Anda di halaman 1dari 26

MATERI ‘UBUDIYAH

SHOLAT
SHOLAT SEMPURNA

Sholat menurut bahasa (lughot/etimologi) adalah
do’a.

Sedangkan sholat menurut istilah


(syara’/terminologi) adalah beberapa ucapan dan
perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri
dengan salam.
SYARAT SAH SHOLAT
• Suci dari hadats kecil dan besar.
• Suci badan, pakaian dan tempat pelaksanaan sholat dari
najis.
• Menutup aurot.
• Menghadap ke kiblat (Ka’bah).
• Mengetahui masuknya waktu sholat.
• Mengetahui bahwa sholat lima waktu itu hukumnya wajib.
• Tidak meyakini salah satu dari fardhu-fardhunya sholat
sebagai sunnah.
• Meninggalkan perkara yang dapat membatalkan sholat.
Suci Dari Hadats Kecil Dan Besar
 Hadats adalah salah satu perkara yang mencegah
keabsahan sholat.
 Hadats kecil adalah perkara yang mewajibkan
wudhu’
 hadats besar adalah perkara yang mewajibkan mandi.
 Untuk bisa suci dari hadats kecil, maka yang harus
dilakukan adalah berwudhu’.
 Untuk bisa suci dari hadats besar, maka yang harus
dilakukan adalah Mandi.
Suci Badan, Pakaian Dan Tempat
Pelaksanaan Sholat Dari Najis
Suci pakaian yang dia pakai ketika sholat
berupa apapun yang dia bawa (‫ه‬$$‫ول ل‬$$‫)محم‬
meskipun tidak ikut bergerak karena gerakan
musholli, dan apapun yang bertemu dengan
yang dia bawa tadi.
Suci badan (termasuk bagian dalam hidung,
mulut dan mata).
Suci tempat sholat yang bertemu dengan
badan atau pakain musholli.
Menutup Aurot

 Aurot laki-laki dan hamba sahaya perempuan
adalah anggota tubuh diantara pusar dan lutut.
 Aurot perempuan merdeka adalah seluruh badan
kecuali wajah dan kedua telapak tangan, baik bagian
dalam atau luar sampai pada dua pergelangan
tangan

Dalam hal ini yang diwajibkan adalah menutupi


bagian yang terlihat dari atas dan samping.
Sedangkan Aurot yang terlihat dari bawah
tidaklah membatalkan sholat.
Menghadap Kiblat (Ka’bah)
Yang dimaksud menghadap kiblat disini adalah
menghadap pada ‘ain ka’bah secara yakin/pasti bagi
orang yang berada didekat ka’bah, dan secara dhonn
(persangkaan) bagi orang yang jauh dari ka’bah.

Mengetahui Masuknya Waktu Sholat


Setiap sholat fardhu yang kita laksanakan
mempunyai batasan waktu yang telah diatur oleh syara’.
Jadi sebelum kita melaksanakan sholat, kita harus
mengetahui masuknya waktu sholat secara yakin atau
secara dhonn (dugaan dengan berijtihad lebih dulu).
Mengetahui Bahwa Sholat Lima Waktu Itu
Hukumnya Wajib.
Syarat sahnya sholat berikutnya adalah mengetahui bahwa sholat
lima waktu hukumnya wajib. Hal ini mutlaq bagi musholli yang
akan melakukan sholat, baik orang ‘awam atau yang lain.

Tidak Mengi’tiqodkan Fardhu-Fardhunya


Sholat Sebagai Sunnah.
Contohnya adalah berkeyakinan bahwa membaca
Al-Fatihah itu termasuk sunnah bukan fardhu

Menjauhi Perkara Yang Bisa Membatalkan


Sholat
Syarat sah sholat yang terakhir adalah tidak mengerjakan
perkara-perkara yang bisa membatalkan sholat, seperti
kesengajaan musholli memanjangkan rukun yang pendek
Rukun-Rukun Sholat
1. Niat 8. Duduk diantara dua sujud

2. Takbirotul ihrom 9. Thuma’ninah

Berdiri bagi yang


3. 10. Tasyahhud yang akhir
mampu

4. Membaca fatihah 11. Membaca sholawat

5. Ruku’ Duduk ketika Tasyahhud dan


12.
sholawat serta salam

6. I’tidal 13. Salam pertama

7. Sujud 14. Tertib


Niat
O Niat secara bahasa (lughot) adalah menyengaja.
Sedangkan niat menurut tinjauan syara’ adalah
menyengaja sesuatu bersamaan dengan pelaksanaan
sesuatu tersebut. Sedangkan apabila pelaksanaannya
tertunda, maka dinamakan ‘azm

Kewajiban-kewajiban didalam niat sholat fardhu:


• Menyengaja mengerjakan sholat
• Menentukan sholat yang dikerjakan dengan dzuhur atau sesamanya
• Meniatkan kefardhuan.
Kewajiban-kewajiban dalam niat sunnat selain naflu
mutlaq:
• Menyengaja mengerjakan sholat.
• Menentukan sholat yang dilakukan.
Adapun dalam naflu mutlaq hanya diwajibkan menyengaja
melakukan sholat.
Takbirotul Ihrom
 Diwajibkan bagi musholli (orang yang melakukan sholat)
untuk melakukan takbir dibarengi dengan niat (sholat),
bahkan diwajibkan menghadirkan semua hal yang mu’tabar
didalam niat, dimulai dari awal takbir yaitu hamzah-nya
lafadz ‫ هللا‬sampai pada huruf ro’ lafadz ‫أكبر‬.
 Wajib bagi musholli untuk memperdengarkan semua huruf-
huruf kepada dirinya sebagaimana rukun-rukun qouli yang
lain
 Disunnahkan untuk mensukun ro’ lafadz ‫أكبر‬
 Bagi imam atau muballigh disunnahkan untuk
mengeraskan suara takbirnya, sebagaimana takbirotul
intiqol (takbir untuk perpindahan dari satu rukun kerukun
yang lain).
 Disunnahkan mengangkat kedua telapak tangan
Berdiri Bagi Yang Mampu
 Untuk orang yang tidak mampu berdiri, maka ia
melaksanakan sholat dengan cara duduk
 Bagi orang yang tidak mampu sholat dengan cara
duduk, maka ia melaksanakan sholat dengan cara
tidur miring
 Bagi orang yang tidak mampu sholat dengan cara
tidur miring maka ia melaksanakan sholat dengan
cara tidur terlentang serta menghadap ke kiblat.
 Bagi orang yang tidak mampu sholat dengan cara
yang telah ditentukan diatas maka ia
melaksanakan sholat didalam hati dengan cara
melaksanakan rukun-rukun dan sunah-sunah
sholat didalam hati
Membaca Surat Al-Fatihah
 Syarat-syarat Fatihah:
 Tartib
 Muwalaah
 Melafadzkan semua huruf-hurufnya tanpa ada yang tertinggal sesuai dengan
makhroj-nya
 Melafadzkan seluruh tasydid yang jumlahnya 14.
 Tidak diam yang lama tanpa adanya ‘udzur.
 Tidak diam sebentar yang bertujuan memutus qiro’ah.
 Membaca seluruh ayatnya, diantaranya adalah basmalah.
 Tidak adanya Lahn yang sampai bisa merubah/merusak arti
 Fatihah dibaca dalam keadaan berdiri atau penggantinya.
 Memperdengarkan semua huruf-hurufnya kepada dirinya sendiri bagi yang
pendengarannya normal dan tidak ada suara gaduh.
 Tidak disela-selai oleh dzikir lain yang tidak berkaitan dengan kemashlahatan
sholat.
 Fatihah dibaca dengan bahasa arab.
 Tidak memakai qiro’ah diluar qiro’ah imam tujuh.
Ruku’
 Batasminimal melaksanakan ruku’ adalah
membungkukan badan. Sekira kedua telapak
tangan bisa sampai pada kedua lutut.

Catatan:
 Orang yang kedua tangannya buntung, maka cara
ruku’nya dengan melepaskan kedua tangannya.
Sedangkan bila yang buntung hanya satu tangan, maka
tangan yang buntung saja yang dilepaskan.

