Anda di halaman 1dari 5

BAHAN SERMON JAMITA PARHALADO SA-RESSORT INDRAGIRI

Minggu XVII Dung Trinitatis, 13 Oktober 2019


Evangelium: Psalmen/Mazmur 25:8-15 Epistel: Mateus 21:28-32
“Mangolu di dalan ni Jahowa/ Hidup di jalan Tuhan”
I. Pendahuluan
Kitab Mazmur pada dasarnya kitab kidung dan doa. Jiwa terdalam seorang
manusia atau suatu bangsa dinyatakan melalui doanya, sehingga untuk mengenal
jiwa dan hati orang-orang Israel serta pergumulannya dapat dilihat dengan
mendengarkan doanya. Dalam kitab Mazmur terkumpul doa umat Israel sepanjang
ratusan tahun yang berupa keluh kesah, ratapan, pengharapan dan nyanyian syukur.
Kitab mazmur biasanya disebut kitab mazmur daud. Kitab Mazmur dituliskan oleh
Daud, Daud adalah seorang yang berkenan di hadapan Allah, pelaku Firman dan
menaati segala perintah Allah. Walaupun selain daud seperti Bani Korah (sebagai
kelompok penyanyinya) dan Asaf (seorang penyanyinya) juga termasuk sebagai
pengarangnya. Kitab mazmur sudah ada sekitar tahun 200 sebelum masehi, yang
isinya berupa pembicaraan manusia dengan Allah, tercetus didalamnya perasaan
hati manusia yang menanggapi karya penyelamatan Allah.
Dalam bacaan mazmur pasal 25 merupakan ratapan dan doa minta tolong dari
Daud (diawali kalimat “KepadaMu ya Tuhan, kuangkat jiwaku”, tertulis di ayat 1-
3). Pemazmur meratap mengeluh dan mengadu kepada Tuhan sebab merasa
dipermalukan oleh musuh-musuhnya yang beria-ria atas penderitaannya. Pemazmur
sadar kalau ia tidak berdaya, sehingga ia mempercayakan hanya kepada Allah.
Pemazmur menanti-nantikan Tuhan dalam arti mengharapkan Tuhan sebagai
penolong dan pembela orang benar. Pemazmur menyadari bahwa banyak kesalahan
yang dia perbuat pada masa hidupnya, terutama pada masa mudanya. Pada saat
menghadapi pergumulan hidup dan kesesakan bahkan ancaman dari musuh-
musuhnya, dia tidak dapat mengandalkan kekuatannya sendiri. Dalam doanya
pemazmur sadar akan ketidakmampuannya melawan musuh serta sadar akan dosa-
dosa di masa muda, namun mengingat rahmat dan kasih setia Allah, ia tetap
menanti-nantikan Tuhan, sebab dengan mengharapkan Tuhan, pemazmur percaya
tidak akan dipermalukan dan akan terluput dari segala permasalahannya. Ada
beberapa tindakan yang harus diambil oleh orang tersesat antara lain: bertanya pada

1
orang yang tahu arah itu, mencari petunjuk yang benar atau kembali menuju titik
awal perjalanan agar tidak semakin jauh tersesat. Adakalanya kita salah memilih
arah hingga kita tersesat lalu bergumul dalam kesesatan itu. Perikop ini menjadi
renungan bagi kita tentang arah yang tepat yang harus kita lalui agar tidak lagi
tersesat dalam perjalanan hidup ini. Sebuah pengalaman hidup Daud tentang
bimbingan TUHAN dalam kehidupan orang percaya.

II. Keterangan Nas


Ayat 8-9 (Bersikap rendah hati) “Ia menunjukkan jalan kepada orang yang sesat.
Ia membimbing… dan Ia mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang rendah
hati.” Di ayat 8-9 merupakan kebaikan TUHAN nyata, sebab Ia tidak selamanya
menghukum orang-orang yang sesat jalannya. Pintu pengampunan TUHAN tetap
terbuka lebar terutama bagi mereka yang menyadari kesalahannya dan mau
bertobat. Hanya orang yang rendah hati yang mau menyadari dan mengakui
kesalahannya. Dan orang-orang yang rendah hati itulah yang akan dibimbing,
diajari oleh TUHAN sampai mereka menemukan kebahagiaan.
Ayat 10-11 (Mengakui kesalahan) “Segala jalan Tuhan adalah kasih setia dan
kebenaran…peringatan-peringatanNya. Oleh karena nama-Mu, ya TUHAN,
ampunilah kesalahanku, sebab besar kesalahan itu”. Tidak ada gunanya seseorang
memohon bimbingan TUHAN kecuali mau berkomitmen untuk mematuhi perintah-
perintah TUHAN. Jika mau TUHAN membimbing, harus mau mengakui dosa dan
kesalahan dihadapan-Nya dan juga mengakui kelemahan dan keterbatasan pada
kemampuan. Apabila tanpa pengakuan itu, hidup akan menuju kebinasaan.
Pemazmur dengan kerendahan hati menyadari dan mengakui kesalahan serta mau
meminta pengampunan.
Ayat 12-14 (Takut akan TUHAN) “Siapakah orang yang takut akan TUHAN?
Kepadanya TUHAN menunjukkan jalan yang harus dipilihnya. Orang itu sendiri
akan menetap dalam kebahagiaan…dst”. Takut akan TUHAN bukan berarti
TUHAN adalah pribadi yang menakutkan, mudah murka, pembalas, pemghukum
dan sebagainya. TUHAN adalah pribadi yang penuh kasih, bahkan Dia adalah kasih
itu sendiri. Artinya takut akan TUHAN berarti tidak ingin mengecewakan-Nya,
mempermalukan-Nya, dan membuat nama-Nya diolok dan dihina orang, baik

2
melalui perkataan, sikap, perilaku, pikiran, keputusan dan tindakan. Apa yang akan
dialami apabila memiliki rasa takut akan TUHAN? Pertama, menerima petunjuk
dari TUHAN untuk jalan yang harus dipilih. Dengan demikian, tidak akan salah
jalan atau tersesat. Kedua, akan menetap (tinggal) di dalam kebahagiaan. Dalam
terjemahan sederhana dikatakan “tinggal didalam kemakmuran”. Ketiga, keturunan
akan mewarisi negeri. Artinya keturunan tidak akan kekurangan, bahkan akan
menerima semua berkat yang disediakan TUHAN didalam dan di atas bumi negeri
dimana mereka tinggal. Keempat, TUHAN akan menjadi sahabat karib umat
manusia. TUHAN tidak lagi melihat dan memperlakukan umat manusia sebagai
hamba, melainkan sebagai sahabat (Yoh 15:15). Terakhir yaitu kelima, TUHAN
akan memberitahukan dan menunjukkan ikat janji-Nya kepada umat Manusia.
Dengan demikian, mereka yang takut akan TUHAN akan mengalami semua berkat
dan janji TUHAN yang tercakup dalam ikat janji-Nya (baca Ulangan 8:17-18).
Pertolongan, kasih setia, perlindungan, berkat, kuasa dan lain-lain akan
diperlihatkan TUHAN kepada umatnya.
Ayat 15 (Pandangan Hidup hanya kepada-Nya) “Mataku tetap terarah kepada
TUHAN, sebab Ia mengeluarkan kakiku dari jaring”. Pandangan hidup yang fokus
yaitu yang tetap tertuju kepada Allah, sehingga segenap jalan kehidupan yang
ditempuh seseorang itu tetap berada dalam jalan kebenaran-Nya, tidak akan
kompromi dengan dosa yang ada di kanan dan di kiri yang mencoba menggoda.
Mengeluarkan kaki dari jaring artinya kaki yang masih berada dalam kejahatan
(jaring/jeratan) akan dilepaskan dan memperoleh…, apabila mau menjauhkan kaki
itu dari jaringan/jeratan tersebut. Tertulis di kitab Amsal 4:27 “Janganlah
menyimpang ke kanan atau ke kiri, jauhkanlah kakimu dari kejahatan”.

III. Refleksi dan Penutup


1. Kompas sebuah alat penunjuk arah yang sangat dibutuhkan oleh kalangan
militer juga para penjelajah. Kompas sangat menolong mereka menemukan
jalan yang benar ke arah tujuan yang ingin mereka capai. Tanpa kompas,
mereka akan menghadapi berbagai kendala dan rintangan dalam
perjalanannya bahkan tanpa kompas mereka bisa celaka. Orang Kristen
memiliki kompas yaitu Firman Allah (Alkitab). Melalui Alkitab, orang Kristen
3
dapat mengenal siapa TUHAN yang disembahnya. Melalui Alkitab, orang
Kristen dapat bergaul dengan Allahnya. Alkitab menjadi petunjuk “JALAN
KEBENARAN” Allah. Dengan kata lain, tanpa Alkitab, orang Kristen hidupnya
akan tersesat dan menemui celaka.
2. Seringkali sikap kita terlalu sombong untuk mau memakai “kompas” yang
sudah TUHAN berikan itu. Kita lebih mengandalkan kemampuan dan
kepintaran diri sendiri. Padahal jelas kita tahu bahwa kompas yang TUHAN
berikan itu akan membawa kita menuju kebahagiaan hidup. Sementara dengan
mengandalkan kemampuan sendiri justru sering membuat kita jatuh
terperosok dalam kesusahan hidup.
3. Untuk dapat mendengarkan suara TUHAN (melalui Alkitab), kita perlu
merendahkan hati kita. Tuhan Yesus memberi pelajaran tentang kerendahan
hati, ketika Ia (Sang Putera Allah) mau membasuh kaki murid-murid-Nya. Kalau
Tuhan Yesus saja mau merendahkan hati, kenapa kita tidak? Kita juga perlu
hidup di dalam takut akan TUHAN. Takut dalam arti mengasihi dan
menghormati-Nya. Dan TUHAN akan memberitahukan rahasia-Nya kepada kita
sampai kita menemukan kebahagiaan.
4. Jadilah orang percaya yang takut akan TUHAN! Amin.

4
5

Anda mungkin juga menyukai