Anda di halaman 1dari 14

PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH RHESUS

4.1 Golongan Darah Rhesus

Golongan darah Rhesus merupakan sistem golongan darah terpenting kedua dalam
pelayanan transfusi. Antigen Rhesus bersifat sangat imunogenik. Antibodi Rhesus baru
terbentuk bila ada paparan antigen Rhesus. Istilah Rhesus positif dan Rhesus negatif rutin
digunakan di masyarakat dan para ahli, ketika menyebutkan jenis golongan darah. Misalnya
A-positif atau A-negatif. Rhesus positif mengindikasikan adanya salah satu antigen Rhesus
pada sel darah merah, umumnya antigen D. Rhesus negatif mengindikasikan tidak adanya
antigen D pada sel darah merah seseorang.1

Berbeda dengan antigen ABO, antigen Rhesus hanya diekspresikan oleh sel eritrosit
dan tidak oleh jaringan tubuh yang lain termasuk leukosit dan trombosit. Antigen D memiliki
makna klinis yang signifikan sama seperti antigen A dan B. Antibodi D tidak ditemukan pada
semua individu golongan darah Rhesus negatif. Anti-D baru terbentuk setelah seseorang
dengan Rhesus negatif terpapar Rhesus positif. Misalnya setelah mendapat transfusi atau
setelah proses kehamilan. Lebih dari 80% individu dengan Rhesus D negative akan
membentuk anti-D setelah transfusi dengan golongan darah Rhesus D positif.2

4.2 Tujuan Pemeriksaan Golongan Darah Rhesus

Tujuan utama dari pemeriksaan golongan darah Rhesus adalah untuk mendeteksi ada
tidaknya antigen D. Sebenarnya ada beberapa jenis antigen Rhesus, namun antigen D
memiliki sifat yang paling imunogenik di antara antigen lainnya sehingga rutin diperiksa
bersama dengan antigen golongan darah sistem ABO.3

4.3 Prinsip Pemeriksaan Golongan Darah Rhesus

Prinsip pemeriksaan golongan darah Rhesus sama dengan golongan darah ABO yaitu
apabila antigen direaksikan dengan antibodi yang sesuai maka akan terjadi aglutinasi. Sistem
Rhesus merupakan golongan darah dengan tingkat imunogenitas yang tinggi dan komplek
serta memiliki nilai klinis yang signifikan. Karena memiliki konsekuensi klinis secara
langsung, maka pemeriksaan golongan darah Rhesus rutin dikerjakan pada uji pratransfusi. 4

Beberapa golongan darah Rhesus dapat bersifat weak D antigens yang hanya dikenali
dengan prosedur pemeriksaan Indirect Coomb’s Test (ICT). Pada hasil pemeriksan rutin yang
negatif perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk mendeteksi adanya weak D. Standar dari
American Association of Blood Bank (AABB) menganjurkan untuk rutin mendeteksi weak D
pada pemeriksaan darah donor, tetapi tidak rutin pada sampel pasien.4

4.4 Metode Pemeriksaan Golongan Darah Rhesus

Ada 3 jenis metode manual yang bisa digunakan untuk pemeriksaan golongan darah
Rhesus yaitu:
1. Slide test atau white tile.
2. tube test
3. Microwell plate atau Microplate. 5,6
Pada makalah ini hanya akan dibahas pemeriksaan golongan darah Rhesus dengan 3
metode manual, 2 metode lainnya hampir sama dengan pemeriksaan golongan darah ABO
hanya berbeda pada jenis reagen yang digunakan.

4.5 Pemeriksaan Golongan Darah Rhesus dengan Metode Slide Test

Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan golongan darah
menggunakan metode slide test antara lain: risiko terpapar bahan infeksius sangat besar
sehingga keamanan dan keselamatan kerja menjadi perhatian yang sangat penting, penguapan
pada bahan yang direaksikan dapat menimbulkan agregat sehingga sering diinterpretasikan
sebagai aglutinasi positif, pemeriksaan terhadap weak D tidak dapat dilakukan dengan
metode slide test.5

1. Alat : objek gelas, Rh viewbox, stik aplikator

2. Bahan
Sampel untuk pemeriksaan golongan darah Rhesus dapat menggunakan
sampel darah beku atau sampel darah dengan antikoagulan. Sel darah merah dapat
disuspensi secara autologous menggunakan plasma atau serum. Suspensi sel juga
dapat dibuat dalam medium salin atau sel dicuci kemudian disuspensi dalam salin.
5,6

Saat ini ada 2 jenis reagen untuk pemeriksaan golongan darah Rhesus yang
banyak dipakai, yaitu:
1. Polyclonal human anti-D serum, antisera ini membutuhkan potensiator
seperti albumin, enzim atau Coomb’s (AHG) serum yang bereaksi dengan IgG
anti-D.
2. Monoclonal anti-D reagen, antisera ini lebih disukai dan lebih umum
dipakai karena lebih spesifik dan mampu bereaksi pada suhu 20-37o C baik
dengan metode slide test maupun tube test.
3. Prosedur Pemeriksaan
1. Lakukan pemanasan objek gelas menggunakan Rh viewbox pada suhu 40-
50 o C sebelum dilakukan pemeriksaan,
2. teteskan 1 tetes anti-D pada objek gelas yang bersih dan sudah dilabel,
3. tetekan 1 tetes reagen kontrol, jika diperlukan teteskan pada objek gelas
kedua yang sudah diberi lebel, gunakan reagen sesuai dengan petunjuk
penggunaan reagen dari perusahaan reagen,
4. pada masing-masing objek gelas, tambahkan 2 tetes suspensi sel darah
merah 40-50% yang disuspensi dalam serum atau plasma,
5. gunakan stik aplikator yang bersih untuk mengaduk campuran suspensi sel
dan reagen pada area sekitar 20-40 mm
6. letakkan objek gelas pada viewbox dan lanjutkan pencampuran dengan
memiringkan objek gelas dengan lembut sambil melihat ada tidaknya
aglutinasi. Baca aglutinasi secara makroskopis dalam waktu 2 menit. Jangan
melakukan pembacaan bila campuran reaksi sudah kering karena sering keliru
dengan agutinasi
7. lakukan interpretasi dan pencatatan hasil.5
4. Interpretasi hasil
a. Aglutinasi positif pada objek gelas yang ditambahkan anti-D dan aglutinasi
negatif pada kontrol menunjukkan hasil pemeriksaan positif atau sampel dengan D
positif.
b. Tidak adanya aglutinasi baik pada objek gelas dengan penambahan anti-D
maupun kontrol, mengindikasikan hasil negatif. Lanjutkan dengan pemeriksaan
Indirect Coomb’s Test (ICT) untuk mendeteksi adanya weak D karena tidak
terdeteksi pada metode slide test.
c. Jika dijumpai aglutinasi pada kontrol, hasil pemeriksaan pada anti-D tidak bisa
diinterpretasikan positif tanpa melakukan pemeriksaan lanjutan.5

4.6 Pemeriksaan Golongan Darah Rhesus dengan Metode Tube Test

1. Alat

Peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan pemeriksaan golongan darah Rhesus


dengan metode tube test adalah tabung reaksi dan sentrifus. 4

2. Bahan

Sampel untuk pemeriksaan dapat berupa darah beku atau darah dengan antikoagulan.
Sel darah merah dapat disuspensi secara autologous pada serum, plasma atau salin. Cuci sel
darah merah dengan salin kemudian diresuspensi kembali dalam medium salin. Reagen yang
digunakan dapat berupa reagen monoklonal maupun poliklonal. Reagen digunakan sesuai
dengan instruksi penggunaan dari perusahaan reagen. 4

3. Prosedur Pemeriksaan
Ada pun prosedur pemeriksaan golongan darah Rhesus dengan metode tube test adalah
sebagai berikut:

a. Teteskan 1 tetes anti-D ke dalam tabung yang bersih dan sudah diberi label.
Penambahan reagen ke dalam tabung dilakukan sebelum penambahan suspensi sel
darah merah dengan tujuan untuk menghindari adanya hasil yang negatif palsu akibat
lupa menambahkan reagen
b. Tambahkan 1 tetes reagen kontrol pada tabung kedua yang sudah dilabel
c. Tambahkan masing-masing 1 tetes suspensi sel darah merah 2- 5%,
d. Campur dengan lembut dan sentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 1 menit
atau sesuai dengan rekomendasi dari perusahaan yang memproduksi reagen
e. Resuspensi dengan lembut endapan sel yang ada pada bagian bawah tabung untuk
melihat ada tidaknya aglutinasi
f. Tentukan derajat reaksi dan lakukan pencatatan hasil.4

4. Interpretasi hasil

a. Aglutinasi positif pada tabung yang ditambahkan anti-D dan aglutinasi negatif pada
kontrol mengindikasikan hasil pemeriksaan positif atau sampel dengan D positif
b. Tidak adanya aglutinasi pada tabung dengan anti-D maupun kontrol menunjukkan
hasil pemeriksaan negatif. Bila sampel berasal dari pasien, dianggap sebagai Rhesus
negatif. Bila sampel berasal dari donor perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk
menentukan ada tidaknya weak D antigen.
c. Aglutinasi positif pada kontrol menunjukkan hasil pemeriksaan invalid. Pemeriksaan
perlu diulang atau dibutuhkan pemeriksaan lanjutan untuk membuang IgM atau IgG
antibody pada sel darah merah.4

4.7 Pemeriksaan Golongan Darah Rhesus dengan Metode Microwell Plate atau
Microplate

1. Alat

Alat yang dibutuhkan untuk melakukan pemeriksaan golongan darah Rhesus dengan
metode microplate antara lain: microplate, micropipette, microplate centrifuge dan microplate
shaker.4

2. Bahan
Sampel yang digunakan disesuaikan dengan jenis sampel yang direkomendasikan
oleh perusahaan yang memproduksi reagen. Untuk pemeriksaan dengan metode microplate
otomatis dapat membutuhkan sampel dengan antikoagulan spesifik.4

3. Prosedur Pemeriksaan

Adapun prosedur pemeriksaan golongan darah Rhesus dengan metode microplate adalah
sebagai berikut:

a. Teteskan 1 tetes reagen anti-D pada sumuran microplate. Jika dibutuhkan, gunakan
bahan kontrol dan teteskan kontrol pada sumuran kedua dari microplate
b. Tambahkan 1 tetes suspensi sel darah merah 2-5% yang disuspensi dalam medium
salin
c. Campur dengan baik dengan cara mengyoyangkan microplate dengan lembut
d. Lakukan sentrifugasi pada microplate centrifuge dengan kecepatan tertentu sesuai
dengan rekomendasi perusahaan pembuat reagen
e. Resuspensi endapan sel darah merah pada bagian bawah tabung dengan menggoyang
microplate secara lembut atau gunakan microplate shaker.
f. Periksa ada tidaknya aglutinasi, lakukan interpretasi dan pencatatan
g. Untuk meningkatkan reaksi yang lemah, lakukan inkubasi pada hasil yang negatif
pada suhu 37 o C selama 15-30 menit dan ulangi langkah keempat sampai keenam.4

4. Interpretasi hasil

a. Aglutinasi positif pada sumuran yang ditambahkan anti-D dan aglutinasi negatif pada
kontrol mengindikasikan hasil pemeriksaan positif atau sampel dengan D positif
b. Tidak adanya aglutinasi pada sumuran dengan anti-D maupun kontrol menunjukkan
hasil pemeriksaan negatif. Bila sampel berasal dari pasien, dianggap sebagai Rhesus
negatif. Bila sampel berasal dari donor perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk
menentukan ada tidaknya weak D antigen.4
UJI COCOK SERASI (CROSSMATCHING)

5.1 Definisi

Berdasarkan standar dari American Association of Blood Bank (AABB),


crossmatching didefinisikan sebagai suatu pemeriksaan yang menggunakan metode yang
mampu menunjukkan inkompatibilitas sistem ABO dan adanya antibodi signifikan terhadap
antigen eritrosit dan juga menyertakan pemeriksaan antiglobulin. Kecuali tidak tersedia
fasilitas, jika tidak ada antibodi yang signifikan pada sampel pasien yang baru atau riwayat
pemeriksaan sebelumnya, immediate spin crossmatch dapat digunakan untuk mendeteksi
inkompatibilitas ABO.3

5.2 Tujuan Uji Cocok Serasi (Crossmatching)

Tujuan utama crossmatching adalah untuk mencegah terjadinya reaksi transfusi baik
reaksi transfusi yang bersifat mengancam nyawa maupun reaksi transfusi ringan atau sedang
yang dapat mengganggu kenyamanan pasien. Tujuan yang tidak kalah penting lainnya adalah
memaksimalkan masa hidup in vivo sel-sel darah yang ditransfusikan. 3

Crossmatching dilakukan untuk meyakinkan bahwa tidak ada antibodi di dalam serum
pasien yang akan bereaksi dengan sel darah donor jika transfusi dilakukan. Dua fungsi utama
crossmatching adalah 1. untuk pengecekkan terakhir bahwa golongan darah ABO antara
donor dan pasien sudah sesuai, 2. untuk mendeteksi ada tidaknya antibodi dalam serum
pasien yang akan bereaksi dengan antigen pada sel darah merah donor terutama pada kondisi
antibodi tidak terdeteksi dengan skrining antibodi karena tidak adanya antigen yang sesuai
pada panel sel skrining. 7

Berdasarkan jenis komponen darah pasien dan donor yang direaksikan, crossmatching
memiliki dua tujuan, yaitu:

1. mendeteksi adanya antibodi dalam serum pasien (termasuk anti-A & anti-B) yang
dapat menghancurkan eritrosit yg ditransfusikan,

2. mendeteksi antibodi dalam serum donor yang akan masuk ke dalam tubuh pasien.
Kedua tujuan di atas berkaitan dengan jenis crossmatch mayor dan minor yang akan
dibahas lebih lanjut pada bahasan berikutnya.3
5.3 Jenis-jenis Uji Cocok Serasi (Crossmatching)

Crossmatching dapat dilakukan secara serologik dan elektronik atau komputerisasi. Di


Negara-negara berkembang seperti Indonesia, jenis pemeriksaan crossmatch baru bisa
dilakukan secara serologik. Serologic crossmatch dibedakan menjadi immediate-spin
crossmatch dan antiglobulin crossmatch. Antiglobulin crossmatch dapat dilakukan dengan
cara tube test maupun column agglutination. Berikut akan dibahas satu persatu jenis
pemeriksaan crossmatch.

5.4 Immediate-Spin (IS) Crossmatch

Immediate-spin crossmatch sangat baik untuk mengeksklusi adanya kesalahan


golongan darah ABO, tetapi kurang adekuat untuk mendeteksi jenis IgG antibodi yang
bermakna secara klinis. Immediatespin crossmatch juga kurang baik khususnya bila skrining
antibodi tidak dilakukan sebelumnya. 7

1. Prinsip pemeriksaan
Prinsip dari pemeriksaan immediate-spin crossmatch adalah reaksi antara
antigen dan antibodi yang sesuai menghasilkan aglutinasi.
2. Metode Pemeriksaan
Immediate-spine crossmatch umumnya dilakukan dengan metode tube test.
3. Alat dan Bahan
Peralatan yang dibutuhkan antara lain: tabung reaksi, sentrifus, dan pipet tetes.
Bahan yang dibutuhkan adalah sel darah merah donor, serum atau plasma pasien.
Sampel donor diambil langsung dari kantong darah atau salah satu segmen dari selang
yang terhubung dengan kantong darah. Nomor kantong darah harus selalu dicatat
untuk melakukan identifikasi dengan benar.8
4. Prosedur pemeriksaan
Berikut adalah ilustrasi prosedur pemeriksaan immediate-spin crossmatch.
Ada pun tahapan pemeriksaan immediate-spine crossmatch adalah sebagai berikut:
a. Siapkan suspensi sel darah merah donor 2-5% yang disuspensi dalam larutan
normal salin atau Ethylene Diamine Tetraacetic Acid (EDTA) salin. Beberapa ahli
serologi menggunakan sampel serum yang direaksikan dengan sel darah merah
donor yang disuspensi dalam larutan EDTA salin karena titer anti-A atau anti-B
yang tinggi dapat menginisiasi pelapisan komplemen sehingga menghalangi
aglutinasi. Penggunaan sampel pasien yang ditampung dalam tabung EDTA dapat
digunakan sebagai alternatif untuk mencegah fenomena tersebut,
b. label tabung untuk masing-masing suspensi sel darah merah donor yang akan dites
dengan serum pasien
c. tambahkan 2 tetes serum atau plasma pasien ke dalam masingmasing tabung
d. tambahkan 1 tetes suspensi sel darah merah donor pada tabung sesuai dengan
label
e. campur isi tabung dan lakukan sentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 1
menit
f. baca ada tidakya hemolisis, resuspensi endapan eritrosit pada bagian bawah
tabung dan baca ada tidaknya aglutinasi
g. lakukan interpretasi dan catat hasil pemeriksaan.4
5. Interpretasi Hasil Immediate-Spine Crossmatch
Adanya aglutinasi atau hemolisis mengindikasikan hasil positif
(inkompatibel). Hasil negatif ditunjukkan oleh suspensi halus sel-sel eritrosit setelah
dilakukan resuspensi eritrosit yang mengendap pada bagian bawah tabung atau tidak
adanya aglutinasi atau hemolisis. Hasil yang negatif juga disebut kompatibel.4

5.5 Crossmacthing dengan Tube Test

Crossmacthing dengan tes tabung dapat dikerjakan untuk crossmatch mayor maupun
crossmatch minor. Crossmatch mayor adalah reaksi antara sel darah merah donor dengan serum atau
plasma pasien, sedangkan crossmatch minor adalah reaksi antara sel darah merah pasien dengan
plasma donor. Di Negara-negara yang sudah maju, crossmatch minor sudah tidak dikerjakan lagi
karena sampel darah donor sudah dilakukan skrining antibodi sebelumnya untuk mendeteksi adanya
antibodi ireguler. Di Indonesia, crossmatch minor masih dikerjakan secara rutin hampir disemua unit
Bank Darah Rumah Sakit (BDRS) atau Unit Transfusi Darah (UTD). 7
1. Prosedur pemeriksaan crossmatch mayor dan minor
Pada setiap pemeriksaan crossmatch mayor dan minor selalu sertakan autokontrol.
Pemeriksaan tersebut terdiri dari 3 fase, yaitu:
Fase I. Medium salin (salin room temperature technique)
a. Siapkan tiga buah tabung gelas yang bersih dan kering, masingmasing tabung
berisi komponen berikut:
• tabung I (crossmatch mayor): 2 tetes serum pasien + 1 tetes suspensi sel donor 2-
5%,
• tabung II(crossmatch minor): 2 tetes plasma donor + 1 tetes suspensi sel pasien
2-5%,
• tabung III (autokontrol): 2 tetes serum pasien + 1 tetes suspensi sel pasien 2-5%
b. Campur masing-masing tabung dan inkubasi selama 45-60 menit.
c. Lakukan sentrifugasi selama satu menit pada kecepatan 1000 rpm.
d. Amati adanya aglutinasi atau hemolisis pada tabung.
e. Jika terjadi hemolisis atau aglutinasi pada semua atau salah satu tabung pada tahap
ini, maka hasil croosmatch dinyatakan tidak cocok atau incompatible dan fase
berikutnya tidak perlu dilanjutkan. Bila reaksi negatif atau kompatibel, lanjutkan
ke fase II.8
Fase II. Fase albumin
a. Tambahkan 2 tetes bovin albumin 22% ke dalam semua tabung pada fase I
yang memberikan hasil negatif.
b. Inkubasi semua tabung pada suhu 37 o C selama 30 menit.
c. Lakukan sentrifugasi dengan kecepatan 1000 rpm selama 1 menit.
d. Baca ada tidaknya hemolisis atau aglutinasi (Mehdi, 2013). Hemolisis atau
aglutinasi pada semua atau salah satu tabung menandakan hasil positif atau
inkompatibel dan pemeriksaan tidak perlu dilanjutkan ke fase III. Apabila
hasil negatif pada semua tabung, lanjutkan ke fase III.

Fase III. Fase Anti Human Globulin (AHG) atau fase Indirect Antiglobulin Test
(IAT)

a. Cuci sel sebanyak 3 kali dengan menggunakan salin pada semua tabung yang
memberikan hasil negatif pada fase II.
b. Buang seluruh supernatan bekas pencucian.
c. Tambahkan 2 tetes reagen AHG.
d. Lakukan sentrifugasi dengan kecepatan 1000 rpm selama 1 menit.
e. Resuspensi dengan lembut endapan sel pada bagian bawah tabung.
f. Lihat dan catat ada tidaknya aglutinasi.8

Bila aglutinasi atau hemolisis positif hasil crossmath dinyatakan inkompatibel.


Bila aglutinasi atau hemolisis negatif pada semua tabung, hasil dinyatakan negatif
atau kompatibel dan lanjutkan dengan penambahan coombs control cells (CCC)
sebanyak 1 tetes dan dilanjutkan dengan sentrifugasi selama 1 menit pada
kecepatan 1000 rpm. Penambahan CCC akan memberikan hasil positif pada
semua hasil negatif yang menunjukkan hasil pemeriksaan valid. Bila dengan
penambahan CCC reaksi tetap negatif, maka pemeriksaan dinyatakan invalid dan
harus dilakukan pengulangan. 9

Berikut adalah ilustrasi prosedur pemeriksaan crossmatch fase III

5.6 Crossmacthing dengan Column Agglutination Test

Saat ini metode column agglutination test atau yang lebih umum disebut gel test telah
digunakan secara luas menggantikan metode manual atau tube test. Metode gel test memiliki
banyak kelebihan dibandingkan metode tabung. Selain menghemat waktu pemeriksaan,
prosedur tes juga lebih sederhana dan pembacaan hasil lebih mudah dilakukan. Tidak ada
proses pencucian dan penambahan CCC. Berikut akan dibahas salah satu prosedur
pemeriksaan gel test yang banyak digunakan.

1. Prinsip pemeriksaan
Sejumlah volume suspensi sel darah merah dan serum atau plasma dari donor
dan pasien dimasukkan ke dalam microtube diikuti oleh proses inkubasi dan
sentrifugasi. Tahap inkubasi akan memberi kesempatan antigen pada permukaan
sel darah merah berikatan dengan antibodi pada serum atau plasma sehingga
membentuk aglutinasi. Pada tahap sentrifugasi, sel yang beraglutinasi kuat akan
tertangkap pada bagian atas matrik gel sedangkan sel yang beraglutinasi lemah
akan pindah ke bagian bawah matrik gel. Bila aglutinasi tidak terjadi maka semua
sel akan mengendap ke bagian bawah matrik gel.10
2. Interpretasi
Derajat aglutinasi pada gel tes dinilai dari 1+ sampai 4+ dan reaksi mixed-
field. Aglutinasi 4+ ditandai oleh mengelompoknya seluruh sel darah merah pada
permukaan microtube dan tidak ada eritrosit disepanjang microtube atau di bagian
bawahnya. Reaksi 3+ ditunjukkan oleh sebagian besar sel darah merah berada
pada permukaan gel dan beberapa mulai turun ke bagian bawah gel. Reaksi 2+,
eritrosit terdistribusi disepanjang microtube. Reaksi 1+, mayoritas eritrosit
mengendap pada dasar gel dan sebagian kecil naik ke bagian atas gel. Pada reaksi
negatif seluruh eritrosit berada pada bagian bawah gel. Pada reaksi yang mixed
field, sebagian eritrosit ada dipermukaan gel dan sebagian mengendap pada dasar
gel. Eritrosit yang ada dipermukaan gel adalah eritrosit yang mengalami
aglutinasi, sedangkan eritrosit yang mengendap di dasar gel adalah eritrosit yang
tidak mengalami aglutinasi.10

5.7 Computer (Electronic) Crossmatch

Evolusi terkini dalam tahapan compatibility testing untuk mengkonfirmasi


kompatibilitas ABO dengan metode lain selain pemeriksaan laboratorium adalah
menggunakan computer crossmatch. Pada computer crossmatch, data hasil pemeriksaan
laboratorium pasien dan donor telah tersimpan dalam komputer. Beberapa opini tentang
computer crossmatch menyatakan bahwa computer crossmatch sama amannya dengan
immediated spin test untuk mendeteksi inkompatibilitas ABO. Pendapat lain menyatakan
bahwa computer crossmatch lebih aman dari immediated spin karena adanya integritas dari
software komputer untuk mendeteksi inkompatibilitas ABO antara sampel pasien dan donor.
Salah satu penelitian menyebutkan bahwa angka kegagalan dari penggunaan computer
crossmatch ini adalah 1: 257.400, artinya dari 257.400 unit darah yang dicrossmatch hanya 1
unit yang menimbulkan kesalahan transfusi. 10

Computer crossmatch menggunakan komputer untuk pengecekan terakhir ada


tidaknya inkompatibilitas ABO dan menseleksi unit darah yang sesuai untuk ditransfusikan
pada pasien. Program komputer harus mampu memberikan peringatan apakah pasien layak
atau tidak dilakukan computer crossmatch.3
Beberapa keuntungan dari computer crossmatch antara lain menghemat waktu dan
biaya pemeriksaan, mengurangi kebutuhan sampel, mengurangi kontak dengan bahan
biologis, dan mengurangi hasil positif palsu. Keuntungan lain dari computer crossmatch
adalah signifikan mengurangi volume sampah medis dan beban kerja laboratorium serta
3,11,12
sangat potensial dilakukan secara sentralisasi di Unit Transfusi Darah (UTD).

Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk melakukan computer crossmatch,


antara lain:

a. Komputer harus divalidasi pada saat akan digunakan dan harus ada jaminan
bahwa inkompatibilitas sistem ABO terdeteksi sehingga darah yang inkompatibel
tidak sampai keluar
b. sistem golongan darah ABO sudah ditentukan dengan sampel yang benar, sesuai
dengan identitas pasien dan juga sudah dikonfirmasi dengan pemeriksaan pada
sampel kedua atau konfirmasi dengan data sebelumnya (data hasil pemeriksaan
pasien sebelumnya mudah diakses dan datanya valid) atau golongan darah ABO
sudah diperiksa oleh 2 analis atau 2 sampel harus dikumpulkan dalam waktu yang
berbeda
c. komputer harus berisi data golongan darah ABO, Rhesus, dan hasil pemeriksaan
skrining antibodi pasien
d. sistem komputer harus mencantumkan informasi donor yang meliputi: jenis
produk darah, nomor donor, golongan darah ABO dan Rhesus serta hasil
pemeriksaan konfirmasi golongan darah
e. sistem komputer harus dilengkapi metode untuk memverifikasi ketepatan data
yang dimasukkan sebelum produk darah dikeluarkan
f. komputer dilengkapi dengan sistem alarm atau peringatan bila terdapat
inkompatibilitas antara donor dan pasien dan antara label unit darah dan
pemeriksaan konfirmasi ABO.3
DAFTAR PUSTAKA
1. Johnson, S. T., Wiler, M. 2012. The Rh Blood Group System. Blood Groups and
Serologic Testing. Modern Blood Banking & Transfusion Practices 6th Edition.
Philadelphia: F.A Davis company. p. 148-169.
2. Mehdi, S.R. 2013. Rhesus Blood Group System. Essentials of Blood Banking A
Handbook for Students of Blood Banking and Clinical Residents. Second Edition.
New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers. p.18-24
3. Blaney, K.D., Howard, P.R. 2013. Blood Componet Preparation and Therapy. Basic
& Applied Conceppts of Blood Banking and Transfusion Practices Third Edition.
United States: Elsevier Mosby p. 304-328.
4. Levitt, J. 2014. Standards for blood banks and transfusion services. 29th ed. AABB.
Bethesda. p.31-46.
5. Roback, J.D., Grossman, B.J., Harris, T., Hillyer, C.D., 2011. Antibody Detection,
Identification,and Compatibility Testing. Technical Manual 17th Editions. USA:
American Association of Blood Bank. p. 907-909.
6. Saluju, G. P., Singal, G. L. 2014. Rh Blood Grouping. Standard Operating Procedures
and Regulatory Guidelines Blood Banking. New Delhi: Jaypee Brothers Medical
Publishers. p. 77-86.
7. Makroo, R.N. 2009. The Rh Blood Group System. Practice of Safe Blood Transfusion
Compendium of Transfusion Medicine. New Delhi: Kongposh. p. 66-79.
8. Mehdi, S.R. 2013. Cross-matching (compatibility testing). Essentials of Blood
Banking A Handbook for Students of Blood Banking and Clinical Residents Second
Edition. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers. p. 45-49.
9. Depkes RI. 2008. Pemeriksaan Uji Silang Serasi. Modul 2 Pelatihan Crash Program
Petugas Teknis Transfusi Darah Bagi Petugas UTDRS. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. hal 121-128.
10. McCullough, J. 2017. Laboratory Detection of Blood Groups and Provision of Red
Cells.Transfusion Medicine 4th Edition. UK: Wiley Blackwell. p. 210-241
11. Zundel, W. B. 2012. Pretransfusion Testing. Blood Groups and Serologic Testing. In:
Harmening, D.M. Modern Blood Banking & Transfusion Practices 6th Edition.
Philadelphia: F.A Davis company. p. 241-259
12. Klein, H. G., Anstee, D. J. 2014. Blood Grouping Techniques. Mollison’s Blood
Transfusion in Clinical Medicine 12th Edition. UK: WileyBlackwell. p. 303-347.

Anda mungkin juga menyukai