Anda di halaman 1dari 10

MANUAL KIT IMMUNO-SEROLOGI

GOLONGAN DARAH

Disusun oleh :

Aisyah NIM : P3.73.34.1.16.082


M.Nicholas Martioso NIM : P3.73.34.1.16.098

D III TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK


POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
2017
Anti-A, Anti-B, Anti-AB
A. Rangkuman
Pada tahun 1900, Landstainer telah menemukan bahwa serum dari beberapa orang akan
menggumpal dengan sel darah merah dari beberapa orang lainnya. Empat fenotip umum yang telah
diketahui adalah O, A, B, dan AB. Sub kelompok dari fenotip A dan B telah diidentifikasi.

Forward group Reverse group ABO Phenotype Caucasians (%)


A B AB A1 A2 B O
+ 0 + 0 0 + 0 A 42
0 + + + + 0 0 B 10
0 0 0 + + + 0 O 44
+ + + 0 0 0 0 AB

B. Prinsip
Reagensia akan menyebabkan penggumpalan langsung (clumping) pada sel darah merah
yang akan diperiksa yang membawa antigen ABO yang sesuai. Apabila tidak terdapat gumpalan
menandakan bahwa tidak ada antigen ABO yang sesuai.

C. Reagen
Reagen golongan darah “Plasmatec Monoklonal IgM” mengandung antibody monoklonal
tikus yang dicampur di dalam buffer fosfat yang mengandung sodium klorida, EDTA. Setiap reagen
dikemas secara optimal untuk digunakan dengan teknik yang telah disarankan tanpa pengenceran
dan penambahan zat lainnya. Untuk nomor acuan dan tanggal kadaluarsa dapat dilihat pada label
reagen.

Produk Cell line/clone Warna Pewarna yang digunakan


Anti-A 9113D10 Biru Patent blue
Anti-B 9621AB Kuning Tetrazene
Anti-AB 152D12 +9113D10 Tak berwarna Tidak ada

D. Penyimpanan
Jangan dibekukan. Botol reagen harus disimpan pada suhu 2–80C . Penyimpanan dalam
jangka panjang pada suhu ruang dapat menyebabkan hilangnya reaktifitas reagen.

E. Persiapan dan pengumpulan sampel


Sampel darah yang telah diambil baik itu dengan atau tanpa antikoagulan akan digunakan
sebagai kelompok antigen. Apabila waktu pemeriksaan akan ditunda, simpan sampel darah pada
suhu 2 – 80C. Sampel darah dengan EDTA dan sitrat stabil dalam waktu 48 jam. Sampel darah
dengan ACD, CPD, atau CPDA-1 dapat digunakan hingga 35 hari terhitung sejak tanggal
diambilnya darah pasien. Semua sampel darah harus dibersihkan paling sedikit sebanyak dua kali
dengan menggunakan PBS sebelum pemeriksaan dilakukan. Sampel darah yang lisis akan
menunjukkan hasil yang meragukan.
F. Tindakan Pencegahan
1. Reagen untuk diagnostik in vitro saja.
2. Apabila botol reagen retak atau bocor, segera buang isinya.
3. Jangan gunakan reagen lama yang sudah lewat tanggal kadaluarsanya.
4. Jangan gunakan reagen apabila terdapat endapan di dalamnya.
5. Alat pelindung diri, seperti handskun dan jas lab harus digunakan ketika menangani reagen
6. Reagen telah disaring melalui kapsul 0.2µm untuk mengurangi beban biologis. Ketika botol
telah dibuka, reagen tersebut tetap dapat bertahan sampai tanggal kadaluarsa selama tidak ada
kekeruhan yang dapat mengontaminasi.
7. Reagen mengandung <0.1% sodium azida. Sodium azida dapat menjadi racun apabila tertelan
dan bereaksi dengan timbal dan tembaga membentuk logam peledak azida. Pada sistem
pembuangan air yg besar.
8. Tidak ada tes yang diketahui dapat menjamin bahwa produk turunan yang berasal dari manusia
ataupun hewan bebas dari agen penginfeksi. Hati-hati dalam penggunaan dan pembuangan
botol maupun isinya.

G. Kontrol dan Saran


1. Dianjurkan kontrol positif dan kontrol negatif diuji secara parale. Pengujian dianggap tidak
valid jika kontrol tidak menunjukkan hasil yang diharapkan
2. Saat menggolongkan sel darah merah, reagen kontrol negatif perlu disertakan karena
potensiator makromolekul dalam reagen dapat menyebabkan reaksi positif palsu dengan sel
berlapis igG
3. Spesimen darah dalam seminggu A atau B sub kelompok (misalnya Ax) dapat menimbulkan
reaksi negatif atau lemah palsu saat pengujian menggunakan slide, microtiter atau kartu gel.
Dianjurkan untuk menguji kembali subkelompok lemah menggunakan teknik tabung.
4. Dalam teknik yang disarankan satu volume kira-kira 40μL saat menggunakan penetes botol
yang disediakan.
5. Penggunaan reagen dan interpretasi hasil harus dilakukan oleh personel yang terlatih dan
berkualitas sesuai dengan persyaratan negara tempat reagen digunakan.
6. Pengguna harus menentukan kesesuaian reagen untuk digunakan pada teknik lainnya.

H. Alat dan Bahan


- Stik applicator
- Pembaca otomatis
- Kaca objek
- Tabung kaca (10x75 mm / 12x75 mm)
- Sentrifus microplate
- Pengaduk
- Phosphate Buffer Saline (PBS): NaCl 0.9%,pH 7.0 ± 0.2 pada suhu 22oC ± 1oC
- Sentrifus tabung tes
- Microplate validasi sumur “U”
- Pipet volume

I. Teknik yang Disarankan


a. Teknik tabung
1. Siapkan 2-3% suspensi sel darah merah yang telah dicuci di PBS.
2. Letakkan di dalam tabung berlabel: 1 tetes reagen Plasmatec anti-ABO atau anti-D dan 1
tetes suspensi sel darah merah.
3. Homogenkan dan sentrifugasi semua tabung selama 20 detik pada 1000 rcf atau untuk
waktu dan kecepatan yang sesuai.
4. Perhatikan aglutinasi secara makroskopik.
5. Tabung yang menunjukkan hasil negatif atau hasil yang dipertanyakan (bisa terjadi pada
sampel D yang lemah), harus diinkubasi selama 15 menit pada suhu kamar.
6. Setelah diinkubasi, ulangi langkah 3 dan 4.

b. Teknik Mikroplate
1. Siapkan suspensi 2-3% dari sel darah merah yang dicuci di PBS.
2. Letakkan di dalam sumur yang sesuai: 1 tetes reagen Plasmatec anti-ABO atau anti-D dan
1 tetes suspensi sel darah merah.
3. Homogenkan. lebih baik menggunakan pengocok mikroplate untuk mencegah kontaminasi
silang.
4. Inkubasi pada suhu kamar selama 15 menit (tergantung waktu pengguna).
5. Sentrifugasi mikroplate selama 1 menit pada 140 rcf atau untuk waktu dan kecepatan yang
sesuai.
6. Perhatikan aglutinasi secara makroskopik atau menggunakan alat otomatis yang telah
divalidasi.
7. Reaksi yang lemah harus diulang dengan teknik tabung.

c. Teknik Slide
1. Siapkan suspensi 35-45% sel darah merah dalam serum, plasma atau PBS.
2. Letakkan di atas slide kaca berlabel: 1 tetes plasmatec Reagen anti-ABO atau anti-D dan 1
tetes suspensi sel darah merah.
3. Homogenkan di sekitar area 20 x 40 mm dengan menggunakan stik aplikator yang bersih
4. Miringkan slide dan dibolak-balikkan selama 30 detik secara perlahan, dengan sesekali
pencampuran lebih lanjut selama periode 2 menit, pertahankan slide pada suhu kamar.
5. Bacalah secara makroskopis setelah 2 menit di bawah cahaya terang dan jangan sampai
salah mengira untaian fibrin sebagai aglutinasi.
6. Reaksi yang lemah harus diulang dengan teknik tabung.

J. Interpretasi Hasil
- Positif : Aglutinasi pada tes sel darah merah menandakan hasil yang positif dan sesuai batasan
prosedur pemeriksaan yang diterima, menunjukkan adanya antigen yang sesuai dengan tes sel
darah merah.
- Negatif : Tidak adanya aglutinasi pada tes sel darah merah menandakan hasil yang negative
dan sesuai batasan prosedur pemeriksaan yang diterima, menunjukkan tidak adanya antigen
yang sesuai dengan tes sel darah merah.
- Ketidaksesuaian : Jika hasil yang diperoleh dengan metode reverse grouping tidak cocok
dengan metode forward grouping, dibutuhkan pemeriksaan lanjutan.
- Pada hasil uji sel yang diaglutinasi dengan menggunakan reagen kontrol negatif harus
diabaikan karena aglutinasi sangat mungkin terjadi disebabkan oleh efek makromolekul dalam
reagen pada sel yang peka.
K. Stabilitas Reaksi
1. Baca hasil pada tabung dan microplate langsung setelah disentrifugasi.
2. Slide uji harus diinterpretasikan dalam 2 menit untuk memastikan secara tegas dan untuk
menghindari kemungkinan hasil negatif dibaca sebagai hasil positif karena reagen.
3. Hati-hati dalam penafsiran hasil tes yang dilakukan pada suhu selain yang direkomendasikan.

L. Batasan
1. Antigen ABO tidak berkembang sepenuhnya saat lahir dan oleh karena itu reaksi yang lebih
lemah dapat terjadi pada spesimen tali pusar dan keadaan neonatal.
2. Ketika menggunakan Plasmatec Monoclonal Anti-A dan B , spesimen darah pada sub
kelompok A atau B lemah dapat memberikan reaksi negatif atau lemah palsu saat
menggunakan slide, microtiter plate atau kartu golongan darah. Sebaiknya dilakukan
pengujian kembali dengan menggunakan teknik tabung.
3. Plasmatec monoklonal Anti-A dan monoclonal Anti-B tidak akurat untuk mendeteksi antigen
Ax dan A3 atau Bx dan B3, oleh karena itu kami tidak menyatakn reaktivitas reagen Anti-A
atau Anti-B monoclonal terhadap sub kelompok A dan B lemah.
4. Darah yang telah disimpan dapat memberikan reaksi yang lebihh lemah dibadingkan dengan
spesimen darah yang masih segar.
5. Hasil negatif atau positif palsu dapat terjadi karena :
- Kontaminasi pada alat pemeriksaan
- Penyimpanan yang tidak sesuai, konsentrasi sel, waktu atau suhu inkubasi
- Kesalahan atau terlalu banyak melakukan sentrifugasi
- Penyimpangan dari teknik yang direkomendasikan
- Spesimen tali pusar terkontaminasi dengan Wharton’s Jelly.

M. Karakteristik Kinerja Spesifik


1. Reagen telah ditandai dengan semua prosedur yang disebutkan pada teknik yang
direkomendasikan.
2. Sebelum dirilis, setiap plasma monoklonal Anti-A, Anti-B, Anti-AB diuji dengan teknik yang
direkomendasikan terhadap panel antigen-reaktivitas yang sesuai.
3. Kekhususan sumber antibodi monoklonal ditunjukkan dengan menggunakan sebuah panel sel
antigen-negatif.
4. Potensi dari reagen sudah diuji dengan mengikuti standard rekomendasi potensi minimum yang
diperoleh dari National Institute of Biological Standard & Controls (NIBSC).
5. Plasmatec Anti-B tidak berekasi dengan sel darah merah “Acquired B”.
6. Reagen Plasmatec Monoklonal ABO tidak mendeteksi antigen samar seperti T, Tn, Cad.
7. Kontrol kualitas dari reagen telah dilakukan dengan menggunakan sel darah merah yang telah
dibilas dua kali dengan PBS sebelum digunakan.
8. Reagen sesuai dengan rekomendasi yang tercantum dalam terbitan terbaru pedoman untuk
layanan transfuse darah di Inggris.

N. Penolakan
1. Pengguna Bertanggung jawab atas kinerja reagen dengan metode apapun selain yang
disebutkan dalam rekomendasi.
2. Penyimpangan apapun dari teknik yang direkomendasikan harus divalidasi sebelum
digunakan.
Anti D-Monoklonal
A. Rangkuman
Sistem pengelompokan darah Rh ditemukan pada tahun 1940. Rh D Negatif. Antigen D
adalah antigen sel darah merah non-ABO yang paling penting secara klinis dan telah terlibat dalam
menyebabkan Reaksi Transfusi Haemolitik dan Penyakit Haemolitik pada Bayi Baru lahir

Anti-D Fenotip Kaukasian% Afro-Amerika%

+ Rh D +ve 85 72
0 Rh D ve 5 26

B. Prinsip
Reagen akan menyebabkan aglutinasi langsung (penggumpalan) pada spesimen sel darah
merah yang membawa antigen D. Tidak ada aglutinasi menunjukan tidak adanya antigen D (lihat
REAGEN Plasmatec Monoclonal IgM Anti-D Clone 1) reagen pengelompokan darah adalah
reagen protein rendah yang mengandung antibodi IgM monoklonal manusia yang diencerkan
dengan natrium klorida (0,9 %), bovine albumin (3 g%) dan potentiator makromolekul. Ketika
mengenai sampel pasien, setiap reagen akan secara langsung menggabungkan gen positif Rh D,
termasuk sebagian besar varian (proporsi tinggi dari lemahnya D) fenotipe saat menggunakan
teknik yang disaarankan. Setiap reagen disiapkan pada pengenceran optimal yang digunakan pada
sampel pasien. Sampel dengan semua teknik yang direkomendasikan dibawah ini tanpa
memerlukan dilution atau penambahan lebih lanjut. Untuk nomor referensi lihat Label Botol.

Produk Garis sel/klon


Klone anti D Rum

C. Reaksi Lemah Antigen RhD


Istilah kolektif Du banyak digunakan untuk menggambarkan sel darah merah yang
memiliki reaksi yang lemah terhadap antigen D daripada sampel normal. Istilah D lemah
menunjukkan individu dengan epitop antigen D yang hilang. Sel DVI adalah kategori D parsial
yang melewatkan sebagian besar epitop D. Reagen Clone 1 dan Clone 2 akan mendeteksi sebagian
besar contoh sel darah merah parsial dan lemah dengan aglutinasi langsung, namun tidak akan
mendeteksi sel DVI

D. Penyimpanan
Jangan dibekukan. Botol reagen harus disimpan pada suhu 2–80C . Penyimpanan dalam
jangka panjang pada suhu ruang dapat menyebabkan hilangnya reaktifitas reagen.

E. Persiapan dan pengumpulan sampel


Sampel darah yang telah diambil baik itu dengan atau tanpa antikoagulan akan digunakan
sebagai kelompok antigen. Apabila waktu pemeriksaan akan ditunda, simpan sampel darah pada
suhu 2 – 80C. Sampel darah dengan EDTA dan sitrat stabil dalam waktu 48 jam. Sampel darah
dengan ACD, CPD, atau CPDA-1 dapat digunakan hingga 35 hari terhitung sejak tanggal
diambilnya darah pasien. Semua sampel darah harus dibersihkan paling sedikit sebanyak dua kali
dengan menggunakan PBS sebelum pemeriksaan dilakukan. Sampel darah yang lisis akan
menunjukkan hasil yang meragukan.

F. Tindakan Pencegahan
1. Reagen untuk diagnostik in vitro saja.
2. Apabila botol reagen retak atau bocor, segera buang isinya.
3. Jangan gunakan reagen lama yang sudah lewat tanggal kadaluarsanya.
4. Jangan gunakan reagen apabila terdapat endapan di dalamnya.
5. Alat pelindung diri, seperti handskun dan jas lab harus digunakan ketika menangani reagen
6. Reagen telah disaring melalui kapsul 0.2µm untuk mengurangi beban biologis. Ketika botol
telah dibuka, reagen tersebut tetap dapat bertahan sampai tanggal kadaluarsa selama tidak ada
kekeruhan yang dapat mengontaminasi.
7. Reagen mengandung <0.1% sodium azida. Sodium azida dapat menjadi racun apabila tertelan
dan bereaksi dengan timbal dan tembaga membentuk logam peledak azida. Pada sistem
pembuangan air yg besar.
8. Tidak ada tes yang diketahui dapat menjamin bahwa produk turunan yang berasal dari manusia
ataupun hewan bebas dari agen penginfeksi. Hati-hati dalam penggunaan dan pembuangan
botol maupun isinya.

G. Pembuangan reagen dan penanganan tumpahan


Untuk informasi tentang pembuangan pereaksi dan dekontaminasi dari situs tumpahan,
lihat lembar data keamanan material, tersedia berdasarkan permintaan.

H. Kontrol dan Saran


1. Dianjurkan kontrol positif (sel R1r ideal), kontrol negatif (sel rr yang ideal) dan kontrol negatif
reagen diuji secara paralel dengan setiap batch tes. Pengujian harus dianggap tidak valid jika
kontrol tidak menunjukkan hasil yang diharapkan.
2. Saat menguji sel darah merah pasien penting untuk kontrol negatif reagen diujikan karena
potensiator makromolekul dalam pereaksi dapat menyebabkan reaksi positif palsu dengan sel
berlapis IgG, mis. dalam kasus AIHA atau HDN.
3. Varian antigen D lemah dan parsial kurang terdeteksi oleh kartu gel, pelat microtitre dan teknik
slide. Disarankan agar varian D lemah dan parsial diuji dengan menggunakan teknik uji tabung.
4. Dalam teknik yang disarankan satu volume kira-kira 40μL saat menggunakan penetes botol
yang disediakan.
5. Penggunaan reagen dan interpretasi hasil harus dilakukan oleh personel yang terlatih dan
berkualitas sesuai dengan persyaratan negara tempat reagen digunakan.
6. Pengguna harus menentukan kesesuaian reagen untuk digunakan pada teknik lainnya.

I. Alat dan Bahan


- Stik applicator
- Pembaca otomatis
- Kaca objek
- Tabung kaca (10x75 mm / 12x75 mm)
- Sentrifus microplate
- Pengaduk
- Phosphate Buffer Saline (PBS): NaCl 0.9%,pH 7.0 ± 0.2 pada suhu 22oC ± 1oC
- Sentrifus tabung tes
- Microplate validasi sumur “U”
- Pipet volume

J. Teknik yang Disarankan


a. Teknik tabung
1. Siapkan 2-3% suspensi sel darah merah yang telah dicuci di PBS.
2. Letakkan di dalam tabung berlabel: 1 tetes reagen Plasmatec anti-ABO atau anti-D dan 1
tetes suspensi sel darah merah.
3. Homogenkan dan sentrifugasi semua tabung selama 20 detik pada 1000 rcf atau untuk
waktu dan kecepatan yang sesuai.
4. Perhatikan aglutinasi secara makroskopik.
5. Tabung yang menunjukkan hasil negatif atau hasil yang dipertanyakan (bisa terjadi pada
sampel D yang lemah), harus diinkubasi selama 15 menit pada suhu kamar.
6. Setelah diinkubasi, ulangi langkah 3 dan 4.

b. Teknik Mikroplate
1. Siapkan suspensi 2-3% dari sel darah merah yang dicuci di PBS.
2. Letakkan di dalam sumur yang sesuai: 1 tetes reagen Plasmatec anti-ABO atau anti-D dan
1 tetes suspensi sel darah merah.
3. Homogenkan. lebih baik menggunakan pengocok mikroplate untuk mencegah kontaminasi
silang.
4. Inkubasi pada suhu kamar selama 15 menit (tergantung waktu pengguna).
5. Sentrifugasi mikroplate selama 1 menit pada 140 rcf atau untuk waktu dan kecepatan yang
sesuai.
6. Perhatikan aglutinasi secara makroskopik atau menggunakan alat otomatis yang telah
divalidasi.
7. Reaksi yang lemah harus diulang dengan teknik tabung.

c. Teknik Slide
1. Siapkan suspensi 35-45% sel darah merah dalam serum, plasma atau PBS.
2. Letakkan di atas slide kaca berlabel: 1 tetes plasmatec Reagen anti-ABO atau anti-D dan 1
tetes suspensi sel darah merah.
3. Homogenkan di sekitar area 20 x 40 mm dengan menggunakan stik aplikator yang bersih
4. Miringkan slide dan dibolak-balikkan selama 30 detik secara perlahan, dengan sesekali
pencampuran lebih lanjut selama periode 2 menit, pertahankan slide pada suhu kamar.
5. Bacalah secara makroskopis setelah 2 menit di bawah cahaya terang dan jangan sampai
salah mengira untaian fibrin sebagai aglutinasi.
6. Reaksi yang lemah harus diulang dengan teknik tabung.

K. Interpretasi Hasil
- Positif : Aglutinasi pada tes sel darah merah menandakan hasil yang positif dan sesuai batasan
prosedur pemeriksaan yang diterima, menunjukkan adanya antigen D yang sesuai dengan tes
sel darah merah.
- Negatif : Tidak adanya aglutinasi pada tes sel darah merah menandakan hasil yang negative
dan sesuai batasan prosedur pemeriksaan yang diterima, menunjukkan tidak adanya antigen D
yang sesuai dengan tes sel darah merah.
- Pada hasil uji sel yang diaglutinasi dengan menggunakan reagen kontrol negatif harus
diabaikan karena aglutinasi sangat mungkin terjadi disebabkan oleh efek makromolekul dalam
reagen pada sel yang peka.

L. Stabilitas Reaksi
1. Baca hasil pada tabung dan microplate langsung setelah disentrifugasi.
2. Slide uji harus diinterpretasikan dalam 2 menit untuk memastikan secara tegas dan untuk
menghindari kemungkinan hasil negatif dibaca sebagai hasil positif karena reagen.
3. Hati-hati dalam penafsiran hasil tes yang dilakukan pada suhu selain yang direkomendasikan.

M. Batasan
1. Plasmatec Anti-D tidak sesuai untuk digunakan sel yang diobati dengan enzim, sel yang
tersuspensi dalam LISS atau untuk penggunaan teknik antiglobulin tidak langsung (IAT).
2. Darah yang tersimpan bisa memberi reaksi lebih lemah dibanding darah segar.
3. Aglutinasi positif palsu dapat terlihat karena adanya potensiator makromolekul dalam pereaksi
saat menguji sel-sel yang peka terhadap IgG, mis. AIHA, HDN. 4. Hasil positif palsu atau
salah palsu juga dapat terjadi karena:
- Kontaminasi bahan uji.
- Penyimpanan yang tidak tepat, konsentrasi sel, waktu inkubasi atau suhu.
- Sentrifugasi yang tidak tepat atau berlebihan.
- Penyimpangan dari teknik yang disarankan.

N. Karakteristik Kinerja Spesifik


1. Reagen telah ditandai dengan semua prosedur yang disebutkan pada teknik yang
direkomendasikan.
2. Sebelum dirilis, setiap plasma monoklonal Anti-D Clone 1 dan Anti-D Clone 2 diuji dengan
teknik yang direkomendasikan terhadap panel antigen-reaktivitas yang sesuai.
3. Reagen Anti-D tidak boleh bereaksi dengan sel DIV dengan menggunakan metode yang
direkomendasikan untuk digunakan. Pemeriksaan lebih lanjut pada hasil negatif menggunakan
prosedur anantiglobulin tidak disarankan.
4. Kekhususan sumber antibodi monoklonal ditunjukkan dengan menggunakan sebuah panel sel
antigen-negatif.
5. Potensi dari reagen sudah diuji dengan mengikuti standard rekomendasi potensi minimum
yang diperoleh dari National Institute of Biological Standard & Controls (NIBSC) : referensi
Anti-D 91/592.
6. Kontrol kualitas reagen dilakukan dengan menggunakan sel darah merah yang telah dicuci dua
kali dengan PBS sebelum digunakan.
7. Reagen sesuai dengan rekomendasi yang tercantum dalam terbitan terbaru Pedoman Layanan
Transfusi Darah Inggris.

O. Penolakan
1. Pengguna Bertanggung jawab atas kinerja reagen dengan metode apapun selain yang
disebutkan dalam rekomendasi.
2. Penyimpangan apapun dari teknik yang direkomendasikan harus divalidasi sebelum
digunakan.

Anda mungkin juga menyukai