Anda di halaman 1dari 13

FORMULASI KOSMETIK

RANCANGAN FORMULASI SKINCARE “FACIAL WASH”

OLEH:

ANNISA PURNAMA SARI

O1A121010

KELAS A

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2023
A. Menentukan Jenis Kulit

Kondisi kulit yang saya alami, sebagai berikut:

1. Memiliki pori-pori yang besar

Pori-pori yang membesar disekitar T-Zone yakni hidung, dagu, dan dahi.

Hal ini merupakan efek samping dari kulit yang berminyak.

2. Muncul komedo

Produksi sebum yang berlebihan dan terkumpul di dasar folikel rambut

dikulit, setelah menyentuh udara sebum kemudian menjadi hitam

menciptakan komedo

3. Tidak mudah keriput

Kadar minyak di wajah mampu menjaga kelembapan kulit sehingga kulit

tidak akan kering dan garis-garis halus atau keriput tidak mudah muncul

4. Wajah terlihat berkilau

Produksi minyak yang berlebih mengakibatkan wajah terlihat berkilau dan

mengkilap karena minyak pada wajah

5. Berjerawat

Wajah mudah berjerawat karena memiliki kulit yang berminyak, hal ini

dikarenakan pori-pori besar pada wajah akan membuat bakteri dan kotoran

mudah masuk sehingga menyebabkan penyumbatan dan jerawat

6. Wajah terlihat kusam

Kulit saya terutama pada area wajah cenderung terlihat kusam karena

produksi sebum yang berlebihan


Dari beberapa kondisi yang sudah dijelaskan, saya menarik kesimpulan yaitu

jenis kulit saya adalah Berminyak.

B. Tabel Rancangan Formulasi

Bahan/Ekispien Konsentrasi Kegunaan

Ekstrak etanol daun kemangi 12,5% Zak Aktif

Tepung beras merah 1,2% Scrub

EDTA 0,1% Chelating agent

Gliserin 2% Pembasah

SLS 2,5% Foaming agent

Propilen glikol 1% Pelarut pengawet

Nipagin 0,2% Pengawet

Pewarna 0,1% Pewarna

Parfume 0,1% Pewangi

Carbopol 1% Gelling agent

TEA 3% Alkalizing agent

Citric acid 1% Buffering agent

Aquadest Ad 100 Pelarut

C. Alasan Penambahan Bahan

1. Ekstrak Etanol Daun Kemangi

Ekstrak etanol daun kemangi memiliki kemampuan anti bakteri

dikarenakan kandungan alkaloid, flavonoid dan tritepenoid yang memiliki


aktivitas anti bakteri pada bakteri penyebab jerawat yaitu Staphylococcus

aureus, Staphlococcus epidermis, dan Eschericha coli.

2. Tepung Beras Merah

Tepung beras merah memiliki keunggulan dalam penyimpanan,

penyiapan, dan daya tahan yang lebih baik untuk dimanfaatkan sebagai

bahan baku suatu produk dibandingkan dengan bentuk bulirnya. Asam

ferulat dan asam para-aminobenzoic yang terkandung dalam tepung beras

merah ini mampu melindungi kulit dari paparan sinar matahari.

3. Ethylenediaminetetraacetic Acid

Ethylenediaminetetraacetic acid atau EDTA sebagai alternatif asam

sitrat dan digunakan pada produk faramasi dan makanan sebagai bahan

pengawet.

4. Gliserin

Gliserin atau aminoacetic acid merupakan cairan transparan, tidak

beraroma, dan memiliki rasa yang manis. Secara umum giserin digunakan

sebagai buffering agent, bulking agent, dietary supplement, freeze-drying

agent, tablet disintegrant, dan wetting agent. Gliserin dimanfaatkan

sebagai disintegran karena memiliki sifat pembasah yang baik.

5. Sodium Lauryl Sulfate (SLS)

Sodium Lauryl Sulfate atau SLS berupa bubuk atau kristal bewarna

putih atau kuning pucat. Memiliki rasa yang pahit dan sedikit berbau

seperti lemak dan memiliki kegunaan untuk membersihkan wajah dari

kotoran dan debu.


