Anda di halaman 1dari 18

Islam sebagai agama rahmatal lilalamin, yang memberi rahmat dan keselamatan kepada semua

umatnya. Kaum muslim dalam dunia islam diwajibkan untuk berdakwah. Seperti yang terkandung dalam
alqur’an surat Ali Imran ayat 104 yaitu ”Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah
orang-orang yang beruntung” (QS. Ali Imran: 104). Ayat tersebut menegaskan bahwa sebagai manusia
wajib berdakwah keapada kebaikan dan meninggalkan keburukan. dakwah dalam islam dapat dilakukan
dengan multidimensi kehidupan, tidak hanya dengan lisan dan tulisan melainkan juga dengan hal atau
aksi sosial. Seorang ulama yang baik selain memiliki penguasaan terhadap materi, juga dituntut untuk
dapat memahami kebiasaan masyarakat yang menjadi sasaran dakwahnya[3].

Perubahan zaman yang terjadi sekarang ini berdampak terhadap perkembangan teknologi yang semakin
canggih dan memasuki hampir setiap aspek kehidupan manusia. Aspek kehidupan beragama pun tidak
luput dari perkembangan teknologi. Hal ini pun menjadi tantangan tersendiri bagi penyebaran
pendidikan agama Islam. Pengaruh perkembangan teknologi bagi penyebaran Islam, contohnya dapat
dilihat pada aplikasi-aplikasi telepon genggam pintar (smartphone) yang dapat digunakan sebagai media
beribadah, seperti aplikasi Quran dan pengingat adzan. Keberadaan aplikasi tersebut tentu sangat
memudahkan manusia yang ingin senantiasa dekat dengan Allah SWT. Pada dasarnya fungsi teknologi
informasi pada dunia maya adalah keikutsertaan massa secara langsung dalam melakukan proses
komunikasi[2].

Efektivitas waktu menjadi salah satu kelebihan teknologi informasi. Hal tersebut disebabkan oleh
kecanggihan teknologi informasi yang telah berhasil menghapus ruang geografis dalam kehidupan
manusia hingga keberadaannya terasa sangat penting untuk kehidupan manusia dan telah menjadi
kebutuhan vital bagi kehidupan masyarakat kontemporer. Keadaan ini justru harus menjadi peluang
yang begitu luar biasa bagi para ulama untuk menyebarkan informasi dakwah ke seantero jagat raya
lintas negara maupun bahasa dengan cepat. Dan pada artikel ini akan membahas dakwah pada kalangan
mahasiswa, dimana perlu adanya inovasi baru dalam berdakwah khususnya dikalangan mahsiswa.
Lembaga dakwah kampus (LDK) sudah mulai berinovasi dalam menyebarkan dakwahnya menyesuaikan
perkembangan zaman[2].

Teknologi informasi adalah teknologi yang memanfaatkan komputer sebagai perangkat utama untuk
mengelola data menjadi informasi yang bermanfaat[1].
Dakwah via Internet

Dakwah di zaman sekarang sangat efektif dengan cara menggunakan perangkat canggih berbasis online,
yaitu via internet karena bisa menghemat waktu dan tempat, juga mengghemat biaya. Kerumitan
software dan kecanggihan hardware telah menjadi salah satu kelebihan internet. Kolaborasi, koordinasi,
dan komunikasi dapat didukung oleh aplikasi software komunikasi dan kolaborasi koneksi. Kemudahan
dalam berkomunikasi antar masyarakat maya menjadi salah satu indikator berkembangnya internet
khususnya yang berhubungan dengan transaksional mereka satu dengan lainnya[1].

Aplikasi Web

Pada saat ini web terkadang dianalogikan sebagai rumah yang dapat ditempati bersama ataupun sendiri
karena ketika seseorang telah memiliki aplikasi web, orang tersebut telah mendapatkan ruang pada
dunia maya[1].

E-Commerce

Guna memudahkan masyarakat dalam melakukan kegiatan pembelian dan penjualan, pemasaran
produk, jasa dan informasi internet atau exatranet, masyarakat dapat menggunakan E-commerce.
Business-to-business (B2B) dan Business-to-consumer (B2C) menjadi dua unsur bagian dari E-
Commerce[1].

E-Commerce dapat menjadi salah satu pilihan masyarakat dalam berniaga secara mendunia. Seandainya
seseorang dapat berbisnis secara mendunia melalui internet, dakwah pundapat disebarluaskan secara
mendunia. Hal ini akan sangat menguntungkan bagi penyebaran dakwah.

Aplikasi Blog
Orang merasa begitu dimudahkan dengan adanya internet disebabkan seseorang dapat melakukan
komunikasi dengan seseorang atau kelompok dengan cepat pada dunia maya. Sekalipun aplikasi blog
tidak memberikan jaminan keamanan, namun tidak dapat dipungkiri bahwa dengan adanya apliksi blog,
orang dapat dengan mudah menuangkan gagasan dan tentunya mempermudah publikasi yang dapat
diakses oleh siapa saja[1].

Aplikasi Facebook

Baca juga:

Facebook merupakan aplikasi yang sangat dekat dengan masyarakat. Seseorang dapat dengan mudah
mengenali dan mngetahui informasi tentang figur-figur mereka. Terkadang dengan adanya begitu
banyak kemudahan yang tengah disediakan oleh aplikasi facebook, memaksa beberapa komunitas untuk
lahir pada dunia maya[1].

Keunggulan Media Internet dalam Dakwah

Perkembangan dakwah dari berbagai segi memberi keharusan agar dapat melihat berbagai macam
metode yang dapat memudahkan penyebaran informasi dakwah. Berikut beberapa alasan yang
menjadikan media online patut menjadi media penyebaran dakwah

Dengan adanya internet, jangkauan teknologi informasi menjadi lebih luas. Tidak mengenal batas ruang
dan waktu serta memiliki dunianya sendiri menjadi keunggulan dunia maya.

Tidak dipungkiri bahwa dengan adanya akses internet bukan hanya hal positif yang terkandung di
dalamnya begitu pula dengan yang negatif senantiasa beriringan. Oleh karena itu, seandainya dakwah
tidak menggunakan media dunia maya sebagai akses penyebaran nilai dakwah, dakwah tersebut akan
dinilai sebagai sesuatu yang sudah usang baik dari sisi metode yang digunakan maupun subjeknya[1].

Kesimpulan
Dakwah di lingkungan Kampus sangat penting dilakukan dalam menciptakan suasana agamis dan
harmonis. Dengan demikian, mahasiswa memahami arti dakwah dengan sangat beragam, antara lain
ada yang mengartikan dakwah dengan seruan atau ajakan kepada nilai-nilai etis, agamis, atau menyeru
kepada keluhuran ajaran Islam. Mengenai berpengaruh atau tidaknya teknologi informasi terhadap
pengembangan dakwah di kalangan mahasiswa, hasil riset di ITB tahun ajaran 2015 -2016 menyatakan
bahwa teknologi informasi sangat berpengaruh. peran IT dapat mengefektifkan dakwah di kalangan
mahasiswa ITB.

Daftar pustaka

[1] Akram, R. (2017). Peran IT dalam perkembangan dakwah mahasiswa ITB. ITB.

[2] Alam, A. W. M. (2016). 100 % LDK itu keren. Bandung: Gamais Press.

[3] Amin, S. M. (2016). Sejarah peradaban islam cet. 2. Jakarta: Amzah.


Sampaikanlah meskipun dengan satu ayat”— (Hadis)

Sabda Rasulullah di atas barangkali menjadi nafas setiap individu muslim dalam
memaknai perintah berdakwah; mengajak pada kebaikan. Secara jelas, apa yang
disampaikan Nabi Muhammad SAW ini merupakan sebuah kewajiban bagi setiap
pengikutnya. Penyebutan “meskipun dengan satu ayat” menunjukkan bahwa nabi
menginginkan setiap muslim, meskipun dengan keterbatasan ilmu pengetahuan agama,
untuk turut berkontribusi dalam medan dakwah Islam.

Variasi dakwah berdasarkan sejarahnya telah berkembang melalui tata cara yang
sangat beragam dan adaptif terhadap zaman dan target dakwahnya. Sebagai contoh
pada masa awal Islam hadir di tengah jazirah Arab, dakwah lebih banyak menggunakan
kajian dan ajakan tatap muka dan secara sembunyi-sembunyi. Selanjutnya, nabi
kemudian diperintahkan untuk berdakwah secara terbuka. Pada masa khilafah,
konsep futuhat atau perluasan wilayah menjadi pilihan selain juga pembangunan
perpustakaan sebagai sarana pengembangan berbagai macam cabang ilmu
pengetahuan.

Di Indonesia sendiri, Wali Songo — penyebar agama Islam di Nusantara, khususnya di


Pulau Jawa, telah mencontohkan ragam metode dakwah yang variatif dengan
menghadirkan unsur kebudayaan dan kearifan lokal masing-masing wilayah seperti
penggunaan wayang, panggung sandiwara maupun tari-tarian. Lalu bagaimana konsep
dakwah di era media baru saat ini?

NEW MEDIA : AGAMA DALAM RUANG TEKNOLOGI


Ledakan teknologi, khususnya teknologi internet dan informasi saat ini, telah membawa
banyak perubahan pada pola-pola kehidupan manusia. Bagaimana manusia
berkomunikasi, berinteraksi, hingga pola-pola pengasuhan, tak terkecuali pula dalam
beragama.

Herbert Marshall McLuhan, jauh sebelum ini pada tahun 1962 pernah sesumbar soal
global village dalam bukunya The Gutternberg Galaxy yang meramalkan akan hadir
suatu masa dimana masyarakat akan disatukan oleh perkembangan teknologi. Di masa
ini, informasi dapat sangat cepat diakses, sifatnya terbuka, terjadi kesamaan persepsi
dari orang-orang tentang suatu hal karena informasi yang diperoleh sama, dimensi
jarak dan waktu akan lebur, dan jika dunia ini diibaratkan sebagai sebuah desa, masa
itulah yang McLuhan perkirakan dunia akan mewujud sebagai global village.

Ramalan McLuhan mewujud nyata dalam era media-media baru saat ini. Istilah media-
media baru (new media) muncul pada awal abad ke 21,
dimana engangement masyarakat pada teknologi internet sangat kuat sehingga
pemanfaaatan teknologi komunikasi pun kian marak digunakan di seluruh aspek
kehidupan manusia modern. Teknologi komunikasi yang dimaksud adalah
semisal handphone, komputer atau sambungan internet yang dapat memfasilitasi
manusia untuk berkomunikasi dengan interaktif terutama dengan memaksimalkan
penggunaan gambar, video dan suara. Dalam perkembangannya, era media baru
memunculkan sebuah fenomena baru dalam komunikasi antar manusia dengan
munculnya media sosial.