 Bagi orang yang bertangan pendek, hukumnya sama


dengan orang yang buntung
I’TIDAL
• I’tidal yaitu kembali pada posisi tubuh sebelum
pelaksanaan ruku’.
• Musholli yang sholat dengan berdiri maka
I’tidalnya adalah berdiri, sedangkan musholli
yang sholat dengan duduk, maka I’tidal-nya
dengan duduk.
SUJUD
Syarat-syarat sujud yaitu:
 Bersujud dengan menggunakan tujuh anggota sujud atau
tujuh tulang.
 Ketika turun tidak bermaksud sesuatu selain sujud.
 Thuma’ninah/diamnya seluruh anggota sujud secara
serentak atau dalam satu tempo.
 Menekankan jabhah (dahi) pada tempat sujud.
 Menunduk artinya meninggikan posisi anggota tubuh
bagian bawah melebihi posisi anggota tubuh bagian atas.
 Membuka jabhah (dahi).
 Tidak bersujud pada sesuatu yang muttashil (bersambung)
dengan si musholli, yang ikut bergerak karena gerakannya
DUDUK DIANTARA DUA SUJUD

Ketika mengangkat kepala dari sujud tidak boleh


menyengaja selain duduk
pelaksanaan duduk diantara dua sujud tidak boleh
diperpanjang melebihi kadar waktu pembacaan batas
minimal tasyahhud, sebagaimana dalam I’tidal tidak boleh
memperlama melebihi kadar waktu pembacaan Fatihah.
Pelaksanaan duduk diantara dua sujud disunnahkan
dengan cara Iftirosy
THUMA’NINAH
• Rukun sholat yang kesembilan adalah thuma’ninah
ketika melakukan ruku’, I’tidal, dua sujud dan duduk
diantara dua sujud. Batasan thuma’ninah adalah
diamnya anggota tubuh musholli sekira ada suatu
pemisah antara rukun sebelumnya dan rukun
sesudahnya. Dalam keterangan lain menjelaskan
thuma’ninah adalah diam diantara dua gerakan
TASYAHHUD AKHIR
Rukun sholat yang kesepuluh adalah Tasyahhud Akhir.
Sedangkan bacaan tasyahhud akhir yang paling sempurna
(akmal) adalah sebagai berikut:
‫التحيات المباركات الصلوات الطيبات هلل السالم عليك أيها النبي ورحمة‬
‫ أشهد أن ال إله إّال‬،‫هللا وبركاته السالم علينا وعلى عباد هللا الصالحين‬
‫هللا وأشهد أن محمدًا رسول هللا‬
Syarat-syarat tasyahhud:
1. Memperdengarkan bacaan pada diri musholli
2. Tidak boleh terdapat sesuatu yang memalingkan dari tasyahhud
3. Muwalah (jawa: nuli-nuli), diantara kalimat-kalimat tasyahhud
sekira tidak dipisah dengan diam yang melebihi satu helaan nafas
4. Melafadzkan huruf, kalimah serta tasydid sesuai dengan
ketentuannya
5. Tartib, apabila tanpa adanya tartib bisa merusak makna
6. Berbahasa arab bagi yang mampu
7. Membaca dengan duduk, kecuali ada ‘udzur
Muhimmatun:
Apabila musholli membaca idzhar pada
huruf Nun (‫ )أن‬yang semestinya harus di
idghom-kan pada Lam lafadz ‫ال إله إال هللا‬
maka sholatnya batal karena telah
meninggalkan satu tasydid darinya
Dalam bacaan sholawat, bila si musholli
tidak meng-idghom-kan tanwin huruf Dal
(‫ )د‬lafadz ‫د‬dddd‫ محم‬pada huruf Ro’ (‫)ر‬
lafadz‫ول هللا‬d‫ رس‬maka sholatnya juga batal.
Karena alasan tersebut diatas
Membaca Sholawat
O Pembacaan sholawat ini dilakukan setelah selesainya
tasyahhud akhir. Batasan minimal bacaan sholawat
adalah, lafadz “‫”اللهم صل على محمد‬, sedangkan yang lebih
sempurna adalah membaca sholawat secara lengkap
seperti yang tertera dibawah ini:

