Anda di halaman 1dari 16

FQH 102 Modul 15

Ikhwan dan akhwat sekalian, dan murid-muridku sekalian. Sekali lagi, Assalammu
'alaikum wa rahmatullahi wabarakatuh. Hari ini kita akan memulai episode no 15, Insya
Allah. Dan kita akan mulai dengan bab yang topiknya tentang "Sholat Berjamaah" atau sholat
bersama-sama atau sholat dalam kelompok, yaitu sholat di masjid. Sholat yang dilakukan
tidak sendirian, namun dalam suatu kelompok. Kita tahu bahwa sholat berjamaah di masjid
dianggap sebagai salah satu ibadah ritual yang pahalanya besar.
Para ulama Muslim, mereka sepakat tentang hal ini, bahwa melaksanakan sholat lima
waktu di masjid adalah suatu bentuk ketaatan kepada Allah. Dan amal ibadah ini merupakan
salah satu cara untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah. Kita tahu bahwa Allah telah
menetapkan perintah untuk sholat lima waktu. Dan sholat lima waktu ini harus dilakukan dan
diupayakan yang terbaik untuk dilaksanakan di masjid.
Yang kita bicarakan adalah Al-Faraidh (sholat fardhu) dan bukan sholat Sunnah. Jadi,
yang mencakup sholat Subuh, Dzuhur Ashar, Maghrib, Isya, dan sholat Jumat. Supaya
dilaksanakan di masjid dalam jamaah atau sholat berkelompok dengan umat Muslim lainnya
sehingga kalian bisa mendapatkan lebih banyak pahala. Dan ada pula sholat Sunnah
berjamaah seperti Idul Fitri, Idul Adha dan lain sebagainya.
Karena Allah akan memberikan pahala tanpa diragukan lagi,dan jumlah pahala yang
diberikan jauh lebih banyak dibanding jika kalian sholat sendiri di rumah. Kita memahami
bahwa Rasulullah menyarankan supaya kita melaksanakannya bersama dan menjadi bagian
dari umat. Faktanya, dia menyatakan: Jangan memisahkan diri, yaitu saat berdiri sholat harus
meluruskan barisan. Jika tidak, maka hati kalian tidak akan menyatu. Jadi, kita bukan hanya
harus bersama untuk sholat. Bahkan jika kalian berkumpul dan bersama-sama sebagai
Muslim. Maka kalian harus menjaga kekuatan dalam barisan. Kalian harus merapatkan
pundak ke pundak, pergelangan kaki dengan pergelangan kaki. Dan jangan sampai ada jarak
yang tidak seharusnya di antara kalian,atau misalnya kalian sholat di suatu tempat.
Kalian tahu, kalian sholat sendiri atau berjamaah. Tapi jauh dari ikhwan yang terdekat
dengan kalian. Dan kalian ingin memisahkan diri dari jamaah tersebut, yang seperti ini salah
dalam Islam. Ingatlah apa yang dikatakan Rasulullah. Dan jika seperti ini situasinya dimana
kalian sudah berada di masjid untuk sholat berjamaah. Dan inilah kasusnya, bagaimana jika
kalian tidak di mesjid. Bagaimana jika yang terjadi demikian? Padahal kita tahu begitu
banyak manfaat dari sholat berjamaah di masjid. Karena pahalanya pastinya dilipatgandakan.
Dan kitapun bisa saling bertemu dengan Muslim lainnya baik itu ikhwan dan akhwat. Kita
bisa saling mengenal dan di saat yang bersamaan ada efek sosial yang muncul.
Rasulullah dalam hadits ini menegaskan bahwa sholatul jamaah, yaitu pahala untuk
sholat berjamaah adalah 27 kali. Lebih banyak dibanding sholat yang dilaksanakan sendiri.
Inilah intinya, kalian mendapatkan pahala lebih. Ada pula narasi lainnya, yang artinya
pahalanya 25 kali lipat.
Kita berdoa kepada Allah mendapat yang terbanyak, yaitu 27 kali lipat, Insya Allah
Jadi, inilah pentingnya sholat. Mengapa kalian sholat? Untuk mendapatkan pahalanya. Jika
kalian bisa mendapatkan 27 kali lipat, lalu mengapa kalian puas hanya mendapatkan satu
pahala? Mengapa kalian puas hanya dengan satu pahala?
Kitapun tahu, bahwa sholat berjamaah adalah wajib bagi pria dan bukan bagi wanita.
Jika seseorang sedang berada di rumah dan sedang tidak bepergian, ataupun dia sedang jauh
dari rumah, tapi dia masih bisa menuju masjid atau ada masjid di dekatnya. Jika kalian sudah
di masjid dan sholat sudah dimulai, dan kalian berkata "Aku adalah musafir". "Aku boleh
tidak ikut sholat berjamaah." Namun, itu salah. Kalian seharusnya tidak melakukan itu,
mungkin karena alasan takut dan keamanan. Ini adalah waktu dimana kalian mungkin tidak
bisa ke masjid, mungkin kalian diampuni karenanya.
Namun, di saat kalian takut, jika kalian berada di antara sekelompok orang. Dan ada
satu sholat yang dikenal dengan sholat Khauf, sholat "ketakutan". Bagaimana kalian
melaksanakan sholat itu. Saat kalian takut dengan musuh kalian, yang ada di depan kalian.
Yang Insya Allah di kemudian hari, sebagian ilmu tentangnya, akan kita bahas.
Meskipun misalnya kalian sedang di kantor atau ada alasan lainnya. Ada lebih dari
satu orang, maka dirikanlah sholat jamaah. Kalian harus sholat berkelompok. Allah Maha
Tahu. Untuk alasan itulah kitapun tahu bahwa Rasulullah, saat dia menyuruh kita untuk
sholat berjamaah. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya untuk tetap menjaga kemakmuran
masjid. Dan dengan datang serta sholat berjamaah maka kita turut mempertahankan
keteraturan masjid. Dan saat muadzin mengumandangkan adzan, lalu Imam datang untuk
memimpin sholat dan seterusnya.
Allah berfirman tentang sholat dalam keadaan takut. Ini adalah tugas pemimpin
pasukan, jika kau berada di antara mereka. Maka pimpinlah mereka dalam sholat, dan
biarkanlah satu kelompok lainnya tidak sholat. Jadi satu kelompok sholat dengan engkau dan
kelompok lainnya tidak sholat, karena mereka menjaga perbatasan. Mereka akan tetap
berjaga hingga kelompok yang lainnya selesai sholat berjamaah dalam beberapa gelombang.
Namun, melaksanakan sholat jamaah adalah wajib. Faktanya, ayat ini
mengindikasikan kewajiban untuk melaksanakan sholat berjamaah. Karena terlarang bagi
Muslim untuk meninggalkan sholat berjamaah meskipun sedang dalam keadaan takut. Jika
ini menjadi tidak wajib maka rasa takut menjadi pemakluman utama untuk mengabaikannya.
Dan tentangnya, kita melihat orang seringkali melewatkan sholat jamaah. Padalah tidak ada
pula yang kita takutkan, tapi kita bisa melenggang dengan bahagia. Bahkan dengan tangan
terbuka kalian akan diterima di masjid. Dan tidak ada yang menghalangi kalian ke masjid.
Tapi tetap saja, kalian tidak ke masjid.
Dalam hadits yang terdapat di dalam Bukhari Muslim dari Abu Hurairah sebagai
periwayatnya: Dia meriwayatkan sabda Rasulullah. Hadits ini yang disetujui oleh Bukhari
dan Muslim. Peringatan Rasulullah yang sangat tegas. Dia bersabda: Bahwa sholat yang
paling sulit bagi orang munafik adalah sholat Subuh dan sholat Isya. Jika mereka tahu pahala
untuk kedua sholat ini, yaitu sholat Subuh dan sholat Isya, maka mereka pasti akan datang ke
masjid. Meskipun mereka harus merangkak, mereka akan melakukannya untuk pahala itu.
Marilah kita pahami maknanya. Mengapa kita melewatkan sholat Isya? Masyarakat
barat, atau bahkan di Timur Tengah, atau dimana saja kalian berada. Banyak sekali kegiatan
sosial yang terjadi di waktu-waktu ini. Misalnya perkumpulan, makan malam di suatu tempat.
Kalian masih di restoran dan kalian tidak ingin cepat-cepat meninggalkan restoran untuk
segera sholat atau bisa juga sibuk di rumah dan sebagainya.
Jika hanya karena salah satu alasan tadi, jika hanya satu kali, semoga Allah
mengampuni kita. Namun, jika terlalu sering dan menjadi kebiasaan. Dan kita mengisi hari-
hari kita dengan berbelanja, ataupun menyibukkan diri dalam perkumpulan social dan hal-hal
semacam itu. Kita seharusnya bisa mengatur hidup kita berdasarkan waktu adzan dan waktu
sholat. Serta mendasarkan pada waktu sesuai Quran dan Sunnah dan tetap saja kita kurang
dalam hal ini.
Rasulullah pun berkata dengan pasti: melalui panggilan muadzin untuk menyerukan
ajakan sholat dengan segera atau mengumandangkan adzan. Setelah adzan yang pertama,
adzan yang kedua disebut Al-iqamah. Yaitu adzan yang setelah dikumandangkan sholat
segera dimulai. Supaya Imam bisa memimpin sholat, maka nyalakanlah obor untuk
membakar mereka yang tidak mau keluar rumah untuk sholat. Membakar mereka bersama
rumah mereka.
Rasulullah, satu-satunya yang rahmal lil'alamin, rahmat bagi manusia. Dia telah
mendapatkan rahmat yang begitu banyak. Dan banyak doa yang dia panjatkan untuk
kebaikan kita. Dan dia biasanya berdoa kepada Allah untuk meminta kepada Allah untuk
memberikan perlindungan dan pengampunan bagi kita.
Dan jika ini yang dia sabdakan, yang menunjukkan, bahwa semua itu dilakukan atas
dasar cinta. Bukan atas dasar ingin menghukum, menyiksa umatnya. Yang menunjukkan
betapa pentingnya untuk sholat berjamaah atau sholat dalam kelompok. Dan juga bahaya dari
tidak ikut sholat berjamaah dan di antara pahala yang mereka lewatkan.
Inilah langkah yang akan diambil oleh Rasulullah. Jika tidak ada anak-anak ataupun
orang lain yang mungkin ada di dalam rumah mereka. Jadi dari hadits ini, kita bisa melihat
betapa pentingnya bagi kita untuk menjadi salah satu dari jamaah itu.
Jika kita lelaki, maka kita harus berupaya untuk sholat sebanyak mungkin di masjid
dan bukan di rumah. Kitapun bisa melihat, bahwa dalam hadits ini. Rasulullah
mendeskripsikan mereka yang tidak sholat berjamaah adalah orang-orang munafik. Kita
diperingatkan bahayanya dari tidak turut sholat berjamaah. Dan yang kedua adalah kita bisa
tahu bahwa Rasulullah ingin menghukum mereka. Ingin menghukum mereka yang
meninggalkan. Dia ingin menghukum mereka kecuali orang tersebut meninggalkan sesuatu.
Atau melakukan sesuatu yang wajib baginya dan harus dia lakukan.
Ikhwan dan akhwat, kita semua tahu bahwa kita harus bersungguh-sungguh. Ada pula
hadits lainnya bahwa kita harus datang dan melaksanakan sholat berjamaah. Misalnya hadits
dari Shahih Muslim yang sangat otentik yang mengisahkan seorang pria buta, bahwa seorang
pria buta berkata kepada Rasulullah. Ya Rasulullah, tidak ada yang membimbingku ke
masjid. Untuk itu saya disini meminta ijin kepada Rasulullah untuk mendirikan sholat di
rumah. Rasulullah memberikannya ijin. Dan saat pria itu pergi, dia bertanya balik dan
berkata, apakah engkau mendengar seruan sholat yaitu adzan? Pria itu menjawab: Ya
Rasulullah. Kemudian Rasullah berkata: Maka sambutlah panggilan itu sekarang.
Lelaki buta ini. Ada pula hadits lainnya, Ibnu Maktum biasanya menjadi muadzin
kedua untuk Rasulullah. Dia adalah orang buta dan dia tidak bisa melihat jalanan. Dan
terkadang dia tidak bisa menemukan pemandu yang bisa memandunya menuju masjid. Lalu
dia menghadap Rasulullah: Ya Rasulullah, inilah masalahku. Apakah aku boleh sholat di
rumah? Rasul menjawab: Ya. Kemudian dia dipanggil lagi saat akan pergi. Apakah engkau
mendengar adzan? Lalu dia menjawab: Ya. Maka sambutlah seruan itu.
Rasul tidak memberikan ijin untuk meninggalkan sholat jamaah meskipun dia orang
buta. Ada pula hadits lainnya yang mengindikasikan bahwa ada ada jarak antara dia dan
masjid. Dan suara yang terdengar sayup-sayup dan ada yang menghambat dia menuju masjid.