Pertanyaannya, mengapa internet dapat menjadi sosial?

Penjelasan Yalda T. Uhls, psikolog asal Amerika yang menaruh minat pada pengaruh
media dan dunia anak, dapat disimak dengan saksama. Uhls meyakini pada dasarnya
manusia memiliki kecenderungan untuk bergaul. Internet hadir dengan menawarkan
cara-cara berkomunikasi yang kian cepat tanpa batas. Mark Zuckerberg, si
empunya Facebook, juga meyakini bahwasanya manusia memiliki hasrat dasar untuk
mengekspresikan diri, dan Facebook yang diinisiasinya menawarkan terpenuhinya
kebutuhan ekspresi diri di ruang-ruang digital.

Lalu, bagaimana media-media baru dengan basis teknologi internet hadir untuk
memenuhi kebutuhan spiritual seseorang, dalam hal yang lebih besar aktivisme digital,
mempengaruhi praktik beragama seseorang?

Teknologi dan agama seringkali menjadi dua hal yang saling berjauhan, tak saling
terkait. Perkembangan teknologi seringkali dianggap oleh sebagian pihak sebagai
penghambat dan penyebab kelalaian seseorang dalam beribadah. Padahal,
kemunculan media-media baru memiliki dampak yang signifikan dalam aktivitas
beragama seseorang, jika media-media baru ini dimanfaatkan secara tepat guna.

Sebagai contoh, dalam mesin pencari di internet, hal-hal seperti tata cara ibadah dan
hukum-hukum dalam Islam sangat banyak diakses oleh pengguna internet. Hal ini
menunjukkan bahwa keberadaan internet mampu secara signifikan membantu
meningkatkan tingkat spiritualis seseorang. Melihat hal ini kita menyadari betapa
pentingnya keterlibatan agamawan maupun institusi keagamaan untuk menyediakan
konten-konten keagamaan di internet.

Dari sudut pandang amaliah, #SedekahRombongan adalah salah satu contoh menarik


untuk dikaji. Gerakan sadar zakat – infak sodaqoh ini memanfaatkan perkembangan
teknologi dan media-media sosial. Pada mulanya, sang inisiator, Sugiharto, melihat
keuntungan media-media sosial (saat itu BBM Messenger) yang sifatnya mudah
menyebar virality, sehingga tujuan penggalangan zakat dan sedekah yang dimulakan
untuk membantu korban bencana erupsi Merapi saat tahun 2006, dapat cepat tercapai.
Korban dapat segera dibantu. Saat ini, gerakan dengan tagline menyampaikan titipan
dari langit tanpa perlu rumit, sulit dan berbelit, ini masih setia memanfaatkan
kemudahan dan kemurahan media-media baru untuk tetap membangun kesadaran
masyarakat dalam menginfakkan sebagian penghasilannya ke jalan Allah. Pun
pengelolaan dana zakat, infak, sedekah yang digadang-gadang oleh gerakan ini
bersifat transparan, karena era media-media baru saat ini ini menuntut keterbukaan
informasi sebagai sebuah keniscayaan.

IJTIHAD KOLEKTIF SANTRI DIGITAL


Dua dekade lalu, saat budaya membaca di internet mulai marak, para agamawan baik
secara peororangan maupun institusi mulai bergerak untuk  meramaikan literasi digital
dengan ragam isu keagamaan. Di Indonesia, lahirnya portal berita maupun situs
keagamaan semisal NU-Online, konsultasisyariah, islami.co, dream.co dan lainnya
menandai mulainya keterlibatan masyarakat dalam dakwah digital. Dalam tubuh NU
sendiri, kemunculan NU-Online sangat signifikan bukan hanya bagi mereka yang haus
akan berita, tapi juga sebuah ruang baca atau perpustakaan bagi masyarakat yang
menginginkan bacaan seputar kajian kegamaan dalam manhaj Ahlusunah. Sejak
kelahirannya, NU-Online menjadi referensi wajib warganet Nahdliyin dalam
mendapatkan informasi seputar organisasi mereka.

Kemudian lahirlah fenomena sosial media, dimana eksposur masyrakat dalam


menggunakan internet semakin tinggi dan usia pengguna internet semakin tanpa batas
minimal maupun maksimal. Dalam menggunakan media sosial, masyarakat dimanjakan
dengan kecepatan informasi dan kemungkinan untuk secara interaktif melakukan
komunikasi instan. Hal ini membuat portal berita atau situs organisasi mengalami
tantangan. Tantangan pertama adalah pengguna media sosial secara umum lebih
muda ketimbang pengguna platform online lainnya yang kemudian menuntut penyedia
informasi untuk menyederhanakan konten agar lebih mudah dicerna oleh pembaca.
Kedua, pengguna media sosial menuntut inovasi dalam penyajian informasi, bukan lagi
melulu tulisan tapi juga dalam bentuk video, infografis, gambar dan suara. Hal ini
tentunya bukan hal yang mudah untuk dilakukan.

Pada 2016, penulis dan beberapa anak muda lulusan pesantren menginisiasi lahirnya
Arus Informasi Santri (AIS Nusantara). Dengan visi digitalisasi dakwah pondok
pesantren, berdirinya AIS bertujuan untuk mengisi ruang kekosongan pada medan
dakwah sosial media. Konten keagamaan yang AIS tawarkan secara utuh disesuaikan
untuk warganet usia muda dibawah 25 tahun. Penyajian informasi pun dibuat lebih
variatif dengan menggunakan ragam format yang lebih eye-catching dan modern.
Selama setahun, AIS menunjukkan telah mampu berkontribusi dalam menyemerakkan
dakwah digital. Sederhananya, AIS menerjemahkan dan mengubah konten yang dibuat
oleh NU-Online kedalam bentuk yang lebih sederhana dengan media yang lebih variatif.
Saat ini ais memiliki lebih dari 500 anggota yang tersebar di beberapa regional. Dengan
banyaknya admin dan akun didalamnya, AIS berupaya untuk mampu menyediakan
narasi penyeimbang radikalisme dan pemahaman keagamaan yang ekstrim di media
sosial.
Kopdarnas AIS Nusantara ke-3 di Bandung, Jawa
Barat
LITERASI DIGITAL : STRATEGI MEMENANGKAN DAKWAH DIGITAL
Manfaat, peluang, serta tantangan media-media baru dalam gerakan dakwah di
Indonesia seperti yang telah dipaparkan tersebut di atas memunculkan sebuah tekad
untuk mengoptimalisasikan ruang-ruang siber bagi kepentingan dakwah. Salah satu
yang dapat diupayakan adalah literasi digital. Paul Gilster, yang pertama kali
memunculkan istilah literasi digital memaknai literasi digital sebagai “the ability to
understand and use information in multiple formats from a wide variety of sources when
it is presented via computers”. Literasi digital merupakan kemampuan untuk memahami
dan menggunakan informasi dalam berbagai format dari beragam sumber yang
disajikan.

Peningkatan kualitas dunia digital dalam bidang keagamaan sebaiknya bukan hanya
pada penyedia informasi tapi juga pada pembacanya. Terdapat empat kompetensi inti
yang mencirikan seseorang cerdas secara digital sebagaimana yang dimaksud Gilster,
yaitu pencarian internet, navigasi hypertext, evaluasi konten dan penyusunan
pengetahuan.

Kompetensi pencarian di internet (internet searching) adalah kemampuan seseorang


dalam menggunakan mesin pencarian di internet yang disertai dengan pemahaman
tentang apa itu internet. Pemahaman seseorang tentang penggunaan mesin pencarian
akan mendorong seseorang memanfaatkan internet untuk beraktivitas seperti
bergabung dengan grup diskusi, mengelola email, dan menggunakan internet untuk
kepentingan hiburan misalnya mendengarkan lagu atau menonton video. Tingkat
pemahaman seseorang terhadap internet atau suatu platform media sosial juga akan
menjadi dasar pada seseorang tersebut dalam memilah platform tertentu untuk
digunakannya baik sebagai ruang ekspresi atau ruang belajarnya. Dalam ranah
keagamaan, kemampuan ini sangat membantu warganet dalam memilah informasi
sehingga terhindar dari kesesatan ideologis.

Kompetensi selanjutnya dalam literasi digital menurut Gilster adalah kemampuan


navigasi hypertextual, dimana seseorang mampu memahami dan mengetahui cara
kerja hypertext dan hyperlink serta memahami perbedaan informasi yang tersedia di
internet dengan di buku. Untuk memahami cara kerja hypertext dan hyperlink,
seseorang tentunya harus memahami terlebih dahulu
apakah hypertext dan hyperlink itu. Kemampuan dalam
navigasi hypertextual memungkinkan seseorang untuk mencari sumber berita dari
berita suatu situs/website. Dengan kata lain, kemampuan teknis ini mendorong
seseorang untuk tidak menelan mentah-mentah berita yang disajikan oleh suatu situs,
ia akan mencari tautan berita atau referensi yang mendasari berita tersebut. Banyaknya
berita bohong atau hoax yang beredar di media sosial saat ini lebih banyak dikarenakan
kurangnya kemampuan masyarakat akan kompetensi ini.

Kemampuan evaluasi konten adalah kompetensi yang menandakan seseorang memiliki


literasi digital yang baik menurut Gilster. Kemampuan ini diperlukan seseorang dalam
menghadapi derasnya informasi digital yang beredar melalui internet. Dengan memiliki
kemampuan evaluasi konten, seseorang dituntut untuk lebih kritis terhadap informasi
yang diperolehnya melalui internet. Akses tanpa batas dalam penggunaan media sosial
membuat informasi yang tersedia di internet menjadi sangat tidak terkontrol. Islamic
State of Iraq and Syria (ISIS) misalnya, menyadari betul kesempatan ini dapat mereka
gunakan untuk membuat jejaring teror, atau setidaknya menyebarkan teror. Lone-
wolf atau pelaku teror yang bergerak sendiri saat ini sangat meresahkan karena mereka
bergerak tanpa komando dan melakukannya karena terhasut konten radikal di internet.

Kompetensi inti literasi digital yang terakhir adalam penyusunan pengetahuan yaitu
berupa kemampuan seseorang dalam menggunakan kata kunci ketika melakukan
pencarian informasi, bergabung dengan grup diskusi di internet untuk memperoleh
informasi, memanfaatkan sumber informasi lain selain internet serta cara yang
dilakukan dalam menyusun pengetahuan. Kata kunci diperlukan dalam memudahkan
seseorang ketika mencari informasi yang dibutuhkannya. Dengan menggunakan kata
kunci, pencarian yang dilakukan melalui search engine juga akan lebih spesifik dan
relevan dengan informasi yang diperlukan.

Dalam aktivitas dakwah digital, empat kompetensi ini menjadi sangat penting untuk
diupayakan agar dimiliki baik oleh penyedia maupun pengakses informasi. Sosialisasi
dan pendidikan penggunaan media sosial bagi warganet Nahdliyin harus lebih
ditingkatkan lagi. Tugas berat bagi NU-Online, AIS Nusantara, pcinusudan.com  dan
para conten creator  Nahdliyin lainnya belum selesai hanya di tataran menyediakan
konten. Penyadaran akan pentingnya literasi digital juga menjadi sebuah hal yang
sangat prinsip untuk segera diupayakan.

Dalam dunia digital istilah Izzul Islam wal Muslimin adalah bukan tentang


menjadi trending topic di media sosial, tapi lebih dari itu, kemenangan Islam di media
digital adalah saat warganet muslim mampu menjadi pembaca yang cerdas dan
memiliki kompetensi literasi digital.//(Romzi)
Sejarah Singkat Wali Songo Dalam Menyebar Agama Islam di Jawa

31 JUL 2018 ANISA NURFADILA

Sejarah Singkat Wali Songo Dalam Menyebar Agama Islam di Jawa

wali songo via rahayuefendikarina.blogspot.com

Sobat tentu sering mendengar kisah tentang wali songo, bukan? Wali songo adalah penyebar islam di
pulau jawa. Wali songo berarti sembilan orang wali. Mereka adalah Maulana Malik Ibrahim, Sunan
Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria serta Sunan
Gunung Jati.

Wali songop tidak hidup pada saat yang bersamaan.Maulana Malik Ibrahim yang tertua, Sunan Ampel
anak Maulana Malik Ibrahim. Sunan Giri adalah keponakan Maulana Malik Ibrahim, Sunan Bonang dan
Sunan Drajat adalah anak dari Sunan Ampel.

Sunan Kalijaga merupakan murid Sunan Bonang, Sunan Muria anak Sunan Kalijaga, Sunan Kudus murid
Sunan Kalijaga, Sunan Gunung Jati adalah sahabat para Sunan, kecuali Maulana Malik Ibrahim, karena ia
lebih dahulu meninggal.

Mereka adalah para intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya. Mereka
mengenalkan berbagai peradaban baru mulai dari kesehatan, bercocok tanam, niaga, kebudayaan dan
kesenian, kemasyarakatan hingga pemerintahan.

Era Wali Songo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk
digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah symbol penyebaran Islam di Indonesia.

Peranan mereka sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa. Pengaruhnya terhadap
kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung memvuat wali songo ini lebih banyak
disebut dibanding yang lain.
Baca Juga : 5 Rukun Nikah dalam Islam yang Wajib Diketahui Semua Calon Pengantin

Sejarah Singkat Wali Songo

Masuknya agama Islam di pulau Jawa, pada mulanya dibawa oleh para pedagang yang berasal dari
Malaka. Namun, penyebarannya dilakukan oleh para wali. Wali adalah penyiar agama Islam di Jawa.

Dengan demikian, perkembangan Islam di pulau Jawa tidak lepas dari peranan para wali. Jumlah wali
yang terkenal ada sembilan, yang dalam bahasa Jawa dikenal dengan sebutan songo, sehingga jadilah
sebutan Wali Songo. Adapun para Wali Songo tersebut adalah:

1. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim / Syekh Maulana Magribi)

Pada mulanya Sunan Gresik merupakan salah satu ahli dakwah yang dikirim oleh Sultan Zainal Abidin
dari kerajaan Samudra Pasai untuk menyebarkan pengaruh Islam ke pulau Jawa dan Sulawesi bersama
dengan Maulana Ishak. Setelah lama di pulau Jawa, Sunan Gresik juga dikenal dengan panggilan
Maulana magribi atau Syekh Magribi karena berasal dari wilayah Magribi, Afrika Utara. Dan ada juga
yang menyebutnya Syekh Jumadil Kubra.

Kedatangan Sunan Gresik di Jawa tercatat sebagai orang Islam pertama yang masuk ke Jawa. Oleh
karena itu, kedatangannya dianggap sebagai permulaan masuk Islam di pulau Jawa. Dalam menyiarkan
ajaran Islam, beliau menerapkan metode dakwah yang tepat untuk menarik simpati warga masyarakat
terhadap agama Islam.

Beliau wafat pada tanggal 12 Rabiul Awwal 882 H atau 8 April 1419 M dan di makamkan di pekuburan
Wetan Gresik.

2. Sunan Ampel (Raden Rahmat)

Sunan Ampel lahir di Campa, Aceh pada tahun 1401 M dengan nama aslinya Raden Rahmat. Ia adalah
putra Maulana Malik Ibrahim. Sunan ampel memulai aktivitasnya dengan mendirikan Pesantren Ampel
Denta sehingga ia juga dikenal sebagai pembina pondok di Jawa Timur.
Di pesantren tersebut, ia mendidik dan membimbing para pemuda Islam untuk menjadi da’i.
Diantaranya ada Raden Paku, Raden Patah, Raden Makhdum Ibrahim, Maulana Ishak dan Syarifudin.

Sunan Ampel adalah orang yang mengangkat Raden Patah sebagai sultan pertama Demak yang
mempunyai jasa paling besar dalam meletakkan peran politik umat Islam di Nusantara. Sunan Ampel
wafat di Surabaya pada tahun 1481 M dan di makamkan di Ampel.

3. Sunan Bonang (Raden Maulana Makhdum Ibrahim)

Lahir di Surabaya tahun 1465 M. Ia adalah putranya Raden Rahmat, cucunya Sunan Gresik, dan sudara
sepupu Sunan Kalijaga. Sunan Bonang dianggap sebagai “pencipta gending pertama”. Dalam
menyebarkan Islam ia selalu menyesuaikan diri dengan kebudayaan masyarakat Jawa yang sangat
menggemari wayang dan musik gamelan. Beliau memusatkan dakwahnya di Tuban.

Dalam aktivitas dakwahnya, ia mengganti nama-nama dewa dengan nama-nama malaikat. Sunan
Bonang memberikan pendidikan Islam secara mendalam kepada Raden Patah, putra raja Majapahit
Prabu Brawijaya V, yang kemudian menjadi Sultan Demak Pertama. Sunan Bonang wafat di Tuban tahun
1525 M.

4. Sunan Giri (Raden Paku/ Prabu Satmata/ Sultan Abdul Fakih)

Lahir pada pertengahan abad ke-15 dengan nama asli Raden Paku. Ia adalah putra Maulana Ishak dan
dikenal dengan panggilan Raden Ainul Yaqin.

Sunan Giri memulai aktivitas dakwahnya di daerah Giri dan sekitarnya dengan mendirikan sebuah
pesantren dengan nama “Pesantren Sunan Giri”. Ia mengirim da’i terdidik ke berbagai daerah di luar
pulau Jawa, seperti di Madura, Ternate, Tedore dan Kangean.

Ia terkenal sebagai pendidik yang berjiwa demokratis. Ia mendidik anak-anak dengan berbagai
permainan yang berjiwa agama seperti jelungan, jor gula, cublak-cublak, suweng, iler-iler yang masih
dikenang hingga saat ini. Sunan Giri wafat dan dimakamkan di Giri, Gresik pada tahun 1506 M.

5. Sunan Drajat (Raden Kosim/ Syarifuddin Masih Munat/ Sunan Sedayu)

Lahir di Ampel, Surabaya pada tahun 1407 dengan nama asli Raden Qosim atau Syarifuddin. Ia
merupakan putra Sunan Ampel. Pada waktu para wali memutuskan untuk mengadakan pendekatan
cultural pada masyarakat Jawa dalam menyiarkan Islam.
Sunan Drajat juga tidak ketinggalan untuk menciptakan tembang Jawa yang sampai saat ini masih
digemari masyarakat, yaitu tembang pangkur.

Hal yang paling menonjol dalam dakwahnya Sunan Drajat ialah perhatiannya yang serius pada masalah-
masalah sosial. Dakwahnya selalu berorientasi pada kegotong-royongan. Sunan Drajat wafat di Sedayu,
Gresik pada pertengahan abad ke-16 M.

6. Sunan Kalijaga (Raden Mas Syahid/Syekh Malaya)

Dilahirkan pada akhir abad ke-14 M dengan nama Raden Mas Syahid. Ayahnya bernama Raden Sahur
Tumenggung Wilwatikta yang menjadi Bupati Tuban. Dan ibunya bernama Nawang Rum.

Karena sistem dakwahnya yang akurat dan intelek, para bangsawan dan cendikiawan banyak yang
bersimpati kepadanya. Sunan Kalijaga sangat berjasa dalam perkembangan wayang purwa atau wayang
kulit yang bercorak Islam seperti saat ini.

Sunan Kalijaga mengarang aneka cerita wayang bernapaskan Islam terutama mengenai etika. Beliau juga
berjasa dalam pengembangan seni suara, seni ukir, seni pahat, dan kesusatraan.

7. Sunan Kudus (Ja’far Sadiq/ Raden Undung)

Sunan Kudus menyiarkan agama Islam di daerah Kudus dan sekitarnya. Ia memiliki keahlian khusus
dalam ilmu fiqih, ushul fiqh, tauhid, tafsir, hadits dan logika.

Oleh karenanya, diantara wali songo yang lain, ia mendapat julukan waliyyul’ilmi atau orang yang kuat
ilmunya. Beliau juga melaksanakan dakwah denganpendekatan kultural.

8. Sunan Muria (Raden Umar Said)

Beliau adalah putra Sunan Kalijaga. Sunan Muria memusatkan aktivitas dakwahnya di gunung Muria
yang terletak 18 km sebelah utara kota Kudus. Ia menjadikan tempat-tempat terpencil sebagai pusat
dakwahnya.
Ia lebih suka menyendiri dan tinggal di desa serta bergaul dengan rakyat biasa. Beliau mengadakan
kursus-kursus untuk kaum nelayan, pedagang dan rakyat biasa untuk mendalami ilmu agama Islam.

9. Sunan Gunungjati (Syarif Hidayatullah)

Lahir di Mekkah tahun 1448 M. Ia adalah cucu Raja Pajajaran, Prabu Siliwangi. Ia mengembangkan
ajaran Islam di Cirebon, Majalengka, Kawali, Kuningan, Sunda Kelapa, Dan Banten.

Sunan Gunungjati sangat berjasa dalam memajukan kerajaan Demak, khususnya dalam pelantikan
Sultan Trenggono sebagai raja Demak ketiga hingga kerajaan Demak mencapai puncak kejayaannya
sebagai kerajaan Islam di pulau Jawa.

Peran teknologi informasi dan komunikasi dalam dakwah dan pendidikan


1. 1. Oleh Dadang Abdullah Hafidz Aziz Abdullah Jihad Al-Akbar
2. 2. Pendahuluan Kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi telah mendorong terjadinya
banyak perubahan, termasuk dalam bidang pendidikan yang melahirkan konsep e-learning.
Dengan e-learning, pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien. Teknologi Informasi dan
Komunikasi juga sangat memungkinkan dimanfaatkan di pesantren sehingga menghasilkan
konsep e-pesantren. E-Pesantren memberikan para santri, ustadz, dan pengelola pesantren
untuk Mengambil banyak manfaat, di antaranya fleksibilitas program pendidikan, dakwah
syiar islam, dan bahan kajian yang dapat dibuat lebih menarik dan berkesan. Integrasi
teknologi informasi dan komunikasi pada pendidikan di Pesantren meningkatkan kualitas
pendidikan di pesantren dan kemudahan dakwah.
3. 3. Kemajauan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) juga telah mendorong manusia
untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pada setiap kegiatannya. Bidang- Bidang
seperti e-commerce, e-banking, e-government misalnya, telah banyak memanfaatkan
kemajuan TIK dalam aktivitasnya. Memasuki abad XXI ini, banyak institusi pendidikan,
khususnya di luar negeri, berusaha meningkatkan kualitas pembelajarannya dengan
memanfaatkan kemajuan TIK melalui program e- learning.
4. 4. TIK dan Pembelajaran Kekuatan TIK telah mendorong para insan pendidikan untuk
memanfaatkannya dalam bidang pendidikan. Kekuatan TIK telah mendorong terjadinya
perubahan dalam kurikulum, yang meliputi perubahan tujuan dan isi, aktivitas belajar, latihan
dan penilaian, hasil akhir belajar, serta nilai tambah yang positip. Oleh karena itu, saat ini
muncul istilah-istilah seperti e- teacher, e-test, e-library, e-education, virtual school, virtual
university, e-learning, dan sebagainya. E-Learning adalah pembelajaran yang menggunakan
TIK untuk mentransformasikan proses pembelajaran antara pendidik dan peserta didik.
5. 5. Pendidikan berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi
6. 6. Tujuan utama penggunaan teknologi ini adalah meningkatkan efisiensi dan efektivitas,
transparansi, dan akuntabilitas pembelajaran. TIK yang digunakan untuk menyampaikan
materi pembelajaran dalam elearning ini dapat berupa komputer, LAN (local area network),
WAN (wide area network), internet, intranet, satelit, TV, CD ROM, dan sebagainya. Bahan
pembelajaran yang bercirikan multimedia, mempunyai teks, grafik, animasi, simulasi, audio,
video. Hal ini merupakan kelebihan yang dimiliki media berbasis komputer. Di samping itu,
suatu elearning juga harus mempunyai kemudahan bantuan profesional isi pelajaran secara
online.
7. 7. Internet sebagai media pembelajaran online
8. 8. Dari uraian tersebut jelas bahwa e-learning menggunakan TIK sebagai alat, dengan
tujuan meningkatkan efisiensi, efektivitas, transparansi, akuntabilitas, dan kenyamanan
belajar; dengan obyeknya adalah layanan pembelajaran yang lebih baik, menarik, interaktif,
dan atraktif. Hasil akhir yang diharapkan adalah peningkatan prestasi dan kecakapan
akademik peserta didik serta pengurangan biaya, waktu, dan tenaga untuk proses
pembelajaran.
9. 9. Peralihan trend pembelajaran Kini Yang Akan Datang e-learning Model m-learning Model
Web-based course Web-based course Integrated multimedia Integrated multimedia
Computer mediated communication Mobile/handphone mediated communication Computer
intelligent system Computer intelligent system
10. 10. E- learning
11. 11. TIK dan Pesantren Kemajuan TIK telah mendorong orang-orang kreatif untuk
merealisasikan dan memajukan gagasan atau ide secara efektif dan efisien. Pada saat ini
beberapa kelompok anak muda, yang (mungkin) tidak mempunyai pesantren nyata, telah
berupaya membangun pesantren elektronik (e-pesantren), seperti pesantren indigo dan
pesantren virtual.
12. 12. Dalam e-pesantren, seperti pada situs http://pesantrenvirtual.com/, terdapat juga
program- program seperti dalam pesantren konvensional. Menu- menu seperti Konsultasi
Ustadz, Dzikir dan Doa, Hikmah, Konsultasi, Tanya Jawab, Fiqih, dan kajian- kajian lainnya.
Ini menunjukkan bahwa dengan TIK media dakwah atau syiar Islam dari para ustadz dan
santri bisa bertambah. Setiap saat mereka akan berdakwah, tidak akan menemui masalah
karena medianya semakin mudah. Memperhatikan karakteristik epesantren tersebut, jelas
bahwa model ini sangat bermanfaat, baik bagi santri maupun tenaga pengajar (ustadz),
bahkan juga bagi para pengelola pesantren. E-pesantren memungkinkan pelaksanaan
pembelajaran jarak jauh semakin mudah dan terbuka.
13. 13. Berikut ini adalah beberapa keuntungan yang dapat diperoleh bagi santri dengan adanya
model e-pesantren : 1. Membangun interaksi ketika santri melakukan diskusi secara on line.
2. Mengakomodasi perbedaan santri. 3. Santri dapat mengulang materi belajar yang sulit
berkali-kali, sampai pemahaman diperoleh. 4. Kemudahan akses, kapan saja dan di mana
saja. 5. Santri dapat belajar dalam suasana yang ‘bebas tanpa tekanan’, tidak malu untuk
bertanya (secara on line). 6. Mereduksi waktu dan biaya perjalanan. 7. Mendorong santri
untuk menelusuri informasi ke situs-situs pada world wide web. 8. Memungkinkan santri
memilih target dan materi yang sesuai pada web. 9. Mengembangkan kemampuan teknis
dalam menggunakan internet. 10. Mendorong santri untuk bertanggung jawab terhadap
belajarnya dan membangun self-knowledge dan self-confidence.
14. 14. Keuntungan yang lain adalah : 1. kemudahan akses kapan saja dan di mana saja 2.
mereduksi biaya perjalanan dan akomodasi pada program pelatihan. 3. mendorong para
ustadz mengakses sumber-sumber kajian yang up-to-date. 4. memungkinkan para ustadz
mengkomunikasikan gagasan-gagasannya dalam cakupan wilayah yang lebih luas.
15. 15. Bagi pengelola pesantren, e-pesantren juga mempunyai manfaat yang sangat luas, di
antaranya adalah meningkatkan prestise dan akuntabilitas lembaga. E- pesantren
memungkinkan menciptakan sistem distance education dan virtual school/boarding. Dengan
sistem ini jelas bahwa pengelola pesantren tidak lagi perlu direpotkan dengan pengadaan
ruang-ruang belajar dan sarana lainnya seperti dalam pesantren tradisional. Ini berarti e-
pesantren akan menghemat biaya pengadaan prasarana untuk pembelajaran dan biaya
operasional pemeliharaan peralatan dan gedung.
16. 16. Pesantren pada hakekatnya adalah komunitas pembelajaran. Suatu komunitas tentu
bukan sekedar kumpulan santri di ruangan kelas. Suatu komunitas akan melahirkan
interaksi, baik formal maupun informal, sehingga menumbuhkan dialog, pertukaran ide atau
pemikiran atas berbagai topik kajian. Interaksi di antara komunitas pesantren tersebut akan
melahirkan pengetahuan baru, melalui pertukaran pemikiran.
17. 17. Di sisi lain pesantren (konvensional) dalam sejarahnya selalu menimbulkan kekaguman
dan kebanggaan atas segala perjuangannya sebagai institusi pendidikan. Pesantren
(konvensional) yang pada awalnya hanya menyelenggarakan pendidikan nonformal
(pendidikan Islam), sekarang sudah hampir semuanya juga menyelenggarakan pendidikan
formal. Fenomena ini menunjukkan bahwa pesantren mampu melakukan adaptasi dan
reposisi fungsi pendidikan masyarakat sesuai dengan kemajuan jaman dan kebutuhan
masyarakat.
18. 18. Di pesantren ada narasumber, yaitu para kyai dan ustadz, dan rujukan yaitu kitab-kitab
fiqih, hadist, kuning, dan Sebagainya. Di sana juga terdapat media interaksi formal maupun
informal, seperti misalnya dikenal metode interkasi sorogan (individual) atau bandongan
(kelompok). Di pesantren terdapat leadership dan keteladanan yang diberikan oleh para kyai
dan ustadz, serta ada juga kebebasan dan tanggung jawab yang diberikan dan dituntut pada
santri. Di samping itu, pada pesantren ada kemandirian dari para santrinya dan tentu juga
ada saling ketergantungan.
19. 19. KESIMPULAN Pemanfaatan TIK pada pembelajaran memberikan banyak keuntungan,
baik bagi santri, ustadz, maupun pengelola pesantren. Pemanfaatan TIK dapat
meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses pembelajaran. Di samping itu, dengan TIK
akan memperluas dan meningkatkan dakwah syiar islam dan pendidikan masyarakat.
Walaupun infrastruktur untuk menyelenggarakan e-pesantren belum memadai, sudah
sewajarnya konsep e-pesantren diperkenalkan kepada para santri. Hal ini dilakukan supaya
para santri tidak ketinggalan dalam derasnya arus perkembangan TIK yang sangat cepat.
Tidak bijaksana jika menunggu sampai infrastruktur untuk penerapan e-pesantren memadai.
Jika pilihan ini yang ditempuh, dunia pesantren akan tertinggal jauh dibelakang
dibandingkan dengan lembaga pendidikan lain.

Anda mungkin juga menyukai