I. Pendahuluan
Kitab Mazmur adalah bagian dari Alkitab Perjanjian Lama yang merupakan
kumpulan mazmur, nyanyian dan doa untuk dimasukkan dalam ibadah. Kitab ini
berisi 150 pasal, dan penulis utama Kitab Mazmur adalah Daud. Waktu
penulisan kitab ini yaitu antara 1450 dan 430 SM. Jika melihat masa penulisan
dan tokoh- tokoh yang terlibat di dalamnya, maka tidak heran jika di dalam
Mazmur ada sebagian pasalnya yang memuat situasi dan keadaan yang
berkaitan dengan sejarah bangsa Israel. Keluarnya Israel dari perbudakan di
Mesir, perjalanan Israel dipadang gurun, peperangan Israel dengan
musuhmusuhnya, hingga pemberontakan dan pengkhianatan para raja Israel
kepada Allah. Kitab mazmur sebagai kitab doa dan pujian yang diilhamkan Roh,
ditulis secara umum, untuk mengungkapkan perasaan mendalam hati sanubari
manusia dalam hubungan dengan Allah. Susunan mazmur ini cukup jelas ayat 1-
3 berbicara tentang orang yang benar yang hidupnya dapat merenungkan Taurat
Tuhan. Sedangkan ayat 4-5 tentang hakikat orang fasik dan nasibnya; ayat 6
dimana ialah pendasaran teologis dari kesimpulan tentang perbedaan hakikat
dan nasib kedua jalan hidup ini. Dalam tahun – tahun terakhir ini, Mazmur
pertama ini disoroti dengan cukup tajam, terutama dari sudut analisis structural.
Mazmur Pasal 1 adalah mazmur yang termasuk kitab kebijaksanaan yang
dimana tampak menunjukkan arti taurat dalam hidup orang benar dan
mempertentangkan dengan orang fasik.
III. Aplikasi
Mazmur ini adalah suatu pengajaran bagi kita seperti menggunakan media
cermin untuk menampilkan diri kita saat ini. Seperti apa diri kita ketika di
perhadapkan dengan Firman Tuhan. Maka akan terlihat seperti apa dan
bagaimana kita menempatkan diri kita sendiri saat ini. Apakah kita benar-benar
bahagia? – jalan seperti apa yang sedang kita tempuh? – kita sedang duduk di
mana? – kita sedang berdiri dimana? Dari sini kita sudah dapat mengidentifikasi
diri kita, apakah hidup yang kita jalani saat ini adalah perilaku hidup orang
benar atau perilaku hidup orang fasik.
Kata kuncinya ada pada ayat 2 “Tetapi yang kesukaannya ialah Taurat
Tuhan, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam”. jika kita sudah
dapat mengindentifikasi dengan berkata “bahwa diri kita sendiri berada pada
jalan hidup orang benar” – itu bagus, namun jangan tinggi hati dan merasa hebat
dari orang lain, justru ini adalah pertanda kita sedang berbelok arah menuju
jalan hidup orang fasik. Adalah bijak jika kita berkata dalam diri “Tuhan, aku
mau hidup dalam pengajaranMu” Orang benar dan orang fasik adalah sama-
sama berdosa, namun orang benar mengenal dirinya sebagai orang berdosa,
sehingga dia memerlukan keselamatan dari Tuhan, dia membutuhkan tuntunan
Tuhan. Dapat kita ibaratkan dengan orang yang sedang sakit, jika dia sadar
sedang sakit, maka dia pun akan mencari obat untuk kesembuhannya, namun
orang fasik itu seperti orang sakit yang merasa sehat, dia menyimpan sakitnya.
Jalan hidup orang benar itu kesukaannya adalah Taurat Tuhan, dia
membutuhkan tuntunan Tuhan, dia tidak bisa hidup tanpa Firman Tuhan. Maka
dia akan membaca, mendengar, merenungkan, mempercayai dan melakukan
Firman Tuhan. Namun, tidak demikian dengan orang fasik, dia seperti sekam,
yang dengan mudahnya di tiupkan angin kemanapun berhembus. Dia tidak
mengasihi dirinya, yang penting keinginan dan nafsunya tercapai. Tidak perduli
itu baik atau tidak, jika sudah menjadi keinginannya maka akan dilakukannya,
tidak perduli itu makanan sehat atau tidak, jika sudah selera dengan makanan itu
akan di makannya. Dalam Mazmur ini memberikan kepada kita kekuatan
“berbahagialah” Jika kita hidup di jalan orang yang benar. Di ibaratkan seperti
pohon yang di tanam di tepi aliran air, berbuah pada musimnya, daunnya tidak
layu dan akan berhasil. Artinya, bahwa Firman Tuhan yang kita serap masuk
dalam diri kita adalah sumber kehidupan, sumber kekuatan, sumber
kebahagiaan dan sumber keberhasilan. Sebab firman Tuhan yang kita baca,
dengarkan, renungkan, percayai dan yang kita lakukan itu pasti akan berhasil,
sebagaimana rasul Paulus menuliskannya di Roma 9: 6 “Akan tetapi firman
Allah tidak mungkin gagal”.
Bahan diskusi :