Anda di halaman 1dari 51

MAKALAH PRAKTIKUM IBADAH

SHALAT

Dikerjakan Oleh:
Dea Nasyahta NIM 11161020000042
Hikmah Nurul F NIM 11161020000044
Eureka Qurrotul A NIM 11161020000047
Alifia Fauziyyah H NIM 11161020000082
Zulva Liqoul A NIM 11161020000085
Siti Khadijah K NIM 11161020000087
Khairinnisa NIM 11161020000089
Muhammad Maftukhin NIM 11161020000094
Kelas : BD Semester 2

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
2017
BAB I

1.1 Pendahuluan
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. Tuhan semesta alam yang telah
memberikan nikmat dan ilmunya sehingga kami bisa mengerjakan makalah yang ditugaskan
dalam mata kuliah praktikkum ibadah ini. Sesuai dengan yang tercantum dalam Satuan Acara
Perkuliahan (SAP), kelompok kami mendapatkan bagian untuk mengetahui lebih dalam serta
mengingat kembali tentang apa itu pengertian shalat, macam-macam shalat baik shalat wajib
maupun shalat sunnah dan semua yang berkaitan dengan shalat yang akan kami bahas dalam
makalah ini. Selain itu, tugas ini juga menambah wawasan serta pengetahuan yang belum
kami ketahui sebelumnya menjadi bertambah pengetahuannya mengenai shalat ini.
Shalat merupakan tiang agama bagi umat muslim, dimana agama tidak akan tegak
kecuali dengan shalat. Mengerjakannya wajib serta jika meninggalkannya akan mendapatkan
dosa. Shalat merupakan kewajiban bagi setiap umat muslim yang beriman kepada Allah.
Shalat wajib dilakukan oleh siapapun dan dimanapun kita berada. Orang
yang sedang sakit ataupun yang buta sekalipun wajib melaksanakannya.
Sebagai rukun Islam yang kedua, shalat ini merupakan salah satu ibadah yang tidak
ada tandingannya jika dibandingkan dengan ibadah yang lain. Karena amalan ibadah yang
akan ditanya pertama kali nanti ketika kita meninggal adalah shalat. Maka dari itu jangan
sampai melalaikan shalat apalagi meninggalkannya.

1.2 Latar Belakang Masalah


Umat islam memiliki banyak kewajiban, salah satunya adalah shalat.
Shalat termasuk ibadah yang paling penting dan harus dilakukan oleh
umat islam itu sendiri. Nabi Muhammad SAW bersabda: "shalat adalah
tiang agama". Apabila umat islam meninggalkan shalat maka ia tidak
mempunyai tiang agama dan bukan termasuk umat islam.

Shalat merupakan salah satu bentuk interaksi langsung yang kuat


antara manusia dengan tuhannya. Oleh sebab itu saat melakukan shalat
kita harus khusyuk agar ibadah kita dapat diterima oleh Allah SWT. Untuk
mencapai kekhusyu'an kita harus mengetahui syarat dan rukun shalat.
Selain syarat2 dan rukun2 dalam salat, kita juga harus mengetahui apa
yang bisa membatalkan solat dan hal-hal yang makruh dalam shalat.
Setelah kita paham mengenai itu semua, kita bisa lebih paham tentang
melaksanakan shalat dengan baik dan benar. Kemudian kita bisa
membandingkan dengan shalatnya nabi. Setelah kita tau bagaimana
praktik shalat nabi maka kita bisa mulai mempraktikkannya. Tidak harus,
karena semua orang memiliki pemahaman yang berbeda-beda tentang
hal ini. Tapi yg harus diketahui bahwa dengan membaca makalah ini
diharapkan pengetahuan atau ilmu baru yang didapat bisa diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari.

1.3 Studi Kasus


Shalat wajib dilakukan oleh siapapun dan dimanapun kita berada.
Orang yang sedang sakit ataupun yang buta sekalipun wajib
melaksanakannya. Allah telah meringankan semuanya. Jika tidak bisa
berdiri maka duduk, tidak bisa duduk maka berbaring, tidak bisa
berbaring maka dengan isyarat, jika tidak bisa maka dishalatkan.
Namun, di era global seperti sekarang ini banyak orang yang
meninggalkan shalat demi urusan duniawinya. Demi sebuah pekerjaan
dan gaji yang besar, seseorang bisa saja rela meninggalkan shalat. Bukan
hanya meninggalkan shalat yang dilarang oleh Allah SWT., melalaikannya
saja tidak boleh. Sebagaimana tercantum dalam surat al-Maun ayat 4-5
yang artinya: Maka celakalah orang yang shalat. (yaitu) orang-orang
yang lalai terhadap shalatnya.
Dalam ayat itu saja telah dijelaskan bahwa melalaikannya saja tidak
boleh, apalagi meninggalkannya. Di zaman modern seperti sekarang ini,
manusia telah dikalahkan oleh barang-barang canggih yang bisa
membuat seseorang lupa terhadap kewajibannya dan asik sendiri dengan
barang tersebut. Dengan adanya barang-barang tersebut, manusia
seakan-akan seperti menuhankan barang itu dan menyepelekan
kewajiban-kewajibannya.
Mulai dari bangun tidur. Mungkin saja, banyak dari kita yang lupa
membaca doa bangun tidur karena yang dicari setelah bangun tidur
adalah handphone setelah itu asik memainkannya sampai lupa waktu.
Adzan Subuh berkumandang pun tidak dihiraukan karena ingin
dibangunkan via telepon oleh sang Kekasih misalnya. Ketika Dzuhur tiba
dan posisi kita sedang di kampus, terlalu asik mengobrol dengan teman
akhirnya shalat terburu-buru karena sudah waktunya masuk kembali ke
kelas. Saat Ashar tiba pun, masih banyak yang menanti-nantikan shalat
dan sibuk memainkan handphone atau laptop nya dan akhirnya shalat di
ujung tanduk matahari terbenam. Ketika waktu untuk shalat Maghrib tiba
sibuk membersihkan diri kemudia diselingi mengecek handphone kembali.
Begitupun shalat Isya, karena sibuk dengan laptopnya atau
handphonenya entah berkutat dengan tugas ataupun dengan film dan
sebagainya akhirnya tengah malam yang seharusnya bisa dipakai untuk
shalat Tahajjud tetapi tidak bisa.
Bukan hanya karena barang-barang canggih, tetapi banyak orang
juga yang melalaikan shalatnya hanya karena demi menonton film di
bioskop. Misalnya orang tersebut mengambil jam tayang pukul 18.00 yang
belum masuk waktunya untuk melaksanakan shalat Maghrib dan
kemudian film tersebut berakhir pada pukul 20.00 yang berarti waktu
untuk melaksanakan shalat Maghrib telah terlewati. Ada saja orang yang
dengan mudah menggampangkan dan mengatakan ah kan bisa di jama
ini padahal hal tersebut tidak diperbolehkan. Jama diperbolehkan hanya
untuk seorang musafir, sedangkan kita hanya duduk diam menonton film
saja menjama shalat.
Zaman yang serba canggih ini membuat para manusia asik dengan
dunianya sendiri dan lebih memilih untuk memuaskan dirinya sendiri. Asik
dengan barang-barang canggihnya sendiri. Asik dengan tontonannya
sendiri. Sehingga tak jarang yang memang melalaikan shalat. Bukan
hanya dikalangan remaja yang sibuk digandrungi oleh indahnya social
media dan indahnya perfilman yang ada, namun banyak orang dewasa
pun yang seperti itu. Maka untuk menghindari itu semua, mulai dari diri
kita masing-masing. Misalnya, kita membuat tulisan besar-besar: Jika
tidak shalat tepat waktu maka uang jajan terpotong Rp 1000,- atau lain
sebagainya yang bisa menanamkan diri kita untuk bisa shalat tepat
waktu.

BAB II
A. Pengertian Shalat

Shalat adalah berhadap hati kepada Allah sebagai ibadah, dalam bentuk beberapa
perkataan dan perbuatan, yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam serta
menurut syarat-syarat yang telah ditentukan syara. Sesungguhnya shalat adalah doa secara
keseluruhan yaitu:

Doa masalah, maksudnya adalah doa yang berarti permintaan untuk mendatangkan
manfaat dan menyingkirkan bahaya serta meminta berbagai kebutuhan kepada Allah
SWT dengan ungkapan lisan.
Doa ibadah, yaitu mengharap pahala dari amal sholeh yang dilakukan dengan berdiri,
duduk, ruku, sujud. Siapa yang melakukan ibadah tersebut maka dia tengah meminta
kepada RabNya dengan ungkapan perbuatan agar Allah mengampuninya.1

1 DR. Said bin Ali. Kajian Lengkap Tentang Shalat. (Riyadh: Al-Maktub At-Taawuni
Liddahwah Wal-Irsyad bis-Sulay, 2008). Hal. 7
Dalil ayat-ayat Al-Quran dan hadist yang mewajibkan shalat antara lain:
1. Q.S. Al-Baqarah:43

Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukulah beserta orang-orang yang ruku.

2. Q.S. Al-Anam:72

dan agar mendirikan sembahyang serta bertakwa kepada-Nya. Dan Dialah Tuhan yang
kepada-Nya-lah kamu akan dihimpunkan.

3. H.R. Abu Dawud


Dari Jaddid, berkata dia: Bersabda Nabi SAW: Perintahlah kalian pada anak kecil dengan
sholat ketika telah berumur 7 tahun. Dan ketika telah berumur 10 tahun maka memukullah
pada anak karena meninggalkan sholat.

B. Shalat Wajib
Shalat wajib ada lima, dan masing-masing mempunyai waktu-waktu yang ditentukan.
Kita diperintahkan menunaikan shalat-shalat itu didalam waktunya masing-masing. Jika
ditinggalkan maka hukumnya dosa.
Didalam hadits Bukhari disebutkan pada zaman dahulu shalat wajib bukanlah 5 waktu
melainkan 50 waktu, hingga Nabi Muhammad SAW meminta keringanan kepada Allah
berkat saran dari Nabi Musa AS. "Kemudian diwajibkan atasku shalat 50 waktu setiap hari,
maka aku kembali dan aku lewat dihadapan Musa a.s. Dia bertanya 'Apa yang diperintahkan
atasmu?' Aku menjawab 'Aku diperintahkan shalat 50 waktu setiap hari'.
Musa pun berkata 'Sesungguhnya umatmu tidak akan sanggup melaksanakan shalat
50 waktu setiap hari'. Demi Allah, aku telah mencoba orang - orang sebelummu, dan aku
berpengalaman mengurus Bani Israil dengan sekuat tenaga. Maka kemabalilah engkau (hai
Muhammad kepada Tuhanmu) dan mintalah kepada-Nya keringanan untuk umatmu. Maka
aku pun kembali dan dikurangi untukku 10 waktu. Aku kembali lagi ke Musa AS , dia pun
mengatakan seperti yang ia katakan sebelumnya. Lalu aku kembali lagi dan dikurangi 10.
Aku kembali ke Nabi Musa, ia pun mengatakan seperti apa yang ia katakan sebelumnya. Lalu
aku kembali dan dikurangi 10 lagi. Aku kembali ke Musa, ia pun mengatakan seperti apa
yang dikatakan sebelumnya. Lalu aku kembali dan aku diperintahkan untuk melakukan 10
waktu shalat dalam sehari. Aku kembali. Musa pun mengatakan seperti apa yang dikatakan
sebelumnya. Lalu aku kembali dan aku diperintahkan untuk melakukan 5 waktu shalat dalam
sehari. Aku kembali ke Musa, maka ia pun bertanya, 'Apa yang diperintahkan atasmu?'. Aku
menjawab 'Aku diperintahkan shalat 5 waktu dalam sehari'. Ia pun berkata , 'Sesungguhnya
umatmu tidak akan sanggup melaksanakan shalat 5 waktu dalam sehari dan aku telah
mencoba terhadap orang - orang sebelummu dan telah aku urus Bani Israil dengan sekuat
tenaga. Maka kembalilah dan mintalah keringan dari-Nya untuk umatmu.' 'Aku pun berkata ,
'Aku telah memohon pada Tuhanku sampai aku malu, akan tetapi aku ridha dan
menerimanya'. Ketika telah kulalui, terdengar suara berkata, 'Sesungguhnya Aku telah
menetapkan kewajiban-Ku dan telah Aku beri keringanan kepada hamba - hamba-Ku'. (HR
Bukhari)
Allah pun meluluskan kewajiban tersebut dan telah memberikan keringanan kepada
hamba-Nya. Maka shalat itu dari segi bilangan menjadi lima waktu dan dar segi pahala dan
ganjaran menjadi lima puluh kali lipat, karena satu kebaikan dibalas sepuluh kali lipat
pahalanya. Rasulullah SAW bersabda: "Aku berkata, "Wahai Tuhanku, sesungguhnya hamba-
Mu ini sangat lemah dari segi fisik , hati, pendengaran, penglihatan dan raga mereka, maka
berilah kami keringanan". Allah yang Mahagagah berkata, "Ya Muhammad". Aku pun
menjawab, "Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah". Lalu Allah pun berkata "Sesungguhnya
tidak ada perubahan dalam firman-Ku sebagaimana telah Aku fardukan kepadamu di Ummul
Kitab". Allah berkata lagi "Tiap tiap kebaikan akan aku lipat gandakan pahalanya menjadi
sepuluh kali lipat. Maka pahala shalat itu tetap tertulis lima puluh di Ummul Kitab, namun
kewajiban kamu hanya lima (waktu shalat)" ". (HR Bukhari)

1. Shalat Subuh

Shalat Subuh terdiri dari 2 rakaat. Waktunya dari terbit fajar shidiq, hingga terbit
matahari. Dua rakaat Subuh melambangkan penyatuan jasad dan ruh. Shalat Subuh adalah
sholat pertama kali yang dilakukan oleh Nabi Adam AS, dua raka'at Subuh dijalankan oleh
Nabi Adam AS di bumi setelah diturunkan dari surga. Waktu itu pertama kalinya Nabi Adam
AS melihat kegelapan, begitu gelapnya sehingga ia merasakan ketakutan yang amat sangat.
Namun kemudian kegelapan itu secara lamban mulai sirna mengusir rasa takut, dan perlahan
terbitlah terang. Itulah pergantian waktu malam menuju pagi. Oleh karenanya, dua raka'at
Subuh dilaksanakan sebagai rasa syukur atas sirnanya kegelapan pengharapan atas datangnya
kecerahan.

Niat Shalat Subuh:


Artinya :
"Aku sengaja shalat fardu subuh dua rakaat menghadap kiblat (makmum/imam) karena
Allah".
2. Shalat Dzuhur
Dilakukan sebanyak 4 rakaat. Awal waktunya setelah cenderung matahari dari
pertengahan langit. Akhir waktunya apabila bayang-bayang sesuatu telah sama panjang
dengan sesuatu itu. Waktunya kira-kira dari jam 12.00 sampai 15.20. Empat rakaat Dzuhur
melambangkan dua tangan dan dua kaki. Nabi Ibrahim AS adalah orang pertama yang
melaksanakan sholat Dzuhur, Empat rakaat Dzuhur dilaksanakan, ketika Allah SWT
menggantikan Nabi Ismail AS yang rencananya disembelih sebagai Qurban dengan seekor
domba. Ini terjadi tatkala siang, tatkala matahari bergeser sedikit dari titik tengahnya. Empat
rakaat itu menunjukkan beberapa perasaan Nabi Ibrahim, satu rakaat adalah penanda
kesyukuran atas digantikannya Nabi Ismail AS. Satu rakaat karena kegembiraan, satu rakaat
untuk mencari keridloan Allah SWT dan satu rakaat lagi sebagai rasa syukur atas domba
pemberian Allah SWT.

Niat Shalat Dzuhur:

Artinya :
"Aku sengaja shalat fardu Dzuhur empat rakaat menghadap kiblat (makmum/imam) karena
Allah".
3. Shalat Ashar
Shalat Ashar dilakukan sebanyak 4 rakaat. Waktunya mulai dari habisnya waktu
dzuhur sampai terbenamnya matahari. Empat rakaat Ashar melambangkan dua punggung
(kanan dan kiri), dada dan kemaluan. Riwayat shalat Ashar berhubungan erat dengan Nabi
Yunus AS. ketika diselamatkan oleh Allah SWT dari perut ikan Hut. Hut adalah nama ikan
yang menelan Nabi Yunus mengarungi lautan. Dikisahkan, bahwa bentuk ikan hut hampir
menyerupai burung, namun tanpa sayap. Ketika di dalam perut hut itu Nabi Yunus AS
merasakan empat macam kegelapan, gelap karena kekhawatiran hasya, gelap di dalam air,
gelap malam dan gelap di dalam perut ikan. Demikianlah Nabi Yunus AS keluar ketika
matahari mulai condong ke barat dan shalatlah beliau empat rakaat sebagai penanda terbebas
dari empat macam kegelapan itu.
Niat Shalat Ashar:

Artinya :
"Aku sengaja shalat fardu Ashar empat rakaat menghadap kiblat (makmum/imam)karena
Allah".

4. Shalat Maghrib
Shalat maghrib dilakukan sebanyak 3 rakaat. Waktunya dari terbenamnya matahari
sampai hilangnya syafaq (awan senja) merah. Tiga rakaat Maghrib melambangkan dua
lubang hidung dan mulut. Tiga rakaat shalat Maghrib mempunyai sejarahnya sendiri yang
tidak bisa dilepaskan dari kisah Nabi Isa AS ketika berhasil keluar dari kaumnya di
penghujung senja. Tiga rakaat sangat bermakna bagi Nabi Isa AS. Satu rakaat menandai
perjuangan beliau menegakkan tauhid dan menafikan semua bentuk sesembahan kecuali
Allah. Satu rakaat untuk menafikan hinaan dan tuduhan kaumnya atas ibundanya yang
melahirkannya tanpa ayah. Dan ini sekaligus menunjukkan betapa ketuhanan itu hanya milik
Allah semata yang Maha Kuasa, inilah makna satu rakaat yang terakhir.
Niat Shalat Maghrib:

Artinya :
"Aku sengaja shalat fardu Maghrib tiga rakaat menghadap kiblat (makmum/imam)karena
Allah".
5. Shalat Isya
Shalat Isya didirikan sebanyak 4 rakaat. Waktunya dari mulai terbenam syafaq
hingga terbit fajar. Empat rakaat Isya melambangkan dua mata dan dua telinga.
Dihilangkannya empat kesedihan yang menimpa Nabi Musa AS oleh Allah SWT ketika
meninggalkan kota Madyan menjadi sejarah ditetapkannya shalat Isya empat rakaat. Tercatat
empat kesedihan itu berhubungan dengan istrinya, saudaranya yang bernama Nabi Harun AS,
anak-anaknya, dan kesedihan karena kekuasaan Firaun. Dan ketika semua kesedihan itu
diangkat oleh Allah Swt di waktu malam, Nabi Musa AS pun melaksanakan sholat empat
rakaat sebagai rasa syukur atas segalanya.
Niat Shalat Isya:

Artinya :
"Aku sengaja shalat fardu Isya' empat rakaat menghadap kiblat (makmum/imam)karena
Allah".
Waktu-waktu yang dilarang untuk Shalat:
- Setelah Shalat Subuh hingga terbenamnya matahari
- Ketika terbitnya matahari hingga sempurna dan naik sekurang-kurangnya setinggi tombak
(lebih kurang sepuluh derajat dari permukaan bumi)
- Ketika matahari rembang (diatas kepala) hingga condong sedikit ke barat
- Setelah Shalat Ashar hingga terbenamnya matahari
- Ketika mulai terbenamnya matahari hingga sempurna

C. Peringatan Bagi Orang yang Meninggalkan Shalat

Tidak sedikit muda-mudi dizaman sekarang yang tidak peduli dengan shalat.
Terutama pada kaum wanita, namun pada kaum laki-laki juga tidak sedikit yang tidak peduli
dengan shalat. Pada kenyataannya Allah sudah memberitahukan kepada umat manusia
melalui Al-Quran bahwa shalat hukumnya wajib bagi wanita dan laki-laki yang sudah aqil
baligh. Selain kita diperintahkan untuk selalu mendirikan shalat Allah dan Rasul-nya juga
menegaskan hukumanbagi mereka yang meninggalkan shalat.

Sayyid sabiq dalam Fiqhus Sunah menyampaikan bahwa orang yang meninggalkan
shalat fardhu dengan sengaja dan mengingkari kewajibannya berarti telah kufur atau keluar
dari islam2. Banyak ayat Al-Quran dan hadits yang menjadi sumber peringatan bagi orang-
orang yang suka meninggalkan shalat, Berikut adalah Firman Allah SWT dan Sabda
Rasulullah;

2 Amirulloh Syarbini & Novi Hidayat Afsari, Rahasia Superdahsyat dalam sabar &
shalat (Jakarta: QultumMedia, 2012), hlm 62
Firman Allah :



()

Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan


shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui
kesesatan.(QS.Maryam:59)

( ) ( )
() ( )
Mereka saling bertanya mengenai orang-orang berdosa. Apa yang menjerumuskan
kalian ke dalam neraka Saqor, mereka menjawab;Kami tidak tergolong orang-
orang yang menunaikan shalat.(Q.S. Al-Muddatsir, 40-43)

()

Dan ia tidak mau membenarkan (rasul dan Quran) dan tidak mau mengerjakan
shalat.(Q.S. Al-Qiyamah 31)

Sabda Rasulullah SAW :

(Yang menghilangkan pembatas) antara seorang muslim dengan kemusyrikan dan


kekufuran adalah meninggalkan shalat.(HR.Muslim)
Perjanjian antara kita dengan mereka (orang munafik) adalah shalat, barangsiapa
meninggalkannya maka sesungguhnya ia telah kafir.(HR.Ahmad, al-Tirmidzi dan al-
Nasai, hadits shahih).

Pemisah antara seseorang dengan kekafiran adalah shalat. Barangsiapa


meninggalkannya maka sesungguhnya ia telah kafir.(HR. Ahmad, Muslim, Abu dawud,
Tirmidzi, dan Ibnu Majah)

Shalat adalah tiang agama, maka barangsiapa meninggalkan sholatnya secara


sengaja, maka ia telah merobohkan agamanya. Dan barangsiapa meninggalkan waktu-
waktunya, ia akan masuk neraka Wail. Wail adalah suatu lembah di neraka jahannam.
Sebagaimana firman Allah taalaNeraka wail bagi orang-orang sholat, yaitu mereka yang
lalai dari shalatnya. (Jaamiul Akhbar ; 185/455)

Barangsiapa meninggalkan sholatya sampai ia tertinggal tanpa udzur maka


terhapuslah amalnya. Lalu beliau bersabda: Antara hamba dan kekafiran adalah shalat.
(Jaamiul Akhbar ; 185/456-457)

Barangsiapa meninggalkan sholat tidak mengharap pahalanya, dan tidak takut


akan siksaannya, maka aku tidak peduli apakah ia akan mati dalam keadaan Yahudi atau
Nasrani atau Majusi. (Jaamiul Akhbar ; 186/462)

Fathimah a.s. bertanya pada rasul Allah saw; Wahai ayahku! :

Apa siksa bagi yang meremehkan shalat, baik ia lelaki maupun perempuan?

Beliau saw menjawab : Wahai Fathimah, barang siapa yang meremehkan shalatnya, lelaki
maupun perempuan, maka Allah akan memberinya petaka ssebanyak 15 siksa. Enam di
antaranya di dunia, tiga di dalam kubur nya, dan tiga pada hari kiamat di saat ia bangun dari
kuburnya.
Yang menimpanya di dunia yaitu:

1. Allah akan mencabut berkah uurnya


2. Allah akan mencabut berkah rezekinya
3. Allah akan menghapus ciri orang saleh di mukanya
4. Semua amal yang dilakukannya tidak diberi pahala
5. Doanya tidak terangkat ke langit
6. Tidak mendapat bagian didalam doa orang-orang saleh

Adapun yang akan menimpanya menjelang kematiannya adalah:

1. Matinya dalam keadaan terhina

2. Matinya dalam keadaan lapar

3. Matinya kehausan.Yang sekiranya ia diberi minum satu sungai hausnya tidak akan
hilang

Sedang yang akan menimpanya di dalam kubur nya:

1. Allah menyerahkan kepada malaikat yang menakutkan didalam kuburnya

2. Kuburnya menjepitnya

3. Kubrnya gelap-gulita

Adapun yang akan menimpanya pada hari kiamat, jika dia keluar dari kuburnya:

1. Allah menyerahkan kepada malaikat untuk menyeretnya (bagai binatang ternak)


sedang para makhluk melihatnya
2. Dihisab secara ketat
3. Allah tidak akan menoleh padanya dan tidak akan mensucikannya dan baginya azab
yang pedih.3

D. Syarat dan Rukun Shalat

Dalam shalat kita harus mengikuti rukun shalat dan tidak meninggalkan
salah satupun dari rukun, namun sebelum shalat kita harus mengetahui
syarat-syarat daldam shalat. Adapun syarat-syarat shalat dibagi 2, yaitu
syarat wajib shalat dan syarat sah shalat .

3 al-'Allamah Zaynuddin al-Malibari r.h. Kitab Tafsir Al-Muin, hal. 576


a. Syarat wajib shalat

1. Islam
Orang yang bukan islam tidak di wajibkan shalat. Ia tidak di tuntut
mengerjakan shalat, dan apabila dia mengerjakan shalat maka shalatnya
tidak sah kecuali dia masuk agama islam.
2. Suci dari haid dan nifas
Rasulullah berkata kepada fatimah binti abi hubaisy, apabila
datang haid, maka tinggalkanlah shalat . (H.R Bukhari).
3. Berakal
Orang yang berakal tidak wajib dan tidak sah shalatnya.
4. Baligh
Adapun tanda baligh adalah :
- Keluar mani
- Mimpi basah
- Keluar haid bagi perempuan
5. Telah sampai dakwah kepadanya.
Orang yang belum menerima perintah shalat tidak dituntut oleh
hukum. Ini maksudnya adalah sebelum Allah SWT memerintahkan shalat
pada nabi muhammad, maka belum wajib menerjakan shalat.
6. Jaga
a. Orang yang sedang tidur tidak di wajibkan untuk shalat, namun apabila
ia terbangun maka ia harus menyegerakan shalatnya.
Rasulullah SAW bersabda :
:
( )
" Yang terlepas dari hukum ada tiga macam : kanak-kanak hingga ia
dewasa , orang tidur hingga ia bangun, orang gila hingga ia sembuh.4

b. Syarat sah shalat

1. Suci dari hadas besar dan kecil


Rasulullah SAW bersabda :
( )
Allah tidak menerima shalat seseorang diantara kamu apabila ia
berhadas hingga ia berwudhu .

2. Suci badan, pakaian, dan tempat dari najis.

4 sulaiman rasyid: fiqih islam, hal : 67


Najis yang sedikit, dan susah untuk dihilangkan seperti nanah bisul,
darah khitan, dan darah yang memang berada di tempatnya diberikan
keringanan untuk dibawa shalat.
3. Menutup aurat.
Ketika mengerjakan shalat, maka aurat harus ditutup, aurat laki-laki
antara pusat ingga lutut, aurat perempuan seluruh badannya kecuali
muka dan dua telapak tangan.

4. Mengetahui waktunya shalat.


Shalat akan sah dikerjakan apabila telah masuk waktunya shalat.
5. Menghadap kiblat.
Rasulullah bersabda :
apabila engkau hendak shalat , sempurnakanlah wudhumu, kemudian
menghadaplah ke kiblat. (H.R Muslim ).

C. Rukun shalat.
1. Niat
Niat dalam shalat adalah sengaja mengerjakan shalat agar berbeda
dengan perbuatan yang lain, dan menentukan shalat yang dikerjakan.
Seperti shalat dzihur dengan niat shalat dzuhur dan sebagainya.
Sebaiknya niat itu dinlafadzkan ketika menganggkat tangan saat takbiratu
ihram.
2. Berdiri bagi yang mampu
Rasulullah SAW bersabda :
.







.
shalatlah sambil berdiri, apabila tidak sanggup maka shalatlah sambil
duduk, apabila tidak kuasa maka shalatlah dengan berbaring. (riwayat
bukhari, dan Nasai menambahkan, kalau tidak sanggup juga shalatlah
sambil telentang. Allah tidak memberati seorang melainkan sekuasanya).
3. Takbiratul ihram (mengucapkan Allahu akbar).

4. Membaca surat al-fatihah.


Sabda rasulullah SAW :
.
tiadalah dikatakan shalat bagi orang yang tidak membaca surah al-
fatihah. (riwayat bukhari.)
5. Rukuk serta tumaninah
Adapun rukuk bagi orang yang shalat berdiri adalah menunduk kira-
kira sampai kedua tangan sampai kelutut. Rukuk untuk shalat duduk
adalah sekurang-kurangnya muka sejajar dengan lutut.
6. Itidal serta tumaninah
Itidal adalah berdiri tegak kembali ke posisi ketika membaca al-fatihah.

7. Sujud dua kali beserta tumaninah.


Sekurang-kurangnya sujud adalah meletakkan dahi di tempat sujud.
Sebagian ulama berpendapat bahwa sujud itu wajib dilakukan dengan
tujuh anggota, yaitu dahi, dua telapak tangan , dua lutut, dan ujung jari
kedua kaki.
8. Duduk diantara dua sujud beserta tumaninah.
Rasulullah bersabda :
sujudlah engkau hingga diam untuk sujud, kemudian bangkitlah engkau
hingga diam untuk duduk, kemudian sujudlah engkau hingga diam pula
untuk sujud. (riwayat bukhari dan muslim.)
9. Duduk akhir
Rasulullah SAW selalu duduk untuk membaca tasyahud dan shalawat.

10. Membaca tasyahud akhir.


Bacaan tasyahud akhir. :





.


.
.
<


,

.
11. Membaca shalat atas nabi .

Dalam bacaan tasyahud akhir diatas telah disebutkan shalawat atas


nabi. Namun sekurang-kurangnya membaca :

12. Memberi salam yang pertama. (ke kanan).


Sabda rasulullah SAW :
permulaan shalat itu takbir danpenghabisannya salam. (Riwayat Abu
Daud dan Tirmizi)

13. Menertibkan shalat.


Mengerjakan semua rukun sesuai urutannya dan tidak terbalik-balik.
Rasulullah SAW bersabda :
shalatlah kamu sebagaimana kamu melihatku shalat. (H.R Bukhari.)
E. PRAKTIK SHALAT NABI

1. TAKBIR

Nabi memulai shalatnya dengan dengan mengucapkan takbir ()


yang di sebut Takbiratul ihram dan termasuk rukun shalat.

: ,
: ,

Dari Abu humaid as-sadi ra, ia berkata : Rasulullahh saw apabila berdiri
untuk shalat, beliau menghadap kiblat, mengangkat kedua tangannya, dan
mengucapkan: Allahu Akbar (AllahMahabesar).

, , )) :
((

Dari Ali ra, ia berkata: Rasulullah saw bersabda: kunci shalat itu adalah
bersuci yang mengharamkannya (dari pekerjaan di luar shalat) adalah takbir,
5
dan yang menghalalkannya adalah ucapan salam.

2. MENGANGKAT KEDUA TANGAN

A. Rasulullah saw terkadang mengangkat kedua tangannya bersamaan


dengan takbiratul ihram.

:
...

Dari Abdullah bin Umar ra, ia berkata: Aku melihat Nabi saw memulai
takbir dalam shalat, maka beliau mengangkat kedua tangannya ketika
bertakbir sehingga menjadikan keeduanya sejajar dengan kedua bahunya...6

B. Terkadang beliau mengangkat kedua tangannya sebelum takbiratul


ikhram.

5 Hasan shahih: HR. Asy-syafii dalam al-umm (no. 196-cet. Darul wafa), Ahmad
(1/123/129), Abu dawud (no. 61,618) dan selaimmya, lihat irwaul ghalil

6 Shahih: HR. Albukhari (no. 738), al- baihaqi (II/26) an-Nasai (II/121)
:
, ...

Dari Ibnu umar ra, ia berkata:Rasulullah apabila berdiri untuk shalat,


beliau mengangkat kedua tangannya hingga keduanya sejajar dengan keedua
bahunya kemudian bertakbir...7

C. Mengangkat kedua tangan setelah Takbiratul ihram

Dan terkadang beliau mengangkat kedua tangannya setelah Takbiratul


ihram


...

Dari malik bin al-huwairist :Bahwa Rasulullah bila telah bertakbir, beliau
mengangkat kedua tangannya hingga mensejajarkan keduanya dengan kedua
tangannya...8

D. cara mengangkat kedua tangan

Rasulullah mengangkat kedua tangannya dengan menegakkan jari-


jarinya lurus ke atas [Beliau tidak merenggangkannya dan tidak pula
merapatkanntya]

:
( ) ,

Dari Abu hurairah ra, beliau berkata: Rasulullah apabila memulai


shalat, beliau mengangkat kedua tangannya dengan menegakkan (jari-

7 Shahih: HR. Muslim (no 390[22]), Abu Dawud (no. 722) an-Nasai (II/122), dan
selainnya

8 Shahih: HR. Albukhari (no. 737), muslim (no. 391)


9
jemarinya tegak lurus ke atas). [Abu amir (salah seorang perawi )
mengisyaratkan dengan Tangannya, dia tidak merenggangkan jari-jarinya dan
tidak pula merapatkannya].

3. Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri (bersedekap)

Rasulallah meletakkan yangan kanan di atas tangan kirinya


(bersedekap)

, : :
, :
..

Dari wail ibn hujr ra, ia mengatakan: Aku berkata :sesungguhnya, aku
akan melihat shalatnya Rasulullah , bagaimana beliau melakukan shalat.
Maka aku melihat berdiri lalu takbir dan mengangkat kedua tangannya hingga
keduannya sejajar dengan telingannya,kemudian beliau meletakkan tangan
kanannya di atas punggung telapak tangan kirinya, pergelangan tangan, dan
lengan bawah...10

4. Meletakkan kedua tangan di dada

Kemudian Rasulullah meletakkan kedua tangannya di dada

:
.

Dari wail bin hujr ra, beliau berkata: Aku pernah shalat bersama
Rasulullah dan beliau meletakkan kedua tangannya di atas tangan kirinya di
dadanya.11

5. Memandang tempat sujud

9 Shahih: HR. Abu dawud (no. 753), an-nasai (II/124) ibnu khuzaimah (no.
460,473), al hakim (I/215,234). Alhakim menshahihkan hadist ini, dan di sepakati
oleh adz-dzahabi, tambahan dalam kurung [] adalah milik al-hakim dan al-
baihaqi

10 Shahih: HR. Muslim (no. 401), Ahmad (IV/328) lihat Irwaul ghalil

11 Shahih: HR. Ibnu khuzaimah (no. 479)dan selainya


Apabila shalat, Rasulullah memandang ke tempat sujudnya.

, ,

Dari aisyah ra, ia mengatakan : Rasulullah memasuki kabah,


pangdangan beliau tidak pernah berpaling dari tempat sujudnya hingga beliau
12
keluar dari dalam kabah.

6. Membaca doa istiftah (iftitah)

Kemudian Rasulullah membuka shalatnya dengan membaca doa istiftah.


Membaca doa istiftah hukumnya sunnah menurut kebanyakan ulama.13

DI antara doa istiftah yang biasa dibaca beliau adalah:

,
,

Ya Allah, jauhkanlah diriku dari kesalahan-kesalahanku sebagaimana


Engkau telah menjauhkan antara timur dan barat, Ya Allah, bersihkanlah aku
dari kesalahan-kesalahanku sebagaimana kain putih yang di bersihkan dari
kotoran, Ya Allah, cucilah diriku dari kesalahan-kesalahan dengan air, salju,
14
dan es.

7. Membaca Alfatihah

)) :
(( , , , ,

Dari Abu hurairah ra, ia berkata: Rasulallah bersabda: barang siapa


yang shalat tanpa membaca Al fatihah dalam shalatnya, maka dia kurang,
shalatnya kurang, shalatnya kurang, tidak sempurna.15

12 Shahih: HR. Al hakim (I/479) dan al baihaqi (V/158)

13 Lihat al-mughni (II/21) tahqiq DR. Muhammad syarfuddin khathab dan DR. Asy
syyid Muhammad as-sayyid , cet. Darul Hadist

14 Ashlu shifati shalatin Nabiy (I/240)

15 Shahih: HR. Al bukhari (no. 756) muslim ( 394) Ahmad (V/314)


8. Bacaan setelah Al fatihah

Sesudah membaca surah Alfatihah, selanjutnya Rasulullah membaca


surah yg lain.

: ,
,

Dari Anas bin malik ra, ia berkata : Rasulullah mendengar tangisan


anak kecil yang bersama ibunya, sedang beliau tengah shalat, maka beliau
membaca surah yang ringan atau surah yang pendek.16

F. HAL-HAL YANG DIMAKRUHKAN DALAM SHALAT

1) Kasus

Dewasa ini, tingkat ketertarikan masyarakat dalam mempelajari ilmu agama islam
bisa dikatakan masih tergolong rendah. Padahal ilmu agama islam sangat penting untuk
dipelajari karena diaplikasikan setiap hari. Selain itu, ada sebagian ilmu agama islam
yang hukumnya wajib untuk dipelajari oleh setiap muslim. Diantaranya adalah ilmu
tentang aqidah, tauhid, ibadah dan muamalah.

Ibadah wajib yang paling sering dilakukan oleh seorang muslim adalah shalat.
Meskipun sering dilakukan, masih banyak orang yang ternyata shalatnya belum
sempurna. Masih banyak yang melakukan hal-hal yang dimakruhkan dalam shalat.
Misalnya saja, ditemukan beberapa orang yang sedang shalat dengan mata terpejam.
Namun apakah hal tersebut diperbolehkan? Bagaimana pula hukumnya jika ada yang
shalat sambil menahan lapar? Lalu, bagaimana jika shalat dilakukan dengan tergesa-
gesa?

2) Pembahasan

16 Shahih: HR. Muslim (no. 470 [191])


Dalam shalat, ada beberapa hal yang hukumnya makruh jika dilakukan. Diantaranya
adalah sebagai berikut:

a. Sebelum Shalat
1. Menahan Lapar
Untuk tercapainya target shalat (khusuk), selain dilarang makan dan minum
juga dilarang menahan lapar. Sebagaimana ditegaskan dalam hadits berikut:

Tiada shalat bagi orang yang telah dihidangkan makan, dan tidak pula (shalat)
bagi orang yang kebelet ke belakang (buang air kecil atau besar). (HR Muslim)
2. Menahan Buang Air (Kebelet)
Selain berdasarkan hadits diatas juga berdasarkan hadits berikut:

Jika shalat telah qamat padahal diantara kalian ada yang kebelet, maka buang
airlah dahulu sebelum kalian shalat. (HR Bukhori dan Muslim)
3. Menahan Kantuk
Dalam suatu hadits diungkapkan:

Jika seseorang mengantuk hendaklah ia tidur, hingga hilang rasa kantuknya.
Sebab jika ia meneruskan shalat juga, yang seharusnya meminta ampun kepada
Allah tetapi ia justru memaki-maki dirinya sendiri. (HR Jamaah)

b. Dalam Shalat
1. Berkata
Dalam suatu hadits, dari Zaid bin Arqam disebutkan:


Dalam suatu (kesempatan) shalat, akmi berkata-kata. Masing-masing berkata-
kata dengan teman di sampingnya, sehingga turun ayat: wa quumuu lillaahi
qaanitiin (Dan lakukanlah shalat dengan khusuk), maka kami pun diperintahkan
untuk diam dan dilarang berkata-kata. (HR Jamaah, selain Ibnu Majah)
2. Banyak Gerak
Dalam suatu haditsnya Rasulullah bersabda:

Nabi SAW melarangku (ketika aku melakukan shalat) dalam tiga hal: mencotok-
cotok (perubahan yang sangat cepat pada takbir intiqal) seperti ayam, duduk
nongkrong seperti anjing (ketika duduk diantara dua sujud) dan clingak-clinguk
(berpaling seperti anjing hutan). (HR Ahmad, Baihaqi dan Thabrani dari Abu
Hurairah RA)
Dalam hadits lain Rasulullah bersabda:

Bahwasannya Allah memerintah kalian shalat. Maka jika kalian shalat janganlah
kalian berpaling-paling (memperhatikan sekitar). Sebab sesungguhnya Allah
berhadapan dengan hamba-Nya saat hamba itu shalat selama hamba itu tak
berpaling daripada-Nya. (HR Turmudzi)
Dalam hadits lain juga diingatkan:

Janganlah engkau menyembunyikan (ruas) jari-jari tangan ketika engkau tengah
shalat. (HR Ibnu Majah)

3. Meludah
Nabi SAW bersabda:

Jika kalian sedang shalat, mengingat kalian sedang bermunajat kepada Allah
maka janganlah meludah ke depanmu, dan jangan pula ke samping kananmu,
tetapi (jika terpaksa) ke samping kirimu ke bawah kakimu. (HR Bukhari dan
Muslim)
4. Menguap
Dalam suatu haditsnya Rasulullah bersabda:

Menguap itu merupakan sifat setan. Jika diantara kalian ada yang menguap
dalam shalat, maka tutuplah sebisa mungkin.
5. Memejamkan Mata
Memejamkan mata dalam shalat termasuk yang dimakruhkan oleh sebagian
ulama, namun dibolehkan oleh sebagian lainnya. Adanya perbedaan pendapat ini
disebabkan hadits mengenai larangan memejamkan mata dalam shalat tidaklah
kuat. Kemungkinan lainnya, makruhnya memejamkan mata dalam shalat adalah
karena orang yang memejamkan mata lazimnyatidak dapat berkonsentrasi, hingga
ia lupa akan bacaan atau rakaat shalatnya.
Namun menurut Ibnu Qayyim pendapat yang benar adalah jika membuka mata
tidak mengurangi kekhusukan shalat, maka itu yang dijadikan pegangan. Namun
jika membuka mata menyebabkan tidak khusuk dalam shalat karena banyaknya
gambar di sekitar tempat shalat, maka memejamkan mata tidaklah makruh,
bahkan dianjurkan (Hasbi, Pedoman Shalat, 1977 :186)
6. Mencuri dalam Shalat
Sebagaimana diungkapkan dalam hadits berikut:


Sejahat-jahatnya orang adalah yang mencuri dalam shalat. Para sahabat
bertanya: Bagaimana orang mencuri dalam shalat? Jawab Nabi: Ia tidak
menyempurnakan rukuknya dan tidak pula menyempurnakan sujudnya. Atau
dalam sabdanya yang lain: Ia tidak meluruskan puggungnya ketika rukuk dan
ketika sujud. (HR Bukhari)

7. Sikap seperti unta (ketika hendak sujud atau bangkit dari sujud)
Yang dimaksud sikap seperti unta adalah mendahulukan tangan dari lutut
ketika hendak sujud, dan mendahulukan pantat dari badan ketika bangkit dari
sujud. Sebagaimana diungkapkan dalam hadits berikut:

Jika diantara kalian sujud, maka janganlah seperti unta: meletakkan tangannya
sebelum lututnya. (HR Khamsah, selain Ahmad)
8. Sikap Tergesa-gesa

Jika iqamah shalat telah dikumandangkan, maka datanglah dengan berjalan kaki
biasa dan jangan tergesa-gesa. Tetaplah tenang dan sopan. Jika kalian tertinggal
maka sempurnakanlah. (HR Bukhori dan Muslim)
Demikian pula yang dapat dipahami dari ungkapan hadits berikut:



Jika engkau hendak shalat maka sempurnakan wudhumu kemudian menghadap
kiblat, bertakbir kemudian membawa bacaan yang mudah (Al-Fatihah) bagimu,
kemudian rukuklah dengan tenang hingga lurus punggungmu kemuduan
mengangkat badanmu (iktidal) hingga badanmu tegak, kemudian sujudlah dengan
tenang hingga lurus punggungmu (dalam posisi sujud), kemudian bangkit (untuk
duduk) dengan tenang hingga dudukmu lurus, kemudian kerjakan seperti itu
dalam shalatmu seluruhnya. (HR Bukhari)
9. Mendahului Imam

Sesungguhnya aku ini imam kalian. Karena itu, janganlah kalian mendahuluiku
ketika rukuk, ketika sujud, ketika berdiri dan ketika salam. Karena sebenarnya aku
melihat kalian dari muka dan dari belakangku. Kemudian mereka berkata: Demi
Tuhan, yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya: sekiranya kalian melihat apa
yang aku lihat, tentulah kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis. (HR
Muslim).17

G. Hal-Hal Yang Membatalkan Shalat


1. Berhadats

Jika seseorang berhadas ketika melaksanakan shalat seperti keluar


apa saja dari qubul dan dubur maka shalatnya batal, sebab tidak
terpenuhi syaratnya lagi.

2. Berbicara dengan sengaja

Berbicara yang dimaksud adalah berbicara yang sering dilakukan


manusia dalam kehidupannya sehari-hari. Perkataan yang keluar disaat
shalat, baik itu satu kata ataupun hanya satu huruf akan membatalkan
shalat apabila dilakukan dengan sengaja. Berbeda apabila seseorang
melakukannya tanpa sadar alias tidak disengaja, ataupun melakukannya
tanpa tahu hukumannya maka syari memberikan keringanan bagi orang
yang melakukannya selama perkataan tersebut tidak lebih dari 6 kata.

3. Terbuka aurat

Bila seseorang yang sedang shalat tiba-tiba terbuka auratnya secara


sengaja maka secara otomatis shalatnya menjadi batal.

4. Terkena najis baik badan, pakaiannya maupun tempat shalatnya

Bila seseorang yang sedang shalat terkena najis, maka secara


langsung shalatnya menjadi batal. Namun yang dijadikan patokan adalah
bila najis itu tersentuh tubuhnya atau pakaiannya dan tidak segera
dibersihkan najis tersebut maka shalatnya batal. Adapun tempat shalat itu
sendiri apabila mengandung najis namun tidak sampai tersentuh langsung
dengan tubuh atau pakaian, shalatnya masih sah dan bisa diteruskan.

5. Banyak bergerak dan terus menerus.

17HE. Hassan Saleh, Kajian Fiqh Nabawi dan Fiqh Kontemporer, ( Jakarta:
Rajagrafindo Persada, 2008), 92-98
Yang dimaksud adalah gerakan yang banyak dan berulang-ulang terus
dan bukan merupakan gerakan yang terdapat dalam shalat. Mazhab Imam
Syafii memberikan batasan sampai tiga kali gerakan berturut-turut, jika
lebih dari tiga kali maka shalatnya batal.

6. Makan atau Minum

Makan atau minum dengan sengaja walaupun sedikit dapat


membatalkan shalat sebab hal itu bertolak belakang dengan tujuan serta
keadaan ibadah yang menuntut kekhusyuan.

7. Membelakangi atau tidak menghadap qiblat.

Bila seseorang shalat dengan sengaja membelakangi kiblat atau ia


berpaling sehingga dadanya tidak lagi menghadap qiblat maka salatnya
batal.

8. Tertawa

Orang yang tertawa dalam shalatnya sampai mengeluarkan suara


shalatnya batal, adapun bila tersenyum, belumlah batal shalatnya.

9. Berubah niat

Seseorang yang sedang shalat, lalu tiba-tiba terbesit niat untuk


membatalkan shalat, maka saat itu juga shalatnya telah batal meskipun
dia belum melakukan hal-hal yang membatalkan shalat.

10. Mendahului Imam saat shalat jamaah

Bila seorang makmum melakukan gerakan mendahului gerakan imam,


seperti bangun dari sujud lebih dulu dari imam, maka batal-lah shalatnya.

11. Murtad (keluar dari islam).


Apabila seseorang murtad ketika melakukan shalat, maka shalatnya
menjadi batal sebab keadaan murtad itu bertolak belakang dengan ibadah
dan menggugurkan amal.18

H. Hal-Hal Yang Mengharuskan Sujud Sahwi Dalam Shalat


1) Jika orang yang sedang shalat kemudian ragu, apakah ia telah shalat
tiga atau empat rakaat, apa yang harus ia lakukan ?

Yang wajib baginya adalah meyakinkan jumlah yang lebih kecil, sepert
dalam contoh di atas, ia meaknkan bahwa ia telah shalat tiga rakaat, lalu
ia menambahkan rakaat yang keempat, kemudian ia sujud sahwi (sujud
karena lupa), lalu salam. Berdasarkan sabda Nabi SAW :

Artinya :

jika seseorang dari kalian ragu dalam shalatnya, lalu ia tidak tahu berapa
rakaat shalat yang telah ia kerjakan, tiga atau empat rakaat, maka
hendaklah ia membuang keraguan dan membangun atas apa yang ia
yakini, kemudian hendaklah ia sujud dua kali sebelum salam. Jika ternyata
ia shalat lima rakaat, kedua sujud itu menggenapkan shalatnya, dan jika
ia shalat sempurna (empat rakaat), maka kedua sujud itu merupakan
kemenangan atas syetan. (Hadits ini dikeluarkan oleh Imam Muslim
dalam shahihnya dari hadits Abi Said Al-Khudri)

Adapun, jika salah satu di antara dua kemungkinan itu lebih ia yakini, baik
kurang ataupun sempurna, maka ia memilih yang ia lebih yakini,
kemudian salam, lalu sujud sahwi dua kali. Berdasarkan sabda Nabi:

Artinya:

18 Abdul Aziz ibn Abdullah bin Baz, Tanya Jawab Tentang Rukun Islam, Terj.
Mudzakkir Muhammad Arif ( Jakarta: Kantor Atase Agama), hal 88-89.
Jika seorang di antara kalian ragu dalam shalatnya, maka hendaklah ia
memilih yang benar yakin dengan seksama, lalu ia sempurnakan,
kemudian ia salam, lalu sujud dua kali selesai salam. (Hadits ini
dikeluarkan oleh Imam Al-Bukhari dalam Ash-Shahih dari hadits Ibnu
Masud)

2) Kapan disyariatannya sujud sahwi ? sebelum salam atau setelah


salam ?

Masalah ini longgar. Kedua bentuk ini boleh, yaitu sujud sebelum salam
atau sesudahnya. Karena hadits-hadits dari Nabi menerangkan hal itu.
Tapi lebih afdhal sujud sahwi sebelum salam, kecuali dalam dua keadaan:

Pertama: Jika ia salam padahal shalatnya masih kurang satu rakaat


atau lebih. Maka ia lebih baik sujud sahwi setelah menyepurnakan shalat
dan salam, sebagai pelaksaan mencontoh Nabi dalam masalah ini. Karena
Nabi ketika salam padahal shalatnya kurang dua rakaat, pada hadis Abu
Hurairah, dan karena kurang satu rakaat, pada hadits Imran bin Husain,
beliau sujud sahwi setelah menyempurnakan shalat dan selelsai salam.

Kedua: Ketika ia ragu dalam shlatnya, lalu ia tidak tahu berapa rakaat
ia telah shalat, tiga atau empat rakaat pada shalat ang jumlahnya empat
rakaat, dua atau tiga rakaat pada shalat maghrib, satu atau dua raat pada
shalat subuh, tapi ia lebih cenderung pada salah satu dari dua pilihan
yang kurang, atau telah sempurna, lebih afdhalnya, ia sujud setelah
salam.

Jika seorang masbuq lupa, apakah ia melakukan sujud sahwi ? Apakah


bagi makmum juga melakukan sujud sahwi bila ia lupa ?

Tidak ada sujud sahwi bagi makmum, jika ia lupa, kewajibannya adalah
mengikuti imam, jika ia mulai shalat bersama imam, dari awal shalat
hingga selesai. Adapun masbuq, maka ia sujud sahwi bila ia lupa, baik di
kali ia masih bersama imamnya, ataupun di kala ia shalat sendiri (setelah
imam salam). Sujud sahwinya itu setelah ia menyempurnakan shalatnya.

3) Apakah disyariatkan sujud sahwi pada beberapa kondisi berikut ini :


1. Jika ia membaca ayat/surat setelah Al-Fatihah pada dua rakaat terahir
dari shalat rubaiyah (yang empat rakaat)
2. Jika ia pada sujudnya, atau duduk di antara dua sujud membaca
subahana rabbiyal azhim misalnya ?
3. Jika ia mengeraskan suara pada shalat sirriyah (yang dikecilkan suara
padanya) atau ia mengecilkan suara pada shalat jahriyah (yang
dikeraskan suara padanya) ?

Jika ia membaca satu ayat atau lebih, atau satu surat pada dua rakaat
terakhir dari shalat rubaiyah atau pada salah satunya, karena lupa, tidak
disyariatkan baginya sujud sahwi karena telah diriwayatkan dari Nabi SAW
yang menunjukkan bahwa beliau membaca surat tambahan setelah Al-
Fatihah pada rakaat ketiga dan keempat dari shalat zhuhur. Dan telah
diriwayatkan pula bahwa beliau memuji seorang anak yang membaca qul
huwallahu ahad setiap selesai membaca surat Al-Fatihah, pada seluruh
rakaat shalatnya. Namun yang dikenal dari Nabi SAW bahwa beliau tidak
membaca pada rakaat ketiga dan keempat, selain Al-Fatihah.
Sebagaimana yang disebutkan dalam Ash-Shahihain dari hadits Abu
Qatadah. Dan telah diriwayatkan pula dari Abu Bakar Ash-Shiddiq bahwa
beliau membaca pada rakaat ketiga shalat Maghrib setelah Al-Fatihah

Artinya:

(mereka berdoa): Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami


condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami,
dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau, karena
sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi (karunia). (Q.S Ali Imran : 8)

Semua ini menunjukkan adanya kelonggaran dalam masalah


tersebut. Adapun orang yang membaca Al-Quran pada saat rukuk dan
sujud, karena Nabi telah melarang dalam maslah ini. Maka jika ia
membaca karena lupa pada saat rukuk dan sujud, ia wajib sujud sahwi.

Demikian pula orang yang lupa pada saat rukuk, ia membaca


subhana rabbiyal ala bukan subhana rabbiyal azhim, ia wajib sujud,
karena ia telah meninggalkan sesuatu yang wajib, karena lupa. Adapun
jika ia menggabung keduanya dalam rukuk dan sujud, karena lupa, maka
ia tidak wajib sujud. Dan jika ia sujud, boleh saja, berdasarkan keumuman
dalil-dalil. Hal ini berlaku untuk imam, munfarid (shalat sendirian), dan
masbuq. Adapun makmum yang bersama imam dari awal shalat, maka ia
tidak sujud sahwi dalam hal-hal ini. Kewajibannya hanyalah mengikuti
imamnya.

Demikian juga jika ia mengeraskan suara pada shalat sirriyah atau ia


mengecilkan suara pada shalat jahriyah, ia tidak wajib sujud sahwi, karena
Rasulullah kadang-kadang memperdengarkan pada jamaah ayat pada
shalat sirriyah.

4. Hukum sujud sahwi


Sujud sahwi wajib hukumnya, karena ada perintah Nabi SAW
sebagaimana tersebut dalam hadits di atas dan Rasulullah selalu
sujud sahwi setiap kali mengalami kelupaan, tak pernah absen
barang sekalipun
.

5. Doa ketika sujud sahwi


Sebagian ulama menganjurkan doa ini ketika sujud sahwi :
Artinya :
Maha Suci Dzat yang tidak mungkin tidur dan lupa.

Namun dzikir sujud sahwi di atas hanya anjuran saja dari sebagian
ulama dan tanpa didukung oleh dalil. Ibnu Hajar rahimahullah
mengatakan :

: :
: -

Perkataan beliau, Aku telah mendengar sebagian ulama yang


menceritakan tentang dianjurkannya bacaan : Subhanna man laa
yanaamu wa laa yas-huu ketika sujud sahwi (pada kedua sujudnya),
maka aku katakan, Aku tidak mendapatkan asalnya sama sekali.

Sehingga yang tepat mengenai bacaan sujud sahwi adalah seperti


bacaan sujud biasa ketika shalat. Bacaannya yang bisa dipraktekkan
seperti :

Artinya :

Maha Suci Allah Yang Maha Tinggi

Artinya :

Maha Suci Engkau Ya Allah, Rabb kami, dengan segala pujian


kepadaMu, ampunilah disa-dosaku

I. Shalat-Shalat Sunnah

A. Pengertian Shalat Tathawwu (Sunnah)


Tathawwu secara bahasa artinya nafilah yakni segala
kelebihan yang baik. Jadi tathawwu adalah perbuatan yang
dilakukan secara sukarela oleh seorang Muslim atas kemauannya
sendiri, yang bukan merupakan kewajiban baginya. Shalat Sunnah
mengandung dan mempunyai banyak keutamaan dan manfaat yang
sangat besar bagi siapa-siapa yang mengerjakannya.19

B. Keutamaan Tathawwu
1. Shalat tathawwu dapat menyempurnakan shalat wajib dan menutupi
kekurangannya.



: :



19 Isa Nasih Abbas, Panduan Ibadah Sehari-hari (Pandeglang: 2012), hlm. 100





:



:

)

(
Sesungguhnya yang pertama kali dihisab (dihitung) dari amal
perbuatan manusia pada hari kiamat adalah ibadah shalat.
Tuhan kita berfirman kepada Malaikat-Nya sedangkan Ia Maha
lebih Mengetahui: periksalah shalat hamba-Ku sempurnakah
atau cukupkah (shalatnya) atau kurang?. Maka jika shalatnya
sempurna/cukup dicatatlah sempurna. Tetapi jika terdapat
kekurangan, Allah berfirman (lagi) periksalah (lagi) apakah
hamba-Ku mempunyai amalan shalat Sunnah? Jika ia memiliki
amalan shalat Sunnah , Allah berfirman lagi: sempurnakanlah
kekurangan shalat fardhu hamba-Ku itu dengan shalat
sunnahnya. Selanjutnya amal perbuatan dihitung menurut cara
demikian. (HR. Imam Abu Dawud)
2. Shalat tathawwu dapat mengangkat derajat seseorang dan
menghapuskan kesalahannya.
3. Memperbanyak shalat sunnah merupakan sebab terbesar masuknya
seseorang ke dalam surga.
4. Shalat tathawwu adalah amalan sunnah zahir yang paling utama
setelah jihad dan ilmu, baik mempelajari maupun mengajarkannya.
5. Shalat tathawwu di rumah dapat melahirkan keberkahan.
Imam an-Nawawi menyatakan, Shalat sunnah dianjurkan di
rumah, karena dengan demikian akan lebih jauh dan lebih
terhindar dari sikap riya serta lebih menjaga dari hal-hal yang
membatalkan ibadah, agar rumah pun dipenuhi berkah shalat,
dituruni rahmat dan para malaikat, serta dijauhi oleh setan.
6. Shalat tathawwu dapat menanamkan kecintaan seorang hamba
terhadap Allah.
7. Kesempurnaan ibadah tathawwu dapat menambah rasa syukur
seorang hamba kepada Allah SWT.

C. Macam-Macam Sholat Tathawwu (Sunnah)


Secara garis besar shalat Sunnah dikelompokkan menjadi dua
macam, yaitu MUTHLAQ dan MUQAYYAD. Ada pula Fuqaha (Ahli
Fiqih) yang membaginya menjadi empat kelompok, yaitu:
1. Shalat Sunnah muthlaq, shalat yang waktunya tidak dibatasi dan
tidak mempunyai sebab.
2. Shalat Sunnah muaqqat, shalat yang waktunya dibatasi atau
ditentukan.
3. Shalat Sunnah dzatus sabab (yang mempunyai sebab) dipermulaan.
4. Shalat Sunnah dzatus sabab (yang mempunyai sebab) di akhir.20

Berikut ini beberapa shalat sunnah yang disyariatkan oleh


Islam dan dianjurkan untuk mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari:
1. Shalat Rawatib
Shalat Sunnah Rawatib adalah shalat yang dilakukan sebelum
dan sesudah shalat Fardhu. Jika dikerjakan sebelumnya disebut
shalat Qabliyah, sedangkan jika dikerjakan setelahnya disebut
shalat Badiyah. Hukumnya ada dua; Muakkad (sangat
dianjurkan) dan Ghairu muakkad (tidak sangat dianjurkan).
Shalat Sunnah Rawatib yang muakkad ada sepuluh rakaat,
yaitu dua rakaat sebelum Subuh, dua rakaat sebelum Dzuhur, dua
rakaat sesudahnya, dua rakaat sesudah Maghrib, dan dua rakaat
sesudah Isya, ini adalah pendapat jumhur (mayoritas).
Sedangkan shalat Sunnah Rawatib yang gairu muakkad ada
dua belas rakaat, yitu dua rakaat sebelum Dzuhur atau shalat
Jumat (sebagai tambahan dua rakaat yang muakkad, sehingga
berjumlah empat rakaat), dua rakaat sesudah shalat Dzuhur atau
shalat Jumat (sebagai tambahan dua rakaat yang muakkad,
sehingga berjumlah empat rakaat), empat rakaat sebelum shalat
Ashar (dengan dua kali salaman), dua rakaat sebelum shalat
Maghrib, dua rakaat sebelum shalat Isya.21
20 Isa Nasih Abbas, Panduan Ibadah Sehari-hari (Pandeglang: 2012), hlm. 102

21 Isa Nasih Abbas, Panduan Ibadah Sehari-hari (Pandeglang: 2012), hlm. 103
2. Shalat Tahajjud
Shalat Tahajjud adalah shalat Sunnah yang dikerjakan pada
malam hari, setelah shalat Isya dan setelah bangun tidur (walaupun
sekejap/sebatas hilang kesadaran). Jumlah rakaatnya paling sedikit
dua rakaat dan paling banyak tidak terbatas.
Shalat Tahajjud bisa dikerjakan bukan di hanya sepertiga
malam terakhir. Tetapi shalat Tahajjud mempunyai tiga waktu yaitu
waktu utama, waktu lebih utama dan waktu paling utama. Waktu
utama dilakukan setelah shalat Isya sampai dengan pukul 22.00
WIB atau bisa disebut sepertiga malam pertama. Waktu yang lebih
utama kira-kira pukul 22.00 WIB sampai dengan pukul 01.00 WIB
atau bisa disebut sepertiga malam kedua. Sedangkan waktu yang
paling utama untuk shalat Tahajjud yaitu sekitar pukul 01.00 WIB
sampai dengan masuknya waktu sahur dan waktu Subuh atau yang
biasa kita sebut dengan sepertiga malam terakhir.22

Niat Shalat Tahajjud:





Aku niat shalat sunnah Tahajjud dua rakaat karena Allah Taala.

Doa Shalat Tahajjud:






22 Isa Nasih Abbas, Panduan Ibadah Sehari-hari (Pandeglang: 2012), hlm. 106





















Ya Allah, bagimu segala puji, Engkaulah penegak langit dan bumi
dan segala macam isinya. Bagi-Mu segala puji, bagi-Mu kerajaan langit
dan bumi besereta segala macam isinya. Bagi-Mu segala puji,
Engkaulah pemancar cahaya langit dan bumi. Bagi-Mu segala puji,
Engkaulah yang Haq, janji-Mu adalah benar, perjumpaan dengan-Mu
adalah benar, firman-Mu adalah benar, surga-Mu adalah benar, neraka-
Mu adalah benar, para Nabi adalah benar, dan Nabi Muhammad SAW
adalah benar, dan saat hari kiamat adalah benar. Ya Allah kepada-Mu
lah hamba berserah diri, dengan-mu lah hamba beriman, kepada-Mu
lah hamba berserah diri, kepada Engkaulah hamba akan kembali,
kepada-Mu lah hamba rindu dan kepada-Mu lah hamba berhukum.
Maka ampunilah hamba atas kesalahan yang telah hamba lakukan dan
yang belum hamba lakukan, baik yang hamba sembunyikan dan yang
terang-terangan. Engkaulah Tuhan yang terdahulu dan Tuhan yang
terakhir. Tiada Tuhan selain Engkau atau tiada Tuhan selain-Mu. Tiada
daya dan kekuatan kecuali dengan (pertolongan) Allah yan Maha
Tinggi lagi Maha Agung.

3. Shalat Hajat
Shalat Hajat adalah shalat sunnah yang dikerjakan karena
mempunyai hajat atau keinginan agar dikabulkan oleh Allah SWT.
Shalat ini dilakukan dua rakaat hingga dua belas rakaat. Waktu
untuk mengerjakannya bisa dilakukan kapan saja, baik siang
maupun malam asalkan bukan di waktu-waktu yang diharamkan
untuk shalat. Namun, shalat Hajat ini lebih diutamakan jika
dikerjakan pada malam hari terutama sepertiga malam terakhir.23

Niat Shalat Hajat:




Aku niat shalat sunnah Hajat dua rakaat karena Allah Taala.

Doa Shalat Hajat:




























.....
Tiada Tuhan selain Allah yang Maha Penyantun dan Maha
Mulia, Maha Suci Allah pemilik Arsy yang Agung, segala puji hanya
bagi Allah, Tuhan sekian alam, aku mohon curahan rahmat-Mu dan
kepastian ampunan-Mu dan perolehan segala kebaikan dan
keselamatan dari segala dosa, jangan biarkan dosa ada pada diriku
melainkan Engkau telah mengampuninya, dan jangan biarkan
kesusahan ada pada diriku melainkan Engkau talah
menghilangkannya, dan jangan biarkan hajat yang Engkau ridloi
melainkan Engkau telah memenuhinya, wahai Dzat yang Maha
Penyayang diantara para penyayang .. (disebut hajat dan
maksudnya).

4. Shalat Dhuha

23 Isa Nasih Abbas, Panduan Ibadah Sehari-hari (Pandeglang: 2012), hlm. 109
Shalat Dhuha adalah shalat sunnah yang dikerjakan pada
waktu matahari sedang naik, waktunya kira-kira ketika matahari
sedang naik setinggi satu tombak (7 hasta) atau kira-kira pukul
07.00 sampai masuk waktu dzuhur. Shalat Dhuha ini pun memiliki
waktu yang paling utama untuk mengerjakannya yaitu dilakukan
pada seperempat siang atau kira-kira pukul sembilan pagi.
Sekurang-kurangnya shalat Dhuha dikerjakan yaitu dua rakaat dan
paling banyak yaitu dua belas rakaat, tetapi yang paling utama
adalah delapan rakaat. Dikerjakan dua rakaat dalam sekali salam.24

Niat Shalat Dhuha:



Aku niat shalat sunnah Dhuha dua rakaat karena Allah Taala.

Doa Shalat Dhuha:

24 Isa Nasih Abbas, Panduan Ibadah Sehari-hari (Pandeglang: 2012), hlm. 112
Ya Allah sesungguhnya waktu Dhuha itu adalah waktu
Dhuha-Mu, kemegahan itu adalah kemegahan-Mu, keindahan itu
adalah keindahan-Mu, kekuatan itu adalah kekuatan-Mu, kekuasaan
itu adalah kekuasaan-Mu, dan perlindungan itu adalah
perlindungan-Mu. Ya Allah, jika rezekiku masih di langit, maka
turunkanlah, dan jika masih di dalam bumi maka keluarkanlah, jika
sukar maka mudahkanlah, jika haram maka sucikanlah, jika jauh
maka dekatkanlah dan jika sedikit maka perbanyaklah. Berkat
waktu Dhuha-Mu, kemegahan-Mu, keindahan-Mu, kekuatan-Mu, dan
kekuasaan-Mu, limpahkanlah kepadaku (hamba) segala yang telah
Engkau limpahkan kepada hamba-hamba-Mu yang shalih.

5. Shalat Istikharah
Shalat Istikharah adalah salat sunnah untuk memohon kepada
Allah SWT ketentuan pilihan yang lebih baik diantara dua pilihan
yang belum dapat ditentukan baik buruknya. Waktu pelaksanaannya
bisa dilakukan kapan saja, bisa siang maupun malam asalkan bukan
di waktu-waktu yang diharamkan untuk shalat.25

Niat Shalat Istikharah:




Aku niat shalat sunnah istikharah dua rakaat karena Allah Taala.

Doa Shalat Istikharah:

25 Isa Nasih Abbas, Panduan Ibadah Sehari-hari (Pandeglang: 2012), hlm. 114

-

-



-

-






Ya Allah, aku (hamba) memohon pilihan menurut
pengetahuan-Mu, dan memohon ketetapan menurut kekuasaan-Mu,
dan aku memohon karunia-Mu yang besar, karena sesungguhnya
Engkaulah yang kuasa dan saya tidak kuasa, Engkaulah yang maha
mengetahui dan aku tidak mengetahui apa-apa, Engkau yang maha
mengetahui segala yang ghoib. Ya Allah, jika Engka mengetahui
bahwa urusanku ini (..) baik untukku dalam agamaku,
kehidupanku, duniaku, serta akibat urusanku, di waktu dekat atau
masa belakangan (masa yang akan datang), maka takdirkanlah
untukku dan mudahkanlah, serta berikanlah keberkahan kepadaku
di dalamnya. Sebaliknya, jika Engkau mengetahui bahwa urusan ini
() jelek (tidak baik) untukku, agamaku, kehidupanku, duniaku,
serta akibat urusanku, di waktu dekat atau waktu yang akan
datang, maka jauhkanlah hal itu dariku, dan jauhkanlah aku
darinya, serta takdirkanlah untukku hal-hal yang baik dimana saja
adanya, kemudian puaskanlah hatiku dengan takdir-Mu.

6. Shalat Tarawih
Menurut istilah syari shalat Tarawih adalah shalat sunnah
muakkad yang dikerjakan khusus di malam-malam bulan
Ramadhan. Di zaman Rasulullah SAW. orang-orang menyebutnya
Shalat Qiyam Ramadhan, karena Nabi SAW. dalam hadits-
haditsnya tidak pernah menyebut istilah Tarawih. Menurut sebagian
Fuqoha, istilah Tarawih mulai muncul pada zaman khalifah Umar bin
Khattab RA.

Waktu shalat Tarawih yaitu setelah shalat Isya sampai waktu


fajar. Jumlah rakaat shalat ini paling sedikit dua rakaat dan paling
banyak tidak terbatas, karena tidak ada satu dalil pun yang secara
qathi (pasti) menentukan jumlah rakaatnya. Maka tidak heran jika
banyak kaum muslimin yang melaksanakan shalat Tarawih dengan
jumlah yang berbeda-beda, ada yang delapan rakaat, ada yang dua
puluh rakaat, ada yang tiga puluh enam rakaat, dan ada pula yang
lebih dari itu.26

Niat Shalat Tarawih:

( /


)

Aku niat shalat sunnah Tarawih dua rakaat karena Allah Taala.

Doa Shalat Tarawih:






























26 Isa Nasih Abbas, Panduan Ibadah Sehari-hari (Pandeglang: 2012), hlm. 124






















"Ya Allah, jadikanlah kami golongan orang-orang yang
sempurna imannya, dapat menunaikan segala yang fardhu (wajib),
menjaga shalatnya, menunaikan zakat, selalu mencari segala
kebaikan di sisi-Mu, selalu mengharap ampunan-Mu, selalu
memegang teguh petunjuk-petunjuk-Mu, selalu terlepas dari segala
penyelewengan, bersikap zuhud di dunia, dan mencintai amal untuk
bekal di akhirat, rela/ikhlas terhadap qadha, selalu bersyukur
terhadap nikmat-Mu, tabah (sabar) menerima cobaan, dan nanti
pada hari kiamat kami dalam satu barisan di bawah naungan panji
panji junjungan kita Nabi Muhammad saw dan melalui telaga yang
sejuk, masuk di dalam surga, terhindar dari api neraka dan duduk di
tahta kehormatan, menjadi suami/istri dari bidadari dan bidadari
surga, mengenakan baju-baju kebesaran dari sutera berwarna-
warwi, menikmati santapan surga yang lezat, minum susu dan
madu yang suci dari gelas-gelas dan kendi-kendi yang tak kering-
kering bersama-sama dengan orang-orang yang telah Engkau beri
nikmat pada mereka, yaitu golongan para Nabi, para Shiddiqin,
para Syuhada dan parah shalihin, dan baik sekali mereka menjadi
teman-teman kami. Demikianlah kemurahan dari Allah swt. dan
kecukupan dari Allah Yang Maha Mengetahui. Dan segala puji bagi
Allah, Tuhan seluruh alam.
7. Shalat Witir
Shalat Witir adalah shalat sunnah muakkad yang dilakukan
dengan jumlah rakaat ganjil. Paling sedikit shalat Witir ini
dikerjakan satu rakaat dan paling banyak sebelas rakaat, dalam
pelaksanaannya bisa dilakukan dengan
sat/tiga/lima/tujuh/sembilan/sebelah rakaat. Waktunya sesudah
shalat Isya sampai terbit fajar. Lebih utama shalat ini dikerjakan
sebagai penutup shalat malam.
Sebagian Fuqoha menghukumi makruh berwitir tiga rakaat
dengan satu salam, karena ada Hadits Rasulullah SAW yang
berbunyi:Janganlah kamu samakan (shalat Witir) dengan shalat
Maghrib (HR. Imam ad-Daruquthni)
Oleh sebab itu, bagi yang hendak Witir dengan tiga rakaat
dianjurkan agar tidak mengerjakannya seperti shalat Maghrib agar
tidak tasyabbuh (menyerupai) dengan shalam Maghrib. Ada dua
kaifiyah (cara) untuk membedakan Witir dengan Maghrib, yaitu:
1. Bertasyahhud, lalu mengucapkan salam pada rakaat
kedua (kemudian melanjutkan satu rakaat lagi), inilah cara
yang paling tepat dan paling afdhal.
2. Tidak bertasyahhud awal pada rakaat kedua (yaitu dengan
sekali tasyahhud saja dan salam pada rakaat ketiga).27

8. Shalat Ied/ Hari Raya


Shalat Ied adalah shalat sunnah hari raya yang dikerjakan
dua kali dalam setahun, yaitu pada tanggal 1 Syawal untuk shalat
Idul Fithri dan tanggal 10 Dzulhijjah untuk shalat Idul Adlha. Shalat
ini hukumnya sunnah muakkad. Waktunya dimulai dari terbitnya
matahari sampai bergesernya matahari ke arah barat. Shalat Ied ini
dilakukan tanpa adzan dan tanpa iqamah serta tanpa shalat sunnah.
Terdapat adab, hukum, dan sunnah-sunnah yang berkaitan
dengan shalat Ied, yaitu sebagai berikut:
a. Berhias

27 Isa Nasih Abbas, Panduan Ibadah Sehari-hari (Pandeglang: 2012), hlm. 128
Disunnahkan bertajammul (memperindah) dan berhias
sewaktu hari raya, yaitu dengan memakai wangi-wangian
dan pakaian yang paling bagus diantara sekian pakaian
yang dimiliki.

b. Mandi sebelum melaksanakan shalat Ied


Disunnahkan untuk mandi pada hari raya, yaitu sebelum
berangkat menunaikan shalat Ied, sebab yang demikian
termasuk sebagian dari bertajammul di hari raya.
c. Makan kurma atau kalau tidak ada makanan halal yang lain
sebelum melaksanakan shalat Idul Fithri dan sesudah
shalat Idul Adlha
d. Jalan kaki dari dan ke tempat shalat Ied
e. Kaum wanita keluar ke tempat shalat Ied
f. Bertakbir di kedua hari raya
g. Mengucapkan ucapan selamat di hari raya28

9. Shalat Tahiyyatul Masjid


Tahiyyatul Masjid artinya penghormatan terhadap Masjid.
Setiap kali kita memasuki Masjid disunnahkan untuk melakukan
shalat Sunnah dua rakaat dengan satu kali salam. Kesunnahan itu
berlaku dengan syarat tidak langsung duduk, kecuali apabila lupa
dan waktunya tidak lama.29

Niat Shalat Tahiyyatul Masjid:






Aku niat shalat sunnah Tahiyyatul Masjid dua rakaat karena Allah
Taala

J. Shalat Jama'

Shalat jama' adalah mengumpulkan dua shalat fardhu dalam satu waktu. Shalat jama' dalam
pelaksanaannya ada dua yaitu:

28 Isa Nasih Abbas, Panduan Ibadah Sehari-hari (Pandeglang: 2012), hlm. 136

29 Ibid., hlm. 150


a. Jama' Taqdim
Jama' taqdim adalah apabila dilakukan dalam waktu shalat yang pertama, seperti jika
shalat dzuhur dengan ashar dikerjakan pada waktu dzuhur atau maghrib dengan isya
dikerjakan pada waktu isya.

b. Jama' Ta'khir
Jama' ta'khir adalah apabila dilakukan dalam waktu shalat yang kedua, seperti jika
shalat dzuhur dengan ashar dikerjakan pada waktu ashar.

Syarat-Syarat Jama' Taqdim:

1. Tertib, artinya mengerjakan shalat yang pertama dahulu baru shalat yang kedua.
Misalnya mengerjakan shalat dzuhur dahulu kemudian shalat ashar.
2. Niat jama' saat melakukan shalat yang pertama, niat dilakukan saat bersamaan dengan
takbiratul ihram.
3. Muwalah, yaitu melaksanakan shalat yang pertama dan yang kedua secara langsung
tanpa ada pemisah yang lama.
4. Dilaksanakan masih dalam masa perjalanan sampai melaksanakan shalat yang kedua.

Tata cara Jama Taqdim


Setelah masuk waktu shalat yang pertama yaitu shalat Dzuhur atau Maghrib, mushalli
(orang yang melakukan shalat) terlebih dahulu melakukan shalat yang pertama (Dzuhur atau
Maghrib) dengan niat langsung menjama yaitu:

Niat shalat Dzuhur dan Ashar

Saya niat shalat fardlu dzuhur empat rekaat dijama bersama ashar
dengan jama taqdim karena Allah Taala.

Niat shalat Maghrib dan Isya

Saya niat shalat fardlu maghrib tiga rekaat dijama bersama isya
dengan jama taqdim karena allah Taala.
Kemudian ketika mengerjakan shalat sebelum selesai salam mushalli harus niat dalam hati
menjama shalat Ashar dengan shalat Dzuhur, atau menjama shalat Isya dengan Maghrib.
Setelah salam mushalli segera melakukan shalat ashar atau isya dengan niat seperti biasa,
tanpa niat jama.

Syarat-syarat Jama Takhir:


1. Niat jama takhir dilakukan pada shalat yang pertama (shalat Dzuhur atau Maghrib)
sampai akhir waktu.
2. Dilaksanakan masih dalam masa perjalanan.

Tata cara Jama Takhir


Pada waktu shalat yang pertama, yaitu shalat dzuhur atau maghrib, mushalli harus niat
menjama shalat tersebut dengan shalat setelahnya yaitu shalat ashar dan isya. Kemudian
setelah masuk shalat yang kedua yaitu shalt ashar atau isya, mushalli disunahkan
mengerjakan shalat yang pertama dahulu (Dzuhur atau Maghrib) dan disunahkan dengan niat
jama yaitu:

Niat shalat Dzuhur dan Ashar

Saya niat shalat fardlu maghrib empat rekaat dijama bersama ashar
dengan jama, takhir karena Allah Taala.

Niat shalat Maghrib dan Isya

Saya niat shalat fardlu maghrib tiga rekaat dijama bersama isya
dengan jama takhir karena Allah Taala.
30
Setelah salam mushalli disunahkan langsung mengerjkn shalat yang kedua (Ashar atau
Isya) dengan niat seperti biasa.

K. Shalat Qashar

Shalat yang diringkas, yaitu shalat fardhu yang 4 (empat) rakaat (Dzuhur,
Ashar dan Isya)

dijadikan 2 (dua) rakaat, masing-masing dilaksanakan tetap pada


waktunya. Sebagaimana menjamak

shalat, mengqashar shalat hukumnya sunnah. Dan ini merupakan rushah


(keringanan) dari Allah SWT

bagi orang-orang yang memenuhi persyaratan tertentu.

Hukum Shalat Jama' dan Qashar Menurut mazhab Syafi'i hukum shalat
jama' dan qashar

adalah jaiz (boleh), bahkan lebih baik bagi orang yang dalam perjalanan
dan telah mencukupi syaratsyaratnya. Allah SWT berfirman :

Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, Maka tidaklah Mengapa


kamu men-qashar[343]

sembahyang(mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir.


Sesungguhnya orang-orang kafir itu

adalah musuh yang nyata bagimu. (QS. An-Nisaa : 101).

Perhatikan Hadist Nabi SAW :

Berkata Anas bin Malik radhiallahu anhu : Kami pergi bersama Rasulullah
Shalallahu Alaihi Wassalam dari kota Madinah ke kota Makkah, maka beliaupun
shalat dua-dua (qashar) sampai kami kembali ke kota Madinah. (HR. Bukhari
dan Muslim).

30 Isa Nasih Abbas, Panduan Ibadah Sehari-hari (Pandeglang: 2012), hlm. 84-86
Rasulullah SAW tidak bepergian, melainkan mengerjakan shalat dua rakaat
saja sehingga beliau kembali dari perjalanannya dan bahwasanya beliau telah
bermukim di Mekkah di masa Fathul Mekkah selama delapan belas malam, beliau
mengerjakan shalat dengan para Jamaah dua rakaat kecuali shalat Maghrib.
Kemudian bersabda

Rasulullah SAW: Wahai penduduk mekkah, bershalatlah kamu sekalian dua


rakaat lagi, kami adalah orang orang yang dalam perjalanan. (HR. Abu Daud)

Syarat Syarat Diperbolehkan Mengqashar

Bagi orang yang sedang bepergian (musafir) boleh mengqashar shalat


(menyingkat shalat fardhu yang empat rakaat menjadi dua rakaat) dengan
beberapa syarat:

1. Kepergiannya bukan dalam rangka kemaksiatan

Jadi, qashar hanya dapat dilakukan pada safar yang dibenarkan oleh syariat,
meliputi:

a) Safar yang wajib, seperti safar haji.

b) Safar yang mandub, seperti menziarahi makam Rasulullah.

c) Safar yang mubah seperti perjalanan niaga.

2. jarak kepergiannya harus mencapai 16 farsakh (80 Km, lebih 640 m) atau 48
mil yang sama dengan 76, 80 Km.

3. Shalat yang diqashar itu harus shalat yang rakaatnya 4, dan bukan shalat
qadha.

4. Berniat qashar bersamaan dengan mengucapkan takbiratul ihram. Usholli


fardodzzuhri maqsurotin

5. Tidak boleh bermakmum kepada orang yang menetap (mukim).

6. Perjalanan itu dilakukan menuju ke suatu tempat tertentu, orang yang berjalan
tanpa tujuan, sekalipun jarak yang ditempuhnya jauh tidak dibenarkan
mengqashar shalat.
7. Shalat itu dilakukan setelah musafir melampaui batas kota atau desa yang
menjadi awal safarnya. Diriwayatkan dari Anas, katanya: Saya shalat zuhur
bersama Rasulullah di Madinah empat rakaat dan Zul Hulaifah dua rakaat
(Hadits Jamaah)

8. Shalat tersebut dilakukan sepenuhya dalam keadaan musafir. Bila safarnya


putus, misalnya ditengah pelaksanaan shalat itu ia sampai ketujuan, maka ia
harus menyempurnakannya menjadi empat rakaat. Rasulullah bermukim di
Mekkah selama delapan belas hari dan selama itu pula beliau mengerjakan
shalat hanya dua rakaat-dua rakaat, dan sabdanya: wahai penduduk negeri ini,
shalat lah empat rakaat,

karena kami adalah musafir. (Hadits Abu Daud)

9. mengetahui bahwa ia boleh mengqashar shalat tersebut

Tata Cara Melaksanakan Shalat Qashar

1. Niat shalat qashar ketika takbiratul ihram.

2. Mengerjakan shalat yang empat rakaat dilaksanakan dua rakaat kemudian


salam.Allah berfirman dalam surat An-Nisa: 10Bila kamu mengadakan
perjalanan dimuka bumi, tidaklah kamu berdosa jika kamu memendekkan
shalat... (QS. An-Nisa: 101)

Dalam hadits Nabi SAW bersabda:

Dari Ibnu Abbas ra ia berkata: Shalat itu difardhukan atau diwajibkan atas lidah
Nabimu didalam hadlar (mukim) empat rakaat, didalam safar (perjalanan) dua
rakaat dan didalam khauf (keadaan takut/perang) satu rakaat. (HR. Muslim)

Pengertian Sholat Jama Qashar

Shalat jama qashar adalah dua shalat fardhu yang dikerjakan secara
secara berurutan dalam satu waktu dan jumlah rakaatnya diringkas. Selain bisa
menjamaatau mengqashar. Seorang musafir yang melakukan perjalanan jauh
juga diperbolehkan melakukan shalat jama qashar sekaligus.
Tata cara shalat jama qashar

Adapun caranya sebagai berikut :

1. Shalat jama qashar (jama taqdim) dzuhur dan ashar berarti menggabungkan
shalat dzuhur dengan ashar serta meringkas keduanya. Cara pelaksanaan yaitu
dikerjakan pada waktu dzuhur, kemudian niat, setelah salam , kemudian
melakukan shalat yang ashar dengan melaksanakan shalat dzuhur 2 rakaat dan
ashar 2 rakaat.Usholli fardho dzzuhri rokataini qashron majmuan ilaihil ashru
adaaan lillahi taalaaa Usholli fardol ashri rokataini qosron majmuan
ilaihilddzuhri adaaan lillahi taala

2. Shalat jama qashar (jama takhir) magrib dan isya berarti menggabungkan
shalat magrib dan dan ashar dalam satu waktu (waktu magrib dan isya) serta
meringkas shalat isya dan tidak meringkas shalat magrib sebab magrib hanya 3
rakaat dan tidak bisa diqashar, bisanya dengan dijama cara pelaksanaannya
yaitu dikerjakan pada waktu magrib atau isya, kemudian niat, setelah salam ,
kemudian melakukan shalat yang magrib atau isya dengan melaksanakan shalat
maghrib 3 rakaat dan isya 2 rakaat.

Niat maghrib

Usholli fardol magribi tsalatsa rokaatin majmuan ilaihil isya u adaaan lillahi
taalaa

Niat isya jama qashar

Usholli fardol isyai rokataini qosron majmuan ilaihilmagribi adaaaan lillahi


taalaa
Kesimpulan

Shalat adalah sesuatu kegiatan yang wajib bagi semua umat muslim
yang sudah baligh dan sudah bisa membedakan mana yang baik serta
mana yang buruk. Seperti yang kita ketahui, shalat merupakan tiang
agama bagi setiap mukmin. Dengan menjalankan shalat tepat waktu,
maka kita telah mengokohkan pondasi agama kita. Syarat sah dan rukun
shalat yang telah tertera di makalah ini, harus dipahami kembali agar
shalat yang kita telah lakukan selama hidup kita ini tidak sia-sia karena
tidak sah. Selain itu, kita juga bisa lebih memahami bagaimana praktik
shalat yang biasa dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.

Shalat wajib yang lima waktu itu wajib dilakukan oleh setiap muslim
dengan tambahan shalat Sunnah jika merasa kurang dalam shalatnya.
Melaksanakan shalat Sunnah itu sendiri juga banyak keutamaan yang
akan didapat selain untuk menyempurnakan shalat wajib. Kemudian yang
harus ditekankan kembali yaitu hal-hal yang membatalkan shalat dan ha-
hal yang makruh dilakukan dalam shalat. Dengan begitu seharusnya kita
bisa lebih memperbaiki shalat kita yang semisalnya selama ini belum
terlalu baik.
DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Isa Nasih. 2012. Panduan Ibadah Sehari-hari. Pandeglang


Abdul Aziz ibn Abdullah bin Baz. (2003). Tanya Jawab Tentang Rukun
Islam. Alih bahasa Mudzakkir Muhammad Arif. Jakarta: Kantor Atase
Agama.
Hassan, A. 2000. Pengajaran Shalat. Bandung: Diponegoro
Rasyid, Sulaiman. 1995. Fiqih Islam. Sinar Baru Algesindo : Bandung
Rifai, M. 2006. Risalah Tuntunan Shalat Legkap. Semarang : PT Karya Toha Putra
Saleh. H.E Hasan. 2008. Kajian Fiqh Nabawi dan Fiqh Kontemporer. Jakarta : PT
Rajagrafindo Persada
Syarbini, Amirulloh & Afsari, Novi Hidayat. 2012. Rahasia Superdahsyat dalam Sabar &
Shalat. Jakarta : QultumMedia

Anda mungkin juga menyukai