Namun, tetap Rasulullah menyuruhnya untuk sholat di masjid.
Sesungguhnya bagi mereka yang tidak datang ke masjid padahal mereka mampu,
semoga Allah mengampuni kita semua. Dan memberi kita maghfirah dan memberikan kita
Jannah. Jadi, bersungguh-sungguhlah para ikhwan, bahwa kita harus selalu datang ke masjid.
Ibnu Mas'ud menyatakan: Ibnu Masud berkata, yang diriwayatkan dalam Shahih Muslim.
Aku telah menyaksikan suatu waktu di mana salah seorang dari kami, yaitu para Sahabah.
Tidak sholat berjamaah, kecuali di saat aku menyaksikan ketika tidak ada seorangpun dari
kami para Sahabah. Dia yang tidak sholat adalah orang munafik, yang kemunafikannya
diketahui. Dan bisa saja terjadi pada seorang pria yang berjalan di antara dua pria dengan
bantuan dua orang di setiap sisinya hingga dia bisa berdiri di antara orang-orang yang sholat.
Ini adalah kasus orang yang sangat sakit hingga dia tidak bisa berjalan dengan lurus. Sampai-
sampai dia harus dibopong ke masjid supaya bisa sholat berjamaah.
Sedangkan di kasus lainnya kita harus membopong orang itu dan membawanya ke
masjid. Bukan karena dia sakit keras tapi karena dia sangat sehat. Terlalu sehat untuk bisa
sholat jamaah di masjid. Karena yang dia inginkan adalah menikmati hidup saat masih sehat.
Dan saat dia sakit keras dia baru berpikir tentang sholat di masjid dan Allah. Semoga Allah
mengampuni jiwa kita,dan menganugerahkan maghfirah-Nya Jannatil a'la jannatil firdaus.
Dari hadits ini kitapun bisa menyimpulkan bahwa. Meskipun, ada keringanan di saat
seseorang yang sakit keras. Namun dia tetap ingin sholat ke masjid dan tidak ingin
kehilangan pahala. Ada pula hadits lainnya di mana Rasulullah berkata, bahwa tangan Allah
ada bersama umat Muslim. Yang disebutkan dalam hadits ini dari bagian keduanya adalah:
Barangsiapa yang melalaikannya maka akan masuk neraka. Bagian hadits yang ini lemah,
tidak otentik. Di bagian pertamanya, yaitu: Yang telah dinarasikan di hadits lainnya, di
banyak tempat, dan Insya Allah otentik. Namun, untuk bagian kedua dari hadits ini memang
tidak otentik. Namun dari bagian ini kita bisa mengambil pelajaran. Bahwa kita harus harus
berada di masjid untuk sholat berjamaah.
Ibnu Abbas pun menyatakan saat dia ditanya tentang orang yang mendirikan sholat
Sunnah di malam hari dan berpuasa di siang harinya, tapi tidak mengikuti sholat berjamaah,
maka dia akan masuk neraka. Inilah bukti bahwa seperti pernyataan Ibnu Abbas, dan
menunjukkan. Bahaya bahwa seorang mukmin harus melaksanakan sholat berjamaah.
Meskipun, mungkin tidak melaksanakan sholat Tahajud. Namun, dia masih tetap ke masjid
untuk sholat fardhu berjamaah karena inilah kewajiban bagi mukmin pria. Dibandingkan
melaksanakan sholat Sunnah yang bisa dia laksanakan ataupun tidak.
Ada pula isu lainnya yang ingin kita bahas yaitu tentang putusan tentang seseorang
yang: apa putusan tentang orang yang tidak sholat jamaah. Apakah aturan yang berlaku bagi
orang yang tidak melaksanakan sholat jamaah. Dan berapa jumlah orang yang harus ada agar
membuat sholat jamaah itu diterima. Pertama-tama, bahwa orang yang tidak datang untuk
sholat jamaah bisa digolongkannya dalam dua kasus. Ada dua kasus yang berkaitan dengan
seseorang yang tidak melaksanakan sholat jamaah dan melaksanakan sholat sendirian. Kasus
yang pertama berlaku untuk alasan. Alasan seperti sakit atau takut, atau orang yang terbiasa
tidak meninggalkan sholat secara berjamaah. Maka orang tersebut diberi pahala sama dengan
orang yang melaksanakan sholat dengan berjamaah. Seperti yang terdapat dalam hadits
shahih. Saat seorang hamba Allah sedang sakit keras atau sedang bepergian. Maka dia akan
mendapat pahala yang sama dengan pahala amalan baik. Yang dia lakukan di rumah saat dia
masih sehat.
Alhamdulillah jika kalian telah terbiasa mengamalkan semua hal yang diwajibkan
kepada kalian saat kalian sedang sehat sehingga saat kalian sakit. Dan sudah tidak mampu
melakukan amalan (sholat jamaah) itu lagi. Allah masih akan tetap memberikan pahala sama
dengan kalian masih melaksanakannya. Sebuah nikmat dari Allah.
Situasi yang kedua adalah,orang tersebut tidak ikut sholat berjamaah bukan karena
ada alasan yang syar'i. Dia hanya tidak mau sholat jamaah dan dia sholat di rumahnya. Untuk
kasus kedua ini berlaku pada seseorang yang tidak bisa sholat berjamaah dan tidak memiliki
alasan syar'i. Jika orang yang demikian melaksanakan sholat sendiri maka sholatnya akan
dinilai. Menurut sebagian besar ulama dia kehilangan pahala yang dalam jumlah banyak. Jika
orang yang tidak ikut sholat jamaah itu, padahal dia mampu melaksanakannya. Dan dia
malah memilih untuk sholat di rumah, atau di tempat lainnya. Padahal dia bisa dengan mudah
ikut sholat jamaah di masjid, maka orang tersebut. Menurut sebagian besar ulama
berpendapat bahwa sholatnya orang itu masih bisa diterima. Namun, dia kehilangan pahala
dalam jumlah banyak.
Seperti yang disebutkan di awal kuliah, alasan kita sholat berjamaah adalah untuk
mendapatkan pahala. Jika kalian bisa mendapatkan pahala 27 kali lipat, lalu mengapa hanya
puas dengan satu pahala saja. Jika kalian masih bisa mendapatkan pekerjaan, kerja selama 40
jam dalam seminggu. Dan mendapatkan 10 ribu dollar, untuk pekerjaan yang sama akan
dibayar 10 ribu dollar lagi di tempat lain. Kalian tidak akan mengambil pekerjaan yang hanya
bergaji 10 ribu dollar. Melainkan kalian akan memilih gaji yang maksimum, jika kalian
melakukan hal yang sama. Jadi seperti ini, jika kalian sholat di rumah pahalanya 1. Jika
kalian sholat di masjid maka pahalanya menjadi 27 kali lipat. Makanya, saya menyarankan
kalian untuk sholat berjamaah. Saya akan memilih sholat jamaah di masjid. Aturan ini
berlaku bagi para pria.
