Iman seseorang pastilah mengalami pasang surut naik dan turun sesuai dengan kadar ketaatan.
Semakin kuat dan semangat dalam ketaatan, maka hal itu sebagai indikasi imannya sedang naik.
Sebaliknya, iman akan berkurang dengan kemaksiatan. Jiwa manusia sifatnya bagaikan anak
kecil, harus terus dilatih agar terbiasa dengan ketaatan. Nah, ketika rasa malas menghampiri
dalam jiwa, harus ada usaha menepisnya, agar tidak terus-menerus terkurung dalam rasa malas
yang tiada henti. Bagaimanakah cara jitu untuk menepis rasa malas yang menghampiri? Ikutilah
kajian berikut ini.
Definisi Malas
Malas dalam bahasa Arab disebut dengan al-kaslu yang bermakna berat untuk
mengerjakan sesuatu dan berhenti dari menyempurnakan sesuatu.[1]
Imam Raghib al-Ashfahani rahimahullah mengatakan, “Malas adalah merasa berat dalam suatu
urusan yang seharusnya tidak perlu merasa berat.”
Sifat malas merupakan salah satu sifat buruk yang terdapat pada diri seseorang yang
menghabat kemajuan dan pengembangan potensi diri,
dimana prilaku malas sendiri adalah merupakan suatu keengganan seseorang untuk melakukan
suatu perbuatan yang baik disebabkan beberapa alasan
Faktor kemalasan
Kenapa orang bisa terjangkit malas ?
Malas itu menunjukkan menurunnya motivasi. Manusia memang memiliki faktor-faktor
pendorong dalam dirinya. Ada yang pemicunya materi, ada yang bersifat moral dan ada yang
dorongan ruhiyah. Supaya kita tahu apa yang menyebabkan kita malas, kita harus menemukan
motivasi yang mendorong kita melakukan pekerjaan itu.Contohnya menghafal Qur’an, dalam
menghafal al qur’an kita memiliki tujuan agar mendapat ridha Allah dengan membahagiakan
orang tua dunia dan akhiratnya, ketika semangat dan tujuan itu memudar maka timbulah sifat
malas maka kita harus selalu memperbaharui semangat kita agar tak terjangkit sifat malas
Apakah malas itu bisa menular?
Malas bisa menular, ketika motivasi masing-masing juga tidak kuat. Misalnya dalam satu
kost, ada yang malas, sementara tidak ada yang punya motivasi lebih. Akhirnya semua ikutan
malas. Bisa malas belajar, malas bekerja dll
Apakah malas itu berbahaya?
Jelas berbahaya, pada saat tidak ada kontrol pemahaman syariat pada diri individu.
Sehingga bisa saja sampai pada taraf malas melakukan kebaikan. Atau malas melaksanakan
kewajiban. Ini sangat berbahaya. Misalnya malas sholat, malas menuntut ilmu agama, malas
mengemban dakwah dll.
Bagaimana Islam memandang sifat malas?
Sifat malas adalah sifat yang merugikan dan tidak akan mengantarkan pada keberhasilan
atau kemajuan. Di dalam Islam setiap aktivitas memiliki nilai yang harus dicapai dengan
sungguh-sungguh. Dalam ibadah, harus dicapai nilai ruhiyah. Maka ibadah pun harus sungguh-
sungguh. Dalam muamalah, misalnya seperti berdagang, ada nilai materi yang harus dicapai
dengan sungguh-sungguh. Tetapi dalam pencapaian setiap nilai, harus ada hukum syariat yang
mengikatnya. Misalnya dalam berdagang pun, harus terikat dengan hukum-hukum muamalah.
Jangan sampai menggunakan cara-cara Kapitalis.
Bagaimana orang yang menyadari, dia tidak boleh malas, tetapi susah juga mengubahnya?
Di sinilah ia harus mengubah pemikirannya. Agar terikat kepada hukum-hukum syariat.
Misalnya ketika kita merasa malas menuntut ilmu. Padahal orang tua kita sudah berusaha
bersungguh-sungguh membiayai kita. Kita memiliki amanah untuk menunaikan harapan orang
tua, yaitu dapat menjadi orang yang bermanfaat bagi agama. Maka kita wajib bersungguh-
sungguh melaksanakannya.
Terkadang kita sudah berusaha rajin, tapi lingkungan membuat kita malas.Bagaimana
cara mengatasinya?
Hal yang harus dilakukan adalah meninggalkan lingkungan yang membuat kita malas dan
berkumpul dengan teman-teman yang baik dan rajin. Kita juga harus belajar ilmu agama, malas
itu juga dapat terjadi karena tidak adanya pondasi ilmu agama
Berikut ini ciri-ciri sifat orang malas berdasarkan dari sumber yang
kami dapat dari internet, yakni:
صلى- ِ د َرسُو ِل هَّللاAَ ب ال َّرسُو ِل قَا َل َذ َك ُروا ِع ْن ِ ار ِم ْن أَصْ َحا ِ ص َ َعلَى َر ُج ٍل ِمنَ األَ ْنAَْن َج ْع َدةAُ ت أَنَا َويَحْ يَى ب ُ ع َْن ُم َجا ِه ٍد قَا َل َد َخ ْل
« -صلى هللا عليه وسلم- ِ قَا َل فَقَا َل َرسُو ُل هَّللا.ت الل َّ ْي َل َوتَصُو ُم النَّهَا َر ِ ب فَقَا َل إِنَّهَا قَا َم ِ ِد ْال ُمطَّلAِ َموْ الَةً لِبَنِى َع ْب-الل عليه وسلم
ًْس ِمنِّى إِ َّن لِ ُك ِّل َع َم ٍل ِش َّرةً ثُ َّم فَ ْت َرة َ َ َّ
َ ب ع َْن ُسنتِى فلي َ و ِمن ى َو َم ْن َر ِغAَ ُصو ُم َوأ ُ ْف ِط ُر ف َم ِن اقتَدَى بِى فه
ِّ َ ْ َ ُ َصلِّى َوأ َ ُ لَ ِكنِّى أَنَا أَنَا ُم َوأ
» د ا ْهتَدَىAِ َ إِلَى ُسن َّ ٍة فَقAَُت فَ ْت َرتُه ْ ن َكانAْ ض َّل َو َم َ ة فَقَ ْدAٍ إِلَى بِ ْد َعAَُت فَ ْت َرتُه
ْ ن َكانAْ فَ َم
Dari Mujahid, ia berkata, aku dan Yahya bin Ja’dah pernah menemui salah seorang Anshor
yang merupakan sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata, para sahabat
Rasul membicarakan bekas budak milik Bani ‘Abdul Muthollib. Ia berkata bahwa ia biasa
shalat malam (tanpa tidur) dan biasa berpuasa (setiap hari tanpa ada waktu luang untuk tidak
puasa). Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Akan tetapi aku tidur dan aku
shalat malam. Aku pun puasa, namun ada waktu bagiku untuk tidak berpuasa. Siapa yang
mencontohiku, maka ia termasuk golonganku. Siapa yang benci terhadap ajaranku, maka ia
bukan termasuk golonganku. Setiap amal itu ada masa semangat dan ada masa malasnya.
Siapa yang rasa malasnya malah menjerumuskan pada bid’ah, maka ia sungguh telah sesat.
Namun siapa yang rasa malasnya masih di atas ajaran Rasul, maka dialah yang mendapat
petunjuk.” (HR. Ahmad 5: 409).
Beberapa riwayat di atas menunjukkan bahwa setiap orang akan semangat dalam sesuatu, dan
waktu ia kendor semangatnya. Dan di antara sebab mudah futur (malas dalam ibadah) adalah
karena terlalu berlebihan dalam suatu amalan. Sehingga sikap yang bagus adalah pertengahan
dalam amalan atau belajar, tidak meremehkan dan tidak berlebihan.
