Anda di halaman 1dari 12

Amsal 1:1- 7

Hikmat = skill of living.


Makanya orangtua yang miskin bisa jadi orang tua yang berhikmat, bisa
mendidik anaknya dengan baik, walau tidak punya pengetahuan atau filsafat
yang tinggi.
Di ayat 2  bukan cuma ngasih hikmat, tapi juga didikan.
Ayat 3  pandai dan kebenaran, keadilan dan kejujuran itu kategori yang
beda.
Pandai itu kognitif, tapi kebenaran, keadilan dan kejujuran itu moral dan
gimana kita mempraktekkannya.
Jadi tidak hanya bicara ttg IQ atau nalar berpikir, tapi soal cara/ kiat menjalani
hidup, kebenaran, keadilan dan kejujuran. Dengan tindakan
Jadi mau memberi tahu bahwa Amsal bukan sekedar kognitif, tapi harus
diterapkan dalam kehidupan.
Hikmat tidak pernah hanya sesuatu yang bersifat kognitif, harus bisa
menjalankan apa yang dikehendaki oleh Tuhan.
Ketika Alkitab bilang ingatlah akan penciptamu, sekaligus hidupi, jalani hidup
dengan mengerti Tuhan sebagai Penciptamu. Ini berkaitan dengan yang
konkrit.

Ayat 4  kecerdasasan kepada orang yang tak berpengalaman, pengetahuan


dan kebijaksanaan kepada orang muda.
Menunjukkan bahwa anak-anak muda perlu mempunya hikmat, bukan hanya
kecerdasan (IQ) tapi pengetahuan untuk bisa bijaksana.
Ayat 5 dan 6  bukan hanya untuk mereka yang masih naif, tapi juga orang-
orang yang bijak.
Jadi untuk semua kalangan.
Jadi Amsal bukan hanya untuk orang-orang muda tapi juga untuk orang-orang
bijak.
Belajar tidak ada habis2nya.
Ayat 7  orang bodoh lawan katanya takut akan Tuhan.
Karena itu orang bodoh berarti orang yang ga takut akan Tuhan.
Orang bijak, orang berhikmat = orang yang takut akan Tuhan.
Ini dikaitkan dengan takut akan Tuhan, memang salah satu ciri orang bodoh
adalah menganggap diri pintar sehingga merasa tidak perlu pengetahuan.
Pengetahuan yang dimaksudkan disini adalah hikmat.

Ef. 5:15
Saudara, hari ini kita akan merenungkan dari Efesus 5:15, tapi kita boleh
membaca dari ayat yang ke 15 – 17.
Kita baca ketiga ayat ini secara bersama-sama ya, “Karena itu, perhatikanlah
dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi
seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini
adalah jahat.
Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti
kehendak Tuhan.”

Ada perbedaan yang sangat besar mengenai cara orang dunia dan cara orang
beriman melihat akan kehidupan ini.
Misalnya cara orang-orang dunia menanggapi pandemi covid-19. Mereka akan
memakai insting manusia mereka dan kecerdasan mereka untuk mencegah
agar jangan sampai tertular, atau kalau sudah terpapar mereka akan lakukan
segala upaya medis agar tetap hidup. Mereka tidak pernah berpikir untuk
meminta pertolongan Tuhan.
Tapi orang beriman akan menyadari betapa kecil, rapuh dan remehnya
manusia di hadapan Allah, sehingga kalau Allah izinkan virus corona memapar
dia, dia tidak akan bisa bertahan atau sembuh kecuali tanpa pertolongan Allah.

Orang-orang dunia mana ngerti apa itu kebenaran, kejujuran, keadilan,


mengapa Kristus harus mengorbankan diri-Nya? Apa itu dosa? Bahwa Kristus
adalah Tuhan dan Juruselamat. Apa artinya iman dll.
Bagi orang-orang dunia, semuanya itu tidak berguna dan merugikan mereka.
Ini adalah sesuatu yang tidak bisa dimengerti orang-orang dunia, kecuali
mereka mendapatkan anugerah dari Allah, barulah dia bisa mengerti hal-hal
rohani di dalam hidup ini.

