Anda di halaman 1dari 13

RANGKUMAN

PEMBAHASAN SHALAT

 Makna shalat

Shalat dalam arti umum yaitu sebuah ibadah ritual yang diwajibkan oleh Allah
SWT kepada umat Muslim. Secara bahasa shalat berasal dari bahasa Arab
yang artinya doa. 

Sedangkan, menurut istilah, shalat adalah serangkaian kegiatan ibadah


khusus atau tertentu yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri
dengan salam.  

Seperti firman Allah SWT di QS al-Baqarah : 238, Allah memerintahkan


umatnya untuk shalat lima waktu yang merupakan ibadah ritual umat Muslim.
“Peliharalah segala salat (mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah
karena Allah (dalam salatmu) dengan khusyuk.”

Shalat merupakan tiang agama yang sangat penting bagi seorang muslim.
shalatlah yang membedakan antara orang muslim dengan orang kafir.
“Sungguh yang memisahkan antara seorang muslim dengan kesyirikan dan
kekufuran adalah meninggalkan sholat.”

 Hukum sholat

Hukum melakukan shalat 5 waktu merupakan wajib, apalagi Allah


mengharuskan tiap pengikutnya untuk senantiasa melakukan 5 waktu meski
sedang sakit dengan keadaan tertentu.

Hukum meninggalkan sholat menurut jumhur ulama adalah termasuk dosa


besar dan dosanya lebih besar dari dosa membunuh, merampas harta orang
lain, berzina, mencuri, dan minum minuman keras. Apabila orang itu
mengingkari wajibnya sholat, maka dia telah kafir. misalnya, meyakini bahwa
sholat itu hukumnya sunnah atau mubah (sholat boleh, tidak  sholat juga
boleh).

Fardhu

 Sholat Fardhu adalah doa yang diwajibkan untuk melakukannya. Shalat


fardhu dibagi lagi menjadi dua, yaitu:
Fardu ain ialah kewajiban yang wajib mukallaf berhubungan langsung dengan
dirinya serta tidak boleh ditinggalkan ataupun dilakukan oleh orang lain,
semacam shalat 5 waktu serta shalat Jumat( fardhu‘ ain untuk pria).
 Fardu kifayah ialah kewajiban yang wajib mukallaf tidak berhubungan
langsung dengan dirinya. Kewajiban ini jadi sunnah sehabis sebagian orang
melaksanakannya. Tetapi bila tidak ada yang melaksanakannya hingga kita
harus melaksanakannya serta menjadi berdosa bila tidak dilakukan,
semacam shalat jenazah.

Sholat sunnah

Sholah sunnah merupakan sholat yang disarankan ataupun diucapkan namun


tidak harus. Sholat sunnah dibagi jadi 2, ialah:

 Sunnah muakkad merupakan shalat sunah yang disarankan dengan


penekanan yang kokoh( nyaris hingga pada titik wajib), semacam shalat 2
hari raya, shalat sunah witir serta shalat sunnah tawaf.
 Sunnah ghairu muakkad ialah shalat sunah yang disarankan tanpa
penekanan yang kokoh, semacam shalat sunat rawatib serta shalat sunah
insidentil( bergantung waktu serta kondisi, semacam sholat kusuf/ khusuf
hanya dilakukan dikala berlangsung gerhana).

Kondisi khusus

Dalam situasi dan kondisi tertentu kewajiban melakukan salat diberi


keringanan tertentu. Misalkan saat seseorang sakit dan saat berada
dalam perjalanan. Bila seseorang dalam kondisi sakit hingga tidak bisa berdiri
maka ia dibolehkan melakukan salat dengan posisi duduk, sedangkan bila ia
tidak mampu untuk duduk maka ia diperbolehkan salat dengan berbaring. Bila
dengan berbaring ia tidak mampu melakukan gerakan tertentu ia dapat
melakukannya dengan isyarat. Sedangkan bila seseorang sedang dalam
perjalanan, ia diperkenankan menggabungkan (jamak) atau meringkas
(qashar) salatnya. Menjamak salat berarti menggabungkan dua salat pada
satu waktu yakni sala zuhur dengan salat asar atau salat magrib dengan salat
isya. Mengqasar salat berarti meringkas salat yang tadinya 4 rakaat (zuhur,
asar, isya) menjadi 2 rakaat.
 Syarat sah sholat

 Syarar merupakan sesuatu yang menjadi sahnya salat. Syarat lebih didahulukan
daripada rukun. Sebab, syarar harus dipenuhi sebelum mengerjakan salat.
Adapun ke-6 syarat sahnya salat berdasarkan kitab Fathul Mu’in yaitu sebagai
berikut:
1. Thaharah atau bersuci
Bersuci di sini yakni, suci dari hadas kecil dan besar. Hadas kecil adalah hadas
yang dapat disucikan dengan cara berwudu atau tayamum. Sedangkan hadas
besar adalah hadas yang harus disucikan dengan cara mandi. Contohnya, haid,
junub, nifas dan keluarnya mani.
2.Suci badan, pakaian dan tempat dari najis
Yakni, termasuk suci dari badan adalah dalam mulut, hidup dan dua mata.
Sedangkan suci pakaiannya dari segala yang dibawa, meskipun tidak ikut bergerak
dan suci dari tempat mengerjakan salat. Sebagaimana berdasarkan firman Allah
swt:
“Dan sucikanlah pakaiannmu.”
“Tidak mengapa, jika badan orang yang salat berjajaran dengan najis, tetapi
hukumnya adalah makruh, sebagaimana menghadap najis atau barang yang
terkena najis.” (HR. Imam Bukhari)
3. Menutup aurat atau bahkan badan
Yakni, bagi laki-laki, mulai pusar hingga lutut. Karena maala yatimul waajibu illa biji,
fahuwa waajib. Sedangkan bagi perempuan, menutup seluruh badan, selain muka
dan kedua telapak tangan sampai pergelangan tangan. Imam Syafi’i menganjurkan
menggunakan mukena rukuk (terusan) agar menutup aurat.
4. Mengetahui masuk waktu salat
Harus mengetahui waktu salat tiba dengan penuh keyakinan. Karena barangsiapa
melakukan waktu salat tanpa mengetahui masuknya waktu salat, maka salatnya
tidak sah sekalipun dilakukan dalam waktu. Sebab, penilaian suatu ibadah adalah
keyakinan.
Adapun waktu salat zuhur, dimulai matahari condong ke arah barat, sampai
panjang bayang-bayang menyamai bendanya. Waktu asar tiba mulai waktu zuhur
telah habis, sampai seluruh busur matahari terbenam di ufuk.
Waktu magrib, dimulai matahari terbenam, sampai teja merah lenyap. Waktu isya,
dimulai teja merah lenyap. Dan waktu subuh, mulai terbit fajar shadik, bukan fajar
kadzib, sampai matahari terbit.
5. Menghadap kiblat
Yakni, menghadapkan dada ke arah kiblat (ka’bah). Imam Abu Hamidah r.a., is
berkata: 
“Kecuali bagi orang yang tidak mampu menghadapkan atau ketika salat khauf
sekalipun salat fardu. Salat khauf ini boleh dilakukan saat sedang naik kendaraan.
6. Mengetahui fardunya salat
Yakni termasuk syarat sahnya salat juga. Karena jika seseorang tidak mengetahui,
salatnya tidak sah. Seperti menurut kitab Al-Majmu karya Imam Nawawi, bahwa
mengetahui kefarduan salat harus dapat membedakan mana yang fardu dan
mana yang sunah.

 Syarat wajib sholat


Syarat wajib sholat adalah syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seiap
muslim sebelum mulai melaksanakan sholat. Apabila di antara syarat-syarat
wajib itu ada yang tidak terpenuhi maka sholatnya belum wajib dilaksanakan.
Dikutip dari buku Panduan Sholat Untuk Perempuan karya Nurul Jazimah,
berikut syarat wajib sholat:
1. Beragama Islam
Persyaratan pertama ini adalah untuk membedakan seorang muslim dan
non muslim. Setiap muslim diwajibkan melaksanakan perintah sholat.
Sedangkan bagi perempuan non muslim tidak diwajibkan sholat.
2. Balig
Seorang muslim yang telah mencapai pubertas atau mulai menginjak usia
dewasa sudah wajib sholat.Rasulullah SAW bersabda, "Orang-orang yang
tidak dibebankan tanggung jawab hukum ada tiga golongan yaitu orang
yang tidur hingga bangun, anak kecil hingga bermimpi (baligh) dan orang
gila hingga sembuh." (HR Ahmad).Dari hadits tersebut dapat disimpulkan
bahwa seorang muslim yang dibebankan kewajiban sholat adalah mereka
yang telah mencapai usia balig.Saat kewajiban sholat tiba waktunya,
mereka tengah dalam keadaan terjaga, bukan dalam keadaan tertidur.
Anak-anak yang belum mencapai usia balig diwajibkan melaksanakan
sholat dan tidak dibebani tanggung jawab tersebut.Namun apabila mereka
ingin sholat maka tidak ada larangan bagi mereka bahkan
dianjurkan.Orangtua diwajibkan memberikan pendidikan dan teladan
mengenai sholat sebelum anak mencapai usia baligh. Hal ini sebagai
bentuk pembelejaran dan upaya pemberian tanggung jawab.
"Ajarilah anak-anakmu sholat ketika usianya tujuh tahun." (HR Ahmad,
Abu Dawud, dan Al Hakim).Usia baligh ditandai dengan adanya mimpi
basah bagi anak laki-laki. Sedangkan bagi anak perempuan usia baligh
ditandai dengan dimulainya masa menstruasi atau haid.
Usia baligh pada anak perempuan umumnya adalah pada usia 9-15
tahun.
3. Berakal
Setiap muslim yang telah mencapai usia baligh pastilah sudah berakal.
Berakal artinya mampu membedakan perbuatan yang baik dan buruk,
perbuatan yang pantas dan tidak pantas. Karena itu, orang gila tidak
diwajibkan menjalankan ibadah sholat karena orang gila dianggap tidak
berakal. Sedangkan syarat sah sholat adalah syarat-syarat dipenuhi
sebelum memulai sholat. Persyaratan ini penting karena menentukan
apakah sholat yang dilakukan sah atau tidak.
 Hal-Hal Yang Dapat Membatalkan Sholat
1. Berhadats (segala kotoran yang keluar dari tubuh, misalnya: kencing,
buang air besar, dan angin).
2. Terkena Jelas Najis.
3. Sengaja Berkata atau Berbicara atau Berbicara Selain Membaca Doa.
4. Sengaja Meninggalkan Suatu syarat, Rukun Doa.
5. Sengaja melakukan pergerakan 3 kali berturut-turut, yang terlepas dari
gerakan sholat. Misalnya: Menggaruk ke arah yang sama.
6. Tertawa terbahak-bahak.
7. Mendahului gerakan Imam bila anda adalah seorang Makmum (shalat
berjamaah).
8. Murtad.

 Sunah-Sunah Sholat
1. Sebelum Sholat Adzan dan Iqomat.
2. Siwak (Sikat Gigi).
3. Mengangkat Kedua Tangan Sebatas Telinga.
4. Bergabung dengan Pergelangan Tangan Kanan Dan Kiri (Sedakep).
5. Bacalah Doa Iftitah.
6. Baca Taawudz (Audzubillahiminasyaitonirrojim).
7. Bacaan Amin, Setelah Al Fatihah.
8. Membaca Surah atau Ayat dalam Alquran setelah membaca Surah Al
Fatihah.
9. Membaca tasbih sambil ruku ‘dan sujud.
10.  Membaca Doa pada saat Duduk Di Antara 2 Sujud.
11. Baca Tahiyyat dan Doa di Rokaat Kedua.
12. Baca Doa Qunut.
13. Duduk Iftirosy Dalam Semua Doa Duduk.
14. Duduk Tawarruk (Sujud di Akhir Tahiyat).
15. Doa Sebelum Salam.
16. Salam Kedua Setelah Menyelesaikan Salam Pertama.
17. doa Setelah Salam Kedua.

 Rukun sholat
Rukun adalah setiap perbuatan dan perkataan yang akan membentuk hakikat
shalat. Apabila salah satu rukun ini tak ada atau ditinggalkan, shalat tersebut
secara syar’i tidak dianggap alias tidak sah dan tidak bisa digantikan dengan
sujud sahwi.

Dalam hal ini, meninggalkan rukun shalat ada dua aspek.


Pertama, meninggalkan rukun sholat dengan sengaja. Sesuai kesepakatan
para ulama, kondisi seperti ini tentu shalatnya tidak sah dan batal.
Kedua, meninggalkan rukun sholat karena lupa atau tidak tahu. Dalam kondisi
seperti ini, ada tiga perkara yang perlu diperhatikan.
1. Apabila mampu unatuk mendapati rukun itu lagi, wajib untuk
melakukannya kembali. Hal ini sudah menjadi kesepakatan para ulama.
2. Apabila tidak mampu untuk memperoleh lagi, shalatnya batal (menurut
ulama-ulama hanafiyah), sedangkan menurut jumhur ulama atau
mayoritas para ulama berpendapat bahwa reka’at yang tertinggal rukun
tadi jadi hilang.
3. Bilamana yang ditinggalkan adalah takbiratul ihram, shalatnya harus
diulangi dari awal karena ia tak mengikuti shalat secara benar

Adapun penjelasan terkait rukun shalat, akan dijabarkan sebagai berkut.

13 RUKUN SHOLAT

Berikut yang termasuk dalam rukun shalat sesuai tuntunan Rasulullah


Shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta penjelasan singkatnya.

1. Berdiri bagi yang mampu


Berdiri bagi yang mampu (untuk shalat wajib), sedangkan shalat sunnah
boleh dilakukan dalam keadaan duduk, meskipun mampu. Hakikatnya,
shalat sunnah disunnahkan untuk berdiri, tidak wajib. Akan tetapi,
alangkah lebih utamanya dilakukan dalam keadaan berdiri daripada duduk
saat itu. Hal itu sesuai dengan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam yang artinya:
Siapa yang mengerjakan shalat sambil berdiri, itu lebih afdhol. Siapa yang
mengerjakan shalat sambil duduk akan mendapatkan pahala separuh dari
shalat yang berdiri. Siapa yang shalat sambil berbaring, akan
mendapatkan pahala separuh dari shalat sambil duduk.” [HR. Bukhari no.
1065]

2. Niat yang di barengi dengan takbiratul ihram


Niat di dalam hati, tidak disyariatkan niat tersebut untuk dilafadzkan. Hal
itu karena Nabi Muhammad Shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya segala amalan itu tergantung pada niatnya, dan
sesungguhnya balasan untuk masing-masing orang tergantung dari apa
yang ia niatkan.” [HR. Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907, dari ‘Umar bin
al Khattab]
Hadits di atas juga dijelaskan oleh imam an-nawawi dalam raudhah
aththabilin:
Niat berarti al Qashd (mempunyai maksud atau menyengaja). Dengan
kata lain, seseorang yang shalat harus mengonsentrasikan berbagai
pikirannya terhadap shalat yang sedang ia lakukan atau kerjakan dan
sifat-sifatnya pun harus diingat pula, seperti bahwa ia sedang melakukan
Shalat Dzuhur, Shalat Ashar, Shalat fardhu, dan shalat lainnya. Lalu,
meniatkan perkara-perkara ini dengan niat yang dibarengi dengan awal
awal takbir atau takbiratul ihram. Dalam melakukan takbiratul ihram, beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengencangkan suaranya sehingga dapat
didengar oleh para makmumnya.Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengeraskan suara beliau dengan ucapan takbir sehingga dapat
mendengarkan(nya) untuk para makmum di belakang beliau.[Diriwayatkan
oleh Ahmad dan al-Hakim, dan dia menilainya shahih, serta disetujui pula
oleh adz-Dzahabi]

Adapun yang dimaksud dengan rukun shalat adalah ucapan takbir “Allahu
Akbar”. Ucapan takbir tersebut tidak dapat diganti dengan ucapan lainnya,
meskipun maknanya sama.

3. Takbiratul ihram ( ucapan allahu akbar di awal shalat)


Dalam melakukan takbiratul ihram, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengencangkan suaranya sehingga dapat didengar oleh para
makmumnya.
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengeraskan suara beliau dengan
ucapan takbir sehingga dapat mendengarkan(nya) untuk para makmum di
belakang beliau.[Diriwayatkan oleh Ahmad dan al-Hakim, dan dia
menilainya shahih, serta disetujui pula oleh adz-Dzahabi]

Adapun yang dimaksud dengan rukun shalat adalah ucapan takbir “Allahu
Akbar”. Ucapan takbir tersebut tidak dapat diganti dengan ucapan lainnya,
meskipun maknanya sama.

4. Membaca surah al-fatihah di setiap raka’at sholat


Di setiap raka’at shalat, kita disyariatkan untuk membaca surah al-Fatihah
karena itu adalah wajib. Hal itu sesuai dengan sabda Nabi Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang artinya,

“Tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca [di dalamnya] surah al-
Fatihah [ditambah ayat yang lain].” (diriwayatkan oleh al-Bukhari, Muslim,
Abu ‘Awanah dan al-Baihaqi. Hadits ini di-takhrij dalam Irwa ‘al-Ghalil no.
302)

Kemudian, di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dan Abu


Awanah, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengatakan bahwa
apabila seseorang yang shalat, akan tetapi tidak membaca surah al-
Fatihah di dalamnya, shalatnya kurang. Maksud kurang di sini adalah tidak
sempurna. Dalam membaca surah al-Fatihah, Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam membacanya dengan memenggal ayat demi ayat,
kemudian berhenti, lalu membaca, kemudian berhenti lagi, lalu membaca
lagi, dan seterusnya hingga akhir surah. Pembahasan mengenai surat al-
Fatihah terdapat dalam buku berjudul Al Fatihah oleh Achmad Chodjim.

5. Rukuk dan thuma’ninah


Keadaan dalam rukuk ialah dengan membentangkan punggung dan
meratakannya. Dalam hal ini, diibaratkan apabila dituangkan air di atas
punggung, air itu tidak tumpah atau tetap di situ. Lalu, meletakkan kedua
telapak tangan pada kedua lutut dengan merenggangkan jari-jemari
tangan. Kemudian, thuma’ninah adalah keadaan atau kondisi tenang yang
mana setiap persendian di dalam tubuh ini juga tenang. Kemudian,
adapun ulama yang mengatakan bahwa thuma’ninah sekadar membaca
dzikir yang wajib dalam rukuk.

6. I’tidal setelah rukuk dan thuma’ninah


Nabi shallallahu’alaihi wa sallam berkata pada orang yang tidak benar
(jelek) dalam shalatnya:

Kemudian, tegaklah badan (I’tidal) dan thuma’ninalah.” [HR. Bukhari no.


793 dan Muslim no. 397]

7. Sujud dua kali dalam satu rakaat dan thuma’ninah


Sangat penting untuk dipahami bahwa hendaklah dalam melakukan sujud
ada 7 bagian anggota badan, di antaranya:
1. Telapak tangan kanan
2. Telapak tangan kiri
3. Lutut kanan
4. Lutut kiri
5. Ujung kaki kanan
6. Ujung kaki kiri
7. Dahi yang sekaligus hidung

8. Duduk di antara dua sujud disertai thuma’ninah


Nabi muhammad shallallahu’alaihi wa sallam bersabda

Kemudian, sujudlah dan thuma’ninalah saat sujud. Lalu, bangkitlah dari


sujud dan thuma’ninalah saat duduk. Kemudian, sujudlah kembali dan
thuma’ninah saat sujud.”
9. Tasyahud akhir dan duduk tasyahud
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

Apabila salah seorang antara kalian duduk (tasyahud) dalam shalat,


ucapkanlah “at tahiyatu lillah …”. “(HR. Bukhari no. 831 dan Muslim no.
402, dari Ibnu Mas’ud)

10. Membaca tasyahud akhir


Tasyahud akhir atau tahiyat akhir adalah bagian dari rangkaian shalat
yang juga termasuk ke dalam rukun shalat. Tujuannya agar shalat menjadi
sempurna dan sah di mata Allah SWT. Tasyahud akhir dilakukan pada
rakaat terakhir. Bacaan dan posisi gerakannya sama dengan tasyahud awal
dengan ditambah sholawat nabi. Allahumma sholli 'alaa Muhammad wa 'alaa aali
Muhammad kamaa shollaita 'alaa Ibroohim wa 'alaa aali Ibroohimm innaka
hamiidum majiid.
Adapun bacaan tasyahud adalah sebagi berikut:

Artinya:

“Segala ucapan penghormatan hanya milik Allah, begitu juga segala


shalat dan amal sholih. Semoga kesejahteraan tercurah kepadamu, wahai
Nabi, begitu juga rahmat Allah dengan segenap karunia-Nya. Semoga
kesejahteraan terlimpahkan kepada kami dan hamba-hamba Allah yang
sholih. Aku bersaksi bahwa tidak ada illah (sesembahan) yang berhak
disembah dengan benar, selain Allah dan aku bersaksi bahwa Nabi
Muhammad adalah hamba dan Rasul Allah.” [HR. Bukhari no. 6265 dan
Muslim no. 402]

11. Bershalawat kepada nabi setelah mengucapkan tasyahud akhir


Wajibnya bershalawat kepada nabi muhammad shakkakkahu’alaihi wa
sallam.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mendengar seorang laki-


laki berdoa dalam shalatnya yang mana orang tersebut tidak memuji dan
menyanjung Allah Ta’ala serta tidak pula bershalawat kepada Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka beliau bersabda, “orang ini terburu-
buru”.

Kemudian, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggil sambil berkata


kepadanya dan kepada yang lain juga, “Apabila salah seorang di antara
kalian shalat, hendaklah ia memulai dengan memuliakan dan menyanjung
Rabbnya Yang Mahaagung lagi Mahamulia, lalu bershalawat (dalam satu
riwayat, ‘hendaklah ia bershalawat’) kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, kemudian ia berdoa dengan apa yang ia inginkan.” [Diriwayatkan
oleh Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Khuzaimah, dan al-Hakim dan dia
menilainya shahih serta disetujui oleh adz-Dzahabi]

Kemudian, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mendengar


seorang lelaki yang sedang shalat, orang itu memuliakan dan memuji
Allah Ta’ala, serta bershalawat kepada Nabi Muhammad Shallallahu
‘alaihi wa sallam. Maka beliau bersabda, ‘berdo’alah, niscaya do’amu akan
dikabulkan dan mintalah, niscaya permintaanmu akan diberikan’.”
[Diriwayatkan an-Nasa’I dengan sanad shahih]

12. Salam
Dalilnya hadits yang telah disebutkan di awal:

“Yang mengharamkan dari hal-hal di luar shalat adalah ucapan takbir,


sedangkan yang menghalalkannya kembali adalah ucapan salam.” [HR.
Abu Daud no. 618, at-Tirmidzi no. 3, Ibnu Majah no. 275. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini shahih sebagaimana dalam al-Irwa’ no. 301]

Yang dimaksudkan dalam rukun di sini ialah salam yang pertama. Inilah
pendapat dari ulama Syafi’iyah, Malikiyah, dan mayoritas para ‘ulama.
Terdapat empat model, di antaranya.
Salam ke kanan sambil mengatakan “Assalamu ‘alaikum wa rahmatullah”,
kemudian salam ke kiri sambil mengatakan “Assalamu a’laikum wa
rahmatullah”.
Salam ke kanan sambil mengatakan “Assalamu ‘alaikum wa rahmatullah
wa barakatuh”, kemudian salam ke kiri sambil mengatakan “Assalamu
‘alaikum wa rahmatullah”.
Salam ke kanan sambil mengatakan “Assalamu ‘alaikum wa rahmatullah”,
lalu salam ke kiri sambil mengatakan “Assalamu a’laikum”.
Salam hanya sekali ke kanan sambil mengatakan “Assalamu a’laikum”.
13. Berurutan dalam rukun-rukun yang ada (tertib)
Seperti yang sudah dijelaskan pada poin sebelumnya, Rasulullah
Shallallahu a’laihi wa sallam berkata pada orang yang jelek shalatnya, di
dalam hadits tersebut digunakan kata tsumma dalam setiap rukun.
Adapun kata “tsumma” memiliki makna “urutan”. Pada pembahasan rukun
shalat ini, banyak disarikan dari penjabawan Syaikh Abu Malik dalam kitab
Shahih Fiqh Sunnah terbitan Al Maktabah at-Taufiqiyah.

 Manfaat sholat

Apa saja manfaat yang bisa kita dapat dari sholat?

Kebersihan

Karena Orang Yang Ingin Melakukan Sholat:

1. Harus Bersihkan Hatinya Dari Berbagai Macam Kotoran (Marah, Sombong,


Iri, Dendam, dan Lainnya)
2. Harus membersihkan perutnya dari berbagai macam kotoran (minuman dan
makanan yang harum, makanan riba dan makan harta anak yatim)

Kesopanan

Karena orang yang ingin melaksanakan shalat:

1. Harus menutupi aurat dengan kain bersih dan tebal.


2. Harus mematuhi syarat dan ketentuan.

Kesehatan

Karena Orang Yang Ingin Melakukan Sholat:

1. Harus berwudhu
2. Harus Bersiap dan Pergi Ke Tempat Doa
3. Harus Melakukan Rukunnya (Berdiri, Ruku, Sujud Dan Duduk)

Kesabaran

Karena Orang Yang Ingin / Sedang Melaksanakan Doa:

1. Tidak boleh terburu-buru dalam menjalankan rukun (baik wajib maupun


sunnah)
2. Harus tertib dan tumakninah / tenang untuk khusyu.

Percaya Diri

Karena orang yang ingin melaksanakan ibadah sholat pasti akan merasakan
berhadan dengan Allah SWT dan harus merasa diperhatikan oleh Allah SWT.
Jadi ketika manusia dekat dengan Yang Maha Segalanya, mereka pasti akan
merasa aman dan percaya diri.

Juga ada enam faedah yang didapatkan dari ibadah sholat, antara lain:

1. Sebagai tanda bersyukur dan terimakasih manusia kepada Allah atas


segala nikmat dan karunia yang telah diberikan-Nya 

2. Dengan sholat, manusia akan selalu ingat kepada Allah SWT. Juga dengan
itu, semua perbuatannya akan selalu menuruti batas-batas hukum yang telah
ditentukan-Nya. Sehingga akan terhindar dari perbuatan keji dan mungkar 

3. Mendidik dan membiasakan manusia hidup teratur dan menghargai waktu 

4. Dengan diharuskannya bersuci bagi setiap orang yang hendak sholat, baik
badan, pakaian, maupun tempat, maka dia akan terdidik bersih yang akan
menjadi pokok pangkal kesehatan 

5. Menanamkan rasa persamaan dan persatuan dengan mengerjakan sholat


berjamaah. Sehungga hilanglah sifat sombong dan takabur. Serta akan
bertambah sifat dan rasa kesosialan 

6. Sewaktu sholat manusia selalu memohon petunjuk dan perlindungan serta


bertawakal, menyerahkan diri kepada Allah. Maka akan lega dan aman
tentramlah pikirannya dan akan hilang lenyaplah segala kebingungan dan
kegelisahan.

Oleh: M.FIRDAUS SYAWAL.JH

Anda mungkin juga menyukai