Dan kita akan membahas tentang sholat jamaah bagi akhwat dan apa saja yang
diharuskan bagi mereka. Salah satu alasan untuk datang ke masjid adalah untuk melihat tata
cara sholat. Pentingnya sholat dalam ibadah agama Islam. Kita harus membuatnya
termanisfestasi bagi orang lain dengan datangnya kita ke masjid. Kalianpun bisa
memakmurkan masjid. Dan kalian pun memenuhi ketentuan yang telah Allah tetapkan bagi
kita semua.
Allah berfirman: Tempat-tempat itu memiliki kedudukan mulia, yaitu masjid yang
telah Allah perintahkan untuk diagungkan dan Nama-Nya pun disebutkan di dalamnya.
Mengagungkan-Nya baik itu di pagi maupun di petang hari. Adalah orang-orang yang
senantiasa mengingat Allah. Dan melaksanakan sholat dan mengeluarkan zakat. Dan mereka
takut akan hari dimana hati dan penglihatannya akan sepenuhnya bersaksi.
Allah pun berfirman, masjid (Rumah Allah) hanya akan dimakmurkan. Oleh mereka
yang beriman kepada Allah, pada Hari Kiamat dan mendirikan sholat. Itulah pada dasarnya
karakter seorang mukmin. Mereka adalah orang yang memakmurkan masjid dan bagian dari
memakmurkan masjid Allah. Adalah dengan datang dan mendirikan sholat secara rutin.
Dari semua dalil ini, kita bisa melihat bahwa jika kita memenuhi kewajiban. Maka
kita akan menjadi bagian dari mereka yang mendapat pahala. Hadits yang disebutkan di buku
ini di halaman 210. Tetangga yang paling dimudahkan adalah mereka yang mendengar
panggilan untuk sholat. Maksud saya, sholat tidak akan diterima dari orang yang rumahnya
dekat dengan masjid. Namun, sholat orang itu hanya diterima jika dilaksanakan di masjid.
Intinya, sholat wajib dari orang yang rumahnya dekat dengan masjid. Tidak akan diterima
kecuali hanya jika dia sholat di masjid.
Hadits yang disebutkan di buku ini dan diriwayatkan oleh Daru Qutni wal Baihaqi
wal Hakim. Dan kawan-kawan namun hadits ini lemah. Ibnu Hajar berkata: meskipun hadits
ini sangat terkenal di antara masyarakat. Namun hadits ini tidak shahih. Hadits ini lemah.
Hadits ini meskipun lemah, rantai narasinya juga lemah. Namun, inti maknanya sangat
penting bagi kita. Meskipun jika kita sholat di rumah sholat kita akan diterima, namun kita
kehilangan pahala yang banyak. Hadits ini memiliki makna yang sama bahwa kalian tidak
akan mendapatkan pahala berlipat ganda. Hadits ini lemah, namun hadits inipun menekankan
pentingnya sholat berjamaah.
Ali menyatakan: Siapakah yang dimaksud tetangga masjid? Lalu dia berkata:
Tetangga masjid adalah mereka yang paling dekat mendengar panggilan sholat. Jadi, pada
dasarnya, di zaman dahulu belum ada pengeras suara.
Para ulama berpendapat, jika muadzin berada di tempat tinggi. Dan dimana tidak ada
suara bising industri. Misalnya seperti suara motor, suara mobil dan peat terbang. Lalu,
muadzin mengumandangkan adzan dan suaranya sangat keras. Kira-kira sampai berapa
kilometer jaraknya dari masjid, maka inilah yang dimaksud dengan jarak. Dan orang-orang
yang tinggal di sekitar jarak ini harus datang ke masjid untuk mendirikan sholat.
Inipun merupakan peringatan dari Allah bagi mereka yang tidak sholat fardhu
berjamaah di masjid. Allah mengancam dengan peringatan bagi mereka seperti dalam ayat
ini, dimana Allah berfirman: Siapakah yang lebih tidak adil dari mereka yang menghalangi
nama Allah dikumandangkan di masjid-Nya. Dan mereka menuju kerusakan dengan
menghalangi orang-orang untuk tidak masuk ke rumah Allah. Maka bagi mereka pahala akan
dikurangi, sedangkan mereka akan menerima hukuman berat di Akhirat nanti.
Dan ini adalah peringatan dari Allah, jangan menganggapnya enteng. Kalian harus
sholat di masjid. Dan kalian tidak hanya melakukan itu, namun cobalah untuk mengajak
lainnya berjamaah.
Rasulullah, dia bersabda: jika seseorang berperan dalam membimbing dan mengajak
orang lain untuk beramal saleh. Maka apapun yang dia lakukan karena engkau menyuruhnya.
Atau karena engkau menunjukkan cara untuk melakukannya atau kalian memperingatkan
mereka. Dan meminta setiap orang untuk melaksanakan atas apa yang belum mereka
lakukan. Apapun pahala yang mereka dapatkan, maka diapun akan mendapat pahala yang
sama dari Allah. Dia akan mendapatkan pahala penuh dan engkau pun akan mendapat pahala
penuh juga.
Jika mulai saat ini, berusaha dengan keraslah, para ikhwan dan akhwat sekalian.
Dengan membiarkan dan mengajak mereka, serta menyemangati mereka. Menjemput mereka
semua untuk pergi ke masjid. Misalnya, jika kalian mendapat pahala 27 kali lipat dari pahala
sholat berjamaah. Maka, kalian akan mendapat 54 kali lipat. Pahala yang 27 dari amal saleh
kalian dan 27 pahala dari amal saleh dia. Jadi, misalnya kalian bisa mengajak 3 ikhwan, maka
bisa dipastikan menjadi 108 kali lipat pahala. Semakin banyak ikhwan yang diajak maka
semakin banyak pula pahalanya. Kalian paham?
Dan setelah kalian mampu menyemangati mereka dan mereka tetap datang ke masjid.
Setiap kali mereka datang ke masjid karena kalian yang membuat mereka mulai datang ke
masjid. Maka anda pun akan mendapat pahala yang sama. Dua atau tiga ikhwan yang kalian
ajak, lalu mereka mengajak dua atau tiga ikhwan lainnya datang ke masjid, maka kalianpun
akan mendapatkan pahala tersebut. Jadi, misalnya mereka mendapat 54 pahala. Kalian akan
mendapatkan 54 pahala miliknya ditambah 54 pahala dirimu. Dan barangsiapa yang terus
datang ke masjid seterusnya akan berlipat ganda.