Tetapi orang beriman, maksudnya adalah orang Kristen lahir baru mereka
mengerti bahwa hidup yang lama sudah ditanggalkan, sekarang mereka
mengenakan hidup yang baru, hidup yang terbuka di hadapan Allah, hidup
yang sudah diperbarui, hidup yang harus menjadi berkat bagi orang lain.
Inilah yang disebut hikmat.
Hikmat bukan pengetahuan atau IQ
Hikmat adalah kemampuan menggunakan pengetahuan (skill of living) dalam
hidup sehari-hari.
Tentu saja sumber dari hikmat adalah Tuhan (ams 1:7) takut akan Tuhan
adalah permulaan hikmat..
Jadi orang yang berhikmat itu tau bagaimana caranya menerapkan Firman
Allah di dalam hidupnya sehari-hari dalam situasi-kondisi apapun yang dia
hadapi.
J.I. Packer itu mengatakan, memberi ilustrasi seperti ini: Ketika kita berkata
mengenai hikmat, hikmat itu apa?
Hikmat itu seperti seseorang sedang mengendarai mobil.
Pada waktu dia mengendarai mobil, dia tahu kapan harus cepat, kapan harus
lambat, kapan harus belok kanan, kapan belok kiri.
Kapan menghindari lobang, kapan harus jalan lurus kalau jalanan itu adalah
jalanan yang lurus dan baik, seperti itu.
Jadi pada waktu dia melihat mobil depan itu memperlambat kecepatannya, dia
tidak terus menerus injak gas, tetapi dia mengangkat gas dan bahkan
mengerem.
Pada waktu dia lihat ada lobang depan jalan, dia langsung menghindar, dia
tidak terobos dan menabrak lobang itu.
Pada waktu dia melihat jalanan belok ke kiri, dia tidak ikut belok kanan atau
lurus, tapi dia ikuti jalan ke kiri.
Itu orang yang berbijaksana.
Jadi, dia tahu kapan menerapkan sesuatu kebenaran di dalam kondisi yang
tepat, yang dia sedang hadapi dalam kehidupan dia.
Misalnya dalam kondisi belajar di sekolah maupun belajar di rumah (sblm
pandemi dan setelah pandemi), dalam kondisi nilai bagus atau jelek, lagi happy
atau lagi bete, memilih jurusan, kampus dll.
Ini yang orang dunia kagak bisa.

Ciri-ciri orang dunia (orang bodoh)


1. Kagak mau percaya Tuhan itu ada (Mazmur 14:1)
Apakah karena Allah tidak ada?
Orang bebal itu adalah orang yang hidupnya secara praktik tidak ber-
Tuhan, tidak mau diatur-atur oleh Tuhan. Jadi hidup ini dijalani sesuai
insting pribadinya.
2. Menjadikan dirinya Tuhan (Amsal 12:15) “Orang yang bodoh melihat
jalan hidupnya sebagai jalan yang benar" Alkitab ga penting, Perkataan
Allah ga penting. Kontrol dalam hidup saya ada di tangan saya.
(ingat ga mengakui Tuhan, bukan berarti Tuhan tidak ada. Ingat bahwa
manusia diciptakan dengan insting untuk menyembah, kalau dia
menolak Tuhan maka dia akan mencari objek lain untuk disembah, jadi
siapa yang dia sembah? Dirinya sendiri!
3. Mencemooh dosa (Amsal 14:9), “Orang bodoh mencemoohkan korban
tebusan, tetapi orang jujur saling menunjukkan kebaikan.” Orang dunia
merasa dirinya tidak butuh korban tebusan. Dia memandang dirinya
orang baik, dia tidak melihat sebagai sesuatu yang serius, bahkan dia
meremehkan dosa dalam kehidupan dia, atau bahkan mempermainkan
dosa.

Bayangkan kalau dampak dari kehadiran orang-orang ini!


Dia akan menjadi orang baik tanpa diselamatkan, atau orang jahat yang
merusak dan menghancurkan sesamanya.
Jadi orang yang bebal atau orang yang bodoh bisa dikatakan sebagai orang
yang hidup menurut standar mereka sendiri dan bukan hidup menurut standar
Tuhan; atau istilah lainnya adalah mereka adalah orang yang hidup menurut
hikmat mereka sendiri bukan menurut hikmat dari pada Tuhan Allah.

Nah pada waktu kita berbicara seperti ini , ada konsekuensi tidak dari pada
kehidupan orang-orang bebal atau bodoh ini?

