BAB 1
(SEMANGAT BERIBADAH DENGAN MEYAKINI HARI AKHIR)
1. Hari Akhir adalah hari kiamat yang diawali dengan pemusnahan alam semesta. Semua manusia, sejak zaman dari
Nabi Adam a.s sampai terjadinya hari akhir akan dibangkitkan untuk mendapatkan balasan semua amal perbuatan
mereka.
2. Iman kepada Hari Akhir adalah percaya dengan penuh keyakinan adanya hidup yang kekal abadi di akhir kelak.
3. Setelah alam semesta hancur secara total dan kehidupan semua makhluk Allah Swt. berakhir, maka mulailah
manusia menjalankan tahapan kehidupan baru dan proses menuju alam baqa’. Tahapan tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut: Yaumul Ba’ats, Yaumul Hasyr, Buku Catatan, Yaumul Hisab, Mizan, Sirat, Yaumul Jaza’, balasan amal
baik surga, dan balasan amal buruk neraka.
4. Beriman kepada Hari Akhir akan menumbuhkan rasa tanggung jawab yaitu merasa bahwa hidup di dunia ini hanya
bersifat sementara saja. Cepat atau lambat semua manusia pasti akan kembali kepada Allah Swt. dan semua
perbuatan mereka selama hidup di dunia akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah Swt. Dengan demikian,
hidup yang dijalaninya akan ditempuh dengan penuh kehati-hatian, serta sikap dan perilaku yang sesuai
dengan tuntunan agama.
5. Mengimani Hari Akhir membuat manusia sadar bahwasanya manusia itu lemah dan kerdil di hadapan Allah Swt.
Kesadaran ini diharapkan dapat menghilangkan sikap takabur, sombong, egois, dengki, dan penyakit hati lainnya.
BAB 2
(MEYAKINI QADA DAN QADAR MELAHIRKAN SEMANGAT KERJA)
1. Ketetapan Allah Swt. di zaman azali disebut Qadha'. Kenyataan bahwa saat terjadinya sesuatu yang menimpa
makhluk Allah Swt. disebut Qadar atau takdir. Dengan kata lain bahwa Qadar adalah perwujudan dari Qadar.
2. Antara Qadha' dan Qadar saling berkaitan. Qadha' adalah ketentuan, hukum atau rencana Allah Swt. sejak zaman
azali. Qadar adalah kenyataan dari
ketentuan atau hukum Allah Swt. Jadi, hubungan antara Qadha' dan Qadar ibarat rencana dan perbuatan. Perbuatan
Allah Swt. berupa Qadar-Nya sesuai dengan ketentuan-Nya.
3. Iman kepada Qadha' dan Qadar artinya percaya dan yakin dengan sepenuh hati bahwa Allah Swt. telah
menentukan tentang segala sesuatu bagi makhluknya.
4. Beriman kepada Qadha' dan Qadar merupakan salah satu rukun iman. Seorang muslim tidak sempurna dan sah
imannya kecuali beriman kepada Qadha' dan Qadar Allah Swt.
5. Takdir Allah Swt. merupakan iradah (kehendak) Allah Swt. Oleh sebab itu, takdir tidak selalu sesuai dengan
keinginan kita.
6. Orang yang beriman dengan sebenar-benarnya kepada Qadha' dan Qadar akan senantiasa menjauhkan diri dari
sifat sombong dan putus asa, memiliki sifat optimis, giat bekerja , dan selalu tenang jiwanya.
7. Nasib manusia telah ditentukan Allah Swt. sejak sebelum manusia dilahirkan. Walaupun setiap manusia telah
ditentukan nasibnya, tidak berarti bahwa manusia hanya tinggal diam menunggu nasib tanpa berusaha atau ikhtiar.
Manusia tetap berkewajiban untuk berusaha, sebab keberhasilan tidak datang dengan sendirinya.
BAB 3
(MENGHIDUPKAN NURANI DENGAN BERPIKIR KRITIS)
1. Q.S. Ali 'Imran /3:190 menjelaskan bahwa dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang,
mengandung tanda-tanda kebesaran Allah Swt.
2. Orang-orang yang berakal dalam ayat yang ke-191 adalah orang-orang yang senantiasa mengingat Allah Swt.
dalam segala keadaan.
3. Tidak ada satu pun ciptaan Allah Swt. yang sia-sia, semuanya mengandung makna, manfaat, dan pelajaran
berharga bagi orang yang mau merenungkannya.
4. Orang yang cerdas menurut Rasulullah saw. adalah orang yang berpikir jauh ke depan, sampai pada kehidupan di
akhirat kemudian mengisi hidupnya sebagai bekal kehidupan kedua itu.
5. Pentingnya mengadakan perenungan tentang ayat-ayat Allah Swt. dalam al-Quran untuk mendapatkan
pemahaman yang utuh dan menemukan makna yang tersembunyi.
6. Pentingnya mengadakan perenungan tentang ayat-ayat kauniyah (alam semesta) untuk mendapat inspirasi dalam
mengembangkan IPTEK.
7. Pentingnya mengadakan penelitian terhadap fenomena alam semesta untuk mengungkap misteri-misteri yang
terdapat pada aneka ragam makhluk ciptaan Allah Swt.
BAB 4
(BERSATU DALAM KERAGAMAN DAN DEMOKRASI)
1. Kandungan Q.S.Ali-Imran/3:159 dan H.R. At-Tirmidzi menjelaskan bahwa musyawarah termasuk salah satu sifat
orang yang beriman. Hal ini perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari seorang muslim terutama dalam hal-hal
yang penting.
2. Mencintai musyawarah dalam mengambil keputusan pada segala hal yang terkait dengan kehidupan keluarga dan
masyarakat. Seperti memilih lembaga pendidikan yang cocok, memilih tempat kerja, memilih ketua RT, dan lain-lain.
3. Bersikap lemah lembut dalam bermusyawarah, baik ketika menyampaikan pendapat maupun menanggapi
pendapat orang lain.
7. Antara musyawarah (syura) dengan demokrasi terdapat titik temu, di mana dalam demokrasi terdapat prinsip
syura, yaitu adanya kebebasan berpendapat, keterbukaan, dan kejujuran, sementara demokrasi, menjangkau ruang
lingkup yang lebih luas.
8. Terjadi pro dan kontra di kalangan para ulama tentang demokrasi, sebagian menerima dan sebagian menolak.
4. Berlapang dada untuk memaafkan semua pihak yang mungkin berlaku tidak wajar sehingga memancing amarah
kita.
BAB 5
(MENYEMBAH ALLAH SWT SEBAGAI UNGKAPAN RASA SYUKUR)
1. Perintah menyembah Allah Swt.Yang Maha Esa dan larangan menyekutukanNya dengan sesuatu apapun.
2. Kewajiban berbuat Ihsan kepada kedua orang tua atas segala jasa mereka.
3. Kemuliaan seorang ibu dibandingkan dengan ayah karena kasih sayangnya yang tercurah sejak dalam kandungan,
saat dilahirkan, saat dalam buaian, hingga disapih.
4. Berbuat baik kepada semua orang sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kepada Allah Swt.
5. Rasulullah saw. menganjurkan dengan sangat agar kita memuliakan orang tua, terutama ibu.
6. Rasulullah saw. sangat rajin beribadah meskipun dosa-dosanya sudah diampuni. Karena semua ibadah dan
kebaikan yang dilakukan beliau adalah wujud kesyukuran kepada Allah Swt. atas segala karunia yang Allah
Swt. anugerahkan.
BAB 6
(MERAIH KASIH ALLAH SWT DENGAN IHSAN)
2. Rasulullah menegaskan bahwa Allah Swt. menyuruh kita berlaku Ihsan dalam
segala hal dan kepada semua makhluk Allah Swt.
3. Ihsan adalah berbuat baik dengan penuh keikhlasan, yang digambarkan dalam
hadis seakan-akan kita melihat Allah Swt., atau setidaknya merasa dilihat oleh
Allah Swt.
4. Ihsan mencakup ibadah ritual kepada Allah Swt. dan berbuat baik kepada
semua makhluk hidup dengan ikhlas;