Anda di halaman 1dari 5

Sosok Buya H Maksum Malim, Keteladanan Rasulullah SAW Beliau Contohkan

DSantri.id, Bungo - Pernah suatu hari bada Ashar, saya mengobrol bersama Buya H
Maksum Malim, Lc _rahimahullah_, di Pondok Pesantren Diniyyah Al-Azhar Bungo.
Kala itu sekitar 2009, beliau sangat antusias dengan perkembangan pendidikan
pondok pesantren Diniyyah. Yang ditekankan oleh Buya adalah mendidik anak
dengan kesantunan.

Buya bila mendidik anak santri, bukan dengan menyuruh atau sejenis, namun
dengan perbuatan. “Lisaanil haal afshohu min lisaanil maqool”. Tak segan beliau
langsung membersihkan sampah yang ada di sekitar pondok, meski beliau
merupakan pengasuh pondok yang disegani. Beliau hanya memberikan contoh
teladan Rasulullah SAW, sehingga para santri pun turut membersihkan sampah
bersama Buya.

Bukan sekali atau dua kali saja beliau memberikan contoh seperti yang diajarkan
Rasulullah SAW, namun hal itu sering penulis lihat langsung disaat berkunjung di
pondok pesantren Diniyyah Al-Azhar. Hal inilah penulis simpulkan bahwa Buya
mengajarkan anak didik di pondok pesantren dengan cara yang sama dilakukan
Rasulullah SAW. Memberikan Qudwah atau keteladanan dengan perbuatannya.

Terlebih lagi ketika masuk jadwal sholat, Buya langsung mengajak siapapun baik
santri atau guru termasuk penulis sendiri sholat Berjamaah di Masjid. Namun Buya
tidak memaksa bila ada yang menolak dengan berbagai alasan. Karena urusan ibadah
merupakan ibda' binafsik.

Penulis yang rasakan sendiri, ketika berjamaah bersama Buya di Masjid pondok
pesantren Diniyyah Al-Azhar, dengan ketenangan hati. Cara beliau mengajak
seseorang untuk berbuat kebaikan tidaklah dengan "kekerasan atau suruhan" namun
dengan contoh perbuatan. Sehingga siapapun akan mengikuti apa yang dilakukan
beliau.

Melihat Buya bekerja sendiri membersihkan lingkungan, maka guru dan santri ikut
pula tanpa disuruh. Buya pun melakukan kebaikan dari hal hal yang dianggap orang
remeh, namun bagi beliau hal itu penting dilakukan.
Dalam kehidupan kita. Kita sering menyepelekan hal-hal kecil, padahal hal yang kecil
itu bernilai, bahkan jika berakumulasi, hal-hal itu menjadi besar. Sadarkah kita bahwa
segelas air putih akan tampak tidak berarti jika disandingkan dengan minuman
mewah lain, tapi air putih bisa jadi sangat berarti bagi seseorang yang sangat
kehausan di tengah terik matahari.

Dalam al-Qur`an, disebutkan, “Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat


zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya, dan barangsiapa mengerjakan
kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya” (Qs. al-Zalzalah: 7-
8).

Seperti dalam surah Al Isra “jika kalian berbuat baik, maka berarti kalian berbuat baik
untuk diri kalian sendiri, dan jika kalian berbuat jahat, maka untuk diri kalian sendiri
(juga)” (Qs. al-Isrâ`: 7).

Nah, jika suatu perbuatan baik tampak dari kuantitas tidak banyak, namun sudah
dilakukan dengan maksimal kemampuan dan dengan totalitas ketaatan kepada
perintah-Nya, maka perbuatan sekecil itu pun tetap bermakna.

Islam mengajarkan keluhuran budi. Perbuatan baik yang dalam pandangan kita
tampak sepele akan menjadi baik karena atas dasar bahwa hal itu cerminan dari
keluhuran budi orang yang melakukannya.

Kita sebaiknya jangan membayangkan bahwa perbuatan baik sekecil apa pun tidak
akan memiliki nilai. Bukankah kebernilaian sesuatu sesungguhnya tidak selalu pada
ukuran kuantitas? Inilah yang disebutkan dalam al-Qur’an bahwa di hari kiamat
nanti, hal-hal yang tampak sepele, apalagi yang besar, tidak akan dilewatkan begitu
saja, melainkan diperhitungkan.

Seperti itu pula penulis bayangkan apa yang dilakukan Buya H Maksum Malim
_rahimahullah_ melakukan sesuatu itu dari yang terkecil, memberikan keteladanan
itu dari hal yang sepele, namun memberikan dampak yang besar, dampak positif bagi
orang lain.

Bersambung....
Ari Widodo Jurnalis/Penulis/media Online/cetak di Jambi

Foto: Buya H Maksum Malim Lc rahimahullah saat mendoakan Penyanyi Kondang


Opic.

Sosok Sederhana Itu, Buya H Maksum Malim Memiliki Harapan Besar Pendidikan di
Jambi

DSantri.id, Opini - Medio 2007 silam, ketika saya mendatangi Diniyyah Al-Azhar
Bungo pertama kali. Saat itu, pertama kali pula mewawancarai seorang pria yang
bersahaja namun penuh wibawa. Tak lain adalah Buya H Maksum Malim, Lc, MPd.I,
yang setiap berbincang selalu ada saja bahan omongan yang penuh hikmah dan
nasehat.