Saya percaya Alkitab sudah memberikan peringatan yang begitu baik, begitu
jelas, begitu keras sekali mengenai kehidupan orang-orang yang bebal ini.
Kalau Saudara coba buka Amsal 1:7, itu adalah satu ayat yang terkenal sekali,
yang sering kali kita hafal ya, “Takut akan Tuhan adalah permulaan akan
pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.”
Tapi Saudara boleh baca terus ke dalam ayat yang ke-20, “Hikmat berseru
nyaring di jalan-jalan, di lapangan-lapangan ia memperdengarkan suaranya, di
atas tembok-tembok ia berseru-seru, di depan pintu-pintu gerbang kota ia
mengucapkan kata-katanya. “Berapa lama lagi, hai orang yang tak
berpengalaman, kamu masih cinta kepada keadaanmu itu, pencemooh masih
gemar kepada cemooh, dan orang bebal benci kepada pengetahuan?
Berpalinglah kamu kepada teguranku!
Sesungguhnya, aku hendak mencurahkan isi hatiku kepadamu dan
memberitahukan perkataanku kepadamu.
Oleh karena kamu menolak ketika aku memanggil, dan tidak ada orang yang
menghiraukan ketika aku mengulurkan tanganku, bahkan, kamu mengabaikan
nasihatku, dan tidak mau menerima teguranku,” ayat 26 kita baca bersama-
sama, “maka aku juga akan menertawakan celakamu; aku akan berolok-olok,
apabila kedahsyatan datang ke atasmu, apabila kedahsyatan datang ke atasmu
seperti badai, dan celaka melanda kamu seperti angin puyuh, apabila
kesukaran dan kecemasan datang menimpa kamu,” ayat 28 kita baca bersama-
sama, “Pada waktu itu mereka akan berseru kepadaku, tetapi tidak akan
kujawab, mereka akan bertekun mencari aku, tetapi tidak akan menemukan
aku.” Saudara, Amsal berkata, Tuhan itu adalah Tuhan yang penuh dengan
kemurahan, Tuhan itu adalah Tuhan yang penuh dengan kasih, ingin orang-
orang yang berdosa kembali kepada diri Dia. Melalui cara bagaimana? Dia
memperdengarkan hikmat-Nya di jalan-jalan, Dia memperdengarkan suara
berseru supaya orang kembali kepada diri Dia dan tidak jalan menurut jalan
kehidupan dia sendiri; tidak jalan menurut kehidupan yang berdosa atau cara-
cara orang duniawi yang mengumbar hawa nafsu mereka, yang menolak Allah,
yang tidak mau mengakui Allah dalam kehidupan mereka. Tapi ketika mereka
terus menolak Allah dalam kehidupan mereka, suatu hari ketika mereka
kembali kepada Allah dan tidak mau mempedulikan panggilan Tuhan dalam
kehidupan mereka, Alkitab berkata, jangan kira Tuhan akan menerima orang
tersebut, Tuhan akan menolak orang itu. Saudara, saya yakin ini adalah
suatu statement yang mengertikan sekali ya. Saya percaya ini bukan
menyatakan bahwa Allah itu jahat. Kenapa Allah mau menolak orang yang mau
kembali kepada diri Dia? Tetapi Alkitab menyatakan, kita harus melihat Allah
itu sebagai Allah yang berdaulat. Saudara, keputusan Saudara bisa kembali ke
Tuhan atau tidak itu bukan keputusan kita, tetapi itu adalah karunia Tuhan
dalam kehidupan kita. Dan Tuhan pun miliki satu hak untuk mau menerima kita
atau menolak kita. Siapa yang mau Dia selamatkan, siapa yang mau Dia
sadarkan akan dosa untuk kembali kepada Dia, siapa yang Dia tidak mau
sadarkan, itu adalah di dalam kedaulatan Tuhan Allah, bukan di dalam
kebijakan kita, bukan di dalam pendirian kita atau keputusan kita. Kontrolnya
bukan di kita, tetapi di tangan Tuhan.

Saya harap pengertian ini boleh menjadi sesuatu yang kita sungguh-sungguh
pahami karena banyak orang mengira jalan hidup dia ada di dalam tangan dia
sendiri termasuk orang Kristen, kalau kita nanti lihat di bagian belakang, orang
Kristen bisa jatuh ke dalam suatu kehidupan seperti orang bodoh atau orang
bebal juga. Dia mengira dia punya waktu itu ada di dalam tangan dia, dia punya
kesempatan itu ada di dalam tangan dia sendiri, tergantung dia yang
memutuskan kapan mau mendekati Tuhan kapan tidak, cara mendekati Tuhan
seperti apa yang seharusnya dia lakukan dan bukan menurut cara Tuhan,
tetapi keputusan itu dari cara dia sendiri. Dia pikir itu adalah bijaksana. Tapi
Saudara, ketika kita membaca bagian ini, Amsal berkata, ketika orang itu mau
kembali kepada Tuhan, Tuhan menolak mereka dan Tuhan diam diri dan tidak
mau menerima mereka, itu berarti bukan di dalam tangan kita. Nanti waktu
kita membahas bagian yang Efesus 5: 16, di situ dikatakan, orang yang
bijaksana itu tahu waktu dia terbatas dan dia menggunakan waktu dia itu, yang
terbatas itu, dengan sebaik-baiknya. Saya percaya pada waktu kita mengerti
bahwa hikmat, bahwa kehidupan di dalam kebenaran Kristus itu ada di dalam
tangan Tuhan, bukan di dalam tangan kita, kita akan menjadi orang yang lebih
berbijaksana dan bukan menjadi orang yang terus menerus hidup di dalam
kehidupan yang seolah-olah tidak ada Tuhan, tidak perlu takut kepada Tuhan,
tidak perlu memiliki suatu kehidupan yang menjalin relasi atau hidup sesuai
dengan prinsip Tuhan atau tidak dalam kehidupan kita.

