Anda di halaman 1dari 9

Gurindam 12 (Dua Belas)

Pasal 1 (Satu)

Barang siapa tiada memegang agama,


Sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama.

Pada pasal satu ini menjelaskan kepada pembaca bahwa apabila hidup tidak mengenal agama
yakni Tuhan, maka hidupnya abu-abu, tidak ada tujuan hidup. Sehingga hari-harinya diliputi
dengan kerisauan dan kegelisahan.

Barang siapa mengenal yang empat,


Maka ia itulah orang yang ma’rifat.

Arti mengenal yang empat ini adalah terkait dengan ajaran tasawuf yaitu syari’at, ma’rifat,
tarikat dan hakikat. Apabila manusia telah mengenal yang empat ini maka hiduppun akan
semakin terang tanpa ada sedikit rasa was-was.

Barang siapa mengenal Allah,


Suruh dan tegaknya* tiada ia menyalah.
Maknanya adalah apabila kita mengenal Allah, maka selayaknya kita sebagai hamba-Nya
melaksanakan dan menjauhi perintah-Nya. Inilah konsekuensi kita sebagai hamba. Apabila
tidak kita laksanakan perintah-Nya maka sedikitpun Allah tidak merasa dirugikan.

Barang siapa mengenal dunia,


Tahulah ia barang yang terpedaya.

Allah menciptakan dunia hanyalah tempat manusia untuk meraup pahala agar bisa masuk ke
jannah-Nya. Namun banyak manusia terperdaya akan nikmat yang Allah berikan kepada
hamba-Nya. Sehingga orientasi manusia adalah duniawi saja dan lupa akhirat sebagai tempat
kembali.

Barang siapa mengenal diri,


Maka telah mengenal akan Tuhan yang bahri.

Hakikat kita sebagai hamba adalah menyembah Allah, melaksanakan perintah-Nya serta
menjauhi larangan-Nya. Apabila kita sudah mengenal tujuan hidup akan terasa indah dan
nyaman.

Barang siapa mengenal akhirat


Tahulah ia dunia mudarat.

Hidup di dunia ini hanyalah sesaat sedangkan tempat kembali sesungguhnya adalah akhirat.
Namun sebelum kita menuju ke kampong akhirat maka persiapkanlah bekal selama di dunia
ini.

Pasal 2 (Dua)

Pada gurindam 2 ini berisikan perintah untuk senantiasa menjalankan rukun islam
diantaranya syahadat, shalat, puasa, zakat dan haji

Barang siapa mengenal yang tersebut,

Tahulah ia makna takut.

Apabila kita sudah mengenal Allah, Dan kita sadar bahwa Allah memantau kita. Maka tidak
ada celah untuk bermaksiat. Dengan begitu kita selalu berusaha menjalankan perintah-Nya
dengan baik dan menjauhi segela larangan-Nya.

Barang siapa meninggalkan sembahyang,


Seperti rumah tiada bertiang.

Shalat adalah tiang agama. Dengan melaksanakan shalat berarti kita sedang menegakkan
agama Allah.

Barang siapa meninggalkan puasa,


Tidaklah mendapat dua termasa.
Puasa adalah perintah yang berikan kepada orang yang beriman. Esensi dari puasa adalah
menuju menjadi orang yang bertakwa. Apabila ditinggalkan maka akan rugi dunia dan
akhirat.

Barang siapa meninggalkan zakat,


Tiadalah hartanya beroleh berkat.

Zakat adalah penyuci jiwa dan harta. Menunaikan zakat berarti telah meringankan beban
umat. Dengan begitu hati maupun harta akan menjadi berkah.

Barang siapa meninggalkan haji,


Tiadalah ia menyempurnakan janji.

Mengerjakan haji merupakan rukum islam yang kelima. Dengan menyempurnakan rukun
islam yang kelima ini artinya kita sebagai hamba telah menyempurnakan islam.

Pasal 3 (Tiga)

Pada pasal 2 ini berisikan akhlak yaitu hal yang harus dilaksanakan sebagai seorang manusia
dalam bersosial.

Apabila terpelihara mata,


Sedikitlah cita-cita.

Apabila kita mampu memelihara mata maka hal yang tidak bermanfaat enggan untuk dilihat.
Sebab dosa dimulai dari penghilangan baru kemudian tindakan.

Apabila terpelihara kuping,


Khabar yang jahat tiadalah damping*.

Telinga yang kita miliki ini haruslah senantiasa menjaganya dari hasutan, gunjingan maupun
kedustaan.

Apabila terpelihara lidah,


Niscaya dapat daripadanya paedah.

Selayaknya ucapan yang keluar dari mulut adalah perkataan baik dan bermanfaat. Sehingga
orang akan merasa mendapatkan faedah dari apa yang diucapkan.

Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan,


Daripada segala berat dan ringan.

Hindarilah perbuatan yang mengambil barang yang bukan hak kita. Dari tanganlah ini
bermula, apapun bentuk barang tersebut apabila bukan punya kita maka tidak ada kita
terhadapnya.

Apabila perut terlalu penuh,


Keluarlah fi’il* yang tiada senonoh*.
Kita memang dianjurkan untuk makan, namun jangan sampai terlalu kenyang. Apabila
kenyang akan menyebabkan produktifitas dalam bekerja bisa menurunm kantukpun
menyerang dan malaspun menghinggap di badan.

Anggota tengah hendaklah ingat,


Di situlah banyak orang yang hilang semangat

Dalam kehidupan yang kita jalani maka mulailah dengan penuh semangat. Dengan semangat
aktivitas akan menjadi bermanfaat.

Hendaklah peliharakan kaki,


Daripada berjaian yang membawa rugi

Gunakanlah kaki ke arah yang bermanfaat, misalnya mencari nafkah, pergi ke masjid. Sebab
setiap langkah yang kita niatkan dengan baik maka akan bernilai pahala.

Pasal 4 (Empat)

Pasal 4 berisikan tabiat manusia agar selalu dijaga kearah yang lebih mulia.

Hati itu kerajaan di daiam tubuh,


Jikalau zalim segala anggotapun rubuh.

Segala perbuatan dimulai dari hati, apabila hati sudah rusak maka rusaklah seluruh amalan.
Namun hati sudah baik maka baiklah suatu perbuatan yang dilakukan.

Apabila dengki sudah bertanah,


Datanglah daripadanya beberapa anak panah.

Hati yang kotor akan selalu dihiasi dengan rasa dengki sehingga akan merugikan diri sendiri.

Mengumpat dan memuji hendaklah pikir,


Di situlah banyak orang yang tergelincir.

Pujian manusia itu aalah semu.pujilah karena kebaikan yang dia lakukan namun jangan
berlebihan. Banyak orang dipuji menyebakan dia selalu berbangga diri dan mucul
keseombonga.

Pekerjaan marah jangan dibela,


Nanti hilang akal di kepala.

Hendaklah munyelaikan masalah yang datang dengan kepala dingin. Sebab amarah itu
datangnya dari setan.

Jika sedikitpun berbuat bohong,


Boleh diumpamakan mulutnya itu pekong.

Sedikit saja kita berbohong, maka akan mencelakan dirinya sendiri. Cepat aatu lambat
kebohongan tersebut akan diketahui.
Tanda orang yang amat celaka,
Aib dirinya tiada ia sangka.

Orang yang paling celaka adalah orang yang tidak menyadari kesalahan pada dirinya sendiri.

Bakhil jangan diberi singgah,


Itulah perampok yang amat gagah.

Pelit adalah sifat keji yang akan menguras harta diri sendiri.

Barang siapa yang sudah besar,


Janganlah kelakuannya membuat kasar.

Apabila kita sudah dewasa selayaknya dapat menjaga perbuatan buruk.

Barang siapa perkataan kotor,


Mulutnya itu umpama ketor.

Ucapan kotor adalah sifat tercela yang banyak orang akan menjauhinya. Hendaklah kita
selalu menjaga setiap ucapan kita dengan ucapan yang halus.

Di mana tahu salah diri,


Jika tidak orang lain yang berperi*.

Apabila kita berbuat salah maka segeralah minta maaf, agar dosa yang di lakukan segera
diampuni.

Pasal 5 (Lima)

Berisikan pentingnya menuntut ilmu, memperluas pergaulan dan bergaul dengan kaum
terpelajar

Jika hendak mengenal orang berbangsa,


Lihat kepada budi dan bahasa,

Orang yang berbudi pekerti luhur dapat dinilai dari bahasa dan perilkunya

Jika hendak mengenal orang yang berbahagia,


Sangat memeliharakan yang sia-sia.

Orang yang bermanfaat adalah orang yang mampu menjaga tangan dan lisannya dari
perbuatan yang sia-sia

Jika hendak mengenal orang mulia,


Lihatlah kepada kelakuan dia.

Orang yang baik sanagt mudah dikenali yaitu dengan melihat perilakunya dalam kehidupan
sehari-hari.
Jika hendak mengenal orang yang berilmu,
Bertanya dan belajar tiadalah jemu.

Ilmu itu didapat dengan belajar dan berusaha tanpa henti

Jika hendak mengenal orang yang berakal,


Di dalam dunia mengambil bekal.

Orang berakal itu adalah orang yang telah menyiapkan bekal selama di dunia untuk menuju
ke kampong akhirat yang abadi.

Jika hendak mengenal orang yang baik perangai*,


Lihat pada ketika bercampur dengan orang ramai.

Perilaku seseorang baik atau buruknya dapat dilihat saat dia bersosial dengan orang di sekitar.

Pasal 6 (Enam)

Berisikan agar selalu mencari sahabat yang baik-baik saja menghindari pergaulanyang buruk.

Cahari olehmu akan sahabat,


Yang boleh dijadikan obat.

Carilah sahabat yang dapat dijadikan obat penawar disaat luka melanda

Cahari olehmu akan guru,


Yang boleh tahukan tiap seteru.

Carilah guru yang dapat membimbing kita disaat kita lagi tidak tahu kan suatu hal.

Cahari olehmu akan isteri,


Yang boleh dimenyerahkan diri.

Carilah istri yang dapat mengingatkan kita untuk selalu taat kepad Allah.

Cahari olehmu akan kawan,


Pilih segala orang yang setiawan.

Bijaklah dalam mencari kawan yang dapat menjaga persaudaraan bukan lawan yang dapat
merusak hubungan.

Cahari olehmu akan ‘abdi,


Yang ada baik sedikit budi,

Carilah pembantu yang setia dan baik bukanlah yang sombong lagi bruk akhlkanya.

Pasal 7 (Tujuh)
Berisikan nasihat agar orang tua memperhatikan akhlak anak sedini mungkin. Misalnya saja
dalam berkata-kata maka hindari kata yang mengadnung dusta. Dan juga agar tidak terlalu
berlebihan dalam segala hal.

Apabila banyak berkata-kata,


Di situlah jalan masuk dusta,

Bait diatas menerangkan bahwa selayaknya kita berbicara seperlunya saja. Karena lisan bisa
diibaratkan seperti pisau bermata dua.

Apabila banyak berlebih-lebihan,


Itu tanda hampirkan duka,

Suatu hal yang kita harapkan secara berlebih-lebihan hanya akan membawa kekecewaan
apabila hal itu tidak terwujud.

Apabila kita kurang siasat,


Itu tanda pekerjaan hendak sesat,

Setiap pekerjaan hendaknya dilakukan dengan persiapan yang matang dan penuh kehati-
hatian. Jauhi ketergesa-gesaan karena hal itu datangnya dari syaitan.

Apabila anak tidak dilatih,


Jika besar bapanya letih,

Anak yang tidak didik dengan pendidikan agama yang benar di masa kecil. Kelak ketika
tumbuh dewasa orang tua akan menyesal masa tua.

Apabila banyak mencacat orang,


Itulah tanda dirinya kurang,

Hendak bersyukur apa yang telah diberikan Tuhan kepada kita. Jangan suka mencaci atau
mencela kekurang orang lain. Karena bisa jadi orang yang dicela lebih baik daripada orang
yang mencela.

Apabila orang yang banyak tidur,


Sia-sia sajalah umur,

Hidup yang diberikan Tuhan harus dijalani secara produktif. Jangan sampai umru yang
diberikan dihabiskan untuk melakukan suatu hal yang tidak berguna. Karena sejatinya waktu
adalah harta yang berharga dan tidak bisa kembali lagi ke hal yang serupa.

Apabila mendengar akan kabar,


Menerimanya itu hendaklah sabar,

Apabila mendengar suatu kabar buruk maka bersabarlah dan mengucapkan innalillahi wa
innailahi raji’un. Karena apabila bersabar maka Allah akan mengampuni dosa dan
menggantikannya ke hal yang lebih baik lagi.
Apabila mendengar akan aduan,
Membicarakannya itu hendaklah cemburuan,

Jangan mudah percaya dengan suatu berita sebelum diteliti lebih lanjut. Karena bisa saja itu
merupakan suatu kedustaan dan fitnah.

Apabila perkataan yang lemah lembut,


Lekaslah segala orang mengikut,

Seseorang itu dinilai dari sikap dan tutur katanya yang bijaksana dan lemah lembut. Sehingga
dengan kedua hal tersebut orang akan menyukai dan mau mendengar apa yang
disarankannya.

Apabila perkataan yang amat kasar,


Lekaslah sekalian orang gusar,

Perkataan yang kasar akan membuat orang semakin tidak suka dan menjauhinya.

Apabila pekerjaan yang amat benar,


Tidak boleh orang berbuat onar,

Jangan sesekali memfitnah seseorang sebelum ada bukti yang jelas.

Pasal 8 (Delapan)

Berisikan agar menilai orang itu tetap dilihat dari perangainya. Jangan langsung menghukumi
seseorang dengan tampilan fisik saja. Dan tidak mudah percaya terhdap orang yang baru
dikenal serta tetap menjaga prangsaka baik.

Pasal 9 (Sembilan)

Berisikan tentan adab seseorang pria maupun wanita dalam bergaul. Dan pria maupun wanita
agar senantiasa menjaga pandangan dan diri terhadap godaan setaan yang selalu saja
mengintainya. Tepislah godaan buruk tersebut dengan memperkuat ibadah dan perbanyak
mengingat Allah.

Pasal 10 (Sepuluh)

Berisikan nasihat dan adab seorang anak terhadap orang tua yaitu bapak dan ibu.
Menghormati mereka dan melaksanakan perintahnya selama tidak melanggar syari’at.

Pasal 11 (Sebelas)

Berisikan petuah atau nasihat agar di tengah masyarakat selalu menjaga adab. Menjaga lisan,
menjauhi amarah, memenuhi janji, memiliki rasa malu dan selalu bermuka ceria.

Pasal 12 (Dua Belas)

Berisikan tentang tugas seorang raja, mentri maupun rakyat terhadap bangsa dan negranya.
Segala aturan yang telah ditetapkan maka harus dipatuhi.
Begitu juga halnya sebagai seorang menteri mentaati perintah raja. Dan sebagai rakyat agar
senantiasa mentaati aturan yang ada.

Demikianlah makna atau arti dari setiap pasal di Gurindam 12. Sehingga dapat kita tarik
kesimpulan, isi gurindam 12 ini mengajak seluruh umat muslim agar senantiasa menjalankan
perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Begitu juga menjaga adab di keluarga dan
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai