Anda di halaman 1dari 17

URGENSI SHALAT

Latar Belakang
Sholat adalah salah satu kewajiban dari beberapa kewajiban yang dibebankan Alloh
SWT kepada orang-orang yang mengaku dirinya islam. Kewajiban sholat harus dikerjakan
seorang muslim secara rutin dalam sehari semalam sebanyak 5(lima) waktu dan tidak boleh
ditinggalkan walau dalam kondisi dan situasi apapun, seperti: kondisi sibuk bekerja, dalam
perjalanan, maupun dalam kondisi sakit. Dalam kondisi dan situasi tertentu yang tidak bisa
dihindarkan oleh manusia, Allah SWT memberikan beberapa keringanan/rukhshoh dalam
mengerjakan sholat, misalnya saat menjadi musafir atau menempuh perjalanan jauh, sholat
dpat dilakukan dengan cara jamak qashar/digabung dan diringkas, dalam kondisi sakit, sholat
dapat dilakukan dengan cara duduk, berbaring,dan isyarat, bahkan jika tidak ada air atau
karena sakit yang tidak diperbolehkan kena air, maka wudhu dapat diganti tayamum dengan
debu.

Begitu pentingnya masalah sholat, maka perintah sholat juga tidak diturunkan melalui
para malaikat, tetapi Allah SWT langsung bertemu dengan Nabi Muhammad SAW di
Sidrotul Muntaha atau yang lebih dikenal dengan langit ketujuh melalui peristiwa Isra’
Mi’raj, yaitu perjalanan dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsho kemudian menuju
Sidrotul Muntaha.

Disisi lain, jika kita perhatikan dalam kehidupan sehari-hari, masih banyak orang
yang mengaku dirinya beragama islam, tetapi masih begitu mudahnya meninggalkan sholat
atau tidak mengerjakan sholat, padahal mereka pada jam-jam datangnya waktu sholat tidak
melakukan apa-apa atau tidak mempunyai kesibukan tertentu yang dapat menjadi alasan
untuk meninggalkan sholat. Fenomena tersebut nampak juga di lingkungan sekitar kita, yang
notabene rumah/tempat tinggalnya dekat dengan masjid/musholla, apalagi mereka yang
sedang menempuh perjalanan jauh dengan berkendaraan umum maupun yang berkendaraan
pribadi, dapat kita lihat sangat sedikit sekali yang mengerjakan kewajiban shalat.

Karena orang sudah terlanjur lama tidak mengerjakan sholat, maka ada perasaan-
perasaan yang menghantui dirinya, ketika akan memulai sholat, misalnya: perasaan malu,
takut diejek teman, takut dicemooh, takut dianggap alim dan lain-lain. Apalagi merasa masih
belum bisa melafadkan bacaan sholatnya dan masih kaku gerakannya, sehingga malah
tertunda-tunda untuk bertaubat. Padahal mestinya kita harus lebih malu kepada Alloh SWT
yang sudah memberikan banyak kenikmatan kepada manusia, lebih takut terhadap azab Allah
SWT bagi yang meninggalkan sholat.

Dalam realitas kehidupan, tidak sedikit orang-orang yang sudah mengerjakan sholat
dengan rutin, namun belum bisa mengaplikasikan nilai-nilai sholat tersebut dalam kehidupan
sehari-hari, misalnya masih banyak wanita-wanita yang saat mengerjakan sholat menutup
aurat, tetapi diluar sholat tidak menutup aurat atau bahkan mengumbar aurat. Masih banyak
para pedagang yang rajin sholat, tetapi berbuat curang/menipu dalam bertransaksi jual beli.
Masih banyak para pejabat yang rajin sholat bahkan bergelar haji atau hajah, tetapi menipu
rakyat dan mendlolimi rakyat untuk kepentingan pribadinya serta tidak tanggung-tanggung
mengeruk uang rakyat yang dibayar melalui pajak.

Ma’na Shalat
Sholat adalah ibadah yang terdiri dari perkataan dan perbuatan tertentu yang bersumber pada
syari’at Islam yang dimulai dengan takbir dan disudahi dengan memberi salam.

Kedudukan Sholat Dalam Islam


1. Sebagai rukun Islam yang kedua
Kata “rukun” berarti sesuatu yang utama, yang dipentingkan dan harus/wajib dilaksanakan.
Islam dibangun atas 5(lima) hal, pertama: mengucapkan dua kalimah syahadat,
kedua:mendirikan sholat, ketiga:menunaikan zakat, keempat: mengerjakan puasa ramadhan,
dan kelima: mengerjakan haji bagi yang mampu. Bagi seorang muslim kelima rukun tersebut
harus dikerjakan, dan tidak boleh ditinggalkan, apabila salah satu ditinggalkan, maka akan
menjadi pincang.
2. Sebagai tiang agama Islam
Pokok urusan adalah islam, sedangkan tiangnya adalah sholat, dan puncaknya adalah
berjuang di jalan Alloh SWT. Dalam mendirikan suatu bangunan(misalnya rumah), maka
posisi tiang adalah sangat urgen, karena mempunyai fungsi dapat mengokohkan bangunan
tersebut. Oleh karenanya, jika tiang tidak ada, maka bangunan islam yang indah itu akan
roboh atau tidak bisa berdiri dengan kokoh.
3. Bukti seorang hamba menyembah Allah SWT
Iman kepada Allah SWT sebagai dzat yang kita sembah, tidak bisa hanya dalam bentuk
ucapan lesan saja, tetapi selain diyakini dalam hatinya juga harus diwujudkan dalam bentuk
perbuatan. Gerakan sholat, mulai dari takbirotul ihram, rukuk, dan sujud serta bacaan di
dalamnya merupakan bentuk penyembahan seorang hamba kepada yang Tuhannya.
4. Ibadah yang diwajibkan pertama kali oleh Allah SWT
Sebelum Alloh SWT mewajibkan kepada hambanya tentang kewajiban ibadah, seperti zakat,
puasa, haji dan kewajiban lainya, pertama kali setetah manusia bersyahadat, maka harus
shalat.
5. Amalan hamba yang pertama kali di hisab
“Amalan yang di hisab dari seorang hamba pada hari kiamat ialah sholat, jika ia baik, baiklah
seluruh amalnya, sebaliknya jika jelek, maka jeleklah pula semua amalnya”(HR.Tabrani)
6. Wasiat terakhir dari Rasulullah SAW kepada ummatnya
Saat hendak mengembuskan nafas, Rasululloh bersabda:
“Jagalah sholat, sholat, begitupun hamba sahayamu!”
7. Merupakan ikatan terakhir dan hilangnya agama islam
“Sungguh ikatan agama islam itu akan terurai satu demi satu. Maka setiap terurai satu ikatan,
orang-orangpun bergantung pada ikatan berikutnya. Maka ikatan yang pertama ialah
menegakkan hukum, sedangkan ikatan yang terakhir adalah shalat”.(HR. Ibnu Hiban )
8. Batas yang membedakan antara muslim dan kafir
“Batas diantara seseorang dengan kekafiran itu ialah meninggalkan sholat”(HR.Ahmad,
Muslim, Abu Daud, Tirmizi, dan Ibnu Najah-hadits ke 31507/6291)
9. Sholat itu berat kecuali bagi yang khusu’
Ibadah sholat memang berat, karena dalam sehari semalam harus melakukan sholat fardlu
5(lima) waktu dalam interval waktu yang tidak panjang, belum lagi jika ditambah dengan
sholat shunnah rawatib, sholat dhuha, sholat malam, sehingga mungkin sebagian orang akan
menganggap mengganggu kesibukan kerja, mengurangi waktu tidur/istirahat/bermain. Bagi
orang yang melakukan sholat tidak dibarengi dengan kebersihan hati dan kemantaban iman,
sekedar menggugurkan kewajiban saja, atau hanya membuktikan diri didepan kalayak bahwa
dia orang islam, maka sholat tidk menghasilkan apa-apa, hanya lelah saja. Tetapi bagi orang
yang melakukannya, sebagai perwujudan penghambaan diri dan rasa cintanya kepada Alloh
SWT agar dirinya semakin dekat, dicintai, disayangi oleh-Nya, maka akan merasakan
nikmatnya melakukan sholat, sehingga dalam situasi dan kondisi apapun dia tidak ingin
meninggalkannya, bahkan selalu menambahnya dengan sholat-sholat sunnah lainnya.
10. Sholat tidak bisa ditinggalkan dalam kondisi apapun

Pengaruh Sholat dalam kehidupan muslim


1. Dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar
“Sesungguhnya sholat dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar”(29:45)
2. Dapat memberi ketenangan hidup.
Sholat merupakan aktivitas dzikir kepada Alloh SWT, dengan berdzikir hati menjadi tenang.
3. Sarana pendidikan /tarbiyyah
4. Melatih kedisiplinan
5. Sarana mendapatkan pertolongan Alloh SWT
6. Kunci kesuksesan hidup
7. Dapat menyehatkan tubuh

Ancaman bagi orang-orang yang meninggalkan sholat


1. Terjerumus dalam kesesatan dan kemaksiatan
2. Dimasukkan dalam neraka

Balasan bagi yang mengerjakan sholat dengan baik


1. Dapat menghapuskan dosa-dosa kecil, jika dosa-dosa besar ditinggalkan
“ Sesungguhnya seorang muslim apabila ia berwudlu dan memperbaiki(menyempurnakan
wudlunya), lalu sholat lima waktu, maka keslahannya berguguran sebagaimana daun-daun ini
berguguran”(HR.Ahmad, Nasa’I dan Tabrani)
2. Dimasukkan dalam surganya
3. Memberikan kecakapan akhlak perbuatan baik
4. Dimudahkan segala urusan.

Sebab-sebab seorang muslim meningggalkan sholat


1. Belum sempurnanya pemahaman aqidah yang dimiliki
2. Belum merasakan akibat dari meninggalkan sholat
3. Belum mempunyai pemahaman syari’at islam secara utuh
4. Masih mengedepankan kepentingan yang bersifat duniawi
5. Sholat masih menjadi beban, belum menjadi kebutuhan hidup
6. Belum merasakan nikmatnya dalam melakukan sholat
7. Merasa tidak mendapatkan apa-apa
8. Merasa bahwa melakukan sholat dan tidak melakukan sholat tidak bisa merubah
kehidupannya(tetap kekurangan/miskin)
9. Merasakan bahwa keberhasilan di dunia sebagai hasil jerih payah sendiri, tidak ada campur
tangan Alloh SWT

Langkah langkah agar termotivasi melakukan sholat


1. Meyakini bahwa Alloh SWT sebagai dzat yang menciptakan alam semesta dan sisinya
termasuk manusia, memberikan rizki, menghidupkan dan mematikan kepada semua makhluq
ciptaannya.
2. Meyakini bahwa hidup didunia hanya sementara, dan ketika mati akan dimintai
pertanggungjawaban oleh Alloh SWT apa yang kita lakukan didunia
3. Meyakini bahwa kematian itu pasti datang menjemput, baik pada saat kondisi manusia siap
atau tidak
4. Bulatkan niat dan tekat kita untuk melakukan sholat, pasti Alloh SWT akan menolongnya
5. Hilangkan rasa malu melakukan sholat kepada sesama manusia, karena disisi manusia kita
tidak akan dapat apa-apa, tetapi disisi Alloh SWT lah kita akan mendapat balasannya
6. Mulailah dari yang mampu kita lakukan, sambil terus menerus belajar untuk memperbaiki,
baik bacaan atau gerakan sholat, jangan menunggu sempurna terelebih dahulu
7. Jangan takut terhadap ejekan/cemoohan/cibiran orang terhadap apa yang kita lakukan.

URGENSI PUASA
Latar Belakang
1. Pengertian Ibadah Puasa
Puasa adalah menahan diri dari segala apa yang membatalkan puasa mulai terbitnya fajar
sampai terbenam matahari disertai dengan niat untuk berpuasa.
Secara etimologi berarti menahan diri dari sesuatu baik dalam bentuk perkataan maupun
perbuatan pengunaan lafal As-Saum. Dalam pengertian etimologi ini di jumpai dalam firman
Allah SWT surah Maryam ayat 26 yang berbunyi :
Artinya :
"Sesungguhnya aku telah bernazar untuk Tuhan yang Maha Pemurah maka aku tidak akan
berbicara dengan seorang manusiapun hari ini".
Menurut ulama fiqih mendefinisikan puasa dengan menahan diri dari segala perbuatan yang
membatalkan yang dilakukan oleh orang mukallaf pada siang hari sejak terbit fajar sampai
terbenam matahari.

2. Hukum-hukum Ibadah Puasa


a. Wajib apabila :
- Puasa bulan Ramadhan
- Apabila dia bernazar
- Puasa kafarah karena melanggar sumpah atau lainnya
- Puasa di dalam haji sebagai ganti dari fidyah
- Untuk mengqodho’ puasa ramadhan yang ditinggalkan
- Di waktu akan mengerjakan sholat istisqo apabila imam atau ulil amri memerintahkan
untuk berpuasa Sesuai dengan firman Allah yang mengatakan bahwa puasa itu wajib terdapat
dalam surah Al-Baqarah ayat 183 sampai 184 yang berbunyi :
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas
orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.
b. Sunnah apabila
Dikerjakan mendapat pahala dan ditinggalkan tidak apa-apa. Contoh puasa sunnah sebagai
berikut :
- Puasa hari arafah
- Puasa senin kamis
- Dll
c. Makruh apabila
Berpuasa pada hari jumat atau sabtu saja tanpa disambung dengan hari sebelum atau hari
sesudahnya hukumnya makruh. Demikian juga puasa dahr ( puasa setiap hari ) apabila akan
melalaikan kewajibannya.
d. Haram tetapi sah puasanya
Yaitu apabila puasa seorang istri tanpa seizin suami dan puasa tersebut bukan puasa wajib
melainkan puasa sunnah.
e. Haram dan tidak sah puasanya apabila
- Berpuasa pada hari-hari yang diharamkan untuk berpuasa maka hukum puasanya
haram dan tidak sah.
Adapun hari yang diharamkan tersebut adalah :
1) Hari raya Idul Fitri ( 1 Syawal ) atau Idul Adha ( 10 Dzhulhijjah )
2) Hari syak ( 30 Sya’ban apabila sebagian orang mengatakan telah melihat bulan sabit di
bulan ramadhan, namun yang diberi berita masih ragu, dan tidak ada pernyataan dari
pemerintah )
3) Hari tasyrik (tanggal 11, 12, 13 bulan dzhulhijjah )
- Bagi wanita yang sedang haid atau nifas
- Puasa sunnah pada tanggal 16 sampai 30 sya’ban, kecuali apabila disambung pada
hari sebelum tanggal 16, atau menjadi kebiasaannya seperti puasa senin kamis. Begitu pula
jika puasa wajib maka tidak haram.
3. Keistimewaan Ibadah Puasa
Ibadah puasa adalah rukun islam yang keempat, dan merupakan ibadah yang murni
untuk Allah karena ibadah lainnya seperti sholat, shodaqoh, sujud, dll yang dilakukan oleh
orang kafir, seperti sholatnya orang nasrani atau sujud orang yang menyembah patung dan
shodaqoh yang karena patung. Akan tetapi ibadah puasa tidak dilakukan kecuali untuk Allah
Swt, oleh karenanya Allah berfirman di dalam hadits qudsinya yang diriwayatkan oleh
Bukhori dan Iman Muslim :
Artinya :
Dari Abu Hurairah Ra. Berkata : bahwasanya Rasulullah Saw bersabda : Allah Swt berfirman
: “ semua amal anak adam untuk dirinya kecuali ibadah puasa, maka sesungguhnya dia
adalah untukku dan aku akan memberi imbalan karenanya “. ( Muttafaqun ‘Alaih ).
Ayat dan hadits yang menerangkan tentang keistimewaan ibadah puasa cukup banyak
diantaranya :
Artinya : "Sesungguhnya diberikan pahala bagi orang-orang yang sabar tanpa hitungan"
( Azzumar : 39 )

