Anda di halaman 1dari 18

GURINDAM DUA BELAS

karya: Raja Ali Haji


Satu
Ini Gurindam pasal yang pertama:

Barang siapa tiada memegang agama,


Sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama.
Barang siapa mengenal yang empat,
Maka ia itulah orang yang ma’rifat
Barang siapa mengenal Allah,
Suruh dan tegahnya tiada ia menyalah.
Barang siapa mengenal diri,
Maka telah mengenal akan Tuhan yang bahri.
Barang siapa mengenal dunia,
Tahulah ia barang yang teperdaya.
Barang siapa mengenal akhirat,
Tahulah ia dunia mudarat.
Dua
Ini Gurindam pasal yang kedua:

Barang siapa mengenal yang tersebut,


Tahulah ia makna takut.
Barang siapa meninggalkan sembahyang,
Seperti rumah tiada bertiang.
Barang siapa meninggalkan puasa,
Tidaklah mendapat dua termasa.
Barang siapa meninggalkan zakat,
Tiadalah hartanya beroleh berkat.
Barang siapa meninggalkan haji,
Tiadalah ia menyempurnakan janji.
Tiga
Ini Gurindam pasal yang ketiga:

Apabila terpelihara mata,


Sedikitlah cita-cita.
Apabila terpelihara kuping,
Khabar yang jahat tiadaiah damping.
Apabila terpelihara lidah,
Niscaya dapat daripadanya paedah.
Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan,
Daripada segala berat dan ringan.
Apabila perut terlalu penuh,
Keluarlah fi’il yang tiada senonoh.
Anggota tengah hendaklah ingat,
Di situlah banyak orang yang hilang semangat
Hendaklah peliharakan kaki,
Daripada berjaian yang membawa rugi.
Empat
Ini Gurindam pasal yang keempat:

Hati itu kerajaan di daiam tubuh,


Jikalau zalim segala anggotapun rubuh.
Apabila dengki sudah bertanah,
Datanglah daripadanya beberapa anak panah.
Mengumpat dan memuji hendaklah pikir,
Di situlah banyak orang yang tergelincir.
Pekerjaan marah jangan dibela,
Nanti hilang akal di kepala.
Jika sedikitpun berbuat bohong,
Boleh diumpamakan mulutnya itu pekung.
Tanda orang yang amat celaka,
Aib dirinya tiada ia sangka.
Bakhil jangan diberi singgah,
Itulah perampok yang amat gagah.
Barang siapa yang sudah besar,
Janganlah kelakuannya membuat kasar.
Barang siapa perkataan kotor,
Mulutnya itu umpama ketor.
Di mana tahu salah diri,
Jika tidak orang lain yang berperi.
Lima
Ini Gurindam pasal yang kelima:

Jika hendak mengenai orang berbangsa,


Lihat kepada budi dan bahasa,
Jika hendak mengenal orang yang berbahagia,
Sangat memeliharakan yang sia-sia.
Jika hendak mengenal orang mulia,
Lihatlah kepada kelakuan dia.
Jika hendak mengenal orang yang berilmu,
Bertanya dan belajar tiadalah jemu.
Jika hendak mengenal orang yang berakal,
Di dalam dunia mengambil bekal.
Jika hendak mengenal orang yang baik perangai,
Lihat pada ketika bercampur dengan orang ramai.
Enam
Ini Gurindam pasal yang keenam:

Cahari olehmu akan sahabat,


Yang boleh dijadikan obat.
Cahari olehmu akan guru,
Yang boleh tahukan tiap seteru.
Cahari olehmu akan isteri,
Yang boleh dimenyerahkan diri.
Cahari olehmu akan kawan,
Pilih segala orang yang setiawan.
Cahari olehmu akan ‘abdi,
Yang ada baik sedikit budi,
Tujuh
Ini Gurindam pasal yang ketujuh:

Apabila banyak berkata-kata,


Di situlah jalan masuk dusta.
Apabila banyak berlebih-lebihan suka,
Itulah landa hampirkan duka.
Apabila kita kurang siasat,
Itulah tanda pekerjaan hendak sesat.
Apabila anak tidak dilatih,
Jika besar bapanya letih.
Apabila banyak mencela orang,
Itulah tanda dirinya kurang.
Apabila orang yang banyak tidur,
Sia-sia sahajalah umur.
Apabila mendengar akan khabar,
Menerimanya itu hendaklah sabar.
Apabila menengar akan aduan,
Membicarakannya itu hendaklah cemburuan.
Apabila perkataan yang lemah-lembut,
Lekaslah segala orang mengikut.
Apabila perkataan yang amat kasar,
Lekaslah orang sekalian gusar.
Apabila pekerjaan yang amat benar,
Tidak boleh orang berbuat honar.
Delapan
Ini Gurindam pasal yang kedelapan:

Barang siapa khianat akan dirinya,


Apalagi kepada lainnya.
Kepada dirinya ia aniaya,
Orang itu jangan engkau percaya.
Lidah yang suka membenarkan dirinya,
Daripada yang lain dapat kesalahannya.
Daripada memuji diri hendaklah sabar,
Biar dan pada orang datangnya khabar.
Orang yang suka menampakkan jasa,
Setengah daripada syirik mengaku kuasa.
Kejahatan diri sembunyikan,
Kebaikan diri diamkan.
Keaiban orang jangan dibuka,
Keaiban diri hendaklah sangka.
Sembilan
Ini Gurindam pasal yang kesembilan:

Tahu pekerjaan tak baik, tetapi dikerjakan,


Bukannya manusia yaituiah syaitan.
Kejahatan seorang perempuan tua,
Itulah iblis punya penggawa.
Kepada segaia hamba-hamba raja,
Di situlah syaitan tempatnya manja.
Kebanyakan orang yang muda-muda,
Di situlah syaitan tempat bergoda.
Perkumpulan laki-laki dengan perempuan,
Di situlah syaitan punya jamuan.
Adapun orang tua yang hemat,
Syaitan tak suka membuat sahabat
Jika orang muda kuat berguru,
Dengan syaitan jadi berseteru.
Sepuluh
Ini Gurindam pasal yang kesepuluh:
Dengan bapa jangan durhaka,
Supaya Allah tidak murka.
Dengan ibu hendaklah hormat,
Supaya badan dapat selamat.
Dengan anak janganlah lalai,
Supaya boleh naik ke tengah balai.
Dengan kawan hendaklah adil,
Supaya tangannya jadi kapil.
Sebelas
Ini Gurindam pasal yang kesebelas:

Hendaklah berjasa,
Kepada yang sebangsa.
Hendaklah jadi kepala,
Buang perangai yang cela.
Hendaklah memegang amanat,
Buanglah khianat.
Hendak marah,
Dahulukan hujjah.
Hendak dimalui,
Jangan memalui.
Hendak ramai,
Murahkan perangai.
Duabelas
Ini Gurindam pasal yang kedua belas:

Raja mufakat dengan menteri,


Seperti kebun berpagarkan duri.
Betul hati kepada raja,
Tanda jadi sebarang kerja.
Hukum ‘adil atas rakyat,
Tanda raja beroleh ‘inayat.
Kasihkan orang yang berilmu,
Tanda rahmat atas dirimu.
Hormat akan orang yang pandai,
Tanda mengenal kasa dan cindai.
Ingatkan dirinya mati,
Itulah asal berbuat bakti.
Akhirat itu terlalu nyata,
Kepada hati yang tidak buta.
Tamatlah Gurindam yang duabelas pasal yaitu karangan kita Raja Ali Haji pada tahun
Hijrah Nabi kita seribu dua ratus enam puluh tiga likur hari bulan Rajab Selasa jam
pukul lima, Negeri Riau, Pulau Penyengat.

Keterangan :
 

Bakhil ; kikir atau pelit


Balai : rumah tempat menanti raja (di antara kediaman raja-raja)
Bachri : hal mengenai lautan (luas)
Berperi : berkata-kata
Cindai : kain sutra yang berbunga-bunga
Damping : dekat, karib, atau akrab
Fi’il : tingkah laku, perbuatan
Hujjah : tanda, bukti, atau alasan
Inayat : pertolongan atau bantuan
Kafill : majikan atau orang yang menanggung kerja
Kasa : kain putih yang halus
Ketor : tempat ludah (ketika makan sirih), peludahan
Ma’rifat : tingkat penyerahan diri kepada Tuhan yang setahap demi setahap sampai
pada tingkat keyakinan           yang kuat
Menyalah : melakukan kesalahan
Mudarat : sesuatu yang tidak menguntungkan atau tidak berguna
Pekong : (pekung) penyakit kulit yang berbau busuk
Penggawa : kepala pasukan, kepala desa
Perangai : sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan perbuatan
Senonoh : perkataan, perbuatan, atau penampilan yang tidak patut (tidak sopan)
Tegah : menghentikan
Teperdaya : tertipu
Termasa : tamasya

Makna yang terkandung dalam Pasal Pertama


“ Memberi nasihat tentang agama (religius) ”
Barang siapa tiada memegang agama
Sekali-kali tiada boleh dibilang nama
·       Maksudnya adalah setiap manusia harus memiliki agama karena agama sangat penting
bagi kehidupan manusia, orang yang tidak mempunyai agama akan buta arah menjalankan
hidupnya.
Barang siapa mengenal yang empat
Maka yaitulah orang yang ma’rifat

  Untuk mencapai kesempurnaan didalam menjalani hidup, manusia harus mengenal


empat zat yang menjadikan manusia mula-mula. 4 tersebut adalah syari’at, tarikat, hakikat
dan makrifat.

Barang siapa mengenal Allah SWT


Suruh dan tegaknya tiada ia menyalah

 Orang yang mengenal Allah SWT, harus melakukan perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya, tidak akan melanggar aturannya

Barang siapa mengenal diri


Maka telah mengenal akan Tuhan yang bahri

 Orang yang tidak beragama tidak akan memiliki identitas diri dan tidak akan dekat
dengan Allah SWT.

Barang siapa mengenal dunia


Tahulah ia barang yang terpedaya

 Kita dapat mengetahui kebesaran Allah lewat manusia, makhluk ciptaan-Nya yang
paling sempurna. Manusia yang berorientasi pada kebahagiaan atau hanya mencari
kebahagiaan di dunia saja, sebenarnya ia akan tertipu dan menyadarinya bahwa di dunia itu
hanya sesaat

Barang siapa mengenal akhirat


Tahulah ia dunia mudharat

 Di dunia ini kita hanya hidup sesaat, setelah kita wafat setiap manusia akan dimintakan
pertanggung jawabannya di akhirat nanti.

 
Pasal Kedua (2) Gurindam 12
Makna Yang Terkandung dalam PasaL Kedua
“ menceritakan tentang orang – orang yang meninggalkan Sembahyang, Puasa, Zakat, dan
Haji beserta akibatnya
Barang siapa mengenal yang tersebut
Tahulah ia makna takut

 Semakin seorang dekat dan mengetahui tentang agamanya pasti manusia tersebut
akan takut dan orang tersebut harus menjalani Perintah-perintah-Nya dan wajib kita
laksanakan

Barang siapa meninggalkan sembahyang


Seperti rumah tiada bertiang
 Orang yang tidak sembahyang bagaikan rumah yang tidak mempunyai tiang, shalat
merupakan pegangan hidup.

Barang siapa meninggalkan puasa


Tidaklah mendapat dua termasa

 Orang yang meninggalkan ibadah puasa akan kehilangan dunia dan akhirat, berarti
Allah tidak akan menjaga orang itu.

Barang siapa meninggalkan zakat


Tiadalah hartanya beroleh berkat

 Harta dari orang yang tidak membayar zakat tidak diridhai oleh Allah. Itupun jika di
dunia hidupnya senang apabila tidak memberikan sebagian harta nya maka, hidupnya tidak
akan terasa senang.

Barang siapa meninggalkan haji


Tiadalah ia menyempurnakan janji

 Orang yang tidak naik haji (apalagi jika ia mampu) tidak menyempurnakan janjinya
sebagai orang Islam.

 
Pasal Ketiga (3) Gurindam 12
Makna yang terkandung dalam Pasal Ketiga
“ tentang budi pekerti, yaitu menahan kata-kata yang tidak perlu dan makan seperlunya ”
Apabila terpelihara mata
Sedikitlah cita-cita

 Mata harus di pergunakan sebaik-baiknya jangan sampai kita meliahat apa yang
dilarang oleh allah swt

Apabila terpelihara kuping


Khabar yang jahat tiadalah damping

 Telinga harus dijauhkan dari segala macam bentuk gunjingan dan hasutan

Apabila terpelihara lidah


Niscaya dapat daripadanya faedah

 Orang yang menjaga omongannya akan mendapatkan manfaat.

Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan


Daripada segala berat dan ringan

 Jangan mengambil barang yang bukan hak kita


Apabila perut terlalu penuh
Keluarlah fi’il yang tidak senonoh

 Nafsu harus dijaga supaya tidak melakukan perbuatan yang dilarang

Anggota tengah hendaklah ingat


Di situlah banyak orang yang hilang semangat

 Hidup harus dijalani penuh semangat

Hendaklah peliharakan kaki


Daripada berjalan yang membawa rugi

 Jangan merugikan diri dengan melakukan hal-hal yang mubajir dan maksiat.
Melangkahlah dijalan yang benar dan di ridhoi

 
Pasal keempat (4) Gurindam 12
Makna yang terkandung dalam Pasal Keempat
“tentang tabiat yang mulia, yang muncul dari hati (nurani) dan akal pikiran (budi) ”
Hati itu kerajaan di dalam tubuh
Jikalau zalim segala anggota tubuh pun rubuh

 Jagalah hati dari perbuatan yang di larang oleh agama

Apabila dengki sudah bertanah


Datanglah daripadanya beberapa anak panah

 Hati yang dengki hanya akan merugikan diri sendiri

Mengumpat dam memuji hendaklah pikir


Di situlah banyak orang yang tergelincir

 Berbicara harus dipikir supaya tidak celaka karenanya

Pekerjaan marah jangan dibela


Nanti hilang akal di kepala

 Amarah adalah perbuatan sia-sia, jaga lah amarah kita

Jika sedikitpun berbuat bohong


Boleh diumpamakan mulutnya itu pekung

 Orang yang pernah berbohong, sedikit apa pun dustanya, akan terus tampak di mata
orang lain
Tanda orang yang amat celaka
Aib dirinya tiada ia sangka

 Orang yang paling celaka adalah orang yang tidak menyadari kesalahannya sendiri
sampai harus dikatakan oleh orang lain

Bakhil jangan diberi singgah


Itulah perompak yang amat gagah

 Sifat pelit akan menguras hartanya sendiri, berarti dengan menjadi dermawan justru
harta kita akan bertambah

Barang siapa yang sudah besar


Janganlah kelakuannya membuat kasar

 Jagalah setiap perbuatan kita

Barang siapa perkataan kotor


Mulutnya itu umpama ketor

 Kelakuan dan kata-kata hendaklah selalu halus dan bersih.

Di manakah salah diri


Jika tidak orang lain yang berperi

 Jika kita berbuat kesalahan kita harus minta maaf

Pekerjaan takbur jangan direpih


Sebelum mati didapat juga sepih

 Jangan mengambil pekerjaan yang haram

Pasal Kelima (5) Gurindam 12


Makna yang Terkandung dalam Pasak Kelima
“ tentang pentingnya pendidikan dan memperluas pergaulan dengan kaum terpelajar ”
Jika hendak mengenal orang berbangsa
Lihat kepada budi dan bahasa

  Orang yang mulia dan berbangsa dapat kita lihat dari perilaku dan tutur katanya

Jika hendak mengenal orang yang berbahagia


Sangat memeliharakan yang sia-sia

 Orang yang bahagia adalah orang yang berhemat dan tidak melakukan perbuatan yang
sia-sia

Jika hendak mengenal orang mulia


Lihatlah kepada kelakuan dia
 Untuk mengetahui apakah orang itu mulia maka lihatlah sikapnya

Jika hendak mengenal orang yang berilmu


Bertanya dan belajar tiadalah jemu

 Orang yang pandai tidak pernah jemu untuk belajar dan memetik pelajaran dari
hidupnya di dunia

Jika hendak mengenal orang yang berakal


Di dalam dunia mengambil bekal

 Orang yang berakal adalah orang yang teleh mempersipkan bekal waktu hidp di dunia
ini

Jika hendak mengenal orang yang baik perangai


Lihat pada ketika bercampur dengan orang ramai

 Jika ingin mengetahui sift baik dari seseorang maka lihatlah saat di bergaul dengan
masyarakat

Pasal Keenam (6) Gurindam 12


Makna Yang Terkandung dalam Pasal Keenam
“ tentang pergaulan, yang menyarankan untuk mencari sahabat yang baik, demikian pula guru
sejati yang dapat mengajarkan mana yang baik dan buruk ”
Cahari olehmu akan sahabat
Yang boleh dijadikan obat

 sahabat yang setia dan dapat membantu kita

Cahari olehmu akan guru


Yang boleh tahukan tiap seteru

 Carilah guru yang serba tahu dan tidak menyembunyikan hal-hal buruk

Cahari olehmu akan isteri


Yang boleh menyerahkan diri

 Istri yang patut diambil adalah istri yang berbakti

Cahari olehmu akan kawan


Pilih segala orang yang setiawan

 Carilah teman yang setia diasaat kita senang maupun susah

Cahari olehmu akan abdi


Yang ada baik sedikit budi

 Pengikut, pembantu, budak yang baik untuk diambil adalah abdi yang berbudi.
 
Pasal Ketujuh (7) Gurindam 12
Makna yang terkandung dalam Pasal Ketujuh
“ berisi nasihat agar orang tua membangun akhlak dan budi pekerti anak-anaknya sejak kecil
dengan sebaik mungkin. Jika tidak, kelak orang tua yang akan repot sendiri”
Apabila banyak berkata-kata
Di situlah jalan masuk dusta

 Orang yang banyak bicara memperbesar kemungkinan berdusta

Apabila banyak berlebih-lebihan suka


Itu tanda hampirkan duka

 Terlalu mengharapkan sesuatu akan menimbulkan kekecewaan yang mendalam saat


sesuatu itu tidak seperti yang diharapkan

Apabila kita kurang siasat


Itulah tanda pekerjaan hendak sesat

 Setiap pekerjaan harus ada persiapannya

Apabila anak tidak dilatih


Jika besar bapanya letih

 Anak yang tidak di didik semasa kecilnya akan menyebabkan saat anak itu sudah
tumbuh dewasa akan membangkan orang tua

Apabila banyak mencacat orang


Itulah tanda dirinya kurang

 Jangan suka menghina orang lain

Apabila orang yang banyak tidur


Sia-sia sajalah umur

 Pergunakan lah waktu sebaik-baiknya

Apabila mendengar akan kabar


Menerimanya itu hendaklah sabar

 Jika menerima kabar duka atau kabar yang kurang menyenangkan maka kita harus
sabar dan menerima dengan lapang dada

Apabila mendengar akan aduan


Membicarakannya itu hendaklah cemburuan

 Jangan mudah terpengaruh akan omongan orang lain


Apabila perkataan yang lemah lembut
Lekaslah segala orang mengikut

 Perkataan yang lemah-lembut akan lebih didengar orang daripada perkataan yang
kasar

Apabila perkataan yang amat kasar


Lekaslah orang sekalian gusar

 Perkataan orang yang kasar membuat orang yang berada didekatnya resah

Apabila pekerjaan yang amat benar


Tidak boleh orang berbuat onar

 Orang yang benar jangan disalahkan (difitnah atau dikambinghitamkan).

 
P asal Kedelapan (8) Gurindam 12
Makna yang Terkandung dalam Pasal Kedelapan
“ berisi nasihat agar orang tidak percaya pada orang yang culas dan tidak berprasangka buruk
terhadap seseorang ”
Barang siapa khianat akan dirinya
Apalagi kepada lainnya

 Orang yang ingkar dan aniaya terhadap dirinya sendiri tidak dapat dipercaya

Kepada dirinya ia aniaya


Orang itu jangan engkau percaya

 jangan percaya terhadap orang yang suka menganiyaya orang lain

Lidah suka membenarkan dirinya


Daripada yang lain dapat kesalahannya

 Jangan suka menyalahkan orang lain, dan mengganggpa bahwa diri kita paling benar

Daripada memuji diri hendaklah sabar


Biar daripada orang datangnya kabar

 Pujian tidak usah dibuat sendiri tapi tunggulah datangnya dari orang lain

Orang yang suka menampakkan jasa


Setengah daripadanya syirik mengaku kuasa

 Jangan menginginkan imbalan dari setiap jasa yang telah kita perbuat

Kejahatan diri disembunyikan


Kebajikan diri diamkan
 Sifat-sifat jelek dalam diri kita jangan ditampakkan, begitu pula kebaikan-kebaikan
yang telah kita perbuat

Ke’aiban orang jangan dibuka


Ke’aiban diri hendaklah sangka

 Jangan membuka aib atau keburukan dari orang lain, kesalahan diri sendiri harus
disadar

Pasal ke Sembilan (9) Gurindam 12


Makna Yang Terkandung dalam Pasal Kesembilan
“ berisi nasihat tentang moral pergaulan pria wanita dan tentang pendidikan. Hendaknya
dalam pergaulan antara pria wanita ada pengendalian diri dan setiap orang selalu rajin
beribadah agar kuat imannya ”
Tahu pekerjaan tak baik tetapi dikerjakan
Bukannya manusia yaitulah syaitan

 Manusia yang sudah mengetahui bahwa pekerjaan yang di larang oleh allah swt, maka
manusia tersebut tidak dapat di katakan manusia

Kejahatan seorang perempuan tua


Itulah iblis punya penggawa

 Kejahatan seorang perempuan tua bagaikan pimpinan setan

Kepada segala hamba-hamba raja


Di situlah syaitan tempatnya manja

 Jangan engkau tergoda akan kekayaan pada raja

Kebanyakan orang yang muda-muda


Di situlah syaitan tempat bergoda

 Semasa muda jagalah iman kita jangan sampai tergoda oleh rayuan setan

Perkumpulan laki-laki dengan perempuan


Di situlah syaitan punya jamuan

 Jika terdapat seorang lelaki dan seorang perempuan maka disitu pulalah setan berada
untuk menggangu iman orang tersebut

Adapun orang tua yang hemat


Syaitan tak suka membuat sahabat

 Orang yang semasa mudanya tidak menyia-nyiakan waktu dan selalu melangkah di
jalan allah swt, maka setan akan menjauhi orang tersebut
Jika orang muda kuat berguru
Dengan syaitan jadi berseteru

 orang muda yang gemar belajar dijauhi oleh setan.

 
Pasal ke Sepuluh (10) Gurindam 12
Makna yang Terkandung dalam Pasal Kesepuluh
“ berisi nasihat keagamaan dan budi pekerti, yaitu kewajiban anak untuk menghormati orang
tuanya ”
Dengan bapak jangan durhaka
Supaya Allah tidak murka

 Jangan durharka terhadap bapa

Dengan ibu hendaklah hormat


Supaya badan dapat selamat

 Setiap anak harus hormat dan patuh terhadap ibunya karena surga di telapak kaki ibu
dan ibu mempertaruhkan nyawanya untuk melahirkan anaknya

Dengan anak janganlah lalai


Supaya boleh naik ke tengah balai

 Jagalah anak karena anak merupakan titipan tuhan

Dengan kawan hendaklah adil


Supaya tangannya jadi kapil

 Bersikap adilah sesama teman

 
Pasal ke-11 (sebelas) Gurindam 12
Adapun mengenai pemaknaan gurindam tersebut, bait pertama
“Hendaklah berjasa kepada yang sebangsa”

Makna dari kalimat tersebut adalah himbauan kepada manusia untuk selalu bisa bermanfaat
kepada sesama, sebab dalam Islam memang sangat dianjurkan sekali untuk saling memberikan
manfaat, seperti misalnya dalam sebuah hadis, “seorang muslim adalah saudara bagi orang
islam yang lain, yang tidak akan menganiayanya, tidak akan membiarkannya (ataupun
menyerahkannya kepada musuhnya). Barangsiapa menyampaikan hajat (kepentingan)
saudaranya, maka Allah akan mengabulkan hajat orang itu. Barang siapa yang memberikan
kemudahan bagi seorang muslim yang sedang kesulitan, maka Allah akan memberikan
kemudahan padanya ketika kesulitan pada Hari Kiamat. Dan barangsiapa yang menutupi
rahasia seorang muslim, maka Allah akan menutupi baginya rahasianya pada Hari Kiamat.”
(HR. Muslim).
 
 
Untuk makna dari bait kedua gurindam pasal kesebelas
“Hendaklah jadi kepala, buang perangai yang cela”
Sangat erat kaitannya dengan kepemimpinan dalam Islam yang sangat mengutamakan akhlak
yang mulia. Bukankah Rasulullah memiliki sifat-sifat terbaik dan jauh dari sifat yang tercela,
yaitu Fathanah, Amanah, Shiddiq, dan Tabligh. Sehingga seorang pemimpin (kepala)
hendaklah memiliki rasa tanggung jawab dan menjauhi akhlak yang tercela, “Kamu semua
dalah pemimpin, dan kamu semua akan ditanya (bertanggungjawab) atas pimpinannya. Maka
imam adalah pemimpin yang bertanggungjawab terhadap rakyatnya. Dan seorang suami
adalah pemimpin terhadap keluarganya dan akan ditanya tentang pimpinannya. Dan seorang
isteri adalah pemimpin pada rumah tangga suaminya maupun anak anaknya dan
bertanggungjawab terhadap pimpinannya. Seorang anak menjadi pemimpin terhadap ayahnya
dan bertanggungjawab terhadap apa yang telah dipimpinnya.. Dan seorang pelayan adalah
pemimpin terhadap harta tuannya dan bertanggungjawaab atas pimpinannya. Maka kamu
semua adalah pemimpin dan kamu semua adalah bertanggungjawab terhadap rakyat (hasil
pimpinannya, anak buahnya, pekerjaanya)” (HR. Bukhari)
 