Sosok sederhana dan bersahaja, bercerita bagaimana beliau bersama Ketua YPPD
Diniyyah Al-Azhar Bungo mengembangkan Diniyyah Putri Muara Bungo kala itu.
Cerita semakin menarik, pasalnya Buya menceritakan banyaknya cemoohan dari
masyarakat, bahkan ada pula yang mengejek beliau lulusan Sarjana Arab Saudi tapi
mau saja kembali ke dusun.

Padahal kata Buya, untuk seukuran beliau jika memilih bekerja di Kementerian
Agama, atau di Perguruan Tinggi menjadi dosen sangat banyak peluangnya. Bahkan
sudah sempat keluar SK. Namun hal itu pula tantangan beliau menghadapi
cemoohan orang dengan balasan yang santun dan tidak dibalas dengan cemoohan
juga.

"Biarkan saja orang ngomong apapun tentang kita, insya Allah dengan kekuatan dan
kerja keras, Alhamdulillah Diniyyah bisa maju seperti saat ini," kata Buya saat
diwawancarai saya yang saat itu masih berstatus Jurnalis Radar Bute.

Buya menceritakan pula, bagaimana perjuangan membuka Diniyyah Al-Azhar


Medio 1984 di Rimbotengah yang tepatnya di perumnas Cadika Kecamatan Rimbo
Tengah. Setiap hari, katanya, pagi Mengajar, sore menebas ilalang, dan menebang
pohon dengan kapak tanpa mengenal lelah.
"Kita buka pondok pesantren Diniyyah ini dari nol, tidak ada bangunannya. Dari
hutan yang belum
Pernah dijamah. Dan bersama Umi Haji, guru selalu gotong royong membersihkan
sekitar pondok, juga membangun beberapa ruang kelas untuk belajar. Bersama
santri membuat pagar dan menanam pohon serta berkebun. Ada saja cemoohan
orang, namun itu pemecut kita untuk terus berjuang. Tapi Alhamdulillah kini bisa
dirasakan masyarakat Bungo, Jambi dan Tebo," ungkap Buya kala itu.

Bahkan Buya pernah bercerita, dirinya bersama Umi Hajjah Rosmaini berkeliling
Jambi dan hingga negeri Jiran Malaysia mencari donatur untuk perkembangan
Pondok Pesantren Diniyyah agar terus berkelanjutan.

Saat itu saya tanya, apa tidak lelah Buya? Dijawab beliau "Demi menegakkan Agama
Allah tidak ada kata lelah, nikmati saja perjalanan ini. Insya Allah mendapatkan
balasan pahala," katanya saat itu masih ingat dalam pikiran saya sambil tersenyum.

Kesederhanaan Buya Maksum Malim bukan dibuat-buat. Pasalnya beliau yang saya
kenal, selalu tanggap ketika kedatangan tamu ke rumah di Pondok Pesantren
Diniyyah. Siapapun tamunya tanpa beliau pilah pilih, terlebih lagi terkadang Buya tak
segan ikut menyuguhkan secangkir teh dari dapur. Hal itu pula penulis alami, beliau
membuatkan teh untuk saya.

Apalagi saat duduk bersama, kami bercerita tentang apapun. Wawasan beliau
tentang Indonesia, tentang agama dan lainnya cukup luas. Ternyata bukan tanpa
sebab, setiap Subuh, Buya mengatakan selalu membaca Alqur'an. Hafalan beliau
terhadap Al-Qur'an sangat baik. Bahkan Buya selalu mengulangi hafalan hadist
dengan membaca buku kitab hadist Rasulullah SAW.

Pun disaat pagi hari, yang selalu beliau tunggu adalah kehadiran koran Republika,
Koran Lokal. Hal itu dimaksudkan agar beliau tak ketinggalan informasi terkini.
Bahkan Buya pun tak ketinggalan pula mengkritisi kebijakan khususnya pendidikan di
Jambi ini.

Harapan beliau agar pendidikan karakter, dengan berlandaskan Agama, terutama


bagi Muslim dengan memperkuat pendidikan agamanya. Melalui Diniyyah Al-Azhar
inilah Buya berharap agar masyarakat Jambi terutama putra-putri mereka dapat
dididik.

Melihat pendidikan saat itu terutama pendidikan agama sangat minim. Meski
pemerintah daerah sudah menetapkan seragam sekolah siswa lebih tertutup, namun
pendidikan di dalam siswa itu sendiri terasa sedikit.

Sehingga, Buya pun berharap dengan mendirikan pendidikan Pondok Pesantren


Diniyyah Al-Azhar dan Diniyyah Al-Azhar di beberapa kabupaten bisa membantu
merubah karakter anak menjadi yang taat dengan Allah SWT.

"Dengan pendidikan di pondok inilah mudah-mudahan bisa mengubah karakter anak


menjadi lebih baik. Kapan lagi kita ingin mendidik anak agar bisa lebih dekat dengan
agama dan Allah SWT," katanya.

Bersambung....

Ari Widodo (Penulis/Jurnalis/Media Cetak/Online di Jambi)

Anda mungkin juga menyukai