Anda di halaman 1dari 2

5. Muaqobah Muaqabah artinya pemberian sanksi terhadap diri sendiri.

Apabila melakukan kesalahan atau sesuatu yang bersifat dosa maka ia segera menghapus dengan amal yang lebih utama meskipun terasa berat, seperti berinfaq dan sebagainya. Kesalahan maupun dosa adalah kesesatan. Oleh karena itu agar manusia tidak tersesat hendaklah manusia bertaubat kepada Allah, mengerjakan kebajikan sesuai dengan norma yang ditentukan untuk menuju ridha dan ampunan Allah. Berkubang dan hanyut dalam kesalahan adalah perbuatan yang melampaui batas dan wajib ditinggalkan. Di dalam ajaran Islam, orang baik adalah orang yang manakala berbuat salah, bersegera mengakui dirinya salah, kemudian bertaubat, dalam arti kembali ke jalan Allah dan berniat dan berupaya kuat untuk tidak akan pernah mengulanginya untuk kedua kalinya. Artinya, mencoba memberi sanksi kepada diri manakala diri melakukan sebuah kekhilafan, memberikan teguran dan sanksi kepada diri kalau diri melakukan kesalahan. Ini penting dilakukan agar kita senantiasa meningkatkan amal ibadah kita. Manakala kita terlewat shalat subuh berjamaah maka hukumlah diri dengan infak disiang hari, misalnya. Manakala diri terlewat membaca al-Quran & iqoblah diri dengan memberi bantuan kepada simiskin. Kalau diri melewatkan sebuah amal shaleh maka hukumlah diri kita sendiri dengan melakukan amal shaleh yang lain. Inilah yang disebut muaqabah. Jika sikap ini selalu kita budayakan, insya Allah kita akan selalu mampu meningkatkan kualitas ibadah dan diri kita. Mengawali tahun 2009 dan tahun 1430 Hijriyah, mari takwa harus kita jadikan hiasan diri, bekal diri, dengan menempuh lima cara tadi. Yaitu muhasabah, muahadah, mujahadah, muraqabah dan muaqabah. Evaluasi diri, mengingat-ingat janji diri, punya kesungguhan diri, selalu merasa diawasi Allah dan memberikan hukuman terhadap diri kita sendiri. Jika lima hal ini kita jadikan bekal Insya Allah menapaki hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun kita akan selalu menapakinya dengan indah dan selalu meningkat kualitas diri kita, insya Allah.
Para Salafus Shalih memberikan contoh yang sangat menarik dan patut kita contoh untuk hal ini. Mereka memberikan hukuman, Punishment, Mu'aqobah kepada dirinya sendiri manakala mereka ketinggalan dalam sholat sunnah atau sholat berjamaah. Bukan sholat Wajib lho yang ketinggalan, tapi sholat sunnah atau sholat berjamaahnya. Ketika Abu Thalhah sedang Sholat, didepannya lewat seekor burung,lalu beliaupun melihatnya, sehingga lupa sudah berapa roka'at sholat beliau. Karena kejadian tersebut beliau mensedekahkan kebunnya untuk kepentingan orang orang miskin sebagai sanksi atas kelalaian dan ketidak khusu'annya. Umar Bin Khattab raddhiyallahu 'anhu pernah pergi ke kebunnya. Ketika pulang didapatinya orang orang sudah selesai melaksanakan sholat Ashar. Maka Umar berkata " aku pergi hanya untuk sebuah kebun, aku pulang orang orang sudah shalat Ashar ! Kini kebun ku aku jadikan shadaqah untuk orang orang miskin ".

Hasan bin Hannan pernah melewati sebuah rumah yang baru selesai dibangun. Beliau berkata " Kapan rumah ini dibangun ?" Kemudian beliau menegur dirinya sendiri, " kenapa kamu tanyakan sesuatu yang tidak berguna untuk dirimu ? akan kujatuhkan sangsi dengan berpuasa sunnah. Subhanallah ini bukan negeri dongneng, namun ini adalah contoh dari generasi generasi terbaik yang memang sudah seharusnya kita mengusahakan semaksimal mungkin untuk mencontohnya. Naik turunya iman sering terjadi, kemalasan sering melanda kita apalagi dengan dunia kerja yang begitu dinamis. Yang terbaik adalah jika kita terseret dalam arus kemalasan dan santai, maka kita harus memaksa diri kita untuk memulainya. Jika kita terbiasa sholat lebih dari Jam 13:00 paksa untuk lebih awal lagi dsb. Jika kita senantiasa menunda nundanya biasanya hari berikutnya pun masih akan kita tunda lagi, itupun belum tentu berhasil. Ulama mengajarkan kita untuk salah satu agar komitmen ini berhasil adalah bergaullah dan akrablah dengan orang orang shalih, niscaya ruhiyah kita akan meningkat,. " Hai orang orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah kamu beserta orang orang yang benar ( Qs 9:119 ). " Seseorang itu bersama dengan orang yang ia cintai ( Bukhori - Muslim ). Berat rasanya jika kita pinginnya sholih, sholat sunnah nya kuat, sholatnya tepat waktu, namun pergaulan sehari hari didominasi dengan pergaulan yang tidak islami. Sangat mungkin turunnya lebih sering daripada naiknya. Pentingnya bergaul dengan orang orang sholih ini, sangat ditekankan oleh para ulama salaf,Salah seorang ulama salaf mengatakan " Kalau saya merasa malas dalam beribadah maka saya perhatikan wajah Muhammad bin Wasi ( seorang alim yang banyak beribadah ) dan bagaimana kesungguhannya dalam beribadah, kemudian saya ikuti cara ibadahnya selama satu minggu ". Saudaraku semua, semoga bermanfaat, terutama bagi diri saya sendiri. Saya tujukan tulisan ini terutama bagi diri saya sendiri juga jika berkenan bagi rekan rekan di milis kariramanah ini semuanya. Ayo, kita tingkatkan semangat. Kita lawan kemalasan. Jika kita masing dalam Last minute mentality dalam mengerjakan sesuatu, sudah seharusnya kita mulai rubah. Islam tidak demikian. Tidak salah juga kita mencari rekan yang baik, dan sholih. Jika masih dalam lingkungan yang kurang baik, tidak salah juga dibarengi dengan lingkungan yang kondusif untuk menguatkannya. Karena sahabat yang baik memang sungguh berarti untuk keimanan kita. Peribahasa mengatakan Sahabat adalah penentu Jangan Tanya siapa aku Tanyakan siapa sahabatku Pasti Anda tahu siapa diriku

Anda mungkin juga menyukai