Kemudian bait yang ketiga

Hendaklah memegang amanat, buanglah khianat


Dapat direnungkan sebagai upaya agar menjadi orang yang terpercaya, sebagaimana dalam
sebuah hadis, “Laksanakanlah amanat(kewajiban) pada orang yang mempercayakan diri
padamu, dan janganlah berkhianat (menipu) pada orang yang menipumu” (HR. Turmudzi)
 
Untuk bait yang keempat

Hendak marah dahulukan hajat


Dalam sebuah hadis, riwayat Abu Daud disebutkan, “Barangsiapa yang menahan kemarahan,
padahal dia sanggup untuk melepaskan kemarahan itu, maka Allah akan memenuhi hati orang
itu berupa keamanan dan keimanan” (HR. Abu Daud)
Secara sederhana berati ini sebuah nasehat bahwa marah itu adalah sesuatu yang tidak baik
dan dianjurkan untuk melaksanakan hajat misalnya silaturrahim, bertadabur alam, rihlah
ataupun yang sejenisnya untuk mengurangi rasa marah itu dan mensyukuri nikmat yang telah
Allah berikan kepada manusia.
 
Bait yang kelima

Hendak dimulai jangan melalui


Maksud dari bait ini adalah bahwa sebagala sesuatu perlu awal untuk dimulai
 
Bait keenam
Hendak ramai, muliakan perangai
Bait ini sangat berkaitan dengan akhlak yang baik. Artinya jika seseorang ingin mendapatkan
sesuatu ataupun silaturrahimnya semakin dipermudah oleh Allah, maka salah satu jalannya
adalah dengan memperbaiki perangai (tingkah laku/akhlak), “Tidak ada sesuatu yang lebih
memperberat timbangan pahala kebaikan (pada Hari Kiamat) kecuali budi pekerti (akhlak)
yang baik” (HR. Abu Daud)
Makna yang trkandung dalam Pasal sebelas
“ berisi nasihat kepada para pemimpin agar menghindari tindakan yang tercela, berusaha
melaksanakan amanat anak buah dalam tugasnya, serta tidak berkhianat ”
Hendaklah berjasa
Kepada yang sebangsa

 Berjasalah bagi negara dan bangsa, optimalkan setiap kemampuan yang kita punya
sehingga kita bisa mengharumkan nama bangsa

Hendak jadi kepala


Buang perangai yang cela

 Jadilah pemimpin yang tidak mempunyai sikap tercela

Hendaklah memegang amanat


Buanglah khianat
 
Semoga bermanfaat, :D
 
UPDATE Gurindam 12 Pasal 12 
Saya tidak tahu berapa banyak komentar yang menanyakan mengenai pasal 12 nya yang
hilang namun tenang saja, kini sudah muncul pasal 12 nya, walaupun ini hanya sementara..
Pasal ke Duabelas (12) Gurindam 12
Raja mufakat dengan menteri
Seperti kebun berpagarkan duri
• Hubungan raja dengan menteri adalah saling menjaga satu sama lain, dan harus
bekerjasama
Betul hati kepada raja
Tanda jadi sebarang kerja
• Raja yang baik atau raja yang mendapat petunjuk dari Allah adalah raja yang adil terhadap
rakyatnya
Hukum adil atas rakyat
Tanda raja beroleh inayat
• Hukum harus didasari oleh hak asasi manusia
Kasihkan orang yang berilmu
Tanda rahmat atas dirimu
• Orang yang berilmu akan dikaruniai oleh Allah dan dihormati orang lain
Hormat akan orang yang pandai
Tanda mengenal kasa dan cindai
• Hormatilah setiap manusia
Ingatkan dirinya mati
Itulah asal berbuat bakti
• Bila manusia mengingat kematiannya nanti, ia akan lebih berbakti pada Allah
Akhirat itu terlalu nyata
Kepada hati yang tidak buta
• . Orang yang tidak buta hatinya tahu kalau akhirat itu benar-benar ada.

Anda mungkin juga menyukai