6. Propilen Glikol

Propilen glikol merupakan cairan bening, tidak bewarna, kental dan

tidak memiliki aroma. Cairan ini juga memiliki rasa manis dan sedikit

tajam seperti gliserin. Propilen glikol secara luas digunakan dalam

formulasi sediaan farmasi baik parental ataupun non-parental sebagai

pelarut, pengekstrak, dan pengawet.

7. Nipagin

Nipagin atau metilpraben merupakan bubuk kristal tidak bewarna

taua bewarna putih. Senyawa ini tidak memiliki aroma dan memiliki rasa

yang sedikit membakar. Secara umum nipagin digunakan sebagai

pengawet dan kemanjuran nipagin sebagai pengawet akan meningkat jika

digunakan bersama propilen glikol

8. Carbopol

Carbopol merupakan gelling agent yang sangat umum digunakan

dalam produksi kosmetik karena kompatibilitas dan stabilitasnya tinggi,

tidak toksik jika diaplikasikan ke kulit dan penyebaran di kulit lebih

mudah.

9. Triethanolamine (TEA)

Triethanolamine atau TEA merupakan cairan kental jernih yang

tidak bewarna atau kekuningan dan memiliki sedikit memiliki aroma

amoniak. Digunakan secara luas pada formulasi sediaan topikal farmasi

terutama untuk pembuatan emulsi. fungsi paling penting dari trietanolamin

adalah kemampuannya untuk menyeimbangkan pH atau tingkat keasaman


pada formulasi kosmetik. Bahan ini digunakan untik menetralkan pH yang

lebih tinggi dan lebih rendah serta mampu mengurangi keasaman dan

alkalinitas produk apapun.

10. Citric Acid

Citric acid merupakan kandungan skincare yang masuk ke dalam

golongan Alpha-Hydroxy Acid (AHA). Sehingga, tentu saja citric acid

dapat digunakan sebagai eksfoliant yang membantu mencerahkan kulit.

Sebagai eksfoliant, citric acid bekerja dengan melarutkan perekat yang

mengikat sel-sel kulit mati di permukaan kulit.

D. URAIAN BAHAN

1. Ethylenediaminetetraacetic Acid

Pemerian : Serbuk hablur, putih

Kelarutan : Larut dalam air

Kegunaan : Sebagai pengkhelat (Depkes RI, 1979)

2. Gliserin

Pemerian : Jernih, tidak bewarna, tidak berbau, manis, diikuti rasa

hangat, higroskopik

Kelarutan : Dapat tercampur dengan air, etanol (95%) P, praktis

tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam minyak lemak

Kegunaan : Sebagai humektan

Konsentrasi : ≤ 30% (Depkes RI, 1979)

3. Sodium Laurly Sulfate


Pemerian : Berwarna putih/kuning muda, kristal, serbuknya

lembut, menyerupai sabun, rasanya pahit

Kelarutan : Mudah larut dalam air, dapat membentuk

utanopaselen, hampir tidak dapat larut dalam kloroform dan eter

Kegunaan : Sebagai pembersih, pengemulsi, penetrasi kulit, tablet,

pelumas kapsul dan pembasah. (Rowe, R, C, et al, 2003)

4. Propilen Glikol

Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak bewarna; tidak berbau;

rasa agak manis; higroskopik

Kelarutan : Dapat campur dengan air, dengan etanol (95%) P dan

dengan kloroform P; larut dalam 6 bagian eter P; tidak dapat campur

dengan eter minyak tanah P dan dengan minyak lemak.