Sebenarnya Amsal itu adalah suatu kitab yang membawa kita untuk hidup
senantiasa di dalam suatu kesadaran bahwa Tuhan yang mengatur kehidupan
kita, dan kita perlu tunduk kepada Tuhan. Ada satu bagian dari Amsal itu yang
menyatakan, baik itu kaya, ataupun miskin, itu bersumber dari Tuhan Allah.
Berarti apa? Di dalam kita menjalani hidup ini, kita harus senantiasa melihat
bahwa Tuhanlah yang memberkati segala sesuatu. Tuhanlah yang memimpin
jalan kehidupan kita. Dan di situ kita perlu memiliki suatu kehidupan yang
mengutamakan Tuhan atau mendahulukan kepentingan Tuhan daripada segala
sesuatu yang lain. Saudara, dalam kondisi seperti ini, dalam kondisi manusia
yang berdosa, bagaimana mereka bisa menjadi orang yang arif? Dan pada
waktu dia menjadi orang yang arif, apakah kearifan atau kebijaksanaan yang
dia miliki itu adalah suatu kebijaksanaan yang cukup untuk menuntun
kehidupan dia? Saya percaya Alkitab berkata, orang yang bodoh itu, yang bebal
itu, untuk bisa menjadi orang yang arif dan bijaksana, yang menjadikan mereka
arif dan bijaksana itu bukan dari diri mereka sendiri, tetapi dari keselamatan
yang Tuhan Yesus berikan dalam kehidupan mereka. Saudara boleh buka 2
Timotius 3:15. “Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab
Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada
keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus.” Atau istilah lainnya adalah, apa
yang membuat kita memiliki hikmat, memiliki bijaksana? Kita bisa katakan,
ketika kita mengikuti jalan yang diajarkan oleh Kitab Suci kita, yang membawa
kita kepada keselamatan, itu adalah kebijaksanaan dan hidup. Atau istilah
lainnya lagi adalah, ketika seseorang diselamatkan, keselamatan itulah yang
memberikan kebijaksanaan dan hikmat kepada seseorang.

Jadi Saudara, maksud saya bagaimana? Maksudnya seperti apa ya? Maksudnya
adalah, pada waktu kita bicara mengenai orang yang arif, orang yang
berbijaksana, kita punya konotasi itu sering kali adalah orang yang bijaksana
adalah orang yang rambutnya putih. Maksudnya adalah, dia makin berusia, dia
makin tua, dia makin beruban, maka dia makin berbijaksana dalam kehidupan
dia karena pikiran kita adalah dia makin berpengalaman. Tetapi realita dalam
kehidupan ini menyatakan berbeda. Saya sering kali bertemu dengan orang-
orang yang punya pengetahuan yang banyak sekali tetapi kehidupan dia
sebenarnya tidak menunjukkan ada kebijaksanaan di dalamnya. Saya kadang-
kadang bertemu dengan orang yang sudah senior tapi keputusan dia tidak
menunjukkan kebijaksanaan di dalamnya. Jadi pada waktu kita kembali kepada
Kitab Suci, apa yang dimaksud dengan yang bijaksana dan hikmat itu, seorang
yang arif itu? Kearifan yang dinyatakan oleh Kitab Suci satu hal yang penting
yang pertama yang harus kita pegang adalah itu bukan hasil dari sebuah proses
yang kita tuntut dalam kehidupan kita untuk menjadi orang yang berbijaksana.
Saudara, khususnya di dalam hal-hal rohani nggak ada orang yang mampu
membuat dirinya berbijaksana kecuali Tuhan yang membuat orang itu
berbijaksana, atau istilahnya hikmat dan bijaksana itu adalah karunia dari
Tuhan Allah kita, bukan sesuatu yang bisa diusahakan dalam hidup kita.
Makanya di dalam bagian ini Paulus berkata orang yang diselamatkan itu
adalah orang yang mengerti kebenaran Kitab Suci, mengerti hikmat dari pada
Tuhan Allah. Dan tentunya kalau kita bandingkan bagian lain, kita bisa lihat
orang bisa mengerti kebenaran itu sehingga dia dibawa kepada keselamatan
itu karena Tuhan bekerja dalam hati dia untuk menyadarkan melihat yang
bodoh bagi dunia itu sebagai sesuatu kekuatan Allah yang menyelamatkan
kehidupan dia.

Tapi Saudara, bukan ini bukan berarti bahwa hikmat tidak mengalami proses.
Hikmat tetap ada proses nya. Pertama memang itu ada karunia Tuhan, tetapi
kita setelah mendapatkan karunia Tuhan di dalam hikmat perlu tidak menuntut
diri dalam bertubuh hikmat? Saya percaya kita perlu, karena itu di dalam
Yakobus dikatakan orang yang merasa dirinya kekurangan hikmat dia harus
berdoa meminta kepada Tuhan untuk diberikan hikmat dalam kehidupan dia.
Jadi satu sisi kita perlu anugerah dulu untuk kita bisa memiliki hikmat, tetapi
pada waktu kita menerima karunia untuk mengerti hikmat itu karunia itu tidak
akan menghentikan kita dan membuat kita puas diri dengan apa yang kita
sudah miliki itu tapi karunia itu akan membuat kita terus menuntut ingin
hikmat yang lebih jauh, lebih besar, lebih mendalam lagi dan itu membuat kita
berdoa kepada Tuhan minta Tuhan karunia kan hikmat bagi kehidupan kita.
Saya percaya hikmat itu penting sekali, hikmat di dalam menjalani apa yang
menjalani kehidupan kita di tengah-tengah dunia ini. Dan saya percaya tidak
ada sesuatu pun yang kita lakukan dalam kehidupan kita yang tidak
membutuhkan hikmat. Saudara mau berkomunikasi dengan orang, saudara
butuh hikmat toh? Orang tipe ini bagaimana bicara, orang tipe itu bagaimana
berbicara. Saudara mau mengambil suatu keputusan menyelesaikan suatu
masalah yang terjadi diantara orang dengan orang, Saudara pun butuh hikmat.
Bagaimana solusinya, bagaimana berbicara kepada mereka, bagaimana
mengerti apa yang menjadi pergumulan mereka, itupun butuh hikmat. Saya
percaya tidak sesuatu yang kita alami dalam kehidupan kita yang tidak
membutuhkan hikmat sama sekali karena itu hikmat menjadi unsur yang
penting. Dan untuk bisa berhikmat Alkitab berkata hal pertama adalah takut
akan Tuhan. Jadi kalau kita punya kehidupan yang sudah menolak Tuhan saya
yakin di dalam jalan pengambilan keputusan kita tidak memiliki hikmat di
dalamnya, tapi ketika kita memiliki takut akan Tuhan saya percaya kita akan
menjadi orang yang lebih bijaksana dalam pengambilan keputusan kita. Tapi
itu baru awal bukan akhir.

Misalnya ambil contoh seperti ini ya. Ada orang yang punya ambisi atau
dorongan yang kuat sekali untuk olahraga. Lalu demi kesenangannya untuk
bisa mengolah tubuh, karena dia berpikir bahwa itu adalah hal yang penting
dan utama bagi kesehatan, maka dia berolahraga terus dalam hidup dia. Dia
kejar perjuangan dalam olahraga itu. Penting nggak olahraga? Penting ya.
Seberapa penting sih? Bahkan lebih penting daripada baca firman kadang. Ada
orang bisa menghabiskan waktu berjam-jam berolahraga bisa tapi baca Alkitab
setengah jam aja tidak bisa. Ada orang yang bisa menghabiskan waktu berjam-
jam untuk berdandan, baca Alkitab sebentar saja tidak bisa. Tapi kita balik lagi
kepada olahraga ya. Olahraga penting nggak? Penting sih ya. Untuk jaga
kesehatan. Seberapa penting? Mungkin kita akan ngomong sangat penting
sekali bagi orang yang mementingkan olahraga. Tetapi saya tanya, olahraga
betul nggak bisa menjaga kebugaran terus agar terus tetap bugar? Alkitab
bilang realita tidak bisa. Saya ambil contoh ini bukan untuk bicara sesuatu
menjelekkan orangtua atau apa ya. Papa mama saya orang yang takut Tuhan
tapi mereka juga sangat utamakan olahraga. Mereka suka olahraga
pernapasan Indonesia, PORPI ya. PORPI itu Persatuan Olahraga Pernapasan
Indonesia. Dan mereka juga suka sekali taichi ya. Kadang-kadang ikut lomba
kesana kemari. Papa mama saya itu dapat piala taichi cukup banyak. Suatu hari
mama saya itu jalan, mendadak mengalami semuanya baik-baik sih tapi suatu
hari ketika dia bangun tidur, dia duduk di pinggir ranjang dan mendadak
sarafnya kejepit. Padahal kemarin masih sehat sekali lho. Tapi bangun pagi
mendadak itu kejepit. Sakit sekali nggak bisa apa-apa. Akhirnya kemudian
terapi. Waktu terapi disuruh fisioterapi lalu di kolam renang latihan olahraga
seperti itu untuk meringankan tekanan di bawah tulang belakang ini ya. Dan
pada waktu keluar dari air sempat jatuh di pinggir kolam renang lagi. Saya
khawatir waktu itu. Makanya saya sempat pulang ke Palembang untuk lihat
keadaannya beberapa saat lalu kalau Saudara masih ingat ya. Karena apa ?
Pada waktu itu ketika jatuh, tangan pergelangannya itu tertekuk, lalu
kepalanya kebentur lantai. Usianya berapa ? Sudah tujuh puluhan. Saudara,
yang kita bayangkan kira-kira apa yang terjadi waktu orang tua berusia tujuh
puluhan jatuh ? Saya pikir : “Waduh gawat ini, bisa patah kali.’’ Karena apa ?
Pengalaman, misalnya Oma Tanti jatuh di kamar mandi. Begitu jatuh, tulang
paha patah. Ada orang lain lagi yang saya lihat jatuh di usia tua, begitu jatuh
langsung tulang patah. Salah satunya adalah mamanya Ibu ini ya…, Ibu Nana,
Ibu Rio ya… Dia ditabrak motor ya pertama ya, jatuh dari motor, langsung
patah tulangnya. Saya, bayangan saya, kalau mama jatuh kebentur lantai,
tangan keseleo kena ketimpa tubuh, atau kaki salah satu yang ketimpa tubuh,
jatuh kayak gitu, karena terpeleset, bisa-bisa tulang kepala retak, pergelangan
tangan patah, atau kaki juga patah. Tapi pada waktu saya tanya, saya lihat
kondisinya, ternyata nggak apa-apa lho, nggak ada satu tulangpun yang retak
dan patah. Kenapa ? Ternyata karena suka olah raga, suka konsumsi kalsium,
ternyata mama saya nggak mengalami osteoporosis di dalam usia tujuh
puluhan tahun. Masih utuh. Karena apa? Mungkin karena menjaga kesehatan.
Tetapi kesehatan betul tidak, bisa menjaga kita dan memelihara seluruh
keadaan tubuh kita? Realitanya tidak. Mama saya mengalami saraf kejepit,
yang ketika diperiksa, dikatakan itu karena penuaan. Karena faktor usia,
sehingga ada pengeroposan, atau bukan pengeroposan, pengikisanlah ya di
tulang belakang ini, sehingga sarafnya itu kejepit. Jadi Saudara, saya percaya,
olah raga sesehat apapun, sebaik apapun, setekun apapun itu, tidak bisa
memperpanjang usia kita, atau tidak bisa membohongi kalau kita itu sudah
tua. Pak Mika sendiri bilang, dia suka sekali bersepeda ya. Ketika dia masuk
kepala empat, dia langsung ngomong : “Waduh, beda ya kepala tiga kalau
bersepeda dengan kepala empat. Kepala empat itu jauh lebih capek ternyata
bersepeda daripada waktu saya berkepala tiga.”

Jadi usia itu tidak bisa dibohongi. Kita makin hari makin tua. Sebaik apapun kita
berolahraga tetap akan membawa kita masuk ke dalam penuaan, degenerasi
itu akan kita alami dalam kehidupan ini, kita tidak bisa selalu awet muda.
Tetapi kalau orang yang mengutamakan olah raga, dia akan terus mengejar
bagaimana memuaskan diri dia dari aspek olah raga, karena dia anggap itulah
satu-satunya jalan untuk mempertahankan kehidupan ini mungkin, kesehatan
dia. Tetapi kita yang mengerti takut akan Tuhan, kita tahu manusia ada
batasnya. Kita tetap harus mengutamakan hal yang kekal lebih daripada hal
yang duniawi dalam kehidupan kita dan kesehatan kita. Makanya Paulus
pernah berkata di dalam Surat Timotius, “Latihan badani itu penting tetapi
latihan rohani itu jauh lebih penting daripada kita melatih tubuh kita atau
mengolah tubuh kita.” Ini salah satu contoh ya, antara orang yang berhikmat
dengan orang yang kurang berhikmat di dalam kehidupan dia ketika dia
menjalani kehidupan ini.

Nah Saudara, jadi pada waktu kita melihat pada hikmat, saya percaya kalau
kita mengandalkan bijaksana sendiri nggak mungkin kita memiliki kehidupan
kekal kecuali Tuhan karuniakan hikmat itu bagi kehidupan kita. Dan hikmat
harus terus bertumbuh, dan saya harap kita terus menuntut untuk bertumbuh
di dalam hikmat dalam kehidupan kita ya. Sekarang, pada waktu kita bicara
mengenai hikmat ini, Efesus berkata bagaimana kita harus menjalani
kehidupan kita sebagai orang yang berhikmat ini. Di dalam ayat 15, di sini
Paulus berkata kita harus dengan seksama di dalam menjalani kehidupan kita.
Maksud “seksama” ini apa? Istilah seksama itu sendiri berarti suatu jalan yang
tepat, yang hati-hati, yang peka, yang tidak sembarangan, yang mengerti
keadaan yang kita alami. Jadi pada waktu kita diminta untuk berjalan dengan
seksama, “jalan” sendiri itu berarti merupakan suatu kegiatan yang sehari-hari
kita jalani di dalam kehidupan kita. Nah pada waktu kita menjalani hal-hal yang
sehari-hari itu, Paulus bilang, kita harus dengan ketepatan, dengan kehati-
hatian, dengan kepekaan, dengan mengetahui situasi di sekitar kita untuk
menjalani hidup ini. Itu adalah orang bijaksana. Atau istilah lainnya adalah dia
tidak menjadi orang yang mungkin sembarangan atau sembrono atau berpikir
bahwa apapun dia bisa lakukan dalam kehidupan dia menjadi bukan orang
yang Kristen tetapi di dalam setiap hal dia menguji apa yang dia lakukan dan
jalani itu adalah sesuatu yang berkenan di hadapan Tuhan atau tidak? Saudara,
dunia ini penuh dengan jebakan, dunia ini penuh dengan godaan iblis untuk
supaya kita bisa jatuh ke dalamnya. Saudara nggak usah jauh-jauh, di rumah
saja begitu banyak hal yang bisa membuat kita jatuh dalam dosa dan mulai
meninggalkan Tuhan. Tapi sebagai orang yang berbijaksana, yang Tuhan sudah
karuniakan bijaksana untuk kita bisa hidupi dalam kehidupan kita, saya pikir
kita perlu berhati-hati di dalam hidup, kita perlu memiliki kepekaan untuk bisa
melihat keadaan yang ada di sekitar kita, kalau kita masuk ke dalamnya itu
membuat kita justru hidup dalam kehidupan yang makin bebal, kebodohan,
atau suatu kehidupan yang berbijaksana di hadapan Tuhan?

Alkitab mencatat ada beberapa ciri dari orang Kristen, walau sudah menjadi
Kristen, ada kemungkinan kita bisa menjadi orang yang tidak percaya Tuhan
juga, ada kemungkinan kita bisa menjadi orang yang tidak taat dalam
kehidupan kita, ada kemungkinan kita bisa menjadi orang yang lebih
mengingini hal-hal yang bersifat duniawi atau keinginan daging kita untuk
dipuaskan. Ada kemungkinan kita melakukan atau mengambil suatu keputusan
yang salah dalam kehidupan kita. Dalam kondisi ini, bagaimana untuk bisa
menghindari itu semua? Saya percaya solusinya adalah kita berhati-hati. Kita
minta Tuhan kasih kepekaan. Kita nggak sembarangan mengikuti hawa nafsu
kita dan emosi kita di dalam pengambilan keputusan, tapi kita betul-betul
mengujinya dengan baik terlebih dahulu. Ada penafsir yang berkata seperti ini
ya, orang bebal atau orang bodoh itu adalah orang yang lebih utamakan
emosinya daripada pikirannya. Orang bodoh itu adalah orang yang lebih
utamakan nafsunya atau keinginannya untuk dipenuhi daripada kebenaran
firman Tuhan. Pengetahuan sendiri tidak menjadikan orang berhikmat. Tapi
orang yang berhikmat membutuhkan pengetahuan. Nah orang yang
berhikmat tahu dia menempatkan kehidupan dia, keputusan dia, emosi dia,
apa ini, keinginan dia di bawah kebenaran firman Tuhan. Termasuk salah
satunya lagi adalah orang bebal atau orang bodoh adalah orang yang ketika
memutuskan sesuatu memutuskan secara seimbang tapi berat sebelah. Itu
orang yang kurang arif, kurang bijaksana. Tetapi orang yang arif ketika dia
mengembalikan kebenaran kepada firman. Saya harap kita menjadi orang yang
bisa melihat secara lebih menyeluruh. Kita bisa mengerti bahwa apa yang
menjadi kebenaran Tuhan lebih penting dan di atas daripada perasaan kita dan
di atas daripada keinginan yang kita inginkan. Dari situ kita bisa ada
penguasaan diri dan lebih berhati-hati di dalam pengambilan keputusan.
Siapa yang bisa hidup secara bijaksana? Bukan semua orang. Hanya orang yang
punya bijaksana terlebih dahulu. Ini seperti yang Paulus katakan di dalam pasal
yang sebelumnya ya. Dari pasal 4 kalau Saudara baca ya, misalnya dari pasal
4:1 itu dikatakan orang yang layak di hadapan Tuhan, sudah dilayakkan, baru
bisa jalan dengan layak. Orang yang rendah hati baru bisa berjalan dengan
rendah hati. Orang yang dibedakan dari dunia baru bisa berjalan dengan
berbeda dari orang dunia. Orang yang sudah diberikan kesatuan baru bisa
memiliki kesatuan. Orang yang memiliki kasih, baru bisa memiliki kasih dalam
hidup dia. Orang yang ada di dalam terang baru bisa hidup dan berjalan di
dalam terang. Dan di dalam bagian ini, ayat 15, orang yang memiliki bijaksana
baru bisa berjalan dengan bijaksana. Jadi istilahnya adalah, sekali lagi saya mau
bilang, bijaksana itu diberikan bukan sesuatu yang kita bisa usahakan. Dan
kalau engkau atau kalau kita sudah memiliki bijaksana, hiduplah secara
bijaksana di dalam dunia ini untuk menyatakan kalau kita adalah orang yang
sudah diberikan bijaksana dari Tuhan Allah dan mengerti apa yang menjadi
kehendak Tuhan. Mendisiplin diri kita demi untuk kepentingan Tuhan. Hal yang
bersifat rohani itu jauh lebih penting daripada kita mendisiplin diri demi hal
yang bersifat duniawi.
Saya harap ini menjadi sesuatu yang boleh membuat kita makin
menggumulkan atau merenungkan atau mengoreksi diri kita. Apakah kita
adalah orang yang sudah berbijaksana atau belum? Adakah hikmat Tuhan
hidup di dalam kehidupan kita atau tidak? Sekali lagi Bapak, Ibu, Saudara yang
dikasihi Tuhan, Tuhan tidak pernah salah, yang selalu salah itu kita. Tuhan itu
maha tahu, kita itu terbatas. Tuhan itu tidak pernah ingkar janjiNya, kita itu
yang selalu ingkari janji Tuhan. Tuhan itu kudus, kita itu yang berdosa. Tuhan
melihat dosa itu serius, kita sering kali melihat dosa itu sebagai hal yang
gampang, hal yang sepele, bukan sesuatu yang membawa kepada maut. Saya
harap kita belajar melihat dari perspektif Tuhan, atau hikmat dari Tuhan Allah,
dan kita tidak terjebak seperti orang bebal yang lihat bahwa apa yang Tuhan
nyatakan dalam Kitab Suci itu adalah hal yang bodoh, hal yang tidak penting.
Orang bebal menjadikan kebodohan itu hikmat dan hikmat itu sebagai
kebodohan. Saya percaya orang yang bijaksana dia melihat kebodohan dari
dunia itu hikmat dari Tuhan Allah, dan itu adalah sungguh-sungguh hikmat
yang sesungguhnya walaupun orang dunia melihat itu kebodohan. Kiranya
Tuhan boleh memberkati kita ya. Mari kita masuk dalam doa.

Kami sungguh bersyukur ya Bapa, Engkau telah memberikan kepada kami


karunia hikmat sehingga kami boleh dikarunikan pengertian untuk hal yang
paling mendasar, hal yang paling penting, yaitu hidup di dalam hikmat, hidup di
dalam takut akan Tuhan. Kami sungguh bersyukur ya Bapa, karena dasar
kehidupan yang takut akan Tuhan dan mengakui keberadaan Allah itu yang
menjadi dasar hidup yang berbijksana di dalam dunia ini. Kiranya Engkau boleh
pimpin ya Bapa, orang-orang yang bebal, orang-orang yang bodoh, orang-
orang yang tidak memiliki pengenalan takut akan Tuhan dalam kehidupan
mereka. Tetapi kami boleh memperhatikan setiap langkah kaki kami, yang
ketika kami berjalan dalam kehidupan kami, kami boleh senantiasa berjalan
dan menyatakan kalau kami adalah orang yang berbijaksana karena kami
memiliki bijaksana yang dari Tuhan Allah di dalam Kristus. Tolong pimpin
kehidupan kami anak-anakMu ya Tuhan. Tambahkan bijaksana dalam
kehidupan kami. Ketika kami hidup di dalam dunia ini kami boleh tetap setia di
hadapan Tuhan. Tetap boleh senantiasa memuliakan Tuhan di dalam
kehidupan kami melalui kehidupan kami yang kami teliti dengan cermat dan
dengan hati-hati kami menjalaninya di dalam takut akan Tuhan. Sekali lagi kami
berdoa bersyukur hanya di dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Amin.

Anda mungkin juga menyukai