Anda di halaman 1dari 28

GURINDAM

GURINDAM 12 adalah puisi lama karya Raja Ali Haji, seorang sastrawan dan
Pahlawan Nasional dari Pulau penyengat Provinsi Kepulauan Riau.

PASAL I#
Barang Siapa tiada memegang agama
sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama
=> Maksudnya adalah setiap manusia harus memiliki agama karena agama sangat penting
bagi kehidupan manusia, orang yang tidak mempunyai agama akan buta arah menjalankan
hidupnya

Barang siapa mengenal yang empat,


maka ia itulah orang ma'rifat
=> 4 zat yang menjadikan manusia mula-mula adalah syariat, tarikat, hakikat dan ma'rifat.
jika tahu tentang itu, maka dia juga akan mengenal tuhannya.

Barang siapa mengenal Allah,


suruh dan tegahnya tiada ia menyalah
=> orang yang bertaqwa kepada Allah, akan menjalankan perintahnya dan menjauhi
larangannya

Barang siapa mengenal diri,


maka telah mengenal akan Tuhan yang bahri
=> orang yang mengenal dirinya sendiri, maka ia mengenal Tuhan dan kekuasaanNya

Barang siapa mengenal dunia,


tahulah ia barang terpedaya
=> orang yang mengetahui kebahagiaan di dunia, pasti mengerti bahwa itu hanya tipu daya

Barang siapa mengenal akhirat,


tahulah ia dunia melarat
=> orang yang mengerti akan kehidupan akhirat, ia tau bahwa kehidupan di dunia hanya
sementara dan fana dibandingkan kehidupan di akhirat
PASAL 2#
Barang siapa mengenal yang tersebut,
tahulah ia makna takut.
=> orang yang taat kepada Allah, pasti takut dengan larangan Allah dan menjalankan
perintahNya

Barang siapa meninggalkan sembahyang,


seperti rumah tiada bertiang.
=> orang yang tidak sembahyang, maka hidupnya pasti runtuh

Barang siapa meninggalkan puasa


tidaklah mendapat dua temasya.
=> orang yang meninggalkan puasa, hidupnya pun sia-sia dan Allah tidak akan menjaganya
di dunia maupun akhirat

Barang siapa meninggalkan zakat


tiadalah hartanya beroleh berkat.
=> orang yang tidak berzakat, hartanya tidak bermanfaat

Barang siapa meninggalkan haji,


tiadalah ia menyempurnakan janji.
=> orang yang mampu pergi haji namun tidak menjalankannya, maka ia telah ingkar janji
dengan agamanya sendiri (Islam)

PASAL 3#
Apabila terpelihara mata,
sedikitlah cita-cita.
=> orang yang tidak menjaga hawa nafsu, akan rugi

Apabila terpelihara kuping,


khabar yang jahat tiadalah damping.
=> jaga telinga untuk mendengar pembicaraan yang baik saja, jangan hiraukan pembicaraan
yang tidak penting dan jahat
Apabila terpelihara lidah,
nescaya dapat daripadanya faedah.
=> menjaga setiap ucapan agar memperoleh kebaikan

Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan,


daripada segala berat dan ringan.
=> berhati-hati dalam berbuat sesuatu

Apabila perut terlalu penuh,


keluarlah fi'il yang tiada senonoh.
=> sesuatu yang berlebihan, akhirnya pasti buruk

Anggota tengah hendaklah ingat,


di situlah banyak orang yang hilang semangat
=> jika ingin mencapai sesuatu jangan setengah-setengah

Hendaklah peliharakan kaki,


daripada berjalan yang membawa rugi.
=> hati-hati dalam melangkah atau mengambil suatu keputusan.

PASAL 4#
Hati kerajaan di dalam tubuh,
jikalai zalim segala anggota pun roboh
=> hati yang jahat dapat membawa kesengsaraan

Apabila dengki sudah bertanah,


datanglah daripadanya beberapa anak panah
=> Rasa iri dan dengki akan mendapat penderitaan

Mengumpat dan memuji hendaklah pikir,


di situlah banyak orang yang tergelincir
=> berpikir dahulu dalam berbuat, agat tidak melakukan perbuatan yang salah.
Pekerjaan marah jangan dibela,
nanti hilang akal di kepala
=> orang yang melakukan sesuatu dengan emosi, tidak akan bisa berpikir dengan baik

Jika sedikitpun berbuat bohong,


boleh diumpamakan mulutnya itu pekong
=> orang yang berbohong akan menerima akibat dari kebohongannya

Tanda orang yang amat celaka,


aib dirinya tiada ia sangka
=> orang yang tidak menyadari aibnya sendiri adalah orang yang celaka

Bakhil jangan diberi singgah,


itupun perampok yang amat gagah.
=> sifat buruk janganlah dipelihara, hendaknya dirubah

Barang siapa yang sudah besar,


janganlah kelakuannya membuat kasar.
=> orang yang memiliki kuasa janganlah berlaku sewenang-wenang

Barang siapa perkataan kotor,


mulutnya itu umpama ketur.
=> orang yang berkata tidak baik, akan mendapat predikat yang buruk

Di mana tahu salah diri,


jika tidak orang lain yang berperi.
=> mengetahui kesalahan diri sendiri dari penilaian orang lain

PASAL 5#
Jika hendak mengenal orang berbangsa,
lihat kepada budi dan bahasa.
=> orang yang baik bisa dilihat dari etikanya
Jika hendak mengenal orang berbahagia,
sangat memeliharakan yang sia-sia
=> orang yang berbahagia, tidak menyia-nyiakan apapun

Jika hendak mengenal orang mulia,


lihatlah kepada kelakuan dia.
=> orang yang mulia itu, apabila ia berkelakuan baik

Jika hendak mengenal orang berilmu,


bertanya dan belajar tiadalah jemu.
=> orang yang berilmu adalah orang yang tidak putus asa dan selalu berusaha mencari ilmu

Jika hendak mengenal orang yang berakal,


di dalam dunia mengambil bekal
=> orang yang berakal, akan mengumpulkan bekal/pahala untuk di akhirat

Jika hendak mengenal orang yang baik perangai,


lihat pada ketika bercampur dengan orang ramai.
=> orang yang baik dilihat dari cara ia berinteraksi dengan orang lain.

PASAL 6#
Cahari olehmu akan sahabat,
yang boleh dijadikan obat.
=> carilah sahabat yang selalu ada dalam situasi apapun

Cahari olehmu akan guru,


yang boleh tahukan tiap seteru
=> carilah seorang guru / orang yang berpengalaman untuk membimbing kita

Cahari olehmu akan isteri,


yang boleh menyerahkan diri.
=> carilah pasangan yang baik dan rela berkorban
Cahari olehmu akan kawan,
pilih segala orang yang setiawan.
=> carilah teman yang setia dan tidak berkhianat

Cahari olehmu akan abdi,


yang ada baik sedikit budi.
=> carilah seseorang yang memiliki budi pekerti baik

PASAL 7#
Apabila banyak berkata-kata,
di situlah jalan masuk dusta.
=> orang yang banyak bicara, lebih banyak berkata dusta

Apabila banyak berlebih-lebihan suka,


itulah tanda hampir duka
=> orang yang suka berlebih-lebihan dapat mendatangkan petaka

Apabila kita kurang siasat, 


itulah tanda pekerjaan hendak sesat.
=> berhati-hati dalam melakukan pekerjaan dan persiapkan dahulu secara matang

Apabila anak tidak dilatih,


jika besar bapaknya letih
=> anak yang tidak dibimbing dengan baik sejak kecil, saat besar akan melawan orang
tuanya

Apabila banyak mencela orang


itulah tanda dirinya kurang
=> orang yang suka mencela orang lain, tidak menyadari kekurangan dirinya sendiri
Apabila orang banyak tidur,
sia-sia sahajalah umur
=> orang yang banyak tidur, hidupnya sia-sia

Apabila mendengar akan khabar,


menerimanya itu hendaklah sabar
=> menghadapi sesuatu hal hendaknya dengan penuh kesabaran

Apabila mendengar akan aduan,


membicarakannya itulah hendaklah cemburuan
=> apabila ada yang membicarakan keburukan seseorang, lebih baik hiraukan

Apabila perkataan lemah-lembut,


lekaslah segala orang mengikut
=> ikuti perilaku yang baik

Apabila perkataan yang amat kasar,


lekaslah orang sekalian gusar
=> jauhi perilaku yang buruk

Apabila pekerjaan yang amat benar,


tidak boleh orang berbuat onar
=>jangan mengacau jika ada orang yang hendak berbuat baik
PASAL 8#
Barang siapa khianat akan dirinya,
apalagi kepada lainnya.
=> jika kita membohongi diri sendiri sama saja dengan membohongi orang lain
Kepada dirinya ia aniaya,
orang itu jangan engkau percaya
=> jangan percaya orang yang menghancurkan dirinya sendiri 

Lidah yang suka membenarkan dirinya,


daripada yang lain dapat kesalahannya
=> orang yang berbohong untuk menutupi kesalahan dan menganggap dirinya lebih benar
dibandingkan orang lain

Daripada memuji diri hendaklah sabar,


biar pada orang datangnya khabar
=> jika ingin mendapatkan sesuatu yang baik hendaklah sabar

orang yang suka menampakkan jasa,


setengah daripada syirik mengaku kuasa
=> tidak baik memamerkan jasa yang telah kita lakukan

Kejahatan diri disembunyikan,


kebaikan diri didiamkan.
=> menutupi sisi negatif dari diri sendiri dan hanya menunjukkan sisi positif dari diri kita

Keaiban orang jangan suka dibuka,


keaiban diri hendaklah sangka.
=> menyadari kesalahan diri sendiri daripada membuka aib orang lain

PASAL 9#
Tahu pekerjaan tak baik tetapi dikerjakan,
bukannya manusia yaitulah syaitan.
=>orang yang tahu bahwa yang dia lakukan itu tidak benar, tetapi tetap ia lakukan itu sama
saja dengan syaitan

Kejahatan seorang perempuan tua,


itulah iblis punya penggawa
=> orang jahat adalah pengikut iblis
Kepada segala hamba-hamba raja,
di situlah syaitan tempatnya manja
=>syaitan suka kepada orang yang malas

Kebanyakan orang yang muda-muda,


di situlah syaitan tempat berkuda
=> masa-masa muda penuh dengan godaan yang dapat menjerumuskan diri sendiri

Perkumpulan laki-laki dengan perempuan,


di situlah syaitan punya jamuan
=>jika laki-laki dengan perempuan yang bukan muhrim berduaan, maka akan menimbulkan
dosa

Adapun orang tua yang hemat,


syaitan tak suka membuat sahabat
=> syaitan tidak suka dengan orang yang hemat

Jika orang muda kuat berguru,


dengan syaitan jadi berseteru
=> orang yang rajin menuntut ilmu adalah musuhnya syaitan

PASAL 10#
Dengan bapa jangan durhaka,
supaya Allah tidak murka
=> harus patuh terhadap orang tua, agar mendapat ridha dari Allah Swt

Dengan Ibu hendaklah hormat,


supaya badan dapat selamat
=> hormatilah ibumu agar selamat dunia akhirat

Dengan anak janganlah lalai,


supaya boleh naik ke tengah balai.
=> jika ingin memiliki anak yang sukses, bimbinglah dengan baik sejak dini

Dengan isteri dan gundik janganlah alpa,


supaya kemaluan jangan menerpa.
=>
Dengan kawan hendaklah adil,
supaya tangannya jadi kafill
=> berbuatlah adil kepada siapapun

PASAL 11#
Hendaklah berjasa,
kepada yang sebangsa.
=> saling membantu dan berbakti kepada bangsa dan negara

Hendaklah jadi kepala,


buang perangai yang cela.
=> jadilah pemimpin yang baik

Hendaklah memegang amanat,


buanglah khianat.
=> jalankan tugas dengan penuh tanggung jawab

Hendak marah,
dahulukan hajat.
=> menahan emosi dalam mencapai keinginan

Hendak dimulai,
jangan melalui.
=> jangan pernah menunda-nunda sesuatu

Hendak ramai,
murahkan perangai.
=> berbuatlah baik jika ingin memiliki banyak teman

PASAL 12#
Raja mufakat dengan menteri,
seperti kebun berpagarkan duri
=> jika kita bekerjasama akan menjadi satu kesatuan yang kuat
Betul hati kepada raja
tanda jadi sebarang kerja
=> orang yang selalu mematuhi perintah pemimpin

Hukum adil atas rakyat,


tanda raja beroleh inayat.
=> pemimpin harus menegakkan dan menegaskan keadilan

Kasihkan orang yang berilmu,


tanda rahmat atas dirimu
=> orang yang berilmu, hidupnya akan dimudahkan dan memperoleh rahmat

Hormat akan orang yang pandai,


tanda mengenal kasa dan cindai
=> berteman dengan orang pandai, akan mengetahui sesuatu yang baik

Ingatkan dirinya mati,


itulah asal berbuat bakti
=> melakukan hal yang baik sebelum kita mati

Akhirat itu terlalu nyata,


kepada hati yang tidak buta.
=> orang yang hatinya sadar dan mengerti agama, yakin bahwa akhirat itu ada.
PANTUN

1. Pantun Anak – Anak


 Pantun bersuka cita, pantun ini berisi cerita ungkapan perasaan kebahagiaan atau
kegembiraan. Berikut ini merupakan contohnya.
Burung kenari burung dara (sampiran)
Terbang kearah angkasa luas (sampiran)
Hati siapa tak gembira (isi – artinya setiap anak akan bahagia)
Karena beta telah naik kelas (isi – artinya telah naik kelas)
 Pantun berduka cita, merupakan sebuah jenis pantun yang berisi ungkapan
kesedihan atau duka cita. Berikut ini merupakan contoh pantun duka cita.
Memetik duku di kota Kedua (Sampiran)
Membeli tenda uangnya hilang (Sampiran)
Aku menangis hingga tersedu-sedu (Isi – artinya aku menangis hingga terisak-isak)
Karena ayah tak kunjung pulang (isi – artinya tangisku karena ibu lama tidak pulang ke
rumah)
 2. Pantun Nasib / Pantun Dagang
Pantun nasib atau pantun dagang ini merupakan sebuah jenis pantun yang berisi gambaran
keadaan seseorang. Berikut ini merupakan contoh pantun nasib atau pantun dagang.
Pergi ke sekolah mampir Cimahi (sampiran )
Depan bukit lihat belalang (sampiran)
Mungkin memang sudah takdir ilahi (isi – artinya sepertinya sudah ketetapan Tuhan)
Badan sakit tertinggal tulang (isi – artinya memiliki penyakit yang tidak kunjung sembuh)
3. Pantun Perkenalan
Pantun perkenalan ini merupakan sebuah jenis pantun yang berisi ungkapan perkenalan
kepada seseorang dan ucapan ketika berkenalan. Berikut ini merupakan contoh pantun
perkenalan.
Dari mana hendak ke mana (sampiran)
Manggis kupas dengan pisau (sampiran)
Jika kami boleh bertanya (Isi – artinya seseorang ingin berkenalan)
Gadis manis siapa namamu (isi – artinya kepada seorang gadis ia menanyakan namanya)
 
4. Pantun Persahabatan
Pantun persahabatan merupakan sebuah jenis pantun bertema persahabatan atau
hubungan dengan teman Berikut ini merupakan contoh pantun persahabatan.
Jalan jalan ke kota Pekalongan (sampiran)
Di Pekalongan beli batik (sampiran)
Kalau kau cari teman (Isi – artinya ketika kamu memilih teman atau sahabat)
Carilah seorang teman yang baik (Isi – artinya pilihlah teman yang baik)
 5. Pantun Adat
Pantun adat adalah jenis pantun yang memiliki isi mengenai adat istiadat dan kebudayaan.
Berikut ini merupakan contoh pantun adat.
Menanam kelapa di tanah Bukum (sampiran)
Tinggi sedepa telah berbuah (sampiran)
Adat bermula dari hukum (Isi – artinya adat suatu suku awalnya berasal dari aturan)
Hukum sandar dari Kitabullah (Isi – artinya aturan aturan yang menjadi adat bersandar dari
kitab Allah)
 6. Pantun Agama
Pantun agama merupakan jenis pantun yang bertema atau berisi mengenai hal – hal yang
berhubungan dengan keagamaan. Berikut ini merupakan contoh pantun keagamaan.
Banyak sekali bulan mulia (sampiran)
Namun tidak semulia bulan puasa (sampiran)
Jadi manusia harus selalu bertakwa (Isi – artinya menjadi manusia harus selalu bertakwa)
Kepada  Tuhan Yang Esa (Isi – artinya namun hanya satu yang mulia yaitu Tuhan yang esa)
 7. Pantun Budi
Pantun budi adalah salah satu jenis pantun yang berisi tentang kesopanan, sikap dan
perilaku. Berikut ini merupakan contoh dari pantun budi.
Apa faedah berkain batik  (sampiran)
Jikalau tidak dengan sujinya (sampiran)
Apa faedah beristri cantik
Jikalau tidak dengan budinya
 
8. Pantun Jenaka
Pantun jenaka adalah sebuah jenis pantun yang memiliki tujuan untuk menghibur para
pembaca atau pendengarnya. Selain itu, biasanya pantun jenaka ini digunakan sebagai
media untuk menyindir dalam suasana akrab, sehingga tidak akan menyinggung. Pantun
jenaka ini dapat gunakan untuk mencairkan suasana. Berikut ini merupakan contoh pantun
jenaka.
Jalan-jalan sekitar rawa (sampiran)
Jika lelah duduk dipohon palm (sampiran)
Perut sakit menahan tawa (Isi – artinya ingin tertawa karena lucu namun ditahan)
Melihat cacing memakai helm (Isi – artinya lucu ketika melihat cacing yang memakai helm,
cacing sama helm gedean helmnya )
 9. Pantun Kepahlawanan
Pantun kepahlawanan merupakan jenis pantun yang berisi mengenai semangat
kepahlawanan, patriotisme, dan kebangsaan. Berikut ini merupakan contoh pantun
kepahlawanan.
Jika seorang menjaring ungka (sampiran)
Rebung seiris akan mengukusnya (sampiran)
Jikalau arang tercorong ke muka (Isi – artinya pahlawan akan melawan saat penjajah
menyerang bangsa)
Ujung keris akan menghapusnya (Isi – artinya perlawanan pahlawan bisa dilakukan dengan
keris, yang merupakan senjata asli nusantara)
 10. Pantun Kias
Pantun kias adalah sebuah jenis pantun yang mengandung makna konotasi atau
perumpamaan dan pada umumnya akan menggunakan majas metafora. Berikut ini
merupakan contoh pantun kias.
Kayu tempinis dari kuala(sampiran)
Dibawa orang pergi Melaka (sampiran)
Berapa manis bernama nira (Isi – artinya sebaiknya mampu mengubah sesuatu, nira : air
kelapa)
Simpan lama menjadi cuka (Isi – artinya agar nantinya mendapatkan manfaat darinya)
 11. Pantun Nasihat
Pantun nasihat adalah sebuah pantun yang berisi tentang pesan nasihat, anjuran, imbauan
yang baik untuk di laksanakan. Berikut ini merupakan contoh pantun nasihat
Kemuning tengah balai (sampiran)
Bertumbuh lalu semakin tinggi (sampiran)
Bermusyawarah dengan orang yang tak pandai (Isi – artinya bermusyawarah dengan orang
yang bodoh)
Bagaikan alu pencungkil duri (Isi – artinya tidak akan menyelesaikan masalah)
 12. Pantun Percintaan
Pantun percintaan merupakan jenis pantun yang berisi mengenai percintaan, kasih dan
sayang. Berikut ini merupakan contoh pantun percintaan. Berikut ini merupakan contoh
pantun percintaan.
Coba-coba bertanam mumbang (sampiran)
Semoga saja menjadi kelapa (sampiran)
Coba-coba menanam sayang (Isi – artinya penulis berusaha memberikan rasa sayang kepada
seseorang)
Semoga saja tumbuh cinta (Isi – artinya penulis berharap orang lain pun memiliki rasa cinta)
 13. Pantun Peribahasa
Pantun peribahasa adalah jenis pantun yang berisi ungkapan yang pada umumnya
mempunyai susunan tetap. Berikut ini merupakan contoh pantun peribahasa.
Ke hulu potong pagar (sampiran)
Jangan terpotong pohon durian (sampiran)
Carilah guru tempat belajar (Isi – artinya selagi masih muda harus belajar dengan seorang
guru)
Janganlah sesal kemudian (Isi – artinya agar nanti tidak menyesal dikemudian hari)
 14. Pantun Teka – Teki
Pantun teka – teki merupakan jenis pantun yang berisi mengenai terkaan atau tebakan
terhadap pantun tersebut. Berikut ini merupakan contoh pantun teka – teki.
Pucuk mangga delima batu(sampiran)
Anak sembilang di tapak tangan(sampiran)
Biar jauh di negeri satu(Isi – artinya walaupun jauh namun masih dalam satu negara)
Walaupun jauh dimata namun di hati jangan (Isi – artinya meskipun tak bisa dilihat secara
langsung, namun jangan sampai perasaannya juga menghilang).
15. Pantun Perpisahan
Pantun perpisahan adalah sebuah jenis pantun yang memiliki isi sebuah perpisahan. Berikut
ini merupakan contoh pantun perpisahan.
Pucuk mangga delima batu (sampiran)
Anak sembilang di tapak tangan (sampiran)
Biar jauh di negeri satu (Isi – artinya walaupun jauh namun masih dalam satu negara)
Hilang di mata di hati jangan (Isi – artinya meskipun tak bisa dilihat secara langsung, namun
jangan sampai perasaannya juga menghilang)

 
 
CERPEN

Sekuntum Dandelion
Oleh: Meiza Maulida Munawaroh

“Bun, lihat sini deh!” pintaku. Bunda menghampiriku yang mematung di teras rumah. Ia
datang dengan wajah penasaran.
“Ada apa, Nayya?!”
“Itu bunga apaan, sih?” tunjukku kepada serumpun rumput-rumputan dengan tangkai
panjang dan bandul putih lembut seperti kapas. Hmm, banyak serbuk sarinya, lagi!
Bunda tersenyum seketika, “Kamu itu, sudah kelas enam, masa tidak tahu itu bunga apa?”
ledeknya, “Bunda akan tunjukkan sesuatu. Tapi kapan-kapan ya?”
“Huh,” dengusku dalam hati. “Aku lebih suka main game watch dan menulis resensi
daripada menjadiflowerholic seperti Bunda!”
Bunda tertawa geli, kemudian masuk ke dalam rumah. Meninggalkanku yang kembali
mematung dengan perasaan lain.
Kutatap rumpun bunga unik itu dari kejauhan, dengan pandangan datar. Lama-lama, aku
merasa sedikit risih karena bunga-bunga aneh itu. Bunga itu seolah virus bagi taman rumah
dan koleksi bunga milik Bunda lainnya.
Setiap hari, sepulang sekolah, aku selalu melirik bunga liar yang sekarang tumbuh
bertebaran di setiap sudut taman. Aku tidak habis pikir, bagaimana cara mereka bisa
menyebar sedemikian cepat? Yah, kuakui aku memang tidak tahu, dan tidak mau tahu.
Beragam kegiatan ekstrakurikuler yang padat, serta PR yang tidak kira-kira, membuatku tak
sempat memikirkan hal lain. Lebih-lebih memikirkan soal bunga yang tidak begitu aku sukai.
Tapi bunga itu, lama-lama jadi menyebalkan. Aku menimang-nimang kapan akan
kuproklamasikan, “aku benci bunga-bunga itu!”. Tetapi tunggu, katanya Bunda ingin
menunjukkan sesuatu.
Sore ini, Bunda benar-benar memberiku kejutan. Sebuah benda dibungkus kertas kado yang
lucu disodorkannya. Bentuknya persegi panjang, cukup berat dan tebal. Bunda juga
memintaku membuat resensi dari hadiah yang ia berikan itu. Aku sibuk menebak-nebak isi
benda dibalik balutan kertas kado nan rapi ini. Novel? Tidak mungkin setebal dan seberat
ini, kecuali Harry Potter. Album foto? Lucu sekali jika Bunda memintaku untuk
menjadikannya resensi!
“Buka di dalam saja, Nayya! Di luar, anginnya kencang sekali. Ayo, masuk!” ajak Bunda
mengomando.
Aku merobek kertas kado itu tanpa ampun, dan menelantarkannya di lantai kamarku.
Mataku berbinar-binar ketika mengetahui hadiah yang diberikan Bunda tanpa keterangan
dalam rangka apapun. Sebuah ensiklopedia!
Sayangnya, membaca judulnya sudah membuatku lemas kembali. Ensiklopedia ini memuat
tentang bunga! Ya ampun, aku kan, bukanflowerholic seperti Bunda!
“Ehm, nggak apa-apalah. Yang penting, hanya menulis resensinya saja dan ensiklopedia ini
siap untuk berdebu di perpustakaan pribadiku!” ucapku sambil memandang ensiklopedia ini
lekat-lekat. Cover-nya memuat ilustrasi keren, agak berkerlap-kerlip karena mungkin
sengaja diberi tambahan glitter.
Aku membukanya perlahan. Halaman pertama, hanya ada kata pengantar. Kulirik daftar isi.
Ternyata, di dalamnya terdapat bermacam-macam artikel. Bunga mawar, melati, flamboyan,
aster, anggrek … Lihatlah, ada sebuah artikel yang sesungguhnya ‘menarik’. Tetapi, aku
terlalu malas untuk memerdulikannya.
Setiap hari Jumat, Sabtu, dan Minggu, kugunakan waktu luangku untuk menyusun resensi
dari ensiklopedia tebal ini. Aku butuh berlembar-lembar kertas folio untuk menuliskannya.
Suatu saat, akan kutunjukkan kepada Bunda dan menceritakannya seolah semua ini novel
fiksi belaka.
Tetapi, aku jadi sebal kepada Bunda karena dia tambah rajin merawat bunga-bunga liar itu.
Bunga yang terkadang warna serbuknya berubah-ubah. Warnanya sedikit kekuningan jika
diterpa cahaya senja. Setiap sore, Bunda selalu menghampiri bunga-bunga itu, meniupnya
hingga serbuk sarinya beterbangan, dan hinggap di tanah.
Sampai akhirnya aku kupikir, sekarang Bunda jadi pecinta bunga aneh yang menyebalkan
itu. Bunga berserbuk sari yang mengganggu, berserakan di taman rumahku.…
***
“Nayya! Nayya!” terdengar teriakan penjual kelontong dekat rumah yang bagiku begitu
familiar. Suara itu menyambutku ketika hendak membuka pagar, setelah letih menjalani
Kamis yang padat di sekolah.
“Bu Maryam?!” sahutku, “ada apa?”
“Bundamu menitipkan kunci rumah kepada ibu. Nih, kuncinya. Jadi, kalau Nayya mau masuk
rumah, nggak perlu menunggu Bunda dulu,” Bu Maryam menyerahkan kunci rumah.
Aku kebingungan, “Memangnya Bunda kemana?”
“Nayya tidak tahu?” tanya Bu Maryam. Aku menggeleng.
***
Krieeet!
Aku membuka pintu geser kamar nomor 275. Bau obat dan nuansa penyakit menyeruak di
mana-mana. Buru-buru, kuhampiri Bunda yang terbaring lemah di sebuah ranjang putih.
Bundamu tadi siang pingsan saat sedang berkebun! Ia dilarikan ke rumah sakit. Ayahmu
ditelepon dan memutuskan pulang, mungkin sekarang sudah di rumah sakit.
Aku nyaris tidak percaya dengan apa yang Bu Maryam katakan tadi. Karena tidak tega, Bu
Maryam mengantarkanku ke rumah sakit, untuk melihat keadaan Bunda. Ayah yang
seharusnya masih bekerja di Lampung, berdiri di samping Bunda.
“Bunda,” ucapku pelan. Bunda terlihat lelah sekali, beliau hanya menoleh dari ranjangnya
sambil tersenyum sangat tipis. Aku heran kenapa Bunda bisa pingsan. Aku juga tidak tahu
kenapa Bunda berkebun di siang hari. Memang,sih, Bunda suka sekali merawat dan
berkhayal bersama bunga-bunga koleksinya yang benar-benar keren. Tetapi, tidak biasanya
Bunda ‘ngobrol’ dengan puluhan bunganya di siang hari. Bunda lebih suka berkebun di sore
hari, karena tidak terlalu panas.
Aku berdiri di samping Ayah, menatapnya. Tetapi, Ayah yang kuharapkan memberi
penjelasan, malah bungkam dan memberiku tatapan datar.
“Nayya, Sayang,” panggil Bunda lembut, “resensinya sudah jadi?” Aku mengangguk
semangat, kuberikan resensi ensiklopedia di dua lembar kertas folio yang sengaja kubawa
untuk kupamerkan kepada Bunda. Yah, siapa tahu, itu membuatnya bahagia.
“Bunda kenapa? Bunda sakit apa?”
Bukannya menjawab, wanita itu malah memperlihatkan senyum malaikatnya, “Sayang,
boleh tidak, Bunda minta sesuatu?”
“Bunda ingin … ingin Nayya menyayangi bunga-bunga liar di taman rumah kita itu. Dan satu
lagi, maukah Nayya membawakan sekuntum dandelion untuk Bunda?” pintanya dengan
suara lembutnya yang sangat kusayangi.
“Kamu bisa baca di ensiklopedia, buka halaman 245. Ayah yakin, kamu belum membaca
artikel itu!” Ayah ikut nimbrung. Aku terdiam kaku. Ada apa di halaman 245?
***
Kubuka ensiklopedia halaman 245 dengan hati-hati, sesuai saran Ayah. Aku memang sudah
di rumah karena harus tetap masuk sekolah. Sementara, Bunda masih di rumah sakit karena
belum pulih. Penyakitnya bahkan belum kuketahui. Hanya saja, Ayah datang setiap hari
untuk menengokku di rumah.
Sebenarnya, sih, aku sudah biasa di rumah sendirian. Tetapi mengingat sikapku yang begitu
teledor dan kadangkala bikin panik orang, Bunda meminta tolong Bi Arkha untuk
menjagaku.
“Nayya, sedang apa?” tanya Bi Arkha yang datang membawa mi goreng kesukaanku.
“Membaca buku. Terima kasih ya, Bi! Aku makan di kamar saja,” aku mengambil alih piring
yang dibawa Bi Arkha dan menutup pintu setelah beliau berlalu.
Sambil makan, kusapu setiap kalimat di halaman 245 itu:dandelion. Gambarnya benar-benar
mirip dengan bunga pengganggu di halaman rumahku. Tetapi, aku tidak tahu kenapa,
keingintahuanku seolah membuatku berhenti membenci bunga itu barang sebentar.
“Ternyata..., dandelion adalah bunga liar. Dimanapun angin yang membawa benihnya
berhenti, disitulah dandelion baru akan tumbuh. Dandelion memang terlihat tidak menarik,
dan terkesan ‘rapuh’. Namun, dandelion ini justru mengajarkan banyak arti hidup kepada
manusia,” kutipku. Aku terdiam. Sebelas detik kemudian, dapat kutafsirkan kalau aku salah
karena membenci bunga aneh bernama dandelion itu. Aku juga baru ingat kalau Bunda
memintaku untuk membawakan sekuntum dandelion untuknya. Tetapi..., dalam rangka
apa?
Handphone milikku berdering, menandakan sebuah telepon masuk. Nomor Ayah tertera di
dalamnya.
“Assalamualaikum. Ayah?”
“Waalaikumsalam, Nayya. Nak, kamu ke rumah sakit sekarang, ya! Bunda kritis, dia harus
dimasukkan ke ruang ICCU. Maaf Sayang, Ayah selama ini menyimpan rahasia dan baru
memberitahumu sekarang. Bahwa Bundamu, sebetulnya sudah lama mengidap liver. Dan
kini liver Bundamu semakin parah. Segera berangkat ke rumah sakit sekarang, Nak!”
Aku berlari keluar rumah dengan kebingungan dan air mata yang tidak bisa kubendung lagi.
Kenapa aku bisa tidak tahu kalau malaikat berhati mulia itu terserang penyakit pada hatinya
sendiri? Salah apakah Bunda? Padahal, dirinya begitu baik dan sabar.
Aku bimbang. Tak mungkin untuk pergi ke Valley of Flowers di sisi barat Himalaya untuk
memetik dandelion, seperti digambarkan dalam ensiklopedia, untuk mempersembahkannya
pada Bunda. Tangisku tambah kencang. Dimana aku harus menemukannya?
Tiba-tiba, perhatianku tertuju pada bunga liar di halaman rumah yang tinggal sedikit.
Bukankah itu dandelion yang sama, seperti digambarkan dalam ensiklopedia? Ya, bunga-
bunga liar itu tinggal sedikit karena hari-hari sebelumnya sengaja kuinjak-injak. Tidak hanya
itu, juga kusapu benih-benihnya yang masih tersisa, dan kubuang tanpa dosa. Air mataku
berderai, kupetiki dandelion-dandelion tersisa itu dengan hati terluka. Aku berlari menemui
Bunda di rumah sakit, berharap aku belum terlambat.
Aku menangis seperti anak kecil yang putus asa karena jatuh dari sepedanya, sambil
memeluk Bunda. Pelan-pelan, kuserahkan sekuntum dandelion yang sengaja kuikat dengan
pita di tangkainya. Bunda tersenyum. Aku tidak habis pikir mengapa Bunda malah
memintaku membuka jendela, dan meniup serbuk dandelion ini. Membiarkan biji-biji
lembutnya terbang bersama angin, untuk mendarat di sebuah tempat dan berkembang
biak.
“Mereka akan tumbuh dimanapun engkau meniupnya,” kata Bunda dengan suara lemah.
Aku membuka jendela di dekat ruang ICCU yang menghadap langsung ke luar sana. Kutiup
pelan serbuk sari dandelion ini dengan air mata berderai yang tak kunjung berhenti. Angin
kencang membawanya, serbuknya terbang mencari tempat baru yang telah ditakdirkan
Sang Kuasa. Mereka akan tumbuh menjadi rumpun-rumpun manis yang bahagia.
Dan aku cukup puas telah mampu membuat Bunda bahagia, sebelum dia meninggalkan
dunia beserta isinya.
Bunda, dirimu memang seperti dandelion yang suci. Begitu berjasa dan mententramkan
hati. Begitu mempesona dan memberi banyak pelajaran. Bundaku pergi, melekat kan
sebuah kenangan. Kenangan yang tidak bisa kulupakan.

Memang benar. Dandelion hanyalah bunga liar yang secara fisik tak menarik. Lemah dan
rapuh. Serbuknya terbang diterpa angin kencang, dibawa ke sebuah tempat pilihan, dan
tumbuh dengan hati lapang. Dandelion jarang dianggap, tetapi memberi untaian cinta dan
pelajaran. Seperti Bunda.
PUISI
 Balada
Puisi balada adalah puisi yang objektif, menggambarkan perilaku seseorang, baik lewat
dialog maupun monolog sehingga mengandung suatu gambaran kisah tertentu.
Contoh puisi Balada:

Balada Orang-orang Tercinta


Karya: W.S. Rendra
Kita bergantian menghirup asam
Batuk dan lemas terceruk
Marah dan terbaret-baret
Cinta membuat kita bertahan
dengan secuil redup harapan
Kita berjalan terseok-seok
Mengira lelah akan hilang
di ujung terowongan yang terang
Namun cinta tidak membawa kita
memahami satu sama lain
Kadang kita merasa beruntung
Namun harusnya kita merenung
Akankah kita sampai di altar
Dengan berlari terpatah-patah
Mengapa cinta tak mengajari kita
Untuk berhenti berpura-pura?
Kita meleleh dan tergerus
Serut-serut sinar matahari
Sementara kita sudah lupa
rasanya mengalir bersama kehidupan
Melupakan hal-hal kecil
yang dulu termaafkan
Mengapa kita saling menyembunyikan
Mengapa marah dengan keadaan?
Mengapa lari ketika sesuatu
membengkak jika dibiarkan?
Kita percaya pada cinta
Yang borok dan tak sederhana
Kita tertangkap jatuh terperangkap
Dalam balada orang-orang tercinta
 Romance
Romance adalah puisi yang berisi luapan rasa cinta seseorang terhadap sang kekasih.
Contoh puisi Romance:
Sajak Putih
Karya: Chairil Anwar
Buat tunanganku Mirat
Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda
Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita Mati datang tidak membelah…
Buat miratku, Ratuku! kubentuk dunia sendiri,
Dan kuberi jiwa segala yang dikira orang mati di alam ini!
Kucuplah aku terus, kucuplah
Dan semburkanlah tenaga dan hidup dalam tubuhku…
 Elegi
Elegi adalah puisi ratapan yang mengungkapkan rasa pedih dan kedukaan seseorang.
Contoh puisi Elegi:
Sia-Sia
Karya: Chairil Anwar
Penghabisan kali itu kau datang
Membawa kembang berkarang
Mawar merah dan melati putih
Darah dan suci
Kau tebarkan depanku
Serta pandang yang memastikan: untukmu
Lalu kita sama termangu
Saling bertanya: apakah ini?
Cinta? Kita berdua tak mengerti
Sehari kita bersama. Tak gampir-menghampiri.
Ah! Hatiku yang tak mau memberi
Mampus kau dikoyak-koyak sepi.
 Ode
Ode adalah puisi yang berisi pujian terhadap seseorang yang memiliki jasa ataupun sikap
kepahlawanan.
Contoh puisi Ode:
Teratai
Karya: Sanusi pane
Dalam kebun di tanah airku
Tumbuh sekuntum bunga teratai
Tersembunyi kembang indah permai
Tidak terlihat orang yang lalu.
Akarnya tumbuh di hati dunia
Daun berseri Laksmi mengarang
Biarpun ia diabaikan orang
Seroja kembang gemilang mulia.
Teruslah, O Teratai Bahagia
Berseri di kebun Indonesia
Biar sedikit penjaga taman
Biarpun engkau tidak dilihat
Biarpun engkau tidak diminat
Engkau turut menjaga zaman
 Himne
Himne adalah puisi yang berisi pujian terhadap Tuhan maupun ungkapan rasa cinta
terhadap bangsa dan tanah air.
Contoh puisi Himne:
Do’a
Karya: Taufiq Ismail
Tuhan kami
Telah nista kami dalam dosa bersama
Bertahun membangun kultus ini
Dalam pikiran yang ganda
Dan menutupi hati nurani
Ampunilah kami
Ampunilah
Amiin
Tuhan kami
Telah terlalu mudah kami
Menggunakan asmaMu bertahun di negeri ini
Semoga Kau rela menerima kembali
Kami dalam barisanMu
Ampunilah kami
Ampunilah
Amiin
 Epigram
Epigram adalah puisi baru yang berisi tentang tuntunan atau ajaran hidup.
Epigram berisi tentang ajaran-ajaran moral, nilai-nilai hidup yang baik dan benar, yang
dilukiskan dengan ringkas. Terkadang ditulis dengan kata-kata atau kalimat-kalimat sindiran
atau kecaman pahit.
Contoh puisi Epigram:
Hak Oposisi
Karya: WS Rendra
Aku bilang tidak,
aku bilang ya,
menurut nuraniku.
Kamu tidak bisa mengganti
nuraniku dengan peraturan.
Adakah tugasmu
untuk membuktikan
bahwa kebjikasanaanmu
pantas mendapat dukungan.
Tapi dukungan
tidak bisa kamu paksakan.
Adalah tugasmu
untuk menyusun peraturan
yang sesuai dengan hati nurani kami.
Kamu memasang telinga
selalu,
untuk mendengar nurani kami.
Sebab itu, kamu membutuhkan oposisi.
Oposisi adalah jendela bagi kamu.
Oposisi adalah jendela bagi kami.
Tanpa oposisi: sumpek.
Tanpa oposisi: kamu akan terasing dari kami
Tanpa oposisi: akan kamu dapati gambaran palsu
tentang dirimu.
 Satire
Puisi Satire adalah ungkapan sindiran terhadap suatu keadaan tertentu ataupun sindiran
untuk seseorang.
Contoh puisi Satire:
Di Negri Amplop
Karya: Gusmus
Aladin menyembunyikan lampu wasiatnya “malu”
Samson tersipu-sipu, rambut keramatnya ditutupi topi “rapi-rapi”
David coverfil dan rudini bersembunyi “rendah diri”
Entah, andai Nabi Musa bersedia datang membawa tongkatnya
Amplop-amplop di negeri amplop mengatur dengan teratur
Hal-hal yang tak teratur menjadi teratur
Hal-hal yang teratur menjadi tak teratur
Memutuskan putusan yang tak putus
Membatalkan putusan yang sudah putus
Amplop-amplop menguasai penguasa
Dan mengendalikan orang-orang biasa
Amplop-amplop membeberkan dan menyembunyikan
Mencairkan dan membekukan
Mengganjal dan melicinkan
Orang bicara bisa bisu
Orang mendengar bisa tuli
Orang alim bisa nafsu
Orang sakti bisa mati
Di negri amplop, amplop-amplop mengamplopi apa saja dan siapa saja.
PORTOFOLIO TUGAS BAHASA
INDONESIA

Disusun Oleh:

Nama: Oktavia Runi Anastasya

Kelas: XII IPA 1

SMA Negeri 1 Banjar

Jalan K.H. Mustofa No.1 Kota Banjar Jawa Barat

Anda mungkin juga menyukai