Kegunaan : Menjaga kelembaban. (Depkes RI, 1979)

5. Nipagin

Pemerian : Serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau, tidak

mempunyai rasa, kemudia agak membakar diikuti rasa tebal

Kelarutan : Nipagin larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian

air mendidih, dalam 3,5 bagian etanol (95%) P dan dalam 3 bagian aseton

P, mudah larut dalam eter P, dan dalam larutan alkali hidroksida, larut

dalam 60 bagian gliserol P panas, dan dalam 40 bagian minyak lemak

nabati panas, jika didinginkan larutan tetap jernih

Kegunaan : Sebagai pengawet (Depkes RI, 1979)

6. Carbopol
Pemerian : Serbuk putih, higroskopis, sedikit berbau

Kelarutan : Mengembang di dalam air dan etanol

Kegunaan : Pengemulsi, pembentuk gel, pensuspensi. (Farmakope

Indonesia Edisi IV 1995)

7. Trietanolamine (TEA)

Pemerian : Cairan kental, tidak bewarna hingga kuning pucat, bau

lemah mirip amoniak, higroskopik

Kelarutan : Mudah larut dalam air dan etanol (95%) P, larut dalam

kloroform P

Kegunaan : Menyeimbangkan Tingkat pH, pengemulsi, dan

sebagai pengental. (Depkes RI, 1979)

8. Citric Acid

Pemerian : Hablur bening, tidak bewarna atau serbuk hablur

granul sampai halus, putih; tidak berbau atau praktis tidak berbau; rasa

sangat asam.

Kelarutan : Larut dalam udara kurang 1 bagian air dan dalam 1,5

bagian etanol (95%) P, sulit larut dalam eter. (Ditjen POM, 1979)

9. Aquadest

Pemerian : Cairan jernih, tidak bewarna, tidak berbau, tidak

mempunyai rasa

Kegunaan : Pelarut. (Depkes RI, 1979)


E. Prosedur Pembuatan Formula

Pembuatan sediaan dilakukan dengan melarutkan EDTA dan gliserin ke

dalam aquadest menggunakan magnetic stirrer. Langkah selanjutnya

ditambahkan nipagin yang telah dilarutkan dalam propilen glikol. Ditambahkan

SLS kedalam larutan yang telah dipanaskan hingga suhu 40ºC secara sedikit

demi sedikit hingga homogen. Dimasukkan ekstrak etanol daun kemangi,

tepung beras merah, asam sitrat, pewarna dan parfum dan diaduk.

Ditambahkan carbomer sedikit demi sedikit. Setelah tercampur rata

ditambahkan TEA secara perlahan sambil diaduk sampai tercampur rata.


DAFTAR PUSTAKA

Barton, C. 2014, Encyclopedia of Toxicology, Vol. 2, Elsevier Inc, Amsterdam.


Depkes RI. 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta.
Ditjen POM. 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Excipients: 6th Edition, RPS Publishing, London.
Indriyani, F., Nurhidajah, dan Suyanto, A. 2013, Karakteristik Fisik, Kimia Dan
Sifat Organoleptik Tepung Beras Merah Berdasarkan Variasi Lama
Pengeringan, Jurnal Pangan dan Gizi, Vol. 04, No. 08.
Menteri Kesehatan RI. 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Menteri Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Nurmianto, E., Wessiani, N. A., dan Megawati, R. 2011, Desain Alat Pengasapan
Ikan Menggunakan Pendekatan Ergonomi, QFD dan Pengujian
Organoleptik, MATRIK (Manajemen dan Teknik Industri-Produksi), Vol.
10, No. 02.
Rowe, R. C., Sheskey, P. J., dan Quinn, M. E. 2009, Handbook of Pharmaceutical
Winda Anggia Dwi Putri. 2021, Formulasi Sediaan Facial Wash Ekstrak Etanol
Daun Kemangi (Ocimum Basilicum L), Skripsi, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan, Malang.
Yuniarsih, N., Akbar, F., Lenterani, I., dan Farhamzah. 2020, Formulasi Dan
Evaluasi Sifat Fisik Facial Wash Gel Ekstrak Kulit Buah Naga Merah
(Hylocereus polyrhizus) Dengan Gelling Agent Carbopol, Pharma Xplore,
Volume 05, No. 02.
KEMASAN PRODUK

1. Kemasan

2. Kemasa Primer
3. Kemasan Sekunder
4. Brosur

Anda mungkin juga menyukai