesan
kepada putra putri beliau dan kepada para santri:
“jadikanlah dirimu orang paling rendah dan paling hina di muka bumi ini, makam
tatkala engkau tidak dihormati dan dimuliakan , maka engkau merasa pantas
dengankehinaan tersebut, dan tatkala engkau dihormati dan dimuliakan seseorang,
maka engkau melihat orang itu yang mempunyai akhlak yang baik, yang mau
menghormati orang yang hina seperti say ini’”

Dengan ketawadlhuannya itu, abuya habib hasan baharun dikenal sebagai sosok yang
sangat baik, supel dan luwes dalam menjalin hubungan dengan semua kalangan dan
semua golongan , baik kalangan ulama ataupun awam, kalangan kaya ataupun biasa,
kalangan berpangkat ataupun tidak , kalangan tingkat atas ataupun kalangan bawah . di
samping semua itu, beliau juga mampu mempertahankan hubungan baik tersebut
terhadap semuanya.
Dan diantar bukti hubungan baik abuya habib hasan dengan semua orang dan golongan
diantaranya para ulama, banyak para ulama menganjurkan untuk orang yang mau masuk
pondok pesantren , agar masuk pondok pesantren darullughah wadda’wah , diantara para ulam
itu adalah syekh Muhammad zaini abdul Ghani martapura kalsel, yang memang antara abuya
abuya habib hasan dan syekh Muhammad zaini mempunyai hubungan yang baik dan erat, dan
abuya habib hasan pernah meminta nama untuk cucu pertamanya yang masih dalam kandungan
kepada syekh Muhammad zaini, yang diberi nama oleh beliau sayyid Muhammad al baqir, dan
tidak sedikit juga syekh zaini ikut andil dalam membantu Pembangunan pondok pesantren
darullughah wadda’wah Abuya Habib Hasan dalam berda’wah penuh dengan ketawadhu’an,
kearifan dan kebijaksanaan. Sebelum berda’wah di suatu daerah, beliau senantiasa
bersilaturahmi terlebih dahulu kepada tokoh Masyarakat, ulama, guru ata kyai setempat. Beliau
melakukan hal tersebut sebagai bentuk pemberitahuan sekaligus permintaan izin dalam
berda’wah di daerah tersebut. Ketawadu’an, budi pekerti, akhlaq, dan sifat-sifat terpuji Abuya
Habib Hasan itulah yang menjadikan da’wah beliau mendapat simpati, dukungan dan sambutan
baik dari Masyarakat ataupun tokoh-tokoh mereka.
Sejarah Pendidikan Pondok Pesantren Darullughoh Wadda’wah dan Perkembangannya
Ma’had ini didirikan pada tahun 1981 di Bangil dengan menempati sebuah rumah kontrakan.
Dengan penuh ketelatenan dan kesabaran Abuya Habib Hasan Baharun mengasuh dan
mendidik para santrinya yang dibantu oleh Habib Ahmad bin Husein Assegaf Bangil, sehingga
beliau mendapat kepercayaan dari Masyarakat dan dalam waktu yang relative singkat jumlah
santri berkembang dengan pesat.
Selain membina santri putra, pada tahun 1983 pondok ini menerima santri putri yang berjumlah
16 prang yang bertempat di daerah yang sama. Dan pada tahun 1984 tempat pemondokan santri
menempati sampai sebanyak 13 rumah kontrakan.
Dengan jumlah santri yang terus berkembang serta tempat (rumah sewa) tidak dapat
menampung jumlah santri, maka pada tahun 1985 atas petunjik Musyrif Ma’had Darullughah
Wadda’wah Abuya Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki Al-Hasani Mekkah, Pondok
Pesantren Darulllughah Wadda’wah dipindah ke sebuah desa yang masih jarang penduduknya
dan belum ada sarana listrik, tepatnya di Desa Raci, Kecamatan Bangil. Jumlah santri pada
waktu itu sebanyak 186 orang santri, yang terdiri dari 142 orang santri putra dan 48 orang santri
putri.
Dengan berjalannya waktu, pondok pesantren yang mewajibkan Bahasa Arab bagi santrinya
itu menjelma menjadi sebuah pesantren yang terkenal dan disegani di Nusantara. Hal itu
didorong oleh keberhasilan sang Muassis (pendiri) dalam mengasuh pesantren sehingga
banyak menghasilkan alumni-alumni yang bermanfaat bgai masyarkat.
Kesuksesan Abuya Habib Hasan Baharun dalam berdakwah dan membangun Pondok
Pesantren Darullughah Wadda’wah tidak lepas dari peran besar seorang Wanita sholihah yang
sudah terdidik dan terlatih kesabaran, kegigihan serta ketegarannya dalm menghadapi kehidupa
oleh ayahandanya Al-Habib Muhammad Al-Hinduan,beliau adalah Syarifah Khdijah binti
Muhammad Al-Hinduan, istri tercinta tang senantiasa dengan penuh ketabahan dan kesabaran
mendampingi pahit getirnya perjuangan suaminya serta senantiasa memberikan semangat
baginya. Bahkan jiwa besar dan perjuangannya ditunjukkan oleh ustadzah Ketika Abuya Habib
Hasan membutuhkan dana untuk pondok, maka ustadzah dengan senang hati menjual seluruh
barang-barang berharga dan semua perhiasan yang dimilikinya bahkan yang mengandung
kenangan dan sejarah dijualnya pula.
Setelah Abuya Habib Hasan Baharun mengasuh pondok pesantren selama kurang lebih 18
tahun, beliau menghadap ke rahmatullah pada hari ssenin, 8 shafar 1420 H atau 23 Mei 1999
M, saat itu ribuan orang datang berduyun-duyun untuk bertakziah dan mensholatinya yang saat
itu sholat jenazah dipimpin oleh Habib Anis bin Alwi Al-Habsyi dari Solo.
Kemudian estafet kepemimpinan dilanjutkan oleh putra beliau Al Ustadz Alhabib Ali Zainal
Abidin bin Hasan Baharun. Dan sampai sekarang pondok pesantren Darullughah Wadda’wah
berkembang dengan pesat dengan kegigihan Alhabib Zen Baharun serta saudara-saudara belaiu
yang saling bantu membantu dan bahu membahu, dan inilah bukti nyata karomahnya Abuya
Habib Hasan Baharun Rodliyalloh ta’ala ‘anhu..

Anda mungkin juga menyukai