Anda di halaman 1dari 2

Eksistensi Santri di Bulan Ramadhan

Ramadhan adalah bulan mulia yang di dalamnya terdapat berbagai kebaikan, mulai dari berpuasa 30 hari, shalat
Tarawih, tadarrus Al-Quran setiap malam pada masjid-masjid dan musholla, dan masih banyak lagi. Terutama bagi kita yang
berstatus santri, kita tidak mungkin menyia-nyiakan bulan penuh keberkahan ini. Kita juga sudah tahu akan bermacam-
macam kebaikan di bulan ini, walau tidak semuanya diamalkan, tapi pasti ada beberapa yang kita amalkan, terlebih lagi ilmu
yang ditimba dari pondok pesantren, tidak mungkin kan sia-sia begitu saja saat menginjakkan kaki di kampung halaman?
Banyak hal baik yang bisa di lakukan di bulan Ramadhan, bahkan, jika melakukannya dengan ikhlas sepenuh hati
hanya semata-mata karena Allah , kita akan mendapatkan pahala dua kali lipat dari pada hari-hari biasanya, begitu juga
sebaliknya, jika kita melakukan hal yang haram, dan lebih parahnya lagi kalau itu sampai merugikan orang lain, seperti
mencuri, berbohong, berzina, maka dosanya akan dilipat gandakan dari biasanya. Maka dari itu, eksistensi (keberadaan) kita
sebagai santri saat di masyarakat, harus bisa Kompatibel dalam menyikapi hal-hal seperti itu, apalagi kita membawa title
‘santri’ yang menurut mereka, kita adalah orang -orang suci, orang-orang yang baik, meski sejatinya hati kita belum terlalu
putih untuk dikatakan suci, masih ada beberapa noda hitam yang melekat, bekas dari dosa yang telah kita perbuat.
Namun apalah kata dari Imam Syafi’i:
ُ‫نُقُال‬
ُ ‫أُنُظُرُُمُاُقُيُلُوَلُتنظرُم‬
“Lihatlah apa yang diucapkan, bukan siapa yang mengucapkan”
Walau seperti itu, tapi bukannya kita langsung menindak lanjuti mereka yang melanggar syari’at dengan keras, kita
harus tahu tahap-tahapnya terlebih dulu, jika langsung demikian maka kita bisa dimusuhi banyak orang, dan bisa
menjelekkan nama santri yang ada dalam diri kita. Bahkan Nabi kita Muhammad ‫ ﷺ‬saja saat megharamkan khamr itu
melalui beberapa tahapan, tidak langsung mengharamkan secara mutlak, begitu juga dalam masalah kiblat, saat awal-awal
di wajibkannya sholat, kiblat masih di baitul maqdis Palestine, tapi setelah turun ayat:
‫ي‬ ً ‫ي‬
)ُ 144ُ:‫فلنوِّلنَّكُقبلةُترضاهاُفولُوجهكُشطرُالمسجدُاْلرامُُ(ابلقرة‬
“Maka akan kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau senangi. Maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram”
(Al-Baqarah: 144), barulah beliau mengubah arah kiblatnya ke Ka’bah. Cara seperti ini saja masih ada yang tidak suka,
apalagi langsung dengan keras, pastilah mereka melawan.
Beruntung bagi para santri yang berpuasa (posonan) di pondok, mereka pasti jarang sekali melihat teman mereka
melakukan hal-hal yang melanggar syari’at di bulan Ramadhan, apalagi sampai tidak berpuasa, karena mereka sama-sama
santri, toh kalau ada, dia pasti tahu aturannya, “Berani batal puasa, berani Qadha’.” Sama halnya dengan “Berani berbuat
berani bertanggung jawab”. Namun nasib bagi mereka yang berpuasa di rumah, lalu melihat teman-teman mereka
melakukan suatu yang tak pantas di lakukan menurut syari’at, bahkan ada yang sampai tidak berpuasa. Saat kita dalam
posisi seperti ini, biasanya kita bimbang, kalau kita menegur, mereka akan memusuhi kita, kalau di biarkan, tapi itu adalah
hal yang mungkar, padahal membiarkan orang yang melakukan kemungkaran, itu sama saja dengan rela atas kemungkaran
tersebut. Nah, bagaimana cara kita menyikapi hal seperti ini?
Ada beberapa cara untuk menyikapinya yang tentunya cara ini sesuai dengan metode dakwahnya Nabi Muhammad
‫ﷺ‬:
1. Jika teman kita adalah tipe orang yang mudah untuk di ajak bicara, tidak marah saat ditegur kalau yang dia lakukan
itu salah, maka tegurlah dia, ingatkan kalau yang dilakukan itu adalah perbuatan yang tidak diperbolehkan menurut
syari’at, buat dia menyesal atas perbuatannya, tapi tetap dengan keadaan tenang, tanpa emosi, stay cool istilah
kerennya. Karena jika kita emosi lalu dia juga ikut emosi, maka yang ada hanya perkelahian, dan dia pasti tidak akan
mendengarkan ucapan kita lagi setelah mengetahui sifat emosional kita yang seperti ini, bahkan lebih buruknya lagi
jika dia semakin sering melakukan hal yang sudah kita peringatkan, sudah pastinya itu adalah hal yang gawat, maka
dati itu, tetap tenang, dan sabar saat menegur mereka, beritahu keistimewaan-keistimewaan di bulan ini, sehingga
dia khilaf dan tidak melakukan perbuatannya lagi.
2. Kalau Anda memiliki jiwa-jiwa pemberani, maka, jika teman Anda ada yang melakukan hal-hal yang melanggar
sayari’at islam, tapi masih saja melakukannya meski sudah di tegur berkali-kali, maka gunakanlah tangan Anda untuk
menegurnya, yakni dengan memukulnya, bahkan kalau dia melawan, mengajak bertengkar, maka lawan saja, toh dia
yang melakukan kesalahan, anda kan hanya berusaha mengingatkan, dia saja yang ingin ngajak ribut, padahal niat
Anda baik dan benar, dan setiap hal yang benar, pasti didukung oleh Allah , bahkan Allah sendiri yang berfirman:

ٌّ
)ُ 104ُ:‫ُأمةُيدعُوُنُإُلُُالُيُُوُيُأُمرُوُنُبُالُمعروفُوينهُوُنُعنُالمنكرُُ(آلُعمران‬‫وْلكنُمنكم‬
Jadi hilangkan rasa takutmu, lenyapkan rasa gentarmu, karena sang maha kuasa selalu ada di sampingmu. Tapi
ingat!, hal ini hanya boleh dilakukan ketika bertemu dengan teman yang keras kepala, seenaknya sendiri, diingatkan
malah melawan, bukan dengan orang yang mudah untuk diingatkan, mudah diajak bicara. Kalau bertemu dengan
orang yang seperti itu, maka cara pertamalah yang harus dilakukan.
3. Jikalau teman kita adalah tipikal orang yang emosional, gampang marah, bahkan tidak segan-segan menggunakan
tangannya untuk kekerasan, maka solusi terakhir adalah inkar bilqolbi, dalam artian hati kita tidak terima atas
perbuatannya yang tidak sesuai dengan syari’at, terlebih lagi di bulan Ramadhan. Memang kita tidak terima dengan
perbuatannya, apalagi dilakukan secara terang-terangan, itu jelas sekali menghina namanya. Namun, bagaimana lagi?
Hanya ini yang bisa kita buat, setidaknya sudah ada usaha dari diri kita, walau hanya sebatas inkar bilqalbi, dan sudah
berpartisipasi sebagai orang yang tidak ridho atas kemungkaran-kemungkaran tersebut.

Semua cara ini sebenarnya sudah di sebutkan dalam hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Abi Sa’id Al-Khudri ra:

ُ ‫ىُمنكمُمنك ًراُفليغ ييهُبيدهُفإنُلمُيستطعُفبلسانهُفإنُلمُيستطعُفبقلبهُوذلكُأضعفُاإليم‬


)ُ ‫انُ(ُرواهُمسلم‬ ُ ‫منُرأ‬
“Barangsiapa dari kalian semua melihat suatu kemungkaran, maka rubahlah dengan tangan kalian, kalau tidak bisa
maka dengan lisan, dan kalau masih tidak bisa maka dengan hati (inkar bilqalbi), dan itu adalah taraf iman yang
paling lemah” (HR. Muslim). Jadi, semua cara yang di sebutkan tadi itu persis seperti yang ada di hadits, bedanya,
keterangan yang dikupas lebih detail hingga kita tahu makna hadits itu sepenuhnya. Dan satu hal lagi, kita harus
kondisional menggunakan cara-cara tersebut, tidak bisa semua orang kita pukul rata dengan cara No. 1, dan tidak
juga dengan cara No. 2, harus melihat situasi dan kondisi.
Tapi, kalau dengan menggunakan kekerasan bisa memicu permusuhan, keributan, atau bahkan perang saudara,
maka lebih baik menggunakan cara No. 3 yakni Inkar Bilqalbi, karena Islam lebih menjunjung tinggi Ukhuwahnya (
persaudaraan) daripada pertumpahan darah yang di sebabkan oleh Nahi Mungkar.
Jadi, mari kita ramaikan bulan Ramadhan nanti dengan kebaikan, baik itu dengan beribadah, menolong sesama,
tidak melakukan maksiat, mengingatkan orang-orang yang melakukan suatu hal yang di haramkan menurut syari’at,
dan masih banyak lagi kebaikan-kebaikan yang bisa kita lakukan di bulan ini. Maka dari sinilah eksistensi kita sebagai
santri sangatlah penting, baik di kalangan pondok, atau di kampung halaman masing-masing, karena hanya kitalah
yang tahu detail hukum-hukumnya, tahu ini benar, ini salah, ini halal, ini haram. Dan masyarakat di luar sana
kebanyakan tidak tahu kalau sebagian dari perbuatan mereka adalah perbuatan haram, padahal belum tentu suatu
perbuatan yang biasa dilakukan itu di perbolehkan oleh syari’at Islam. Walaupun ada yang sudah mengerti hukum-
hukumnya, tapi itu hanyalah minoritas, hanya sepersekian persen dari rakyat Indonesia yang penduduknya berjumlah
jutaan.
Akhiran: Bermanfaat tidak harus menjadi pintar, alim, cerdas,
Tetapi bermanfaat adalah ketika berani menyuarakan kebaikan dengan ilmu yang dimiliki
ُ‫اْلمدُهللُوهوُأعلمُبالصواب‬
Sein_124

Anda mungkin juga menyukai