Nikmat dari Allah, betapa mudahnya mendapatkan pahala jika kita segera
memulainya. Abu Musa menyatakan bahwa, yang kita bicarakan di sini adalah berapa jumlah
orang paling sedikit untuk bisa sholat berjamaah. Selama terkait dengan sholat pada
umumnya, bukan sholat Jumat. Jumlah paling sedikit yang dibutuhkan untuk sholat
berjamaah adalah dua orang. Yaitu seorang Imam dan seorang makmum. Maka yang
demikian itu sudah berjamaah.
Rasulullah bersabda: Bahwa sholat berjamaah bisa dilaksanakan oleh dua orang atau
lebih banyak dari jumlah itu. Jadi, jumlah minimum adalah dua orang.
Dalam hadits dimana Rasulullah bersabda: Seorang pria ingin sholat berjamaah maka
Rasulullah bersabda: Siapakah yang bisa dengan sukarela bergabung dengan pria ini untuk
sholat berjamaah. Lalu ada pria yang berdiri dan berkata: Saya Ya Rasul. Dan dia sholat
bersamanya. Kemudian Rasulullah berkata: Ini adalah sholat berjamaah.
Hal ini menunjukan bahwa jumlah minimun adalah dua orang. Dengan jumlah itu,
kalian bisa mendapatkan pahala sholat berjamaah yang sangat penting. Dalam hadits dari
Malik Ibnu Huwairits Rasulullah berkata: biarkanlah yang tertua di antara kalian memimpin
sholat. Yaitu yang tertua dari dua orang atau kalian berdua. Hal ini menunjukan bahwa untuk
berjamaah butuh dua orang atau lebih Ada pula konsensus umum dari para ulama dalam
menyetujui pendapat untuk dua orang.
Pertama, kita membahas tentang pentingnya untuk sholat berjamaah. Sekarang kita
membahas tentang berapa jumlah minimum yang dibutuhkan untuk sholat berjamaah. Dan
kita baru saja mengetahui, seperti yang sudah saya bahas. Bahwa yang dibutuhkan adalah dua
orang seperti yang disebutkan dalam hadits. Serta konsensus yang bulat dari para ulama.
Marilah kita beralih pada isu yang lainnya, yaitu apakah boleh akhwat datang ke
masjid untuk sholat berjamaah? Kita tahu bahwa bagi para akhwat ada ketentuan yang
diharuskan sebagai Muslim. Ada beberapa hal yang dipersamakan dengan lelaki. Ada
berbagai tempat, dimana mereka memerankan peranan yang lebih penting daripada lelaki.
Ada pula hal-hal yang menjadikan kita setara dalam hal kewajiban dan tanggungjawab sama
seperti pria. Ada pula sejumlah hal, dimana mereka berbeda dengan para pria terkait dengan
tanggung jawab.
Salah satu hal yang membuat kita berbeda seperti sholat lebih baik jika tidak di rumah
adalah untuk lelaki. Para wanita harus di rumah untuk menjaga anak-anak. Dan
tangggungjawab pria adalah membayar semua tagihan. Dan menyediakan sandang dan
makanan. Serta akomodasi, serta tunjangan kesehatan, dan apapun yang berkaitan dengan
pria dan bukan tanggungjawab wanita.
Itulah salah satu yang membuat kita berbeda. Terkait dengan sholat lima waktu, baik
ikhwan maupun akhwat wajib melakukannya. Dan untuk berpuasa di bulan Ramadan, semua
Muslim wajib menjalankannya. Maka dalam hal ini kita sama. Saat siapa saja melakukan
tindakan kriminal. Seorang pria harus menerima hukuman yang sudah seharusnya, begitupun
bagi wanita, sama. Jadi, dalam hal ini kita semua sama. Namun, ada sejumlah hal yang
menjadi kewajiban bagi pria namun tidak bagi wanita. Seperti pergi ke masjid untuk sholat
berjamaah.
Pergi ke masjid untuk sholat berjamaah ini adalah kewajiban hanya untuk pria.
Karena wanita seharusnya sholat di rumah. Wanita ini, dia datang kepada Rasulullah dan
berkata: Ya Rasulullah saya sangat suka sholat denganmu. Aku tahu engkau suka sholat
denganku. Ini adalah syahadah yang diberikan oleh Rasulullah. Asysyahada atau sebuah
kesaksian yang diberikan oleh Rasulullah, sudah cukup. Dia berkata: Aku tahu engkau suka
datang dan sholat di belakangku. Bukan karena ada maksud tersembunyi kalian datang ke
masjid.
Yang kedua itu terjadi di masa Rasulullah dan para Sahabah. Dan masjid tempat dia
biasa sholat di sana adalah Masjid Nabawi. Namun, simaklah jawabannya. Jika kalian sholat
di masjid yang dekat dengan rumah kalian. Maka kalian akan mendapat pahala lebih
dibanding sholat di masjidku. Mengapa? Karena dengan tidak pergi keluar rumah dan
berjalan begitu lama. Segala cobaan dan godaan dan bahaya yang bisa saja dia (wanita)
sebabkan. Gara-gara melihat pria, atau sebaliknya. Yaitu bagaimana dengan hijab penuh dan
masih saja terjadi? Akan lebih baik bagi dia untuk menjauhi hal itu. Kemudian dirikanlah
sholat. Tidak hanya hanya sholat di masjid yang ada di samping rumahnya. Jika dia sholat di
rumahnya, di rumah kalian, di ruangan yang ada, misalnya ruang tamu. Tempat seorang pria
bisa saja datang atau datang untuk duduk di ruangan itu. Maka kalianpun masih bisa
mendapatkan pahala lebih. Dibanding sholat berjamaah di masjid yang di samping rumahmu.
Namun, jika kalian sholat di rumah, seperti kamar dimana tidak akan ada pria ataupun orang
asing datang. Maka kalian akan mendapat pahala lebih banyak dibanding sholat di ruang
tamu.
Oleh sebab itu, ikhwan dan akhwat sekalian, saya selalu mendukung istri saya untuk
sholat di kamar tidur. Dengan niat seperti itu, ingatlah selalu hadits ini. Agar akhwat itu
mendapatkan pahala yang maksimum dan tidak lebih sedikit.
Jadi, inilah intinya. Teknik untuk mendapatkan pahala Bagi para wanita, sholatlah di
ruangan khusus, di dalam rumahmu. Maka, kalian pasti akan mendapatkan pahala lebih.
Itulah yang bisa disimpulkan.
Apakah mereka diperbolehkan datang dan sholat berjamaah di masjid? Inilah yang
akan kita bahas. Rasulullah bersabda: Jangan menghalangi dan melarang wanita untuk datang
dan sholat berjamaah di masjid. Namun, bagian dari syarat bagi akhwat untuk bisa datang dan
sholat di masjid adalah meminta izin dari suaminya. Jangan mengabaikan kewajiban di
rumah. Diapun harus menunaikan tanggungjawab penuh di sana. Wanita itupun harus sholat
mengenakan baju yang menutup aurat dengan sempurna. Batasan berlaku bagi dia untuk
tidak memakai parfum yang hukumnya haram.
Jika jarak rumah mereka terlampau jauh dari masjid. Lalu, siapa yang akan
menemaninya, Siapakah mahramnya, ini isu lainnya. Meskipun semua aturan dan syarat ini
bisa dipenuhi. Namun, jika dia sholat di rumah pun dia akan mendapatkan pahala yang lebih
besar. Faktanya, Aisyah mengatakan jika Rasulullah melihat perbuatan wanita masa kini dia
akan melarang wanita untuk datang ke masjid.
Siapakah Aisyah yang kita bicarakan? Apakah temanmu, tetanggamu, ataukah ibumu,
atau saudarimu? Tidak, saya membicarakan ibu kita Aisyah. Istri dari Muhammad, seorang
Utusan Allah. Dia (Aisyah) menyatakan bahwa waktu itu seorang Sahabah melihat wanita
tersebut datang ke masjid. Lalu, bagaimana dengan zaman sekarang? Saat banyak akhwat
juga datang ke masjid. Dan banyak pula di antara mereka yang berpakaian tidak sesuai
dengan yang seharusnya. Atau bahkan mereka tidak berpakaian seperti yang ditetapkan oleh
Allah. Yaitu harus memakai hijab (menutup aurat), mereka bahkan datang dengan parfum.
Serta menggunakan make-up (berdandan) dan semua hal yang dilarang. Semoga Allah
melindungi jiwa kita dari semua hal tersebut.
Jika kalian memakai pakaian yang seharusnya maka alhamdulillah. Maka, kalian
menjadi bagian dari mereka yang boleh datang ke masjid. Akan tetapi, ini untuk sholat wajib,
maksud saya kalianpun bisa sholat di rumah. Namun, ini pun berlaku untuk kuliah yang
bersifat mingguan atau di malam hari.
Kuliah bulanan untuk menghadiri acara khusus dari perkumpulan Muslim yang
diselenggarakan di masjid. Dimana para ulama dari luar negeri datang atau kegiatan
sejenisnya seperti khutbah Jumat. Semua kegiatan ini di saat para akhwat pun diperbolehkan
datang ke masjid. Jika sudah memenuhi syarat-syarat.
Kesimpulannya adalah para akhwat pun diperbolehkan namun dengan berbagai syarat
dan kondisi. Dengan tidak mengabaikan diri kalian sebagai akhwat. Namun, lebih melihat
dari pahala yang diharapkan didapatkan dari datang ke masjid. Jika ini maksudnya, maka
kalian lebih baik untuk sholat di rumah. Namun, di saat yang bersamaan, jika kalian ingin
datang, maka kalian harus meninjau situasi yang ada. Dan syarat-syarat yang ditentukan oleh
Allah untuk bisa datang ke mesjid untuk sholat.
Rasulullah bersabda: dalam hadits ini Rasulullah bersabda: sholat seseorang bersama
orang lain itu lebih baik dibanding sholat sendiri. Jika sholat dengannya, ada dua orang di
dalamnya dan dia sholat dengan 2 orang pria lainnya. Maka lebih baik baginya dibandingkan
sholat sendiri. Berapapun jumlah anggotanya lebih disukai Allah. Allah Maha Agung. Dari
hadits ini kita tahu bahwa sholat jamaah yang terbaik adalah,jika jumlah jamaahnya lebih
banyak, yang inilah yang lebih baik. Inipun salah satu cara untuk menentukan pilihan.
Jika ada dua mesjid dan kalian ada di tengah-tengah dari kedua mesjid itu bagaimana
kalian memilih antara kedua mesjid itu? Kecuali jika ada hal lain untuk membandingkan satu
masjid dengan yang lainnya. Ada pula waktu-waktu seperti mungkin jika kalian ada di
tengah-tengah. Mungkin imam di satu masjid lebih baik, dia seorang ahli Sunnah, dan Imam
yang lainnya punya kekurangan. Terkadang kalian melihat Imam yang satu ini memilki
kelebihan yang tidak dimiliki orang lain dan hal-hal semacam ini. Kalian bisa saja membuat
pilihan.
Para ulama pun memiliki pendapat. Jika ada mesjid di dekatmu sedangkan mesjid
yang satu lagi lebih sesuai namun lebih jauh dari rumahmu. Namun, di saat yang bersamaan
syarat mendasar dari masjid ini yaitu yang di dekat rumahmu telah dipenuhi. Maka lebih baik
bagi kalian untuk sholat di mesjid ini dibanding di mesjid yang jauh. Terutama jika orang-
orang yang melihat kalian akan tahu dan menyadari bahwa kalian datang ke mesjid itu. Maka,
orang-orangpun akan mulai berpikir, mengapa hal itu kalian lakukan? Apakah ada yang salah
dengan imam yang kurang baik. Lalu mereka mulai membangun opini negatif tentang Imam.
Mereka pun akan berpikir bahwa orang ini tampak tidak terlalu sehat Jadi, akan lebih
baik untuk sholat di mesjid yang dekat rumah kalian dan tidak menciptakan suatu fitnah. Para
ulama berbeda pendapat tentang semakin banyak jumlah jamaah itu lebih baik. Dan lebih
baik mempertimbangkan jarak mesjid untuk sholat berjamaah dengan membandingkan dua
masjid.
Jika ada dua pilihan, lebih dari satu mesjid, maka sebaiknya kalian sholat berjamaah
di satu tempat. Rasulullah bersabda: Pahala yang terbanyak yang diperoleh seorang pria
adalah orang yang berjalan paling jauh menuju masjid. Orang-orang yang paling banyak
mendapatkan pahala. Dari sholat berjamaah adalah mereka yang paling jauh jaraknya dari
masjid. Dan kemudian kedua yang terjauh dan seterusnya.
Jadi, inilah pesan yang tersirat. Jika kalian ada di jarak yang cukup jauh dari tempat
tinggalmu, lalu kalian ke mesjid untuk sholat. Dikarenakan jarak yang ditempuh inilah maka
hal itu menjadi hambatan. Namun, pastikan kalian akan datang ke mesjid dan sholat
berjamaah.
Rasulullah menyatakan dalam hadits lainnya, diriwayatkan oleh Bukhari Muslim.
Rasulullah bersabda: bahwa sholat yang dilaksanakan berjamaah adalah 25 kali lipat lebih
baik pahalanya dibandingkan sholat yang dilaksanakan sendiri di suatu rumah atau di pusat
bisnis. Jika di antara kalian melakukan wudhu dan melakukannya dengan benar. Lalu,
menuju mesjid dengan niat untuk melaksanakan sholat. Maka untuk setiap langkah yang dia
ambil untuk menuju masjid. Allah akan meningkatkan pahala bagi dirinya dan mengampuni
dosa-dosanya hingga saat dia masuk ke dalam masjid. Begitu banyak pahala yang diperoleh
dari datang ke mesjid dan Allah memberikan banyak pahala.
Ada pula Bani Salamah, salah satu suku yang terkenal di masa Rasulullah. Rasulullah
meminta mereka tetap tinggalkanlah rumahmu karena langkah-langkahmu ke mesjid dicatat.
Diriwayatkan pula bahwa Sahabah ini karena harus menempuh jarak yang cukup jauh dari
masjid. Mereka berangkat awal dan menuju mesjidnya Rasulullah saat dia mendengar ini dia
berkata: langkah kaki kalian dan jarak jauh yang kalian tempuh untuk datang dan sholat
denganku tentunya akan dicatat oleh Allah. Dan sesungguhnya kalian akan mendapatkan
pahala tambahan atas jarak yang lebih jauh yang kalian tempuh. Dan setiap usaha pastinya
akan diperhitungkan dan akan dibalas dengan balasan yang sesuai untuk jarak itu. Maka
doronglah mereka untuk datang ke masjid. Karena jarak yang ditempuh seseorang untuk
datang ke mesjid akan diberi pahala.
Sebagian ulama berpendapat bahwa lebih baik sholat di mesjid yang terdekat di antara
dua masjid. Seperti yang saya jelaskan sebelumnya, karena mereka tidak boleh menimbulkan
fitnah atau menciptakan kesalahpahaman.
Di antara sekian banyak hal, di antara sekian banyak syarat dari dimungkinkannya
melaksanakan sholat jamaah adalah ini adalah satu satu aturan untuk sholat berjamaah yaitu
tentang siapa yang layak memimpin sholat. Yang tidak boleh dilakukan adalah Imam yang
memimpin sholat adalah selain mereka yang ditentukan oleh pihak masjid. Yang artinya jika
ada seseorang yang ditunjuk bahwa dia sebagai imam dari mesjid ini. Fulan adalah imam dari
mesjid ini atau fulan adalah imam dari masjid itu,maka dia yang bertanggungjawab
memimpin sholat. Apabila dia memenuhi syarat atau kriteria yang diatur oleh Islam untuk
menjadi pemimpin sholat. Meskipun jika imam terbaik di dunia kemudian hadir, maka dia
tidak punya hak untuk memimpin sholat. Tanpa izin yang diberikan oleh imam lokal di
tempat tersebut. Yang mengizinkan, silakan memimpin sholat, mereka tidak akan bisa
menjadi imam. Atau jika anda datang sebagai pengunjung lalu anda berpikir bahwa anda
layak untuk memimpin sholat. Karena orang ini tidak dikenal, anda tidak punya hak sama
sekali.
Beda halnya jika ada kasus bagi seseorang yang telah ditunjuk menjadi imam.
Namun, dia bahkan tidak tahu cara membaca Surah Fatihah dengan benar. Maka, situasi yang
itu berbeda. Jika tidak demikian, maka tidak bisa. Tidak boleh ada yang memimpin sholat di
suatu tempat dimana dia bukanlah seorang yang sudah diberikan izin. Jika ada imam yang
sudah mengurus masjid. Maka pemilik rumah pun akan memimpin di rumahnya sendiri.
Pemilik bisnis pun akan memiliki bisnisnya sendiri dan seterusnya. Atau imam dari suatu
daerah, atau gubernur dari suatu kota, atau raja dari sebuah negara. Semuanya ini berlaku
sama.
Sama halnya jika seseorang atau seorang imam ditunjuk oleh pemimpin negara. Maka
secara otomatis dia akan menjadi imam di tempat tersebut. Dan tidak boleh ada orang yang
mengambil jabatannya itu, tanpa seizinnya. Sang pemilik rumah dan pengurusnya dan imam
yang ditunjuk itu lebih berhak dibanding yang lainnya. Jika jabatannya itu diambil alih maka
akan menyebabkan kericuhan di dalam mesjid tersebut. Dan menyebabkan umat Muslim
menjauhinya. Lebih banyak lagi tindakan seperti itu akan memecah belah kaum Muslim.
Inilah yang dikomentari oleh Imam Nawawi pada hadits sebelumnya. Sebagian ulama
berpendapat jika sholat berjamaah dipimpin oleh orang lain, bukan oleh imam yang ditunjuk
dan tanpa izin darinya atau tanpa alasan hukum syariah lainnya. Maka sholat berjamaah
tersebut tidak sah atau tidak diterima. Artinya, jika anda tidak mendapatkan izin dari imam
mesjid tersebut dan memimpin sholat. Ini berbahaya. Maksudnya, imam mesjidnya ada dan
seharusnya dia yang memimpin sholat. Namun, ada orang lain yang dengan cepat berdiri dan
ingin memimpin sholat. Tidak boleh terjadi seperti ini. Namun, jika imam datang terlambat
dan ikhwan lokal tahu imam akan terlambat. Dan mereka ingin sholat tepat waktu maka tidak
masalah. Jika imamnya tidak hadir atau mereka tahu imam sudah memberikan izin kepada
ikhwan tertentu untuk memimpin sholat, maka tidak ada masalah karena dia sudah
memberikan izin baginya. Silakan lakukan itu. Maka inilah cara yang seharusnya dan ini
sangat penting untuk kita ketahui bahwa sholat itu bukan lelucon. Sama halnya dengan
menjadi imam. Menjadi imam pun bukan lelucon, kita harus serius dengan masalah ini.
Sama halnya dengan para pengikut atau makmum. Mereka yang akan mengikuti
imam harus memberikan hak kepada imam. Jika dia sewaktu-waktu datang terlambat,
misalnya dua detik atau dua menit. Maka mereka harus menunggu imam dulu. Sedangkan
imam pun harus mencari di antara mereka yang tepat. Yang bisa memimpin sholat, yang
tidak selalu datang terlambat. Dan tidak membuat para ikhwan menderita. Imam pun harus
memulai instruksi untuk menentukan kapan akan dimulainya sholat. Atau jika ingin menunda
sholat. Maka akan lebih baik untuk memberitahu jamaah bahwa aku akan terlambat dan tidak
bisa memimpin sholat. Jangan menungguku. Silakan memimpin sholat dan lanjutkan.
Hal ini akan lebih mudah jika ada pemahaman yang baik di komunitas itu dan di
antara semua pihak. Kita tahu bahwa satu kali Rasulullah pernah, bukan sekali, namun lebih
dari satu kesempatan. Rasulullah datang terlambat untuk sholat, dan Sahabah seperti
Abdurrahman bin Auf dan Abu Bakar, mulai untuk memimpin sholat berjamaah.
Dalam hal ini, saat Rasulullah pergi ke Bani Amru bin Auf untuk menyelesaikan
perselisihan di antara suku-suku. Rasul datang terlambat, lalu ketika dia tiba, Abu Bakar
menjadi orang yang mengimami sholat. Di kesempatan lainnya, Abdurrahman Ibnu Auf
menjadi imam sholat karena Rasulullah datang terlambat. Saat Rasul tiba, sholat sudah di
rakaat yang terakhir, diapun sholat dan duduk. Dan dia berkata kepada mereka. Ahsantu,
yang artinya kalian melakukan hal yang benar. Inilah cara yang benar. Jika imamnya datang
terlambat namun sudah waktunya sholat, itulah yang harus dilakukan.
Sedangkan untuk seseorang yang sudah melaksanakan sholat. Dia masuk ke dalam
mesjid dan menemukan orang-orang sedang melaksanakan sholat yang sama berjamaah.
Yang disunnahkan adalah anda melaksanakan sholat bersama mereka. Bagi kalian akan
menjadi sholat Sunnah bagi mereka menjadi faridah.
Dalam hadits dari Abu Dhar Dirikanlah sholat pada waktu yang telah ditetapkan.
Namun, jika seruan sholat sedang dikumandangkan, saat kalian sedang di masjid. Maka
sholatlah dan jangan berkata "Aku sudah sholat dan aku tidak perlu sholat lagi". Namun
sholatlah kalian. Jadi, jika sudah sholat dengan suatu alasan dan anda ada di sana ketika
sholat dimulai dengan telat. Namun masih pada waktunya.Namun, mereka memulai sholat
jamaah dengan telat, maka bergabunglah dengan mereka. Bagi anda akan jadi Sunnah dan
bagi mereka akan menjadi wajib.
Ada suatu kesempatan, saat Rasulullah melihat dua orang pria. Dan dia menyuruh
mereka untuk mengulangi sholat. Dan dia berkata: sholat itu akan dianggap sholat Sunnah
bagi kalian berdua. Dan dia tidak membolehkan mereka duduk saat jamaah sholat, namun
menyuruh mereka berdiri dan sholat. Jika iqamah sudah dikumandangkan untuk dimulainya
sholat fardhu. Maka tidak ada yang boleh melaksanakan nafilah atau sholat Sunnah.
Setelah sholat berjamaah dimulai, maka tidak boleh ada sholat lainnya kecuali sholat
wajib atau sholat fardhu. Misalnya, saat anda akan sholat Shubuh di mesjid dan iqamah sudah
dikumandangkan. Maka anda tidak boleh melaksanakan Sunnatul Fajr, namun bisa setelah
sholat Fajr. Saya telah melihat hal ini berkali-kali khususnya untuk sholat Fajr (shubuh).
Saat orang-orang telat datang dan mereka kira masih bisa sholat Sunnah. Meskipun sholat
sudah akan dimulai mereka akan sholat Sunnah dengan cepat agar bisa mengikuti imam. Ini
tidak boleh dilakukan menurut Sunnah dari Rasululah. Kita tidak boleh melakukannya,baik
itu adalah Sunnatul Fajr atau sholat lainnya jika imam sudah memulai sholat.
Itulah batasan bagi kita untuk tidak sholat Sunnah. Namun, jika anda sudah terlanjur
sholat Sunnah dan iqamah belum dikumandangkan. Jika anda tahu bisa menyelesaikannya
segera sebelum rakaat pertama selesai. Maka segeralah selesaikan sholat dan ikutilah imam.
Namun jika anda tahu akan terlewat 1 rakaat, anda bisa berhenti sholat Sunnah dan
bergabung dengan imam.
Hal ini sangat penting, ikwan sekalian seperti yang sudah saya katakan. Bahwa
larangan yang berlaku ini tidak ada pengecualiannya. Jika masih ingin melaksanakan sholatul
Fajr (Sunnah). Anda bisa melaksanakannya setelah sholat fardhu Shubuh. Seperti yang
dinyatakan Rasulullah saat ada seorang Sahabah bertanya padanya. Dia bertanya: Ya
Rasulullah aku melewatkan sholat Sunnahnya. Lalu Rasul menjawab: Maka setelah dia
selesai sholat Shubuh, dia bisa sholat Sunnatul Fajr setelah matahari terbit.Inilah izin yang
diberikan oleh Rasulullah.
Ikhwan sekalian, sholat berjamaah ini sangat penting karena sholat itu sendiri
sangatlah penting. Jika kita bisa mendapat pahala 27 kali lipat, lalu mengapa kita hanya puas
dengan pahala satu saja? Sedangkan untuk akhwat lebih baik bagi mereka untuk sholat di
rumah dibanding sholat di masjid. Dan pahala 27 kali lipat berlaku bagi pria. Para akhwat
pun Insya Allah akan mendapat pahala 27 kali lipat, jika sholat di rumah. Allah Maha Tahu
apa yang terbaik bagi setiap hamba-Nya. Dan apapun yang terbaik itu, apa yang terbaik bagi
ikhwan dan apa yang terbaik bagi akhwat.
Semoga Allah memberikan yang terbaik baik untuk di dunia maupun di akhirat. Dan
kita memohon keberkahan kepada Allah, Allah memberikan kita Jannatillah 'Ala Jannati
firdaus. Semoga Allah membebaskan jiwa kita dari api neraka, dan memberkati kita dengan
Jannatillah 'ala jannatil firdaus. Aamin.
Wassalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Anda mungkin juga menyukai