Adapun alasan orang untuk enggan dalam melakukan suatu perbuatan baik untuk dirinya
maupun orang lain adalah dikarenakan beberapa faktor yaitu :
1. Seorang tidak melakukan perbuatan baik atau malas karena merasa perbuatan atau
pekerjaan tersebut masih dapat dikerjakan dilain waktu (waktu masih panjang dan selalu
menunda-nundanya )
2. Karena adanya keyakinan bahwa pekerjaan tersebut bukan pekerjaannya dan menunggu orang
lain untuk mengerjakannya
3. Merasa tidak mampuh melakukannya sebelum berusaha untuk mencoba mengerjakannya sendiri
terlebih dahulu.(kurang percaya diri)
4 .Menilai segala sesuatunya dengan uang sehingga bila tidak mendapat bayaran atau upah dari
orang lain pekerjaan tersebut dianggap tidak berguna atau menguntungkan sekalipun untuk
kepentingan pribadinya
5. Masih ada orang yang bisa dimintai tolong dan salah satu kegemarannya adalah menyuruh-
nyuruh orang walaupun dia mampuh melakukannya dan ringan pekerjaannya
6. Tidak punya inisiatif untuk melakukan kebaikan
Ciri-ciri Pemalas
1. Mau yang enak-enak dan yang mudah saja
2. Pandai bicara dan pandai memerintah orang lain kadang dengan ungkapan minta tolong atau
bantuan
3.Bila menjadi karyawan, akan giat bekerja bila ada bos atau atasan namun bila tidak ada yang
mengawasi akan kelihatan sifat aslinya
4. Pandai cari muka pada atasan
5. Sangat perhitungan dengan pekerjaannya namun tidak demikian dengan pekerjaan orang lain.
6. Suka mengandalkan orang lain
Di bawah ini merupakan beberapa ciri orang yang malas ditinjau dari diri sendiri dan
berdasarkan dari sumber yang kami dapat, yakni:
a. Anda Sendirilah yang sanggup melakukan sesuatu tetapi Malas untuk mengerjakan nya.
b. Anda yang diberi Kemudahan untuk melakukan sesuatu tetapi menganggap nya payah untuk
mengerjakan.
c. Anda yang berpeluang/ada waktu untuk melakukan Sesuatu tetapi mencari alasan untuk tidak
mau mengerjakan nya.
d. Anda yang sering melakukan sesuatu tetapi mengatakan tidak biasa mengerjakan nya.
e.
Anda yang diberi kemudahan untuk melakukannya tetapi mengatakan suntuk untuk
melaksanakan nya.
f. Anda yang bisa melakukan sesuatu tetapi berpura - pura tidak bisa mengerjakan nya.
g. Anda tahu cara melakukan sesuatu itu tetapi Anda malas untuk mengerjakan nya.
h. Anda yang ditugaskan melakukan sesuatu tetapi menolak untuk mengerjakan nya dengan
berbagai alasan.
i. Anda biasa melakukan sesuatu tetapi Anda selalu mengelak untuk mengerjakan nya.
j. Anda Bisa Melakukan Sesuatu tetapi Anda enggan untuk mengerjakan nya.
k. Anda yang paling sedikit berbuat sesuatu tetapi mengatakan telah sangat banyak melakukan
nya
l. Anda yang banyak peluang tetapi tidak mau mencoba untuk melakukan nya.
m. Anda berusaha melakukan sesuatu tetapi Anda tidak mau melaksanakan nya.
n. Anda yang seharusnya melakukan sesuatu tetapi mengelak untuk mengerjakan nya.
o. Anda yang paling Ahli dalam melakukan sesuatu tetapi mengatakan tidak pernah
mengerjakan nya.
p. Anda belum tahu lagi apa berhasil apa tidak dalam melakukan sesuatu tetapi anda malas
melaksanakannya.
4. Dampak yang ditimbulkan dari rasa malas
Aristoteles pernah berkata kepada muridnya yang bertanya mengenai apa yang terjadi
bila sifat malas di pelihara dan tidak bisa dihilangkan dan kemudian Aristoteles menjawab:
"kalau demikian tidak ada jalan lain bagi si pemalas kelak, kecuali harus sabar
menghadapi kesengsaraan dan kebodohan.”
5. Mencegah rasa malas
a. Miliki Tujuan yang Spesifik Atas Apa yang akan Anda Lakukan
Misalnya, saya malas mengerjakan laporan pekerjaan. Ini terjadi karena saya tidak
punya tujuan yang spesifik mengapa saya harus mengerjakan laporan. Jika saya
punya tujuan, saya tahu bahwa saya ingin dan harus melakukan pekerjaan ini
untuk mencapai tujuan saya.
b. Perjelas Keuntungan Apa yang Akan Anda Dapatkan Dari Melakukan Pekerjaan
Ini
Satu alasan mengapa rasa malas muncul adalah karena kita tahu dengan jelas keuntungan
apa yang akan kita dapatkan jika melakukannya. Banyak orang yang bekerja hanya sekedar,
menggugurkan kewajiban. Perasaan seperti ini membuat kita akhirnya malas. Seperti yang
diceritakan Dr. Anugra Martyanto, mengenai pengalamannya mengatasi rasa malas.
Solusinya adalah ketahui apa keuntungan yang akan anda dapatkan jika melakukan suatu
pekerjaan. Misalnya jika saya rajin bangun pagi dan berangkat lebih awal ke kantor, ini akan
membuat saya lebih mudah mendapatkan promosi kenaikan jabatan dan gaji.
c. Ubah Pandangan Anda
Tips ini datang dari Al Falaq Arsendatama, melalui blognya pengembangan diri.com. Ia
mengatakan anda perlu mengubah kata “saya harus” dengan kata “saya ingin“. Hal ini
akan mengubah pandangan anda bahwa anda melakukan pekerjaan yang memang
ingin anda lakukan.
Kelemahan dan kemalasan ini akan melahirkan penguluran dan perasaan berat
untuk melaksanakan berbagai kewajiban dan amal, serta cenderung mengajak
kepada kemandekan dan berlepas diri dari tanggung jawab. Bahaya keduanya
bagi seorang Muslim sangat besar, karena itulah Nabi shallallahu‘alaihi wa
sallam memperbanyak perlindungan kepada Allah ‘azza wa jalla dari keduanya.
Do’a beliau:
Kelemahan dan kemalasan adalah dua penyakit yang sangat berbahaya yang
mengakibatkan lenyapnya kemauan yang kuat dan harapan yang besar.
Cita-cita yang tinggi tidaklah melemah dan umat manusia tidaklah tertinggal
jauh di belakang melainkan ketertinggalan dalam melaksanakan berbagai
kewajiban dan kemalasan dari menunaikan tanggung jawab yang dibebankan
atas mereka.