.‫اللهم صل على محمد وعلى آل محمد كما صليت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم‬
‫وبارك على محمد وعلى آل محمد كما باركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم‬
”‫فى العالمين إنك حميد مجيد‬
Muhimmatun:
 Perlu diketahui, bahwa kalimat “‫ ”فى العالمين‬itu berhubungan atau
ta’alluq dengan fi’il-fi’il Amar sebelumnya atau dengan semacam
lafadz “‫ ”َاِد ْم ذلك‬yang dibuang. Bukan satu rangkaian kalimat dengan
lafadz “‫ ”إنك حميد مجيد‬sebagaimana yang banyak disalah pahami dan
disalah artikan dibeberapa buku-buku Tuntunan Sholat bahasa
Indonesia atau Jawa (Fasholatan). Oleh karena itu yang baik adalah
berhenti/membaca waqof pada lafadz “‫”فى العالمين‬. Baru dilanjutkan
membaca “‫ ”إنك حميد مجيد‬yang kedudukan tarkibnya menjadi ta’lil
atau menempati tempat ta’lil untuk permohonan-permohonan
sebelumnya. Setelah selesai membaca Sholawat disunnahkan
berdo’a, bahkan hukumnya makruh meninggalkannya.
 Diantara do’a yang ma’tsur setelah membaca sholawat dalam
tasyahhud adalah:

‫اللهم إني أعوذ بك من عذاب النار وعذاب القبر وفتنة المحيا والممات وفتنة المسيح الدجال‬
Duduk Tasyahhud Akhir dan Sholawat

Sunnah-sunnahnya:
 Duduk tawarruk (duduk sebagaimana iftirosy), hanya saja dalam duduk tawarruk,
musolli mengeluarkan kaki kirinya ke samping kanan, dan meletakkan pantatnya ke
bumi
 Kedua telapak tangan ketika duduk tasyahhud awal dan akhir di letakkan diatas
ujung kedua lutut sekira ujung jari-jari tangan lurus dengannya seraya
membentangkan jari-jari tangan kiri dalam keadaan merapat lalu menggenggam jari-
jari tangan kanan kecuali jari telunjuk. Yang afdhol adalah menggenggamkan ibu
jari pada bagian sisi bawah jari telunjuk seakan membentuk angka arab lima puluh
tiga (53)
 Mengangkat jari telunjuk tangan kanan agak miring sedikit ketika mulai membaca
huruf hamzah (‫ )ء‬pada lafadz ‫إال هللا‬
 Terus menerus mengangkat jari telunjuk tersebut sampai ia mulai berdiri atau
sampai sempurnanya salam kedua yakni sampai dengan huruf mim (‫ )م‬pada lafadz
‫عليكم‬
 Memfokuskan pandangan pada ujung jari telunjuk ketika terangkat.
SALAM
 Rukun sholat yang ketiga belas adalah
salam yang pertama, minimal dengan
ucapan "‫"السالم عليكم‬, sedangkan salam
yang kedua hukumnya sunnah.

TARTIB
 Pengertian tartib disini adalah
melaksanakan rukun-rukun sholat sesuai
dengan urutannya masing-masing
• Dalam pelaksanaan sholat ada
kesunnahan-kesunnahan diantaranya
khusyu’-nya hati dan anggota tubuh,
mengangan-angan arti dari bacaan
al-Qur’an dan dzikir, memandang
tempat sujud ketika sholat, dll.
• Setelah selesai melaksanakan
ibadah sholat, hendaknya tidak
langsung bubaran. Namun sebagai
orang yang ber-I’tiqod Ahli Sunnah
Wal-Jama’ah kita dianjurkan untuk
berdzikir dan berdo’a sejenak dengan
wirid-wirid dan do’a-do’a yang
ma’tsur dari Nabi Muhammad SAW
THE
END

Anda mungkin juga menyukai