TERAS KITA ▼
Agama islam
KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Segala puji bagi Allah,
Tuhan Seru Sekalian alam. Shalawat serta salam hamba haturkan ke Haribaan junjungan
kita nabi besar Muhammad SAW. Serta keluarga dan sahabatnya, semoga beliau mendapat
tempat yang sewajarnya disisinya. Amin ya robbal alamin.
Sebelum kita membicarakan tentang ilmu batin/ ilmu hakikat/ ilmu tasyauf, maka
terlebih dahulu kita membicarakan tentang ilmu akidah/ pendirian kita dalam menelusuri
laut ma’rifat yang sangat dalam dan sangat berbahaya itu. Dalam perjalanannya itu, kita
harus mempunyai bekal untuk mengarung laut ma’rifat itu, apakah bekal dan alat itu. Bekal
itu ialah menyerah bulat-bulat kepada allah, dan menyediakan waktu dan mengurang hawa
nafsu kebendaan dan sanggup mengosongkan diri dari kem auan hawa nafsu sahwat
yang tercela dan membesarkan himmah atau kemauan yang keras serta sanggup
menghadapi tantangan apapun jua bila perlu. Demikianlah orang yang hendak mengenal
Tuhan Allah s.w.t
Agama Islam itu adalah agama yang murni. Kemurnian agama itu dibarengi oleh 4
rukun, itulah dia yang disebut rukun agama.
Rukun agama itu adalah :
SARIAT
TARIKAT
HAKIKAT
MARIFAT
Kalau yang empat perkara ini belum menyatu, maka segala amal ibadah itu, amal
ibadah yang palsu belaka (amal ibadah yang sia-sia saja). Karena amal ibadah itu tidaklah
berdiri sendiri saja, tentunya ada syariat, tarikatnya, hakikatnya dan ada marifatnya. Jadi
kesempurnaan agama ini terletak kepada yang empat perkara tadi, inilah yang diesebut
ilmu tauhid (ilmu tasauf)
Rukun agama tadi disebut juga dengan :
ISLAM
IMAN
TAUHID
MARIFAT
Tanpa yang empat perkara ini belumlah lagi dikatakan Islam sejati dan iman yang
sempurna. Sempurnanya agama itu lantaran adanya: Islam, Iman, Tauhid dan Marifat.
Sekarang baiklah hamba teruskan kepada rukun Islam.
RUKUN ISLAM
Rukun Islam itu ada lima perkara :
1. SYAHADAT
2. SHOLAT
3. PUASA
4. ZAKAT
5. HAJI
2. TARIKAT SYAHADAT
3. HAKIKAT SYAHADAT
4. MARIFAT SYAHADAT
B. SHOLAT/SEMBAHYANG.
1. SARIAT SHOLAT
2. TARIKAT SHOLAT
3. HAKIKAT SHOLAT
4. MARIFAT SHOLAT
C. PUASA.
1. SARIAT PUASA
2. TARIKAT PUASA
3. HAKIKAT PUASA
4. MARIFAT PUASA
D. ZAKAT.
1. SARIAT ZAKAT
2. TARIKAT ZAKAT
3. HAKIKAT ZAKAT
4. MARIFAT ZAKAT
E. HAJI.
1. SARIAT HAJI
2. TARIKAT HAJI
3. HAKIKAT HAJI
4. MARIFAT HAJI
1. SYAHADAT.
1. Syariat syahadat ialah : mengucapkan dua kalimah.
2. Tarikat syahadat ialah : pada sholat sejatinya sedang melakukan tajli kepada Tuhan
Allah.
4. Marifat syahadat ialah : agar supaya merasa dan melingkupi yang mencorong itu sama
dengan ZAT dan Sifat Allah Taala.
2. SHOLAT/SEMBAHYANG.
1. Syariat sholat ialah : berdiri, ruku, sujud, duduk dll.
3. Hakikat sholat ialah : telah jelas adalah : Alif, Lam Awwal, Lam Ahir, Ha, katakanlah :
Allah, tak salah lagi (narun, hawaun, maun dan tarobun).
3. Hakikat puasa ialah : sudah pasti menahan nafsu: nafsu yang dimaksud disini yaitu
kembali kepda nafsu yang hak.
2. Tarikat zakat ialah : harus berdirinya/fananya mahluk dari ingatnya. Artinya ialah :
harus ada tajli mutlak/Tuhan berdiri sendirinya.
3. Hakikat zakat ialah : jangan sampai kita lupa/salah dalam akidah. Haruslah kita
menjakatkan diri kita sendiri lahir dan batin.
4. Marifat zakat ialah : harus bisa merasakan hilangnya jasmani seluruhnya lahir dan
batinnya dalam keesaan Tuhan Yang Maha Esa.
5. HAJI.
1. Sariat haji ialah : pergi ketanah suci mekkah.
2. Tarikat haji ialah : sedang kita sholat atau waktu kita berada dibaitullah.
4. Marifat haji ialah : rohani dan jasmani telah menyatu dalam kesatuan yang mutlak
(utuh).
Demikianlah tentang rukun Islam yang lima perkara. Sekarang telah nyata kepada
kita bahwa rukun Islam pecah menjadi 20 rukun dan sifat dua puluh itu simpunnya kepada
sifat tujuh dan sifat Tuhan yang ada pada setiap dirinya dan sekarang baiklah kita teruskan
kepada rukun iman. Rukun iman itu ada 6 (enam) perkara.
RUKUN IMAN
Perihal rukun iman itu ialah :
1. AMMANTUBILLAH
2. WAL MALAIKATIH
3. WA KUTUBIHI
4. WA RASULI
6. WA QADRI ACHIRI
5. WAQADRI AKHIRI, artinya : percaya kepada untung baik dan untung jahat daripada
Allah Taala.
Sekarang baiklah kita uraikan satu persatunya.
1. AMANTUBILLAHI artinya : percaya kepada adanya Tuhan.
Belumlah benar kalau belum dihalalkan, artinya kalau belum kembali kepada ruh lagi
dan perasaan lagi dekat kepadamu, daripada urat leher mereka sendiri. Jadi kita tak
usah repot mencari Tuhan : Tuhan ada pada kamu dimana saja engkau berada.
Kesimpulannya ialah : pandangan dan tatapanmu itulah tanda ADAnya Tuhan/YANG
ADA.
LA MAUJUDA BI HAQQIN ILLALLAH, artinya tidak ada yang maujud di dalam alam ini,
kecuali Allah Taala. Demikianlah rukun iman yang pertama tadi.
2. WALMALAIKATIHI artinya : percaya kepada malaikatnya.
Nah sekarang bagaimana sebenarnya percaya kepada para malaikatnya? Pertama kita
yakin bahwa malaikat itu ada. Cobalah tekadkan dan telanjangi sekujur badan kita. Agar
supaya cepat beriman kepada Tuhan Allah s.w.t. Supaya jadi iman kepada Tuhan Yang
Maha Agung, tatkala sedang menghadapi sakaratulmaut nanti......dalil apakah yang bisa
menolong untuk menyempurnakan nyawa ?
Baiklah kita uraikan tentang ilmu iman kepada malaikat-malaikatnya. Bukankah kita
sudah tahu bahwa malaikat itu dalah utusan Tuhan Allah s.w.t. Jelaslah sudah dengan
usiknya utusan, tentu hiduplah yang memerintahkan : biarpun sehelai bulu usiknya,
begitu pula bertambah panjangnya bulu itu, semua itu malaikat.
Malaikat itu bukan jirim dan bukan jisim. Tentunya terasa oleh kita bahwa sedang tidur
itupun, juga bulu memanjang akan tetap berlaku. Nah begitulah kenyataanya malaikat
pada diri kita ini, tidak akan hilang dengan badan kita ini. Siang dan malam terus
bekerja tanpa hentinya. Jadi usahanya dalam melihat, mendengar, mencium, dan dalam
berbicara: mandornya ialah : JIBRIL, MIKAIL, ISROFIL, DAN IJROIL.
3. WAKUTUBIHI artinya: percaya kepada kitab-kitabnya.
Jadi yang benar benar percaya kepada kitab kitabnya itu seperti Al Qur’an, harus
dirangkap dengan tulisan wujud kita ini. Jadi begini, kalau kita belum mengetahuinya,
kita harus percaya kepada takdir yang sudah tertulis kepada diri kita sendiri. Kita harus
yakin dengan adanya takdir Tuhan itu. Tulisan wujud kita ini sesungguhnya, kalau kita
sudah ainal yakin dan hakkul yakin; kita bisa sadar dalam menghadapi apapun juga.
Karena pohon ilmu itu adalah sabar dan ridha. Tentunya semuanya sudah tertulis di
Lukhmakhfudh. Jadi iman kepada kitab kitabnya itu umum.
Persoalan diluar Al Kitab, manusia tak ada yang diluar kitab, tetapi amat sulit
mencapainya. Itulah yang disebut : MAKHSYAF, yang tiada huruf, tiada suara dan tiada
kata-kata. Ini adalah RAHASIA yang amat dalam dan amat dahsyat, dan tidak
seorangpun yang mendapatkannya, kecuali Tuhan itu sendiri. Kehendak Tuhan tidak
ada yang menghalanginya. Dia sanggup merubah apa yang tidak dapat dirubah oleh
mahluk. Sedang perubahan yang ada pada mahluk ini adalah perubahan pada
sangkamu saja. Tuhan kuasa menghidupkan yang mati, dan mematikan yang hidup.
Fahamkanlah wahai sekalian tholib ‼.
4. WARASULIHI artinya : percaya kepada Rasul-Rasulnya.
Memang kita percaya kepada semua nabi-nabi dan rasul-rasul, itupun tak ada salahnya,
memang dalam bentuk nyawa, memang demikian. Tetapi karena sudah pada wafat
semua, sudah lestari, maka tinggal percaya itu yang berbalik kepada wujud, yaitu
kepada hakikatnya badan yang kita sesungguhnya percaya kepada rasa wujud kita.
Seperti rasa melihat, rasa mendengar, rasa pengucap, rasa mencium. Coba saja kita
rasakan,............. bagaimanakah kita percaya kepada rasa wujud kita ini? Kalau kita
mencicipi garam, sudah tentu rasa mulut ini akan merasa asin tentunya. Tidak mungkin
merasakan yang lainnya, selain rasa asin itu tadi.
Demikianlah pula dengan yang lainnya seperti : pendengaran tidak mungkin salah lagi.
Juga seperti penglihatan, pencium dan pengucap. Semuanya dapat kita rasakan dengan
perasaan kita. Disinilah orang tidak banyak FAHAM arti rasul yang sesungguhnya.
Padahal rasul atau utusan itu ada pada kita jua. Makanya kita selalu mengatakan dua
kalimat syahadat itu, harus tahu rahasianya. Kalau Tuhan mengatakan : Aku naik saksi,
tiada Tuhan melainkan Aku dan Muhammad itu utusanKu. Maka kita pun demikian pula
adanya, kalau lain dari pada itu, maka tersalahlah marifat kita. Orang kebanyakan salah
memahami tentang arti rasul yang sebenarnya, mereka mengira rusul itu hanya ada
pada nabi nabi, seperti Muhammad itu utusanKu, yaitu Muhammad marifat. Karena
setiap insan kamil mempunyai utusan (rasul) pribadi.
Disinilah letaknya nilai dan barang yang bernilai itu letaknya dalam pribadi masing
masing. Inilah arti percaya kepada RASUL-RASUL.
5. WAL YAUMIL AKHIRI artinya: Percaya kepada hari kiamat yang terakhir yaitu hari
kiamat (hari pembalasan).
Kiamat besar hanya kita yakini: dan kiamat kecil dapat kita rasakan masing masing.
Pertama kiamat diri, yaitu hancur leburnya kedalam Nur Muhammad, dan hingga sirna
dan tuntas sampai tiada rasa lagi memiliki ujud lahir dan batin dan akhirnya manunggal
dengan kemaha agungan Tuhan.
Kiamat diri yang kedua ialah : Dikala sakaratulmaut telah tiba. Inilah yang disebut
kiamat sugro, sedangkan kiamat kubro adalah kiamat yang sebenarnya. Inilah
pengertian walyaumil akhiri itu tadi.
6. WAQODRI AKHIRI artinya: percaya kepada untung baik dan untung jahat datang
daripada Allah jua.
Maksudnya segala perbuatan yang berlaku didalam alam ini adalah perkara perbuatan
Allah Taala. Allah yang menjadikan kamu dan barang perbuatan kamu dan yakinlah
bahwa kita ini tidak mempunyai daya dan upaya, kecuali dengan kuderat dan iradat
Allah Taala jua adanya. Maka dengan adanya rukun iman yang keenam ini, tentunya
kita menjadi sadar akan diri kita ini. Kesadaran itu timbul karena marifat dan marifat
itu timbul karena terbuka hijab (dinding).
Orang ahli hakikat yang telah lupa kepada mahluk, karena langsung melihat Allah saja
yang hak, mereka lupa dari sebab musabab, karena teringat kepada yang menentukan
sebab dan yang menjadikannya. Orang ini sebab hamba yang menghadapi hakikat yang
nyata baginya, terang cahayanya dan sedang berjalan pada jalannya.
Telah sampai pada puncaknya, hanya ia sedang tenggelam dalam cahaya, sehingga tidak
kelihatan bekas bekas mahluknya lagi dan lebih banyak lupanya terhadap alam, dari
pada ingatnya kepada mahluk dan bertemunya daripada renggangannya, dan lenyaplah
dirinya dari tetapnya perasaannya dan lupanya terhadap mahluk daripada ingatnya
pada mereka.
Demikianlah seorang ahli hakikat yang telah fana zahirnya dan fana batinya kepada
yang hak dan siapa telah fana dengan Allah, maka pasti ia lupa atau goib dari segala
sesuatu. Orang ini pandangannya Allah semata. Siapa dalam tauhidnya itu merasa
seolah olah sebagai hasil kepintarannya sendiri, maka tauhidnya belum benar-benar
adanya dan tauhidnya tidak dapat menyelamatkan dirinya dari api neraka.
ILMU TASYAUF
Bertemunya manusia kepada Tuhan dan sampainya kepadanya, itulah puncak
harapan, dan dengan itulah dia mencapai kebahagian dan kerajaan besar, bahkan dengan
itulah dia akan lupa dan terhibur dari sesuatu selain Allah Taala. Hilangkan pandangan
mahluk kepadamu, karena puas dengan penglihatan Allah kepadaMu dan lupakanlah
perhatian/menghadapnya mahluk kepadamu, karena melihat bahwa Allah menghadap
kepadamu. Nikmat itu meskipun beraneka bentuknya hanya disebabkan, oleh karena
melihat dan dekatnya kepada Allah.
Demikian pula siksa itu walau bagaimanapun aneka ragamnya, hanya karena
terhijab dan sempurna nikmat itu, karena melihat kepada zat Tuhan yang maha mulia.
Maha suci Allah yang sengaja tidak memberi tanda kepada walinya, kecuali sekedar
untuk mengenal kepadanya. Sebagaimana tidak menyampaikan dengan mereka, kecuali
kepada orang yang hendak disampaikannya untuk mengenal Allah, itulah hikmahnya yang
maha tinggi dan siapa benar-benar sudah mengenal kepada Allah, maka pastilah dapat
melihatnya dalam tiap-tiap sesuatu.
Tiada suatu nafas yang terlepas daripadamu, melainkan disitu pula adanya takdir
Allah diatasmu. Semua manusia dalam alam ini sudah tergambar dalam atau di
Lukhmakhfud. Tidak ada kehendak mahluk yang mesti berubah. Perubahan itu hanya
dalam pandangan sariat. Sedang dalam pandangan hakikat, hanya Allah Yang Maha
Mengetahuinya. Jadi kesimpulannya ialah kehendak mahkluk adalah terbatas, sedang
kehendak Allah tidak ada yang membatasinya.
Maka daripada itu orang yang FAHAM ialah orang yang bergembira dalam hidupnya,
bergembira dengan Allah dalam setiap nafasnya yang keluar masuk. Orang yang sudah
faham ialah tidak menanyakan lagi apakah boleh berubah atau tidaknya, dia telah sunyi
dengan Allah. Maksudnya ialah sudah satu iradat dengan TuhanNya, tidak ada lagi duanya.
Apabila sudah manunggal denganNya, maka nyatalah Allah yang berlaku dalam
segala hal. Karena lapang dan sempit ada pada Allah saja. Andaikan Allah membukakan
NUR seorang wali yang berbuat dosa umpamanya niscaya cahaya yang memenuhi antara
langit dan bumi. Apabila dengan Nur cahaya seorang wali yang taat tentu dapat kita
membayangkan, bukan?
Andaikan Allah membukakan hakikat kewalian seorang wali, niscaya akan disembah
orang. Sebab ia telah bersifat dengan sifat Allah dan siapa yang tidak puas dengan
pendengaran dan penglihatan Allah dalam amal perbuatan dan dalam perkataanya, maka
pasti orang itu kemasukan ria atau masih terdinding dengan Allah. Bagaimana dapat
dibayangkan bahwa Allah dapat dihijab oleh sesuatu. Padahal Allah yang menzahirkan atau
menampakkan segala sesuatu. Bagaimana mungkin akan dihijab oleh sesuatu. Padahal
Allah yang nampak zahir pada segala sesuatu.
Bagaimana akan mungkin dihijab oleh sesuatu. Padahal dia jelas dari segala sesuatu.
Bagaimana akan dihijab oleh sesustu, padahal Allah lebih dekat kepadamu dari segala
sesuatu. Bagaimana akan mungkin dihijab oleh sesuatu, padahal dia yang terlihat dalam
tiap tiap sesuatu. Sesungguhnya yang menghijab engkau daripada melihat Allah itu, karena
sangat dekatnya Allah kepadamu. Allah yang menzahirkan segala sesuatu, karena Allah
yang bersifat batin dan Allah yang melihat adanya segala sesuatu, Sebab Allah itulah yang
johir atau yang jelas pada tiap-tiap sesuatu. Bagaimana Allah akan terhijab dengan sesuatu,
padahal sesuatu yang terlihat itu semata-mata nur ilahi dan pada segala tempat Allah
berada dan tetap hadir dan tak pernah goib. Andaikan Allah tidak johir pada benda-benda
alam ini, tidak mungkin adanya penglihatan padanya dan andaikan Allah menzahirkan
sifat-sifatnya, pastilah lenyap alam bendanya. Bagaimana akan mungkin dihijab oleh
sesuatu, padahal andaikan tidak ada Allah, niscaya tidak akan ada segala sesuatu.
Demikianlah kebijaksanaan Allah atas semua mahluknya dan hambanya.
Manusia ini ada dua macam: Pertama ada yang mendapat karunia Allah sehingga ia
berbuat taat kepada Allah. Maksudnya ialah mengerjakan suruhan dan meninggalkan
tengahNya. Yang kedua adalah dengan taatnya kepada Allah sehingga kebesaran karunia
Allah.
Dengan Nur cahaya matahari, engkau dapat melihat benda benda alam ini. Tetapi
dengan Nur cahaya iman keyakinan yang mendalam, engkau dapat langsung melihat Allah
yang menjadikan benda alam ini. Amal perbuatan apakah yang paling dekat kepada murka
Allah? Amal yang tidak disukai Allah ialah karena melihat kepada dirinya sendirinya dan
lebih jahat lagi kalau ia menuntut upah balasan itu karena amalnya. Bagaimana engkau
minta upah atas amal perbuatanmu? Sedangkan engkau sendiri tidak ikut berbuat?
RIWAYAT AL HALLAJ
Riwayat Al Hallaj pada hakikatnya adalah riwayat perjuangan yang hebat diantara
ulama fikih dengan ulama tasauf. Atau boleh juga dikatakan pertentangan antara ulama
ahli zahir dengan ulama ahli batin. Ulama - ulama yang terkenal hanya mementingkan
hukum hukum lahir semata putaran pikirannya hanya bersandar kepada otak semata
(mantik). Sedngkan pikih itu artinya faham dan segala sesuatu itu hanya diperhitungkan
kepada otak. Perkataan perkatan atau pendapat yang hanya berdasarkan pengalaman batin
dan kehalusan perasaan, memang tidak senantiasa dapat diterima oleh otak atau akal
semata.
Itulah sebabnya maka ahli ahli kebatinan itu dituduh tersesat jalan katanya. Tetapi
sebaliknya ulama ulama yang mementingkan kebatinan itu berfikir lebih bebas dan luas.
Mereka telah menyelami lubuk jiwa yang mendalam. Baginya yang terpenting ialah
tumpah ilham dari alam goib.
Kadang kadang bagi mereka hukum hukum fikhih yang lahir itu yang kebanyakan
hanya terdapat dari fikiran manusia semata, tidaklah selalu dipegangnya. Kadang kadang
mereka tidak mau terikat oleh satu mazhab yang telah dipilih oleh kaum fikih. Empat
mazhab yang terkenal yaitu: Maliki, Hambali, Hanafi dan Syafi’i: Mereka pandang kadang-
kadang mengikat kebebasan kebebasan jiwa mencari Tuhan Allah s.w.t dan kadang
mazhab yang satu menyalahkan yang lainnya, karena mencari pangkat dan kedudukan
dalam kerajan. Orang orang jahil kebanyakan, lebih tertarik kepada ulama - ulama yang
berpengaruh di dalam pemerintahan kerajaan. Ulama fikih itu telah bergelar ahli kulit atau
Arbabulrusum (hanya membaca yang tersurat).
Demikianlah Al Hallaj pada zamannya. Menurut ajaran beliau, bilamana kebatinan
seorang insani telah suci bersih didalam menempuh perjalanan dalam hidup kebatinan,
akan naiklah tingkat hidupnya itu dari satu makam kemakam yang lain, misalnya: muslim,
mukmin, salihin dan mukarrabin.
Mukarrabin artinya: orang yang paling dekat kepada Tuhan. Diatas dari tingkat itu
mereka tibalah dipuncak, sehingga menunggal dengan Tuhan. Tidak dapat lagi dibedakan
diantara asyik dengan mas’syuknya. Apabila keTuhanan itu telah menjelma dibadan
dirinya, maka tidaklah lagi kehendaknya yang berlaku, melainkan kehendak Allah.
Ruh Allah telah meliputi dirinya, sebagaimana yang telah meliputi akan Isa anak
Maryam. Maka apa yang dihendakinya akan terjadi. Bagaimana sifat persatuan itu? Kadang
kadang dikatannya sebagai persatuan chamar (arak) dengan air. Dan kadang-kadang
sebagai persatuan api dengan besi seketika dibakar sehingga merah. Sehingga apabila
tersinggung salah satu, tersinggunglah pula yang lainnya. Disinilah pangkal perkataannya ,
ANAL HAQ (sayalah kebenaran itu).
Karena kebenran adalah salah satu dari nama Tuhan Allah. dan katanya pula :
WAMA FIL DJUBBATI ILLALLAH. dan tidak ada dalam jubah, melainkan Allah. Sedemikian
jelas dasar kepercayaan sufinya tentang persatuan diantara asyik dan ma’syuknya itu,
namun diwaktu yang lain keluar pula perkataan yang berbeda dan berlawanan sekali
dengan penjelasan yang pertama itu tadi. Ketika pertama telah jelas dia berkata tentang
persatuan itu, yang merupakan seperti faham panteisme. Tetapi ditempat lain dia berkata
pula: keinsananku tenggelam kedalam ketuhananmu: tetapi tidak mungkin percampuran.
Sebab ketuhananmu itu senantiasa menguasai akan keinsananku dan katanya pula:
Barangsiapa menyangka ketuhanan bercampur dengan keinsanan jadi satu, atau keinsanan
masuk kedalam ketuhanan, maka kapirlah orang itu. Sebab Allah Taala iti berdiri dalam
zatnya dan sifatnya daripada mahluk dan sifatnya pula. Demikianlah pendirian beliau
adanya. Apakah berlawanan fahamnya sendiri?
Hulul adalah tidak beranjak daripada pendirian Al Hallaj. Tuhan mungkin menjelma
kedalam insan, laksana bersatunya api dengan besi telah sanggup memfanakan dirinya
kedalam Tuhan dengan pensucian ruh. Waktu itu ruh Allah masuk kedalam badan insani.
Maka dikala segala perbuatan dan iradat insani tadi, menjadilah perbuatan dan iradat
Tuhan Allah. Tegasnya ialah: Insan ain Allah dan Allah ain insan. Apatahlagi pernah
ditegaskannya, bahwasanya manusia itu pada hakikatnya adalah : TUHAN ALLAH. Sebab
insan dijadikan TUHAN menurut bentuk dan surahnya sendiri. Itulah sebabnya kata beliau:
Tuhan Allah menitahkan kepada para malaikat supaya sujud kepada ADAM (bapak sekalian
manusia). Cukuplah kiranya sampai disini saja dahulu kita membicarakan tentang Al Hallaj
dan sekarang baiklah kita teruskan kepada membicarakan tentang NUR MUHAMMAD.
Sebelum membicarakan tentang NUR MUHAMMAD, baiklah hamba uraikan tentang ayat
yang berbunyi: ”KHALAQTUKA LIADJLI WA KHOLAQ TUL ASNI LIADJLIKA, Artinya ”
WAHAI MUHAMMAD, engkau jadi daripadaKu dan semesta sekalian alam, karenamu ya
Muhammad.
Demikianlah ayat ini sebagai bukti nyata kepada kita untuk mengenal hakikat Muhammad
atau NUR MUHAMMAD.
NUR MUHAMMAD
Beliaulah yang mula mula sekali menyatakan bahwasanya kejadian alam maya pada
ini, pada mulanya ialah daripada Hakikat Muhammad atau Nur Muhammad.
Nur Muhammad itulah asal segala kejadian. Hampir samalah perjalanan
persamaannya dengan renungan ahli filsafat yang mengatakan bahwa yang mula terjadi
ialah: akal pertama. Menurut katanya nabi Muhammad itu terjadinya dua rupa: yaitu rupa
kadim dan azali. Dia telah terjadi sebelum terjadinya seluruh yang ada ini. Daripadanya
dizauk segala ilmu dan irfan dan yang kedua ialah: rupa sebagai manusia, sebagian rasul
dan nabi yang diutus Tuhan. Rupa yang sebagai manusia itu menempuh maut. Tetapi
rupanya yang qadim tetap ada meliputi alam seluruhnya.
Maka daripada nur rupanya yang qadim itulah diambil segala nur buat menciptakan
segala nabi nabi dan rasul rasul dan aulia dan anbiya. Dalam hal ini kejadian dialah yang
awal, dalam hal kenabian dan Dialah yang batin dalam hakikat dan dialah yang lahir dalam
marifat. Pendeknya Nur Muhammad itulah pusat kesatuan alam, dan pusat kesatuan
nubuat segala nabi-nabi. Segala macam ilmu, hakikat dan nubuat adalah pancaran belaka
dari sinarnya.
Marilah kita gali sedalam dalamnya isi Al Qur’an itu yaitu dengan bantuan dan
pertolongan Tuhan jua kapada kita ini. Janganlah kita hanya mengaji kulit luarnya saja,
sedangkan diri kita sendiri selalu ditutupi oleh keindahan lahir semata dan kita kadang
kadang hanya berlomba lomba menjalankan ibadah lahir seindah mungkin. Menyembah
dan memuji kepada Allah dengan dihiasi lagu lagu pariasi dengan keindahan dan dengan
segala kebanggan.
Tetapi tidak luput dari kelupaan kepada Allah. Karena semua itu belum ketemu
dengan yang Hak dan semua itu mencukupi dalil Al Qur’an yang termaktup didalamnya.
Dalil mengatakan : ” Wabuda Robbaka Hatta Yatiyakal Yakin” artinya: kalau engkau
menyembah kepada Tuhan haruslah ainalyakin. Maksudnya harus tahu serta waspada
kepada Tuhan. Janganlah hanya dikira kira saja; janganlah seperti dijudikan didalam
hatinya; bahwa Tuhan itu ada diatas arsy atau diatas Qursyi atau dilangit.
Apakah mereka akrab dengan segala bentuk jisim didalam dunia ini, kan sudah tidak
ada diantaranya lagi, sebab itu renungkanlah wai segala tholib? Apakah yang akrab dengan
ujud jasmani kita ini? Marilah kita jawab bersama sama pertanyaan ini. Siang dan malam
kita tidak pernah terpisah. Apakah tuhan itu ada disetiap hambanya/manusia? Memang itu
ada tapi hati-hati jangan sampai kita keliru dalam tekad dan iman keyakinan.
Tuhan itu adalah zat yang lainnya kamislihi dan tidak ada perumpamaan baginya,
lihat saja wajah manusia tidak ada yang sama. Ayat itu tadi hanya dapat diartikan dengan
wajah satu persatunya. Tetapi tidak dapat diartikan dengan zat dan sifat Allah yang ada
pada setiap diri pribadi kita masing-masing.
Karena zat dan sifat itu tiada lain. Apabila kita memndang kepada sifat sifat Allah;
maka langsung terpandang kepada empunya sifat itu tadi. Lihat contoh: kita berdiri dimuka
kaca cermin, apakah yang kita lihat? Tentunya bayangan ujud kita sendiri bukan? Mustahil
bagi Allah berlainan bayang bayang dengan empunya bayang bayang, dan mustahil pula
zat dengan sifat itu berbeda ujud, wajah dan zat yang maha agung yang maha mulia. Dalil
mengatakan : ” Al Insanu Sirri Wa An Sirrohu” artinya: Insan itu rahasiaKu dan Akupun
rahasianya dan lagi : ” Al Insanu Sirri Wa An Sirri, Sifatin Wasifatun Lagoirih” artinya
ialah: Insan itu rahasiaKu, dan rahasiaKu itu sifatKu, dan sifatKu itu tiada berlainan dengan
zatKu. Demikianlah penggalian secara mendalam dan menurut isi yang sebenarnya.
Jadi kesimpulannya ialah: Hidup kita inilah kekuasan Tuhan, yaitulah yang disebut
hakikat Muhammad itu tadi. Hakikat Muhammad itu ialah: utusan Tuhan. Oleh karena itu
haruslah dicari sampai dapat sifat hidup yang sejati, yaitu hidupnya ilahi Robbi yang abadi
dan azali dan tidak terkena rusak yaitu: zat yang suci yang disebut Hakkullah: tempat kita
kembali dan tempat asalnya manusia marifat, sebagai kesempurnaan sejati kita. Sekarang
apakah yang disebut Hakkul Adam? Hakkul Adam ialah; alam dunia ini. Jadi kalau belum
marifat, tentunya tidak bisa kembali kepada Hakkulah itu tadi. Seorang wali itusudah tetap
didalam hak Allah, yaitu didalam zat Allah Taala. Apakah yang sebenarnya yang disebut
hak Tuhan itu? Hak Tuhan yang sebenarnya ialah:
PANDANGAN DAN TATAPAN HUDUP KITA INI.
Jadi bagi yang sudah kembali kepada hak Allah; sesungguhnya mereka merasa tidak
merupakan rasa terpisah dengan Tuhannya, sebab sudah: WAHUWA MA’AKUM, artinya;
berbaring siang malam. Kalau sudah berbaringan hamba dengan Tuhannya; inilah yang
disebut cinta sejati dan mutlak. Cinta hakiki dan kepaduan mutlak. Cinta kedalam Tuhan
adalah kecintaan Tuhan. Titik tujuan terakhir dalam perjalanan kita ini ialah; CINTA (cinta
tidak bertepuk sebelah tangan). Cinta berbalas cinta, itulah yang sebenarnya cinta.
Sekarang berkisar pula kepada membicarakan tentang huruf yang menjadikan lafat
Allah. Darimanakah asalnya sampai ada lafadz Allah itu? Baiklah kita uraikan satu
persatunya.Huruf dan lafadz Allah itu ada empat rufa. Rupanya ialah; Alif, Lam Awwal,
Lam Ahir, dan Ha. Tentunya pada awalnya dan pada asalnya ialah: dari zat dan sifat Tuhan
Allah jua adanya. Jadi disini arti zat itu adalah kenyataan sifat. Yaitu RUPA dan bentuknya;
itulah yang disebut johar awal tadi.
Dengan terang benderang sifatnya, maka keluarlah kenyataannya; yaitu keluarlah
cahaya yang 4 itu. Itulah yang disebut Nur Muhammad atau dengan kata lain itulah yang
disebut ADAM HAKIKI. Inilah sebagai bahan baku alam dunia ini. Yaitu yang disebut:
NARUN, HAWAUN, MA’UN, dan TAROBUN.
- NARUN ialah : cahaya merah.
- HAWAUN ialah : cahaya kuning.
- MA’UN ialah : cahaya putih.
- TAROBUN ialah : cahaya hitam.
Jadi yang empat falsafah ini disebut: Alif, Lam, Lam, Ha itu tadi. Sedangkan yang kelima
ialah; terang benderangnya TASJID. Maka yang empat itu tadi disertai dengan TASJID, lalu
berbentuklah lafadz Allah.
Beginilah asal usul asma Allah itu; dan itulah asal bibit yang bertebaran bagaikan
cahaya safak diwaktu fajar. Kemerlipan cahanyanya meliputi tujuh petala bumi dan tujuh
petala langit, beserta seluruh isinya. Didalam hadits ada dikatakan; Bahwa semua itu
seluruhnya asal dari Tuhan. Nah dari sanalah sesungguhnya dari NUR yang empat itu tadi
dan yang kelima itu tadi disebut dengan nama JOHAR AWWAL.
Disini hamba beritahukan pula bahwa yang disebut TASJID itu tadi ialah; HAKIKAT
MUHAMMAD. Jadi nyatalah kepada kita bahwa dunia ini hanyalah bayangan zat Tuhan
yang maha besar. Demikian pula bahwa diri kita yang lahir ini hanyalah bayangan diri kita
yang batin. Itulah zat Tuhan yang Maha Agung yang ada diseluruh semesta alam ini. Baik
alam besar, maupun alam kecil (mikrokosmos dan makrokosmos). Sekarang hamba beri
contohnya: Seumpama sorot matahari dihalangi oleh salah satu kaca; bayangannya tentu
saja akan menjadi api, api jadi jadian yang terasa panas, oleh karenanya merusak kepada
diri kita, bisa bisa kita hangus terbakar.
Mengapa kalau dari bibitnya matahari itu tidak akan membahayakan kita, bahkan
kalau kita dekati matahari; umpanya kita naik keatas gunung, yaitu kepuncak gunung yang
tinggi, disitu kita akan merasakan sejuk dan dingin. Makin dekat matahari makin enak, dan
makin terasa nikmatnya. Inilah hanya contoh supaya kita tetap mendekat dengan zat Tuhan
yang maha agung. Demikianlah contoh yang dapat hamba gambarkan. Jadi kesimpulan
kaca itu tadi ialah: sebagai kaca penghalang, itulah bukti ujud jasmani kita ini, ia menutupi
zatNya. Baiklah hamba bawakan sebuah dalil yang berbunyi: LA IJABAKA DAN ILLA
WUJUDIKA FAFNIL ANIL WUJUD TAKUN WASILAN, artinya: Bagi Tuhan Yang Maha suci
itu tidak ada yang jadi hijab/dinding. Maka nyatalah bahwa yang menjadi hijab/dinding itu
adalah: adanya wujud kita yang betah didalam ADAM, dan yang belum kembali kepada
kemaha sucian Tuhan Allah s.w.t.
FIRMAN ALLAH S.W.T.
Kalau engkau benar benar hendak melihat AKU; hapuslah dahulu wujudmu itu,
sampai sampai jangan berbentuk lagi, dan jangan berupa lagi. Dan jangan sampai memiliki
rasa yang ada, dan rasa ada ujud bumi dan langit, sebab AKU ini NAFI DAN ISBAT.
Demikianlah firman Tuhan itu, supaya kita berani terjun kedalam lingkungan haderat
muhabbah Tuhan Allah s.w.t.
CINTA HAKIKI
Jangan jauh jauh engkau mencari ajaran. Karena ajaran ajaran itu telah berada
didalam dirimu sendiri. Bahkan seluruh dunia ini telah berada dalam dirimu sendiri.
Jadikanlah dirimu itu, CINTA sejati dan abadi. Dengan cinta itu kau dapat melihat dunia.
Arahkan pandanganmu dengan tajam dan dengan keheningan parasmu nan elok
rupawan, kepada siang dan malam. Karena apakah kenyataannya ? Segala sesuatu yang
tampak disekeliling kita adalah akibat perbuatanNya.
Oleh karena itu jelaslah sudah, bahwa Tuhan beserta kesucian yang murni dan abadi
berada dalam kecintaan. Bila engkau telah berada dalam cinta; engkau tidak akan menemui
kesulitan itu lagi, asalkan masuk dan keluarnya telah jelas bagimu. Pengertian tentang hal
ini sangat terbatas sekali. Dia sama sekali tidak berbentuk seperti sangkamu. Dia tidak
tampak oleh orang biasa (orang awam). Tetapi Dia tetap ada dan tetap hadir.
Tetapi bagi orang yang berahir dalam pandangannaya, maka tampak sesuatu yang
benar dan agung. Dan ketika dipandangnya ujud itu, maka dengan jelas tampak
membayang ujud yang sebenarnya. Antara Dia dan ujud ini tidak ada bedanya.
Dia tidak tampak karena terdesak oleh gerakan gerakannya sendiri dari seluruh alam
ini. Jadi bedanya tidak tampak pada sumbernya. Perkara ini walaupun kita bicarakan siang
dan malam, tetapi jika orang belum pernah memperoleh ajaran rahasia ini, tetapi tidak ada
faedahnya (tidak ada gunanya).
Jika engkau sedang sholat umpanya: sedangkan kehadirannya tidak pernah ada
dihadapanmu. Maka kehadiranmu anggaplah kehadiran Yang Maha Agung. Tetapi
sebaliknya: bahkan keadaanmu itu kau anggap seperti tidak ada. Sebab ADAM itu artinya:
tidak ada. Adampun tiada mauujud dengan sendirinya, ia mauujud dengan ujud Allah Taala
yang hakiki, dan fana dibawah ujudnya.
Maka jelaslah kepada kita bahwa hilang diri atau ingsun itu melahirkan seorang
insan kamil atau Muhammad insan kamil. Persembahan seorang insan kamil, tidaklah
mengenal waktu. Semua gerak lakunya digunakan untuk beribadah. Sikap diamnya dan
bicaranya dan gerak tubuhnya, bahkan bulu romanya, kotoran dan kencingnya, semuanya
diperuntukkannya sebagai ibadah memuji Tuhannya. Inilah sholat dhoim namanya.
Cukuplah sekian dahulu adanya, insya Allah dilain waktu dan kesempatan akan kita
sambung lagi. Assalamu Alaikum wr.wb.
BISIKAN RINDU
YA ALLAH, YA ROBBI?
LISANKU KELU MEMBISU SERIBU KATA.
BADANKU MEMBUJUR SEKUJUR BUMI.
ROHKU MELAYANG JIWA INSANI.
MENUJU TUHAN ROBBUL IZATI.
ILAHI?
DUNIA INI DENGAN UNAK DAN DURI.
SETIAP KUMELANGKAH TERGORES DIHATI.
NAMUNKU BETAH BERDIAM DIHAK ADAMI.
JIWA KOSONG, HAMAPA, BAGAIKAN TEGAK PADI TAK BERISI..
ALLAHUMA, TA TUHANKU.
KINI DAKU INGIN MENCINTAIMU YA TUHAN.
KAN TIDAK ENGKAU TOLAK YA TUHANKU?
DAKU TAK DAPAT HIDUP BAHAGIA TANPAMU TUHAN.
KEBAHAGIAN DAN KECINTAAN ADA PADAMU TUHAN.
TUHANKU?
SIANG DAN MALAM RINDUKU PADAMU YA TUHAN.
AIR MATAKU BERLINANG BAGAIKAN MUTIARA BERTABURAN.
BADANKU LESU BAGAIKAN POHON TAK DISIRAMI HUJAN.
JIWAKU MERINTIH BAGAIKAN HUJAN GERIMIS DIMALAM KELAM.
OH, TUHANKU?
BALASLAH CINTAKU PADAMU, OH TUHAN.
KALAU CINTA ITU TELAH MENYATU DALAM KECINTAANMU.
SIAPAKAH YANG MENCINTAI ENGKAU LAGI, YA TUHAN?
CINTA YANG TUNGGAL TAK MAU DIBELAH DUA.
DIA SATU, DALAM KESATUAN SEMESTA.
ALLAHUMA, YA TUHANKU.
KINI DAKU MENIKMATI DALAM CAHAYAMU.
PENUH ASYIK, LUPA DENGAN DUNIAKU SEMULA.
KARENA ASYIK DALAM CINTA, LUPA TUGAS SARIAT NYATA.
YANG UTAMA BAGIKU; HANYA MESRA DIDALAM CINTA.
OH, KEKASIHKU?
KEMESRAAN DALAM CINTA, MEMBUAT TAK TAKUT AKAN NERAKA
DAN AKU KINI TAK INGIN SORGAKU LAGI.
KARENA SORGA ITU TELAH BERADA DIDALAM CINTA
CINTA ITU SUDAHLAH SORGA DALAM FAHAMKU.
KEKASIHKU?
KINI DAKU TERLENA OLEH PELUKAN MESRAMU.
DUA BADAN MENJADI SATU DALAM SELIMUTMU.
YAITU SELIMUT KEBESARAN DAN KEMULIAAN.
DAKU KARAM DALAM LAUTAN CINTA HAKIKI.
YA, ILAHI?
KINI DAKU TIDAK MENCARIMU LAGI, YA ILAHI.
JIRIM JISYIM TELAH HAPUS DIDALAM ZATMU.
FANA DAKU DIDALAM KEFANAANMU YA, ILAHI.
KINI DAKU BUKANLAH ORANG BUANGAN.
YA,TUHANKU?
KECILKAN AKU DIHADAPANMU.
DAN BESARKANLAH DIMATA MANUSIA.
DUDUKANLAH DAKU DIHADAPANMU.
DAN DIRIKANLAH AKU DIHADAPAN MAHLUKMU.
DEMIKIANLAH RINDUKU YANG KELUAR DARI PERASAANKU.
KUN MUHAMMAD
JADIKANLAH DIRIMU MUHAMMAD
Nur Muhammad tau Hakikat Muhammad ialah: HAKIKAT ALAM: sebab selur lam
maya pada ini terbit daripada Nur Muhammad jua adanya. Disini para ulama tidak banyak
yang mengetahui arti dan makna yang sebenarnya darpada Nur Muhammad iti tadi. Ia
bukan cahaya yang dalam fahamnya pada kebanyakan orang. Ia bukan zat, bukan benda,
bukan materi, dan bukan cahaya seperti sorot lampu dimalam hari. Tetapi diatas segala
galanya; diatas daripada cahaya segala cahaya.
Nur Muhammad itu cahaya yang cerlang cemerlang yang tiada harapan, Tuhan
bertajli kepadanya. Nur Muhammad itu adalah cahaya diatas cahaya, tidak ada cahaya yang
lebih bercahaya dan lebih qadim daripada Nur Muhammad itu. Nur disini adalah cahaya
yang abadi dan petunjuk hidayah. Nur Muhammad itulah asal segala kejadian, dan dia telah
terjadi sebelum apa yang terjadi. Dalam hal kejadian dialah yang awal, dalam hal kenabian
dialah yang akhir.
Alhaq adalah dengan dia, dan dengan dialah yang hakikat. Dialah yang pertama
dalam hubungan, dialah yang akhir dalam kenabian, dialah yang batin dalam hakikat, dan
dialah yang lahir dalam marifat. Nur Muhammad atau Hakikat Muhammad itulah yang
memenuhi tubuh Adam dan tubuh Muhammad.
Maka apabila Nur Muhammad atau petunjuk hidayah Muhammad itu telah masuk
kedalam diri kita ini: maka otomatis dia membawa cahaya yang abadi sepanjang masa. Nur
Muhammad atau Hakikat Muhammad itu qadim pula Dan apabila mati sebagai tubuh,
namun Nur Muhammad itu tetaplah ada. Sebab Nur Muhammad itu tiada lain daripada Nur
Zat. Jadi Allah, Muhammad, Adam adalah satu jua adanya. Insan kamilpun Allah jua,
Muhammad dan Adampun pada hakikatnya. Jadi pada hakikatnya manusia ini adalah
TUHAN. Tuhan menurut bentuk dan surahnya sendiri, maka daripada itu Tuhan
memerintahkan kepada malaikat supaya sujud kepada ADAM. Disini baiklah hamba
jelaskan secara mendalam tentang KUN MUHAMMAD ITU TADI.
Janganlah menetapkan saja kepada Muhammad s.a.w. yang di Mekkah itu atau di
Madinah itu. Itu memang yang menjadi bibit; bibitnya yang telah marifat. Tetapi carilah
hakikat nabi yang ada didalam sekujur wujud kita ini. Sebab Muhammad itu tiada mati
mati dan kalau dia mati maka pastilah dunia ini akan hancur lebur. Semuanya hancur,
kecuali wajahnya. Jadi pada hakikatnya dia tetap hidup dan tiada mati-mati (langgeng
selama lamanya). Oleh sebab itu cobalah cari Muhammad itu, artinya rasa Tuhan yang ada
disekujur wujud kita pribadi. Kalau sudah ketemu tentu saja marifat kepada zat Tuhan Yang
Maha Agung itu. Ketahuilah olehmu marifat seseorang itu tidak dapat dilihat dengan mata
kepala ini.
Tetap saja kita tidak punya daya dan upaya, selain rasa Tuhan yang maha kuasa, yang
tetap mengetahuinya. Tetapi hanya yang goib diwujud kita ini harus ketemu, supaya bisa
pulang keasal semula. Yaitu pulang kerasa yang dahulu itu, pulang kepada rasa Allah s.w.t
(rasa Tuhan semula). Sebab kalau tidak ketemu sekarang ini, tentu nanti tidak akan bisa
pulang kembali kepada rasa semula. Yaitu kepada rasa yang HAQ itu, maka daripada itu
marifatlah, lain tidak dan kalau belum marifat dikhawatirkan matinya sesat. Sekarang
marilah kita berkisar pula kepada membicarakan SUMBER yang SATU. Hakikat RUH itu
ialah buktinya rasa (hakikat nyawa). Sedang rasa itu adalah beberapa unsur nafsu. Adapun
yang disebut atau yang dimaksud kehidupan yang kekal abadi itu adalah: hidupnya ilahi
Robbi. Yaitu yang bersifat terang benderang, yang tidak terkena mati dan meliputi seluruh
alam ini. Begitu pula seperti arasy, kursi, sorga dan neraka, yang meliputi semuanya itu;
oleh karena itu ia merupakan sifat hidup Tuhan Allah Azzawazalla. Jalan yang demikian ini
disebut oleh kaum sufi SAMUDRA HIDUP.
Sedang bibit nyawa itu disebut hidupnya seluruh bentuk dan jasad: sekalipun sampai
kepada bakteri bakteri dan kuman kuman yang sangat kecil sekalipun. Jadi manusia,
binatang, tumbuh tumbuhan, dan apapun jua yang bernyawa atau yang hidup didalam
seluruh semesta alam ini, semuanya bersumber dari yang SATU itu jua adanya.
Sedangkan segala kehidupan didalam dunia ini tak terbilang banyaknya, hanyalah
cuma itu hanya nyawa. Yaitu yang ada disemua bentuk jasad kita ini dan janganlah kita
memahami bahwa zat Tuhan itu terbagi bagi milyunan jiwa. Lalau sedikit demi sedikit akan
menjadi kurang. Maka dari itu janganlah salah mengerti; bahwa zat Tuhan itu tidak ada
berubah sedikit juapun. Tetap langgeng tidak akan berkurang dan tidak akan bertambah
lagi. Karena zat Tuhan yang hakiki itu tidak pernah rusak dan tidak pernah binasa oleh
apapun. Sekarang baiklah kita umpamakan atau kita buat sebuah misal untuk
memudahkan faham kita.
Umpamanya didunia ini kita nyalakan satu lampu dan lampu itu kita tutup dengan
satu kawat kasa yang sangat halus dan mengembung (cembung) dan kawat kasa itu
bermilyun milyun juta lubang cembungnya, yaitu lubang kawat kasa itu tadi. Jadi setiap
lubang cembung itu adalah sebagai nyawa; satu pula. Maka jelaslah kepada kita bahwa
setiap lubang kawat kasa memiliki satu nyawa. Kan lampunya hanya yang satu itu jua
adanya. Demikianlah yang menjadi hidup kita ini bagi seluruh manusia ini, ataupun
mahluk yang lainnya. Jadi jelas dan teranglah yang demikian itu ialah sebagai sorotnya saja,
yaitu sorotnya hidup kita ini. Maka walaupun berjuta juta milyun sorotnya, namun
lampunya toh hanya satu saja bukan? dan umpanya lampu itu tadi kita ambil sedikit demi
sedikit, satu orang mengambil satu pula, toh tetap saja tidak ada perubahan apa apa.
Demikianlah contoh umtuk jadi bahan perbandingan, dan untuk memudahkan faham kita
adanya. Kalau tidak ada contoh dan perumpamannya, maka sulitlah kita untuk
memahaminya.
Jadi yang sebenarnya yang sulit itu bukanlah si guru atau si ulama itu, tetapi yang
sulit itu sebenarnya adalah simurid itu sendiri. Didalam pengajian ilmu tasauf itu yang
utama sekali ialah: FAHAMNYA. Bukanlah dicari dengan jalan yang berbelit-belit, memang
tuhah tidak keberatan menganugrahi kita dengan rahasia makrifatnya. Hanyalah kita
disuruh memahaminya dengan fahamnya karena didalam ilmu ketuhanan itu tidak
seorangpun mendapatkan KUNHIZATNYA, kecuali dengannya jua. Demikian agar kita
menjadi maklum adanya.
Sekarang kita teruskan yang berkenaan dengan kita ini qadim itu tadi. Maksudnya
ialah; takkala kita masih berada di Nur dahulunya. Bahwa rasa itu samasekali tidak
merasakan apa apa. Takkala kita datang kedunia ini tiba tiba kita merasakan sakit, enak,
dan lain lain. Baiklah kita umpamakan pula agar diingat dan dirasakan perihal Zat Yang
Maha Suci itu. Itulah yang disebut SAMUDERA HIDUP; yang cukup oleh tujuh lapis langit
dan bumi.
Ibaratnya dalam ilmu lahir yang disebut samudera air. Sebulatan bumi ini
kebutuhannya air dari laut. Cukup memberikan penunjang kepada kehidupan seluruh
mahluk seluruhnya. Bahkan tidak bisa tumbuh seisi dunia ini tanpa air.
Air laut itu rasanya asin bukan? Nah? Umpama kita tadi sebelum turun kedunia ini, kita
masih berada didalam samudera hidup. Yaitu kepada Zat Maha Suci Tuhan. Seperti kita
berdiam ditempat asin itu tadi, yaitu: rasa Tuhan Allah. Belum lagi menjadi rasa wujud;
yaitu rasa mani. Seperti digambarkan, kita sampai kepada periode kelupaan.
Jadi rasa asin tadi itu ialah: kelupaan yan dahulu. Bukankah kita tahu bahwa air laut
itu asin? Dengan proses kejadian alam ini, tahu tahu sudah menjadi hujan. Berasal dari
asin, berubah jadi tawar. Padahal kita sudah tahu bahwa air hujan itu tadi datang dari air
asin. Jadi rasa asin yang datang dari air laut tadi, diibaratkan sebagai RASA BATIN dan rasa
dihujan tadi dibaratkan sebagai RASA JOHIR. Jadi timbul rasa enak dan tidak enak. Seperti
yang menjadi wujudnya ialah: aiar hujan tadi yang dapat kita bagi menjadi dua bagian.
Pertama jadi nyawa jasmani, oleh karena itu jelek jelek. Tidak terbilang seperti air hujan,
satu tetes satu manusia. Jadi sudah nyata kepada kita, bahwa sifat nafas sebagai bukti dan
wujud juga ada. Marilah kita menuntut ilmu, agar hujan tadi itu harus ketemu solokannya
atau anak sungai yang mengalir menuju kelaut asalnya semula.
Maksudnya supaya pulang kembali kerasa asin semula dan jangan betah didalam
pelimbahan hujan itu saja, artinya jangan berdiam didalam rasa alam dunia ini saja. Jadi
kita kalau betah didalam rasa dunia ini atau tetap didalam hak Adam, maka rasa neraka
tempatnya. Maka daripada itu marilah kita pulang kembali kepada asalnya semula, yaitu
kembali kepada SAMUDRA HIDUP semula.
Apakah arti samudra hidup itu?
Jawabnya ialah: KEMBALI KEDALAM HIDUP YANG SEBENARNYA: yaitu
kedalam kehidupan Ilahi Robi Yang Maha Sempurna yang kekal dan abadi sepanjang masa.
Demikianlah yang dapat hamba sampaikan adanya.
Para alim ulama kita banyak sekali yng tidak mau mendalami tempat nama-nama
seperti diatas ini. Banyak sekali kesalahan-kesalahan yang di perbuat orang, karena
dangkalnya ilmu pengetahuan di bidang agama. Sekarang baiklah hamba uraikan satu-
persatau dan hamba mulai dengan menguraikan tentang hati.
Hati/Qolbi itu ada dua unsur.
- Hati Jantung ialah segumpal darah atau daging yang berbentuk bulat panjang,
tempatnya pada dada kiri yang mempunyai tugas tertentu yang di dalamnya
terdapat rongga-rongga yang mengandung darah hitam sebagai sumber ruh.
- Hati nurani/ Al-Qolbi dalam arti yang mendalam dan yang halus yang bersifat
ketuhanan dan ruhaniah yang ada hubungannya dengan hati jasmani itu tadi. Hati
nurani ini adalah hakikat manusia yang dapat menagkap segala pengertian,
berpengetahuan dan arif yaitu manusia yang menjadi sasaran dari segala perintah
dan larangan. Hati nurani itu erat hubungannya dengan ilmu mukassafah artinya
ialah ilmu yang didapat semata-mata dengan ilham tanpa belajar dengan seorang
syekh dan ilmu yang demikian bisa juga di sebut dengan ilmu laduni atau al alimur
robbaniah. Maka dari itu hati nurani itu adalah hati yang latif yang bersifat
ketuhanan. Mendalami hati nurani itu haruslah sampai terbukanya rahasia ruh.
Tentang Ruh
Ruh seumpama lampunya, yang hidup itu seumpama cahaya yang terdapat pada
dinding-dinding. Perjalanan ruh itu dan gerakannya dalam batin. Seperti geraknya
lampu pada sisi rumah dengan digerakkan oleh penggeraknya. Ruh dalam arti yang
kedua ini adalah paling sulit pada akal karena ruh pada arti yang kedua ini erat
sekali hubungannya dengan Tuhan. Hanyalah bagi hambanya yang beroleh petunjuk
akan mendapatkannya (beroleh anugrah istimewa). Hanya dengan pertolongan dan
bantuannya jua kita akan sampai kesana.
Tentang Nafsu ada dua unsur
Nafsu yang sebenarnya (nafsu yang hak) dan nafsu angkara murka (nafsu yang
tercela). Nafsu yang hak disebut nafsu yang tenang, nafsu yang batal disebut nafsu
angkara murka. Disini yang menentukan adalah RASA apakah ia duduk pada rasa
Adam atau rasa Muhammad atau rasa Allah (rasa yang hak). Disinilah kedudukan
masing-masing hambanya
Tentang Akal ada dua unsur
- Akal berarti mengetahui hakikat segala sesuatu, jadi dalam hal ini akan
mengibaratkan sifat ilmu yang terletak dalam hati.
- Akal berarti yang mendapatkan dan menangkap segala ilmu, jadi hal ini akal berarti
juga dalam arti yang sangat mendalam dan yang sangat luas. Karena dalam rahasia
makrifat itu akal selentingan dari quwwah qoibiyah. Jadi sebelum manusia itu
memasuki alam tasayauf maka selam itupula ia masih disebut akal yang belum
sempurna (masih termasuk kedalam golongan hewan).
Tentang Aku
Apabila seorang hamba alllah telah sampai pada hakikat aku yang sebenarnya, itulah
aku di dalam aku yang telah lenyap di dalam jibu. LA HURUFIN WALA SAUTIN
artinya tiada huruf, tiada suara dan tiada kata-kata. Janganlah engkau berani
mengatakan aku sebelum engkau lenyap lahir dari batinmu, dalam sofisme itu
timbullah kalimah yang berbunyi zohirnya hamba batinnya Tuhan, zohirnya Aku
batinnya engkau yang akhirnya Aku adalah di Aku. Kini lenyaplah Aku didalam jibu,
hanyalah engkau tunggal semata. Kata-kata aku adalah egomu sendiri, artinya: aku
telah berlepas diri dari anggapan yang demikian dan tidak lain dan tidak bukan zat
itu melainkan hakku jua dan tidak lain aku itu sekarang ini aku tidak mengatakan
aku lagi: tetapi aku mengatakan engkaulah Tuhanku maksudnya ialah yang Tuhan
itu adalah aku. Jadi disini yang beraku-aku itu adalah diaku. Bukanlah engkau yang
beraku-aku dikala engkau beraku-aku, tetapi Allahlah yang beraku-aku dikala engkau
beraku-aku itu.
Disinilah letaknya nilai dan barang yang bernilai itu terletak pada perasaanmu
sendiri. Pahamkanlah akan perkataaanku ini. Inilah pancaran Nur Ilahi Robbi di
sekujur badan kita pribadi. Maka untuk memperkuat dalil di atas ini baiklah hamba
bawakan sebuah dalail Al Qur’an yang berbunyi WAMA ROMATTA IDJROMAITA
WALAKINNALLAHA ROMA yang artinya hai Muhammad bukanlah engkau yang
melempar dikala engkau melempar, tetapi Allahlah yang melempar dikala engkau
melempar. Dalil ini sangat kuat sekali bagi kaum sufi yang tidak mau melepaskannya
walau bertentangan bagi ulama ahli zohir semata (akhli kulit). Jadi apabila sudah
benar-benar fana zahir dan fana batinnya, barulah benar-benar akumu itu dalam
setiap engkau beraku-aku. Disinilah banyak orang keliru dalam memahami kata-kata
aku. Yang dikatakan terakui itu adalah akumu sendiri (nafsumu yang tercela), kalau
datang dari akulah Allah itulah yang hak.
Ibnu Arabi bolehlah dihitung sampai puncak famam wahdatul wujud yang tumbuh
didalam pikiran ahli ahli tasawuf islam. Dia telah menegakkan fahamnyan berdasarkan
renungan fikir filsafatb dan zauq tasuf. Sayangnya hanya sedikit saja orang yang
mengetahui sedikit dasar pendiriannya.Baginya wujud yang ada itu hanya satu. Wujudnya
mahluk adalah ain ujudnya khalik.
Pada hakikatnya tidaklah ada perbedaan diantara keduanya. Kalau dikatakan ada berlainan
dan berbeda ujud mahluk dengan ujud khalik, itu hanyalah lantaran pendeknya faham dan
singkatnya akal dalam mencapai mengetahui hakikat.
Dalam putuhat dia pernah berkata: Subhanaman Kholaqol Asyya Wahuwa Ainuha,
artinya: Amat sucilah Tuhan yang menjadikan segala sesuatu, dan dialah Ain sesuatu itu.
Amat sucilah pula, wujud alam adalah ain wujudnya Allah. Allah itulah hakikat alam.
Tidak ada disana perbedaan diantara ujud yang qadim yang disebut khalik itu dengan ujud
yang baharu yang dinamai mahluk. Tidak ada perbedaan abid dengan ma’bud, bahkan abid
dengan ma’bud adalah satu. Perbedaan itu hanya rupa dan ragam dari hakikat yang Esa
jua. Kadang kadang menjelma sebagai adikara gagah perkasa, sebagai Fir’aun dan kadang
kadang menjelma sebagai seorang mulia dan tinggi, dan sebagai nabi nabi dan rasul rasul.
Kesegalaannya adalah dari ain dan keAkuannya adalah hakikat ma’bud jua adanya dalam
ujudnya dan keAkuannya jua.
Ibnu Arabi ada bersinandung, katanya: HAMBA adalah TUHAN, dan TUHAN adalah
HAMBA. Demi syukurku siapakah yang mukallaf? Kalau engkau katakan HAMBA, padahal
dia TUHAN. Atau engkau kata TUHAN, yang mana diperintah? Kalau memang antara
hakikat dan mahluk itu satu ujudnya, mengapakah kelihatan dua?
Maka Ibnu Arabi menjawab dengan tegas: sebabnya ialah karena insan tidak
memandangnya dari wajah yang satu. Mereka memandang dengan wajah keduanya dengan
pandangan wajah yang pertama ialah HAK dan wajah yang kedua ialah kholk (kholk asal
kata dari khalik). Tetapai kalau dipandang dalam ain yang satu dan wajah yang satu: atau
dia adalah wajah yang dua daripada hakikat yang satu, tentulah manusia akan
memperdekat HAKIKAT ZAT YANG ESA, yang tiada berbilang dan tiada berpisah. Jadi Ibnu
Arabi telah menegakkan faham serba ESA, dan menolak faham serba dua atau lebih. Segala
sesuatu hanyalah satu, tetapi dia merupa dalam bentuk yang berbagai bagai atau berobah
robah. Berhampir dengan faham pitagoras dalam dunia filsafat, yang mengatakan bahwa
jiwa segala bilangan adalah satu.
CINTA MUTHLAK
Cinta hakiki tidak mau dibelah dua, tetap satu. Inilah akidah ataupendirian seorang
sufi atau waliallah. Menurut Ibnu Sabi’in: Allah adalah sumber segala akal yang mengatur
alam ini, yang terbit daripadanya karena semata mata limpahan dan anugerah. Puncak
segala akal ialah al aqlul faal atau akal pembuat dan dialah yang mengatur buni dan segala
yang ada dalam bentuknya yang tetap.
Dan dialah masdar atau tempat timbul jiwa insani. Oleh karena jiwa - jiwa itu
senantiasa ingin hendak kembali kepadanya. Maka apabila manusia menyediakan dirinya
belajar dan menuntut dan merenungkan dan tidak puas- puas atau tidak bosan-bosan
menyelidiki sedalam dalamnya, niscaya akan berobalah dia dengan kebahagiaan yang tak
dimiliki orang lainnya yaitu dengan marifatul kamilat atau pengetahuan yang sempurna.
Dan hakikat mujaradat atau hakikat semata. Sampai tercapai pertemuan dengan Al
aqlul faal itu. Permulaan kesudahan ujud adalah Allah. Diatasnya tidak ada apa apa lagi,
walaupun Adam. Dia jadi sendirinya dan tidak berkehendak kepada pencipta lainnya buat
menciptakan dirinya. Karena kalau demikian timbullah bertali tali dan berlingkar lingkar
yang tiada putus putusnya. Kainat atau segala hal yang ada yang lainnya adalah mazhor
atau kenyataan daripada adanya, daripada ilmunya dan iradatnya dan daripadanya
terambil hayat seluruhnya dan ujud seluruhnya.
Memang ujud alam itu adalah mendatang(ardi). Sebab itu yang ada itu hanya satu
yang hakikatnya, bahkan Dialah ujud semesta. Kainat yang nampak ini hanyalah ujud
mazazi, bukan hakiki. Jadi fahamnya kembali kepada keesaan ujud jua. Beramal bukan
ingin sorga dan bukan pula takut pada neraka. Karena Tuhan itu adalah tumpukan segala
cinta. Jadi siapa siapa yang telah sampai pada cinta hakiki dan cinta muthlak atau cinta
qudus, maka mereka berhak disebut INSAN KAMIL. Atau dengan kata lain, MUHAMMAD
INSAN KAMIL. Muhammad insan kamil itu ialah:
- Orang yang berahlak dengan ahlak Allah.
- Orang bersifat dengan sifat Allah.
- Orang yang berakal dengan akal Allah.
- Orang yang berbuat dengan perbuatan Allah.
- Orang yang berpandangan dengan pandangan Allah.
Semuanya demi Allah, bukan demi itu dan demi ini. Orang yang seperti itu pandangannya
hanya satu. Yaitu: SEMUA ITU ALLAH DAN ALLAH ITU SEMUANYA. Inilah orang yang sudah
MENUGGAL dengan TUHANNYA. Inilah yang dimaksud dengan: MEMBARA DI API TUHAN.
Fana dalam cahaya dan lebur dalam api. Demikianlah aqidah atau pendirian seorang wali.
TANYA-JAWAB
Adapun bismilah itu ya Muhammad itu adalah mana bagi zat yang wajibal wujud
yang menamai ia akan dirinya sendiri dan yang menyebut bismillah itu tiada diketahui
keadaanya. Hanya wajibalujud jua adanya. Hamba tiada bisa menyebut Allah, yang
sebenarnya yang menyebut itu tiada lainnya dengan kalamnya jua.
Adapun arrakhman itu ialah: murah daripada Allah. Karena menganugrahi seperti
zat, sifat asama, dan afal dan adapun arti arrakhim itu adalah rahmat yang dianugrahi
daripada Allah Taala yang mengadakan sekaliannya, maka habislah dengan sesungguhnya
yang lain, hanya yang ada itu maujud jua adanya.
Adapun alhamdulillah itu adalah keadaannya sendirinya, tiada terganti keadaan
insan dan keadaan Allah yaitu yang bernama Allah itu atau zat. Adapun robbil alamin itu
adalah Akulah Tuhan yang lebih tahu akan zahir dan batinmu, bahwa itu adalah Aku jua.
Adapun arrakhmanir rakhim itu adalah yang berfi’il itu Aku jua. Karena Aku tahu
keadaannya yakni yang membaca fatihah itupun Aku jua adanya. Tetapi karena keadaan
zat Allah itu tiada keadaannya, dan tiada diketahui lagi keadaan yang sesungguhnya.
Adapun Malikiyaumiddin itu adalah: Akulah raja yang maha besar, dan engkaulah ganti
akan pekerjaanku, karena engkau adalah Aku dan Aku adalah engkau jua. Yakni tiada
bedanya Allah dengan Muhammad dan jikalau ada bedanya, maka tiadalah kuasa membaca
sholawat dan jikalau Allah itu satu dengan Muhammad itu, hanya Allah yang wajiblujud.
Adapun iyyakan’budu itu ya Muhammad engkau tiada bedanya dengan keadaanKu,
yakni sembahyangmu itu ganti sembahyangKu, maksudnya ialah tiada engkau dengan Aku
dan tiada pula tersentuh. Adapun waiyyakanastain itu ya Muhammad engkau itu adalah
Aku dan Aku adalah engkau dan tiada nyataku: Aku dan engkau adalah dekat. Kerena
keadaanmu itu adalah keadaanKu jua.
Adapun ihdinasshitotol mustaqim itu adalah: ya Muhammad petunjuk nyata
nyatanya keadaanKu ini dan keadaan kesudahannya ialah keadaanKu itu jua adanya dan
Aak menjadikan sekaliannya itu kerenamu ya Muhammad.
Adapun syirotollazina anta alaihim itu ya Muhammad, karenaKu menjadikan
keadaan sekaliannya yang mengikuti kepadamu lahir dan batin akan mendapat sorga dan
yang tidak percaya padamu, akan mendapat neraka jahanam dan semuanya itu adalah
daripada RAHASIA RACHMATKU.
Adapun goirilmagdu bi alihim itu ya Muhammad, tiada bedanya engkau dengan
AKU dan Aku menganugrahimu sekaliannya.
Adapun waladdhollin itu ya Muhammad engkau semupama Aku jikalau tiada engkau
yang sesungguhnya maka tiadalah nyataku pada tiap tiap segala sesuatu.
Adapun min itu ya Muhammad engkaulah ganti RAHASIAKU, karena rakhmatKu itu
adanya sekalian alam ini, dan alam seluruhnya. Demikianlah hamba teruskan kepada
artian dalam tarikat/dalam pelaksanaan sholat. Sebab kalau belum tahu arti yang
sebenarnya niscaya segala amal ibadahnya sia sia belaka. Baiklah hamba mulai dengan
Bismillahirrahmani Rakhim. Bismillahir Rakhamir Rakhim,
gugurnya kepada ujud.
Allamdulillah Robbil Alamin,...................................................... hayat.
Malikiyaumidin,.............................................................................. ilmu.
Iyyakana Budu Waiyya Kanastain............................................... iradat.
Ikhdinasshirotol Mustaqim........................................................... sama.
Syirothollazina An’amta Alaihim,................................................ basar.
Goirilmaqdu Bi Alaihim Waladdhollin........................................ kalam.
Amin,................................................................................................. rahmat.
Inilah surat Al Fatihah menurut isi dengan jalan tharikat, dan inilah pelaksanaan
dalam sholat . sedang surat fatihah dalam artian sariat: kita sudah maklum semunya yaitu
sudah ada tafsirnya dalam Al Qur’an/Qur’an tafsir. Kesimpulannya ialah kitab suciyang
diturunkan Allah Taala mdidalam bumi ada 104 buah dan jumlah yang 104 tersimpun
dalam empat buah kita saja lagi yaitu, taurat, zabur, inzil, dan Al Qur’an dan empat buah
kitab ini tersimpun pula kepada Al Qur’an.
Dan Al Qur’an ini tersimpan pula dalam kitab suci Al Fatihah dan surah Fatihah ini
tersimpun pula kepada bismillahir rakhmanir rakhim. Bismillahir Rakhmanir Rakhim ini
tersimpun pula kepada BISMILLAH dan bismillah ini tersimpun pula kepada BI ISMI dan bi
ismi ini tersimpun pula kepada huruf Ba dan huruf Ba ini tersimpun pula kepada titik Ba
dan titik Ba ini hilangkan pula menjadi kosong (0).
LA MAUJUDAN BI HAQQIN ILALLAH, artinya tidak ada yang maujud didalam alam
ini, melainkan Allah. Ini berarti sudah kosong. LA ILAHA ILLALLAH, artinya tidak ada
Tuhan, melainkan Allah. Kalimah ini terbagi dua yaitu ADA dan TIADA. Tiada TUHAN
berarti kosong. Melainkan Allah berarti ADA. Tuhan itu ADA, sebelum ADA, kata kata ADA,
itu ADA. Yang kosong disini adalah mahluk. Sedang yang ADA adalah ADA. Tidak ada yang
beraku didalam alam ini, kecuali Allah. Siapa mahluk yang beraku aku berarti ia merampok
hak milik Allah dan siapa merampok AKUan Allah, berarti berhasil segala amal perbuatan
itu adalah hasil dari rampokan itu. Kalau hasil rampokan itu dibawa kealam ahirat nanti,
maka perampok itu bersama hasil rampokannya akan dilemparkan kedalam api neraka
jahannam dan dia akan kekal disana. Cepatlah kembalikan AKUMU itu kepada Allah.
Niscaya Allah senantiasa hadir kepadamu.
Dan apabila kamu sudah mengosongkan dirimu yang hadir hanya Allah yang
mendengar hanya Allah yang melihat hanya Allah dan yang berkata-kata hanya Allah.
Inilah zikir yang sebenarnya. Walaupun tak kau ingat-ingat, walaupun tak kau gores-gores,
walaupun tak kau ucapkan, walaupun tak kau bayangkan semuanya itu telah berjalan
dengan hikmahnya.
Inilah zikir yang di sebut MUDAWWATUZ ZIKRI, inilah zikir yang tiada berbekas
seperti air di daun keladi. Mengenai zikir ini tidak seorang dari malaikatpun boleh tahu,
hanya Allah sendiri yang maha tahu. Inilah zikir yang tiada hurup dan tiada suara, tiada
kata-kata dan tiada dirasa lagi. Zikir ini disebut ingat didalam ingat. Inilah sholat dhoim
yang maha tinggi dan yang maha mulia, orang yang seperti ini DIAMNYA ZIKIR, bicaranya
ZIKIR. Karena masuk dan keluarnya telah diketahuinya, sebab dia sudah berbaringan siang
dan malam. Lupanya berarti ingatnya dan ingatnya berarti lupanya. Kan menyalahi adat?
Siapa yang paham beruntung dan siapa belum paham supaya menuntut lebih rajin,
demikianlah adanya. Simpanlah baik-baik dan kuburlah ia pada yang bukan ahlinya,
demikianlah hamba sampaikan supaya anda menjadi seorang yang sempurna dunia dan
ahirat.
Sekarang baiklah hamba jelaskan lagi tentang orang yang beroleh petunjuk daripada
Allah. Orang yang telah fana dengan Allah adalah seperti matahari dengan sinarnya, seperti
api dengan panasnya, seperti air dengan sejuknya, seperti gula dengan manisnya, seperti
ruh dengan badannya dan seperti zat dengan sipatnya. Demikianlah contoh oarang yang
telah benar-benar telah satu dengan tuhannya. Orang yang seperti ini berhak mendapat
julukan wali Allah atau Halifatullah di muka bumi ini, karea orang itu telah bersifat denga
sifat-sifat Allah, bertindak demi Allah tiak bertindak demi itu dan ini, orang yang seperti ini
tidak ada rasa takut lagi dan kalau sudah diputuskan tidak mau mundur lagi, karena orang
itu sudah memiliki apa yang tidak dimiliki oleh orang lain. Orang yang seperti itu tadi telah
dan sudah memiliki sifat-sifat istimewa, bukan sifat tujuh yang engkau ketahui itu, tetapi
sifat tujuh yang lebih mulia dari sifat tujuh yang biasanya.
Mereka berhak atas sesuatu perkara yang tak dapat di putuskan oleh mahkamah atau
persidangan agama, umpama dalam Al Qur’an tidak ada dan dalam hadispun tidak ada
maka mereka berhak menjatuhkan atau mengadili suatu hukum diluar jangkauan umum.
Demikianlah penjelasan hamba tentang seorang ahlul marifat.
Pada hakikatnya manusia ini adalah Tuhan, semua itu Allah dan Allah itu semuanya,
Allah adalah hakikat alam, nur Muhammad juga hakikat alam, alam dan Allah adalah satu.
Ujud alam ain ujud Allah, ujud Allah ain ujud alam, alam adalah cermin bagi Tuhan, kalau
tuhan hendak melihat dirinya, iapun melihat kepada alam, begitu juga ujud mahluk ain
ujud khalik dan ujud khalik ain ujud mahluk.
Abid dan ma’bud adalah satu
Alah dan Muhammadpun satu
Muhammad dan Adampun satu
Insan kamilpun satu dengan Allah
Jadi Allah, Muhammad, Adam, insan kamil adalah satu. Aku Allah, engkaupun Allah,
semua Allah dan seluruh semesta alampun Allah jua. Jadi tidak ada di dalam Allah atau
diluar Allah. Ia yang diluar dan ia juga yang ada di dalam, Ia yang di tengah ia juga yang di
muka, Ia jua yang di belakang dan ia juga yang di kiri, ia jua yang di kanan, ia jua yang di
bawah, ia jua yang di atas, ia jua yang meliputi, ia jua yang diliputi, ia jua yang zahir, ia jua
yang batin, ia jua yang nampak, ia jua yang goib, ia jua yang awal dan ia jua yang akhir.
Awal tidak ada permulaannya dan akhirnyapun tida ada penghabisannya.
PENUTUP KATA.
Bagai kata penutip fari hamba, maka hamba tuturkan ucapan ampun maaf lahir dan
batin, sekiranya dalam memberikan wejangan. Ada kata kata yang janggal didengar telinga.
Maka hamba tidak akan lupa sekali kali menghaturkan maaf yang sebesar besarnya.
Karena ada pepatah lama yang mengatakan tak ada gading yang tak retak demikan pula
adanya dan perlu hamba sampaikan yaitu peliharalah baik baik buku/kitab ini, janganlah
sampai jatuh pada tangan orang bukan sehaluan dengan kita ini, nanti akan membawa
fitnah. Karena fitnah lebih kejam daripada membunuh. Tetapi bila seseorang itu benar
benar kau pandang sehaluan/satu jalur dengan kita maka berikanlah keterangan yang
sesuai dengan ajaran /wejangan silahkanlah dan dalam ajaran tidak boleh taklid kepada
syeh/guru, yang engkau ajarkan ialah menurut yang ada dalam
keyakinanmu/akidahmu/pendirianmu. Itulah seorang guru yang benar benar guru/syeh.
Menjadi seorang guru harus konsekwensi dalam ajarannya dan berani menanggung resiko
berupa apapun jua dan berani menanggung resiko berupa apaun jua sekalipun maut
tantangannya. Cukuplah samapi disini dan sebagai akhir kata hamba ucapkan Wabillahi
Taufik Wal Hidayah, Summas Salam.
WASSALAM.
Berbagi
Posting Komentar
‹ Beranda ›
Lihat versi web