َ ِين َجا َه ُدوا فِي َنا لَ َن ْه ِد َي َّن ُه ْ<م ُس ُبلَ َنا َوإِنَّ هَّللا َ< لَ َم َع ْالمُحْ سِ ن
ِين <َ َوالَّذ
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar
akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya
Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Ankabut:
69)
Futur adalah kemalasan dan berleha-leha setelah semangat dan giat. Tidak diragukan lagi, hal itu
merupakan penyakit pada diri seseorang pada suatu waktu. Baik dalam masalah agama atau
urusan dunia. Hal itu merupakan tabiat yang Allah telah ciptakan. Setiap orang muslim –bahkan
setiap manusia- di dapatkan pada dirinya semangat dalam beribadah, berakhlak nan mulia dan
(semangat) dalam mencari ilmu dan berdakwah. Kemudian setelah berjalan beberapa waktu,
ditimpa kemalasan. Sehingga semangatnya melemah untuk melakukan kebaikan yang telah
dilakukannya beralih pada kemalasan dan ingin istirahat. Setiap orang sesuai dengan
kemalasannya akan diperhitungkan. Barangsiapa yang ketika malas sampai meninggalkan
kewajiban dan jatuh ke sesuatu yang diharamkan, maka dia dalam bahaya besar. Maka
kemalasannya menjadi suatu kemaksiatan, harus dikhawatirkan sampai pada suul khatimah. Kami
momohon kepada Allah kebaikan.
Sedangkan jika malas melaksanakan keutaman dan sunnah, tapi dia tetap menjaga kewajiban,
menjauhi dosa besar dan sesuatu yang diharamkan, hanya saja waktu melakukannya (kebaikan)
berkurang seperti dalam mencari ilmu, qiyamul lail dan membaca Al-Qur’an. Maka kemalasannya
seperti itu diharapkan hanya sesaat saja, semoga selesai dalam waktu dekat insyaallah. Akan tetapi
memerlukan sedikit cara yang bijaksana dalam mengobatinya. Inilah yang dimaksudkan dalam
riwayat Abdullah bin Amr radhiallahu’anhuma, dia berkata:
ِ ُذكِرَ لِرَ س
َولِ ُك ِّل، ٌ ( ت ِْلكَ ضَ رَ َاوةُ اإْل ِسْ اَل ِم َوشِ رَّ ُت ُه ؛ َولِ ُك ِّل ضَ رَ َاو ٍة شِ رَّ ة: ُول هَّللا ِ صَ لَّى هَّللا ُ عَ لَ ْي ِه َوسَ لَّ َم ِرجَ ا ٌل َيجْ َت ِه ُدونَ فِي ْال ِعبَادَ ِة اجْ ِتهَا ًدا َشدِي ًدا َف َقا َل
) وحسنه2/165( ك ) رواه أحمد ْ َ َ ْ َ ُ َ ْ َ َ ُ
ُ ِ فذلِكَ الهَال: َو َمنْ كانت فترَ ت ُه إِلى المَعَ اصِ ي، فأِل ٍّم مَا ه َُو: َف ْترَ ةٌ ف َمنْ كانت فترَ ت ُه إِلى اقتِصَ ا ٍد َو ُسن ٍة، شِ رَّ ٍة
ْ َ َّ ْ َ ُ ْ َ ْ َ َ َ
)2850 /األلباني في “السلسلة الصحيحة” (رقم
Ungkapan ‘Faliammin ma huwa’ adalah bisa kembali di waktu kemalasannya kepada asal yang
agung yakni (sesuai dengan) sunnah. Atau ia dalam kondisi di jalan yang lurus selagi masih
berpegang teguh dengan Al-Kitab dan Sunnah. Dalam sebagian redaksi lain dikatakan, ‘Faqad
aflaha (sungguh dia telah beruntung)’.
Rasa malas ini datangnya dari syaithan yang mengajak kita bermalas-malsan dalam hal
mengerjakan keta’atan pada Allah, sehingga dia akan memiliki banyka teman nannti di akhirat kelak,
namun pernahkah kita berfikir apakah syaitan juga pernah bermalas-malasan dalam menggoda
manusia?, jwabannya tentu tidak karena jika syaithan malas menggoda kita mereka tidak akan
mendapatkan teman di neraka nanti.
Seharusnya kita tidak terjebak oleh godaan syaithan agar berbuat malas, karena syiathna juga tidak
pernah malas, dan jika kita khawatir terjangkit penyakit malas kita bisa mengamalkan sebuah do’a
yang diajarkan oleh Rasulullah agar terhindar dari sifat malas.