4. Hikmah Ibadah Puasa


Allah Swt tidak menggariskan suatu hukum atau suatu syariat kecuali pasti mengandung
hikmah yang kembali kepada kita dengan kebaikan, baik didunia maupun diakhirat baik
sudah diketahui oleh manusia atau belum.
Begitu pula ibadah puasa, tidak lepas dari hikmah-hikmahnya yang sangat berarti bagi kita
diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Ibadah puasa membersihkan jiwa kita dengan melaksanakan semua perintah Allah dan
menjauhi semua larangan-Nya serta melatihnya untuk melaksanakan semua ibadah dengan
sempurna walaupun yang demikian itu mengharuskan meninggalkan kemauan-kemauan
hawa nafsunya.
b. Ibadah puasa melatih jiwa kita untuk selalu mengedepankan ridho Allah SWT dan
melatihnya untuk bersabar, dimana kita mempunyai keinginan-keinginan yang timbul dari
hawa nafsu dan dapat mencegahnya dengan kesabaran. Oleh karenanya baginda Rasulullah
Saw bersabda :
Artinya :
“Berpuasa pada bulan kesabaran ( bulan Ramadhan ) dan tiga hari setiap bulan ( tanggal 13,
14, 15 ) dapat menghilangkan penyakit hati”. ( HR. Al Bazzar )
c. Ibadah puasa dapat meredam nafsu seks manusia, sebagaimana sabda Rasul Saw :
Artinya :
"Wahai para pemuda barang siapa mampu diantara kalian untuk menikah, maka menikahlah
karena nikah itu dapat lebih memejamkan mata dan menjaga kemaluan seseorang. Dan
barang siapa belum mampu, maka hendaknya dia berpuasa, karena puasa itu dapat
meredamnya". ( Muttafakun ‘Alaih )
d. Ibadah puasa melatih kita untuk selalu bersyukur akan nikmat-nikmat Allah Swt karena
biasanya seseorang akan mensyukuri suatu nikmat setelah tiada. Begitu pula orang yang
berpuasa, ketika berpuasa seakan dia orang yang tidak punya, dan tatkala berbuka seakan dia
orang yang kaya, sehingga akan kita dengar ketika orang yang berpuasa ketika berbuka
mengucap kalimat Alhamdulillah.
e. Ibadah puasa memberitahu kita penderitaan orang-orang miskin, dimana kita
diperintahkan untuk berpuasa dalam waktu-waktu tertentu, untuk ikut merasakan penderitaan
yang dialami oleh orang-orang miskin yang hampir setiap hari mereka merasakan hal itu,
sehingga timbul rasa iba kita untuk membantu mereka.
f. Ibadah puasa menjaga kesehatan badan kita dimana ilmu kedokteran membuktikan
bahwa didalam perut kita ada baksil-baksil yang tidak akan mati kecuali dengan puasa,
sehingga setelah berpuasa sebulannya akan mati semua baksil dan tahan sampai setahun
berikutnya.
g. Ibadah puasa bulan ramadhan adalah merupakan kesempatan emas untuk umat
Rasulullah Saw dalam mengumpulkan banyak pahala dimana pada bulan itu terdapat Lailatul
Qadar dimana Allah menggambarkan dalam Al-Quran, satu malam yang lebih baik dari
seribu bulan, sebagaimana firman Alllah SWT :
Artinya :
" Dan lailatul Qadar itu lebih baik dari seribu bulan ". (Al-Qadr : 3)
Dan juga dengan ibadah puasa tersebut kita dapat meleburkan dosa sebagaimana sabda Rasul
Saw :
Artinya :
" Barang siapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan karena iman dan mengaharapkan pahala
Allah semata maka Allah akan mengampunkan dosa-dosanya yang telah lalu " (Muttafakun
‘Alaih)
Pada bulan itu juga semua kebaikan akan dilipat gandakan oleh Allah swt dan banyak lagi
hikmah-hikmah yang terkandung didalamnya, maka beruntunglah mereka yang
menggunakan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya.
5. Rukun Puasa
Setiap orang akan berpuasa, harus menjalankan rukun-rukunnya kalau ditinggalkan maka
tidak sah puasanya. Menurut berbagai pendapat rukun puasa itu ialah sebagai berikut :
Ulama fiqih sepakat bahwa rukun puasa hanya satu yaitu menahan diri dari segala yang
membatalkan puasa sejak terbit fajar shodiq ( fajar yang benar ) sampai terbenam matahari.
Ulama mahzab maliki dan mazhab syafi’i menambahkan rukun lain yaitu niat. Alasan yang
beradasarkan rukun tersebut adalah surah Al-Baqarah ayat 187 yang berbunyi :
Artinya :
" Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dan benang hitam yaitu fajar.
Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai datang malam …..
Ayat ini berbicara tentang kebolehan melakukan makan, minum, dan berhubungan dengan
istri atau suami dimalam hari. Tetapi jika telah terbit fajar orang berpuasa harus menahan diri
dari segala yang membatalkan puasa sampai datang malam. Landasan hukum ulama mazhab
maliki dan mazhab syafi’I menjadikan niat sebagai salah satu rukun puasa adalah sabda
rasulullah saw : "sesungguhnya setiap amalan itu tergantung kepada niat" (HR. al-Bukhari,
Muslim dan Ahmad bin hambali.)
6. Syarat-syarat Sah Ibadah Puasa
Ibadah puasa seseorang akan menjadi sah apabila memenuhi syarat-syarat berikut :
a. Islam, maka tidak sah dari orang kafir untuk beribadah puasa, karena ibadah puasa
membutuhkan niat dan niat tidak sah dari orang kafir.
b. Baligh / berakal, maka tidak sah berpuasa dari seorang gila atau orang yang hilang
ingatan ( mabuk, pingsan sepanjang hari )
c. Suci, dari haid dan nifas disepanjang hari, maka tidak sah puasa dari wanita haid atau
nifas bahkan haram hukumnya atas mereka menunaikan puasa.

URGENSI ZAKAT
Latar Belakang
Menurut bahasa, kata “zakat” adalah tumbuh, berkembang, subur atau bertambah.
Dalam Al-Quran dan hadis disebutkan, “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan
sedekah” (QS. al-Baqarah[2]: 276); “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan
zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka” (QS. at-Taubah[9]: 103); “Sedekah
tidak akan mengurangi harta” (HR. Tirmizi).
Menurut istilah, dalam kitab al-Hâwî, al-Mawardi mendefinisikan pengertian zakat dengan
nama pengambilan tertentu dari harta yang tertentu, menurut sifat-sifat tertentu, dan untuk
diberikan kepada golongan tertentu.
Adapun kata infak dan sedekah, sebagian ahli fikih berpendapat bahwa infak adalah
segala macam bentuk pengeluaran (pembelanjaan), baik untuk kepentingan pribadi, keluarga,
maupun yang lainnya. Sementara kata sedekah adalah segala bentuk pembelanjaan (infak) di
jalan Allah.
Berbeda dengan zakat, sedekah tidak dibatasi atau tidak terikat dan tidak memiliki
batasan-batasan tertentu. Sedekah, selain bisa dalam bentuk harta, dapat juga berupa
sumbangan tenaga atau pemikiran, dan bahkan sekadar senyuman.

Jenis-jenis Zakat
1. Zakat Mal
Menurut bahasa, kata “mâl” berarti kecenderungan, atau segala sesuatu yang diinginkan
sekali oleh manusia untuk dimiliki dan disimpannya. Sedangkan menurut syarat, mâl adalah
segala sesuatu yang dapat dimiliki atau dikuasai dan dapat digunakan (dimanfaatkan)
sebagaimana lazimnya.
Dengan demikian, sesuatu dapat disebut mâl apabila memenuhi dua syarat berikut:
 Dapat dimiliki, disimpan, dihimpun, dikuasai.
 Dapat diambil manfaatnya sebagaimana lazimnya.
Contohnya: rumah, mobil, ternak, hasil pertanian, uang, emas, perak, dan lain sebagainya.
Sedangkan sesuatu yang tidak dapat dimiliki tetapi manfaatnya dapat diambil, se-perti udara
dan sinar matahari tidaklah disebut mâl. Pembagian Zakat Mal sebagai berikut.
a) Zakat Harta Peternakan
Unta
Nisab dan kadar zakat unta adalah 5 (lima) ekor.
Sapi, Kerbau, dan Kuda
Nisab kerbau dan kuda disetarakan dengan nisab sapi, yaitu 30 ekor.
Kambing atau Domba
Nisab kambing atau domba adalah 40 ekor.
Unggas (Ayam, Bebek, Burung) dan Ikan
Nisab dan kadar zakat pada ternak unggas dan perikanan tidak ditetapkan berdasarkan jumlah
(ekor) sebagaimana unta, sapi, dan kambing, tetapi dihitung berdasarkan skala usaha. Apabila
seseorang beternak ikan, dan pada akhir tahun (tutup buku) ia memiliki kekayaan berupa
modal kerja dan keuntungan lebih besar, kira-kira setara dengan 85 gram emas murni, ia
terkena kewajiban zakat sebesar 2,5%.
b) Zakat Harta Perniagaan dan Perusahaan
Harta perniagaan adalah harta yang disiapkan untuk diperjualbelikan, baik dikerjakan oleh
individu maupun kelompok atau syirkah (PT, CV, PD, FIRMA). Mayoritas ahli fikih sepakat
bahwa nisab zakat harta perniagaan adalah sepadan dengan 85 gram emas atau 200 dirham
perak. Ketetapan bahwa nilai aset telah mencapai nisab ditentukan pada akhir masa haul
sesuai dengan prin- sipindependensi tahun keuangan sebuah usaha.
c) Zakat Hasil Pertanian
Nisab hasil pertanian adalah 5 wasq atau setara dengan 653 kg. Apabila hasil pertanian
tersebut termasuk makanan pokok, seperti beras, jagung, gandum, dan kurma, nisabnya
adalah 653 kg dari hasil pertanian tersebut. Tetapi jika hasil pertanian itu selain makanan
pokok, seperti buah-buahan, sayur-sayuran, daun, dan bunga, nisabnya disetarakan dengan
harga nisab dari makanan pokok yang paling umum di daerah (negeri) tersebut, misalnya
untuk Indonesia adalah beras. Kadar zakat untuk hasil pertanian, apabila diairi dengan air
hujan, sungai, atau mata air adalah 10%, tetapi apabila hasil pertanian diairi dengan disirami
atau irigasi (ada biaya tambahan), zakatnya adalah 5%.
d) Zakat Emas dan Perak atau Harta Simpanan
Nisab emas dan perak adalah 20 dinar (85 gram emas murni) dan perak adalah 200 dirham
(setara 595 gram perak).Artinya, apabila seseorang telah memiliki emas atau perak sebesar 20
dinar atau 200 dirham dan sudah memilikinya selama setahun, maka ia terkena kewajiban
zakat sebesar 2,5%. Demikian juga jenis harta yang merupakan harta simpanan dan dapat
dikategorikan dalam emas dan perak, seperti uang tunai, tabungan, cek, saham, surat berharga
ataupun bentuk lainnya. Nisab dan kadat zakat nya sama dengan ketentuan emas dan perak.
2. Zakat Fitrah
Zakat fitrah merupakan salah satu dari jenis zakat yang wajib dikeluarkan setiap individu
merdeka dan mampu serta sesuai dengan syarat yang telah ditetapkan. Pembagian waktu
zakat fitrah :
 Waktu Harus: bermula dari awal bulan Ramadhan sampai akhir bulan Ramadhan.
 Waktu Wajib: setelah matahari terbenam pada akhir bulan Ramadhan.
 Waktu Afdhal: setelah melaksanakan solat subuh pada hari akhir Ramadhan sampai
sebelum mengerjakan sholat idul fitri.
 Waktu Makruh: melaksanakan sholat idul fitri sehingga sebelum terbenam matahari.
 Waktu Haram: setelah matahari terbenam pada hari raya Idul Fitri.
Jenis zakatnya yaitu sesuai dengan makanan pokok kita dan di Indonesia sendiri makanan
pokoknya adalah beras. Setiap balita hingga orang dewasa memiliki kewajiban membayar
zakat sebesar 3,5 liter atau 2,5 kg beras. Apabila anda Zakat ingin menggantikannya dengan
uang, anda harus membayar sesuai dengan harga dari 2,5 beras tersebut. Selanjutnya anda
bisa salurkan kepada  masjid terdekat atau kepada lembaga amil zakat yang terpercaya.

Pentingnya Zakat
1. Zakat memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam
yakni sebagai salah satu rukun Islam. Allah SWT bahkan mensejajarkan kata sholat dan
kewajiban berzakat didalam Al-Qur’an.
Artinya ” …Jika mereka bertaubat dan mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka
berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Alloh Maha Pengampun
Lagi Maha Penyayang.” (QS. At Taubah :5)

2. Zakat menjadi Indikator tingkat keimanan seseorang


semakin seseorang ingin mendedikasikan dirinya pada Allah SWT, semakin ia ingin
termasuk kedalam orang-orang mu’min, dalam hal ini ia berupaya untuk terus selalu
menunaikan segala kewajibannya.
Artinya: “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang
khusyu` dalam shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan
perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat.” (Q.S. Al-
Mu’minun: 1-4)

3. Zakat termasuk dharuriyat (perkara-perkara pasti)


barang siapa meninggalkan zakat, ia menjadi kafir dan keluar dari agama Islam. Kecuali jika
orang tersebut baru masuk Islam, sehingga kebodohannya terhadap hukum-hukum Islam
terma’afkan. Atau orang itu tinggal di daerah yang jauh dari Ulama.
Artinya :“Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan
kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka.
Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan
dikalungkan di lehernya kelak pada hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan
(yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Ali
Imran:180)
“Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,“Barangsiapa diberi harta oleh Allah, lalu dia tidak menunaikan zakatnya,
pada hari kiamat hartanya dijadikan untuknya menjadi seekor ular jantan aqra’ (yang kulit
kepalanya rontok karena dikepalanya terkumpul banyak racun), yang berbusa dua sudut
mulutnya. Ular itu dikalungkan (di lehernya) pada hari kiamat. Ular itu memegang  dengan
kedua sudut mulutnya, lalu ular itu berkata,’Saya adalah hartamu, saya adalah simpananmu’.
[HR Bukhari no. 1403]
Artinya: “Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya
pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat)
siksa yang pedih. Pada hari dipanaskan emas perak itu di dalam neraka Jahannam, lalu
dibakarnya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka:
“Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang
(akibat dari) apa yang kamu simpan.” (At Taubah:34-35)

4. Zakat bermakna membersihkan atau mensucikan


Orang yang berzakat dengan niat karena Allah SWT, maka Allah SWT akan membersihkan
jiwa dan harta tersebut serta mengakibatkan ketenangan, kebahagiaan, keamanan dan
kesejahteraan hidup.
Artinya: "Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan
dan mensucikan mereka dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Alloh maha mendengar lagi maha mengetahui". (Q.S At-
Taubah :103).

5. Zakat bermakna tumbuh dan berkembang


Secara logika matematis ketika seseorang membayar zakat hartanya akan berkurang.
Namun Allah SWT membantahnya dan menegaskannya di dalam Al-Qur’an, bahwasahnya
orang yang berzakat, maka hartanya akan selalu beres, diberikan keberkahan, dan dijaga dari
berbagai permasalahan serta dicukupkan rizkinya.
Artinya: “Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta
manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa
zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat
demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya)” (Q.S. Ar-Rum: 39)
Artinya: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan
hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir,
pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia
kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”.

6. Zakat terkait dengan etos bekerja


yakni seseorang akan dituntut mencari rizki yang halal, berzakat dengan ikhlas dan benar
akan menjauhkan dari dari prilaku tercela
Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya Allah tidak akan menerima sedekah yang ada
unsur tipu daya" (HR. Imam Muslim)

7. Zakat akan menyebabkan orang semakin giat melaksanakan ibadah mahdlah


seperti sholat maupun yang lainnya
Artinya: “Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat, dan ruku’lah beserta orang-orang yang
ruku” (Q.S. Al Baqarah: 43)

URGENSI HAJI

Latar Belakang
Haji adalah rukun islam yang kelima setelah syahadat, shalat, zakat dan puasa. Menunaikan
ibadah haji adalah bentuk ritual tahunan yang dilaksanakan kaum muslimin sedunia yang
mampu ( material, fisik, dan keilmuan ) dengan berkunjung dan melaksanakan beberapa
kegiatan di beberapa tempat di arab saudi pada suatu waktu yang dikenal sebagai musim haji
( bulan Dzulhijah ). Hal ini berbeda dengan ibadah umrah yang biasa dilaksanakn sewaktu –
waktu.
Pentingnya Haji
1. Tunduk Dan Pasrah Kepada Syariat Allah Ta’ala
“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka
tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan,
dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS. an-Nisa’: 65).
Ibadah haji merupakan contoh yang paling tepat dalam menggambarkan kepasrahan ini. Hal
itu tergambar dalam perpindahan jama’ah haji dari satu masy’ar (tempat ibadah) ke masy’ar
lainnya, juga dalam thawaf, mencium hajar aswad, melontar jumrah dan lain-lain. Semua itu
merupakan contoh aplikatif dalam mewujudkan ketundukan kepada syariat Allah dan
kepasrahan menerima hukum-hukum-Nya dengan dada lapang dan hati tenang.
2. Menegakkan Tauhid
Sesungguhnya syiar ibadah haji dibangun di atas kemurnian tauhid kepada Allah semata.
Allah SWT berfirman:
“Dan (ingatlah), ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah
(dengan mengatakan): “Janganlah kamu memperserikatkan sesuatupun dengan Aku dan
sucikanlah rumahKu ini bagi orang-orang yang thawaf, dan orang-orang yang beribadat
dan orang-orang yang ruku’ dan sujud.” (QS. al-Hajj: 26).
Allah juga melarang kesyirikan dan memvonisnya sebagai najis dalam firman-Nya
“Maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan
dusta, dengan ikhlas kepada Allah, tidak mempersekutukan sesuatu dengan Dia.” (QS. al-
Hajj: 30-31).
Dalam rangka merealisasikan tauhid dan mengingkari taghut, maka disyaratkan bagi jama’ah
haji memulai haijnya dengan talbiah: labbaika allahumma labbaik, labbaika la syarika laka
labbaik, innal hamda wan ni’mata laka wal mulk la syarika laka.
Intinya dalam pelaksanaan manasik dan syiar haji terdapat pendidikan tauhid bagi umat
dalam bentuk berdo’a kepada Allah semata, memohon dan meminta, berharap dan
bertawakkal kepada-Nya semata, merasa cukup dengan Allah dan tidak butuh kepada sesama
manusia, tidak banyak meminta atau merasa perlu kepada mereka.
3. Mengagungkan Syiar Dan Hurumatillah
Hal itu tergambar dalam firman Allah setelah menyebutkan beberapa perkara tentang
ibadah haji:
“Demikianlah (perintah Allah), dan barangsiapa mengagungkan hurumatillah/apa-apa
yang terhormat di sisi Allah.” (QS. al-Hajj: 30).
Hurumat yang dimaksudkan di sini adalah amalan-amalan haji yang tertuang dalam firman-
Nya.
“Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoranyang ada pada badan mereka
(rambut, kuku dan sebagainya), dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar
mereka.”  (QS. al-Hajj: 29).
Pada ayat lain, Allah ta’ala berfirman yang artinya
“Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka
sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” (QS. al-Hajj: 32).
Secara umum, mengagungkan amalan-amalan haji termasuk ketaqwaan hati.
Mengagungkan syiar-syiar Allah dilakukan dalam bentuk menghormati dan mencintainya
dalam hati dan menyempurnakan sifat-sifat ubudiah dalam syiar-syiar tersebut.
Ibn Qayyim menegaskan, “Roh ibadah adalah penghormatan dan kecintaan, apabila salah
satu dari keduanya tidak wujud maka ibadah itu akan rusak.”

4. Mencintai Rasulullah shallallahu Alaihi Wasallam


Mencintai Rasulullah shallallahu alaihi wasallam termasuk amalan hati yang paling
agung dan cabang keimanan yang paling mulia. Kecintaan kepadanya melahirkan sikap
mutaba’ah dan komitmen kepada petunjuknya. Sedang komitmen mengikuti petunjuk
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam pelaksanaan ibadah haji mengantar seseorang
menggapai cintanya karena beliau bersabda: “Ambillah dariku tata cara pelaksanaan
manasik haji kalian”, sedang mengikuti petunjuknya akan mewujudkan kecintaan kepada
Allah.
5. Mewujudkan wala’ (Loyalitas) Kepada Orang-Orang Mukmin Dan Bara’ah
(Berlepas Diri) Dari Orang-Orang Musyrik
Sungguh menyedihkan fenomena perpecahan kaum muslim menjadi beberapa sekte,
golongan, dan negara yang saling berseteru dan didominasi perselisihan ala jahiliah.
Ibadah haji merupakan terapi yang sangat ampuh untuk meminimalisir perselisihan dan
perpecahan tersebut. Karena ibadah haji dapat menyatukan potensi mereka, menumbuhkan
sikap loyal, cinta dan suka menolong sesama mukmin. Jika kaum muslim itu disatukan oleh
sumber talaqqi yang satu yaitu Al-Quran dan Sunnah sebagaimana mereka disatukan oleh
qiblat yang sama, maka dalam ibadah haji hubungan mereka akan semakin dekat karena
mereka disatukan oleh pakaian, tempat, dan waktu yang sama dalam melaksanakan manasik
ibadah yang sama pula.
Dalam ibadah haji terwujud banyak bentuk wala’ kepada sesama mukmin. Di
dalamnya terealisasi madrasah yang mengajarkan kedermawanan, kesenangan berinfaq, dan
kebiasaan melakukan kebaikan berupa mengajari orang jahil, menuntun orang tersesat,
memberi makan orang lapar, memberi minum yang haus dan membantu orang yang
membutuhkan bantuan.
Sebaliknya, dalam ibadah haji juga terdapat penanaman nilai-nilai bara’ah dan penyelisihan
terhadap orang-orang musyrik.
6. Mengingatkan Hari Akhirat
Pada saat jama’ah haji meninggalkan kampung halamannya dan memulai perjalanan
ibadahnya hendaknya ia mengingatkan dirinya bahwa suatu saat nanti ia akan mati dan keluar
meninggalkan kehidupan dunia menuju miqat dan dahsyatnya hari kiamat.
Saat mengenakan pakaian ihram, hendaknya ia mengingat pakaian kafannya, dan bahwa ia
akan menjumpai Allah dengan pakaian berbeda dengan pakaian di dunia.
Ketika wukuf di Arafah, saat meyaksikan kedahsyatan jumlah manusia dan keributan suara
serta keragaman bahasa mereka, maka hendaknya ia teringat dengan dahsyatnya padang
mahsyar saat manusia dikumpulkan di tempat tersebut. Karena sesungguhnya wukuf pada
hari itu jauh lebih dahsyat daripada wukuf di Arafah.

Anda mungkin juga menyukai