Anda di halaman 1dari 5

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Eva Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok


lua 1 2 3 4 5
si
Ho Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen
mo
gen
itas
Or Warna: Putih Warna: Putih Warna: Warna: Warna:
gan Bau: Lemon Bau: Rosae Putih Putih Kecokelatan
ole Tekstur: Tekstur: Bau: Rosae Bau: Aloe Bau: Lemon
ptis Lembut dan Lembut Tekstur: vera Tekstur:
sedikit Lembut Tekstur: Lunak
berminyak Lembut

pH Ekstrak: 7 Ekstrak: 6 Ekstrak: 3 Ekstrak: 5 Ekstrak: 5


Sediaan: 6 Sediaan: 7 Sediaan: 6 Sediaan: 6 Sediaan: 6

He Homogen, Lembut, Lembut, Lembut, Mudah


don lembut, harum, harum, tidak harum, dibersihkan,
ik harum lemon homogen, lengket, tidak tidak lengket,
(Nia, Kel. 2) tidak lengket, nyaman, lengket lembut
nyaman homogen (Nia, (Dimas, Kel.
(Jannah, (Sarta, Kel.2) 3)
Kel.5) Kel.4)
B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini, kami membuat sediaan krim pelembab.
Umumnya, kosmetika pelembab kulit terdiri dari bahan pelembab yang dapat
membentuk lemak permukaan kulit buatan untuk melenturkan lapisan kulit
yang kering dan kasar, dan mengurangi penguapan air dari kulit
(Wasitaatmadja, 1997).
Kami menggunakan ekstrak buah stroberi sebagai zat aktifnya. Buah ini
memiliki banyak manfaat yang luar biasa bagi kesehatan tubuh dan juga
kesehatan kulit. Kandungan vitamin C stroberi cukup tinggi, yaitu dalam 100
gram terdapat 60 mg dan merupakan antioksidan yang cukup bermanfaat bagi
kulit. Selain kandungan vitamin C, terdapat asam salisilat, vitamin, vitamin B1,
vitamin B2, vitamin E, asam elagat dan vitamin K yang dapat menghaluskan
kulit, mencerahkan kulit serta mencegah terjadinya pengeriputan kulit
(Supriatin, 2008).
Pelembab bekerja dengan menggunakan bahan-bahan yang oklusi dan
agen humektan. Bahan oklusif bekerja secara fisik menghalangi hilangnya air
dari kulit. Bahan hidrofobik membentuk sebuah film oklusif pada kulit yang
mengurangi TEWL dengan mencegah penguapan air dari stratum korneum.
Bahan-bahan ini juga dapat membantu mengembalikan fungsi penghalang lipid
kulit. Contoh zat oklusif termasuk petrolatum, lilin lebah, lanolin dan minyak
(Isriany Ismail, 2013 : 155). Pada formula krim pelembab ini, ada minyak
kelapa yang menjadi bahan oklusif.
Bahan humektan bekerja dengan menarik air ke kulit. Humektan ini
meniru peran humektan hidrofilik alam di stratum korneum. Bahan kimia
termasuk asam amino, asam laktat, asam alpha hidroksi, propilen glikol, gliserin
dan urea. Beberapa bahan ini adalah komponen faktor pelambab alami kulit.
Pada formla kami, gliserin yang berfungsi sebagai humektan. Pelembab dapat
mengandung bahan-bahan lain selain humektan dan agen oklusif. Bahan ini
harus dapat meningkatkan kelembutan kulit dengan suatu bahan emolien dan
mengisi ruang antara sel-sel kulit kering. Bahan-bahan ini biasanya terdapat
dalam formula untuk fungsi melarutkan dan menstabilkan emulsi. Kebanyakan
pelembab mengandung 65-85% air. Kadar air yang tinggi berfungsi untuk
memungkinkan penyerapan beberapa komponen dan penguapan pelembab
(Isriany Ismail,2013 : 156). Sedangkan yang bekerja sebagai emulgator pada
formula ini yaitu asam stearat, setil alcohol dan TEA (trietanolamin).
Sediaan krim merupakan sediaan emulsi, di mana terdapat dua tipe emulsi
yaitu O/W (oil in water) dan W/O (water in oil). Krim pelembab yang kami buat
ini merupakan krim dengan tipe emulsi O/W (oil in water). Krim tipe emulsi
O/W memiliki beberapa keuntungan yaitu mudah dicuci dengan air, pelepasan
obatnya baik karena jika digunakan pada kulit maka akan terjadi penguapan dan
peningkatan konsentrasi dari suatu obat yang larut dalam air
sehingga mendorong penyerapannya ke dalam jaringan kulit (Aulton, 2003).
Pada pembuatan krim pelembab, langkah yang dilakukan yaitu
menyatukan bahan-bahan yang menjadi fase minyak (asam stearat, setil alcohol,
dan minyak kelapa) dengan bahan-bahan yang menjadi fase air (gliserin, TEA,
nipagin dan air) untuk menjadikan sediaan emulsi. Sebelum disatukan, bahan-
bahan yang menjadi fase minyak dilebur dahulu di atas penangas air, hingga
bersuhu 70⁰C. Kemudian di saat yang sama dengan wadah berbeda, bahan-
bahan yang menjadi fase air dipanaskan di atas penangas air hingga suhunya
sama yaitu 70⁰C. Kemudian tuang fase minyak ke fase air yang sama-sama
bersuhu 70⁰C pada lumpang yang telah dihangatkan dengan air panas
sebelumnya, diaduk hingga terbentuk massa putih seperti susu. Tujuan dari
penggunaan suhu hingga 70⁰C yaitu supaya bahan dari fase minyak tidak cepat
menjadi keras/memadat saat penuangan dan pencampuran ke fase air. Karena
pada suhu ini merupakan titik dimana menjadi titik leleh tertinggi untuk
melelehkan/meleburkan bahan dalam fase minyak, yakni asam stearat dengan
titik leleh 69-70 ºC, diikuti setil alkohol dengan titik leleh 45-52 ºC (HOPE 6th
ed. 2009). Untuk penghangatan lumpang dengan air panas, hal itu berfungsi
untuk menjaga suhu saat pencampuran fase minyak dengan fase air agar
bercampur dengan baik sehingga emulsi yang terbentuk tidak pecah.
Ketika massa putih telah dingin (suhu 40⁰C), ditambahkan ekstrak stroberi
dan vitamin E lalu diaduk hingga homogen. Ditambahkan pada suhu 40⁰C
bertujuan agar ekstrak buah stroberi segar dan vitamin E tidak rusak akibat
panas yang terlalu tinggi, sehingga bermanfaat dengan baik sebagaimana
fungsinya.
Evaluasi yang dilakukan pada sediaan krim pelembab ini di antaranya
homogenitas, organoleptis, uji pH dan uji hedonik. Sediaan krim pelembab
kelompok kami homogen karena tidak terdapat butir-butir kasar saat dioleskan
pada kaca objek. Secara organoleptis, memiliki warna putih, bau rosae karena
menggunakan parfum oleum rosae, bertekstur lembut serta tidak lengket.
Perwakilan dari kelompok lain juga memberi komentar yang sama dengan kami
secara organoleptis. Untuk uji pH, pH awal ekstrak buah sroberi sebelum
dicampur menjadi sediaan yaitu 3, sedangkan pH sediaan krim pelembab yang
telah jadi yaitu 6.
Terjadi perbedaan pada pH ekstrak buah stroberi saja dengan sediaan krim
pelembab yang mengandung ekstrak stroberi. pH mengalami kenaikan, yang
berarti menjadi lebih basa. Hal itu disebabkan karena pada formula terdapat
TEA (Trietanolamin) yang salah satu fungsinya yaitu sebagai alkalizing agent
(HOPE 6th ed., 2009), itu menjadikan pH sediaan menjadi naik. Syarat mutu
pelembab kulit pada SNI 16-4399- 1996 yaitu 4,5-8,0, ini berarti nilai pH
sediaan krim pelembab kami sesuai dengan syarat mutu. Selain itu, krim
pelembab ini baik untuk kulit karena masih dalam rentang pH normal kulit yaitu
5,0-6,8 (Ansari S A, 2009). Jika krim memiliki pH yang terlalu basa dapat
menyebabkan kulit bersisik, sedangkan pH yang terlalu asam dapat
menyebabkan iritasi kulit (Medan, 2016).
Daftar Pustaka

Ansari, S.A. 2009. Skin pH and Skin Flora. In Handbook of Cosmetics Science and
Technology, Edisi Ketiga. Informa Healtcare USA: New York.

Aulton, M. E., 2003, Pharmaceutics The Science of Dosage Form Design, Second
Edition, 408, ELBS Fonded by British Goverment.

Ismail, Isriany. 2013. Formulasi Kosmetik (Produk Perawatan Kulit dan Rambut).
Makassar: Alauddin University Press.

Medan. 2016. Formulasi Sediaan Krim Wajah Berbahan Aktif Ekstra Metanol Biji
Kakao Non Fermentasi (Theobroma Cacao L) Kombinasi Madu Lebah. Balai
Besar Industri Hasil Perkebunan. Makassar.

Supriatin, B. dan Desi Saraswati. 2008. Berkebun Stroberi. Depok

Wasitaatmadja. 1997. Penuntun Kosmetik Medik. Universitas Indonesia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai