Anda di halaman 1dari 137

Buku tauhid

BUKUKU ILMU TAUHID

Dalam membaca buku ini anda harus Hati hati sebab membacanya saja anda sedang
berjalan pada jalan yang licin maka perlu waspada dan hati hati sebab jika tidak
anda akan kepleset

Berdiri menyaksikan diri sendiri, kita bersaksi dengan diri kita sendiri, bahwa tiada
yang nyata pada diri kita… hanya diri bathin (Allah) dan diri zahir kita (Muhammad)
adalah yang membawa dan menanggung rahasia Allah SWT.

Hal ini terkandung dalam surat Al-Fatehah yaitu :

Alhamdu (Alif, Lam, Ha, Mim, Dal)

Kalimat alhamdu ini diterima ketika rasulullah isra’ dan mi’raj dan mengambil
pengertian akan hakekat manusia pertama yang diciptakan Allah SWT. Yaitu : Adam
AS. Tatkala Roh (diri bathin) Adam AS. Sampai ketahap dada, Adam AS pun bersin
dan berkata alhamdulillah artinya : segala puji bagi Allah Apa yang di puji…. Adalah:
zat (Allah) , Sifat (Muhammad), Asma’ (Adam) dan Af’al (Manusia):

Jadi sembahyang itu bukan sekali-kali berarti :


1. Menyembah, tapi suatu istiadat penyaksian diri sendiri dan sesungguhnya
tiada diri kita itu adalah diri Allah semata.
2. Kita menyaksikan bahwa diri kitalah yang membawa dan menanggung
rahasia Allah SWT.
3. Dan tiada sesuatu pada diri kita hanya rahasia Allah semata serta.. tiada
sesuatu yang kita punya : kecuali Hak Allah semata.
Sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Ahzab 72 Inna ‘aradnal amanata
‘alas samawati wal ardi wal jibal.  Fa abaina anyah milnaha wa’asfakna minha
wahamalahal insanu.
Artinya : “sesungguhnya kami telah menawarkan suatu amanat kepada langit,
bumi dan gunung-gunung tapi mereka enggan menerimannya (memikulnya)
karena merasa tidak akan sanggup, lantas hanya manusia yang sanggup
menerimanya” Dan karena firman Allah inilah kita mengucap : “Asyahadualla
Ilaaha Illallah Wa Asyahadu Anna Muhammadar Rasulullah”
4. Yang berarti :  Kita bersaksi dengan diri kita sendiri bahwa tiada yang nyata
pada diri kita sendiri hanya Allah Semata dengan tubuh zahir kita sebagai
tempat menanggung rahasia Allah dan akan menjaganya sampai dengan
tanggal yang telah ditentukan.

Manusia akan berguna disisi Allah jika ia dapat menjaga amanah Rahasia
Allah dan berusaha mengenal dirinya sendiri.

Karena bila manusia dapat mengenal dirinya, maka dengan itu pulalah ia dapat
mengenal Allah.

Hadits Qudsi….
“MAN ARAFA NAFSAHU FAKAT ARAFA RABBAHU”

Artinya :
Barang siapa mengenal dirinya maka ia akan mengenal Allah

ALIF ITU ARTINYA     : NIAT SEMBAHYANG


LAM ITU ARTINYA     : BERDIRI
HA ITU ARTINYA       : RUKU’
MIM ITU ARTINYA     : DUDUK

Perkataan pertama dalam sembahyang itu adalah : Allahu Akbar (Allah Maha Besar)
Perkata ini diambil dari peringatan ketika sempurnanya roh diri Rahasia Allah itu
dimasukkan kedalam tubuh Adam AS. Adam AS. Pun berusaha berdiri sambil
menyaksikan keindahan tubuhnya dan berkata : Allahu Akbar (Allah Maha Besar).

Dalam sembahyang harus memenuhi 3 syarat :


Fiqli (perbuatan)
Qauli (bacaan)
Qalbi (Hati atau roh atau qalbu)
Mengapa kita sembahyang sehari semalam 17 rakaat :
Adalah mengambil pengertian sebagai berikut :
Hawa, Adam, Muhammad, Allah dan Ah
Ah Itu Menandakan Sembahyang Subuh
Rakaat Yaitu Zat Dan Sifat
Allah Itu Menandakan Sembahyang Zohor
Rakaat Yaitu : Wujud, Alam, Nur Dan Shahadat.

Muhammad Itu Menandakan Sembahyang Asar


Rakaat Yaitu : Tanah, Air, Api, Dan Angin
Adam Itu Menandakan Sembahyang Maghrib
Rakaat Yaitu : Ahda, Wahda, Dan Wahdia
Hawa Itu Menandakan Sembahyang Isya
Rakaat Yaitu : Mani’, Manikam, Madi, Dan Di

MENGAPA KITA SEMBAHYANG SEHARI SEMALAM 17 RAKAAT :


Adalah mengambil pengertian sebagai berikut :
Hawa, Adam, Muhammad, Allah dan Ah ( )
1. AH ( ) itu menandakan sembahyang subuh.......”2”rakaat yaitu…Zat dan Sifat
2. ALLAH itu menandakan sembahyang Zohor “4” rakaat yaitu :Wujud,Alam,Nur dan
Syahadat.
3. MUHAMMAD itu menandakan sembahyang Asar “4” rakaat yaitu : Tanah,Air,Api
dan Angin.
4. Adam itu menandakan sembahyang Magrib “3” rakaat yaitu :Ahda,Wahda,dan
Wahdia.
5. HAWA itu menandakan sembahyang Isya “4” rakaat yaitu : Mani,Manikam,Madi
dan DI.

MENGAPA KITA MENGUCAP DUA KALIMAH SYAHADAT 9 KALI DALAM 5 WAKTU


SEMBAHYANG                                                                                                          

Sebab diri bathin manusia mempunyai 9 wajah.


Dua kalimah syahadat pada :
Sembahyang SUBUH 1 kali itu memberi kesaksian pada wajah kita pada martabat
SIRUSIR (Rahasia didalam Rahasia)

Sembahyang ZOHOR 2 kali memberi kesaksian pada wajah kita pada martabat SIR
dan AHDAH
Sembahyang ASAR 2 kali memberi kesaksian pada wajah kita pada martabat
WAHDA dan WAHDIA

Sembahyang MAGHRIB 2 kali memberi kesaksian pada wajah kita pada martabat
AHAD dan MUHAMMAD

Sembahyang ISYA 2 kali memberi kesaksian pada wajah kita pada martabat
MUSTAFA dan MUHAMMAD

MENGAPA KITA HARUS BERNIAT DALAM SEMBAHYANG


Karena : niat itu merupakan kepala sembahyang.
Hakekat niat letaknya pada martabat alif dan ataupun kalbu manusia didalam
sembahyang itu kita lapazkan didalam hati :
Niat sbb :
“aku hendak sembahyang menyaksikan diriku karena Allah semata-mata.”
Dalilnya :
LA SHALATAN ILLA BI HUDURIL QALBI
Artinya : Tidak Sah Shalat Nya Kalau Tidak Hadir Hatinya (Qalbunya)
LAYASUL SHALAT ILLA BIN MA’RIFATULLAH
Artinya : Tidak Syah Sholat Tanpa Mengenal Allah
WAKALBUL MU’MININ BAITULLAH

Artinya : Jiwa Orang Mu’min Itu Rumahnya Allah

WANAHNU AKRABI MIN HABIL WARIZ


Artinya : Aku (Allah) Lebih Dekat Dari Urat Nadi Lehermu
IN NAMAS SHALATU TAMAS KUNU TAWADU’U
Artinya : Hubungan Antara Manusia Dengan Tuhannya Adalah Cinta. Cintailah Allah
Yang Karena Allah Engkau Hidup Dan Kepada Allah Engkau Kembali. (H.R. Tarmizi)

AKI MIS SHALATA LI ZIKRI


Artinya : Dirikan Shalat Untuk Mengingat Allah (QS. Taha : 145)
Sedangkan :
Al-Fatehah ialah merupakan tubuh sembahyang
Tahayat ialah merupakan hati sembahyang
Salam ialah merupakan kaki tangan sembahyan

HAKEKAT AL-FATEHA DALAM SHALAT


Membersihkan hati dari syirik kepada Allah SWT
Mengingat kita bahwa tubuh manusia itu mempunyai 7 lapis susunan jasad yaitu :
Bulu
Kulit
Daging
Darah
Tulang
Lemak
Lendir

7 ayat dalam Al-Fatehah merupakan tawaf 7 kali keliling ka’bah.


HAKEKAT ALLAHU AKBAR DALAM SHALAT IALAH :
“Mengambil magna ucapan Nabi Adam AS. Ketika berdiri menyaksikan dirinya sendiri
dan Nabi Adam AS. Mengucap kalimah Allahu Akbar.

Peristiwa ini merupakan tajali (perpindahan) diri rahasia Allah sehingga dapat di
tanggung oleh manusia dengan 4 perkara yaitu :
1. Wujud                      
2. Ilmu          
3. Nur              
4. Syahadat

Perkataan Allah pada Allahu Akbar mengandung magna atau martabat zat
sedangkan perkataan “Akbar” pada Allahu Akbar mengandung magna atau martabat
: sifat.

Jadi zat dan sifat itu tidak boleh berpisah, zat dan sifat sama-sama saling puji
memuji
DALAM SHALAT ITU JUGA MENGANDUNG HAKEKAT ZAKAT.
Hakekat zakat dalam shalat ialah :
Mengandung makna     “    Pembersih hati “ dari pada syirik kepada Allah SWT.
“    Iiya Kanak Budu Wa Iiya Kanasta’in”
Hanya kepada Allah lah aku menyembah dan hanya kepada Allah lah aku mohon
pertolongan

HAKEKAT PUASA DALAM SHALAT :


1. Tidak Boleh Makan Dan Minum
2. Mata Berpuasa
3. Telinga Berpuasa
4. Kulit Berpuasa
5. Hati Berpuasa

(HAK CIPTA DI LINDUNGI UNDANG-UNDANG, DILARANG MENG-COPY, MENG-EDIT


DAN ME-MODIFIKASI BAIK SEBAGIAN ATAU SELURUH DARI ISI DOKUMEN INI
DALAM BENTUK APAPUN, PELANGGARAN AKAN DIKENAKAN SANGSI SESUAI
DENGAN PROSES HUKUM YANG BERLAKU DINEGARA REPUBLIK INDONESIA) 

===============000===========
TAUHID
Kita bergantung kepada Allah secara mutlak tanpa ada sedikitpun rasa syak
wasangka dan was-was terhadap Allah
Artinya : Kita bertauhid kepada Zat, Pada Sifat, Pada Asma’ dan pada Af’al Allah
Semata Tauhid pada Zat ialah : Kita mutlak yakin bahwa zat Allah lah yang
memerintah alam maya ini (dunia dan isinya) dan tidak menyekutukan- Nya dengan
yang lain:

Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan di bumi; dan kepada Allahlah
dikembalikan segala urusan. (Ali-Imran : 109)

Tauhid pada Sifat ialah :


Kita bergantung sepenuhnya pada Allah. Manusia tidak berhak atas segala sesuatu
kecuali dengan izin Allah Artinya : kita menafikan diri jahir kita dan mengisbatkan
diri kita hanya kepada Allah semata

Tauhid pada Asma’ ialah :


Kita memandang bahwa setiap yang ada dan wujud kita adalah membawa nama
Allah dimanapun kita berada disitu ada Allah.

Tauhid pada Af’al ialah :


Kelakuan kita adalah kelakuan Allah SWT semata.

Artinya : kita menafikan kelakuan diri jahir kita dengan mengisbatkan diri bathin
kita itu ialah kelakuan zat Allah semata.:
1. Suhudul Kasra fil wahda
Artinya : saksikanlah pada yang banyak itu, kepada yang satu

2. Suhudul wahda fil Kasra


Artinya : saksikanlah pada yang satu itu, kepada yang banyak Ma’rifatullah ialah
Mengenal Allah SWT. Pada Zat-Nya, pada Sifat-Nya, pada Asma’-Nya dan pada Af’al-
Nya.:
 
1.AWALUDIN MA’RIFATULLAH
AWAL AGAMA MENGENAL ALLAH:

2.LAYASUL SHALAT ILLA BIN MA’RIFATULLAH


TIDAK SYAH SHOLAT TANPA MENGENAL ALLAH:

3.MAN ARAFA NAFSAHU FAKAT ARAFA RABBAHU


BARANG SIAPA MENGENAL DIRINYA DIA AKAN MENGENAL TUHANNYA :

4.ALASTUBIRAFBIKUM QOLU BALASYAHIDENA


BUKANKAH AKU INI TUHANMU ? BETUL ENGKAU TUHAN KAMI, KAMI MENJADI
SAKSI (Q.S AL-‘ARAF 172) :

5.AL INSAANU SIRRI WA ANNA SIRRUHU MANUSIA ITU RAHASIAKU DAN AKULAH
RAHASIANYA:

6.WAFI AMFUSIKUM AFALA TUB SIRUUN AKU ADA DI DALAM JIWAMU MENGAPA
KAMU TIDAK MEMPERHATIKAN:
7.WANAHNU AKRABI MIN HABIL WARIZ AKU LEBIH DEKAT DARI URAT NADI
LEHERMU:

8.LAA TAK BUDU RABBANA LAM YARAH AKU TIDAK AKAN MENYEMBAH ALLAH BILA
AKU TIDAK MELIHATNYA LEBIH DAHULU:

HUBUNGAN MANUSIA DENGAN ALLAH


Pada alam Raibul Ruyub yaitu dalam keadaan antah berantah pada zat semata-mata
yaitu padabelum ada awal dan belum ada akhir, belum ada bulan, belum ada
matahari, belum ada bintangbelum ada sesuatu. Malahan belum ada tuhan yang
bernama Allah, maka dalam keadaan ini, diri yang empunya zat tersebut ialah
mentajalikan diri-Nya untuk memuji diri-Nya Lantas ditajali-Nya-lah Nur Allah dan
kemudian ditajali-Nya pula Nur Muhammad yaitu insan kamil, yang pada peringkat
ini dinamakan anta ana, ana anta. Maka yang empunya zat bertanya kepada Nur
Muhammaddan sekalian roh untuk menentukan kedudukan dan taraf hamba.

Lantas ditanyakannya kepada Nur Muhammad, apakah Aku ini Tuhanmu?


Maka menjawablah Nur Muhammad yang mewakili seluruh roh, ya Engkau Tuhanku.
Persaksian ini dengan jelas diterangkan dalam Al-Qur’an surat Al-‘Araf 172.:
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
"Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhankami), kami
menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak
mengatakan:"Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah
terhadap ini (keesaan Tuhan)",'

Selepas pengakuan atau persumpahan Roh ini dilaksanakan maka bermulalah era
baru di dalam perwujudan Allah SWT. Seperti firman Allah dalam hadits qudsi yang
artinya: “Aku suka mengenal diriku, laluaku jadikan makhluk ini dan perkenalkan
diriku kepada mereka lalu merekapun mengenal diriku.'

Apa yang dimaksud dengan makhluk ini ialah : Nur Muhammad sebab seluruh
kejadian alam maya ini dijadikan dari pada Nur Muhammad. Tuhan yang empunya
zat mentajalikan Nur Muhammad adalah untuk memperkenalkan diri-Nya sendiri
dengan diri Rahasianya sendiri, maka diri rahasianya itu adalah ditanggung dan
diakui amanahnya oleh suatu kejadian yang bernama :
Insan yang bertubuh diri bathin (Roh) dan diri bathin itulah diri manusia atau
rohani.'

Firman Allah dalam hadits qudsi :


Al-Insaanu Sirri wa Ana Sirruhu
Artinya : Manusia itu adalah Rahasiku dan akulah yang menjadi rahasianya. Jadi
yang dinamakan manusia itu ialah : karena Ia mengandungRahasia' Dengan
perkataan lain manusia itu menanggung Rahasia Allah maka manusia harus
berusaha mengenal dirinya manusia akan dapat mengenal Tuhan-Nya, sehingga
lebih mudah kembali menyerahkan dirinya kepada yang empunya diri pada waktu
dipanggil oleh Allah SWT. Yaitu Tatkala berpisah Roh dengan jasad.

Firman Allah dalam surat An-Nisaayat 58 sbb:'


Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia
supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allahmemberi pengajaran
yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah MahaMendengar lagi
Maha Melihat.'

Hal tersebut di atas dipertegas lagi oleh Allah dalam hadits qudsi :
Man arafa nafsahu, paqat arafa rabbahu.
Artinya : barang siapa mengenal dirinya maka ia mengenal Tuhannya Dalam
menawarkan tugas yang sangat berat ini, pernah ditawarkan rahasia-Nya itu kepada
langit, bumi dan gunung-gunung tetapi semuanya tidak sanggup menerimanya.

Seperti firman Allah SWT. Dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 72.
Inna ‘araf nal amanata, alas samawati wal ardi wal jibal fa abaina anyah milnaha wa
as fakna minha, wahama lahal insannu. '

Artinya : sesungguhnya kami telah menawarkan suatu amanat kepada langit, bumi
dan gunung-gunung tapi mereka enggan memikulnya dan mereasa tidak akan
sanggup, lantas hanya manusia yang sanggup menerimanya.

Oleh karena amanat (rahasia Allah) telah diterima, maka adalah menjadi tanggung
jawab manusia untuk menunaikan janjinya. Dengan kata lain tugas manusia adalah
menjaga hubungannya dengan yang empunya Rahasia'

Setelah amanat (Rahasia Allah) diterima oleh manusia (diri bathin/Roh) untuk tujuan
inilah maka Adam dilahirkan untuk memperbanyak diri, diri penanggung rahasia dan
berkembang dari satu dekade kesatu dekade, dari satu generasi ke generasi yang
lain sampai alam ini mengalami kiamat dan rahasia dikumpulkan kembali.

Inna lillahi wa inna ilaihi raajiun .


Artinya : kita berasal dari Allah , kembali kepada Allah.'
Ilmu Qalam ialah ilmu yang paling rendah tingkatannya yaitu Dunia. Namun
demikian dengan ilmu ini manusia sudah sampai pergi ke bulan.

Ilmu ghaib ialah ilmu yang diterima manusia melalui jalan laduni yaitu dengan
petunjuk guru ghaib yang mursyid. Melalui 5 cara :'
1.Nur yaitu petunjuk ghaib yangditerima melalui mimpi-mimpi yang bisa
diterjemahkan oleh guru ghaib.'

2.Tajali yaitu ilmu ghaib yang diterima melalui penjelmaan buah pikiran dari pada
perasaan zuk semasa mereka menjalani latihan tarekat tasauf, sehingga muncul dari
akalnya suatu pengetahuan baru yang tidak pernah diketahui sebelumnya.

Misalnya : terbacalah olehnya sepotong do’a sedangkan do’a tersebut belum pernah
di bacanya atau diketahuinya.'
1.Cara Sir ialah : suatu jalan penyampaian ilmu ghaib secara rahasia, ia hanya
dapat dirasakan dan didengar oleh seseorang itu secara mutlak dimana seseorang
itu akan mendengar suatu suara yang datang kepadanya. Suara tersebut akan
memberi tahu sesuatu dan mengajarkan ilmu ghaib dengan terang dan jelas berupa
bisikan dan disertai dengan satu kelejatan yang sulit untuk diceritakan'

2.Cara Sirusir ialah suatu cara penyampaian ilmu dengan cara rahasia . seseorang
yang menerima ilmu ghaib dengan cara ini mereka dapat melihat dengan mata basir
dan mendengar dengan telinga bathin.'

3.Cara Tawasul ialah penjelmaanseorang guru atau wali-wali Allah yang Ghaib dan
mereka menjelma untuk bertemu dengan orang-orang tertentu yang sedang
menjalankan ilmu tasauf, mereka ketemu dalam keadaan nyata (hidup) bukan dalam
mimpi, dia datang sama seperti kedatangan tamu biasa atau kawan kita. Kadang-
kadangpenjelmaan mereka bisa dilihat oleh orang ramai, bila kebetulan penjelmaan
itu terdapat banyak orang.'

Perlu diingat kedatangan mereka merupakan suatu penghormatan yang besar


kepada Ahli tasauf atau murid yang sedang mendalami ilmu tasauf. Bagi mereka
yang dapat menguasai dan mengalami sendiri ilmu ini maka sudah pasti mereka
dapat menjelajahi seluruh alam maya

Mereka diberi peluang untuk menjelajahi alam lain termasuk alam barzah, syurga
dan neraka, arash dan qursyi Allah SWT,. Bagimereka yang sudah sampai
keperingkat ini jiwanya akan tenang disamping tuhannya, semasa hidupnya didunia
ini danjuga dalam akhirat nanti, mereka adalah termasuk dikalangan manusia yang
baik dan beruntung.'

Ilmu Syahadah ialah merupakan Martabat ilmu yang tertinggi, karena ilmu ini Tuhan
sendiri yang akan mengajarkan kepada manusia

Manusia diajarkan untuk mengenali dirinya (jasmani) dan diri bathinnya (rohani).
Hanya orang yang mempunyai maratabat tinggi disisi Allah yang dapat menguasai
ilmu ini. Ilmu ini. Ilmu ini sangat luar biasa karena hanya dimiliki oleh para rasul,
Nabi dan wali-wali Allah yang teragung. Maka beruntunglah manusia yang termasuk
wali-wali Allah.

……..Man Arafa Nafsahu, Fakat Arafa Rabbahu……


(“Barang Siapa Mengenal Dirinya Maka IA akan Mengenal Tuhan-nya”)' Nyawa :

1.Nafas
Berada dimulut yaitu keadaan keluar masuk dari pada tubuh manusia'
 
2.Ampas
Berada dihidung yaitu keadaan keluar masuk dari pada tubuh manusia'
 
3.Tanapas
Berada ditengah-tengah antara telinga kanan dan telinga kiri'
 
4.Nupus
Berada dijantung yaitu keadaan kedalam jua, tidak keluar tidak kekanan, maupun
kekiri, keatas maupun kebawah, kehadapan maupun kebelakang, yaitu Alif pada
insan yang meliputi sekalian tubuh manusia.'

Hidup Nafas Karena Ampas


Hidup Ampas Karena Tanapas
Hidup Tanapas Karena Nupus
Hidup Nupus Dengan Rahasia Dan Rahasia Itu Adalah Diri Rahasia Allah
SWT, Yaitu Diri Bathin Manusia 

============OOO============

BISMILLAH DAN HAKEKATNYA


HAKIKAT BISMILLAH HURUF PER HURUf
Dalam suatu hadits Nabi saw. Beliau bersabda, Setiap kandungan dalam
seluruh kitab-kitab Allah diturunkan, semuanya ada di dalam Al Quran.

Dan seluruh kandungan Al Quran ada di datam Al Fatihah.


Dan semua yang ada dalam Al Fatihah ada di dalam Bismillah hirrahmaan
nirrahiim.
Bahkan disebutkan dalam hadits lain, setiap kandungan yang ada dalam
Bismillah hirrahmaan nirrahiim ada di dalam huruf Baa, dan setiap yang
terkandung di dalam Baa ada di dalam titik yang berada dibawah Baa.

Sebagian para Arifin menegaskan, Dalam perspektif orang yang makrifat


kepada Allah, Bismillaah hirrahmaan nirrahim itu kedudukannya sama
dengan kun dari Allah.

Perlu diketahui bahwa pembahasan mengenai Bismillah hirrahma


an nirrahiim banyak ditinjau dari berbagai segi, baik dari segi gramatikal
(Nahwu dan sharaf) atau pun segi bahasa (etimologis), disamping tinjuan
dari materi huruf, bentuk, karakteristik, kedudukan, susunannya serta
keistemewaanya atas huruf-huruf lainnya yang ada dalam Surat Pembuka
Al Qur’an, kristalisasi dan spesifikasi huruf huruf yang ada dalam huruf
Baa, manfaat dan rahasianya.

Tujuan kami bukan mengupas semua itu, tetapi lebih pada esensi atau
hakikat makna terdalam yang relevan dengan segala hal di sisi Allah swt,
Pembahasannya akan saling berkaitan antara satu sama lainnya, karena
seluruh tujuannya adalah Ma’rifat kepada Allah swt.
Kami memang berada di gerbangNya, dan setiap ada limpahan baru di
dalam jiwa maka ar-Ruhul Amin turun di dalam kalbunya kertas.
Ketahuilah bahwa Titik yang berada dibawah huruf Baa’ adalah awal mula
setiap surat dan Kitab Allah Ta’ala.

Sebab huruf itu sendiri tersusun darititik, dan sudah semestinya setiap
Surat ada huruf yang menjadi awalnya, sedangkan setiap huruf itu ada
titik yang menjadi awalnya huruf. Karena itu menjadi keniscayaan bahwa
titik itu sendiri adalah awal dan pada setiap surat dan Kitab Allah Ta’ala.

Kerangka hubungan antara huruf Baa dengan Tititknya secara


komprehensif akan dijelaskan berikut nanti. Bahwa Baa dalam setiap
surat itu sendiri sebagai keharusan adanya dalam Basmalah bagi setiap
surat, bahkan di dalam surat Al-Baqarah. Huruf Baa itu sendiri mengawali
ayat dalam surat tersebut. Karena itu dalam konteks inilah setiap surat
dalam Al-Qur’an mesti diawali dengan Baa sebagaimana dalam hadits di
atas, bahwa seluruh kandungan Al-Qur’an itu ada dalam surah Al-
Fatihah, tersimpul lagi di dalam Basmalah, dan tersimpul lagi
dalam Huruf Baa, akhirnya pada titik.

Hal yang sama , Allah SWT dengan seluruh yang ada secara paripurna
sama sekali tidak terbagi-bagi dan terpisah-pisah. Titik sendiri merupakan
syarat-syarat dzat Allah Ta’ala yang tersembunyi dibalik khasanahnya
ketika dalam penampakkan-Nya terhadap mahlukNya. Amboi, titik itu
tidak tampak dan tidak Layak lagi bagi anda untuk dibaca selamanya
mengingat kediaman dan kesuciannya dari segala batasan, dari satu
makhraj ke makhraj lainya. Sebab ia adalah jiwa dari seluruh huruf yang
keluar dari seluruh tempat keluarnya huruf. Maka,camkanlah, dengan
adanya batin dari Ghaibnya sifat Ahadiyah.

Misalnya anda membaca titik menurut persekutuan, seperti huruf Taa’


dengan dua tik, lalu Anda menambah satu titik lagi menjadi huruf Tsaa’,
maka yang Anda baca tidak lain kecuali Titik itu sendiri. Sebab Taa’
bertitik dua, dan Tsaa’ bertitik tiga tidak terbaca,karena bentuknya satu,
yang tidak terbaca kecuali titiknya belaka. Seandainya Anda membaca di
dalam diri titik itu niscaya bentuk masing-masing berbeda dengan
lainnya. Karena itu dengan titik itulah masing-masing dibedakan,
sehingga setiap huruf sebenarnya tidak terbaca kecuali titiknya saja. Hal
yang sama dalam perspektif makhluk, bahwa makhluk itu tidak dikenal
kecuali Allah.

Bahwa Anda mengenal-Nya dari makhluk sesungguhnya Anda mengenal-


Nya dari Allah swt. Hanya saja Titik pada sebagian huruf lebih jelas satu
sama lainnya, sehingga sebagian menambah yang lainnya untuk
menyempurnakannya, seperti dalam huruf-huruf yang bertitik,
kelengkapannya pada ttik tersebut. Ada sebagian yang tampak pada
kenyataannya seperti huruf Alif dan huruf-huruf tanpa Titik. Karena huruf
tersebut juga tersusun dari titik-titik. Oleh sebab itulah, Alif lebih mulia
dibanding Baa’,karena Titiknya justru menampakkan diri dalam wujudnya,
sementara dalam Baa’ itu sendiri tidak tampak (Titik berdiri sendiri). Titik
di dalam huruf Baa’ tidak akan tampak, kecuali dalam rangka
kelengkapannya menurut perspektif penyatuan. Karena Titik suatu huruf
Merupakan kesempurnaan huruf itu sendiri dan dengan sendirinya
menyatu dengan huruf tersebut. Sementara penyatuan itu sendiri
mengindikasikan adanya faktor lain, yaitu faktor yang memisahkan antara
huruf dengan titiknya.

Huruf Alif itu sendiri posisinya menempati posisi tunggal dengan


sendirinya dalam setiap huruf. Misalnya Anda bisa mengatakan bahwa
Baa’ itu adalah Alif yang di datarkan Sedang Jiim, misalnya, adalah Alif
dibengkokkan’ dua ujungnya. Daal adalah Alif yang yang ditekuk
tengahnya.

Sedangkan Alif dalam kedudukan titik, sebagai penyusun struktur setiap


huruf ibarat Masing-masing huruf tersusun dari Titik. Sementara Titik bagi
setiap huruf ibarat Neucleus yang terhamparan. Huruf itu sendiri seperti
tubuh yang terstruktur. Kedudukan Alif dengan kerangkanya seperti
kedudukan Titik. Lalu huruf-huruf itu tersusun dari Alif sebagimana kita
sebutkan, bahwa Baa’ adalah Alif yang terdatarkan.

Demikian pula Hakikat Muhammadiyyah merupakan inti dimana seluruh


jagad raya ini diciptakan dari Hakikat Muhammadiyah itu. Sebagaimana
hadits riwayat Jabir, yang intinya Allah swt. menciptakan Ruh Nabi saw
dari Dzat-Nya, dan menciptakan seluruh alam dari Ruh Muhammad saw.

Sedangkan Muhammad saw. adalah Sifat Dzahirnya Allah dalam makhluk


melalui Nama-Nya dengan wahana penampakan Ilahiyah.

Anda masih ingat ketika Nabi saw. diisra’kan dengan jasadnya ke Arasy
yang merupakan Singgasana Ar-Rahman. Sedangkan huruf Alif, —
walaupun huruf-huruf lain yang tanpa titik sepadan dengannya, dan Alif
merupakan manifestasi Titik yang tampak di dalamnya dengan
substansinya — Alif memiliki nilai tambah dibanding yang lain. Sebab
yang tertera setelah Titik tidak lain kecuali berada satu derajat. Karena
dua Titik manakala disusun dua bentuk alif, maka Alif menjadi sesuatu
yang memanjang. Karena dimensi itu terdiri dari tiga: Panjang, Lebar dan
Kedalaman.

Sedangkan huruf-huruf lainnya menyatu di dalam Alif,seperti huruf Jiim.


Pada kepala huruf Jiim ada yang memanjang, lalu pada pangkal juga
memanjang, tengahnya juga memanjang. Pada huruf Kaaf misalnya,
ujungnya memanjang, tengahnya juga memanjang namun pada
pangkalnya yang pertama lebar. Masing-masing ada tiga dimensi. Setiap
huruf selain Alif memiliki dua atau tiga jangkauan yang membentang.
Sementara Alif sendiri lebih mendekati titik. Sedangkan titik , tidak punya
bentangan. Hubungan Alif diantara huruf-huruf yang Tidak bertitik, ibarat
hubungan antara Nabi Muhammad saw, dengan para Nabi dan para
pewarisnya yang paripurna. Karenanya Alif mendahului semua huruf.

Diantara huruf-huruf itu ada yang punya Titik di atasnya, ada pula yang
punya Titik dibawahnya,Yang pertama (titik di atas) menempatip osisi
“Aku tidak melihat sesuatu sebelumnya) kecuali melihat Allah di sana”.

Diantara huruf itu ada yang mempunyai Titik di tengah, seperti Titik putih
dalam lobang Huruf Mim dan Wawu serta sejenisnya, maka posisinya
pada tahap, ”Aku tidak melihat sesuatu kecuali Allah didalamnya.”
Karenanya titik itu berlobang, sebab dalam lobang itu tampak sesuatu
selain titik itu sendiri Lingkaran kepada kepala Miim menempati tahap,
“Aku tidak melihat sesuatu” sementara Titik putih menemptai “Kecuali
aku melihat Allah di dalamnya.”

Alif menempati posisi “Sesungguhnya orang-orang yang berbaiat


kepadamu sesungguhnya mereka itu berbaiat kepada Alllah.” Kalimat
“sesungguhnya” menempati posisi arti “Tidak”, dengan uraian
“Sesungguhnya orang-orang berbaiat” kepadamu tidaklah berbaiat
kepadamu tidaklah berbaiat kepadamu, kecuali berbaiat kepada Allah.”

Dimaklumi bahwa Nabi Muhammad saw. dibaiat, lalu dia bersyahadat


kepada bersyahadat kepada Allah pada dirinya sendiri, sesungguhnya
tidaklah dia itu berbaiat kecuali berbaiat kepada Allah. Artinya, kamu
sebenarnya tidak berbaiat kepada Muhammad saw. tetapi hakikat-nya
berbaiat kepada Allah swt. Itulah arti sebenarnya dari Khilafah tersebut.
(disarikan dari tafsir Al-Qur’an karya lbnu ‘Araby)

HAKIKAT BISMILLAH (I)


Penjelmaan duniawi dari pola dasar ilahi, yang disebut didalam Al-Qur’an
dengan penulisan pena dan tempat tinta, memiliki suatu pokok signifikasi
spiritual. Dapat dikatakan, bahwa Al-Qur’an merupakan suara dari firman
Tuhan yang diembuskan ke hati Nabi dan kemudian kepada para sahabat
dan generasi-generasi selanjutnya.

Sayyidina Ali Karamallahu Wadz’hahu mengatakan : “ Bahwa seluruh Al-


Qur’an itu terkandung didalam surat Al-Fatihah”, sedangkan surat Al-
Fatihah itu sendiri terkandung di dalam Bismillah (bismallah).

Karena adanya suatu kehadiran ilahi dalam teks Al-Qur’an , yakni


Bismillah (Basmallah), maka kalimat Bismillah inipun merupakan
pengejawantahan yang dapat dilihat dari firman ilahi itu, untuk
membantu kaum muslim menembus kedalam dan ditembusi oleh
kehadiran ilahi yang sesuai dengan kapasitas spiritual setiap orang Islam.
Bismillah membantu manusia untuk menembus selubung eksistensi
material, sehingga memperoleh jalan masuk ke barakah yang terletak
didalam firman ilahi dan untuk mengenyam hakikat alam spiritual, karena
Bismillah itupun adalah suatu pengejawantahan visual dari kristalisasi
realitas-realitas spiritual (Al-Haqa’iq) yang terkandung didalam wahyu
Islam pertama :

“Iqraa bismirabbikaal ladzii khalaq” : Dengan menyebut nama Tuhanmu


yang menciptakan (Q.S. : 96 : 1)

Kalimat “Bismillah” merupakan hasil dari pengejawantahan ke-Esaan pada


bidang keanekaragaman. Kalimat suci ini merefleksikan kandungan
prinsip keEsaan ilahi, kebergantungan seluruh keanekaragaman kepada
Yang Esa, kesementaraan dunia dan kualitas-kualitas positif dari
eksistensi kosmos atau makhluk, sebagaimana difirmankan oleh Allah Swt
didalam Al-Qur’an: “Yaa Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini
dengan sia-sia” (Q.S. 3 : 191)

Allah Swt menurunkan kalimat suci “Bismillah” dalam wujud fisik (yang
tersurat) pada sebuah kitab suci Al-Qur’anul Kariim yang secara langsung
dapat dipahami oleh pikiran yang sehat. Karena kalimat suci “Bismillah”
itu sendiri, memiliki realitas-realitas dasar dan perbuatan-perbuatan
sebagai tangga bagi pendakian jiwa dari tingkat yang dapat dilihat dan di
dengar menuju ke Yang Gaib, yang juga merupakan keheningan diatas
setiap bunyi. Wujud fisik (Bismillah) inipun didasarkan pada ilmu
pengetahuan tentang dunia batin yang tidak hanya berkaitan dengan
penampakan lahir semata, tetapi juga dengan realitas-realitas batin
“Bismillah” itu sendiri (yang tersirat)

Bismillah diilhami oleh spiritualitas Islam secara langsung yang


diwahyukan oleh Allah Swt kepada Nabi, sedangkan wujudnya tentu saja
dibentuk oleh karakteristik-karakteristik tertentu dari tempat penerima
wahyu Al-Qur’an, yaitu : “Qalbu” (hati), yang nilai-nilai positifnya
diuniversalkan Islam. Bentuk wahyu Islam yang pertama ini (Bismillah)
tidaklah mengurangi kebenaran, bahwa sumber religius dari “Bismillah”
ini berasal dari kandungan batin dan dimensi spiritual Islam pula.

Hanya bagi orang yang mampu melihat relitas-realitas tersebut ataupun


orang yang telah dilatih untuk memperoleh penglihatan “Al’Bashirah”
(penglihatan batin) atas sesuatu yang tersembunyi dibalik rahasia
“Bismillah”, dan dikarenakan “Bismillah” ini merupakan pula pesan dari
ruang inti perbendaharaan yang gaib (khaza’in al-ghoybi), maka siapapun
yang menerima pesan kalimat suci ini didalam hatinya ia seakan
menikmati alunan nyanyian alam rahim yang membawa jiwanya sebelum
episode perjalanan duniawinya yang singkat. Agama Islam tidak
berdasarkan ketegangan dramatis antara langit dan bumi, atau
pengorbanan heroik dan penyelamatan melalui campur tangan Tuhan,
akan tetapi Agama Islam bertindak untuk mengembalikan kesadaran
manusia, bahwa alam semesta adalah kalam ilahi dan pelengkap ayat-
ayat suci tertulis yang diwahyukan dalam bahasa Arab.

Kesadaran ini diperkuat dengan tata cara “shalat” yang secara naluriah
mengembalikan manusia pada keadaan primordialnya dengan menjadikan
seluruh alam sebagai tempat ibadah. Begitu pula halnya kalimat
“Bismillah” yang terucap saat bersujud menyentuh bumi (shalat),
adalah ; untuk mengembalikan manusia ke-kesucian primordial (al-
fithrah) saat Yang Maha Esa menghadirkan dirinya secara langsung
didalam hati manusia dan “mengumandangkan sebuah simfoni abadi
dalam keselarasan yang ada pada alam yang suci”.

Kalimat suci “Bismillah” yang terucap saat berdzikir, berarti sang


pendzikir telah kembali kepusat alam, bukan secara eksternal melainkan
melalui hubungan batin yang menghubungkan dirinya dengan prinsip-
prinsip dan irama-irama alam primordial yang sakral dan teramat luas
sekaligus merupakan suatu perumpamaan dialog suci antara seorang
Hamba dengan Khaliqnya, yang menenangkan dan sekaligus mensucikan
jiwanya, begitupun “Bismillah” yang terucap disaat manusia hendak
melakukan suatu pekerjaan-pekerjaan yang halal, maka kesadaran
dirinya akan terbangkit dari keterlenaan, dalam dirinya melalui kesadaran
akan realitas Yang Maha Esa.

“Sebuah kesadaran yang sesungguhnya merupakan substansi dari


manusia primordial dan sebab terbentuknya eksistensi manusia “.

Hati serta jiwa seluruh muslim disegarkan oleh “keagungan,


keselarasan dan kesucian” kalimat “Bismillah” dalam pada bentuk-
bentuk huruf Al-Hijaiyyah yang terdiri dari tujuh huruf (Ba Sin Mim Alif
Lam Lam Ha), yang mengelilingi kaum muslim yang hidup didalam
masyarakat Islam tradisional dan yang mengungkapkan keindahannya
pada setiap lembaran-lembaran suci Al-Qur’an.

Oleh karenanya “Bismillah” sebagai induk suci Islam yang merupakan


karunia dari “Haqiqah” yang terletak dalam hati wahyu Islam.

Kalimat suci ini akan tetap demikian bagi seluruh muslim, tak peduli
apakah diri mereka sadar akan haqiqah ataukah mereka yang sudah puas
dengan bentuk-bentuk luarnya saja (kalimat Bismillah yang tersurat).

Bagi mereka yang mengikuti jalan menuju “haqiqah”, kalimat suci ini
merupakan pembantu pertama yang sangat diutamakan untuk
merenungkan ke-Esaan Ilahi Rabbi, karena huruf “Ba” yang
dilambangkan oleh titik pengenal kesucian horizontal “Sin” dengan wujud
lengkungan vertikal yang menghadap langit dan “Mim” yang berporos
pada suatu tiang kepasrahan.

Tiga huruf-huruf suci ini secara keseluruhan melambangkan eksistensi


universal untuk menuntun manusia dalam pembauran kualitas, kekuatan,
dan aliran berbagai elemen agar setiap muslim mengingatkan ajaran
Tuhan, yaitu dalam bentuk alam semesta, yang benar-benar muslim atau
tunduk kepada kehendak Tuhan dengan mematuhi sifat dan hukum
alamnya sendiri-sendiri.

Kesucian “Bismillah” membantu manusia untuk menembus selubung


eksistensi material sehingga memperoleh jalan masuk ke “Barakah” yang
terletak didalam firman illahi dan untuk mengenyam suatu “rasa”, bahwa
setiap jiwa akan mengenyam sesuai dengan kapasitas, keterbatasan, dan
keabadiannya.

HAKIKAT BISMILLAH (II)


Huruf “Alif” didalam kalimat “Bismillah” dengan vertikalitasnya
melambangkan kekuatan Tuhan dan prinsip transenden yang darinya
segala sesuatu itu berasal, sedangkan dua huruf “Lam” dalam bentuk kail
(mata kail), yang melambangkan suatu peringatan agar hamba Allah
berhati-hati dalam pancingan Iblis atau setan dan sekaligus merupakan
pengejawantahan yang dapat dilihat dari firman ilahi, untuk membantu
kaum muslim menembus kedalam dan ditembusi oleh kehadiran ilahi
yang sesuai dengan kapasitas spiritual setiap orang Islam
Hal ini pernah disinggung dalam salah satu Hadits Rasul Saw, yang
menyebutkan, bahwa “Barang siapa yang melakukan sesuatu pekerjaan
dengan tanpa diawali “Bismillah”, maka tidak akan ada keberkahan
didalam pekerjaannya itu”. Karena didalam makan dan minumnya
manusia, Iblis akan turut andil didalamnya, jika tidak diawali dengan
ucapan “Bismillah”.

Sedangkan mengenai huruf “Ha” (Ha, marbutoh), yang melambangkan


realitas lingkaran kosmos sebagai wahyu primordial Tuhan yang
merupakan hasil dari pengejawantahan keEsaan pada bidang
keanekaragaman. Keempat buah huruf suci ini merefleksikan kandungan
prinsip keEsaan ilahi, kebergantungan seluruh keanekaragaman kepada
Yang Esa, kesementaraan dunia dan kualitas-kualitas positif dari
eksistensi kosmos atau makhluk, sebagaimana difirmankan oleh Allah Swt
didalam Al-Qur’an: Yaa Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini
dengan sia-sia”

Keempat huruf ini jika digabungkan menjadi kalimat “Allah”. Itulah alasan
mengapa “Alif” menjadi sumber abjad dan huruf pertama dari nama
“Tuhan Yang Maha Kekal” ini, Allah, yang bentuk visualnya benar-benar
menyampaikan seluruh doktrin metafisik Islam mengenai alam realitas.
Karena dalam bentuk tulisan dari nama “Allah” dalam bahasa Arab, kita
melihat dengan jelas suatu garis horizontal, yakni gerak penulisannya,
kemudian garis tegak lurus dari “Alif” dan “Lam” semacam garis
melingkar, yang secara simbolis dapat disamakan dengan suatu lingkaran
“Tauhid” yang mengelilingi jiwa orang Islam, “ dan sekaligus merupakan
suatu teofani dan refleksi dari ketakterbatasan kekayaan khazanah Tuhan
yang tercipta setiap saat tanpa pernah kehabisan kemungkinan-
kemungkinannya”. Hal ini pula yang menegaskan peran kitab suci Al-
Qur’an sebagai petunjuk (Al-Huda), jalan menuju Tuhan.

“Al’Qur’an bagaikan sepercik cahaya yang menyinari kegelapan eksistensi


manusia di dunia ini”.
Misteri Zat yang menyatakan identitas, yang sekaligus merupakan sifat
Tuhan yang mutlak dan juga transendensi, mencakup seluruh aspek
ketuhanan yang mungkin termasuk dunia dengan pembiasan pembiasan
dari-Nya yang mengindividualisasi tak terkira banyaknya. Maka dari itu
orang yang mencintai Tuhan akan selalu “mengosongkan hatinya dari
segala sesuatu selain-Nya” (ini terapi yang sangat ampuh untuk mencapai
puncak kekhusyuan didalam shalat); karena “ Alif Lam Lam Ha” akan
menyerbu hatinya dan tidak menyisakan ruang sedikitpun untuk sesuatu
yang lain, karena seseorang hanya perlu mengetahui dan menyelami
hakikat “Bismillah” ini untuk mengetahui semua yang dapat diketahui.

Nama “Allah” adalah kunci khazanah misteri Tuhan dan pintu gerbang
menuju Yang Gaib dan Yang Nyata. Itulah realitas yang berdasarkan
identitas esensial Tuhan dan kesucian nama-Nya. Itulah alasan mengapa
para Ahlul Hukama selalu merenungi dan menyebutkan bahwa ; “Huruf-
huruf didalam “Bismillah” turun dari dunia spiritual ke dunia fisikal dan
memiliki substansi spiritual batin ketika mengenakan selubung dunia gaib
yang mampu menembus kedalam makna batinnya, dan dapat
merenungkan simbol prinsip-prinsip realitas maupun pedoman yang
terwujud”

Sebenarnya seluruh manifestasi berasal dari ketujuh huruf ini (Ba Sin
Mim Alif Lam Lam Ha), karena bagaimana mungkin Yang “Esa”
melambangkan sesuatu yang lain dari huruf-huruf yang akan mengakui
keEsaan-Nya, apalagi penggabungan dari ketujuh huruf-huruf ini jika
berbentuk huruf Arab yang memanjang dari kanan ke kiri, akan
merupakan lambang penerimaan prinsip material dan pasif, dalam arti
kata “ketaqwaan mutlak” serta dimensi keindahan yang
menyempurnakan ke-Agungan diri-Nya, dan sekaligus melambangkan
pusat teragung yang dari-Nya segala sesuatu itu berasal dan kemana
segala sesuatu itu kembali.

“Manusia harus percaya kepada yang suci dan terlibat didalamnya, kalau
tidak, maka Yang Suci akan menyembunyikan dirinya dibelakang
selubung yang tidak dapat diraba dan dilalui, yang pada hakikatnya
adalah, selubung jiwa rendah manusia “.

Kesucian “Bismillah” mampu menciptakan sesuatu yang bersifat spiritual


sekaligus sensual, menyingkap keindahan dunia ini beserta sifat fananya,
dan menjelma dalam bentuk alam transendental yang indah melalui
teofani Tuhan, karena hakikat Bismillah masih suci dan dicari oleh
sebagian masyarakat Islam, dan menjadi nilai universal bagi seluruh
dunia pada saat kebodohan mengancam untuk mencekik “spirit Bismillah”
itu sendiri.***

AWAL PENCIPTAAN BISMILLAH


Sebutir debu serta kesekejapan hidup diubah melalui tradisi menjadi
sebuah bintang di cakrawala, yang diberkahi dengan kemapanan dan
merefleksikan keabadian Tuhan. Menurut doktrin tradisional, realitas
batin alam semesta mengungkapkan dirinya melalui mata batin atau
penglihatan intelektual, “karena mata batin merupakan alat persepsi yang
berdasarkan keselarasan, sekalipun diatas bidang korporeal”.

Dalam makrokosmos, keselarasan alam semesta terwujud pada taraf


realitas yang lebih tinggi dan menjadi suram serta semakin samar dalam
tingkat kosmos yang semakin rendah, karena jauh sebelum Tuhan
menciptakan manusia pertama, yakni Adam As (Abul Basyar) Tuhan yang
Maha Agung lebih dulu menciptakan suatu alam yang disebut “Alam
Jabbarut Malaakut”, dan dihuni oleh para malaikat-malaikat Allah yang
tak terbilang banyaknya.

Sebagian dari kelompok para Malaikat-Malaikat Allah tersebut adalah


kelompok Malaikat Muqarrabin, Malaikat Kurubiyyin, Malaikat Kiraman
Katibin, Malaikat Arsyi, Malaikat Hafadzah dan Malaikat Aran Jabaniyyah,
Malaikat Arsyi. Dan masih banyak lagi golongan Malaikat-malaikat lainnya
yang tidak dapat disebutkan disini.

Para malaikat-malaikat ini masing-masingnya mempunyai sayap, yang


sayapnya saja secara langsung melambangkan “Hakikat realitas
penerbangan dan pendakian melawan seluruh hal yang merendahkan
derajat serta menurunkan kekuatan atas dunia ini, yang akhirnya
mengantar pada kebebasan dari kungkungan duniawi yang serba
terbatas”.

Seperti tersebut didalam Firman-Nya : “ Segala puji bagi Allah pencipta


langit dan bumi yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk
mengurus berbagai urusan) yang mempunyai sayap masing-masing (ada
yang) dua, tiga empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang
dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa Atas Segala Sesuatu”.
(Q.S. 35 : 1).
Menurut doktrin tradisional, “Alam Jabbarut Malakut” terdiri dari tujuh
lembah pegunungan kosmik “Qaf” yang pada puncaknya terdapat
singgasana Tuhan (Al-Arsy). Tuhan yang menciptakan singgasana (Al-
Arsy) dari jambrud hijau dan keempat tiangnya terbuat dari batu merah
delima, yang dibawa oleh delapan Malaikatul Arsy, yang selalu bertasbih
memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya. Ketujuh lembah
“Qaf” itu sendiri, adalah Lembah Thalab (pencarian), Lembah Isyq (cinta),
Lembah Istighna (kepuasan), Lembah Hayrat (kekaguman), Lembah Faqr
(kemiskinan), Lembah Ma’rifah (gnosis), dan Lembah Fana (lebur).

Dimasing-masing ketujuh lembah pegunungan kosmik “Qaf” ini terdapat


(tersimpan) tujuh buah huruf Al-Hijaiyyah, yakni huruf-huruf yang ada
pada kalimah suci “Bismillah”. Pegunungan kosmik “Qaf” merupakan
pesona spiritual dari keindahan dan keAgungan Tuhan, yang selalu
menjadi pintu gerbang untuk masuk kedalam lautan rahasia Tuhan, yang
dimulai dengan kerinduan kepada-Nya, dan bergerak secara perlahan
menuju penyingkapan “hakikat Bismillah” yang suci dan mensucikan, dan
akhirnya mencapai peleburan (Fana) dengan melintasi horizon esoterisme
“Qaf” yang sangat luas dan tanpa batas. “Qaf, demi Al-Qur’an yang
sangat mulia” (Q.S. : 50 : 1)

Ekspresi universal kehidupan “Alam Jabbarut Malaakut” dan jalan


inisiatik, dimungkinkan oleh tingginya tingkatan spiritual (maqam) yang
sekaligus menjadi awal cikal bakal penciptaan langit dan bumi yang pada
waktu itu (di alam jabbarut malakut), langit masih berupa asap, asap
yang keluar dari ketujuh lembah “Qaf”, kemudian Allah satukan dan dari
asap tersebut dijadikannya tujuh lapis langit.

Seperti tersebut dalam firman-Nya: “ Yang menciptakan tujuh lapis langit


“ (Q.S. : 67 : 3). Dan firman-Nya lagi : “Kemudian Dia menuju kepada
penciptaan langit yang kala itu masih berupa asap” (Q.S. : 41 : 11).
Setelah tujuh lapis langit terbentuk, kemudian Allah Swt menciptakan
tujuh lapis bumi yang diambil dari pegunungan kosmik “Qaf” pula. “
Allah-lah yang mnciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi” (Q.S. :
65 : 12)

Catatan : Pengertian mengenai penciptaan langit dan bumi ini adalah


“langit akhirat dan bumi akhirat”, karena setelah penciptaan langit dan
bumi akhirat ini, Allah Swt menciptakan tujuh surga dan tujuh neraka,
barulah langit dan bumi dunia Allah ciptakan dalam masa yang pada saat
itu bumi masih dalam keadaan gelap gulita.

Seperti yang Allah Swt firmankan didalam Al-Qur’an : “Dan sesungguhnya


telah Kami ciptakan langit dan bumi, dan apa yang ada antara keduanya
dalam enam masa, dan kami sedikitpun tidak ditimpa kelelahan “
(Q.S.:50 : 38)
Tuhan Yang Maha Esa menciptakan dunia setelah DIA (Allah)
menciptakan surga dan neraka berikut wildan dan bidadari. Dunia saat itu
masih dalam keadaan gelap gulita, dan setelah Nabi Adam As dan Siti
Hawa terusir dari surga, kemudian turun ke dunia, barulah Allah Swt
menciptakan cahaya yang menerangi dunia (matahari-bulan-dan
bintang), walau sebenarnya penciptaan cahaya (cahaya Muhammad) ini
lebih dulu dari pada penciptaan Alam Jabbarut Malaakut, yakni “Nur
Muhammad”

Tuhan adalah “cahaya langit dan bumi”. Demikian penegasan Al-


Qur’an yang kemudian dimensi kosmogonis dan kosmologisnya diperkuat
oleh Rasul Saw. Dengan sabdanya : “Yang pertamakali diciptakan oleh
Tuhan adalah cahaya”.

“Cahaya bagaikan kutub-kutub spiritual yang menyala, laksana norma


dan teladan-teladan yang hidup dan menjadi perhatian para pencari
kebenaran dimana dan kapanpun yang sekaligus merupakan realitas
surgawi dibalik bentuk keduniawian”.

“Hakikat Bismillah adalah gema panggilan Tuhan kepada manusia


untuk kembali ke sumber spiritualnya“ (Faridhal Attros Al’Kindhy)***

======OOO=====

HAKEKAT SAHADAT DAN HAKEKAT SHOLAT

Sesungguhnya sahadat adalah merupakan rukun islam yang pertama


dimana seseorang itu ingin menjadikan islam sebagai cara hidupnya
haruslah terlebih dahulu mengucap dua kalimah sahadat i itu:-

‫اشهدان الاله االهللا واشهدان محمدارسول هللا‬

Jadi sesungguhnya selagi sesorang itu tidak melafazkan dua kalimah


sahadat maka selama itulah dia tidak boleh di iktiraf sebagai seorang
islam.

Dalam pengertian syariat,dua kalimah sahadat itu ialah "aku menaik saksi
bahawa tiada tuhan yang disembah melainkan Allah dan aku menaik saksi
bahwa Nabi Muhammad itu pesuruh Allah.

Sesungguhnya ramai diantara kita hanya pandai melafazkan ucapan dua


kalimah sahadat itu tetapi jarang benar dikalangan kita cuba mengkaji
atau sekurang2nya menyoal  diri sendiri tentang hakikat pengertian
hujung jatuhnya sahadat itu sendiri,kita lihat ibu bapa kita melafazkan
sahadat maka kita pun turut berbuat demikian,namun begitu tak pernah
bertanya kenapa kita harus melafazkanya.??
‫اشهدان الاله االهللا واشهدان محمدارسول هللا‬

Dan kenapa kita pula tidak boleh melafazkan satu bentuk penyaksian
yang lain daripada dua kalimah sahadat.
Disamping itu tidak kurang pula dikalangan kita bertanya kenapa LA ILA
HA IL LAALLAH itu  boleh membawa pengertian "tiada tuhan yang di
sembah melainkan Allah" sedangkan di dalam kalimah tersebut tidak
pernah terdapat perkataan tuhan (RABB) dan tidak pula terdapat
perkataan sembah (PAK BUDUU HU) tetapi di dalam pentafsiran erti baik
bahasa  oleh para ulama syariat ada perkataan "tuhan" dan "sembah" dan
kenapa pula sahadat tersebut tidak boleh dikatakan begini......

‫الربي فاعبدوني اال هللا‬

yang mungkin lebih sesuai untuk diberi erti "tiada tuhan yang disembah
melainkan Allah" tetapi islam tetap mengunakan lafaz sahadat dengan..

‫الاله االهللا‬

yang membawa pengertian kepada tiada yang nyata hanya Allah.    


    
‫ هللا‬                                   ‫ اال‬                                    ‫ اله‬                     ‫ ال‬                   

TIADA                         NYATA                            HANYA                      ALLAH

Jadi boleh disimpulkan di sini bahawa pengertian yang dibuat oleh para
alim ulama syariat adalah jauh,tidak menepti daripada matlamat sebenar
yang hendak dinyatakan oleh sahadat itu sendiri disamping itu soalnya
apakah perkataan Allah di dalam sahadat itu boleh di samakan kepada
tuhan dan apakah sebenarnya begitu..??

Begitu juga apabila kita melafazkan

..‫محمدارسول هللا‬
itu apakah benar membawa satu pengertian kepada "Nabi Muhammad itu
persuruh Allah" jika benar begitu kenapa Nabi Adam Alaihimusallam bapa
sekalian manusia juga mengucap sahadatnya dengan mengkhabarkan
sahadatnya itu dengan lafaz Muhammad Rasulullah dan seterusnya Nabi
Ibrahim,Nabi Ismail dan rasul2,wali2 Allah sebelum zahir Nabi
Muhammad saw mengucap dengan ucapan yang sama atau dalam hal
yang lain ada dikalangan kita akan berkata nabi2 sebelum zahirnya Nabi
Muhammad mengucap dengan cara lain, jika benar begitu apakah mereka
difahamkan bahawa islam itu hanya baru ujud pada zaman Muhammad
saw dan benarkah islam tidak pernah ujud sebelumnya,dan jika benar
ucapan Muhammad RasuluLlah itu fahaman kepada Nabi
Muhammad,kenapa pula Nabi Muhammad juga mengucap seperti kita
mengucap sekarang,dan kenapa pula RasuluLlah tidak mengucap begini...

‫واشهدن الربى فاعبدوني اال هللا واشهدانا رسول هللا‬

yang lebih sesuai membawa kepada pengerian "aku naik saksi tiada tuhan
yang disembah melainkan Allah dan aku naik saksi bahawa akulah
persuruh Allah"

Pendek kata banyaklah lagi persoalan2 yang harus ditanya oleh kita
apabila kita melangkah dan berusaha mencari dan menggali pengertian
sahadat yang benar,justeru itu marilah kita membincangkan bersama2
akan hakikat sahadat mengikut pandangan hakikat dan makrifat dan
marilah kita sama2 menggali makna hujung jatuh sahadat itu sendiri agar
kita sama2 dapat memahaminya dengan mendalam dan dapat pula
berpegang dengan pemahaman kita itu.

Adapun kalimah sahadat itu adalah:-

‫اشهدان الاله االهللا واشهدان محمدارسول هللا‬

dan sesungguhnya
‫اشهدان الاله االهللا‬

adalah dinamakan sahadat tauhid dan..


‫واشهدان محمدارسول هللا‬

adalah pula sahadat rasul.


Sebab kalimah..LAILAHAILLALLAH.. dinamakan sahadat tauhid adalah
didalam kalimah tersebut kita bersaksi dengan penuh rasa bahawa tiada
yang lain hanya Allah semata2 tiada bersekutu baginya dalam segala2 hal
dan tiada sesuatu pun yang bercampur aduk denganya kecuali DIA 
sendiri,oleh itu kita bersaksi dengan diri kita sendiri tiada yang nyata
pada kita hanya Allah semata2,kita nafi tubuh kita dan kita isbatkannya
kepada Allah semata2 (diri batin kita)

Adapun kalimah

‫واشهدان محمدارسول هللا‬

itu dinamakan sahadat rasul,sebab pada kalimah ini kita melafazkan


bersaksi bahawa yang menyampaikan dan menanggung diri rahsia Allah
adalah Muhammad iaitu diri zahir kita,dan dengan melafazkan kalimah
tersebut maka berikrar dan bersaksilah kita dengan diri kita sendiri
bahawa diri zahir kita tetap akan menanggung rahsia Allah dan akan
menjaganya buat selama2nya.
Adapun hakikat ketuhanan itu adalah diri batin kita (ruhani),
dan hakikat kerasulan itu adalah diri zahir kita (jasmani)
Diri batin adalah sebenar2 diri yang menyatakan rahsia tuhan dan untuk
menyatakan diri rahsia Allah tersebut adalah diri zahir kita...jadi diri zahir
kitalah yang menyatakan rahsia ketuhanan Allah Taala,oleh yang
demikian diri zahir kita digelar HAKIKAT RASUL.

APABILA KITA MELAFAZKAN:-

‫ هللا‬                                   ‫ اال‬                                    ‫ اله‬                     ‫ ال‬                   

TIADA                         NYATA                            HANYA                      ALLAH

MAKNANYA: tiada nyata hanya Allah....dari sini jelaslah kalimah


LAILAHALILLAH  itu sudah terang diri batin kita,bila saja kita melafazkan
kalimah tersebut dengan jelas kita memperakui dengan sesungguhnya
bahawasanya tiada nyata hanya DIAlah Allah yang dikandung oleh tubuh
zahir kita.

ADAPUN KALIMAH:  MUHAMMADRASUL ALLAH pula menyatakan diri kasar


kita kerana hakikat bentuk manusia itu berhakikat dengan huruf M U H A
MMAD,

justeru itu menakala kita melafazkan kalimah.

‫اشهدان الاله االهللا واشهدان محمدارسول هللا‬

Maka kalimah yang telah dilafazkan itu adalah meliputi pada menyatakan
diri batin dan diri zahir kita (ruhani dan jasmani) iaitu kita menyaksikan
bahawa yang dikandung oleh diri kasar ini adalah diri rahsia Allah Taala
dan diri kasar inilah merupakan sarung, seperti firman Allah yang
bermakna :MANUSIA ITU ADALAH RAHSIAKU DAN AKULAH RAHSIANYA"
Allah Taala telah mengurniakan manusia untuk memegang dan
bertangungjawab terhadap rahsia yang ditanggung oleh manusia itulah
Allah Taala memberi satu penghormatan besar terhadap kejadian
manusia...seperti firman-Nya....

‫لقدخلقنا االنسان في احسن تقويم‬

sesungguhnya Aku kurniakan akan manusia itu satu kejadian yang


sebaik2nya.
Kejadian manusia adalah satu2 kejadian yang paling rapi,elok tersusun
pada zahir dan batin,duduknya kemuliaan manusia adalah kerana
manusia sahajalah kejadian Allah yang sanggup memegang
rahsianya,sedangkan sebelumnya Allah sendiri pernah menawarkan
rahsia ini kepada langit,bulan,bukit untuk menanggungnya tetapi
semuanya makhluk kejadian tersebut tidak mempunyai kesanggupan
untuk menanggungnya:- seperti firman Allah yang bermaksud:"
sesungguhnya rahsia aku ini pernah aku taruhkan kepada
langit,bumi,gunung-ganang tetapi mereka enggan menerimanya kerana
takut mengabaikannya,tetapi yang sanggup menerima adalah manusia".

Dari itu apabila kita mengucap akan kalimah

‫اشهدان الاله االهللا واشهدان محمدارسول هللا‬

maka bererti kita bersaksi dengan diri kita sendiri bahawa tiada yang
nyata pada diri kita hanya Allah semata2 dan tubuh zahir kita ini adalah
tukang penyata rahsia Allah semata2.

Adapun solat itu adalah berdiri menyaksikan diri kita sendiri,kita


menyaksikan bahawa diri kitalah yang membawa dan menanggung rahsia
Allah Taala dan tiada sesuatu pada diri kita hanya rahsia Allah
semata2,tiada satu jua pun yang kita punya kecuali hak Allah
semata2,jika diibaratkan kita ini hanya sebagai sebuah kotak radio yang
hidup dengan mengharapkan siaran dari stastion besar semata2,dan
perlu di ingat bahawa berfungsinya radio tersebut kerana dapat menerima
gelombang siaran dari station besar,yang demikian jika habislah siaran
atau rosaknya penerimaan siaran maka sudah tentu kotak radio tersebut
akan dibuang menjadi sampah,maka begitulah kita.

Kita akan berguna di sisi Allah jika kita dapat menanggung amanah rahsia
itu  serta dapat berfungsi dan bertindak mengenal diri kita sendiri,kerana
apabila kita berjaya dapat mengenal diri kita,maka dengan itulah pula
kita dapat mengenal diri Allah itu sendiri...firman Allah dalam hadis
qudsi.....

‫من عرف نفسه فقد عرف ربه‬

ertinya,barangsiapa mengenal dirinya maka kenallah tuhannya.


Oleh itu jika kita tidak mengenal diri kita,maka kita adalah lebih hina
daripada sampah di sisi Allah.

Adapun sembahyang/solat itu bukanlah sekali ertinya menyembah kerana


apabila disebut sembah,maka sudah tentu membawa pengertian bahawa
ada yang menyembah dan ada pula yang kena sembah dan tiap tiap yang
disembah sudah pasti ada di hadapan yang menyembah.

Justeru itu bagaimana halnya dengan Allah yang bersifat bersalahan


dengan benda-benda itu ujud,ujud dihadapan  untuk di sembah,dan
jikalau Allah di hadapanya maka ertinya Allah bertempat,jika ini  iktikad
kita maka kafirlah kita jadinya.Lagi pun bagaimana boleh dikatakan
sembahyang itu boleh disifatkan menyembah sedangkan manusia itu
sendiri pun adalah diri rahsia Allah seperti firman Allah dalam Hadis
Qudsi; ‫" االنس ان س ري وانا س ره‬ertinya : manusia itu adalah rahsiaKu dan diri
Akulah rahsianya".

Oleh itu dapatlah disimpulkan bahawa sembahyang itu sebenarnya adalah


satu istiadat menyaksikan diri sendiri dan sesungguhnya diri kita itu
adalah kepunyaan Allah semata-mata.Dan sugia di ingatkan bahawa
keadaan yang dinyatakan di atas bukanlah sekali kita boleh beriktikad
bahawa Allah Subhanahuwatallah itu duduk di dalam diri kita,jika kita
beranggapan bergitu maka kafirlah jadinya dan keadaan yang
diterangkan di atas juga bukan sekali-kali boleh beriktikad bahawa diri
batin kita (ROH) itu tuhan dan bertuhankan diri,maka berbuat demikian
kafir pula jadinya.

Perlu di ingatkan bahawa kita adalah sebagai kotak radio yang menerima
gelombang radio dan rahsia radio,maka untuk menyatakan rahsia radio
tersebut adalah station yang memancar siaranya ke kotak radio,maka
berbunyilah radio seperti mana asalnya di station besar.Bergitu dengan
Allah,Dia memuji diriNya dengan diri rahsiaNya yang dikandung oleh
manusia.

Seperti firman Allah didalam Hadis Qudsi yang bermaksud:

AKU SUKA MENGENAL DIRIKU SENDIRI,


LALU AKU JADIKAN MAKHLUK INI,
LALU AKU PERKENALKAN DIRI AKU,
KEPADA MEREKA DAN LALU MEREKA,
PUN MENGENAL AKU.

Bermula yang dimaksudkan dengan makhluk di dalam hadis qudsi di atas


adalah manusia.

Adapun yang dikatakan sembahyang itu berdiri menyaksikan diri kerana


semasa sembahyang kita wajib berkata :" ‫اش هدان الاله االهللا واش هدان‬
‫محمدارسول هللا‬ ". ertinya bersaksilah aku bahawa tiada yang nyata kecuali
Allah (diri batin) dan bersaksilah aku bahawa Muhammad (diri zahir) itu
adalah penyaksian Allah (diri batin).

Di sini terang dan jelaslah bahawa kalimah penting itu di  lafazkan oleh
kita bagi tujuan supaya menilik diri kita dengan matahati kita,bahawa
akulah yang membawa rahsia Allah,dan kita menilik dengan mata zahir
dan batin kita bahawa kita adalah Allah semata-mata tiada sesuatu pada
kita hanya Allah semata-mata.

Ucapan penyaksian ini bukanlah sahaja dilafazkan oleh lidah malahan


dikatakan bersama oleh semua anggota zahir dan batin kita,masing-
masing serentak berdiri menyaksikan diri ini adalah Allah semata-mata ,(
‫بالحق االهللا‬ )
Maka di saat melafazkan sahadah tersebut maka gementarlah seluruh
tubuh  jiwa raga orang arifin billah,maka disaat itu terasalah oleh mereka
satu kelazatan yang amat sangat,tiada bahasa yang boleh diterangkan di
sini kecuali diketahuilah sendiri oleh mereka yang mengalami dan sampai
pula ke martabatnya.

Untuk menegaskan hal di atas Allah Subhanahuwatallah telah berfirman


di dalam Al-Quran :
‫ إنماالموءمنون الذين إذاذكرهللا وجلت قلوبهم وإذاتليت عليهم ابته زادتهم ايماناوعلى ربهم يتوكلون‬:
ertinya" sesungguhnya bagi mereka yang beriman apabila sahaja disebut
Allah nescaya gementarlah hati mereka dan apabila dibaca ayat-ayatNya
bertambah iman mereka kepada Allah mereka bertawakal.

Adapun  ‫ اشهدان الاله االهللا‬ 


ertinya bersaksilah aku tiada yang nyata hanya Allah,iaitu bersaksilah aku
dengan telingaku,mataku,otakku,kulitku,dagingku,kakiku, dan seluruh
tubuhku yang zahir dan batin aku,tiada yang nyata kecuali Allah jua.Aku
melihat dan mendengar dengan penglihatan Allah dan pendengaran
Allah,tiada aku merasa ,Allah lah merasa,tiada aku berkehendak,Allah lah
yang berkehendak, tidak  aku berkuasa,Allah lah yang
berkuasa...tidak....tidak...tidakkkk...HANYA ALLAH SEMATA-MATA.

Seperti firman Allah; ‫ فاءينما تول وا فثم وجه هللا‬..."Dimana sahaja kamu berhadap
di situlah wajah Allah".

Cara ini adalah dengan kita menafikan diri kita yang zahir ini dan
mengisbatkan diri kita yang batin (Allah).

Adapun  ‫ واش هدان محمدارس ول هللا‬ ertinya "dan bersaksilah aku bahawa diriku
yang zahir ini adalah menanggung diri rahsia Allah semata-mata.
Di dalam kalimah ini kita bersaksi dengan diri kita sendiri bahawa diri kita
jasmani inilah yang menanggung dan membawa rahsia Allah (diri batin)
dan diri kita yang zahir inilah juga yang menjadi dalil awal akan ujudnya
Allah Tuhan semesta alam.

Dengan yang demikian fahamlah kita bahawa kalimah sahadat itu adalah
kalimah hakikat yang menyatakan penyambungan diantara badan
jasmani dengan badan ruhani kita,ianya tidak boleh dipisahkan dan
diceraikan diantara satu dengan lain.

Oleh kerana kita faham dengan hujung jatuhnya kalimah sahadah itu
adalah hakikat penyambungan diantara ruhani dengan jasmani,maka
setengah ulama' berpendapat bahawa tidak wajar bagi kita untuk
melafazkan kalimah sahadah tersebut secara mewakafkan bacaan
dimana-mana bahagian kalimah dua kalimah sahadah tersebut,adalah
tidak kita mewakafkan di kalimah ALLAH seperti yang diamalkan oleh
kebanyakan orang jahil di dalam hakikat dua kalimah sahadah,kerana
pada hakikatnya kita telah mengetahui bahawa tubuh kalimah dua
sahadah tersebut adalah gabungan ruhani dan jasmani kita.
Adapun ucapan dua kalimah sahadah  yang hanya disebut dilafazkan
dimulut tampa mengerti apakah sebenar hakikat sahadah tersebut adalah
dinamakan sahadah tanda,hujung jatuh akan hakikat sahadah tanda ini
adalah bertujuan supaya satu-satu masyarakat yang mengaku diri
mereka islam,turut sama mengiktiraf bahawa manusia yang mengucap
dua kalimah sahadah semacam tadi adalah berugama islam seperti
mereka juga. tetapi sebenarnya sahadah sedemikian itu adalah kosong
dan tidak memberi erti apa-apa serta tidak bermaya, ertinya jika di
ibaratkan besi maka besi seperti inilah besi tawar yang tidak pernah
mengerti apa makna tajam,ia hanya bergelar besi tetapi tidak berguna
untuk apa-apa jua pun kerana perlu di tegaskan bergunanya besi bagi
sebilah pisau adalah kerana tajamnya.Tajam itulah sebenar benar tubuh
pisau itu,oleh sebab itu bagi mereka yang hanya mengerti melafazkan
dua kalimah sahadah tetapi jahil daripada mengerti hakikat sahadah
maka manusia begini adalah manusia islam minannas dan ianya bukan
sekali kali islam minallah,oleh itu untuk menjadi islam minallah maka
seseorang itu haruslah mengerti dan mengetahui dan memahami serta
dapat duduk pada hakikat sahadah sebenarnya.

HURUF2 KALIMAT SAHADAT 24 HURUF MELAMBANGKAN 24 JAM


SEHARI SEMALAM.
----------------------------------------------------------------------------------
----------------------
‫الاله األهللا محمد رسول هللا‬
‫لاالهالااللهمحمدرسولالله‬

Adapun kalimah sahadat ini hendaklah dijadikan darah daging kita pada
siang malam selama 24 jam ertinya hidup kita,mati kita,bangkit kita
dihari kiamat nanti adalah dengan kalimah sahadat :

‫الاله األهللا محمد رسول هللا‬

‫وعليا نموت وعليها نبعث ان شاء هللا كان من االمنين‬,‫الاله نحي وعليها‬

ertinya:hidupku didalam dunia ini,matiku dan bangkitku dihari akhir nanti


didalam kalimah (sahadat) dan insallah aku menjadi orang yang amin.
disamping itu diingatkan bahawa didalam kalimah tauhid jiga
mengandungi 24 huruf semuanya bagi menandakan kehidupan manusia
24 jam dalam sehari semalam sebagaimana yang dinyatakan dalam bab
yang lalu bahawa kalimah sahadat itu adalah pada menyatakan perihal
diri ruhani dan jasmani kita.Kalimah ini adalah tersangat penting didalam
penghidupan kita untuk menuju kepada Allah Subhanahu wataala.

Oleh itu janganlah dipisahkan manusia samasekali dua kalimah sahadat


didalam kehidupan kita,jika ingin menjadi manusia yang diredhai di dunia
dan diakhirat dan jangan sekali2 kita mati tampa kalimah sahadat.

‫الاله األهللا محمد رسول هللا‬


‫لاالهالااللهمحمدرسولالله‬

(  24 huruf)

(bagi mengisyaratkan kehidupan/penghidupan manusia 24 jam sehari


semalam.)
Ahli Makrifat itu tidak mempunyai makrifat jika ia tidak mengenal Allah
dari segala sudut dan dari segala arah mana saja ia menghadap. Ahli
Hakikat hanya ada satu arah iaitu ke arah Yang Hakiki itu sendiri.
"Ke mana saja kamu memandang, di situ ada Wajah Allah" (Al-Qur-an)
"Ke mana saja kamu memandang", sama ada dengan deria atau akal
atau khayalan, maka di situ ada Wajah Allah". Oleh itu dalam tiap-tiap ain
[di mana] ada ain (Zat Ilahi) dan semuanya adalah "La ilaha illalLah"
(TIADA NYATA HANYA ALLAH).

Dalam "La ilaha illalLah" semua wujud ada terkandung, iaitu Wujud
Semesta Raya dan Wujud secara khusus; atau Wujud atau apa yang
dianggap Wujud; atau wujud Hakiki dan Wujud makhluk.
Wujud makhluk tertakluk kepada kepada "La ilaha" yang bererti bahawa
segala-galanya kecuali Allah adalah kosong(batil), iaitu dinafikan bukan
diisbatkan. Wujud Hakiki termasuk dalam "illaLlah". Oleh itu semua
kejahatan tertakluk di bawah "La ilaha" dan semua yang dipuji tertakluk
di bawah "illaLlah".

Semua wujud terkandung dalam mengisbatkan Keesaan (La ilaha illaLlah)


dan anda mesti memasukkkannya juga dalam menamakan hamba yang
paling mulia (dalam mengatakan Muhammadun RasuluLlah).

"Muhammadun RasuluLlah" ini mengandungi tiga alam.


Muhammad itu menunjukkan Alam Nyata(Alam Nasut); iaitu alam yang
boleh dipandang dengan deria(senses).

Rasul itu menunjukkan Alam Perintah(Alam Malakut); iaitu Alam batin


berkenaan rahsia-rahsia tanggapan yang mujarad; dan ini terletak antara
yang muhaddas dengan Yang Qadim.

Nama Ilahi(Allah) itu menunjukkan Alam Pertuanan(Alam Jabarut).


Lautan darinya terpancar pengertian dan tanggapan.

"Rasul" itu sebenarnya pengantara yang muhaddas dengan Yang Qadim;


kerana tanpa dia tidak akan ada wujud, kerana jika yang muhaddas
bertemu dengan yang Qadim, maka binasalah yang muhaddas dan
tinggallah Yang Qadim.

Apabila Rasul diletakkan pada tempatnya yang wajar pada kedua itu,
maka barulah alam ini diperintahkan, kerana pada zhohirnya ia adalah
hanyalah seketul tanah liat, tetapi batinnya ia adalah khalifah Allah.
Pendeknya, maksud mengisbatkan Tauhid itu tidaklah sempurna dan
tidaklah meliputi tanpa diisbatkan Keesaan atau Tauhid Zat, Sifat dan
Lakuan. Pengisbatan itu difahami dari "Muhammadun RasuluLlah".

Apabila seorang ahli Makrifat berkata "La-ilaha illaLlah" maka ia ketahui


pada hakikatnya bukan hanya pada majazi sahaja, iaitu tidak ada jalan
lain melainkan Allah. Oleh itu wahai saudaraku, janganlah hanya
mengucapkan dengan mulut saja syahadah yang mulia ini, kerana dengan
itu mulut sajalah yang akan mendapat manfaatnya. Dan ini bukanlah
matlamat yang hendak dituju. Yang pentingnya ialah Mengenal Allah
sebagaimana Ia sebenarnya.

"Allah itu dahulu seperti Ia sekarang jua tanpa sekutu, dan Ia sekarang
seperti Ia dahulu jua".

Fahamilah ini, dan anda tidak akan dibebankan lagi dengan penafian, dan
tidak ada yang tinggal bagi anda lagi melainkan pengisbatan agar apabila
anda berkata anda akan berkata; "Allah, Allah, Allah". Tetapi kini hati
anda dibebankan dan pandangannya lemah. Semenjak anda dijadikan
anda hanya berkata; La-ilaha........ tetapi bilakah penafian itu akan
berkesan?. Bahkan ia tidak berkesan kerana penafian itu hanya dengan
lidah sahaja. Jika anda nafikan dengan Akal iaitu dengan Hati anda dan
rahsia anda yang paling dalam, maka seluruh alam ini akan lenyap dari
pandangan anda dan anda akan lihat Allah sendiri, bukannya diri anda
sendiri dan juga makhluk-makhluk lain. Kaum Sufi menafikan wujud yang
lain kecuali Allah. Maka mereka mencapai kedamaian dan kerehatan dan
terus memasuki KalamNya. Mereka tidak akan keluar lagi. Tetapi penafian
anda tidak ada langsung hujungnya............

Ghairullah(selain Allah) tidak akan lenyap dengan hanya mengatakan


"tidak" dengan lidah sahaja; dan belum sempurna juga lagi dengan mata
keimanan dan keyakinan, tetapi akan lenyap dengan pandangan secara
langsung dan berhadapan muka.

"Sesungguhnya Allah itulah matlamat anda yang terakhir" (Al-Qur'an).


Dialah sumber segala-galanya. Maka anda tidak perlu lagi nafi dan tidak
perlu isbat. Ini adalah kerana Yang Wajib itu telah memangnya isbat
walaupun belum anda isbatkan, dan yang ghairullah itu sememangnya
nafi walaupun sebelum anda nafikan.

Tidakkah anda ingin menemui guru yang dapat mengajar anda


bagaimana menafikan ghairullah dan membawa anda kepada kedamaian
di mana anda dapati tidak ada yang lain kecuali Allah?. Maka barulah
anda hidup dengan Allah dan dapat menjadi penghuni "Dalam tempat
tinggal orang-orang yang ikhlas di Majlis Tuhan Yang Maha Agung", dan
ini adalah semuanya hasil daripada ingat anda dan makrifat anda bahawa
"Tiada Tuhan selain Allah".

Anda tahu kata-kata Syahadah itu sahaja dan yang paling dalam yang
anda tahu ialah berkata; "Tidak ada yang patut disembah melainkan
Allah". Ini adalah pengetahuan orang-orang awam(biasa) tetapi apakah
kaitannya dengan pengetahuan atau ilmu orang-orang Sufi?.

Pengetahuan anda yang sekarang itulah yang menghalang anda


memahami pengetahuan orang-orang pilihan(Sufi). Masihkan anda
menafikan pengetahuan yang didapati dari bimbingan guru menuju
Hakikat, padahal mereka yang dipimpin itu memandang tidak yang wujud
kecuali Allah? Mereka bukan sahaja mengenal Allah dengan Iman dan
keyakinan saja, tetapi mereka memandang dengan cara pandangan yang
terus tanpa halangan. Omong kosong tidak sama dengan melihat,
bertemu muka.

HAKIKAT SOLAT & RAHSIA MA'ARIFAT


Di sini penulis persembahkan pula bicara berkenaan Rahsia Ma’rifat.
Sebahagian daripada ilmu “petunjuk” daripada Allah Ta'ala kepada
hambanya yang terpilih. Pegangilah dan hayatilah ianya di dalam setiap
amalan. Sebagai panduan dan persediaan menghadapi-Nya. Insya-
Allah….
Adapun Rahsia Ma’rifat itu adalah rahsia bagi diri, tiada siapa pun boleh
menghuraikan di atas rahsia diri masing-masing melainkan orang-orang
ahli Sufi dan Wali sahaja yang boleh menghuraikan.

Seperti kata Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani r.a. sesudah beliau menunaikan
solat sunnat hajat, lalu ia berkata :
“Ya Tuhanku! Di manakah maqam yang yang lima itu di dalam diri
hamba? Iaitu yang pertama Subuh, kedua Dzohor, ketiga ‘Asar, keempat
Maghrib dan kelima Isya'.”

Maka tatkala itu bergerak-geraklah seluruh anggotanya maka


diketahuilah beliau tentang kedudukan maqam yang lima itu. Maka
berzikirlah ia tiada berhenti-henti daripada satu waktu kepada satu
waktu.
1. Pada waktu Subuh maka bergerak-geraklah perumahan hatinya maka
berkatalah ia, “Ya Tuhanku! Telah nyatalah hamba bahawasanya Subuh
itu bermaqam di hati hamba.” Maka berzikirlah ia tiada berhenti-henti
sampailah pada waktu Dzohor.

2. Apabila sampai pada waktu Dzohor, maka berdenyut lagi hatinya.


Tatkala itu terasalah ia suatu benda yang pahit mengalir di batang
lehernya. Maka berkatalah ia, “Ya Tuhanku! Telah nyatalah aku
bahawasanya waktu Dzohor itu bermaqamnya pada hempedu ku.” Maka
berzikirlah ia tiada berhenti-henti sampailah ia pada waktu ‘Asar.

3. Apabila sampai pada waktu ‘Asar maka bergeraklah berhampiran


dadanya sebelah kiri. Maka katanya lagi, “Ya Allah! Ya Tuhanku!
Ketahuilah hamba bahawasanya waktu ‘Asar itu bermaqamnya pada
paru-paru hamba.” Maka berzikirlah lagi ia sampailah pada waktu Maghrib
tiada ia berhenti-henti.

4. Setelah sampai pada waktu Maghrib berdenyut-denyutlah di dalam


dadanya. Setelah diperhatikan denyutan itu, maka ia berkata lagi, “Ya
Allah! Ya Tuhanku! Telah nyatalah hamba bahawasanya waktu Maghrib
itu bermaqam pada jantung hamba.” Maka berzikirlah ia daripada Maghrib
sampailah ia pada waktu Isya’.

5. Setelah sampai pada waktu Isya’, maka berdenyut-denyutlah dadanya


di sebelah kanan. Tatkala itu maka nyatalah ia waktu Isya’ itu pada
limpanya. Maka bersyukurlah ia ke Hadhrat Allah Ta’ala. Katanya, “Ya
Allah! Ya Tuhanku! Dengan kerana Mu aku mengetahui akan segala-
galanya.” Maka berzikirlah ia tiada berhenti-henti sehingga sampai pada
waktu Subuh. Maka kedengaranlah pada telinganya, “Ya Abdul Qadir! Di
dalam lima waktu itu bahawasanya terhimpun ia di dalam waktu Subuh.”

Maka telah nyata kedudukan maqam lima waktu itu pada diri kita oleh itu
tiada boleh dinafikan tiap-tiap sesuatu itu. Bukannya kehendak ilmu yang
luas tiada suatu pun yang boleh mengisbatkan kepada kita. Hanya pada
diri kita sahaja yang boleh menandakan suatu itu di alam ini.

Maka berkata seorang ahli Sufi (Syeikh Kiryani r.a.) kepada sahabat-
sahabatnya bahawasanya, “Hamba dapat mengetahui akan maqam yang
lima ini adalah wujudnya pada lima haqiqat. Yang dinamai ia pada tiap-
tiap waktu ini.”

1. Waktu Subuh menyatakan wujudnya Allah.


2. Waktu Dzohor menyatakan wujudnya Af'al Allah.
3. Waktu ‘Asar menyatakan wujudnya Qauli.
4. Waktu Maghrib menyatakan wujudnya Insani.
5. Waktu Isya’ menyatakan wujudnya Rasuli.

Maka berkata sahabat-sahabatnya kepada Syeikh Kiryani r.a., “Ya tuan


hamba! Bolehkah tuan hamba terangkan lagi bagaimana cerita lagi di
atas maqam yang lima itu? Kerana tidak sekali-kali hamba memahami
dengan kata-kata tuan hamba itu!”

Maka berkatalah Syeikh Kiryani r.a. kepada sahabatnya, “Ya sahabat ku!
Tiliklah keadaan diri mu senyata dahulu agar kamu dapat ketahui akan
maqam yang lima itu.”

Adapun tatkala asalnya maqam yang lima waktu itu adalah diambil
daripada cerita baginda Saiyidina Ali Karamallahu wajhahu. Tertulis di
dalam kitabnya yang bernama “Darul ulum addeen”. Bahawasanya
datang seorang hamba Allah mengadap baginda Saiyidina Ali Karamallahu
wajhahu dengan berkata, “Ya Khalifah Amirul Mu’minin! Kenapakah waktu
subuh itu tidak disamakan lima rakaat tiap-tiap waktu? Mengapakah
waktu Subuh dua rakaat sahaja dan Maghrib tiga rakaat, sedangkan
waktu lainnya empat rakaat?”

Maka jawab oleh baginda Saiyidina Ali Karamallahu wajhahu, “Ya tuan
hamba Sa’idah! Sebab-sebabnya waktu itu tidak sama akan rakaatnya,
kerana mengikut kejadian alam ini. Tiada ia dijadikan oleh Tuhan dengan
serentak. Melainkan dengan berperingkat-peringkat.”

Seperti sabda Rasulullah s.a.w. kepada ku, mafhumnya :


“Ya Ali! Ketahuilah oleh mu bahawasanya tatkala asal waktu itu,
diibaratkan tatkala embun tunggal setitik gugur ke bumi menandakan
adanya satu waktu dua rakaat yakni Subuh. Maka tatkala asal manusia
pun daripada satu yakni Adam. Inilah sebabnya Subuh itu dua rakaat.
Menyatakan ia rakaat pertama itu kalimah Tauhid, yang kedua kalimah
Rasul. Kalimah Tauhid itu asal daripada ibu sekalian amalan dan kalimah
Tauhid juga asal daripada bapa, yakni bapa sekalian ilmu Laduni.”

“Inilah sabda Rasulullah s.a.w. kepada ku”! Maka bertanya lagi hamba
Allah itu kepada baginda Saiyidina Ali Karamallahu wajhahu, “Ya tuan
hamba Amirul Mu’minin! Apakah terkandungnya di dalam kalimah Tauhid
dan kalimah Rasul?” Maka jawab baginda Saiyidina Ali Karamallahu
wajhahu, “Ya Sa’idah! Adapun kalimah Tauhid itu nyata ia adanya Nur
Muhammad iaitu Dzat Wajibal Wujud Kholiqul’alam.”

“Maka inilah sabda Rasulullah s.a.w. kepada ku!” Maka bertanya lagi
Sa’idah, “Ya Amirul Mu’minin! Bagaimana pula dengan waktu-waktu yang
lain itu?” Maka berkatalah baginda Saiyidina Ali Karamallahu wajhahu, “Ya
Sa’idah! Adapun waktu-waktu yang lain itu mengikut cerita Rasulullah
s.a.w. kepada ku adalah seperti berikut ini :

Waktu Dzohor 4 rakaat :

1. Rakaat pertama menandakan wujudnya Dzat Allah.


2. Rakaat kedua menandakan wujudnya Sifat Allah.
3. Rakaat ketiga menandakan wujudnya Asma’ Allah.
4. Rakaat yang keempat menandakan wujudnya Af'al Allah.

Waktu ‘Asar 4 rakaat, menyatakan kepada 4 alam :


1. Rakaat pertama menyatakan kedudukan di Alam Roh.
2. Rakaat kedua menyatakan kedudukan di Alam Mithal.
3. Rakaat ketiga menyatakan kedudukan di Alam Ajsam.
4. Rakaat keempat menyatakan kedudukan di Alam Insan.

Waktu Maghrib 3 rakaat, menyatakan kepada 3 diri :


1. Rakaat pertama menyatakan hal keadaan Diri Azali.
2. Rakaat kedua menyatakan hal keadaan Diri Terperi.
3. Rakaat ketiga menyatakan hal keadaan diri terdiri.

Waktu Isya’ 4 rakaat, menandakan 4 nama bagi diri yang batin :


1. Rakaat pertama menyatakan bersifat Wujud, mengesakan Dzat Allah.
2. Rakaat kedua menyatakan bersifat Ilmu, mengetahui akan Sifat Allah.
3. Rakaat ketiga menyatakan bersifat Nur, menyatakan ia akan
Asma’Allah.
4. Rakaat keempat menyatakan bersifat Syuhud, ma’rifat akan Af'al Allah.

Maka inilah yang dinamakan Rahsia Ma’rifat. Maka bertanya lagi hamba
Allah itu kepada Baginda Saiyidina Ali Karamallahu wajhahu, “Ya Amirul
Mu’minin! Sekiranya jikalau hamba beramal dengan tiada ketahui jalan
ini, apa hukumnya?”

Maka jawab Saiyidina Ali Karamallahu wajhahu, “Ya Sa’idah! Siapa yang
mengerjakan amalan dengan tiada mengetahui akan amalan itu adalah
syirik semata-mata. Dan mereka ini dijatuhkan di dalam golongan orang
yang fasiq. Walau bagaimana ‘alim sekalipun, fasiq jua hukumnya.
Tiadalah ia berbau akan Syurga idaman.”

Rujuklah mereka yang arif billah...


Kejauhan itu lupa hati.
Kedekatan itu ingat hati.
Kejauhan itu hijab (tertutup).
Kedekatan itu kasyaf (terbuka).
Hijab itu gelap, Kasyaf itu Nur.
Gelap itu jahil, Nur itu Ma'rifat.

Rasulullah SAW bersabda: "Firman Allah Ta'ala, aku ini sebagaimana yang
disangka oleh hambaku, Aku bersama dia apabila ia ingat kepadaKu,
apabila ia mengingatKu dalam dirinya, Akupun ingat padanya dalam
diriKu, dan apabila ia mengingatKu dalam ruang yang luas, aku pun ingat
padanya dalam ruang yang lebih baik." (Hadis Qudtsi diriwayatkan oleh
Bukhari).
"Guru Sufi berkata: "Hatimu sekarang bersama Tuhanmu dan Tuhanmu
bersama engkau, tidak jauh dari engkau, Ia mendekatkan engkau
kepadaNya, dan mengenalkan engkau denganNya.".

HAKIKAT SHALAT
Adapun kemudian daripada itu, yakni daripada memuji Allah dan
mengucapkan shalawat kepada Rasulullah SAW, maka inilah suatu kitab
yang sudah dipindahkan dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia, supaya
mudah bagi orang yang baru belajar menginginkan Allah. Bahwasanya
diceritakan dari Abdullah Bin Umar r.a, katanya adalah kamu berduduk
pada suatu orang kelak ke hadapan Rasulullah SAW, minta belajar ilmu
Jibril a.s, daripada ilmu yang sempurna dunia dan akhirat, yaitu
membiasakan dari hakikat didalam shalat lima waktu yaitu wajib bagi kita
untuk mengetahuinya.

Yang harus mereka ketahui pertama kali hakikat shalat ini supaya
sempurna kamu menyembah Allah, bermula hakikatnya didalam shalat itu
atas 4 (empat) perkara :
1. BERDIRI (IHRAM).
2. RUKU’ (MUNAJAH).
3. SUJUD (MI’RAJ).
4. DUDUK (TABDIL).

Adapun hakikatnya :
1. BERDIRI ( IHRAM) itu karena huruf ALIF asalnya dari API, bukan api
pelita dan bukan pula api bara.
Adapun artinya API itu bersifat JALALULLAH, yang artinya sifat
KEBESARAN ALLAH TA’ALA, yang terdiri atas 2 (dua) perkara :
• KUAT.
• LEMAH.

Yang merupakan kudrat dan iradat-Nya juga, karena hamba itu tidak
mempunyai KUAT dan LEMAH karena hamba itu di-KUAT-kan dan di-
LEMAH-kan oleh ALLAH, bukannya kudrat dan iradat Allah itu lemah.

Adapun kepada hakikatnya yang sifat lemah itu shalat pada sifat kita
yang baharu ini.
Adapun yang dihilangkan tatkala BERDIRI itu adalah pada segala AP’AL
(perbuatan) hamba yang baharu.

2. RUKU’ (MUNAJAH)
itu karena huruf LAM Awal, asalnya dari ANGIN, bukannya angin barat
dan bukan pula angin timur. Adapun artinya ANGIN itu bersifat
JAMALULLAH yang artinya sifat KEELOKAN ALLAH TA’ALA, yang terdiri
atas 2 (dua) perkara :
• TUA.
• MUDA.

Yang merupakan kudrat dan iradat-Nya juga. Adapun hamba itu tidak
mempunyai TUA dan MUDA. Adapun yang dihilangkan tatkala RUKU’ itu
adalah pada segala ASMA (nama) hamba yang baharu.

3. SUJUD (MI’RAJ)
itu karena huruf LAM Akhir, asalnya dari AIR, bukannya air laut dan
bukan pula air sungai. 

Adapun artinya AIR itu bersifat QAHAR ALLAH yang artinya sifat
KEKERASAN ALLAH TA’ALA, yang terdiri atas 2 (dua) perkara:
• HIDUP.
• MATI.

Yang merupakan kudrat dan iradat-Nya juga. Adapun hamba itu tidak pun
mempunyai HIDUP dan MATI. Adapun yang dihilangkan tatkala SUJUD itu
adalah pada segala NYAWA (sifat) hamba yang baharu.

4. DUDUK (TABDIL)
itu karena huruf HA, asalnya dari TANAH, bukannya pasir dan bukan pula
tanah lumpur. Adapun artinya TANAH itu bersifat KAMALULLAH yang
artinya sifat KESEMPURNAAN ALLAH TA’ALA, yang terdiri atas 2 (dua)
perkara :
• ADA.
• TIADA.

Yang merupakan kudrat dan iradat-Nya juga. Adapun hamba itu tidak
ADA dan TIADA. Adapun yang dihilangkan tatkala DUDUK itu adalah pada
segala WUJUD/ZAT hamba yang baharu, karena hamba itu wujudnya
ADAM yang artinya hamba tiada mempunyai wujud apapun karena hamba
itu diadakan/maujud, hidupnya hamba itu di-hidupkan, matinya hamba
itu di-matikan dan kuatnya hamba itu di-kuatkan.

Itulah hakikatnya shalat. Barangsiapa shalat tidak tahu akan hakikat yang
empat tersebut diatas, shalatnya hukumnya KAFIR JIN dan NASRANI,
artinya KAFIR KEPADA ALLAH, ISLAM KEPADA MANUSIA, yang berarti
KAFIR BATHIN, ISLAM ZHAHIR, hidup separuh HEWAN, bukannya hewan
kerbau atau sapi. Tuntutan mereka berbicara ini wajib atas kamu. Jangan
shalat itu menyembah berhala !!!.

INILAH FASAL Masalah yang menyatakan sempurnanya orang


TAKBIRATUL IHRAM, iaitu hendaklah tahu akan MAQARINAHNYA.

Bermula MAQARINAH shalat itu terdiri atas 4 (empat) perkara :


1. BERDIRI (IHRAM).
2. RUKU’ (MUNAJAH).
3. SUJUD (MI’RAJ).
4. DUDUK (TABDIL).

Adapun hakikatnya :
Adapun hakikatnya BERDIRI (IHRAM) itu adalah TERCENGANG, artinya :
tiada akan tahu dirinya lagi, lupa jika sedang menghadap Allah Ta’ala,
siapa yang menyembah?, dan siapa yang disembah?.

Adapun hakikatnya RUKU’ (MUNAJAH) itu adalah BERKATA-KATA, artinya:


karena didalam TAKBIRATUL IHRAM itu tiada akan menyebut dirinya
(asma/namanya), yaitu berkata hamba itu dengan Allah. Separuh bacaan
yang dibaca didalam shalat itu adalah KALAMULLAH.

Adapun hakikatnya SUJUD (MI’RAJ) itu adalah TIADA INGAT YANG LAIN
TATKALA SHALAT MELAINKAN ALLAH SEMATA.q

Adapun hakikatnya DUDUK (TABDIL) itu adalah SUDAH BERGANTI


WUJUD HAMBA DENGAN TUHANNYA.

Sah dan maqarinahnya shalat itu terdiri atas 3 (tiga) perkara :


1. QASHAD.
2. TA’ARADH.
3. TA’IN.

Adapun QASHAD itu adalah menyegerakan akan berbuat shalat, barang


yang dishalatkan itu fardhu itu sunnah.
Adapun artinya TA’ARRADH itu adalah menentukan pada fardhunya
empat, tiga atau dua.

Adapun TA’IN itu adalah menyatakan pada waktunya, zhuhur, ashar,


maghrib, isya atau subuh.

INILAH FASAL Masalah yang menyatakan sempurnanya didalam


shalat :
Adapun sempurnanya BERDIRI (IHRAM) itu hakikatnya :
Nyata kepada AF’AL Allah.
Hurufnya ALIF.
Alamnya NASUWAT.
Tempatnya TUBUH, karena tubuh itu kenyataan SYARIAT.

Adapun sempurnanya RUKU’ (MUNAJAH) itu hakikatnya :q


Nyata kepada ASMA Allah.
Hurufnya LAM Awal.
Alamnya MALAKUT.
Tempatnya HATI, karena hati itu kenyataan THARIQAT.
 Adapun sempurnanya SUJUD (MI’RAJ) itu hakikatnya :q
Nyata kepada SIFAT Allah.
Hurufnya LAM Akhir.
Alamnya JABARUT.
Tempatnya NYAWA, karena Nyawa itu kenyataan HAKIKAT.

Adapun sempurnanya DUDUK (TABDIL) itu hakikatnya :q


Nyata kepada ZAT Allah.
Hurufnya HA.
Alamnya LAHUT.
Tempatnya ROHANI, karena ROHANI itu kenyataan MA’RIFAT.

Adapun BERDIRI (IHRAM) itu kepada SYARIAT Allah.q


Hurufnya DAL.
Nyatanya kepada KAKI kita.

Adapun RUKU’ (MUNAJAH) itu kepada THARIQAT Allah.q


Hurufnya MIM.
Nyatanya kepada PUSAT (PUSER) kita.

Adapun SUJUD (MI’RAJ) itu kepada HAKIKAT Allah.q


Hurufnya HA.
Nyatanya kepada DADA kita.

Adapun DUDUK (TABDIL) itu kepada MA’RIFAT Allah.q


Hurufnya MIM Awal.
Nyata kepada KEPALA (ARASY) kita.
Jadi Orang Shalat membentuk huruf AHMAD / MUHAMMAD.

INILAH FASAL Asal TUBUH kita (jasmaniah) kita dijadikan oleh


Allah Ta’ala atas 4 (empat) perkara :
1. API.
2. ANGIN.
3. AIR.
4. TANAH.

Adapun NYAWA kita dijadikan Allah Ta’ala atas 4 (empat) perkara:

1. WUJUD.
2. NUR ILMU.
3. NUR.
4. SUHUD.

Adapun MARTABAT Tuhan itu ada 3 (tiga) perkara :


1. AHADIYYAH.
2. WAHDAH.
3. WAHIDIYYAH.

Adapun TUBUH kita dijadikan Allah Ta’ala atas 4 (empat) perkara :


1. WADIY.
2. MADIY.
3. MANIY.
4. MANIKEM.

INILAH PASAL

Masalah yang menyatakan jalan kepada Allah Ta’ala atas 4 (empat)


perkara :
1. SYARIAT. = AF’AL. = BATANG TUBUH.
2. THARIQAT. = ASMA. = HATI. DIRI
3. HAKIKAT. = SIFAT. = NYAWA. KITA
4. MA’RIFAT. = RAHASIA. = SIR.

Adapun hakikatnya :
SYARIAT itu adalah KELAKUAN TUBUH.ü
THARIQAT itu adalah KELAKUAN HATI.ü
HAKIKAT itu adalah KELAKUAN NYAWA.ü
MA’RIFAT itu adalah KELAKUAN ROHANI.ü

Adapun yang tersebut diatas itu nyata atas penghulu kita Nabi
MUHAMMAD. Karena lafadz MUHAMMAD itu 4 (empat) hurufnya yaitu :
1. MIM Awal.
2. HA.
3. MIM Akhir.
4. DAL.

Adapun huruf MIM Awal itu ibarat KEPALA.


Adapun huruf HA itu ibarat DADA.
Adapun huruf MIM Akhir itu ibarat PUSAT (PUSER).
Adapun huruf DAL itu ibarat KAKI.
Adapun huruf MIM Awal itu MAQAM-nya kepada alam LAHUT.
Adapun huruf HA itu MAQAM-nya kepada alam JABARUT.
Adapun huruf MIM Akhir itu MAQAM-nya kepada alam MALAKUT.
Adapun huruf DAL itu MAQAM-nya kepada alam NASUWAT.

Sah dan lagi lafadz ALLAH terdiri dari 4 (empat) huruf :


1. ALIF.
2. LAM Awal.
3. LAM Akhir.
4. HA.
~ Adapun huruf ALIF itu nyatanya kepada AP’AL Allah.
~ Adapun huruf LAM Awal itu nyatanya kepada ASMA Allah.
~ Adapun huruf LAM Akhir itu nyatanya kepada SIFAT Allah.
~ Adapun huruf HA itu nyatanya kepada ZAT Allah.
~ Adapun AP’AL itu nyata kepada TUBUH kita.
~ Adapun ASMA itu nyata kepada HATI kita.
~ Adapun SIFAT itu nyata kepada NYAWA kita.
~ Adapun ZAT itu nyata kepada ROHANI kita.

INILAH FASAL  Masalah yang menyatakan ALAM. Adapun ALAM itu


atas 2 (dua) perkara :
1. ALAM KABIR (ALAM BESAR/ALAM NYATA).
2. ALAM SYAQIR (ALAM KECIL/ALAM DIRI KITA).

Adapun ALAM KABIR itu adalah alam yang NYATA INI.


Adapun ALAM SYAQIR itu adalah alam DIRI KITA INI.
ALAM KABIR (ALAM BESAR) itu sudah terkandung didalam ALAM SYAQIR
karena ALAM SYAQIR itu bersamaan tiada kurang dan tiada lebih,
lengkap dengan segala isinya bumi dan langit, arasy dan kursy, syurga,
neraka, lauhun (tinta) dan qolam (pena), matahari, bulan dan bintang.

Adapun BUMI / JASMANI didalam tubuh kita itu terdiri atas 7 (tujuh) lapis
yaitu :
1. BULU.
2. KULIT.
3. DAGING.
4. URAT.
5. DARAH.
6. TULANG.
7. LEMAK (SUM-SUM).

Adapun LANGIT / ROHANI (OTAK/ARASY) didalam tubuh kita itu terdiri


atas 7 (tujuh) lapis pula :
1. DIMAK (LAPISAN BERPIKIR/RUH NABATI).
2. MANIK (LAPISAN PANDANGAN/RUH HEWANI).
3. NAFSU (RUH JASMANI).
4. BUDI (RUH NAFASANI).
5. SUKMA (RUH ROHANI).
6. RASA (RUH NURANI).
7. RAHASIA (RUH IDHAFI).

Adapun MATAHARI didalam tubuh kita yaitu NYAWA kita.


Adapun BULAN didalam tubuh kita yaitu AKAL kita.
Adapun BINTANG didalam tubuh kita yaitu ILMU kita (ada yang banyak
dan ada pula yang sedikit).

Adapun SYURGA didalam tubuh kita yaitu AMAL SHALEH kita.


Adapun NERAKA didalam tubuh kita yaitu DOSA-DOSA kita.
Adapun LAUT didalam tubuh kita ada 2 (dua) yaitu :
1. LAUT ASIN.
2. LAUT TAWAR.
Adapun LAUT ASIN didalam tubuh kita yaitu AIR MATA kita.
Adapun LAUT TAWAR didalam tubuh kita yaitu AIR LUDAH kita.

Adapun MAHLIGAI didalam tubuh kita ada 7 (tujuh) pula yaitu :


1. DADA.
2. QALBUN.
3. BUDI.
4. JINEM.
5. NYAWA.
6. RASA.
7. RAHASIA.

Didalam DADA itu QALBUN dan didalam QALBUN itu BUDI dan didalam
BUDI itu JINEM dan didalam JINEM itu NYAWA dan didalam NYAWA itu
RASA dan didalam RASA itu RAHASIA (SIR).

BAB “ SHOLAT “
 Dalam agam Islam tidak dikenal istilah sembahyang.Yang ada ialah
Sholat.Kata sholat ini kita temukan dalam kitab Suci AL QUR’AN dengan
kata sholat/sholati.Sedangkan kata sholat menurut ilmu nahu terjamahan
kedalam bahas Indonesia ialah Sholeh.Sholat Agama Islam ialah berkiblat
ke Baitullah,Berkiblat disini yang tersirat disini ialah Menghadap ke
Baitullah bukannya yang ada bengunannya dinegara Arab,melainkan
Baitullah yang ada pada diri manusia .Yang letaknya diatas perut,diujung
jantung ( QOLBU ).

Bila masjid terdapat bedug yang dahulunya dibuat dari kulit sapi
betina,itu mengikuti bedug yang ada di Baitullah (qolbu )kita.Itu pula
sebabnya maka orang jawa mengatakan kulit itu dengan kata
kalep.Berasal dari kata QOLB (qolbu )

Mengapa masjid dinamakan Masjidil Haram?sehingga ada pertanyaan


mengapa kalau haram dimasuki bukan dijauhi?

Riwayatnya : Para sahabat Nabi Muhammad SAW,sangat kasihan bila


melihat Nabi Besholat dengan kepanasan .

Oleh sebab itu lalu dibuatkan sebuah bangunan.


Ketika hendak sholat,para sahabat lalu mempersilahkan untuk
mempergunakan bangunan itu,sekalian diberi nama.

Setelah melakukan sholat dibangunan hasil karya para sahabat


itu,Rosulullah lalu memberinya nama : Masjidil Haram.Maksudnya agar
umat Islam tidak mengutamakan atau menilai bahwa dengan bersholat
dibangunan semacam itu,pasti sholatnya diterima aleh ALLAH.Tetapi
maksud ini tidak dapat dibaca oleh para sahabat.Dan para sahabatpun
tidak ada yang menanyakan mengapa Rosulullah menamakannya Masjidil
Haram.

Itulah sebabnya maka setiap bangunan yang dipergunakan untuk sholat


umat Islam lalu meniru bentuk Masjidil Haram yang dibangun oleh para
sahabat Nabi.Sudah barang tentu bangunan yang sekarang ini sudah
beberapa kali mengalami perbaikan.Baik dalam bentuk maupun
bahannya.
Dalam AL QUR’AN ada perintah ALLAH bahwa umat Islam bila
melaksanakan sholat yang fardhu wajib melakukannya di BAITULLAH
( rumah ALLAH ).Dan dalam sebuah sabda Rosulullah dalam Hadist
mengatakan :

“SESUNGGUHNYA SEAMPUH-AMPUHNYA SHOLAT BILA DILAKUKAN


DENGAN TIDAK DIKETAHUI OLEH ORANG LAIN “

Kalau kita pikirkan selintas antara firman ALLAH dengan Hadist diatas
sangat berlawanan.Sebab sholat fardhu di BAITULLAH ( kalau diartikan
masjid ) tentunya dengan sholat berjamaah.Tetapi Hadist mengatakan
Sholat yang ampuh bilatidak diketahui oleh orang lain.Tidak diketahui
bukan berarti tidak dilihat,Bukan !

Dalam kebingungan ini maka sebagian orang Syari’at menuduh Hadist itu
adalah Dho’if ( palsu ).Padahal sebenarnya Hadist itu benar adanya.

Sesungguhnya Sholat Nabi Muhammad SAW itu sendiri terdiri dari 3


macam dan kita sebagian umat Islam juga wajib melakukannya.

1.Sholat Syari’at : Dilakukan 5 kali sehari dengan 17 Roka’at


2.Sholat Tauhid : Dilakukan 24 jam ( 5waktu )di BAITULLAH
3.Sholat Dha’im : dilakukan sewaktu-waktu bila diperlukan untuk
berhubungan langsung dengan Sang Pencipta ( ALLAHU AKBAR ).

1.SHOLAT SYARI’AT
Sholat ini sesungguhnya biasa dilakukan oleh mereka dari golongan
Syari’at.Mereka Melakukan 5 kali sehari semalam.iaitu waktu SUBUH,
DHUHUR,AS’HAR, MAGRIB, ISYA.

Yang tersirat dari perintah ALLAH disini ialah :


1.Sholat Subuh:
2 rokaat, dan dapat dilakukan secara berjamaah.
Sholat ini memperingati saat kita dilahirkan kea lam fana ini.Kita lahir
terdiri dari 2 bagian : lahir dan batin.Lagi pula kita lahir tidak
sendirian.Disaksikan oleh Bidan/Dokter/Dukun bayi,Bapak,Ibu.itu
sebabnya maka sholat subuh ini biasa dilakukan secara berjamaah

2.Sholat Dhuhur :4 rokaat.Tujuannya ialah untuk mencari nafkah (Lahir


maupun Batin)
Dalam mencari nafkah,maka memerlukan ke 4 hawa nafsu :nafsu
amarah,luamah supiyah,mutmainah
Bisa dilakukan berjamaah bila sholat Jum’at : dilakukan hanya 2
roka’at,karena yang 2 roka’at pertama sudah dipergunakan untuk
khotbah.
Dan khotbah itu wajib diikuti,karena merupakan rejeki batin
( Santapan rokhani )

3.Sholat as’har : 4 Roka’at .Tujuannya untuk berbuat amal.


Dalam berbuat amal lahir dan amal batin,maka dipergunakan
jasad,nyawa,rokh,dan rokhani

4.Sholat maghrib : 3 roka’at.Tujuannya untuk mati.Tiga roka’at karena


orang mati itu melepaskan :Dzad,Nur dan Sir

5.Sholat Isya :4 roka’at.


Karena Tujuannya untuk hijrah ( pindah dari Alam Fana ke Alam
Akherat), maka jasad harus membawa roh jasmani/hewani,roh
nabati,dan roh rewani

-nyawa harus membawa Roh Rahmani dan Roh Nurani


-Roh harus membawa Roh Kudus
-Rokhani harus membawa Roh Rabbani dan Roh Burhani

2.SHOLAT TAUHID
Sholat Tauhid ini dipergunakan sebagai pengisi waktu luang antara ke 5
sholat sayari’at.Hal ini untuk memenuhi persyaratan

Firman Allah :
“ BARANG SIAPA SELALU INGAT KEPADAKU,MAKA AKU AKAN
SELALU INGAT KEPADANYA “ Maka para penganut ilmu MA’RIFAT
mengutamakan sholat Tauhid dari pada sholat Syari’at Padahal Sholat
syari’at itu jaga termasuk sholat Muhammad SAW.
Dan ada maksud dan tujuannya.
Dikarenakan kebanyakan mereka tidak mengerti maksud dan
tujuannya,maka sholat syari’at banyak ditinggalkan oleh orang Mari’fat.

Sholat Tauhid dilakukan dengan melakukan ( Dzikir Qolbu ).


Dengan Dzikir Qolbu Ini,maka senua nafsu diimami oleh Rosul/Nur
Muhammad dan juga semua Alif Mutakalimun Arif melakukan sholat di
Baitullah.Ini adalah sholat fardu yang dilakukan berjamaah di
Baitullah.Dan ini pula yang dimaksud dengan sholat paling ampuh yang
tidak diketahui oleh orang lain !
Keterangan :
Mula-mula mereka sholat di Baitul Muharam (Tenggorokan),lalu pindah ke
Baitul Muqadis (Puser) terus ke Baitul Ma’mur (kening), lalu pindah lagi
ke Baitul Muqadas (Kemaluan) dan akhirnya sholat di Baitullah (Ulu Hati).

Oleh karena adanya sholat ini, maka baik bayi lahir maupun orang mati
tidak pernah tepat jamnya. Kalau tidak lebih sekian detik atau menit,ya
kurang sekian detik atau menit. Yang hanya Sholat di Baitullah,Tidak
berpindah-pindah ialah ke4 nafsu yang diimami oleh Rosul/Nur
Muhammad.

3. SHOLAT DHA’IM
Sewaktu di Gua Rahim, semua umat manusia pernah melakukan sholat.
Dan sholatnya adalah Dha’im Mul Haq.
Oleh sebab itu tidak benar bahwa masih ada orang kafir hidup dialam
Fana ini.

Karena ketika lahir kita ini kehilangan HAQ,


maka lalu LAHAULA WALA QUWATA ILLA BILLAHIL ALIYIL’ADHIM ( Tiada
daya apa-apa kecuali ALLAH yang punya kuasa ),
tidak bias lagi KUNFAYAKUN.
Maka selama hidup ini kita ikhtiar untuk mandapatkan HAQ yang hilang
itu.
Agar kita dapat berbuat amal dengan sempurna.

HAQ ini adanya di Alam Akbar/LAUHUL MAHFUZ.


Sarananya sudah ada dan dalam diri kita.
Yaitu ditengah-tengah Tonsil.

============00000=========

HAKEKAT SAHADAT LAAILAHA ILALLAH

KEISTIMEWAAN KALIMAT SYAHADAT

Kalimat syahadat yang sering diucapkan oleh kaum muslimin dalam kesehariannya
memiliki kedudukan yang amat tinggi dan keutamaan yang istimewa di dalam
agama Islam. Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa kalimat syahadat
adalah pintu menuju Islam. Seorang non muslim tidak akan dikatakan muslim
hingga ia membaca kalimat syahadat. Selain itu, kalimat syahadat merupakan kunci
untuk menuju surga Allah ta’ala.

Maka di dalam salah satu sabdanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam


menjelaskan bahwa siapa yang akhir ucapannya adalah la ilaha illallah niscaya ia
akan masuk surga. Beliau juga bersabda:

ِ َّ‫ه الل‬
‫ه‬ َ ‫ج‬ َ ِ‫ي بِ َذل‬
ْ ‫ك َو‬ ُ َّ‫ه إِال َّ الل‬
ْ ‫ه يَ ْب َت ِغ‬ َ ‫ن َقا‬
َ َ‫ل ال َ إِل‬ َ ‫م عَ لَى ال َّنا ِر‬
ْ ‫م‬ َ ‫ه َق ْد‬
َ ‫ح َّر‬ َ َّ‫ َف ِإنَّ الل‬.
“Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka bagi orang yang berucap la ilaha
illallah dengannya ia mengharap wajah Allah.” (HR. Muslim)

Kalimat syahadat juga terkenal dengan ungkapan kalimat ikhlas atau kalimat tauhid
atau juga kalimat thayyibah. Sebab konsekuensi dari kalimat mulia ini bagi orang
yang melafalkannya ialah, ia harus meninggalkan segala macam peribadatan kepada
selain Allah dan wajib menujukan segala macam ibadah hanya kepada-Nya semata.

Atas dasar beberapa keutamaan ini, kita ketahui begitu perlu dan butuhnya kita
mendalami hakekat kalimat la ilaha illallah.

MAKNA KALIMAT LA ILAHA ILLALLAH

Mayoritas kaum muslimin mengartikan kalimat ini dengan ucapan “tiada Tuhan
selain Allah”. Namun pada nyatanya tuhan itu banyak, hanya saja semua tuhan yang
dijadikan sesembahan oleh kaum musyrikin adalah batil. Sedangkan Tuhan yang
Haq hanyalah satu; Tuhan saya, Tuhan anda, Tuhan kita semuanya, yaitu Allah
Tuhan semesta alam.

Allah ta’ala sendiri menyebutkan bahwa tuhan itu berbilang. Namun semuanya
adalah batil kecuali Dia semata. Firman-Nya:

‫ َذل َِك ِبأَنَّ هَّللا َ ه َُو ْال َح ُّق َوأَنَّ َما َي ْدع ُْو َن مِنْ د ُْو ِن ِه ه َُو ْالبَاطِ ُل َوأَنَّ هَّللا َ ه َُو ْال َعلِيُّ ْال َك ِب ْي ُر‬.

“Yang demikian itu, karena sesungguhnya Allah Dia-lah Tuhan yang Haq dan
sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah itulah yang batil, dan
sesungguhnya Allah Dia-lah yang Maha Tinggi lagi Maha besar.” (QS. al-Hajj: 62)

Maka itu tatkala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajak kaumnya untuk
meninggalkan tuhan-tuhan mereka yang batil dan mentauhidkan Allah semata
dengan serta merta mereka mengingkari dan berkata, sebagaimana yang
difirmankan Allah:

‫اب‬
ٌ ‫ج‬َ ‫ع‬
ُ ‫ي ٌء‬ َ َ‫ه َذا ل‬
ْ ‫ش‬ َ َّ‫حدًا إِن‬ َ ‫ل ْاآلَلِ َه‬
ِ ‫ة إِلَهًا َوا‬ َ ‫ع‬ َ َ‫أ‬.
َ ‫ج‬
“Mengapa ia (Muhammad) menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan yang satu saja?
Sesungguhnya Ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.” (QS. Shad:
5)

Adapun makna yang benar dari kalimat tauhid ini adalah “Tiada Tuhan yang Haq
kecuali Allah” atau “Tiada Tuhan yang berhak diibadahi kecuali Allah,” yang
mana dalam bahasa Arabnya berbunyi “Laa ma’buuda bihaqqin Illalllahu ”. (asy-
Syahadatan, Syaikh Abdullah Jibrin hal. 15)

Inilah makna yang benar yang menyatakan bahwa tiada Tuhan yang berhak untuk
dialamatkan kepada-Nya ibadah kecuali hanya Allah semata. Sebab hanya Allah-lah
satu-satunya Tuhan yang berhak untuk diibadahi, tiada sekutu bagi-Nya. Firman-
Nya:

ِ ‫ه إِال َّ أَنَا َفاعْ ُب ُد ْو‬


‫ن‬ ُ َّ‫ه أَن‬
َ َ‫ه ال َ إِل‬ ِ ‫ي إِلَ ْي‬ ِ ‫ل إِال َّ ُن ْو‬
ْ ‫ح‬ ٍ ‫س ْو‬
ُ ‫ن َر‬
ْ ‫م‬ َ ِ‫ن َق ْبل‬
ِ ‫ك‬ ْ ‫م‬ َ ‫ما أَ ْر‬
ِ ‫س ْل َنا‬ َ ‫ َو‬.
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami
wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan yang hak melainkan Aku,
maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku”. (QS. al-Anbiya`: 25)

Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Tuhan Yang Maha Menciptakan segala-galanya


itulah yang berhak untuk diibadahi.” ( al-Ushul ats-Tsalatsah, Syaikh Muhammad at-
Tamimi)

RUKUN KALIMAT LA ILAHA ILLALLAH

Ulama menjelaskan bahwa kalimat tauhid la ilaha illallah terdiri dari dua rukun:

Pertama: la ilaha, tiada tuhan yang haq, ini berarti menafikan atau meniadakan
segala bentuk tuhan yang ada di bumi dan di langit.

Kedua: illallah, kecuali Allah. Ini menetapkan bahwa satu-satunya Tuhan yang haq
yang berhak untuk diibadahi hanyalah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya.

Syaikh Muhammad at-Tamimi rahimahullah bertutur: “Arti (kalimat tauhid ini) ialah
tiada sesembahan yang haq kecuali Allah semata. La ilaha menafikan seluruh
persembahan selain Allah. Illallah menetapkan peribadatan hanya kepada-Nya
semata, tiada sekutu bagi-Nya dalam hal ibadah sebagaimana tiada sekutu bagi-Nya
dalam kekuasaan-Nya.” (al-Ushul ats-Tsalatsah)

Siapa yang benar-benar beribadah hanya kepada Allah semata dan beriman kepada-
Nya dengan keimanan yang baik serta ia jauh dari peribadatan kepada selain Allah,
sungguh ia telah berpegang dengan tali yang kokoh.

Allah ‘azza wa jalla berfirman:


‫ك بِا ْل ُع ْر َو ِة ا ْل ُو ْثقَى‬
َ ‫س‬
َ ‫م‬
ْ ‫اس َت‬ َ ‫ه َف‬
ْ ‫ق ِد‬ ِ َّ‫ن بِالل‬ ِ ‫ك ُف ْر بِالطَّاغُ ْوتِ َو ُي ْؤ‬
ْ ‫م‬ ْ َ‫ن ي‬ َ ‫ َف‬.
ْ ‫م‬
“Barangsiapa yang ingkar kepada thaghut dan beriman kepada Allah, maka
sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan
putus.” (QS. al-Baqoroh: 256)

Dalam menafsirkan tali yang amat kuat adh-Dhohhak dan Sa’id bin Jubair
rahimahumallah berkata, “yaitu kalimat la ilaha illallah.” (Tafsir Ibn Katsir)

SYARAT KALIMAT LA ILAHA ILLALLAH

Syarat kalimat tauhid itu ada tujuh, ia tidak akan bermanfaat kecuali ketujuh syarat
tersebut terpenuhi. (Syarah al-Ushul ats-Tsalatsah, Syaikh Shalih al-Fauzan, hal.
134)

Ketujuh syarat tersebut terkumpul dalam dalam sebuah bait syair berikut ini:

‫ل لَ َها‬
ِ ‫ة َوا ْن ِقيَا ٍد َوا ْلق َُب ْو‬
ٍ َّ‫حب‬
َ ‫م‬ َ ‫م‬
َ ‫ع‬ َ ‫ص ْد ُق‬
َ                  ‫ك‬ ِ ‫َص َو‬
ٌ ‫خال‬
ْ ِ‫ن َوإ‬ ٌ ‫ع ْل‬
ٌ ‫م يَ ِق ْي‬ ِ
Yaitu Ilmu, yakin, ikhlas, jujur (tulus), cinta, tunduk, dan menerimanya

Sebagian ulama menambahkan satu syarat lagi sehingga jumlahnya menjadi


delapan. Dalam sebuah bait syair disebutkan:

‫ن األ َ ْندَا ِد َق ْد ُألِ َها‬


َ ‫م‬ ِ َ‫اإلل‬
ِ ‫ه‬ ِ ‫وى‬
َ ‫س‬
ِ                ‫ما‬
َ ِ‫ك ب‬
َ ‫م ْن‬ ِ ‫َو ِز ْي َد ثَا‬
ُ ‫م ُن َها ا ْل‬
ِ ُ‫ك ْف َران‬
Ditambah syarat kedelapan yakni engkau kufur dengan tuhan-tuhan yang
diagungkan selain Tuhan yang Esa

Berikut perincian ringkas ketujuh syarat tersebut:

Pertama: Ilmu. orang yang mengucapkan kalimat tauhid harus memahami


maknanya. Lawannya adalah al-jahlu (tidak tahu). Orang yang mengucapkan la
ilaha illallah dengan lisannya namun ia tidak memahami makna dan kensekuensinya
maka kalimat itu tidak bermanfaat baginya.

Dalam sebuah hadits riwayat Muslim Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam


bersabda:

َ ‫ج َّن‬
‫ة‬ َ ‫ل ا ْل‬
َ ‫خ‬
َ ‫د‬
َ ‫ه‬ َ َ‫م أَنْ ال َ إِل‬
ُ َّ‫ه إِال َّ الل‬ ُ َ‫و يَ ْعل‬
َ ‫ه‬
ُ ‫ات َو‬
َ ‫م‬َ ‫ن‬
ْ ‫م‬
َ .
“Barang siapa yang meninggal dunia dan dia mengetahui bahwa tiada tuhan yang
haq kecuali Allah niscaya ia masuk surga.“ (HR. Muslim)

Kedua: Yakin. Maksudnya orang yang melafazhkan syahadat ia harus meyakini


kebenaran ucapannya itu. Sebagai lawannya adalah bimbang dan ragu.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


َّ ‫ما إِال‬
َ ‫ه‬
ِ ‫ك فِ ْي‬
ّ ٍ ‫شا‬ َ ‫ع ْب ٌد‬
َ ‫غ ْي َر‬ َ ‫ما‬
َ ‫ه‬ َ َّ‫ه ال َ يَ ْلقَى الل‬
ِ ِ‫ه ب‬ ِ َّ‫ل الل‬ُ ‫س ْو‬
ُ ‫ي َر‬ َ ُ َّ‫ه إِال َّ الل‬
َ َ‫ش َه ُد أَنْ ال َ إِل‬
ْ َ‫أ‬
ْ ّ ِ‫ه َوأن‬
َ ‫ج َّن‬
‫ة‬ َ ‫ل ا ْل‬
َ ‫خ‬ َ ‫د‬
َ .
Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang haq kecuali Allah dan bahwasanya diriku
adalah rasul utusan Allah, tidaklah seorang hamba berjumpa Allah dengan dua
kalimat tersebut tanpa bimbang ragu melainkan ia akan masuk surga. (HR.
Muslim)

Ketiga: Ikhlas. Seorang yang menucapkannya harus mengikhlaskan atau


memurnikan agama ini karena Allah ta’ala semata. Sedangkan lawannya adalah
kesyirikan. Firman-Nya:

ُ ِ‫ن ا ْلخَال‬
‫ص‬ ُ ‫د ْي‬ ِ َّ‫ أَال َ لِل‬.‫ن‬
ِّ ‫ه ال‬ َ ‫د ْي‬
ِّ ‫ه ال‬ َ َّ‫ َفاعْ ُب ِد الل‬.
ُ َ‫ه ُمخْ لِصًا ل‬
“Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya
kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). ”(QS. az-Zumar: 2-3)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ِ ِ‫ن َق ْلب‬
‫ه‬ ْ ‫م‬
ِ ‫خالِصًا‬ ُ َّ‫ه إِال َّ الل‬
َ ‫ه‬ َ ‫ن َقا‬
َ َ‫ل ال َ إِل‬ ْ ‫م‬
َ ‫ة‬ َ ‫م ا ْل ِقيَا‬
ِ ‫م‬ َ ‫ي يَ ْو‬ َ ‫شفَا‬
ْ ِ‫عت‬ َ ِ‫ع ُد ال َّناسِ ب‬ ْ َ‫أ‬.
َ ‫س‬
“Manusia yang paling bahagia dengan syafaatku pada hari kiamat adalah yang
mengucapkan la ilaha illallah dengan penuh keikhlasan dari hatinya.“ (HR. Bukhari)

Keempat: Jujur (tulus). Lawannya adalah dusta. Syarat ini diambil dari sabda
shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut:

َ ‫ج َّن‬
‫ة‬ َ ‫ل ا ْل‬
َ ‫خ‬
َ ‫د‬ ِ ‫ن َق ْل ِب‬
َ ‫ه‬ ِ ‫صا ِد ًقا‬
ْ ‫م‬ َ ‫ه‬ َ ‫ن َقا‬
َ َ‫ل ال َ إِل‬
ُ َّ‫ه إِال َّ الل‬ ْ ‫م‬
َ .
“Siapa yang berkata la ilaha illallah dengan jujur (tulus) dari hatinya niscaya ia
masuk surga.“ (HR. Ahmad)

Kelima: Cinta. Yaitu kecintaan yang menghilangkan lawannya yang berupa


kebencian. Orang yang mengucapkan kalimat tauhid ini harus mencintainya dan
mencintai orang-orang yang mencintai kalimat ini.

Adapun orang yang tidak mencintainya maka ucapannya tidak bermanfaat baginya.

Keenam: Tunduk. Yaitu berserah diri dan patuh dengan perbuatan atas
peribadatan kepada Allah ta’ala.  Lawannya adalah berpaling dan meninggalkan.
Orang yang mengucapkan kalimat tauhid namun tidak tunduk dan patuh dengan
hukum-hukum Allah dan syariat-Nya maka ucapannya tidak bermanfaat baginya.

Ketujuh: Menerima. Yaitu dengan menampakkan kebenaran kalimat tauhid


dengan perkataan. Lawannya adalah menolak. Orang yang mengucapkan kalimat ini
tidak boleh menolak sedikit pun dari hukum-hukum Allah. Sebaliknya, ia wajib
menerima kandungan makna kalimat tauhid dengan baik.

Demikianlah penjelasan ringkas seputar kalimat la ilaha illallah. Semoga menjadi


ilmu yang bermanfaat di dunia dan akhirat. Amin.

==============000=============

JAUHAR AWWAL RASULULLAH 


SIFAT RASA RASULULLAH = SIFAT RASA ALLAH

AL INSANNU SIRRI WA ANNA SIRRUHU


Manusia itu rahasia-Ku dan Aku-lah rahasianya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam bersabda:
" Ya Allah… 
Engkaulah YANG MAHA DHAAHIR sehingga tiada sesuatupun yang LEBIH TINGGI
daripada-MU

Engkaulah YANG MAHA BAATHIN sehingga tiada sesuatupun yang LEBIH DEKAT
daripada-MU

Engkaulah YANG MAHA AWWAL sehingga tiada sesuatupun yang LEBIH DAHULU
daripada-Mu

Dan Engkaulah YANG MAHA AKHIR sehingga tiada sesuatupun yang LEBIH LAMA
daripada-Mu " 

Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Allah berkehendak (Untuk menciptakan)
sesuatu, maka (cukuplah) Allah hanya mengatakan kepadanya: "Jadilah". Lalu
jadilah ia” Al-Baqarah:117

“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah
berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu, dan sesungguhnya Allah, Ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu”.
Ath-Thalaaq:12

"Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah,
adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar.
Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang [yang bercahaya] seperti
mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon
zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur dan tidak pula di sebelah barat, yang
minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di
atas cahaya (berlapis-lapis) Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia
kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." -An-Nuur:35

"Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di
atasnya ombak (pula) di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih,
apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan)
barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai
cahaya sedikitpun " - An-Nuur:40

"Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-
Nya manzilah-manzilah [tempat-tempat] bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu
mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang
demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya)
kepada orang-orang yang mengetahui" -Yunus:5

SIFAT Laisa kamishlihi syaiun yaitu Jauhar Awwal Rasulullah bibitnya tujuh lapis
bumi, tujuh lapis langit berikut segala isinya. Samudra hidup.

JAUHAR AWWAL RASULULLAH adalah  ;


RUH ILMU RASULULLAH (Hakikat Muhammad)

Cahayanya empat ; 
MERAH - KUNING - PUTIH - HITAM.

Ke empat cahaya itu disebut ;


NUR ILMU RASULULLAH   (Nur Muhammad/UNSUR KEHIDUPAN)

1. Jauhar awwal adalah Ruh ilmu Rasulullah 2. Jauhar firid adalah cahaya matahari
di jagat kabir
3. Jauhar latif adalah cahaya halus di jagat shagir

JAGAT SHAGIR – JAGAT KABIR


Jagat ada dua rupa, yaitu Jagat Shagir dan Jagat Kabir, Jagat Shagir adalah wujud
manusia, Kabir yaitu Alam Dhohir, keadaannya begitu, tidak ada beda sudah tentu
sama. di Alam Dunia, isinya sudah pasti, ada siang dan malam, di diri manusia juga
bukti, ada tidur dan melek, melek perbandingannya siang, tidur perbandingannya
malam.

7 hari di diri manusia adalah, nyatanya ada dua lubang hidung, dua mata, dua
telinga, dan yang ke tujuh adalah mulut, lima yang terlihat, isinya yang tujuh :

1. Pendengaran / Telinga
2. Penglihatan / Mata
3. Perkataan / Mulut
4. Penciuman / Hidung
5. Rasa

Bulan ada dua belas, di Alam Dhohir, nyatanya di diri manusia sendi tangan (sendi
bahu, sendi sikut dan sendi pergelangan tangan) yang dua di jumlah ada 6 tambah
dengan kaki juga 6 jadi 12
Satu bulan 30 hari, di dalam diri, nyatanya sendi pergelangan tangan dan sendi yang
lembut di jari ada 30, di dua tangan dan jari kaki. Sama saja 30, nyatanya ada siang
dan malam, tangan bagian siang, kaki bagian malam, jadi dalam sebulan, ada 30
hari. Siangnya juga begitu 30 hari.

Tahun semuanya ada delapan sewindu, nyatanya di badan manusia dari sendi bahu
sampai sendi sikut = 1 dan dari sendi sikut sampai pergelangan tangan = 1 di
jumlah jadi 2, kiri dan kanan di jumlah jadi 4, ditambah 2 betis 2 paha, jadi 4, total
jadi 8, artinya nama sewindu, windu adalah, berdirinya diri manusia, tidak kurang
tidak lebih, anggota badan manusia, tidak ada kekurangan, nyata semua di diri
manusia, keadaan Alam dunia, sudah kumpul di Jagat Shagir. Berapa jumlah
rambut? Berapa jumlah alis? Berapa jumlah pori-pori? Garis tangan telapak tangan
kiri menunjukkan angka 18, dan garis tangan telapak tangan kanan angka 81, ke
100 nya adalah diri manusia yang ghoib.

Di Alam Dunia, ada Matahari dan Bulan, Bintang-bintang , ada hawa, hawa panas
dan hawa dingin. Hawa angin, bumi nyatanya di badan manusia ada empat nafsu
manusia. Amarah, Lawamah, Sawiah, Muthmainah, kenyataan di badan.
Matahari dan Bulan nyatanya di diri manusia, adalah adanya hidup, tidak bisa nyata
dan dibuktikan di badan manusia, sebab ghaib, ingin nyata harus melalui Tharekat.

Untuk menyatakan SIFAT HIDUP TIDAK BISA DILIHAT DENGAN MATA KEPALA,
TETAPI HANYA BISA DILIHAT DENGAN MATA BAATHIN YANG BERSIH, mata kepala
untuk melihat Jauhar Firid, terangnya dunia oleh Matahari.

Manfaat Bulan, Bintang dan Matahari adalah yang menguatkan Alam Dunia, yang
menghidupkan isi bumi, tumbuhan dll Jika tidak ada Matahari, hawa bumi, angin,
air, api tidak akan bisa bergerak / jalan, tumbuhan tidak akan jadi, tidak akan ada
hasilnya dunia ini, manusia juga mati, tidak akan ada kehidupan, jadi hidupnya Jagat
Kabir, karena adanya Bintang, Bulan, Matahari.

Begitu juga di badan manusia yaitu jagat shagir. Matahari di wujud manusia adalah
jauhar latif, cahaya yang halus, tidak bisa terlihat oleh mata kepala, tapi wajib harus
ketemu di dunia, jika tidak ketemu di dunia, di akhirat pasti gelap, gelap berarti
Neraka pasti jadi pengap, di dunia juga sudah bukti, betah karena adanya terang,
pengap karena persengketaan dunia, jika cahaya yang langgeng tidak di cari,
bagaimana mau ni’mat? Baathin kekal dalam kegelapan, sudah tidak ada tempat
untuk bertanya, sudah bukan tempat mencari ilmu, bukan lagi di tempat ibadah,
baathin hanya untuk menerima siksaan atau menerima Rahmat dan Ridho-Nya.

Semua ciptaan-Nya tidak terlepas dari satu cahaya


Perjalanan Alam semesta ini adalah perjalanan
Allah - Muhammad - Adam. 

BENDA RASULULLAH CAHAYA EMPAT disebutnya HAKIKAT ADAM, barang ghoib


yang disebut ISMUDZAT, bibit alam dhohir atau Asma Maha Suci.

Cahaya yang empat tadi menjadi lafadz ; 


ALIF - LAM - LAM - HA >
(ALLAH)

tidak salah lagi, tadinya juga Asma Allah menjadi hakikat ;

MIM AWAL - HA - MIM AKHIR - DAL > 


(MUHAMMAD)
DZAT dan SIFAT adalah pasti, tidak akan ada SIFAT, jika tidak ada DZAT, begitupun
sebaliknya.

Syahadatnya DZAT dan SIFAT disebut  Syahadat Sejati

ASHHADU ALLA ILAHA  ILLALLAH  WA ASHHADU ANNA MUHAMMADUR


RASULULLAH  
Hakikat : LA ILAHA ILLALLAH
Syariat : MUHAMMADUR RASULULLAH

Bertemunya ;
ASHHADU = Allah dan 
WA ASHHADU = Diri Manusia (Ghoib)

menjadi ; 
WUJUD SHALAT - RUPA AMAL
" Sukma Suci Raga Sejati " 

ISI-nya adalah ;
SYARIAT SUCI - KALIMAH SUCI
ILMU = KITAB WUJUD DIRI = MA'RIFAT DIRI 
TAUHID YANG BERSIH DARI IKATAN DUNIA KEMBALI KEPADA :

"ALASTUBIRAFBIKUM QOLU BALA SYAHIDENA"


" Bukankah aku ini Tuhanmu ?
Betul engkau Tuhan kami, kami menjadi saksi "

WADAH :
1. Jasmani
2. Rohani
3. Ruhani
4. Nurani 

ISI :
5. Nuriyah
6. Baathiniyah
7. Baliyah (Dokumen diri)

Mata baathin yang telah terbuka dinamakan Musyahadah. Musyahadah melahirkan


pengenalan atau ma'rifat. Nur Mukasyafah identik dengan tulisan, kekeramatan dll. 
Nur Musyahadah = Nurulloh

Tidak akan bisa MUSYAHADAH tanpa MUJAHADAH


Tidak akan bisa MUJAHADAH tanpa NUR MUJAHADAH
Tidak akan bisa NUR MUJAHADAH tanpa MURAQABAH
Tidak akan bisa MURAQABAH tanpa ISMU DZAT (rangkuman ilmu)
Tidak akan bisa ISMU DZAT tanpa TAJJALI ILMU (baik dan buruk)
Tidak akan bisa TAJJALI ILMU tanpa NUR TAJJALI (dengan diri)
Tidak akan bisa NUR TAJJALI tanpa MA’RIFAT
Tidak akan bisa MA’RIFAT tanpa MUNAJAT
Tidak akan bisa MUNAJAT tanpa TAUBAT
Tidak akan bisa TAUBAT tanpa TO’AT
Tidak akan bisa TO’AT tanpa TIRAKAT
Tidak akan bisa TIRAKAT tanpa QONA’AT
Tidak akan bisa QONA’AT tanpa KIFARAT
Tidak akan bisa KIFARAT tanpa SUNAT ( Iman - Taqwa - Istiqomah - Zuhud
-Tawadhu)

NURUN ala NURIN menerangi HATI yang BERSIH - AKAL ditunjang DALIL > Melihat
hakikat wujud Allah Ta'ala = TAUHID HAKIKI melahirkan KESADARAN MURNI /
PERASAAN MURNI SURGA MA'RIFAT melahirkan SURGA AKHIRAT

SIFAT bertemu dengan SYARIAT. Berada pada maqom sifat atau kadar sifat Allah
(kalam hikmat) Ibadah memakai sifat Allah, dirinya dipakai oleh sifat hikmat dan
kebijaksanaan Allah, berjalannya proses maqam sabar menuju maqam ridho karena
kuatnya memahami dan menjalankan perintah dan larangan, tawakal menghadapi
gelombang takdir.  Sifat kemanusiaan yaitu mahabah kepada Allah dari proses
kehidupan jiwa muthmainah dengan melepaskan diri dari ikatan dunia, fana diri
selain dari Allah.

QIYAMUHU BINAFSIHI = TIDAK BERSATU DENGAN HAMBA, TIDAK BERSATU


DENGAN DO’A HAMBA.
MUKHOLAFATU LIL HAWADIST = “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia,
dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. “ (QS. Asy-Syura: 11) 
Mahabatullah menguasai jiwa raga kehidupan (menyeluruh) kecintaan kepada Allah
menguasai jiwa, tidak punya rasa sakit, tidak ada rasa takut. Nur inayat illahi, kalam
hikmat.
Ruh mata melihat Dzatullah. "Summun bukmun umyun fahum layarji'un".

Ilmu adalah merupakan suatu alat untuk membersihkan hati, jiwa ,raga, rasa. Alat
untuk mendekatkan diri kepada gerbang ma’rifat untuk menuju kepada suci atau
kembali kepada kesucian, inti ma’rifat adalah bersih dari hijab ragu-ragu, was-was
(jiwa yang labil), semakin ragu-ragu dan was-was maka tenaga Iblis akan semakin
kuat. Tugas ilmu adalah menyempurnakan kepada ma’rifat bersatunya mata akal,
mata hati, mata baathin, kembali kepada hidratul qudsiah. Mengenal Allah oleh
Allah.
Dari proses ilmu dan amal menghasilkan jiwa yang ridho kepada Allah dan Allah
meridhoi sehingga dhohir ketarik kepada baathin yang di terangi nur tauhid atau
jiwa diliputi oleh nur, ibarat sebuah jarum yang di tarik oleh magnet. Apapun yang
telah dianugrahkan oleh Allah harus diterima oleh baathin. NIAT dan PEKERJAAN
yang di perbuat seseorang ketika di dunia, semuanya akan kembali kepada diri
masing-masing.

Syahadat : ILMU - AMAL - PERKATAAN atau  PERKATAAN - I'TIQOD - PRILAKU

Hakikat perintah shalat 50 (ISRA MI'RAJ) maknanya adalah Aqoidul Iman 50. 
DASAR ISLAM adalah AQOIDUL IMAN 50  di proses melalui ILMU (wajib berguru)
menghasilkan I'TIQOD (RUH TAUHID) yaitu Kalimah Thoyyibah
LA ILAHA ILLALLAH MUHAMMADUR RASULULLAH bertempat di NURANI

JAUHAR AWWAL RASULULLAH   menjadi hakikat :


TASJID Syahadat : PERKATAAN, ITIQOD, PRILAKU
Suatu bukti bahwa kebenaran Al-Qur’an adalah Shalat dan yang pertama kali
diciptakan Allah adalah Nur Shalat.

AF’AL Allah adalah bukti adanya hidup dan kehidupan dunia, ada ciptaan-Nya. Alam
Semesta = Dalil, bibitnya dari cahaya yang empat rupa, ke-lima adalah cahaya pasti
yaitu;
RUH ILMU RASULULLAH (Jauhar Awwal Rasulullah)
- CAHAYA MERAH = NARUN   menjadi hakikat :   DZAT > ALIF - JABBARULLAH >
MIM AWAL

NUR DARAH MERAH – unsur API NAFSU AMARAH berdomisili pada TELINGA.
Simbol huruf ALIF pada gerakan Shalat adalah berdiri ketika TAKBIRATUL IKHRAM.

- CAHAYA KUNING = HAWAUN  menjadi hakikat : SIFAT > LAM AWAL – JABBAR
QOHAR > HA

NUR DARAH KUNING – unsur ANGIN

NAFSU SUFIAH berdomisili pada MATA.

Simbol huruf LAM AWAL pada gerakan shalat adalah RUKU'.

- CAHAYA PUTIH = MAUN   menjadi hakikat :  ASMA > LAM AKHIR - WAHIDUL
QOHAR > MIM AKHIR

NUR DARAH PUTIH – unsur AIR

NAFSU LAWAMMAH berdomisili pada LIDAH.

Simbol huruf LAM AKHIR pada gerakan shalat adalah SUJUD.


- CAHAYA HITAM = TUROBUN   menjadi hakikat : AF'AL > HA - WAHIDUL WAHID >
DAL
NUR DARAH HITAM – unsur BUMI
NAFSU MUTHMAINAH berdomisili pada HATI.

Simbol huruf HA pada gerakan shalat adalah ATTAHIYAT.


MUHAMMAD AF'AL :
MIM AWAL lafadz Muhammad menjadi KEPALA Adam
HA lafadz Muhammad menjadi DADA Adam
MIM AKHIR lafadz Muhammad menjadi PUSAR Adam
DAL lafadz Muhammad menjadi KAKI Adam

HAKIKAT ADAM :
Saripati RUH BUMI menjadi KULIT BULU Adam
Saripati RUH API menjadi DARAH DAGING Adam
Saripati RUH AIR menjadi URAT TULANG Adam
Saripati RUH ANGIN menjadi OTOT SUMSUM Adam

AF'ALULLAH adalah geraknya diri, Asma Allah yang nyata di badan KULIT, DAGING,
TULANG, SUMSUM, dari empat menjadikan “senjatanya”:

DZATULLAH adalah SIFAT PERKATAAN, perkataanlah yang menjadikan keramaian


Alam Dunia, jika tidak ada kata, tidak akan ada kemauan manusia, tidak akan ada
gedung-gedung, mobil dll.

SIFATULLAH adalah SIFAT PENGLIHATAN, yang memberi tahu kepada segala sifat,
yang baik dan buruk, warna-warni, terang dan gelap, kumpul jadi satu, bergulung di
dalam penglihatan.

ASMATULLAH adalah SIFAT PENDENGARAN, nyatanya adalah semua suara kumpul


menjadi satu di telinga, semua perkataan, yang di keluarkan oleh lisan, semuanya
adalah Asma, masuk kedalam telinga.

AF'ALULLAH adalah SIFAT PENCIUMAN/NAFAS, nafas yang keluar masuk melalui


hidung, nafas yang memangku dan menguatkan wujud, nafas yang menjadi
tiangnya hidup, adanya hidup wajib harus dimengerti, nafas yang keluar perginya
kemana, jika keluar sampai dimana tempatnya, jika ke dalam di mana diamnya,
tidak akan hilang tanpa sebab, tentu ada tempatnya yang pasti, Allah Maha Adil,
menurut Ilmu Syariat, Tharekat, Hakikat dan Ma'rifat, itu adalah perjalanan manusia
untuk pulang, pulang kepada asalnya, tempat Ruh waktu di Qadim, Qudratullahu.

SIFAT RASA (PENGUASA) dari PERKATAAN, PENGLIHATAN, PENDENGARAN,


PENCIUMAN dll, semuanya tidak akan hilang tanpa sebab, semua ada tempatnya
yang pasti yaitu kembali kepada JAUHAR AWWAL RASULULLAH, inilah yang disebut
RASA RASULULLAH atau RASA SEJATI

Hak Allah, Hak Muhammad, Hak Adam


Haknya Allah yaitu Awas
Haknya Muhammad yaitu Yang Mengawasi
Haknya Adam yaitu Yang Diawasi

Dzat Sifat Asma bersatu Allah Muhammad Adam [Akrobu] ada di wujud manusia,
yang tiga bergulung jadi satu Hidup, Rasa dan Adegan

Yang tiga bergulung jadi satu, Awas, Yang Mengawasinya, Yang Diawasinya, jika
Awas saja, tidak ada Yang Mengawasi pasti luput, begitu juga jika hanya dua yaitu
Awas dan Yang Mengawasi, Yang Diawasinya tidak ada.

Hidup adalah kenyataan pasti, kenyataan akan adanya Allah, ada, mustahil tidak
ada, Rasa sudah pasti kenyataannya yakin, ciri adanya yang di utus Nabi
Muhammad Rasul, Penghulu Rasul semua, Adegan adalah kenyataan Adam Nabi,
Khalifah Allah Ta’ala.

“Pertama-pertama dijadikan Allah Ta'ala itu *CAHAYAKU [Muhammad], dan pada


riwayat lain, *RUHKU.”[al-Raniri, 1961: 147]

"Aku [Muhammad] dari Allah dan Alam Semesta dariku; 


“Jikalau tiada engkau, ya  Muhammad, niscaya tiada Kujadikan segala Alam ini”  
[Al-Ghazali, 1934: 115] 

*Nûr Muhammad memegang peranan sentral dijadikannya Alam Semesta ini,


sebelum adanya dalam bentuk seorang Nabi insani. Nûr tersebut Qadim lagi azali.

*Nûr Muhammad
inilah yang selalu berpindah dari generasi berikutnya dalam bentuk para anbiya:
Nabi Adam Alaihissalam,  Nabi Nuh Alaihisalam,  Nabi Ibrahim Alaihissalam, Nabi
Musa Alaihissalam dan lain-lain, kemudian dalam bentuk Nabi penutup, Muhammad
Salallahu ‘alaihi wassalam. Nur tersebut berpindah kepada para awliya dan berakhir
pada para wali penutup (khatam awliya) - Al-Ghazali, 1934: 115

* Nur [RUH Ilmu Rasulullah] 


Berkata Wahab bin Munabbih, bahwasanya Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam
telah bersabda : Allah Ta'ala telah berfirman : "Sesungguhnya semua petala langit
dan bumi akan menjadi sempit untuk merangkul Dzat-Ku, akan tetapi Aku mudah
untuk dirangkul oleh QALBU [hati] seorang Mukmin." [Hadits Riwayat Ahmad]

"Di antara manusia ada orang yang membantah tentang  Allah [977] tanpa ilmu
pengetahuan dan mengikuti setiap syaitan yang jahat" [Al-Hajj:8]

============000==========

Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang

HAKEKAT SYAHADAT
PERINGATAN !!
Materi yang dijabarkan disini di jelaskan berdasarkan kepada kaedah-kaedah
pengajian secara hakekat dan makrifat semata-mata, jaganlah di banding-
bandingkan dengan konteks pemahaman secara syariat karena matlumat pengajian
sangat berbeda.
Syahadat adalah merupakan rukun islam yang pertama, dimana seseorang yang
ingin menjadikan Islam sebagai cara hidupnya haruslah terlebih dahulu
mengucapkan dua kalimah Syahadat ini,  yaitu :
“ Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna muhammadarrasulullah “
Jadi selama orang itu tidak melafazkan “ Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna
muhammadarrasullah “  maka selama itu pula orang itu tidak bisa di golongkan
(diiktiraf) sebagai seorang islam.

Dalam pengertian syariat dua kalimah syahadat ini adalah :


“ Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna muhammadarrasulullah “
diartikan :
aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang disembah melainkan Allah s.w.t dan
aku juga bersaksi bahwa Nabi Muhammad s.a.w. itu adalah utusan Allah
s.w.t.

Sungguh banyak diantara kita yang hanya pandai melafazkan ucapan dua kalimah
syahadat ini, tetapi jarang sekali yang ingin mengkaji atau mempelajari tentang
hakekat pengertian maksud dan tujuan syahadat itu sendiri, kebanyakan kita hanya
mengikuti keluarga kita, mendengar ibu dan bapak kita melafazkan syahadat, maka
kitapun turut berbuat demikian, namun kita tidak pernah mau bertanya kenapa kita
harus melafazkan “ Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna
muhammadarrasullullah “.
Dan kenapa juga kita tidak boleh melafazkan satu bentuk lafaz penyaksian yang lain
daripada kalimah syahadat di atas.

Disamping itu tidak ada yang pernah bertanya kenapa kalimat itu bisa  membawa
kepada pengertian “ Tiada Tuhan yang disembah melainkan Allah s.w.t. ”
sedangkan didalam kalimah tersebut tidak terdapat perkataan Tuhan (Rabbi)
dan tidak terdapat perkataan sembah (abduhu), tetapi didalam penafsiran arti 
bahasanya oleh para ulama syariat ada terdapat perkatan Tuhan dan Sembah.
Dan kenapa syahadat tidak boleh dikatakan begini :
“ Asyhadu alla rabbi nakbuduhu illallah “

yang tentunya lebih sesuai untuk diartikan dengan “ Tiada Tuhan yang disembah
melainkan Allah s.w.t. ”
Tetapi ternyata kita tetap diarahkan oleh Islam supaya melafazkan dengan lafaz
syahadat “ asyhadu alla illaha illallah “ yang membawa pengertian kepada
Tiada yang nyata hanya Allah s.w.t.

Jadi bisa disimpulkan disini bahwa pengertian yang dibuat oleh para alim ulama
syariat adalah jauh tidak sesuai dengan matlumat sebenarnya yang hendak
dinyatakan oleh syahadat itu sendiri. Disamping itu persoalanya adalah, apakah
perkataan Allah s.w.t. didalam syahadah itu boleh di diartikan sama dengan Tuhan?
Begitu juga bila kita melafazkan “ wa asyhadu anna muhammadarrasulullah “,
apakah benar membawa suatu pengertian kepada “ dan aku bersaksi bahwa
nabi Muhammad s.a.w. itu utusan Allah s.w.t. ”.

Jika benar demikian mengapa Nabi Adam a.s.  bapak sekalian manusia juga
mengucap syahadatnya dengan mengakhirkan syahadatnya itu dengan lafaz  wa
asyhadu anna muhammadarrasulullah ? dan seterusnya Nabi Ibrahim a.s.,
Nabi Ismail a.s.,  semua Nabi dan Rasul, Wali-wali Allah, sebelum lahir Nabi
Muhammad s.a.w. mengucap dengan ucapan yang sama, atau mungkin ada yang
berpendapat bahwa Nabi-nabi sebelum lahir Nabi Muhammad s.a.w. mengucap
dengan cara lain? jika benar begitu apakah bisa dikatakan bahwa Islam ini hanya
baru ada pada zaman Nabi Muhammad s.a.w.?  dan benarkah Islam tidak pernah
ada sebelumnya? dan jika benar ucapan “ Muhammad “ itu sama kepada Nabi
Muhammad s.a.w., kenapa  pula Nabi Muhammad s.a.w. juga mengucap seperti
kita mengucap sekarang? Dan kenapa pula Rasulullah s.a.w. tidak mengucap begini:
“ Asyhadu alla rabbi nakbuduhu illallah wa asyhadu anna rasulullah “.

Yang lebih sesuai membawa kepada pengertian “ Aku bersaksi tiada Tuhan yang
disembah melainkan Allah s.w.t. dan aku bersaksi bahwa akulah pesuruh
Allah s.w.t. ”
Masih banyak hal-hal yang perlu dipertanyakan apabila kita melangkah, dan
berusaha mencari dan menggali pengertian syahadat yang sebenar-benarnya.

Adapun kalimah syahadat itu adalah :


“ Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna muhammadarrasulullah “.
Dan sesungguhnya “ Asyhadu alla illaha illallah “ itu adalah dinamakan
Syahadat Tauhid dan kalimah “ wa asyhadu anna muhammadarasulullah “
adalah dinamakan syahadat Rasul.

Adapun kalimah “Asyhadu alla illaha illallah “ dinamakan Syahadat Tauhid


sebab di dalam kalimah tersebut kita bersaksi dengan sepenuh rasa bahwa tiada
yang lain hanya Allah s.w.t.  semata-mata, tiada sekutu baginya didalam segala hal,
dan tiada sesuatu pun yang bercampur  aduk dengannya kecuali dia semata-mata.
Oleh sebab itulah kita bersaksi dengan diri kita sendiri tiada yang nyata pada kita
hanya Allah s.w.t. semata, kita nafikan tubuh kita dan kita isbabkannya kepada
nyatanya Allah s.w.t. semata-mata (diri batin kita).

Adapun kalimah ” wa asyhadu anna muhammadarasulullah “ itu Syahadat


Rasul sebab pada kalimah ini kita melafazkan bersaksi bahwa yang menyampaikan
dan menanggung diri rahasia Allah s.w.t. adalah “ Muhammad “ yaitu diri zahir kita
dan dengan melafazkan kalimah zahir tersebut maka berikrar dan bersaksilah kita
dengan diri kita sendiri bahwa diri zahir kita tetap akan menanggung rahasia Allah
s.w.t. dan akan menjaganya untuk selama-lamanya.

Adapun hakikat ketuhanan itu adalah diri bathin kita (Rohani) dan hakikat
kerasulan itu adalah diri zahir kita (Jasmani). Diri bathin adalah sebenar-
benar diri yang menyatakan rahasia Tuhan, dan untuk menyatakan diri rahasia Allah
tersebut adalah zahir kita. Jadi diri zahir kitalah yang menyatakan rahasia ketuhanan
Allah s.w.t. Oleh yang demikianlah diri zahir kita ini digelar Hakikat Rasul.
Bila kita melafazkan : “ Asyhadu alla illaha illallah “

Maknanya :
Tiada nyata hanya Allah s.w.t.
Dari sini jelaslah kalimah :
“ Asyhadu alla illaha illallah “
itu sudah jelas bagi menyatakan tentang diri bathin kita. Bila saja kita lafazkan
kalimah tersebut dengan jelas kita mengakuinya dengan sesungguhnya, 
bahwasanya “ Tiada nyata hanya allah s.w.t. “ dialah rahasia Allah s.w.t. yang
dikandung  oleh tubuh zahir kita.

Adapun  kalimah :
“ Wa asyhadu anna muhammadarrasulullah “
Adalah menyatakan diri kasar kita (jasad) karena hakekat bentuk manusia itu
berhakekat dengan huruf Mim karena itu bila kita melafazkan kalimah : “ Asyhadu
alla illaha illallah wa asyhadu anna muhammadarrasulullah “ maka kalimah
yang telah dilafazkan itu adalah meliputi pada menyatakan diri bathin dan diri
zahir kita (Rohani dan Jasmani) yaitu kita menyaksikan yang dikandung oleh
tubuh kasar kita adalah diri rahasia Allah s.w.t. dan diri kasar inilah merupakan
sarungnya.

seperti firman Allah s.w.t. didalam hadis Qudsi :


“ Al insanu sirri wa anna sirru “
artinya : Manusia  itu adalah rahasiaKu dan Akulah rahasianya
Allah s.w.t. mengkaruniakan manusia untuk memegang dan bertanggung jawab
terhadap rahasiaNya, itulah sebabnya Allah s.w.t. telah memberi satu penghormatan
besar terhadap kejadian manusia.

Al-Quran :…
Artinya : Sesungguhnya Aku karuniakan manusia itu dengan satu kejadian
yang sebaik-baiknya.
Kejadian manusia adalah satu-satunya kejadian yang paling sempurna dan tersusun
rapi pada zahir dan bathin.

Duduknya kemuliaan manusia adalah karena manusia sajalah kejadian Allah


s.w.t. yang sanggup memegang rahasiaNya. Sedangkan sebelumnya Allah
s.w.t. sendiri pernah menawarkan rahasia ini kepada langit, bumi, gunung-gunung
untuk menanggungnya.

seperti firman Allah s.w.t. didalam Al Quran : …


artinya : Sesungguhnya rahasia Aku ini pernah Ku tawarkan kepada langit,
bumi, gunung-gunung tetapi mereka enggan menerimanya karena takut
mengabaikannya tetapi yang sanggup menerima adalah manusia.
Sebab itu bila kita mengucap :
“ Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna muhammadarrasulullah “.
Maka Berarti Kita Bersaksi Dengan Diri Kita Sendiri Bahwa Tiada Yang Nyata Pada
Diri kita hanya Allah s.w.t. semata-mata dan tubuh zahir kita ini adalah bentuk nyata
pada rahasia Allah s.w.t. semata-mata.

Adapun ketika sholat kita berdiri menyaksikan diri kita sendiri, kita menyaksikan
bahwa diri kitalah yang membawa dan menanggung rahasia Allah s.w.t.  dan tiada
sesuatu pada diri kita hanya rahasia Allah s.w.t.  semata-mata. Tiada sesuatu
yang kita punya kecuali hak Allah s.w.t. semata-mata. Jika diibaratkan maka
diri kita ini hanya sebagai sebuah kotak radio yang bisa hidup dengan
mengharapkan siaran dari stasiun pemancar  semata-mata dan perlu diingatkan
bahwa berfungsinya radio tersebut karena dapat menerima gelombang siaran dari
stasiun pemancar tersebut. Jadi jika habis siarannya atau rusaknya penerimaan
siaran maka sudah tentu kotak radio tersebut akan dibuang menjadi sampah, maka
begitulah kita.

Kita akan berguna disisi Allah s.w.t. jika kita dapat menanggung amanah rahasiaNya
itu serta dapat berfungsi dan bertindak mengenal diri kita sendiri. Karena bila saja
kita dapat mengenal diri kita, maka dengan itu pulalah kita dapat mengenal diri Allah
s.w.t. itu sendiri.
seperti firman Allah s.w.t. didalam Hadis Qudsi :
“ Man arafa nafsahu fakad arafa rabbahu “
artinya :
Barang siapa mengenal dirinya maka kenallah Tuhannya.

Oleh karena itu jika kita tidak mengenal diri kita maka kita akan lebih hina daripada
sampah di sisi Allah s.w.t.
Adapun sholat itu bukan berarti menyembah, karena bila disebut sembah maka
sudah tentu membawa pengertian bahwa ada yang menyembah dan ada pula yang
kena sembah, dan tiap-tiap yang di sembah sudah pasti ada di hadapan yang
menyembah.

Karena itu bagaimana halnya dengan Allah s.w.t. yang bersifat berlainan dengan
benda-benda yang ada dialam semesta ini, dan Allah s.w.t. tidak bertempat dimana
atau dimana, jika saja pengertiannya Allah s.w.t.  dihadapan kita maka artinya Allah
s.w.t. bertempat. Dan jika ini itikad kita maka kafir-lah jadinya.
Lagi pula bagaimana bisa dikatakan sholat itu diartikan sebagai meyembah,
sedangkan manusia itu sendiripun adalah diri rahasia Allah s.w.t.

seperti firman Allah s.w.t. didalam Hadis Qudsi :


“ Al insanu sirri wa ana sirru “
Artinya : Manusia itu adalah rahasiaku dan diri Akulah rahasianya.
Bahwa sholat itu sebenarnya adalah satu cara menyaksikan diri sendiri, dan
sesungguhnya diri kita itu adalah diri Allah s.w.t. semata-mata.

Seyogyanya diingatkan bahwa keadaan yang dinyatakan diatas, bukanlah sekali-kali


kita boleh beritikad bahwa Allah s.w.t. itu duduk didalam diri kita, jika kita
beranggapan begitu maka kafir juga jadinya, dan keadaan yang diterangkan diatas
juga bukan sekali-kali boleh beritikad bahwa diri batin kita (roh) itu Tuhan dan
bertuhankan diri. Jika demikian kafir pula jadinya.

Perlu sekali diingatkan bahwa kita ini adalah sebagai kotak radio yang menerima
gelombang radio dan rahasia radio, maka untuk menyatakan rahasia radio tersebut
adalah stasiun pemancar yang memancari siarannya ke kotak radio, kemudian
berbunyilah radio sebagaimana siaran asalnya pada stasiun pemancar.
Begitulah dengan Allah s.w.t.  Dia memuji diri-Nya dengan diri rahasia-Nya yang
dikandung oleh manusia.

seperti firman Allah s.w.t. di dalam Hadis Qudsi yang maknanya :


Aku suka mengenal diri-Ku sendiri
Lalu Aku jadikan makhluk ini
Lalu Aku perkenalkan diri Aku
Kepada mereka dan lalu mereka
Pun mengenal Aku
Berawal yang dimaksudkan dengan makhluk didalam Hadis Qudsi diatas adalah
manusia.

Adapun yang dikatakan sholat itu berdiri menyaksikan diri karena semasa
sembahyang kita wajib berkata :
“ Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna muhammadarrasulullah “.
Artinya : Bersaksilah aku tiada yang nyata kecuali Allah s.w.t. (diri bathin) dan
bersaksilah aku bahwa (diri zahir) itu adalah penyata rahasia allah s.w.t. (diri bathin )

Disini terang dan jelaslah bahwa kalimah penting itu dilafazkan oleh kita bagi tujuan
supaya kita menilik diri kita dengan mata hati kita bahwa akulah yang membawa
rahasia Allah s.w.t.  semata-mata tiada sesuatu pada kita hanya Allah s.w.t. semata-
mata.

Ucapan penyaksian ini bukan saja dilafazkan oleh lidah, tapi harus dikatakan
bersama oleh semua anggota tubuh zahir dan bathin kita, masing-masing serentak
berdiri menyaksikan diri  Allah s.w.t. semata-mata.
Pada saat kita melafazkan syahadat tersebut, maka gemetarlah seluruh tubuh, jiwa
raga, bersamaan dengan itu terasalah oleh kita satu kelezatan yang amat sangat,
tidak bisa di ungkapkan dengan kata-kata, kecuali dirasakan sendiri oleh mereka
yang pernah mengalami dan sampai pada martabat ini.

Untuk menegaskan hal diatas Allah s.w.t. telah berfirman didalam Al Quran :
Artinya :
Sesungguhnya bagi mereka yang beriman apabila saja disebut Allah s.w.t. niscaya
gemetarlah hati mereka dan apabila dibaca ayat-ayatnya maka bertambahlah iman
mereka dan kepada Allah s.w.t. mereka bertawakal.

adapun :
“ Asyhadu alla illaha illallah “
Bersaksilah aku tiada yang nyata hanya Allah s.w.t.
yaitu bersaksilah aku dengan telinga aku, mata aku, otak aku, kulit aku, daging aku,
kaki tangan aku dan seluruh tubuh zahir dan bathin aku. Tiada yang nyata kecuali
Allah s.w.t
Artinya aku melihat dan mendengar dengan penglihatan dan pendengaran Allah
s.w.t., tiada aku merasa Allah s.w.t.-lah merasa, tidak aku berkehendak Allah s.w.t
yang berkehendak, tidak aku berkuasa Allah s.w.t. yang berkuasa.
Tidak aku ……melainkan….,    tidak-aku ……… melainkan …..
Hanya allah s.w.t. semata-mata.
Singkat kata semua perlakuan kita hendaklah dilihat pada pandangan sepenuhnya
kepada Allah s.w.t semata-mata.

Seperti firman Allah s.w.t…


Artinya : Dimana saja kamu menghadap disitulah wajah Allah s.w.t.
Cara ini adalah dengan kita menafikan diri kita yang zahir ini dan kita mengisabkan
diri kita yang bathin

Adapun           :
“ Wa asyhadu anna muhammadarrasullullah “
Artinya :
Dan bersaksilah aku bahwa diriku yang zahir ini adalah menanggung diri
rahasia Allah s.w.t. semata-mata.
Dalam kalimah ini kita bersaksi dengan diri kita sendiri  bahwa diri kita jasmani inilah
yang menanggung dan membawa rahasia Allah s.w.t. (diri bathin) dan diri kita yang
zahir inilah juga yang menjadi dalil awal akan wujudnya Allah s.w.t. Tuhan semesta
alam.

Dengan demikian maka kalimah syahadah itu adalah kalimah hakekat yang
menyatakan penyambungan diantara  badan jasmani dengan badan rohani
kita. Kalimah ini tidak boleh dipisahkan dan diceraikan diantara satu
dengan lainnya.

Setengah ulama berpendapat bahwa adalah tidak boleh bagi kita untuk melafazkan
kalimah syahadah tersebut dengan cara mewakafkan bacaan dimana-mana,
bahagian, dua kalimah syahadah tersebut tidak boleh kita mewakafkan di tengah
kalimah  seperti yang diamalkan oleh kebanyakan orang-orang awam, karena kita
ketahui bahwa tubuh dua kalimah syahadat tersebut adalah gabungan rohani dan
jasmani kita.

Oleh karena itu tidak boleh kita melafazkan dengan mewakafkan kalimah tersebut
pada mana-mana  bahagian kalimah, tapi seharusnya  dibaca secara terus menerus
didalam satu nafas.
disamping itu hendaklah dibaca dengan perlahan, panjang dan teratur mengikuti
sebutan huruf dan baris masing-masing supaya kelezatan kalimah penyaksian ini
dapat dirasai sepenuhnya oleh kita sebagaimana yang pernah dinikmati oleh orang-
orang ariffinbillah.
Adapun ucapan dua kalimah syahadat yang hanya dilafazkan di mulut tanpa
dimengerti apakah sebenarnya hakekat syahadat tersebut adalah dinamakan “
Syahadat Tanda “

Maksud dari hakikat Syahadat tanda ini adalah bertujuan supaya orang yang
mengaku diri mereka Islam turut sama mengiktirafkan, bahwa siapa yang mengucap
dua kalimah syahadat semacam tadi adalah beragama Islam seperti mereka juga.

Tetapi sebenarnya syahadat semacam itu adalah kosong dan tidak memberi arti
apa-apa serta tidak bermakna, artinya jika diibaratkan pisau maka pisau semacam
itu adalah pisau tumpul yang tidak pernah mengerti makna tajam. dia hanya
semata-mata bergelar pisau tetapi tidak berguna untuk apa-apa karena tajam itulah
sebenar-benarnya guna dari pisau itu.

Oleh sebab itu maka bagi mereka yang hanya mengerti melafazkan dua kalimah
syahadat  tetapi tidak mengerti daripada hakekat  syahadat  maka manusia sebegini
adalah manusia ikut-ikutan (Islam karena manusia) dan dia bukan sekali-kali Islam
karena Allah s.w.t. dengan itu maka untuk menjadi Islam karena Allah maka
seseorang itu haruslah mengetahui dan memahami hakekat syahadat yang
sebenarnya.

Manusia yang bersyahadat tanda adalah manusia yang mengakui bahwasanya


dirinya adalah Islam tetapi pada hakikatnya kosong tiada berisi apapun. Mereka
merasai tanggung jawab  terhadap dirinya dan terhadap Tuhannya. Mereka kosong
seperti sebiji padi yang tidak berisi (hampa). dia tidak tahan untuk menghadapi ujian
Allah s.w.t. dan bergerak mengikuti arus tanpa tujuan. Bila saja ditiup angin ujian
niscaya terbanglah ia mengikuti arusnya, dan manusia ini tidak mungkin mendapat
petunjuk daripada Tuhannya dan rugi. Orang-orang semacam ini  bolehlah kita
sebut sebagai manusia Islam kulit. mereka ini tidak mempunyai pegangan malahan
pegangannya adalah bergantung terus kepada pegangan manusia lain.

Mereka juga bolehlah dianggap sebagai burung Beo yang pandai berkata-kata tapi
dia sendiri tidak memahami apa yang dikatakan. Oleh sebab itu janganlah kita
menjadi pisau tumpul atau burung Beo yang ingin menjadi manusia.
Dengan demikian saya menghimbau kepada kita semua pahamilah kalimah syahadat
ini baik-baik, karena hal ini adalah pokok atau asas kalimah untuk menentukan kita
dengan Allah s.w.t. kalimah pokok yang menjadi  dasar ketuhanan dan asas untuk
membedakan kita dengan yang lain.

=========================================

Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang


** CARA MENGUCAPKAN SYAHADAH **
CARA MENIKMATI UCAPAN
DUA KALIMAH SYAHADAH

Adapun mengucapkan dua kalimah syahadah itu adalah dengan melafazkan kata :
“ Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna muhammadarrasullullah “

Ucapan kalimah ini juga boleh dinamakan sebagai ucapan penyaksian diantara
kita dengan diri kita, dengan cara-cara sebagai berikut :

1. Hilangkan diri kita.


Maksud menghilangkan diri  adalah dengan cara kita merasai dengan satu perasaan
yang sesungguh-sungguhnya bahwa diri kita ini adalah tidak mempunyai apa-apa,
tidak berkuasa, tidak melihat, tidak mendengar, tidak berkehendak, tidak …… 
tidak….. hanya Allah s.w.t. bersifat teragung itu.

Kita fanakan (kosongkan) diri kita dan kita isbabkan (tampilkan) segala-galanya
kepada Allah s.w.t.

Bila saja kita telah hilang segala-galanya, dan yang nyata Allah s.w.t. semata-mata,
segera kita ucapkan lafaz dua kalimah syahadah ini, dan selama kita melafazkan dua
kalimah syahadah ini maka kita hendaklah menilik kedalam bathin kita dan kita
bayangkan rupa   wajah kita. Sesungguhnya hanya kita sajalah yang tahu
bagaimana perasaan hilang diri itu.

Untuk lebih jelasnya bertanya-lah kepada orang-orang makrifat lagi mursyid yang
pernah mengalami hal yang seperti ini.

2.  Melafazkan kalimah


Adapun maksud melafazkan dua kalimah syahadah tersebut adalah dengan cara kita
melafazkannya dengan mulut dan diresapi di dalam hati. Ucapkan kalimah syahadah
tersebut secara tanpa diwakafkan dimana-mana bahagian kalimah, Intinya adalah
bagaimana kalimah syahadah itu bisa dibaca dalam satu nafas, kemudian bacalah
dengan terang mengikuti bacaan huruf dan baris masing-masing serta hendaklah
dibaca secara panjang. sebab jika diwakafkan pada kalimah, maka pada hakekatnya
kita telah mencoba untuk memisahkan diri rohani kita dengan diri kita yang jasmani.
Sesungguhnya bahwa diri kita yang zahir ini tidak boleh dipisahkan dengan diri
bathin kita.

Untuk menjadi kamil (sempurna) di antara keduanya maka kalimah syahadah ini
harus dilafazkan terus habis tanpa diwakafkan, melainkan dalam satu nafas saja.

3. Hendaklah dibaca dan didengar oleh seluruh tubuh


Dua kalimah syahadah ini hendaklah ditanamkan didalam dada yaitu ketika kita
melafazkan kalimah tersebut maka serentak dengan itu hendaklah diikuti oleh
semua panca indera serta seluruh anggota tubuh kita turut melafazkan kalimah
syahadah tersebut. Jangan sekali-kali melafazkan kalimah tersebut hanya dibibir dan
di lidah saja tanpa diikuti oleh panca indera dan anggota tubuh lainya. Bila saja kita
bisa melafazkan dengan cara tersebut di atas sudah barang tentu kita akan merasai
gemetar seluruh tubuh kita dan disertai dengan satu rasa kelezatan yang amat
sangat.
Silahkan diulangi selalu ucapan dengan cara tersebut diatas, sehingga hal tersebut
menghasilkan satu kelezatan yang amat sangat seperti yang pernah dialami oleh
orang-orang ariffinbillah dan orang-orang makrifat kepada Allah s.w.t.

4. Merasai nikmat
Perasaan yang mengalir apabila kalimah syahadah ini dilafazkan tidak bisa di
terangkan dengan kata-kata tetapi hanya dapat dinikmati oleh orang-orang yang
merasainya.

seperti kata orang-orang sufi :…


Artinya : Barang  siapa yang tidak merasainya dia tidak akan mengetahui.
Untuk keterangan lebih lanjut silahkan bertanya kepada guru yang makrifat lagi
mursyid.

Namun begitu alangkah bahagianya apabila kita sendiri dapat merasai dan
menikmatinya. Ini berarti kita telah ber-jaya menyaksikan diri kita dengan satu
bentuk kesaksian yang hakiki dan makrifat. Oleh karena itu, wahai saudaraku,
bersyahadatlah kamu sampai ke martabat orang-orang ariffinbillah, karena jika kita
tidak ber-jaya memperolehnya maka berarti syahadah kita adalah syahadat tanda
yang tidak mengandung arti dan faedah apa-apa.

===============================

* Cara baca Kalimah *


Menikmati ucapan Syahadah :

BACA-AN YANG SALAH

BACA-AN YANG BENAR


Niat-kan dalam hati bahwa : ……………….
===========

** ZIKIR ** (1)

ZIKIR (1)
Sebagaimana yang pernah diterangkan pada uraian-uraian sebelumnya, bahwa
setiap orang yang hendak menyucikan dirinya dengan Allah s.w.t, ber-ke-WAJIB-an
meng-amal-kan segala petuah-petuah yang diberikan oleh gurunya di samping
berzikir dengan Allah s.w.t. karena dengan berzikir saja-lah maka hakiki dari
ke-kotor-an hati dapat disucikan, dan perlu diketahui bahwa tiada jalan lain
untuk mengembalikan Diri Rahasia Allah s.w.t. kepada ZatulHaq
melainkan dengan cara menyucikan hatinya.

Kesucian hati dapat diukur berdasarkan tahap kesucian gumpalan darah kotor
yang ada di bagian bawah jantung seseorang, yang selama ini menyelebungi
lampu Makrifat.

Dengan men-dapat-kan Nur Qalbu, maka manusia tersebut akan mem-dapat-kan


hidayah dari Allah s.w.t. seperti sabda Rasulullah s.a.w.:

KALBU MUKMININ BAITULLAH


Artinya :
Sesungguhnya hati orang mukmin itu adalah istana Allah

Apakah Hakekat daripada ZIKIR?


Sesungguhnya ZIKIR pada pandangan SYAREAT adalah mengingati Allah s.w.t.
dengan melafazkan Asma’ Allah s.w.t. yaitu apa yang ada dibibir sama dengan
yang ada didalam hati.

Namun begitu didalam bab ini saya akan membawa saudara-saudara sekalian
kepada penafsiran TASAUF.

Adapun penafsiran ZIKIR pada pandangan TASAUF boleh di-tafsir-kan bahwa : zikir
adalah satu seruan kepada semua anggota zahir dengan tujuan untuk
membersihkan hati dalam usaha-nya untuk mengembalikan Diri Rahasia kepada
tuan Empunya Diri, ini berlandaskan firman Allah s.w.t. di dalam Al Quran
Surah Ar Ra’du ayat 28
Illa bizikrullahi baianul qulub
Artinya :
Dengan ber-zikir  kepada Allah s.w.t.-Lah dapat membersihkan hati.

Adapun zikir yang biasa diamalkan orang-orang Hakekat dan Makrifat


adalah zikir Af’al, zikir Asma’, zikir Sifat dan zikir Zat.

Ber-awal Zikir AF’AL adalah dengan me-lafaz-kan kalimat Syahadat Tauhid yaitu
LAILLAHAILLALLAH, zikir ini merupakan zikir awal yang biasa diamalkan oleh
orang-orang kumpulan SYAREAT,. Zikir ini juga sering disebut sebagai zikir nafi
dan Isbab dimana si pengamal zikir ini akan me-nafi-kan segala hak pada
dirinya dan segala Af’al pada dirinya dengan meng-isbab-kan segalanya
kepada hak Allah s.w.t. semata, disamping dia juga menafikan ke-wujud-an
dirinya kepada ke-wujud-an Allah s.w.t. semata-mata.

Sedangkan Zikir ASMA itu adalah dengan cara me-lafaz-kan zikir keluar nafas
yaitu: ALLAH, zikir ini biasanya diamalkan oleh kumpulan TAREKAT.
Dimana pengamal-pengamalnya terus menerus menafikan diri zahirnya dan terus
mengisbabkan kepada diri batinnya semata-mata yaitu ALLAH.

Jika pada zikir SYAREAT yaitu LAILLAHAILLALLAH masih men-yata-kan Nafi dan
Isbab dengan melafazkan kalimah           LAILLAHAILLALLAH dengan lidah dan
hatinya secara berulang-ulang melafazkan kalimah penyaksian.

LAILLAHAILLALLAH
Tiada yang nyata hanya Allah s.w.t.

Tetapi pada zikir orang Tarekat adalah lebih ringkas lagi dengan hanya terus
menyatakan ALLAH saja. yaitu diri batin yang mengandungi Diri Rahasia
Allah s.w.t.

Zikir penyaksian diri batin ini dilakukan sambil si pengamalnya menilik


diri bathinnya.

Disini dapat-lah diterangkan bahwa konsep yang disimpulkan pada zikir Asma’ ini
adalah

LA MAUJUDU ILLALLAH
Artinya :
Tiada yang wujud pada zahir dan bathinnya hanya Allah s.w.t. semata-
mata.

Kemudian Zikir SIFAT itu adalah zikir keluar masuk nafas atau zikir TANAFAS
yaitu: ALLAH HU. Dimana lazimnya zikir ini diamalkan oleh kumpulan orang-orang
HAKEKAT. Sesungguhnya zikir ini adalah, zikir dimana pengamal-pengamalnya
telah memahami konsep pada penyaksian diri ZAHIR dan BATHIN dimana
mereka telah mendapat petuah penyaksian diri daripada gurunya yang mursyid lagi
makrifat.
Jadi bila seseorang itu berzikir dengan zikir SIFAT maka berarti dia menyatakan pada
diri zahir dan bathin-nya tentang dua konsep pegangan diatas.
ALLAH HU
LAILLAHAILLALLAH MUHAMMADARRASULULLAH

Tiada yang nyata pada diriku hanya diri bathin dan Muhammad (diri zahir)
adalah penanggung Diri Rahasia Allah s.w.t.
Adapun Zikir ZAT dengan me-lafaz-kan Zikir Rahasia NUFUS yaitu A HU, zikir ini
juga dinamakan zikir pertemuan Makrifat antara ZAKAR dan FARAJ ketika
berlangsungnya persetubuhan.
Zikir ini adalah zikir “NYATA MENYATA” di antara pemberi dan penerima yaitu
ZAT dan SIFAT yang KAMIL MULKAMIL yang makrifat antara satu dengan
lainnya.

Adapun yang dimaksud kamil-mulkamil di antara satu dengan lain itu adalah satu
kesatuan antara diri zahir dan bathin ataupun antara Hakekat Diri Allah dan
Hakekat Muhammad tidak boleh lagi bercerai berai diantara satu dengan lain
pada konsep Makrifat.

Untuk keterangan lanjut dan lebih mendalam silahkan bertanya kepada orang yang
mursyid lagi makrifat.

Syareat           = Zikir Af’al      = LAILLAHAILLALLAH


Tarekat           = Zikir Asma’ = ALLAH
Hakekat          = Zikir Sifat     = ALLAH HU
Makrifat          = Zikir Zat       = A HU

Pada peringkat awal bagi orang-orang MUFTADI (orang yang baru belajar),
mereka biasanya diberi petuah oleh gurunya supaya mengamalkan dan berpegang
dahulu dengan hakekat syahadat tauhid dan bagi orang-orang MUTTAWASID
(orang-orang pertengahan) biasanya diberi petuah oleh gurunya mengamalkan
Zikir Asma’ (ALLAH). Sedangkan bagi orang MUNTAHI (orang yang faham)
biasanya mengamalkan Zikir Sifat (ALLAH HU) dan Zikir Zat (A HU).
===================
** ZIKIR ** (2)
ZIKIR (2)

Adapun zikir LAILLAHAILLALLAH adalah zikir Isbab, sedangkan yang dikatakan


Nafi itu adalah dengan kita me-nafi-kan diri zahir kita ini tidak mempunyai hak atas
sesuatu kecuali nyata hak Allah s.w.t. semata-mata.:

LA HAYYUN                       : Hidup-ku bukan Hidup-ku


LA ILMUN                          : Ilmu-ku bukan Ilmu-ku
LA SAMIUN                        : Mendengar-ku bukan mendengar-ku
LA BASHIRUN                    : Melihat-ku bukan melihat-ku
LA KADIRUN                      : Kuasa-ku bukan kuasa-ku
LA MURIDUN                      : Kehendak-ku bukan kehendak-ku
LA MUTTAKALLIMUN           : Berkata-kata-ku bukan berkata-kata-ku
BILHAKKI ILLALLAH            : Kecuali semua-nya itu Hak Allah semata-mata.

Ber-awal LA itu adalah nafi bagi diri zahir dengan satu pegangan tubuh zahir ini
bukan tubuh kita kecuali diisbabkan dengan ILLA   yaitu pada menyatakan dengan
suatu pegangan penyaksian yang mutlak bahwa yang wujud pada diri zahir kita ini
adalah pada yang mengisbabkan kepada ILLALLAH Jadi bila dikatakan
ILLALLAH      berarti kita menyatakan dengan satu penyaksian yang mutlak bahwa
diri batin kita itu adalah hanya Allah s.w.t. semata-mata. Dalam hal ini untuk
pemahaman yang lebih mendalam silahkan baca kembali pada uraian yang
membahas hakekat syahadat.

Adapun zikir ALLAH adalah zikir Asma’ dan sesungguhnya yang dikatakan zikir
Asma’ itu adalah karena nama ALLAH yang ber-Sifat dan ber-Zat itu nyata meliputi
pada seluruh alam Saghir dan alam Kabir yaitu pada diri manusia dan alam semesta.
Semuanya tiada teruang sedikitpun kecuali samad dengan Zat, Sifat, Asma, dan
Af’al Allah s.w.t. semata-mata.

Seperti firman Allah s.w.t.


WALILLAHI MASYRIKU WAL MAGRIBU WA’AINAMA TUALLU FASYAMMA WAJHULLAH
Artinya :
Sesungguhnya milik Allah s.w.t. itu dari mashrik dan maghrib, dimana saja kamu
menghadap disitulah kamu akan melihat wajah Allah s.w.t.

Oleh karena itu bila kita melafazkan ALLAH maka dengan secara otomatis pada
hakikatnya kita men-yaksik-an bahwa semua yang wujud ini adalah Allah s.w.t.
semata-mata, tiada yang lain hanya Allah s.w.t. yaitu.:

SYUHUDU WAHDAHU FI KASYRATIN


Artinya :
Saksilah pada yang satu itu kepada yang banyak.

Adapun zikir ALLAH HU adalah zikir SIFAT. Zikir ini adalah ber-konsep-kan :

SYUHUDU KASRATIN FI WAHDAH


Artinya :
Saksilah pada yang banyak kepada yang satu

Yaitu dengan memahami apa saja yang ada, apa juga yang berlaku, dan apa juga
yang terjadi adalah daripada SUMBER yang satu yaitu Allah Ta’ala jua yang meliputi
pada zat, sifat, asma, dan afaal.
Disini bila dilafazkan ALLAH HU maka berarti hilangnya segala yang zahir dan
nyata-lah segala yang batin yaitu Allah Taala jua. Untuk memahaminya secara
mendalam silahkan lihat kembali pada uraian-uraian yang lalu.
Adapun zikir A HU adalah zikir ZAT atau dinamakan juga Zikir Makrifat. Zikir ini
ber-konsep-kan kepada :

SYUHUDU WAHDAHU FI WAHDAH.


Artinya :
Saksilah pada yang satu didalam yang satu.

Sesungguhnya maksud saksilah pada yang satu didalam yang satu adalah dengan
cara berkonsepkan penyaksian yang satu dari yang satu yaitu semuanya dari
pada Allah dan kembali kepada Allah.

INNA LILLAHI WAINNA ILLAIHI ROJIU’N


Artinya :
Semuanya dari Allah dan harus kembali kepada Allah

– Zat itu dari pada Zat yang satu,


– Sifat itu dari Sifat pada yang satu,
– Asma, itu dari pada Asma yang satu
– Af’al itu didalam Af’al yang satu

Jadi.. Zat Sifat, Asma, dan Af’al Allah Taala Semesta Alam jua,

Sesungguhya semua yang wujud dan zahir adalah dari pada yang satu dan
sebenarnya memang satu dan tidak di-sekutu-kan dengan yang lain dari pada yang
satu.
Bahwasanya Allah Taala menzahirkan SifatNya untuk menyatakan ZatNya dan
menzahirkan Af’alNya untuk menguji SifatNya dan menzahirkan AsmaNya semata-
mata untuk menyatakan  Sifat af’alNya dan ZatNya.

Tidak ada sebab lain Allah Taala menzahirkan segala-galanya melainkan untuk
diriNya saja

Setelah kita menyentuh dan memahami tentang konsep tentang ZIKIR tersebut
maka kita harus juga mem-bicara-kan tentang petuah-petuah dan adab-adab
berzikir supaya zikir yang dilafazkan itu akan mencapai tujuan untuk membersihkan
hati kita dengan Allah s.w.t.

Perlu untuk ditegaskan disini bahwa sesuatu zikir yang dikerjakan tanpa mengikuti
adab dan petuah-petuah berzikir niscaya zikir tersebut akan menjadi sia-sia karena
tidak mencapai matlumat zikir yang sebenarnya.

Banyak orang berzikir mengikuti selera masing –masing, terasa hendak berzikir
dengan nyaring lantas dinyaringkan suaranya , terlintas dihatinya hendak
dilagukan zikir tersebut, lantas dilagukanya, terasa hendak dilenggak-
lenggokan tubuhnya, lantas dilenggak-lenggokkan tubuhnya, pendek kata
berzikir bagi mereka adalah dengan cara melafazkan zikir mengikuti sekehendak hati
tanpa mendapat petuah yang mutlak untuk mencapai matmulat zikir yang
dikerjakannya..

=========

** ZIKIR ** (3)
ADAB BERZIKIR

Bila kita menyebut adab (peraturan) dan petuah-petuah berzikir maka hal ini
meliputi adab dan cara-cara untuk me-lafaz-kan suatu zikir dan aturan-aturan
sebelum, ketika dan setelah berzikir..
Adapun adab sebelum, ketika dan setelah berzikir adalah :
A.     ADAB SEBELUM BER-ZIKIR
(i)  Orang tersebut hendaklah mem-bersih-kan dirinya dan memakai pakaian yang
bersih lagi suci, seharusnya mengambil wuduh sebelum hendak berzikir.
(ii) Seharusnya sebelum hendak memulai berzikir, bacalah dahulu Al-Fatihah dan
Istighfar banyak-banyak sebagai pembuka jalan untuk menyucikan hati di samping
memohon syafa’at dari pada Baginda Rasulullah s.a.w.

B.     ADAB KETIKA BER-ZIKIR


(i)         Duduk ditempat yang suci dengan cara bersila atau duduk seperti
tahayat awal. sebaiknya hadapkan kedudukan kita ke-arah Baitullah.
(ii)        Letakkan kedua tangan keatas paha, yaitu tangan kanan diletakkan
diatas paha kanan dan tangan kiri diletak keatas paha kiri.
(iii)       Pejamkan kedua belah mata kita rapat-rapat, se-bisa-nya jangan 
membuka mata ketika ber-zikir.
(iv)      Hendaklah kita benar-benar menghadirkan diri kita didalam atau selama
berzikir dan sesungguhnya cara untuk menghadir-kan diri selama ber-zikir adalah
dengan kita “mematikan” diri kita, dimana kita harus merasai diri kita ini kosong,
tiada ber-kuasa terhadap sesuatu apapun.
LA HAYYUN, LA ILMUN, LA SAMIUN, LA BASHIRUN, LA KADIRUN, LA MURIDUN, LA
MUTAKALLIMUN BIL HAQI ILLALLAH

bacalah bacaan diatas ketika hendak memulai zikir.


(v)       Hendaklah kita benar-benar meng-ikhlas-kan hati kepada Allah s.w.t.
(vi)      Se-baik-nya me-mulai zikir dengan zikir  LA ILLAHA ILLAALLAH.
(vii)     Hendaklah menghadirkan diri kita pada setiap patah lafaz zikir yaitu
dengan cara kita harus-lah mendengar setiap patah zikir yang di-lafaz-kan
diikuti juga oleh setiap anggota zahir dan batin kita selama sedang berzikir.
(viii)    Hendaklah menilik diri kita (diri batin) selama melafazkan zikir
disepanjang acara zikir tersebut.

C.     ADAB SETELAH BER-ZIKIR


(i)         Hendaklah berdiam diri se-saat ditempat berzikir setelah selesai dan
hendaklah kita menilk diri kita (diri batin) melalui Ququssir yang terletak antara
kening kanan dan kiri.
(ii)        Tahan-kan nafas kita se-saat dan lepaskan nafas kita itu secara
perlahan-lahan dan di-ulangi sebanyak tujuh kali. Setelah itu silahkan mengucap :
ASYAHADU ALLAILLAHAILLALLAH WAASYHADU ANNA MUHAMMADDARRASULLAH
(iii)       Dan hendaklah menahan diri dari pada minum air selagi kita merasa
haus selepas berzikir, ini bertujuan supaya ’’sari-pati’’ khasiat zikir tersebut itu
dapat masuk ke jantung dan tubuh kita seluruhnya.
Adapun cara-cara untuk melafazkan zikir af’al, zikir asma, zikir sifat dan zikir
zat adalah seperti berikut, sebagaimana yang diamalkan oleh orang hakiki dan
makrifat :

A.     CARA ZIKIR AF’AL (LA ILLAHA ILLALLAH)


Adapun cara untuk melafazkan kalimah LA ILLAHA ILLALLAH itu adalah dengan
cara kita melafazkan dengan cara perlahan (tidak nyaring), hanya sekedar
untuk di-dengar-kan oleh diri kita sendiri saja dan cara baca-an-nya adalah :
LA ILLAHA ILLALLAH              = Dibaca panjang 3 alif (6 harakat)
Ketika melafazkan LA itu hendak di-ucap-kan dari pada mulut sampai ke pusat dan
ketika melafazkan ILLAHA itu dari pada arah pusat keubun-ubun , kemudianya
dilafazkan pula ILLA dengan pendek dari ubun-ubun ke khulkum dan di-hembus-
kan dengan lafaz ALLAH dengan kuat sampai pusat meng-hela ke-jantung.
Setelah melafaz LA ILLAHA ILLALLAH maka hendaklah di-teruskan didalam hati
dengan kata LA MAUJUDU ILLALLAH.

B.     CARA ZIKIR ASMA (ALLAH)


Adapun cara-cara berzikir ALLAH itu hendaklah kita memulai dengan lafaz ALLAH
yang pertama dengan panjang yaitu 2 alif (4 harakat) dari pada pusat naik ke-
kepala (ubun-ubun) dan dongak-kan kepala kearah langit dan kemudian dilafazkan
pula ALLAH (HU ALLAH) yang kedua dengan kuat di-hembus-kan pada pusat  dan
mengalir kejantung kita dan melafazkan ALLAH yang kedua itu juga hendaklah di-
panjang-kan dengan 2 alif (4 harakat).

Sebutkan ALLAH.. ALLAH.. itu dengan terang dan  mengikuti makhraj-nya.


Silah-kan tahankan nafas sehingga kita dapat menyebutkan ALLAH.. ALLAH.. itu
beberapa kali didalam satu nafas. Pada peringkat awal zikir ALLAH.. ALLAH.. itu
hendaklah dibuat secara nyaring dimulut, tetapi kemudian diperlahankan sehingga
tidak berbunyi pada mulut dan ber-zikir-lah didalam hati saja.

C.     CARA ZIKIR SIFAT (ALLAH HU)


 Silahkan lihat cara berzikir ini didalam bab yang membahas zikir nafas.

D.      CARA ZIKIR ZAT (A HU)


Adapun zikir A HU itu hendaklah dibuat didalam hati semata-mata, dan cara me-
lafaz-kan A HU dari pusat meng-hela ke ubun-ubun dan kemudian di-hembus-
kan dengan kuat ke-pusat dan mengalir ke-jantung.
Tahan nafas ketika berzikir A HU sehingga dapat dibuat beberapa kali. ulangi zikir
ini sebanyak mungkin yang dapat kita lakukan tentunya secara istiqomah.
Walaupun sudah saya jabarkan disini namun untuk keterangan lebih lanjut tentang
gambaran tulisan saya ini yang mungkin tidak begitu jelas, maka saya nasehat-kan
kepada saudara-saudara-ku sekalian untuk bertanya kepada guru hakiki dan
makrifat lagi musyrid.
Sekian wassallam.
=================

MASIH TENTANG KALIMAH


MEMBICARAKAN TENTANG KALIMAH
“ La illaha illallah Muhammadarrasulullah “
Kalimah syahadat hendaklah dijadikan darah daging kita pada siang dan malam
selama 24 jam, artinya hidup kita di dunia dan bangkit kita di hari kiamat nanti
adalah  dengan kalimah  Syahadat ini.
………………….
Artinya : Hidupku di dalam dunia ini, matiku dan bangkitku di akhirat nanti
di dalam kalimah syahadat, dan Insya Allah aku menjadi orang beriman.
Kalimah syahadat atau kalimat tauhid ini mengandung 24 huruf, semua ini
mengisyaratkan kehidupan manusia selama 24 jam dalam sehari semalam, yaitu 12
jam siang dan 12 jam malam, sebagaimana yang dinyatakan didalam
pembahasan yang lalu bahwa kalimah syahadat itu adalah menyatakan perihal diri
rohani dan jasmani kita. Kalimah ini sangatlah penting didalam penghidupan kita
untuk menuju kepada Allah s.w.t. Oleh sebab itu janganlah coba untuk dipisahkan
antara dua kalimah syahadat didalam penghidupan kita, jika kita ingin menjadi
manusia yang diredhoi di dunia dan akhirat, dan jangan sekali-kali kita mati tanpa
kalimah syahadat.

Sebelum awal disebut martabat zat semata-mata, atau dinamakan juga martabat
Ahdah pada peringkat ini belum awal belum akhir belum jadi matahari dan belum
jadi sesuatu apapun, disebut alam Ghaibul gaib makamnya adalah pada makam sir
atau rahasia semata-mata.  Pada martabat ini alamnya adalah … dan dirinya
sendiri, syariatnya adalah pada lidah.

Bermula ….. itu letaknya pada martabat sifat ataupun dinamakan juga martabat …
yaitu sabit nyata awal. Martabat ini juga pernah dipanggil martabat Noktah satu.
Pada peringkat ini makamnya adalah kalbi, alam di martabat ini adalah alam ..
adapun diri pada martabat ini adalah diri terperi .. Hakikat pada Kalbi.

Adapun ….. itu letaknya pada martabat asma’, atau disebut juga sebagai martabat
… yaitu sabit nyata kedua. biasa disebut sebagai martabat Noktah Dua, pada
peringkat ini makamnya adalah zikir. Manakala alamnya adalah alam
Disamping itu perlu ditegaskan diri pada martabat ini adalah Diri taja dan tarikatnya
adalah zikir.

Adapun …. itu dinamakan dia martabat Apaal, dinamakan martabat Alif atau
martabat Insanul kamil. makamnya pada peringkat ini adalah makam anggota
rahasia (diri rahasia) dan alamnya pada martabat ini adalah Alam Insan
manakala dirinya adalah diri terperi,  sedangkan makrifatnya adalah anggota rahasia
(diri bathin manusia).

Makna kata Muhammad


Perkataan Muhammad itu terdiri daripada empat huruf yaitu MIM, KHA, MIM,
DAL, adapun huruf MIM yang pertama itu adalah hakikat kepala kita. Huruf KHA
itu adalah hakekat badan kita, huruf MIM yang kedua hakekat …
Sesungguhnya hakekat Muhammad adalah diri kasar atau jasad kita.
Makna kata RASUL
Adapun hakekat perkataan RASUL itu adalah hakekat nyawa kita, yang menjadi
penyambung rahasia diantara jasmani dan rohani.

Berawal huruf Rasul itu mengandung empat huruf yaitu : RA, SYIN, WAW, LAM,
Adapun huruf RA itu adalah hakikat nafas huruf SYIN itu adalah hakikat ampas,
Huruf WAW itu adalah hakekat tanafas, dan huruf LAM itu adalah hakikat nupus.
Perlu ditegaskan disini bahwa nyawa itu dijadikan dari jauhar basita dan terbagi
kepada peringkat :
1. Nafas        
2. Ampas      
3. Tanapas   
4. Nupus

Jika hilang nyawa diantara rohani dan jasmani, maka orang itu akan mengalami apa
yang disebut sebagai mati.

Adapun hidup nafas itu karena ampas, hidup ampas itu karena tanapas
dan hidup tanapas itu karena nupus dan hidup nupus itu dengan sendiri
dalam rahasia.

Adapun letak nafas itu pada mulut, letak ampas itu pada hidung, letak tanapas itu
pada tengah-tengah bagian dua telinga, dan letak nupus pada kalbu.
……………….
yaitu :
Artinya : Kalbu orang-orang mukmin itu adalah istana Allah s.w.t.
Letaknya kalbu itu adalah pada jantung manusia. Seseorang itu hendaklah
menyucikan hatinya dengan berzikir supaya kentulan darah kotor di hujung jantung
hilang dan bersih.

Adapun bergeraknya nafas itu dengan zikir dan tidak pernah pula nafas berhenti
berzikir didalam waktu 24 jam dalam kehidupan kita sehari-hari, jika nafas berhenti
berzikir maka berarti manusia tersebut telah mati, dan boleh dikapankan serta di
kuburkan.

Oleh sebab itu perlu bagi setiap manusia yang ingin menuju kepada jalan makrifat,
mengetahui dan mengenalkan ilmu zikir nafas saja untuk bisa menghancurkan
kentulan darah di hati yang menjadi tempat iblis bergantung, dan disitulah
sebenar-benarnya istana iblis. Tanpa menghancurkan kentulan darah kotor itu,
maka Nur Allah s.w.t, tidak mungkin memancar  untuk memberikan sinar akal dan
iman kepada manusia itu. Sesungguhnya yang dinamakan hati kalbu itu adalah Nur
yang dipancarkan dari bahagian bawah jantung ke arah  bahagian atas jantung.

Makna Zikir
Adapun zikir nafas itu ketika keluar … dan ketika masuk adalah …. dinamakan
syariat letaknya nafas adalah di mulut.
Adapun zikir ampas itu ketika keluar … dan ketika masuk adalah … dinamakan
tarekat letaknya ampas pada hidung.
Adapun zikir tanapas itu tetap diam dengan …. letaknya ditengah-tengah antara dua
telinga, dinamakan hakikat
Adapun zikir Nupus ketika naik …. dan ketika turun …. letaknya didalam jantung dan
dinamakan makrifat.
Diri Nupus ini dikenal dengan Othman dan pekerjaan nya dikenal sebagai Ali

Makna Akal atau Imam


Adapun yang dinamakan akal adalah buah pikiran yang dipancarkan oleh Nur dari
sudut kalbu yang datang dari dalam dan menghasilkan keyakinan mutlak.
Berawal keyakinan terhadap sesuatu, terutama kepada hal-hal yang tidak bisa
dicapai oleh otak manusia misalnya perkara-perkara gaib, hanya boleh diterima oleh
satu panca indera  bathin yang bernama Nur yang memancar di dalam jantung
seseorang. Nur ini bisa diibaratkan seperti eletrik yang dihasilkan oleh dinamo yang
baik, dan   menggerakkan beberapa  fungsi lain didalam kehidupan sehari-hari.

Makna kata Allah


Adapun perkataan ALLAH itu adalah mengandung 4 huruf yaitu : Alif, Lam awal,
Lam akhir, Ha, Pertama Alif itu adalah hakikat zat, huruf Lam awal adalah
hakekat sifat, huruf Lam akhir itu adalah hakekat Asma’ dan huruf Ha itu adalah
hakekat Apaal, sesungguhnya ALLAH itu melambangkan hakekat diri rohani
kita.
Dialah hakekat tubuh rohani kita yang ada permulaan dan tiada kesudahan. Dia
tidak pernah kenal dengan apa yang namanya mati, Dia tetap hidup untuk selama-
lamanya dan inilah yang dinamakan hakekat diri. Sesungguhnya diri rohani kita ini
dapat menghasilkan 9 wajah, dan wajah ini hanya dipunyai oleh mereka yang
makrifat lagi mursyid.

===========
SHOLAT BAGIAN II
HIMBAUAN :
“Yang kita tidaktahu jangan sekali-kali kita katakan salah dan yang kita tahu jangan
sekali-kali dianggap mudah, karena itu belajarlah apa yang kita tidak tahu supaya
kita tidak keliru”
( Lanjutan dari Sholat Bagian I )

Adapun hakekat 17 raka’at dalam sembahyang lima waktu sehari semalam


mengambil dari lima perkara, yaitu : …., ALLAH, MUHAMMAD, ADAM ,….

Perkataan alif + ha itu mengandung 2 huruf menandakan sholat Subuh, perkataan


alif + lam + lam + ha (Allah)itu mengisyaratkan kepada sholat Zohor, perkataan
mim + kha + mim + dal  (Muhammad) itu mengisyaratkan sholat  Ashar dan
perkataan alif  + dal + mim (Adam) itu adalah mengisyaratkan sholat Magrib, ………

Berawal sembahyang Subuh itu adalah 2 rakaat sebab tabiat sesuatu itu adalah
dengan dua perkara yaitu zat dan sifat.
Sembahyang Zohor ada 4 rakaat sebab tajalli Allah s.w.t. itu dengan perkara yaitu :

Sembahyang Ashar itu 4 rakaat  sebab tajalli Muhammad itu dengan empat perkara
yaitu : …
Sembahyang Maghrib itu 3 rakaat sebab tajalli tuhan itu dengan tiga perkara
yaitu : …
Sembahyang Isya itu empat rakaat sebab tajalli hamba itu dengan empat perkara
yaitu : tanah, angin, api dan air

Sesungguhnya Nur muhammad itu adalah  dari Nur Allah yang di tajalli dengan
empat anasir yaitu : ….  dan Adam a.s. itu dari Nur Muhammad yang ditajalli dengan
empat anasir yaitu Tanah Nuruni, Angin Nuruni, Air Nuruni dan Api Nurani.
Dan berawal manusia itu adalah daripada Adam a.s. dengan di tajallikan dengan
empat perkara juga yaitu : daddi, waddi, manni, manikam

Inilah hakekat kejadian awal manusia yang mengandung rahasia diri Allah s.w.t
Mengapa kita harus mengucapkan Dua Kalimah Syhadat 9 kali dalam 5 waktu
sembahyang karena diri bathin kita mempunyai 9 wajah.

Berawal mengucapkan Dua Kalimah Syahadat satu kali pada sholat subuh adalah
karena memberi kesaksian pada wajah diri kita pada martabatnya Sirusir, Dua
Kalimah Syahadat pada sholat zohor di baca dua kali sebagaimana memberi
penyaksian pada wajah kita pada martabat Sir dan Ahdah. Dua Kalimah
Syahadah pada sholat ashar dibaca dua kali karena memberi penyaksian pada wajah
kita pada martabat Wahdah dan Wahdiah. Dua Kalimah Syahadah di baca dua
kali pada sholat maghrib sebab memberi penyaksian pada wajah diri kita pada
martabat Ahmad dan Muhammad dan dua kalimah syahadat pada sembahyang
Isya’ sebab memberi penyaksian pada wajah kita pada martabat mustafa dan …
                             
Berawal hakekat niat itu kepala sembahyang, dan Al-Fatihah itulah hakekat tubuh
sembahyang, dan Tahayat itu adalah hati sembahyang, dan salam itulah hakekat
kaki tangan sembahyang, oleh karena itu adalah menjadi satu perkara yang paling
penting bagi kita memahaminya.

Adapun niat itu letaknya pada martabat alif. yaitu pada … yang terkandung
didalam jasad, Taarad, Taawud dan Ta’ayin dan juga niat itu letaknya pada
makam …. ataupun pada makam …  yaitu suatu keadaan nyata di dalam tidak
nyata, oleh karena itu untuk menyatakan apa yang nyata pada makam …. itu maka
perlulah dinyatakan dengan perbuatan (apa’al)

Bahwa pada hakekatnya didalam sholat itu telah terkumpul semua rukun islam yang
lima yaitu dalam huruf  ALHAMDU
Bermula hakekat syahadat didalam sembahyang itu adalah terdapat didalam
Tahayat awal dan Tahayat akhir dalam sembahyang itu sendiri. Kita pun sering
melafazkan kalimah syahadat Tauhid dan Syahadat Rasul tersebut didalam 5 waktu
pada 17 rakaat kita sembahyang  sebanyak 9 kali. Ini maksudnya membuat
penyaksian terhadap 9 wajah diri kita, seperti yang telah diterangkan sebelum ini.
Kita mengakui bahwa tiada bagi kita untuk mensyirikkan diri kita dengan Allah s.w.t.
Kita juga mengakui bahwa kita tidak mungkin mensyirikkan Allah dengan yang lain
dari pada Allah. Maka nyatalah syahadat itu didalam sholat.
Adapun hakekat sembahyang didalam sembahyang adalah hakekat pada
perbuatan penyaksian kita terhadap diri batin kita dan diri zahir kita didalam acara
sembahyang tersebut. Sesungguhnya penyaksian terhadap diri batin dan diri zahir
itu hakekat pengertian dan pujian  hati antara zat dan sifat, pujian antara diri
dengan Empunya diri.
Sementara hakekat puasa didalam sembahyangadalah meliputi seluruh acara
sembahyang tersebut, dimana didalam sembahyang kita tidak boleh makan, tidak
boleh minum, bahkan seluruh anggota zahir dan batin berpuasa, maka kita berpuasa
telinga kita, berpuasa mata kita, berpuasa hati kita, berpuasa … dan semuanya
berpuasa. Sesungguhnya didalam acara sembahyang itulah keadaan berpuasa yang
sebenarnya.
Adapun hakekat zakat didalam acara sembahyang itu membawa makna
pembersihan hati dari pada syirik dengan Allah s.w.t. Didalam acara sembahyang
kita beberapa kali berikrar bahwa kita tidak akan sekali-kali syirik dengan Allah,
sebagaimana kita berkata :

Innassholati wanussuki wamahyaya wamamati lillahi rabbil alamin


Artinya :
Sesungguhnya sholatku, hidupku, matiku hanya bagi Allah Tuhan Semesta alam.
Tidak ada sekutu baginya karena itu aku rela diperintah, dan aku ini adalah
termasuk golongan orang-orang yang islam.

Disamping itu kita berkata :


Iyyaka na’budu waiyyaka nasytain
Artinya :
Kepada engkau aku “ sembah “ dan kepada enkau aku minta pertolongan
          Oleh karena itu jelaslah bahwa didalam sembahyang tersebut tersirat suatu
pengertian zakat yang harus dipahami oleh kita semua.

Lantas bagaimana hakekat haji didalam sembahyang ?


Sebagaimana yang kita ketahui bahwa ketika kita menyebut ibadah haji maka sudah
tentu kita membayangkan kab’ah.
Haji adalah dimana seluruh manusia menuju ke satu arah yaitu ka’bah .
Begitu pula dalam acara sembahyang, dimana sembahyang semua orang
menuju kearah yang satu yaitu ka’bah. Didalam ibadah haji manusia semua sama
derajatnya, kaya, miskin, alim, jahat, sihitam, siputih semua sama,  memakai
pakaian yang sama di Padang Arafah (ketika wukuf). Maka pada hakekatnya didalam
sembahyang tidak ada yang kaya, yang miskin, semua menghadap yang sama dan
semua perbuatan adalah harus dibuat sama, semuanya tunduk kepada Allah Tuhan
semesta alam.

Jikalau didalam ibadah haji ada tawaf di Baitullah sebanyak 7 keliling. maka didalam
hakekat sholat juga ada, tawaf itu letaknya pada Al Fatihah karena Al Fatihah
mengandung 7 ayat yang meliputi pada 7 lapis susunan jasad manusia yaitu :
bulu, kulit, daging, darah ,tulang, lemak dan lender . Dengan membaca Al
Fatihah itu kita menjelajahi seluruh anggota lapisan tubuh kita supaya menjadi satu
arah yaitu arah matlumat Allah semata-mata.

Akan saya lanjutkan lagi…

===========

0000000000000000000000000

==================================
======================================
Buku Mini Belajar Ketuhanan
AWAS JIKA ANDA MEMBACA BUKU INI PERLU HATI HATI DAN DITELITI
SEBAB JIKA TIDAK HATI HATI BISA KEPLESET
JALAN INI SANGAT LICIN

“ANA AL-HAQ”
Sesiapa yang inginkan kemenangan dunia dan akhirat, janganlah dibiarkan masa
berlalu dengan penuh kerugian. Jadikan setiap nafasmu nafas ibadah.

Wahai saudaraku,
Setelah engkau memiliki ilmu tiadalah lagi perkara yang penting melainkan beramal
dengan ilmu, berilmu tanpa amal adalah binasa. Janganlah engkau berpaling lagi ke
belakang, terus sucikan dirimu untuk menghampiri Tuhanmu sehingga terbuka
cahaya hatimu dengan ilmu terus dariNya tanpa perantaraan. Hatimu akan bersinar
dengan cahaya makrifat dan engkau memiliki harta yang amat bernilai, harta yang
tiada dijual dimaya ini, tiada dimiliki oleh para jutawan dan para raja, harta yang
menyebabkan engkau sentiasa tenang dan tiada mengharapkan apa bantuan dari
sekelilingmu. Engkau akan diangkat menjadi kekasihNya sehinga segala hajatmu
akan dipenuhi, engkau akan dijagaNya sehingga sesesiapa yang menyakitimu akan
diisytihar perang ke atasnya. Tiadalah kejayaan yang hakiki melainkan berada dalam
taman keredhaan takdirNya, hati yang terang menatap rahsiaNya, hati yang asyik
dengan Asma’Nya, hati yang fana dengan kewujudanNya.

Wahai saudaraku,
Apabila engkau benar-benar beramal dan bersungguh bermujahadah dengan penuh
keikhlasan, engkau akan dikasihiNya sehingga akan dilimpahkan ke dalam hatimu
rahsia di sebalik rahsia. Engkau akan diperlihat hakikat di sebalik syariat, engkau
mengenal dirimu dengan pengenalan yang hakiki, bukan diatas hafalan ilmu semata-
mata tetapi dengan dzauk dan Penglihatan. Hatimu diberiNya Nur sehingga dengan
Nur tersebut akan dapat menyaksikan Rahsia DiriNya. Engkau mencapai makrifat
denganNya bukan dengan Guru manusia, Dia sendiri yang akan membisikkan pada
sirrmu bahawa “ANA AL-HAQ”, maka tenggelamlah engkau dalam makrifat sehingga
engkau tiada melihat tiada segala sesuatu melainkan Ia. Engkau akan melihat
bahawa tiada suatu gerak melainkan gerak dariNya, tiada suatu yang maujud
melainkan disana ada wujudNya, engkau akan memahami firmanNya; “Di mana
kamu hadap disitulah wajah Allah”, “Wahai manusia, sesungguhnya kamu adalah
fakir disisi Allah”, “Di mana kamu berada disitulah Ia berada” dengan kefahaman
yang tiada dimiliki oleh orang biasa.

Tafsiran syariat adalah pembukaan sedangkan pentafsiran hakikat dengan dzauk


dan pandangan. Tiada akan sama seorang yang melihat permukaan laut dengan
mereka yang menyelam ke dasar laut. Tiada sama mereka yang mengenal diriNya
pada permukaan zahir dengan mereka yang menyelam ke dalam lautan rahsia diri.
Tiada akan sama dengan seorang yang belajar mengenal Tuhan dengan Guru
manusia dengan mereka yang mengenal Tuhan dengan Tuhan sendiri. Tiada akan
sama mereka yang mengucap La ilaha illaLlah di alam syariat dengan mereka yang
mengucapnya di alam hakikat. Tidak akan sama huruf, kalimah dan bunyinya pada
alam syariat dengan alam hakikat, tiada akan sama kenikmatan atau kepedihan di
alam nyata ini dengan alam hakikat, tiada akan sama orang yang mati hatinya
dengan orang yang hatinya sentiasa hidup dan asyik dengan Tuhan dan inilah yang
mesti difahami sebagaimana firman Allah “Tidak sama orang yang berilmu dengan
orang yang tiada ilmu,” “Tiada akan sama orang ahli syurga dengan ahli neraka”.

Wahai para Salik,


Jika engkau bersungguh-sungguh mengamalkan zikir di bawah bimbingan Guru yang
telah terbuka baginya rahsia segala alam sehingga telah mencapai kesempurnaan
makrifat, engkau akan merasakan perubahan pada rohanimu. Ruhmu akan melalui
pendakian dari hati yang lalai kepada hati yang hidup mengingati Allah, dari hati
yang hidup mendaki kepada hati yang asyik, kemudian mendaki pula kepada hati
yang fana dan kemudian mendaki pula (kepada) meminum rahsia makrifat di alam
yang tinggi. Nabi saw telah melakukan israk mikraj, membuka dan membelah langit
bagi umatnya kepada Tuhannya.

Janganlah menjadi manusia yang bodoh dan lalai, pintu yang yang terbuka perlulah
dilalui. Nabi dipimpin oleh malaikat Jibrail menujuNya dan engkau memerlukan
Mursyid yang memimpin tanganmu dengan kasih sayang menuju TuhanMu. Kamu
dibawa ke alam peleburan diri sehingga tiada kamu temui sesiapapun disitu
melainkan DIA SAJA YANG WUJUD. Engkau akan memahami kalimah la ilaha illaLlah
wahdahu laa syarikaalah dengan kefahaman yang terkunci lisanmu hendak
dinyatakan. Engkau juga akan memahami beberapa ramai orang yang tidak
mencapai kesempurnaan maqam ini tersilap tafsirannya sehingga ada yang
mengaku dirinya Tuhan, mengaku dirinya jelmaam Tuhan, mengaku dirinya dan
Tuhan bersatu sehingga ada dikalangan mereka yang meninggalkan syariat. Mereka
tiada dibuka rahsia dengan sempurna atau pandangan makrifat mereka diserta
dengan syaitan atau Jin. Mereka cuba bercakap ilmu para sufi namun mereka gagal
dalam menyelami rahsia “ADAM” dan“ MUHAMMAD”. Mereka juga gagal memahami
rahsia mufaraqah sebagaimana terpisahnya air laut dengan air sungai atau
terpisahnya api dengan asap.

Wahai saudaraku,
Berjalanlah dirimu kepada Tuhan dengan berpakaian syariat, tarekah, hakikat dan
makrifat. Syariat itu adalah pakaian Nabi, tarekah itu adalah perjalanan Nabi, hakikat
itu adalah batin Nabi dan makrifat itu adalah rahsia Nabi. Berpakaian syariat sahaja
tanpa hakikat adalah fasik, hakikat sahaja tanpa syariat adalah zindik. Seorang yang
berada di alam syariat sahaja adalah masih tertipu kerana apa yang dilihat dan
didengar oleh syariat tidak menjamin akan kebenaran hakikat, justeru itu seseorang
perlu menyelami lautan hakikat dan tiada cara untuk menghubungkan antara ilmu
syariat dan ilmu hakikat melainkan berilmu dan mengamalkan tarekah.

Apabila dadamu benar-benar memiliki rahsia ilmu para auliya, engkau akan
memahami kenapakah mereka itu amat kuat takut pada Allah, amat kuat berpegang
pada syariat, amat wara’ dalam setiap pekerjaan, amat zuhud pada dunia, amat
redha dengan takdir Allah, amat kuat ibadahnya, amat baik akhlak jiwanya, amat
kuat tawakalnya, amat tinggi syukurnya dan amat tinggi cintanya pada Allah dan
Rasul.
Mereka memiliki penglihatan yang tidak dapat dilihat oleh mata biasa, ia adalah Nur
yang dicampakkan ke dalam dada oleh Tuhannya sehingga tembus penglihatannya
pada alam rahsia dan FANA dan BAQA ia dengan kekasihnya. Fahamilah ia rahsia
cahaya di sebalik cahaya. Berbahagialah mereka yang mencapainya dan merekalah
yang sebenarnya telah mencapai kejayaan hakiki baik dunia atau akhirat.

WaLlahu ‘alam.

Dipetik daripada "Kitab Pendakian Salik Menuju Allah" karangan Syeikh Tokku
Ibrahim Mohamad

===========

MINTALAH KPD ALLAH


Doa Nabi Adam AS

‫ين‬ َ ‫ِن ا ْل‬


َ ‫خاس ِِر‬ َّ َ‫م َنا لَ َنكُون‬
َ ‫نم‬ َ ‫م تَ ْغ ِف ْر لَ َنا َوتَ ْر‬
ْ ‫ح‬ َ ‫م َنا أَ ْن ُف‬
ْ َ‫س َنا َوإِنْ ل‬ ْ َ‫“ َربَّ َنا ظَل‬

Ya Tuhan Kami, Kami telah Menganiaya diri Kami sendiri, dan jika Engkau tidak
mengampuni Kami dan memberi rahmat kepada Kami, niscaya pastilah Kami
Termasuk orang-orang yang merugi.” (Surah Al A’raaf :23)

Doa Nabi Nuh AS

‫ين‬ َ ‫ِن ا ْل‬


َ ‫خاس ِِر‬ ْ ‫منِي أَك‬
َ ‫ُن م‬ ٌ ‫ع ْل‬
َ ‫م ۖ َوإِاَّل تَ ْغ ِف ْر لِي َوتَ ْر‬
ْ ‫ح‬ ِ ‫ه‬
ِ ِ‫س لِي ب‬ َ َ‫سأَل‬
َ ‫ك َما لَ ْي‬ ْ َ‫ك أَنْ أ‬
َ ِ‫بِ إِنِّي أَ ُعو ُذ ب‬
ّ ‫“ َر‬

Ya Tuhanku, Sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari memohon kepada


Engkau sesuatu yang aku tiada mengetahui (hakekat)nya. dan Sekiranya Engkau
tidak memberi ampun kepadaKu, dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaKu,
niscaya aku akan Termasuk orang-orang yang merugi.” (Surah Hud :47)

Doa Nabi Hud AS

‫ِيم‬
ٍ ‫سˆˆ َتق‬
ْ ‫ط ُم‬
ٍ ‫صˆˆ َرا‬ ٰ َ‫اصˆˆيَتِ َها ۚ إِنَّ َربِّي َعل‬
ِ ‫ى‬ ُ ‫ة إِاَّل‬
ِ ‫هˆˆ َو آخِˆˆ ٌذ بِ َن‬ ٍ َّ‫ِن َداب‬
ْ ‫ُم ۚ َمˆˆا م‬ ِ َّ‫ت َعلَى الل‬
ْ ‫ه َربِّي َو َربِّك‬ ُ ‫” إِنِّي تَˆˆ َو َّك ْل‬

Sesungguhnya aku bertawakkal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu. tidak ada
suatu binatang melatapun melainkan Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya.
Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus.” (Surah Hud :56)

Doa nabi Ibrahim AS

‫وم‬
ُ ‫م يَ ُق‬
َ ‫ِين يَ ْو‬ ُ ‫ي َولِ ْل‬
َ ‫م ْؤ ِمن‬ َّ ‫ل ُد َعا ِء َربَّ َنا اغْ ف ِْر لِي َولِ َوالِ َد‬ ْ ‫صاَل ِة َوم‬
ْ َّ‫ِن ُذ ِرّيَّتِي ۚ َربَّ َنا َوتَقَب‬ َ ‫اج َع ْلنِي ُمقِي‬
َّ ‫م ال‬ ْ ِ‫ب‬
ّ ‫َر‬
‫اب‬
ُ ‫ِس‬ َ ‫ال ح‬ ْ

Wahai Tuhanku,jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orng yang tetap mendirikan
sholat.Wahai Tuhan kami,kabulkanlah doaku.Wahai tuhan Kami ,berilah keampunan
kepadaku dan dua ibu bapaku dan sekalian orang orang mukmin pada hari
berlangsungnya hisab(nanti)”.(Surah Ibrahim :40-41)

Doa Nabi Yusuf AS

َ ‫ض أَ ْن‬
‫ت َولِ ِي ّي فِي ال ُّد ْنيَا‬ ِ ‫ت َواأْل َ ْر‬ِ ‫ما َوا‬
َ ‫الس‬
َّ ِ ‫ث ۚ َفا‬
‫ط َر‬ ِ ‫حادِي‬ ِ ‫ِن تَ ْأ ِو‬
َ َ ‫يل اأْل‬ ْ ‫م َتنِي م‬ ْ َّ‫م ْلكِ َو َعل‬
ُ ‫ِن ا ْل‬
َ ‫ب َق ْد آتَ ْي َتنِي م‬
ِ ّ ‫َر‬
‫ِين‬
َ ‫صالِح‬ َّ ‫ح ْقنِي بِال‬ َ
ِ ‫ما َوأ ْل‬ً ِ‫سل‬ ْ ‫خ َر ِة ۖ تَ َو َّفنِي ُم‬
ِ ‫” َواآْل‬

Wahai Tuhanku! Sesungguhnya Engkau telah mengurniakan daku sebahagian dari


kekuasaan (pemerintahan) dan mengajarku sebahagian dari ilmu tafsiran mimpi.
Wahai Tuhan yang menciptakan langit dan bumi Engkau Penguasa dan Pelindungku
di dunia dan di akhirat; sempurnakanlah ajalku (ketika mati) dalam keadaan Islam,
dan hubungkanlah daku dengan orang-orang yang soleh”. ( Surah Yusuf : 101 )

Doa Nabi Ayub AS

‫ِين‬
َ ‫حم‬ِ ‫الرا‬
َّ ‫م‬ َ ‫ت أَ ْر‬
ُ ‫ح‬ َ ‫ض ُّر َوأَ ْن‬
ُّ ‫ي ال‬ َّ ‫“ أَنِّي َم‬
َ ِ‫سن‬

Wahai Tuhanku,sesunguhnya aku telah di timpa penyakit dan Engkau Yang Maha
Penyayang di antara semua penyayang”.(Surah Al-Anbiyaa’:83)

Doa nabi Yunus AS

َ ‫ِن الظَّالِم‬
‫ِين‬ َ ‫تم‬
ُ ‫ك إِنِّي ُك ْن‬
َ َ‫حان‬
َ ‫س ْب‬
ُ ‫ت‬ َ َ‫“ اَل إِ ٰل‬
َ ‫ه إِاَّل أَ ْن‬

Bahwasanya tiada Tuhan yang patut di sembah melainkan hanya Engkau,Maha Suci
Engkau,sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim(Surah Al-
Anbiya’:87).

Doa Nabi Musa AS

‫ِسانِي يَ ْفق َُهوا َق ْولِي‬ ْ ‫ُل ُع ْق َد ًة م‬


َ ‫ِن ل‬ ْ ‫س ِْر لِي أَ ْم ِري َو‬
ْ ‫احل‬ ّ َ‫ص ْد ِري َوي‬
َ ‫اش َر ْح لِي‬
ْ ‫ب‬ِ ّ ‫َر‬

Nabi Musa berdoa dengan berkata: “Wahai Tuhanku, lapangkanlah bagiku, dadaku;
“Dan mudahkanlah bagiku, tugasku; “Dan lepaskanlah simpulan dari lidahku,
“Supaya mereka faham perkataanku; ( Surah Taha : 25 -27 )

Doa nabi Sulaiman AS

‫ك‬
َ ِ‫مت‬
َ ‫ح‬ ِ ‫ضا ُه َوأَ ْد‬
ْ ‫خ ْلنِي بِ َر‬ َ ‫حا تَ ْر‬
ً ِ‫صال‬
َ ‫ل‬ َ ‫ي َوأَنْ أَ ْع‬
َ ‫م‬ َّ ‫ى َوالِ َد‬ ٰ َ‫ي َو َعل‬
َّ َ‫ت َعل‬ ْ ‫ك الَّتِي أَ ْن َع‬
َ ‫م‬ َ ‫م َت‬ ْ َ‫بِ أَ ْو ِز ْعنِي أَنْ أ‬
َ ‫ش ُك َر نِ ْع‬ ّ ‫َر‬
‫ِين‬
َ ‫ح‬ ‫ل‬ ‫ا‬
ِ َّ ‫ص‬ ‫ال‬ ‫ك‬ ‫د‬ ‫ا‬‫ب‬
َ ِ َ ِ ‫ع‬ ‫ِي‬ ‫ف‬ “

Wahai Tuhanku,berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmatmu yang telah
Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua ibu bapakku dan untuk
mengerjakan amal sholeh yang Engkau redhai dan masukkanlah aku dengan
rahmatMu kedalam golongan hamba-hambaMu yang soleh”.( Surah,An-Namlu : 19 )

Doa Nabi Zakaria AS


‫ِن‬
ْ ‫يم‬ َ ‫ت ا ْل‬
َ ِ‫م َوال‬ ُ ‫خ ْف‬ِ ‫ش ِقيًّا َوإِنِّي‬ َ ‫ب‬ ِ ّ ‫ك َر‬ ْ ‫م أَك‬
َ ِ‫ُن بِ ُد َعائ‬ ْ َ‫ش ْيبًا َول‬َ ‫س‬ ُ ‫ل ال َّر ْأ‬َ ‫اش َت َع‬ْ ‫م ِمنِّي َو‬ ُ ‫ظ‬ ْ ‫ن ا ْل َع‬
َ ‫ه‬ َ ‫ب إِنِّي َو‬ ِ ّ ‫َر‬
‫ضيًّا‬ ِ ّ ‫اج َع ْل ُه َر‬
ِ ‫ب َر‬ ‫و‬
ْ َ َۖ ‫وب‬ ‫ق‬
ُ ‫ع‬
ْ ‫ي‬
َ ‫ل‬
ِ ‫آ‬ ‫ِن‬
ْ ‫م‬ ‫ث‬
ُ ‫ر‬ ‫ي‬‫و‬
ِ ََ ‫ِي‬ ‫ن‬ ‫ث‬
ُ ‫ر‬ ‫ي‬ ‫ا‬ً ‫ي‬ ِ ‫ل‬
َِ ّ َ َ ُ ْ ‫و‬ ‫ك‬ ‫ن‬
ْ ‫د‬ َ ‫ل‬ ‫ِن‬‫م‬ ‫ِي‬ ‫ل‬ ‫ب‬ ‫ه‬
ْ َ ً َ
‫ف‬ ‫ا‬‫ر‬ِ ‫ق‬‫ا‬ ‫ع‬
َ ‫ِي‬ ‫ت‬َ ‫أ‬‫ر‬ ‫م‬
َ ْ ‫ا‬ ‫ت‬
ِ َ ‫ن‬ ‫ا‬ َ
‫ك‬ ‫و‬
َ ‫ِي‬ ‫ئ‬ ‫ا‬ ‫ر‬‫و‬
ََ

Dia merayu dengan berkata: Wahai Tuhanku! Sesungguhnya telah lemahlah tulang
-tulangku, dan telah putih melepaklah uban kepalaku; dan aku – wahai Tuhanku –
tidak pernah merasa hampa dengan doa permohonanku kepadaMu. Dan
sesungguhnya aku merasa bimbang akan kecuaian kaum kerabatku
menyempurnakan tugas-tugas ugama sepeninggalanku; dan isteriku pula adalah
seorang yang mandul; oleh itu, kurniakanlah daku dari sisiMu seorang anak lelaki.
Yang layak mewarisi daku, juga mewarisi keluarga Nabi Yaakub; dan jadikanlah dia
– wahai Tuhanku seorang yang diredhai serta disukai”. ( Surah Maryam : 4-6 )

Doa Nabi Isa AS

‫ِين‬
َ ‫ازق‬
ِ ‫الر‬
َّ ‫خ ْي ُر‬ َ ‫ار ُز ْق َنا َوأَ ْن‬
َ ‫ت‬ َ ‫ُون لَ َنا عِي ًدا أِل َ َّولِ َنا َوآخ ِِرنَا َوآيَ ًة ِم ْن‬
ْ ‫ك ۖ َو‬ ُ ‫ما ِء تَك‬
َ ‫الس‬
َّ ‫ِن‬ ْ ‫م َربَّ َنا أَ ْن ِز‬
َ ‫ل َعلَ ْي َنا َمائِ َد ًة م‬ َّ ‫اللَّ ُه‬

Nabi Isa ibni Maryam (pun berdoalah ke hadrat Allah dengan) berkata: Ya Allah,
Tuhan kami! Turunkanlah kiranya kepada kami satu hidangan dari langit, untuk
menjadi hari raya bagi kami, iaitu bagi kami yang ada hari ini dan bagi orang-orang
kami yang datang kemudian, dan sebagai satu tanda (mukjizat) daripadamu (yang
menunjukkan kebesaran dan kekuasaanMu); dan kurniakanlah rezeki kepada kami,
kerana Engkau jualah sebaik-baik Pemberi rezeki”. ( Surah al-Maidah : 114 )

Doa Nabi Muhammad s.a.w

‫ِن َق ْبلِ َنا ۚ َربَّ َنا َواَل‬


ْ ‫ِين م‬ َ ‫م ْل َت ُه َعلَى الَّذ‬َ ‫ح‬َ ‫ما‬ َ ‫ص ًرا َك‬ْ ِ‫ِل َعلَ ْي َنا إ‬
ْ ‫حم‬ ْ َ‫َربَّ َنا اَل ُتؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِي َنا أَ ْو أ‬
ْ َ‫خطَ ْأنَا ۚ َربَّ َنا َواَل ت‬
‫ين‬
َ ‫كاف ِِر‬ َ ‫ص ْرنَا َعلَى ا ْل َق ْو ِم ا ْل‬
ُ ‫ت َم ْواَل نَا َفا ْن‬ َ
َ ‫م َنا ۚ أ ْن‬
ْ ‫ح‬َ ‫ف َع َّنا َواغْ ِف ْر لَ َنا َوا ْر‬ ُ ‫اع‬ ْ ‫ه ۖ َو‬ِ ِ‫ة لَ َنا ب‬َ ‫م ْل َنا َما اَل طَا َق‬
ِّ ‫ح‬
َ ‫ُت‬

” Wahai Tuhan kami! Janganlah Engkau mengirakan kami salah jika kami lupa atau
kami tersalah. Wahai Tuhan kami ! Janganlah Engkau bebankan kepada kami
bebanan yang berat sebagaimana yang telah Engkau bebankan kepada orang-orang
yang terdahulu daripada kami. Wahai Tuhan kami! Janganlah Engkau pikulkan
kepada kami apa yang kami tidak terdaya memikulnya. Dan maafkanlah kesalahan
kami, serta ampunkanlah dosa kami, dan berilah rahmat kepada kami. Engkaulah
Penolong kami; oleh itu, tolonglah kami untuk mencapai kemenangan terhadap
kaum-kaum yang kafir”.( Surah al-Baqarah : 286 )

=================

Kenal diri kenal ALLAH


Makrifatullah : Jalan Keselamatan Diri Dunia Akhirat Firman Allah dalam surah az-
Zumar ayat 9 : “Adakah sama orang jahil dengan orang yang berilmu?”
Menurut ahli tasawuf, berilmu yang dimaksudkan di sini ialah Ilmu Makrifatullah.
Inilah ilmu yang paling utama dan penyelamat bagi manusia. Mengenal Allah secara
ilmu zahiri adalah sebagai pengenalan awal kepada diriNya sedangkan pengenalan
melalui cahaya hati adalah pengenalan yang hakiki. Hati yang bersih akan tersingkap
baginya pelbagai rahsia ketuhanan.

Semakin ia bersih, semakin memancarlah makrifat pada hatinya. Hati yang


memancar ini adalah hati yang melalui proses ilmu, ibadah dan mujahadah yang
istiqamah. Mereka yang tersingkap kepadanya rahsia ihsan (sentiasa melihat Allah
atau Allah melihatnya) imannya tidak perlu kepada dalil atau bukti untuk
membuktikan wujud Tuhan. Ini kerana hatinya sentiasa melihat Allah di dalam
pandangan dan pendengarannya di mana saja ia berada.

Firman Allah : “Dimana kamu hadap di situlah wajah Allah SWT.” (Al-
Baqarah : 115)

Hati yang bersih dari segala hijab keduniaan dan nafsu akan melihat dan merasai
ayat-ayat Allah dengan pandangan hakikat. Inilah kasyaf yang hakiki di mana
hatinya dapat menangkap rahsia ayat-ayat Allah dengan penglihatan yang haq.
Firman Allah : “Sesungguhnya tidaklah menyentuh Al-Quran itu melainkan mereka
yang suci…”

Ayat ini ditafsir oleh ulama tasawuf dengan maksud bahawa ayat-ayat Allah tidak
akan berada dalam jiwa yang kotor. Bacaan mereka hanyalah di lidah, bukannya di
hati. Ilmu mereka hanyalah di akal tapi tidak di hati. Tanyalah diri sendiri,
bagaimanakah perasaanmu bila membaca ayat :
“Dan Dia (Allah) bersama kamu di mana kamu berada.” (al-Hadid : 4)

Kalau hati kamu keras dan tidak merasa apa-apa, ayat di atas hanyalah sekadar
suatu maklumat pada akalmu sahaja. Dan apabila hal keTuhanan berada pada akal,
ia akan hilang apabila kamu berfikir pada perkara yang lain pula. Tetapi jika hatimu
bersih, ayat ini dapat dirasai dan dilihat dengan pandangan cahaya hati sehingga
merasai kebersamaan dengan Allah di mana saja berada.

Mereka yang mengingati Allah dalam penghayatan dan penglihatan akan merasai
kelazatan iman dan makrifat yang tidak terhingga. Allah adalah kekasihnya dan ia
meninggalkan apa jua yang boleh melalaikan ia dengan Allah. Allah adalah yang
dirindui dan ia menjadi perindu, Allah menjadi pujaan dan ia sebagai pemuja.

Sesiapa yang mengenal Tuhan, ia akan mencintai Tuhan dan leburlah segala
keindahan yang lain. Sesiapa yang mengenal Tuhan, tiadalah ia resah gelisah
dengan apa jua yang menimpanya. Memancar pada hatinya sifat kecintaan,
keyakinan, ketakwaan, kerinduan dan ia mendapat perlindungan dari Allah SWT. Ini
disebabkan hatinya sentiasa bercahaya dengan zikrullah dan Allah memberi
pengakuan dengan firmanNya :
“Dan ingatlah kepada-Ku, nescaya Aku ingat kepadanya…” (al-Baqarah :
152)
Apabila Allah mengingatinya, nescaya hatinya dipenuhi dengan cahaya kebenaran
dan terhapuslah cahaya kebatilan yang datang dari syaitan.
Firman Allah : “Apabila datangnya kebenaran akan terhapuslah kebatilan…”
(al-Isra’: 81)

Ada juga yang mentafsirkan mengingati Allah dengan melakukan kebaikan


sedangkan pentafsiran seperti ini adalah berbentuk umum dan tidak muafakat di
kalangan mufassirin yang muktabar, apatah lagi tafsiran yang dihurai oleh ulama-
ulama tasawuf yang merupakan pakar dalam bidang kejiwaan manusia.
Wallahu ‘alam.

Petikan buku : Bicara Hikmah II

=================
Bila aku kenali Aku

Bila aku kenali Aku.


Maka tiadalah aku.
Lenyaplah aku.
Sekiranya aku tahu.
Diriku adalah Aku.
Sudah pasti aku.
Kembalikan rahsia.
aku kepada Aku.
Maka carilah... ?
aku dekat Aku.
aku dalam diriku.

HAL RAHSIA DIRI


hal rahsia diri

Ilmu zahir ada 12 macam dan ilmu batin pun 12 macam dibahagi kepada golongan
Umum dan golongan khusus menurut kadar perjuangannya.
Dari 24 macam ini terbagi ia kepada 4 bab.

Bab 1 - Zahir Syariat - iaitu tentang perintah dan larangan serta hukum -
hukum.
Bab 2 - Batin Syariat - yang disebut Ilmu Batin dan Tariqat.
Bab 3 - Ilmu Batin yang disebut Ilmu Ma’rifat.
Bab 4 - Ilmu Hakikat.

Manusia diharuskan menguasai bab keempat tadi, seperti mana sabda Nabi
Muhammad SAW yang bermaksud:
“Syariat bagaikan pohon, Tariqat bagaikan cabang; Ma’rifat bagaikan
daun dan Hakikat bagaikan buah”.
Al-Quran mencakup 4 bab di atas dengan petunjuk dan isyarat secara tafsir dan
takwil. Penyusun Kitab ‘Al - Majma’ berfatwa bahawa tafsir bagi awam dan takwil
bagi orang khusus, kerana orang - orang khusus ini adalah ulama’ yang ‘rusukh’.
Rusukh maknanya tetap kuat, kukuh dan teguh di bidang ilmu. Sifat ini dimiliki oleh
ulama Rasikhin iaitu suatu hasil dari kalimat yang ditanamkan di lubuk hati setelah
berupaya membersihkan hati. Bukti ketinggian martabat ulama Rasikhin adalah ayat
Al-Quran yang mencantumkan lafaz Rasikhin yang di’athafkan kepada lafaz Jalalah
(Illallah) dalam ayat ‘Syahidallahu….’ dan seterusnya di dalam Surah Ali
Imran: 18; Mufassir Tafsir Al - Kabir berkata :
“Bila pintu yang ini (Rasikhin) telah terbuka, maka akan terbukalah segala
yang batin. Seorang hamba diwajibkan melaksanakan perintah, menjauhi
larangan dan melawan nafsu di seluruh daerah yang empat,

Mulki (jasad)
Malakut (hati)
Jabarut (fuad)
Lahut (sir)

Nafsu menggoda didaerah syariat dengan membuat perlawanan - perlawanan.


Sedangkan di daerah Tariqat, nafsu menggoda dengan mendorong dan
menyetujuinya tetapi di dalamnya terkandung tipuan seperti pengakuan menjadi
nabi, wali dan sebagainya.
Sedangkan di daerah ma’rifat nafsu menggoda dengan syirik khafi (penyekutuan
yang samar) yang bangsa cahaya seperti pengakuan menjadi tuhan. Allah berfirman
(Al-Furqan:43): “Engkau mengetahui orang - orang yang menjadi Tuhan
sebagai hawa nafsunya”

Di daerah Hakikat pula syaitan, nafsu dan malaikat tidak dapat memasukinya sebab
bila berada di situ akan hangus, kecuali AlLah. Jibril a.s. berkata : “Kalau aku
memasukkan hujung jariku ke alam ini maka hanguskah aku.

Manusia yang telah mencapai alam ini bererti dia selamat dari dua seteru;
dan jadilah dia manusia yang ikhlas”. Sesuatu yang tidak mencapai hakikat,
maka dia tidak akan mencapai ikhlas kerana sifat - sifat ‘Basyariyyah Ghairiyyah’
(sifat manusia selain Tuhan) tidak akan hancur, kecuali dengan ‘Tajalli Zat’.

Sifat bodoh hanya akan hilang dengan Ma’rifat Zat. Allah akan memberi ilmu orang
yang sampai ke darjat ini tanpa perantaraan. Manusia akan mengenal AlLah kerana
diperkenalkan oleh AlLah dan beribadat kepada AlLah dengan pendidikan AlLah,
seperti Nabi Khidir a.s. Di alam ini dia akan menyaksikan Ruh - ruh Qudsiyah dan
mengetahui Nabinya (Muhammad SAW) secara hakiki. Maka akan berbicaralah dari
akhirnya hingga permulaannya.

Seluruh nabi menyampaikan khabar gembira atas keberhasilan si hamba kerana


sampai kepada AlLah yang kekal. Firman AlLah (Surah An-Nisa’:69):
“Dan mereka itulah teman sebaik - baiknya”.
Amaliyah bagi Ruh Jasmani adalah menggunakan Ilmu Zahir. Pahalanya hanya
syurga. Maka di sana akan jelaslah kebaikan dari sifat (orang yang beribadah akan
masuk syurga; sebaliknya orang yang tidak beribadah akan masuk neraka).

Sedangkan untuk masuk ke ‘Haramil Qudsiyah’ dan dekat dengan AlLah tidak cukup
bila hanya menggunakan Ilmu Zahir saja. Untuk ke sana harus dengan Ilmu
Terbang; dan terbang itu harus menggunakan dua sayap. Bila satu, maka perjalanan
akan pincang. Maka dengan kesepaduan Ilmu Zahir dan Batin barulah sampai
seorang hamba ke Alam Qudsi.

AlLah berfirman di dalam Hadis Qudsi:


“Hai hambaKu, bila engkau ingin masuk ke HaramilKu (Haramil Qudsiyah),
maka engkau jangan tergoda oleh Mulki, Malakut, Jabarut; kerana alam
Mulki adalah syaitan bagi orang Alim; alam Malakut, syaitan bagi orang
Arif; alam Jabarut, syaitan bagi orang yang akan masuk ke alam
Qudsiyah”.

Wajib bagi semua manusia mengetahui ukuran dirinya dan jangan mengaku sesuatu
yang bukan haknya. Imam Ali berkata: “AlLah menyayangi orang - orang yang
mengetahui kadar dirinya dan tidak melewati batas perjalanannya; menjaga lisannya
dan tidak mensia - siakan umurnya”.

Seorang Alim harus mampu mencapai makna hakikat manusia yang disebut Tiflul
Ma’ani (Bayi Ma’nawi). Setelah itu harus mendidiknya dengan tetap melakukan Asma
Tauhid dan keluar dari alam Jasmani ke alam Ruhani, iaitu alam As-Sirri yang di
sana tidak sesuatupun selain AlLah. Sir itu seperti lapangan dari cahaya, tidak ada
hujungnya. Inilah Maqam Al-Muwahidin.

Mudah - mudahan tulisan di atas bermanfaat dan menjelaskan sedikit sebanyak hal
rahsia diri - insan. Berusahalah untuk mencapai ke tahap itu melalui tunjukan guru
atau orang yang ahlinya. Ada di antaranya sengaja tidak dihuraikan dengan lebih
lanjut kerana sebagiannya adalah rahsia yang perlu dibicarakan secara khusus.

======================

HU..ALLAH
Siapa yang jahil tentang ZatKu.
Di bawah tabirKu.
Dia akan bertanya di mana Aku?.
Katakan...
Aku sentiasa ada.
Di mana sahaja.
Aku tidak tertakluk kepada ruang atau lompang.
Marilah ke Hadirat Ilahi yang kekal abadi.
Adakah yang lain sekutu bagiNya?...
Anda berada dalam hampirNya itu.
Janganlah ditempatkan Dia.
ZatNya itu tidak terjangkau oleh selain daripada Dia.
Tidak terjangkau dan tidak tercapai.
Dia tersembunyi dalam penzhohiranNya.
Hijab demi hijab menyelubungi .
Hu...Allah..
Amin.
===============

INSAN KAMIL
Si hamba menyaksikan bahwa Insan Kamil adalah pertemuan di antara ketuhanan
dan kehambaan. Pada Insan Kamil berkumpul pengetahuan tentang Tuhan dan
pengetahuan tentang makhluk Tuhan. Insan Kamil mengenal Tuhan dalam aspek
tanzih dan tasybih. Insan Kamil memperoleh maklumat Hakikat Muhammad secara
lengkap dan sempurna. Insan Kamil yang memiliki ilmu dan makrifat yang
sempurna. Insan Kamil yang mempunyai pengenalan yang sempurna tentang
Tuhan. Insan Kamil juga mempunyai pengetahuan yang sempurna tentang apa yang
Tuhan sampaikan kepada hamba-hamba-Nya.

Insan Kamil juga mempunyai maklumat Hakikat Insan secara sempurna. Oleh
kerana Hakikat Insan mengumpulkan maklumat yang lengkap tentang manusia dan
alam makhluk sekaliannya, maka Insan Kamil mempunyai pengetahuan yang
lengkap tentang manusia dan alam makhluk sekaliannya. Seluruh alam semesta
‘terkandung’ dalam Insan Kamil. Hati si hamba yang terbuka kepada suasana
Hakikat Insan Kamil menyaksikan seluruh alam semesta berada dalam hatinya. Si
hamba menyaksikan pengetahuan ketuhanan datang secara langsung kepada
hatinya.

Pembukaan kepada Hakikat Insan Kamil membuat hati si hamba menyaksikan alam
semesta disempadani oleh dirinya dan pada masa yang sama dia menyaksikan ‘Allah’
bersemayam dalam hatinya. Inilah peringkat yang paling tinggi bahayanya dalam
semua peringkat pengalaman kerohanian. Ketuhanan dan kehambaan muncul pada
hati yang sama, pada perasaan yang sama dan pada masa yang sama. Hanya
kehambaan yang sentiasa membayanginya meneguhkan tapak kakinya berpijak
pada jalan yang benar. Kehambaan pada peringkat ini sangat rapuh, mudah saja
menjadi hancur lebur. Jika hal yang demikian terjadi hati si hamba tidak lagi melihat
perbedaan di antara hamba dengan Tuhan, dirinya dengan Tuhan. Keadaan seperti
ini tidak muncul sewaktu menyaksikan Hakikat-hakikat yang lain termasuklah
Hakikat Muhammad kerana pada ketika itu makhluk dan dirinya tidak ada dalam
perhatian dan kesadarannya. Pada tahap mengalami suasana Hakikat Insan Kamil ini
kesadar! an dan perhatian kepada diri dan makhluk baru saja muncul kembali,
belum begitu kuat dan berpengaruh. Kesadaran dan perhatian tersebut baru pada
tahap seumpama bayang-bayang yang belum melekat benar pada hati. Hakikat
Insan Kamil adalah umpama stesen bebas bagi hati. Ia boleh menjadi Tuhan dan
hamba pada masa yang sama. Ia juga boleh menjadi nabi dan wali. Ia juga boleh
menjadi malaikat.
Jika seseorang yang baru saja kembali sedikit kesadarannya terhadap kewujudan
dirinya larut dalam Hakikat Insan Kamil, hatinya akan mengalami apa yang biasa
disebut oleh orang sufi sebagai bersatu dengan Tuhan. Rasa bersatu dengan Tuhan
berbeda daripada mengalami suasana keesaan yang berlaku Pada ketika itu keesaan
dialami dalam suasana tiada kesadaran terhadap diri sendiri. Si hamba hanya
menyaksikan Allah s.w.t semata-mata, tidak pada dirinya dan makhluk lainnya. Dia
hanya menyaksikan satu wujud yaitu wujud Allah s.w.t, wujud yang lain tidak ada
dalam perhatiannya. Oleh yang demikian tidak timbul isu bersatu dengan Tuhan
pada peringkat itu. Pada peringkat Hakikat Insan Kamil pula wujud Allah s.w.t dan
wujud dirinya nyata dalam kesedarannya dan mungkin dia tidak dapat membedakan
yang satu dengan yang lain. Dalam keadaan demikian dia mungkin menyaksikan
Allah s.w.t sebagai Haq (Yang Hakiki) dan juga khalq (makhluk sebag! ai bayangan
Yang Hakiki). Dia mungkin merasakan dirinya sebagai Tuhan dan hamba Tuhan,
yang sama dalam aspek yang berbeda. Dia mungkin melihat sifat-sifat yang ada
pada dirinya sebagai sifat Tuhan dan dia menjadi pendhahir sifat Tuhan secara
sempurna. Dia mungkin merasakan pada wujudnya yang satu bertemu Wujud Tuhan
dengan wujud alam semesta. Dia mungkin menyaksikan seluruh alam semesta
seumpama bola kecil terkandung di dalam hatinya. Dia mungkin melihat badannya
sebagai Arasy, rohnya sebagai Roh Muhammad dan zatnya sebagai Zat Tuhan. Dia
mungkin juga melihat ilmunya sebagai Ilmu Tuhan dan bakat dirinya sebagai
malaikat.

Bila dikuasai oleh rasa kelarutan dalam Hakikat Insan Kamil dia mungkin melihat
dirinya berada pada satu falak di atas daripada falak yang ada makhluk yang lain.
Malaikat, jin dan yang lain-lain mungkin dilihatnya berada di bawah daripada falak
dirinya. Dia mungkin melihat bakat dirinya bergerak melalui makhluk yang lain. Jika
dia berada dalam satu kumpulan pekerja dia mungkin melihat bakat dan daya
upayanya berada pada setiap pekerja tersebut.

Suasana hati yang bergabung dengan Hakikat Insan Kamil mungkin membuat
seseorang melaungkan “Ana al-Haq!��?.
Ucapan “Ana al-Haq��?
pada peringkat ini berbeda daripada ucapan Ana al-Haq , dahulu si hamba semata-
mata menjadi alat dan Tuhan Pengguna alat. Si hamba tidak melihat ucapan
tersebut sebagai ucapannya.
Dia menyaksikan Kalam Tuhan yang keluar daripadanya. Pada peringkat Hakikat
Insan Kamil pula ucapan “Ana al-Haq��?
dilafazkan dalam keadaan ada kesadaran diri. Kesadaran tersebut membuatnya
melihat ucapan itu sebagai ucapan Tuhan dan juga ucapan dirinya yang bersatu
dengan Tuhan. Apa yang dia ucapkan itulah yang Tuhan ucapkan, dan apa yang
Tuhan ucapkan itulah yang dia ucapkan. Beginilah keadaan yang berlaku kepada
orang yang larut dalam Insan Kamil.

Ramai orang menyangkakan Insan Kamil adalah penghabisan jalan. Mereka jadikan
Insan Kamil sebagai makam mereka.

Semua keturunan Adam a.s dinamakan manusia. Dalam bangsa manusia itu ada
golongan yang sempurna dinamakan manusia yang sempurna. Dalam golongan
manusia yang sempurna itu ada kumpulan yang menjadi Nabi dan Rasul. Bangsa
manusia secara keseluruhannya dikuasai oleh Hakikat Insan. Golongan manusia
yang sempurna itu pula dikuasai oleh Hakikat Insan Kamil. Dalam golongan manusia
yang sempurna itu, yang menjadi nabi dan rasul dikuasai pula oleh Hakikat
Muhammad.

Hakikat-hakikat,
termasuklah Insan Kamil, bukanlah makhluk yang ada dalam alam.
Hakikat adalah urusan Tuhan. Insan Kamil adalah urusan Tuhan yang menguasai
satu kumpulan manusia yang sempurna kehambaannya kepada Allah s.w.t. Insan
Kamil yang asli, yang ada pada sisi Tuhan tidak berupa, tidak berbentuk, tidak
berwarna, tidak menempati ruang dan zaman dan juga tidak bernama.

Manusia-manusia sempurna yang muncul di atas muka bumi bolehlah dikatakan


salinan lengkap kepada Insan Kamil yang asli. Manusia yang paling sempurna,
menjadi salinan Insan Kamil yang paling sempurna menerima penguasaan
sepenuhnya daripada Hakikat Muhammad dan beliau adalah Nabi Muhammad s.a.w.

Manusia-manusia sempurna yang lain, walaupun sempurna tetapi kesempurnaan


mereka tidak mencapai tahap kesempurnaan Nabi Muhammad s.a.w. Mereka tidak
menerima penguasaan Hakikat Muhammad secara lengkap, selengkap Nabi
Muhammad s.a.w. Oleh itu hanya Nabi Muhammad ! s.a.w saja yang bernama
Muhammad, yang lain bernama Ibrahim, Musa, Isa, Nuh dan lain-lain. Manusia
sempurna yang lain tidak mengaku diri mereka sebagai Muhammad walaupun
mereka juga menerima maklumat daripada Hakikat Muhammad.

Sejak Nabi Adam a.s sampailah kepada Nabi Isa a.s tidak ada seorang Nabi pun
yang mengaku menjadi Muhammad. Kumpulan manusia yang sah kesempurnaan
mereka tidak mengaku menjadi Muhammad atau bersekutu dengan Muhammad.
Jika ada orang yang mengaku menjadi Muhammad atau bersekutu dengan
Muhammad, baik secara zahir atau secara batin, maka nyatalah mereka telah keliru
dalam memahami hakikat.

Salinan Insan Kamil yang paling sempurna dalam kumpulan Nabi-nabi adalah Nabi
Muhammad s.a.w, penutup Kenabian. Salinan Insan Kamil yang sempurna dalam
kumpulan wali-wali adalah Muhammad Imam Mahadi, penutup kewalian.

Muhammad Imam Mahadi tinggal di dalam dunia dan menjalankan tugas yang
diamanahkan kepadanya oleh Allah s.w.t. Bila tugas tersebut selesai beliau kembali
ke rahmatullah. Pada ketika itu salinan Insan Kamil tidak akan muncul lagi ke dunia.
Bila salinan Insan Kamil tidak ada lagi di dalam dunia maka tertutuplah ilmu
ketuhanan. Tidak ada lagi manusia yang mengenal Allah s.w.t. Pada ketika itu
berlakulah kiamat besar.

Ada beberapa perkara lagi perlu diketahui berhubung dengan daerah Insan Kamil
yang selalu diperkatakan apabila bercakap mengenainya. Insan Kamil dikatakan
bersemayam di dalam Kaabatullah. Kaabatullah selalu disebut dalam
memperkatakan tentang hakikat. Ada orang mengatakan dia bersembahyang
menghadap Kaabatullah. Ada pula yang mengatakan dia bersembahyang di dalam
Kaabatullah. Yang lain pula mengatakan dia sembahyang dengan ketiadaan
Kaabatullah. Ada juga orang mengatakan dia menemui Rasulullah s.a.w di dalam
Kaabatullah. Berbagai-bagai lagi keadaan Kaabatullah yang diceritakan orang dalam
menggambarkan suasana hakikat.

Kaabatullah yang dikatakan seperti cerita di atas merupakan suasana simbolik bagi
menggambarkan keadaan hubungan hati dengan Allah s.w.t. Umat Islam
bersembahyang menghadap Kaabatullah bukan bermakna mereka menyembah
Kaabatullah dan bukan juga Allah s.w.t berada dalam Kaabatullah. Allah s.w.t
memilih Kaabatullah sebagai tempat yang boleh dirasakan kehadiran-Nya dengan
kuat. Jadi, Kaabatullah dihubungkan dengan Hadrat Ilahi. Berhadap ke Kaabatullah
bermakna menghadap kepada Hadrat-Nya.

Di dalam suasana hakikat, Kaabatullah menjadi misal bagi suasana ketuhanan. Bila
dikatakan Insan Kami bersemayam di dalam Kaabatullah ia bermaksud Insan Kamil
adalah suasana ketuhanan, berada dalam Ilmu Tuhan. Orang yang bersembahyang
di dalam kesedaran melihat Kaabatullah berada di hadapannya. Orang yang di dalam
zauk merasakan berada di dalam Kaabatullah. Orang yang baqa dengan Allah s.w.t
tidak melihat kepada Kaabatullah. Orang yang ‘memasuki’ Ilmu Allah, mengenali
suasana Hakikat Muhammad dan mengambil ilmu daripada sumber tersebut,
menggambarkannya sebagai berjumpa dengan Rasulullah s.a.w di dalam
Kaabatullah dan menerima pengajaran daripada baginda s.a.w. Pengalaman-
pengalaman yang disebut di atas merupakan pengalaman dalam 'misal kepada
hakikat’.

Penyaksian terhadap rupa, bentuk, cahaya dan warna adalah penyaksian kepada
misal bagi hakikat-hakikat. Apa yang disaksikan itu menjadi cermin yang
membalikkan kefahaman tentang hakikat yang tidak boleh disaksikan. Rasulullah
s.a.w melihat pada malam Israk dan Mikraj, bentuk misal kesenangan dan
kemewahan dunia sebagai perempuan cantik dan umur dunia yang sudah lanjut
sebagai perempuan tua. Kedua-duanya menceritakan tentang hakikat dunia tetapi
berlainan rupa bagi menceritakan maksud yang berbeda.

Hakikat boleh diibaratkan sebagai cahaya dan cermin sebagai Alam Misal. Jika benda
nyata diletakkan di hadapan cermin dan cahaya dipancarkan kepadanya, akan
kelihatanlah gambaran benda nyata itu di dalam cermin. Gambaran yang kelihatan
di dalam cermin itu menyatakan bahawa pada benda nyata itu ada pancaran cahaya.
Cahaya disaksikan dalam bentuk benda-benda nyata. Bentuk benda-benda nyata itu
menjadi misal kepada cahaya, menceritakan bahawa di sana ada kehadiran cahaya.
Tetapi benda nyata dan gambaran benda nyata yang kelihatan atau bentuk misal itu
bukanlah cahaya. Cahaya tetap dalam keadaan aslinya yang tidak ada rupa dan
warna. Ada orang yang tidak membedakan bentuk misal dengan cahaya yang asli.
Orang yang tidak membedakan bentuk misal dengan hakikat kepada yang
dimisalkan itu memahamkan hakikat ketuhanan mempunyai wajah-wajah tertentu.

Hakikat Insan Kamil adalah umpama cahaya yang hening. Hati insan umpama
cermin yang jernih. Orang yang memandang ke dalam cermin hatinya bersuluhkan
cahaya Hakikat Insan Kamil akan menyaksikan wajahnya sendiri di dalam cermin itu,
lalu dia menyangkakan bahawa itulah wajah Insan Kamil yang asli, dan itu jugalah
wajah Tuhan yang tidak dibedakan dengan Insan Kamil. Jika orang Hindu
menyembah tuhan dalam rupa monyet orang tadi menyembah Tuhan dalam rupa
dirinya sendiri. Lama-lama orang Hindu menyembah monyet, tidak lagi menyembah
Tuhan. Lama-lama orang tadi menyembah dirinya, tidak lagi menyembah Tuhan.
Inilah yang selalu terjadi kepada orang yang berjalan kepada hakikat tanpa
membawa syariat.

Orang yang berjalan pada jalan kerohanian perlu melepasi bentuk-bentuk misal.
Lepaskan apa juga yang sampai kepada penyaksian. Nafikan dengan kalimah “La
ilaha illa Llah��?.
Orang yang berjaya melepasi bentuk-bentuk misal tersebut akan sampai kepada
Penyaksian Hakiki, yaitu menyaksikan tanpa rupa, bentuk, cahaya, warna dan
wajah. Pada Penyaksian Hakiki juga tidak ada suara, tidak ada huruf. Penyaksian
berlaku kepada mata keyakinan. Si hamba yang menyaksikan dengan mata
keyakinan mengucapkan: “Sesungguhnya hatiku tidak berasa syak lagi bahawa
Engkau yang daku pandang tanpa rupa, tanpa bentuk, tanpa cahaya, tanpa warna,
tanpa suara dan tanpa huruf��?. Itulah keadaan memandang dengan tiada
sesuatu yang dipandang, tahu tanpa sesuatu pengetahuan dan kenal tanpa sesuatu
pengenalan. Penyaksian akal dinamakan ilmul yaqin. Penyaksian mata hati
dinamakan ainul yaqin. Penyaksian mata keyakinan dinamakan haqqul yaqin. Haqqul
yaqin meru! ntuhkan segala pengetahuan dan penyaksian kerana sesungguhnya
Tuhan adalah:

Tiada sesuatu yang serupa dengan-Nya

Keyakinan terhadap Allah s.w.t adalah:

Dan Dia Mendengar dan Melihat


Jika seseorang mau cepat sampai ke matlamat hendaklah bersegera melepaskan
bentuk-bentuk misal yang sampai kepada penyaksiannya. Berpindahlah kepada
Penyaksian Hakiki. Tanda seseorang sudah memiliki Penyaksian Hakiki adalah dia
dapat melihat hakikat ketuhanan pada dua perkara yang bertentangan dengan sekali
pandang. Nama, rupa, bentuk, cahaya dan warna tidak menghijab pandangannya
untuk menyaksikan hakikat atau Rububiah. Makrifat tentang nama-nama Tuhan
penting bagi memperolehi Penyaksian Hakiki. Jika Yang Menghidupkan tidak
menghijab Yang Mematikan, Yang Menaikkan tidak menghijab Yang Menjatuhkan,
Yang Memberi tidak menghijab Yang Menahan, Yang Awal tidak menghijab Yang
Akhir, Yang Zahir tidak menghijab Yang Batin, maka yang disaksikan pada setiap
masa dan dalam semua suasana adalah Yang Maha Esa. Apabila mata ilmu dan
mata hati tidak menutup mata keyakinan maka yang disaksikan adalah Yang Haq!

Tidak semua orang yang memasuki daerah Hakikat Insan Kamil akan terdorong
kepada suasana bersatu dengan Tuhan. Si hamba yang telah mengalami suasana
kehadiran kenabian dan mengalami pula suasana keesaan Tuhan akan sentiasa
dibayangi oleh rasa kehambaan kepada Tuhan. Pertembungan dengan Hakikat Insan
Kamil tidak menyebabkan berlakunya perlarutan. Suasana Hakikat Insan Kamil
dialaminya sebagaimana mengalami suasana Hadrat kenabian dan Hadrat
ketuhanan. Si hamba tidak mengalami suasana menjadi Insan Kamil atau menjadi
Tuhan atau bersatu dengan Tuhan. Insan Kamil merupakan salah satu Hadrat yang
dialaminya dan melalui pengalaman tersebut dia mengerti maksud Insan Kamil.

Orang yang berjalan pada jalan kehambaan akan menetap sebagai hamba, tidak
berubah menjadi Adam atau Muhammad atau Insan Kamil atau Tuhan. Sepanjang
perjalanan dia berada dalam suasana dia yang menyaksikan dan melalui penyaksian
tersebut dia memperolehi pengetahuan dan pengenalan (ilmu dan makrifat) tanpa
melepaskan pandangan kepada “Allah Yang Maha Esa��? dan “Tiada sesuatu
serupa dengan-Nya��?. Melalui jalan kehambaan kehadiran kenabian, kehadiran
Hakikat-hakikat Insan, Muhammad dan Insan Kamil dan juga kehadiran Tuhan
berperanan sebagai Pembimbing. ‘Pertemuan’ dengan Hadrat-Hadrat tersebut
memperkuatkan Petunjuk Ghaib dalam dirinya. Juru-bicara dalam dirinya sentiasa
memberi peringatan. Dia diperingatkan agar berjalan terus, jangan berhenti
walaupun dijanjikan syurga atau dihalang oleh neraka, walaupun dibukakan suasana
Hakikat-hakikat. Semua itu untuk diketahui dan untuk dikenal, bukan tempat untuk
bermakam.

Dalam suasana Hakikat Insan Kamil, seseorang biasa berjumpa dengan hakikat
maut yaitu mengalami suasana Izrail. Boleh juga dikatakan jika seseorang itu tidak
mengalami suasana Izrail dia tidak memasuki daerah Insan Kamil dengan
sepenuhnya. Dia mungkin berjalan di bawah bayangan daerah itu sahaja.

Manusia biasa naik ke langit melalui jalan biasa yang dilalui oleh semua orang, yaitu
jalan mati. Orang yang memasuki daerah Hakikat Insan Kamil juga mengalami
kematian, tetapi bukan kematian tubuh badan. Kematian yang berlaku di sana
adalah kematian secara kebatinan, yaitu merasai kehadiran Maut. Dia mungkin
merasai suasana kematian beberapa kali pada alam kebatinannya. Pengalaman yang
demikian membuka penutup pada hati. si hamba telah menghadapkan dirinya
kepada maut. Pada ketika itu dia menuju kepada pengecilan kesedaran terhadap diri
sendiri. Ia menjadi lonjakan untuk mencapai stesen yang berikutnya. Tetapi
pengalaman tersebut tidak banyak memberi pengertian kepada dirinya. Dalam
daerah Hakikat Insan Kamil pula si hamba sedang menuju ke arah pembesaran
kesedaran terhadap diri sendiri. Oleh itu setiap pengalaman menarik perhatiannya.
kehadiran Maut pada daerah Insan Kamil memperjelaskan pengalaman . Dalam
daerah! Insan Kamil ini si hamba merasakan sangat hampir dengan Maut. Biasa
terjadi pada peringkat ini dia mendapat firasat mengenai kematian orang-orang
tertentu dan kemudiannya ternyata firasat tersebut adalah benar. Keadaan ini
bersifat sementara saja. Apabila dia meninggalkan daerah Insan Kamil dia keluar
juga daripada Hadrat Maut itu dan firasat tentang kematian tidak ada lagi.

Apabila Hadrat Maut dan Hadrat Insan Kamil bertemu pada satu daerah, pada satu
hati, suasana kehambaan akan menetap dan terhindarlah suasana ketuhanan.
Hadrat Maut memperlihatkan kedaifan, kehinaan dan kejahilan si hamba. Hadrat
Insan Kamil memperlihatkan kekuasaan, kemuliaan dan kebijaksanaan Tuhan. Orang
yang benar-benar menyaksikan keagungan Tuhan adalah orang yang sedang
menghadapi sakratul maut. Keadaan ini samalah seperti keadaan orang yang
menerima uang satu juta dan pada masa yang sama dia mengetahui bahwa dia
menghidapi penyakit kanser yang akan membawanya kepada maut. Begitulah
umpamanya keadaan hati yang merasai Hadrat Maut dan Hadrat Insan Kamil pada
satu masa. Dia diperlihatkan kekerdilan dirinya sebagai hamba Tuhan dan
keagungan Allah s.w.t sebagai Tuhan. Bertambah kuatlah rasa kehambaan pada
dirinya. Jadi, Hadrat Insan Kamil yang menyebabkan sebahagian orang mengalami
suasana bersatu dengan Tuhan boleh ju! ga menambahkan rasa kehambaan. Si
hamba yang bertambah rasa kekerdilan diri dan kehambaannya kepada Tuhan
bermunajat kepada Tuhan dengan penuh tawaduk 
 
 

==================

KIBLAT
Pertama : Kiblat kearah tenggelamnya arah matahari,masuk pada Syariat.
Kedua : Kiblat I’tiqat hati berbetulan dengan Baitullah,masuk kepada Thariqat.
Ketiga : Kiblat I’tiqat hati berbetulan dengan Baitul Ma’mur,masuk kepada Haqiqat.
Keempat : Kiblat I’tiqat hati seakan-akan menghadap muka (wajah) kita kepada
Allah Ta’ala masuk kepada Ma’rifat Kamalul Yaqin

Adapun keterangan yang lebih jelas yang menentuka bahwasanya Muhammad itu
tiada mempunyai sesuatu hanya sekedar nama jua,adalah seperti tersebut dibawah
ini :
1. Adapun yang dikatakan Rahasia Muhammad itu,sebenarnya tiada lain dari pada
kezahiran 5 (lima) Sifat Allah yang dinamakan : Ujud – Qidam – Baqa –
Mukhalafatuhu Lil Hawadits – dan Qiamuhu Ta’ala Binafsihi : yaitu kaliamah:La.

2. Adapun yang dikatakan Nyawa Muhammad itu,sebenarnya tiada lain dari pada
kezahiran 6 (enam) sifat Allah dinamakan kalimah : Ilaha yaitu: Sama’- Bashar –
Kalam – Sami’un – Basirun – dan Mutakalimun.yaitu kalimah : Ilaha

3. Adapun yang dikatakan Hati Muhammad itu,sebenarnya tiada lain dari pada
kezahiran 4 (empat) sifat Allah yang dinamakan Illa yaitu : Qudrat – Iradat – Ilmu –
dan Hayat,yaitu kaliamah Illa.

4. Adapun yang dikatakan Tubuh Muhammad itu,sebenarnya tiada lain dari pada
kezahiran 5 (lima) sifat Allah yang dinamakan kalimah Allah yaitu : Qadirun –
Muridun – Alimun – Hayyun – dan wahdaniyat,yaitu kalimah: Allah.

Jadi jelas bahwa Muhammad itu adalah sifat Allah jua.yaitu sifat
kebesaran,keelokan,dan kesempurnaan yaitu yang dinamakan dengan kalimah
tauhid artinya Esa.
Kalimah yang mulia yaitu : “ LA ILAHA ILLA ALLAH “ artinya tiadfa yang terdahlu hai
Muhammaad dan tiada yang terkemudian ya Muhammad malainkan tiap-tiap
sesuatu itu beserta Allah.
Maka wajiblah diketahui maksudnya kalimah yang itu,supaya menjadi tauhid dan
Ma’rifat.

¨ Adapun kalimah “ La Ilaha Illa Allah “ itu terbagi dua: pertama La Ilaha-dan kedua
Illa Allah.
¨ Adapun La Ilaha itu,sifat kekayaan yang tiada ad kekurangan yang maih
berkehendak yaitu Muhammad.
¨ Kemudian hendaklah kita ketahui,yang bernama Muhammad itu,apa oleh Allah
Ta’ala – dan yang bernama Alllah Ta’ala itu,apa oleh Muhammad ….supaya benar-
benar bisa menjadi tauhid pada kalimah yang muliaitu adanya.

Adapun itu,hamba artinya hamba itu,Ilmu-nya Rahasia-nya oleh Allah Ta’ala: karena
Allah itu nama bagi zat yangWajibal Wujud dan mutlak,yakni bathin Muhammad dan
Ta’ala itu adalah nama bagi sifat,yakni zahir Muhammad.

Jadi jelaslah – zahir dan bathin Muhammad itulah yang bernama Allah Ta’ala.dengan
demikian,maka patutlah kalimah yang mulia itudinamakan kalimah tauhid artinya
kalimah Esa yaitu: La Ilaha Illa Allah,maka kalimah yang mulia ini pertemuan hamba
dengan Tuhan-nya.

Lagi pula,kalimah yang mulia ini – diumpamakan sebesar-besar dan selebar-lebar


gedung perhimpunan segala Rahasia,segala Ruh,segala Nyawa,segala Ilmu,serta
isinya Islam dan Iman,segala tauhid dan ma’rifat,yang kesemuanya itu adalah
terhimpun didalam kalimah yang mulia itu adanya.

“La Ilaha Illa Allah” pada Ma’rifat artinya Tiada ada Ujud sesuatupun melainkan Allah
jualah yang Maujud.

============================

TAKBIRATULIHRAM
1. Bahwa takbir engkau dengan syah lagi jasan yakni yaqin.
2. Bahwa adalah hatimu itu hadir dengan Allah ta’ala yakni ingat kepada allah
ta’ala ….maka takbir engkau serta membenarkan Allah ta’ala
3. Takbir enkau itu menjauhi apa yang dilarang Allah SWT.
4. Bahwa diwaktu mengangkat takbir itu tempat perhimpunan dari pada”LA
ILAHA ILLA ALLAH” yaitu pandangan kita hanya kepada Allah semata-
mata.artinya diri kita itu fana sekali-kali tidak mempunyai……..melainkan
hanya Ujud Allah jua adanya.
5. Sembahyang-mu itu dikerjakan dengan khusyu’ artinya tetap hatimu
menghadap kepada Allah ta’ala fan tetap angota jangan bergerak yang sia-
sia.
6. Hendaklah sembahyangmu itu ikhlas artinya bersih amal ibadat kita semata-
mata karena Allah ta’ala.

7. Sujud engkau itu,munajat artinya berkata-kata dengan Allah ta’ala didalam


sembahyang – pada ……rasanya didalam rahasia hatinya …….itulah orang
munajat dihadirat Allah Ta’ala.
8. Dan Takbir engkau itu…hadir hatimu kepada Allah Ta’ala.

Hadir artinya tiada berpaling kepada sesuatu didalam sembahyangnya.

Zat wajibal wujud qadim yang disembah


Harap karunia ampun,rahmat dari pada Allah

LA ILAHA ILALLAH : Bagi Ruhul Hayat


MUHAMMAD DARRASULULLAH : Bagi Tubuh Insan Kamil.

¨ Ruhul Hayat itu artinya Allah Ta’ala tajallia kepada Hayat.


¨ Tubuh Insan Kamil itu artinya Tubuh Insan yang sempurna atau Tubuh
Muhammad yang sempurna.

Muhammad itu tiada jua sifat kebesaran,keelokan dan kesempurnaan.Sabda Nabi


SAW. Artinya : Barang siapa yang meninggalkan sembahyang dengan sengaja maka
sesungguhnya kafir yang nyata.
Ini adalah keterang dari pada mengenal jalan atau Aqidatun Rajih.

Caranya kita hendak mengangkat Takbiratul Ihram yaitu kita tarik nafas kita dengan
HU (haqiqatnya Aku (Aku-Besar-Allah) masuk kedalam,setelah itu angkat
Takbir”Allahu Akbar” dengan qashad,Ta’aradl dan Ta’ayyin,- (tubuh hati-ruh).

Dan didalam kita mengucapkan Takbir itu,diri kita fana dalam kalimah LA ILAHA
“ALLAH”.tidak ada pengakuan kita,artinya fana hanya Allah Ta’ala semata-mata
bukan kita,karena kita ini hamba.

¨ Tatkala kita mengangkat Takbir ingat akan Zat-Alif.


¨ Tatkala kita ruku’ ingat akan Sifat-Lam Awwal.
¨ Tatkala kita I’tidal ingat akan Asma’-Lam Akhir.
¨ Tatkala kita Sujud ingat akan Af-al-Ha.

Zat-Alif Sifat-Lam Asma’-Lam Af-al-Ha


¨Adapun Alif itu,ibarat Zat Allah menjadi Rahasia kepada Muhammad menjadi
cahaya kepada kita

¨Adapun Lam Awwal itu,ibarat sifat Allah,menjadi rupa kepada Muhammad menjadi
tubuh kepada kita.
¨Adapun Lam Akhir itu,ibarat Asma’ Allah,menjadi ilmu kepada Muhammad menjadi
iman kepada kita.

¨Adapun Ha itu,ibarat Af-al Allah,menjadi kelakuan kepada Muhammad,menjadi hati


kepada kita.
Maka Hu itu artinya Akulah Allah.

Zat-Ma’rifat -Adapun Zat itu nyata kepadaMa’rifat. Sifat-Haqiqat-Adapun Sifat itu


nyata kepada Haqiqat.
Asma’-Thariqat-Adapun Asma itu nyata kepada Thariqat Af-al-Syariat-Adapun Af-al
itu nyata kepada Syariat.

¨Adapun Syariat itu nyata pada kelakuan Tubuh Insan


¨Adapun thariqat itu nyata kepada kelakuan Hati Insan
¨Adapun Haqiqat itu nyata kepada kelakuan Nyawa Insan
¨Adapun Ma’rifat itu nyata pada kelakuan Pu’ad (jantung)

Zat-Ma’rifat Rahasia ( Min-Zat )


Sifat-Haqiqat Nyawa ( Ha-Sifat )
Asma’-Thariqat Hati ( Mim-Asma’)
Af-al-Syariat Tubuh ( Dal-Af-al )

Yang dinamakan hamba itu,oleh Allah SWT.adalah Muhammad,karena Muhammad


itulah yang menpunyai : Tubuh – Hati – Nyawa – rahasia.

Muammad itu hamba,artinya ilmunya :Rahasia Allah


Oleh zulfakar_nik a

====================================

RAHSIA MENGENAL DIRI


~ Adapun syariat itu kenyataan Af’al Allah.
~Adapun Thariqah itu kenyataan Asma’ Allah.
~Adapun Hakikat itu kenyataan Sifat Allah.
~Adapun Makrifat itu kenyataan Zat Allah.

Soalan-
Syariat,tarikat,hakikat dan makrifat itu dimana tempat pada diri kita??
Jawab:
~Adapun syariat itu nyata pada tubuh kita.
~Adapun tarikat itu nyata pada hati kita.
~Adapun hakikat itu nyata pada nyawa kita.
~Adapun makrifat itu nyata pada rahsia kita dan bahawasanya:-
~Tubuh itu kenyataan Af’al Allah.
~Hati itu jadi kenyataan Asma Allah.
~Nyawa itu jadi kenyataan Sifat Allah.
~Rahsia itu jadi kenyataan Zat Allah.

Soalan-
Syariat,tarikat,hakikat dan makrifat itu kejadian daripada apa?
Jawab:-
~Adapun kejadian syariat itu daripada air.
~Adapun kejadian tarikat itu daripada angin.
~Adapun kejadian hakikat itu daripada bumi ( Tanah )
~Adapun kejadian Makrifat itu kejadian daripada terang api.

Soal-
Syariat itu kejadian daripada air,adakah air sungai,air hujan,laut,telaga atau lain2
lagi?
Jawab:-
Adapun yang dikatakan syariat itu daripada air bukan seperti air yang tersebut
itu,sebenarnya ialah Nur Muhammad.

Soal-
Tarikat itu kejadian daripada angin,adakah angin bertiup-tiup atau angin
utara,selatan,timur,barat atau sebagainya??
Jawab:-
Adapun Tarikat itu dikatakan daripada angin tidak sebagaimana angin yang tersebut
diatas itu,Sebenarnya ialah Nafas Muhammad.

Soal-
Hakikat itu kejadian daripada tanah. Adakah tanah seperti tanah liat,tanah
bukit,kuning pasir dan lain lain lagi?
Jawab:-
Adapun hakikat itu dikatakan tanah,bukan seperti tanah yang tersebut,sebenarnya
ialah
Tubuh Muhammad.

Soal-
Makrifat itu kejadiaan daripada terang api,adakah seperti matahari,bulan,api biasa
atau lampu atau api elektrik?
Jawab:-
Sebenarnya bukan seperti api yang tersebut,Sebenarnya ialah darah Muhammad.

~Adapun kejadian diri kita yang zahir ialah asalnya 4 anasir iaitu
tanah,air,api &angin,maka keempat2 itu asalnya 1 jua iaitu asal tanah air,asal air
angin,asal angin api,dan asal api itu ialah Nur Muhammad dan Nur Muhammad itu
pula Nur Allah.

Adapun diri yang zahir itu kepada kita seperti berikut dibawah ini:-
~Bermula tanah itu menjadi daging pada kita.
~Air itu menjadi tulang pada kita.
~Angin itu menjadi urat pada kita.
~Api itu menjadi darah pada kita.
Maka masing2 ini kerjanya didalam sembahyang.

Soal-
Tanah,air,api dan angin itu apa kerjanya di dalam sembahyang?
Jawab:-
~Adapun Af’al api itu berdiri didalam sembahyang.
~Adapun af’al angin itu rukuk didalam sembahyang.
~Adapun af’al air itu sujud didalam sembahyang.
~Adapun tanah itu duduk di dalam sembahyang.

Maka keempat2 itu dinamakan dia jasmani ertinya tubuh yang zahir.
Adapun nyawa jasmani itu rohani,maka yang bernama rohani itu tubuh Muahammad
hakikat,kerana tubuh Muhammad itu tiada bercampur dengan keempat2 anasir
itu,hanya semata2 tubuh Muhammad itu rohani.

Soal-
Apa nama tubuh kita apa nama nyawa kita?
Jawab:-
Adapun tubuh kita bernama jasmani dan nyawa kita bernama rohani, maka yang
bernama rohani itu lah tubuh Muhammad, sebab itulah kita beroleh bangsa daripada
tubuh Muhammad,maka tiap2 sesuatu yang dibangsakan dengan tubuh Muhammad
itu diharamkan atas api neraka,dan sebab itulah maka tiada boleh meninggalkan
sembahyang 5 waktu,nescaya putuslah bangsa itu melainkan sebangsa dengan
binatang jua adanya.

Sabda Nabi SAW


Barang siapa keluar masuk nafasnya dengan tiap2 keluar masuk dengan tiada zikir
Allah,maka sia sialah ia.
Bermula nafas itu atas 2 langkah-satu naik-kedua turun,maka tatlaka naik itu sampai
kepada tujuh petala langit maka berkata ( Wan Nu rul yajri ilal ardhi pakhola
Huwallah )

Dan tatkala turun sampai kepada tujuh petala bumi maka nafas nabi itu puji
Allah,tatkala masuk nafas itu namanya puji HU.

Tatkala ia berhenti seketika antara keluar dan masuk nafas namanya puji AH-AH,dan
ia tidur atau mati nafas HAKH dalam, maka ingatlah olehmu akan memelihara nafas
itu, dengan menghadirkan makna ini sentiasa, didalam berdiri, duduk dan diatas
barang yang diperbuat hingga memberi bekas pada sekelian badan dan limpahlah
segala anggotanya, maka apabila tetaplah tilik hatimu maka jadilah anggota hidup
didalam 2 negeri yakni dunia dan akhirat dan bahagiakan Allah baginya pintu
selamat sejahteralah ia didalam dunia dan akhirat dianugerahkan Allah Taala mereka
itu sampai kepada martabat segala nabi dan segala muslimin dan mengharamkan
Allah Taala tubuh nya dimakan api neraka dan badan pun tidak dimakan tanah
didalam kubur,maka engkau tetaplah dengan hati wahai saudaraku pada hal jangan
engkau daripada orang yang lupa.
Mudah mudahan dibahagikan Allah Taala atasmu, dengan bersedapan hingga
sampai kepada ajal kamu.

Adapun Nafas kita keluar masuk pada sehari semalam iaitu pada siang 12000 dan
pada malam 12000,Inilah bilangan jam sehari semalam 24 jam iaitu pada siang 12
jam malam 12 jam.Demikianlah juga huruf Kalimah La Ilaha Ilallah dan huruf
Muhammad Rasullullah masing2 mempunyai 12 huruf berjumlah semua 24 huruf
semuanya.

Maka barangsiapa mengucap dengan sempurna yang 7 kalimah ini nescaya ditutup
AllahTaala pintu neraka yang 7 juga.
Barangsiapa mengucap yang 24 huruf ini dengan sempurna nescaya diampun Allah
Taala dosanya yang 24 jam,inilah persembahan kita kepada tuhan kita yang tiada
berkeputusan yang dinamai sembahyang Daim dan Puasa itu melakukan nafsu batin
dan zahir.

Sabda Nabi SAW


( Ana min Nurrullah wal alami Nurri )
Ertinya- Aku daripada Allah dan sekelian alam daripada aku, sebab itulah dikatakan
(Ahmadun Nuril Arwah ) ertinya-Muhammad itu ibubapa sekelian arwah dan
dikatakan  (Adam Abu Basar ) ertinya- Bapa sekelian tubuh.

Adapun yang dikatakan sebenar benarnya fardhu itu ialah nyawa,


kerna nyawa itu memerintah kepada badan kita,jikalau digerak Allah nyawa itu
bergeraklah badan kita.

Adapun Awal Muhammad itu Nurani.


Akhir Muhammad itu Rohani. Adapun zahir Muhammad itu Insani.
Adapun Batin Muhammad itu Rabbani.
Adapun awal Muhammad itu nyawa oleh kita.
Adapun akhir Muhammad itu hati kepada kita.
Adapun zahir Muhammad itu rupa oleh kita.
Adapun batin Muhammad itu ujud oleh kita.
Adapun yang bernama Allah itu sifatnya.
Adapun yang bernama Sebenar-benar Allah itu zat wajibal Ujud
Adapun yang bernama insan itulah nyawa.
Adapun yang sebenar-benar insan itu manusia yang tahu berkata-kata adanya.
Maka inilah suatu risalah yang tersimpan daripada perkataan usul takhlik jalan
segala orang yang mengenal Allah Taala.

Soal-
Tatkala manakah ia bernama ‘ HU’ dan tatkala manakah ia bernama ‘ Allah ‘ dan
tatkala manakah ia bernama ‘ Rahman ‘.

Jawab:-
Tatkala ‘La Takyin’ tiada nyata ia bernama ( HU ) dan tatkala ‘La Takyin’ Awal
nyatanya ia bernama ( Allah ) dan tatkala ‘La Takyin’ Sani kenyataan ia bernama
( Rahman )
Soal-
Akan La Takyin itu martabat apa dan Takyin awal martabat apa dan Takyin Sani itu
martabat apa?

Jawab:-
Adapun La Takyin itu martabat zat mutlak dan akan Takyin awal itu martabat
zat( Muqaiyyid pertambatan) dan akan takyin sani itu Sifat ( Muqaiyyid )

Soal-
Mana yang bernama zat mutlak dan mana yang bernama zat Muqaiyyid dan mana
yang bernama Sifat Muqaiyyid?

Jawab:-
Adapun yang bernama Zat Mutlak iaitu (Qaibal Quyub) atau lenyap.Maka zat
Muqaiyyid itu Muqaiyyid dengan sifat dan asma dan Muqaiyyid dengan alam ini.

Soal-
Apa sebab 3 martabat itu dikatakan oleh pendita,tiada ia kepada baharu ujud?

Jawab:-
Kerana martabat yang 3 itu sebab ia ketuhanan hak Taala daripada ujudnya dengan
cahaya dan jauhar dan a’rad supaya jangan sama.

Soal-
Betapa beza hakikat Muhammad dengan Hakikat Insan?

Jawab:-
Adapun Hakikat Muhammad dengan Insan itu umpama sumbu maka ada nyala di
hujung sumbu itu,demikian juga hakikat Muhammad dengan Insan,maka yang lain
itu hakikat= Allah maka sempurnalah hakikat Makrifat diri kita dengan dia.

Soal-
Ahdiat,Wahdah,Wahdiat itu ketuhanan kepada Allah??
Jawab:-
Satu ketuhanan zat,kedua ketuhanan sifat,ketiga ketuhanan Af’al asma’

Soal-
Akan alam roh,alam misal,alam ajsam,alam insan,apa kepada Allah Taala?
Jawab:-
Adapun alam roh,alam misal,alam ajsam dan alam insan itu rohul Qudus kerana ia
teladan segala hakikat.

Soal-
Apa martabat Rohul Qudus??
Jawab:-
Bayang hak Allah kerana Pusaka ia yang Asa
Soal-
Apa pusaka mutlak atau pusaka zat Muqaiyyid?
Jawab:-
Iaitu pusaka zat mutlak pandangan zat Muqaiyyid kerana 2 tilik,
1) Tilik keatas maka iaitu Mutlak
2) Tilik kepada Ujudnya iaitu zat Muqaiyyid

Soal-
Apa martabat Muhammad itu kepada kita tilik kita?
Jawab:-
Adapun martabat Muhammad itu kepada kita Roh Idofi dan akan kita Sir Qalbi.

Soal-
Muhammad itu apa kepada Allah dan apa kepada insan?
Jawab:-
Adapun akan Muhammad tilik takyin kepada Allah Taala khatam isyarat kepada kita.

Soal-
Betapa isyarat kepada kita? ( Makfirat )
Jawab:-
Adapun isyarat makrifat itu kepada kita atas 4 hal:-
1) Musyahadah
2) Murakhobah kita
3) Muqarannah
4) Muqabalah
Inilah pekerjaan yang dikerjakan oleh ulamak.

Soal-
Apa sebab dinamakan dengan Musyahadah,Muraqobah,Muqaranah,Muqabalah?
Jawab:-
Adapun sebab itu kerna ia menghasilkan zikir kepada rahsia yang mengzahirkan
Baqa maqam rahsia.

Soal-
Muhammad itu apa ia kepada Allah dan Allah itu apa ia kepada Muhammad?
Jawab:-
Adapun Muhammad itu sifat Allah dan Allah itu zat kepada Muhammad.

Soal-
Hakikat Muhammad itu apa ia dan insan apa ia?
Jawab:-
Adapun sebenarnya diri itu sifat Muqaiyyid ialah yang dinamakan ‘ Akyan Sabitah’
maka Akyan Sabitah itu Hak Allah Taala disempurnakan dengan Hak Allah.

Soal-
Apa dinamakan Hak Taala itu?
Jawab:-
Adapun yang dinamakan Hak Taala yang tiada betapa dan tiada meminta.Inilah
sebenarnya Hak Taala tiada baginya peri,maka hak Taala ( Peri yang maha tinggi )

Soal-
Betapa hak kita kepada Allah Taala?
Jawab:-
Adapun hak kita kepada Taala itu bayang kepada haknya adapun hak kita serahlah
akan bayang-bayangnya.

Soal-
Maka hak itu pula apa kepada kita?
Jawab:-
Apapun hak itu kepada kita zat sekali2.

Soal-
Betapa dikatakan oleh segala ahli hakikat hak Taala itu tuhan kita?
Jawab:-
Sebab dikatakan itu kerana tatkala menilik dirinya menjadi tubuh insan kerana inilah
pihak dikatakan ia tuhan dan pihak ujudnya dikatakan zat.

Soal-
Adakah zat itu berzat pula kepada hakikat Muhammad itu adakah ia berzat?
Jawab:-
Adapun hakikat Muhammad itu hakikat Allah itulah sekali2 ditilik.

Soal-
Apa sebab maka segala insan itu termulia kepada Allah daripada yang dijadikan?
Jawab:-
Adapun manusia termulia dari kerana Rohul Quddus.Inilah dimuliakan Allah Taala.

Soal-
Roh Quddus itu nyawa siapa?
Jawab:-
Adapun roh Quddus itu nyawa Muhammad dan hakikat insan ia,maka sekelian itu
ialah memerintah sekelian isi langit dan bumi.
Soal-
Apa yang nyata Muallim itu?
Jawab:-
Adapun yang nyata di dalam Muallim itu Roh Idofi iaitu cermin yang suci.

Soal-
Apa sebab Roh Idofi itu dinamakan cermin yang maha suci.Dan ditaksilkan dengan
cermin yang maha suci?
Jawab:-
Adapun roh idofi itu ditaksilkan cermin kerana ia nyata bayang2 yang didalam
cermin sebab itulah maka dinamakan cermin.
Soal-
Apa sebab roh Quddus bayang2 Hak Taala?
Jawab:-
Kerana inilah maka dikatakan ia nyawa Muhammad iqtiqad Ulama’.

Soal-
Kerana apa hak Taala itu nyawa kepada insan?
Jawab:-
Kerana teladan ujudnya Hak Taala serupa dengan ujudnya yang berujud insan
itu,tetapi dia dialam bahawa alam tiada berupa.Inilah dikatakan serupa tiada lain
yang diserupakan kerana harus pada akal dan lafaz mengatakan:-
“Nutasabiha wa pairi mutasabih”

Soal-
Ujud yang mana serupa dengan insan itu,Ujud Mutlak atau Ujud Muqaiyyid?
Jawab:-
Adapun ujud yang serupa dengan insan itu ujud Muqaiyyid jua.

Soal-
Yang mana dinamakan Ujud Muqaiyyid itu?
Jawab:-
Inilah Ujud Allah Taala hakikat ujud insan yang dinamakan Muqaiyyid itu kerana
ialah pertambatan hak Taala

Soal-
Apa sebab hak Taala dikatakan oleh segala ahli hakikat dan segala ahlillah insan itu
hak Taala?

Jawab:-
Kerana mengzahirkan akan dirinya kepada insan sifat Allah,Itulah sebab dikatakan
itu.

Soal-
Adakah hakikat bertakyin itu sampai ‘Makrifat’ insan itu kesana atau tiadakah?
Jawab:-
InsyaAllah Taala.Mudah mudahan dikurniai hal keadaan yang demikian.
Ketahuilah olehmu hai orang yang menuntut ilmu, jangan syak wasangka.Seperti
kata Ahdah zat,Wahdah sifat Allah,Wahdiat Asma’ Allah,alam roh,alam misal,alam
ajsam,alam insan itu af’al Allah dan af’al Allah itu tubuh pada kita.Asma Allah itu hati
pada kita,Sifat Allah itu nyawa pada kita dan zat Allah itu Sirr pada kita yakni rahsia
pada kita.

Adapun Sirr itu pada kita tempat tajali zat Allah roh pada kita tempat tajali sifat Allah
hati pada kita etmpat Tajali Asma’ Allah,  tubuh pada kita tempat tajali Af’al Allah
Adapun sempurna niat tiada diatas tiada dibawah tiada dikanan tiada dikiri tiada
dibelakang tiada dihadapan.
Ertinya:-
Asa kan sama dengan akalmu lenyapkan badanmu dengan nyawamu,pejamkan
pandanganmu mata disana,lumatlah rupamu ertinya barang siapa menghasilkan
kata empat itu didalamYakni fikirannya.Nama ( Khassa khass )

Diri Batin:-
Adapun diri yang batin itu iaitu nyawa daripada anasir yang batin iaitu ujud,ilmu nur
suhud yang dinamai ia insan hakikat.Adapun diri kita yang zahir itu umpama sebuah
perahu diperintah oleh nahudanya.Masing2 perahu masing2 nahudanya.

Adapun 7 sifat itu ialah Hayat,Ilmu,Kudrat,Iradat,Samak,Basar,Kalam maka yang 7


sifat dikurniakanAllah Taala kepada nyawa kita supaya kuasa ia memerintah tubuh
kita itu kerana bahawa tubuh kita itu semata-mata wayang kulit tiada mempunyai
perintah melainkan dengan perintah Dalang.Dan adalah nyawa itu umpama
pesawatnya kerana dalang itu jika tiada pesawat nescaya tiada zahir hikmat dalang
itu maka jangan lah terhenti memandang pesawat itu( Makrifat yg sebenar2 nya.)

Kerana itu tiada bercerai dalang dengan wayang dan wayang tiada bercerai dengan
dalang jikalau bercerai nescaya binasa wayang itu tiada berketahuan
lagi.Demikianlah keadaan hamba dengan tuhan sentiasa tiada bercerai daripada
azali datang kepada Abda.

Inilah pasal menyatakan sembahyang dan mengetahui asal sembahyang dan


mengetahui segala Fardhu sembahyang.

Soal-
Jika ditanya orang sembahyang itu dengan solat,satu namakah atau berbeza?

Jawab:-
Adapun pada pihak lafaznya itu berbeza tetapi pada pihak maknanya satu jua.Tetapi
yg dinamakan solat itu penerimaan adapun dinamai sembahyang itu pada pekerjaan
yg zahir.

Soal-
Jika ditanya orang apa asalnya Subuh 2 rakaat,zohor 4 rakaat,asar 4 rakaat,maghrib
3rakaat dan isyak 4 rakaat?
Jawab:-
Adapun sembahyang subuh itu 2 rakaat kerana kenyataan zat dan sifat.Sembahyang
Zohor 4 rakaat kerana Tajali Tuhan itu 4 perkara iaitu
Hayat,Kudrat,Ilmu,Iradat,Sembahyang Asar 4 rakaat kerana asal Adam itu 4
martabat iaitu Tanah,air,api,angin.Dan sembahyang maghrib 3 rakaat kerana 3
perkara Ahdah,Wahdah,Wahdiyat ertinya (Allah,Muhammad,Adam ) dan
sembahyang Isyak 4 rakaat iaitu ( Di,Wadi,Mani,Maknikam )

Soal-
Jika ditanya orang kepada kita sembahyang itu apa faedahnya kepada kita yang
mengerjakan dia itu dan apa kehendak kita?
Jawab:-
Adapun disuruh kita sembahyang itu iaitu tiada memberi manfaat kepada Allah Taala
dan tiada mengambil faedah atasnya.Adapun faedahnya sebab kita mengerjakan
sembahyang itu sebab kita sebenar2 hamba lagipun kita mengaku akan Allah Taala
itu Tuhan yang sebenar2nya lagi Asa ia zatnya,sifatnya,Af’alnya,iaitu seperti firman
Allah didalam Al- Quran:- (Alastu Birobbikum Kholu Bala )

Ertinya-
Bukankah aku tuhanmu,maka sembah segala zuriat(engkaulah lah tuhan kami )
Maka hendaklah kita sembahyang itu dengan ikhlas,ertinya tiada sebab berkehendak
syurga dan sebab takut akan neraka hanya kita ini martabat kehambaan maka Allah
itulah tuhan kita yang sebenar2nya jika tiada demikian itu nescaya berdosalah kita
dengan tuhan kita.

Soal-
Berdiri didalam sembahyang itu apa asal?
Jawab:-
Bermula berdiri itu daripada api asalnya.Rukuk itu angin asalnya.Sujud itu Air
asalnya.Duduk itu Tanah asalnya.

Soal-
Api,angin,air,tanah itu apa pada kita?
Jawab:-
Adapun api itu nyawa kita,angin itu jadi nafsu kita,air itu jadi darah kita,tanah itu
jasad yakni badan kita.

Soal-
Berdiri itu perbuatan apa,rukuk itu perbuatan apa,sujud itu perbuatan apa,duduk itu
perbuatan apa?
Jawab:-
Adapun berdiri itu kebangkitan pada nyawa,rukuk itu kebangkitan pada nafsu,sujud
itu kebangkitan pada darah dan duduk itu kebangkitan pada jasad kita
Inilah af’al nabi SAW.Rasullullah kepada Abu Bakar,Omar,Osman,Ali ( Radiallah )
maka sabdanya barang siapa mengetahui Tajali waktu ini maka sempurnalah
sembahyang dan makrifatnya.

Dan jika tiada diketahui maka tiada sah sembahyang dan makrifatnya.Maka inilah
yang bernama Fardhu.Maka inilah yang asal fardhu dan juga inilah Tajali waktu
maka sembah Ali Ya Junjunganku.Apa sebab Subuh 2 rakaat,zohor 4 rakaat,asar 4
rakaat,maghrib 3 rakaat dan isyak 4 rakaat.Maka sabda nabi,Ya Ali,Subuh 2 rakaat
kenyataan zat dan sifat,waktu zohor 4 rakaat kerana tajali Tuhan 4 perkara
Ujud,Ilmu Nur,Suhud.Waktu Asar 4 rakaat kerana 4
perkara,Tanah,air,api,angin.Waktu maghrib 3 rakaat kerana tajali 3 perkara
Ahdah,Wahdah,Wahdiat ertinya Allah,Muhammad,Adam(Zat,Sifat,Af’al).Waktu Isyak
4 rakaat kerana tajali Hamba itu 4 perkara ( Di,Wadi,Mani,Maknikam ).
Soal-
Jika ditanya orang mana asal sembahyang itu?
Jawab:-
Adapun asal sembahyang itu ( 4 ) Tanah,air,api,angin.

Soal-
Jika ditanya orang apa perbuatan sembahyang itu?
Jawab:-
1) Kiyam yakni berdiribetul
2) Rukuk
3) Sujud
4) Duduk iaitu yakni tetap.

Maka kiyam itu yakni berdiri betul iaitu af’al api,kerana api menyala betul berdiri.
Rukuk itu pula af’al angin kerana angin itu condong betul.
Sujud itu af’al air kerana air itu menolak kebawah dan duduk pula af’al tanah kerana
tetap dibawah.

Soal-
Jika ditanya orang 5 waktu itu keluar daripada apa?
Jawab:-
Bermula 5 waktu itu keluar daripada Alif,Lam,Ha,Mim,Dal.( 5 huruf )

Soal-
Jika ditanya orang 5 waktu keluar dari apa,Zohor,asar,maghrib,isyak?
Jawab:-
Adapun waktu zohor itu daripada huruf ( Alif )Asar itu daripada huruf
( Lam ),Maghrib itu dari huruf ( Ha ),Isyak itu dari huruf ( Mim ) waktu subuh pula
dari huruf ( Dal ).

Soal-
Jika ditanya orang apa sebab bacaan waktu zohor dan asar tidak dinyaringkan dan
apa sebab waktu maghris,isyak,subuh bacaan dinyaringkan?

Jawab:-
Sebab waktu zohor keluar dari huruf ( Alif ).Waktu Asar keluar dari huruf ( Lam )
maka huruf alif dam huruf lam keluar daripada lafaz nama Allah.Kerana Alaah Taala
tiada bertakyin kerana batin adanya.Maka sebab itulah sembahyang zohor,asar itu
disembunyikan yakni tiada dinyaringkan.Adapun waktu maghrib,isyak,subuh itu
dinyaringkan kerana waktu yang 3 itu keluar daripada huruf ( Ha,Mim,Dal )kerana 3
huruf ini huruf Muhammad ( SAW )

Kerana Muhammad itu tuhan takyin dan segala takyin itulah mengzahirkan nama
Allah dan takyin itulah juga menyatakan zat,sifat,af’al daripada nyatanya.
Itulah sebab sembahyang maghrib,isyak,subuh dinyaringkan,kemudian
disembunyikan segala takyin itu daripada takyin.Maka kembalilah kepada takyin
seperti sabda nabi(Alan Kama) kata takyin sekarang pun dahulu jua tiada bertakyin
juga.Kerana zahir itu kembali kepada yakin pertamanya.Maka kita bertafakur
kemudian disunyikan,barangsiapa tahu akannya hakikat yang demikian,maka
tahulah ia akan hakikat sembahyang.Sekian adanya.

Bismillahhirrohmanirrohim
Ini pasal menyatakan kiblat orang sembahyang itu 3 perkara:-
1) Kiblat tubuh
2) Kiblat hati
3) Kiblat nyawa

1) Adapun kiblat tubuh itu atau kiblat dada itu kaabah,


maka segala orang yang sembahyang hendaklah mengadapkan kiblat ini.Jikalau
tiada kiblat ini maka tiada sah sembahyangnya.
Maka hendaklah dadanya,segalanya anggotanya,urat,daging,darah,tulang semua
segala anggotanya sebab difardhukan oleh Allah Taala segala orang islam
mengadapkan dia maka sah sembahyangnya.

2) Kiblat Hati:
-Adapun kiblat hati itu kepada tuhan Kaabah Allah
maka hendaklah kita iktikadkan Allah Taala tiada dikanan,tiada dikiri,tiada
dihadapan,tiada dibelakang,tiada diatas,tiada dibawah bahkan tiada ditentukan
disuatu tempat ia jua melainkan meliputi alam selian ( Ahadon Shomadan ) seperti
firman Allah ( Wallahhumuhithom Anil alamin ) ertinya-Allah meliputi alam sekelian.
Firman, Allah lagi ( Wahuwa ma’akum A’innama Kuntum ) ertinya-Allah jua suatu
kata barang dimana saja kamu berada adalah tuhan kamu,jikalau demikian itu nyata
bahawa Allah itu tiada ditentukan akan tempat kepadanya.Suatu tempat tetapi ia
hadir jua.Maka keadaan demikian itu iktikad kita inilah yang dikehendaki hati
kita.

3) Kiblat nyawa:
-Adapun kiblat nyawa itu pula sentiasa ia tiada bercerai dengan tuhannya kerana
anugerah oleh tuhannya.7 sifat iaitu hayat dihantarkan kepada nyawa kita maka
hiduplah dengan yang hidup maka dihantar pula ilmu kepada
Hati kita maka tahulah kita dengan yang tahu, maka dihantar pula kudrat kepada
anggota kita maka kuasalah kita dengan kuasanya,maka dihantar pula iradat
kepada nafsu kita jadi berkehendaklah kita yang berkehendaknya.Maka dihantar
pula Samak kepada telinga kita maka mendengarlah kita dengan yang
mendengarnya,maka dihantar pula Basar kepada mata kita maka melihatlah kita
dengan melihatnya maka dihantar Kalam kepada kita maka berkata-katalah kita
denagn berkata-katanya.Maka ditakyinkan kepada iktikad kita yang berkata-kata
inilah Allah Taala.

Apabila engkau ketahui hal yang demikian maka hendaklah nengkau ketahui fanakan
dirimu itu segala perbuatanmu itu didalam Af’al Allah semata-mata maka
hapuslah,karamlah,lenyaplah sifat itu didalam sifat Allah.Maka sifat Allah semata2
tiada sekali2 sifat kita,maka hapuskanlah zat sifat kita didalam zat Allah.Biarlah
tinggal zat Allah semata2 kerana kita tanah kembali kepada Adam sedia kala.
Maka kata olehmu ( Allah Hu Akhbar )itulah bernama sembahyang orang
( KhasulKhas ) namanya maka peroleh makam fana jati dan makam Tabdul
Kalam Allah.Jikalau tiada demikian maka tiada sah sembahyangnya maka tiliklah
sembahyangnya.Ia menyembah huruf dan suara dan menyembah bayang yang
Asa.Maka sempurnalah ibadatmu dan amalan mu itu kepada Allah Taala kerana
inilah dinamakan sembahyang-Hai saudaraku,ketahuilah olehmu akan sempurna
sembahyang itu tiada sah sembahyang itu tiada niat,dan ikhlas,melainkan dengan
hati dan tiada diterimanya hati itu dengan ilmu dan takyin.Adapun erti hati itu
Ikhlas ilmu dan makrifat itu ialah rohani,maka ketahuilah olehmu bahawa
sekelian perbuatan itu dengan niat dan tertib.Tertib itu daripada Qasad dan Qasad
tertib itu daripada hati yang tatif iaitu rohani.

Adapun cita2 terdahulu daripada niat dan Qasad itu pula 3 bahagi
1) Qasad nafsu
2) Qasad kiblat
3) Qasad roh

Adapun Qasad roh didalam rahsia adapun tatkala berdiri sembahyangnya itu maka
kita hapuskan dan lenyapkan perbuatan kita didalam af’al Allah,maka tinggallah
af’al Allah semata2 dan kudratnya.Maka kata olehmu Allah Hu Akhbar makam
hanaak jati dan makan pana mikraj mikraj tabdul dan makam Islam maka peroleh
lazat dan citarasa baginya.

Ketahuilah olehmu bahawasanya jalan kepada Allah Taala itu 4 jalan


1) Jalan Syariat
2) Jalan Tarikat
3) Jalan Hakikat
4) Jalan Makrifat

Adapun syariat itu kata2 nabi2


Tarikat itu perbuatan Nabi
Hakikat itu tempat kediaman nabi
Makrifat itu ialah rahsianya.

Adapun istana syariat itu lidah,


Istana tarikat itu hati,Istana Hakikat itu nyawa,Istana Makrifat itu kelakuan
Nabi.Meliputi dengan semata2 sekelian alam inilah dinamai jalan yang 4 itu.Maka
hendaklah kita ketahui dan kenal dengan hatinya.

Bermula syariat itu kerja tubuh,


tarikat itu kerja hati,
hakikat itu kerja nyawa dan
makrifat itu kerja rahsia.

Soal-
Jika ditanya orang apa dijunjungan islam?
Jawab:-

Adapun dijunjung oleh islam itu Titah yang 4 bahagi


1) Syariat yang dijunjung oleh anggota islam
2) Tarikat dijunjung oleh hati islam
3) Hakikat dijunjung oleh nyawa islam
4) Makrifat itu dijunjung oleh orang yang mengetahui islam yang 4

Maka inilah orang yang dinamakan ( Sho Fi Daari ) ertinya hidup kepada 2 negeri
maka orang inilah dinamakan orang segala orang yang arif ( Ya Allahi Khasu
Khass)ertinya pilihan dan mukmin shodiq mukmin yang sebenar maka inilah yang
dikatakan bergantung pada tali Allah.Allah yang tiada berputus musyahadah dan
muqabalah dan muraqabah dengan hak Allah Taala daripada Aadam kepada
ujudnya.Daripada ujud kepada aadamnya tiada bercerai tiada bertemu tiada lain
daripadanya.Dan lagi Allah Taala menjadikan sembahyang seperti nabi Ahmad
Muhammad pun namanya.

Maka Ahmad itu 4 huruf Alif,Ha,Mim,Dal,maka berdiri itu seperti Alif,rukuk itu seperti
Haa,Sujud seperti Mim,duduk seperti Dal,demikian 4 itu.

Adapun tubuh manusia itu yakni tubuh Adam alai hissalam.Asal kejadian dari 4 nasir
tanah,air,api dan angin.

Adapun tanah itu tempat nyawa ujud Allah yang bernama Hakim ertinya yang tahu
pada hukumnya.Adapun air itu tempat nyata ujud Allah yang bernama Muhyi yag
yang hidup.

Angin itu tempat nyata ujud Allah yang bernama Qaiyum ertinya yang kuasa.Api itu
pula tempat nyata ujud Allah yang bernama Aazim.Maka hendaklah ditilik dan dilihat
kamil mukamil itu seperti memilik ia kepada bercerai maka ia melihat berhimpun 4
itu kepada insan maka ia menilik kepada insan dilihat dengan mata hati pada insan
ujud Allah yang bernama Allah inilah isyarat hadis nabi ( Man nazara ila Sai in
Walam yarallah fi fahuwa batiun )Barangsiapa memilik kepada sesuatu tempat tiada
dilihat Allah pada maka iaitu batal.Inilah arif kamil mukamil tiada berputus
dirinya,hatinya,nyawa,dan rahsianya itu,berkehendak kepada yang bernama Allah.

Adapun diri kita 2 bahagi


1) Diri berdiri
2) Diri terperi

Maka berdiri itulah sifat kehambaan yang jadi daripada 2 ibubapa kita asal daripada
mani,tatkala masuk kedalam rahim ibu 40 hari,nutpah namanya.Genap 80 hari
Alagah namanya ertinya Darah berkumpul.Genap 120 hari Mudqah namanya ertinya
daging tiada bertulang.Kemudian daripada manusia dirupakan Allah Taala akan dia
yang kehendaki merupakan dia dan tanah sempurnalah kejadiannya.

Maka dititahkan nyawa masuk kedalam dengan dikehendaki ,dan apakala masuk
nyawa kedalam ibunya maka dikeluarkan Allah daripada perut ibunya kepada alam
wasitah seperti orang yang telah jaga dari tidurnya.Maka dilihat tiada lagi rupa yang
telah dilihatnya maka ia pun menangis.Sebab suaranya itulah bernama insan.Tatkala
ia tahu menangis Muhammad namanyatatkala inilah dijadikan Allah ( Ahlil Sunnah
Waljamaah ) Tatkala ia tahu menyusu ( Sipiah namanya ) tatkala ia tahu berkata-
kata kitab namanya.

Kerna tatkala itu nyata rupa semasa dalam kandungan ibunya inilah yang dikenalnya
itu,tatkala ia pandai meniarap Hanafi namanya,tatkala ia tahu duduk Malik
namanya,tatkala tahu berdiri Hambali namanya,tatkala ia boleh merangkak Syafie
namanya.Inilah jalan aman yang 4 itu,dijadikan Allah Taala tatkala dalam peliharaan
ibubapa tahu berlari Shorih namanya.Kerana tatkala itu suatu pun tiada
menkhabarkan diri ada kelebihan didalam rahim ibunya.

Maka tatkala sudah cerdik boleh berjalan berlari,pandai berkata2 maka tatkala itu
leka ia dengan dunia dan lupa ia akan dirinya.Maka masuklah kedalam dunia ini
hilanglah ilmu itu menunjukkan diri kita yang terperi itu Araad jua.Segala guna yang
ada ini tiada kekal ia pada kedua masuk dan kurang itu 1 alam jasmani jua bukan
alam rohani kerana alam jasmani itu tempat nyata alam rohani,ertinya ( alam
jasmani,alam rohani ) maka telah ketahui bahawasanya keadaan kita insan
bahawasanya alam rohani itu tetap selama2nya Tiada berubah,tiada kurang
daripadanya.Inilah diri kita dengan terperi dengan segala peri mulia.

Adapun diri terperi itu tiada makan,tiada minum,tiada beristeri,tiada beranak,tiada


beribu,tiada tidur,tiada mati,maka diri kita inilah dikurniakan Allah Taala sifat 2 x 7.

Maka dengan sifat inilah diri berdiri itu umpama perahu diperintah oleh
nahudanya.Masing2 perahu masing2 nahudanya.Adapun sifat 2 x 7 dikurniakan Allah
Taala kepada roh iaitu sifat Ma’ani dan sifat Maknawiyah itulah dikurniakan Allah
Taala roh kita supaya kuasa memerintah jasad kita.Semata2 wayang kulit.tiada yang
empunya perintah melainkan dengan perintah Tok Dalang jua.Dan roh adalah
umpama menutup dalang itu jikalau tiada pesawatnya.Nescaya tiada akan zahir
hikmatnya memandang pesawat itu.Maka hendaklah Makrifat yang tahkik kerana
dalang itu tiada bercerai dengan wayang dan wayang itu tiada bercerai dengan
dalangnya.Seketika juapun,jikalau bercerai nescaya binasalah wayang
itu.Demikianlah juga keadaan hamba denagn Tuhan.Sentiasa tiada bercerai daripada
asal datang kepada Abda’ inilah firman Allah.

(Wahuwa Maakum Anama kuntum ) ertinya Allah serta kamu barang dimana
kamu.Dan martabat Sani pun serta kita maka Allah Fardhukan kita pandangan
jangan lalai serta hamba dengan tuhan daripada azali datang kepada
Abda’,kemudian daripada itu ketahui olehmu akan nama Allah akan nama Allah dan
Muhammad.Adapun nama Allah ini 4 huruf iaitu Alif,Lam,Lam Haa dihimpun
(Allah).demikian suatu Allah dan lagi insan pun 5 jari kelingking huruf alif,jari manis
huruf lam,dan jari tengah huruf lam akhir dan telunjuk dan ibu jari itu huruf
haa.Demikianlah suatu Allah pada jari tangan kiri kanan dan kaki kiri kanan itu jua
huruf insan itu nama ( Allah ) dan nama rasullullah kerana firman Allah didalam
hadis Qudsi iaitu jasmani insan.
Tubuh manusia,nafsu,hati,nyawa,melihat,lidah,tangan,kaki semuanya itu aku
nyatakan bagi diriku maka tiada insan lain daripada aku dan tiada aku lain
daripadanya.Maka sebenar2 insan itu Muhammad.Maka Allah Subhanawataala itu
tajalilah ia kepada insan itu seperti firmannya ( Al insanin siri waana sirrhu ) ertinya
insan itu rahsiaku dan rahsia aku rahsianya.Lagi ( Al insannu sirri wana sirri wasifatu
la qairuh ) ertinya-insan itu rahsiaku dan sifatnya sifatku tiada lain daripadaku.

Demikian kemuliaan insan kepada Allah Taala maka hendaklah ketahui keadaan
rahsia Allah itu jikalau tiada ketahui nescaya didalam dosa yang amat besar seperti
sabda nabi ( Ujuduka zambuu la yuqasabihi zambun ) ertinya-Adamu rasanya yang
sebagai denagn dia rasa sentiasa rasa engkau,engkau didalam rasanya.

Didalam kebaktian sekelian pun kerana kebaktian jikalau tiada ilmu maka tiada
sempurnalah kebaktian kepada Allah Taala kerana ini sabda nabi ( Al ilmu rohu wal
amal jasad ) ertinya-Ilmu itu nyawa dan amal itu tubuh yakni jikalau tiada nyawa
maka tiada dapat tubuh itu bergerak.Demikianlah kebaktian pun jika tiada dengan
tiada sempurnanya.Adapun nama Muhammad itu pada tubuh kita ada 4 huruf
mim,haa,mim,dal.Adapun kepala kita huruf mim,tangan kita huruf haa,pinggang itu
huruf mim akhir dan peha kedua itu huruf dal.Demikianlah didalamnya.Tiada lain
daripada nama Allah dan nama Muhammad maka tiliklah nyata2 dengan
memohonkan kerana Allah Taala tuhan yang sebenar2nya.

Adapun rahsia itu tersembunyi nyawa,nyawa dan rahsia tersembunyi pada tubuh
maka inilah ( Tanzil ) yakni pandangan turun pada taqwa.Yakni pandangan
naik.Maka pandangan badan menunjukkan hati,hati menunjukkan nyawa,nyawa
menunjukkan rahsia dan rahsia menunjukkan ujud Allah Taala.Maka zikirlah ( Lailaha
illa Allah ) tiada tuhan hanya Allah.

Sabda nabi,barangsiapa tiada tahu akan sembahyang maka iaitu sia2lah


sembahyangnya kerana sembahyang 5 waktu itu rasullullah empunya waktu,rasul 5
waktu Allah jadikan dia dahulu daripada 70000 tahun dahulu lamanya iaitu dari 4
bangsa Kudrat,Iradat,Rahmat,Hibatnya.Maka tilik Allah akan 4 itu menjadikan 5
rupanya iaitu Putih,kuning,merah,hijau.Bermula putih waktunya subuh.Kuning
waktunya zohor,merah waktunya asar,Hijau waktunya maghrib dan hitam waktunya
isyak.Semuanya ini pada tubuh manusia ( tubuh kita ) maka sebab itulah
berdiri,rukuk,sujud,duduk kerana Allah Taala menjadikan Nabi Adam itu daripada 4
anasir iaitu tanah,air,api,angin.Maka berdiri itu peri api kerana api nyala tegak
menjulang keatas,rukuk itu perbuatan angin betul condong,sujud itu perbuatan air
kerana air itu mengalir kebawah dan duduk itu itu perbyatan tanah kerana tanah
atau bumi.Demikianlah asalnya orang (Ahlul Hakikat ).

Adapun berdiri itu daripada huruf alif,rukuk itu daripada huruf lam,sujud itu daripada
huruf haa.tomakniah itu dari huruf mim,duduk itu dari hurf dal.Adapun asal waktu
yang 5 itu daripada alif,lam,haa,mim,dal.Adapun waktu zohor itu huruf alif
maknanya dari ujud waktu asar daripada hurf lam,makna daripada ilmu Allah.Waktu
maghrib itu daripada huruf haa makna kudrat Allah,waktu subuh itu daripada huruf
dal makna daripada sir Allah, maka dinamakan isyarat daripada
zatnya,sifatnya,asmanya dan af’alnya.Dan inilah sebenarnya sempurna tuhan
namanya maka ketahuilah oleh akan waktu yang 5 itu.Kija tiada ketahui tiada sah
pekerjaannya adapun pertama dijadikan Allah Taala hati dan mata inilah menjadikan
waktu subuh,kemudian dijadikan Allah urat inilah menjadikan waktu zohor,kemudian
dijadikan Allah tulan.Inilah menjadikan Maghrib.Kemudian dijadikan Allah roh inilah
dijadikan Allah waktu jumaat maka inilah berhimpun puji dan sembah jua adanya.

Adapun kemudian itu wahai saudaraku ketahuilah olehmu dunia dan akhirat akan
perkataan ini ingatkan dan pandanglah didalam rupamu, berjalan, berdiri, bergerak,
didalam sembahyang,didalam berkira.

Jangan saudaraku lupakan pandangan itu seketika walaupun sekelip mata jua
pun.Maka kenyataan ini tiada tahu oleh orang.Jikalau tiada guru yang kasih akan
anak muridnya.Maka tiadalah dapat akan perkataan ini tiada boleh didengar oleh
orang lain kerana ilmu kesudahan,maka tiada lagi dikata inilah nama ( Mahmu
Utirida ) ertinya-perhimpunan rahsia yang mulia2.

Inilah rahsia hamba kepada saudaraku maka hendaklah ingat baik2 jangan lupa
walau sekelip mata jua pun seperti firman Allah ( Barang siapa tiada kenal akan
milikku itu nescaya akan bakar akan dia dengan api neraka walau pun ia seorang
alim sekalipun dan barang siapa akan ambil milikku,maka orang itu hampirlah ia
dengan aku dan tiada terlindung dia dengan aku.

Adapun yang bernama milik Allah itu iaitu segala sifat yang 7 pada kita itu ialah
barang ujudnya. Maka barang tiada maujud melainkan dengan ampunya bayang2
maka bukan ia tetapi lain daripadanya.Maka wajiblah atas kita mengambil hak Allah
yang daripada kita inilah sifatnya yakni jangan ada lagi hidup kita,tahu kita,melihat
kita,dan kata2 kita melainkan hanya Allah Taala.Dengan hakikat hati jua bukan
dikata dengan lidah menyebut zikir La Ilaha Illallah atau Hu Hu atau tatkala
duduk,berjalan,bergerak,diam,makan,minum,maka inilah lafaz menilik bagi Allah
hendaklah kita pandang siang dan malam.Adapun kita ini bertubuhkan Muhammad
Batin dan zahir,maka yang ada jadi pada tubuh kita hakikat kerana kejadian roh kita
dan tubuh kita daripada Nur Muhammad nescaya Muhammad juga namanya.Maka
tiada lain kepada hakikat dan jadi bertubuh yang batin dan zahir namanya itu kerana
nama rahsia itu terlalu banyak.Allah pun namanya jua.Adapun sebenar2 sifat kepada
kita inilah rahsia yang sebenar2 rahsia yang ada pada kita yang ketahui.Adapun
jalan hakikat inilah ( Allah Hu Akhbar ) inilah sifat af’al tiada lagi hati menyebut dan
tiada lagi lidah berkata,hanya sifat Asma’ hayat,ilmu,kudrat,iradat yang
mengatakan.tiadalah hati lagi kerana rahsia Allah Hayat,Ilmu,Kudrat,Iradat nama
rahsia Allah kepada batin kita memerintah roh2 memerintah hati.

Hati memerintah tubuh,maka tubuh pun berlakulah berbagai2 kehendak memerintah


sekelian itu,maka makrifat ada dengan sendirinya tiadalah dua ,tiga.Hanya Allah
memuji dirinya sendiri tiadalah kita lagi rasa hati dan tubuhnya maka jangan
diingatkan lagi hanya Allah yang ada itu kerana Allah yang bernama rahsia itu
kehendaknya kita menjadi serasi dengan dia.Jikalau tiada serasi siapa kita hendak
lagi kerana rahsia yang dapat melihat Allah Taala mengenal Allah,Memuji
Allah,hendaklah bagi kita rahsia Allah kepada kita itu jadi serasi yang hendak berzikir
berbagai2 rahsia Allah.Seperti Sabda Nabi:
Asal kejadian itu 4 anasir iaitu tanah,air,api,angin.Turun kepada kita tanah itu tubuh
kita,angin itu nafas kita,api itu darah kita.air itu rahsia bg kita..Maka inilah mengenal
diri namanya.Kejadian tanah itu bernama syariat,kejadian angin itu bernama
tarikat,kejadian Api itu bernama bernama hakikat dan kejadian air itu bernama
makrifat.Inilah mengenal diri namanya.Maka syariat itu umpama kaki,tarikat itu
umpama tangan,hakikat itu umpama tubuh,makrifat itu umpama kepala.Maka
tiadalah ia bercerai hendaklah kita hilangkan bicara tubuh dirahsiakan inilah fana
namanya.Maka tiadalah boleh bercerai2 hanya ada Allah sendiri kerana dilihat
mengatakan ( La Yakrifu Allah Ilallah )ertinya- Tiada mengenal Allah hanya Allah
maka tiada dapat kita mengenal Allah kerana tiada kita melihatnya.

Adapun yang kata berbagai2 itulah rahsia Allah kepada batin dan zahirnya kita
mengatakan ( La Ilaha Illa Allah ) itulah rahsia Allah yang mengatakan rahsia
ertinya-Tiada lagi hatinya dapat mengenal Allah hanya rahsia Allah saja yang dapat
mengenal maka berganti2lah tubuh dan hati itu tiada lagi menyebut hanya Allah
dengan rahsia jua iaitu yang ada pada jalan makrifat.

Tatkala mengata ( Allah Hu Akhbar ) itu hanya Allah yang ada menyebut jangan ada
lagi rasa berbagai2 yang diingatkan batin dan zahir hanya Allah saja maka hilanglah
cita2 yang lain hanya Allah yang ada pada makrifat itu.Maka hairanlah kita
tercengang2 setelah itu Allah tahukan dirinya dan tiada tahu akan tuhannya.Jikalau
lagi kata didalam hati kita menyebut itu dan yang disembah itu Allah maka jadi
dua,belum lagi ada rasa,jikalau anugerah Allah akan hambanya mengerti pengajaran
itu menjadi asa jikalau kita zikir atau sembahyang.Jangan berbeza lagi.Jika
mengatakan ( La Ilaha Illa Allah )

Rahsia Allah kehendaknya Allah memujinya sendiri dan hati memujinya dirinya
Allah,jangan lagi kata hati memuji itu hanya rahsia Allah juga memuji dirinya beza
yang dipakai oleh Aulia Allah sekelian .Maka tiada lagi makrifat kita.Hanya sendirinya
dengan rahsianya dan kehendaknya maka inilah Fana pada Allah dan Ya Allah,jikalau
sudah rasa kepada Allah maka tiada bercita2 kepada yang lain lagi.Maka hendaklah
wahai saudaraku sekelian pagi dan petang,siang dan malam,dunia dan akhirat,hidup
dan mati jangan berubah lagi.Adapun yang bernama alam sapiir itu didalam otak
kita kerana otak kita itu tempat nyata roh kita yang bernama alam sapiir itu kerana
alamnya.
Adapun yang bernama alam kabir itu pula ialah tubuh yang nyata diperintah rahsia
Allah tempat nyata roh.Adapun tempat segala perintah itu daripada tengah hati kita
maka berkehendaklah hati kita berbagai2.Adapun rahsia itu pula didalam pesaad
ertinya didalam jantung kita.Maka inilah namanya Allah,maka inilah rahsia zat
kerana disana tempat nyata segala kehendak Allah,maka Siir kita itu namanya sifat
batin,didalam tubuh kita bernama sifat zahir jua sekelian adanya.

Adapun masa tidur,Adapun masa kita tidur itu hilang segala rasa sebab tiada
diperintah rahsia Allah jangan hendak berbagai2.Ingatkan diripun tiada.Hanya yang
ada hayat kerana rahsia Allah itu jadi berkehendak kepada manusia dan segala
binatang.Jika tiada Batin dan zahirnya itu berkehendak baginya.Maka roh itulah yang
bernama manusia bernama tubuh pada sekelian aulia Allah.Maka roh itulah bernama
makrifat yang dapat berjalan batin dan dapat melihat batin,yang demikian itu roh
itulah melakukan perintah rahsia Allah orang yang sudah sampai ilmunya itu
bertubuh Idofi bertubuh akan (Muhammad) sekian jua adanya.

Sekian saja hamba menulis sebuah kitab ini iaitu sebuah kitab Arwah Tokku
Paloh yang telah diturunkan kepada anak muridnya yang dikasihi.Jika orang2 yang
lain daripada jalan ini maka tidak dibenarkan sama sekali dibuka atau dicetak.

============

RAHSIA MA'RIFAT:
RAHSIANYA MENGENAL ZAT ALLAH DAN ZAT RASULULLAH
Ada pun makrifat itu rahsianya ialah mengenal Zat Allah dan Zat Rasulullah,oleh
kerana itulah makrifat dimulakan:-
1. Makrifat diri yang zahir.
2. Makrifat diri yang bathin.
3. Makrifat Tuhan.

APA GUNA MAKRIFAT? 


Ada pun guna makrifat kerana mencari HAKIKAT iaitu mengenal yang Qadim dan
mengenal yang baharu sebagaimana kata:

"AWALUDDIN MAKRIFATULLAH" 
Ertinya: Awal ugama mengenal Allah.
Maksudnya mengenal yang mana Qadim dan yang mana baharu serta dapat
mengenal yang Qadim dan yang baharu,maka dapatlah membezakan diantara
Tuhan dengan hamba.

BAITULLAH KALBU MUKMININ


Sesungguhnya hati ini sewaktu bayi sehingga aqil baliq diibaratkan bunga yang
sedang menguntum,tidak ada seekor ulat atau kumbang yang dapat menjelajahnya!
apabila dewasa (aqil baliq) maka hati itu ibaratkan bunga yang sedang
mengembang,maka masuklah ulat dan kumbang menjelajah bunga itu!

Sesungguhnya amalan makrifat dan zikir yang dibaiah itu adalah untuk
membersihkan hati agar dapat menguntum semula seperti hati kanak-kanak yang
suci-bersih!
Hati ini juga seperti satu bekas menyimpan gula yang tertutup rapat dan dijaga
dengan baik! sekiranya tutup itu tidak jaga dengan baik atau tutupnya sudah
rosak,maka masuklah semut hitam yang sememangnya gula itu makanannya!

PEPERANGAN
Peperangan yang lebih besar dari perang UHUD, KHANDAK dan lain-lain peperangan
ialah "Peperangan dalam diri sendiri (Hati)", setiap saat denyut jantung ku ini, aku
akan terus berperang.Sesungguhnya iblis itu menanti saat dan ketika untuk
merosakkan anak Adam !Sekiranya aku tidak ada bersenjata (zikir), nescaya aku
pasti kecundang!Keluar masuk nafas anak Adam adalah zikir! 6,666 sehari semalam
nafas keluar dan masuk, sekiranya anak Adam tidak bersenjata, pasti ia kecundang!

ASAL USUL MAKRIFAT 


Rasulullah SAW mengajar kepada sahabatnya Saidina Ali Karamullah.Saidina Ali
Karamullah mengajar kepada Imam Abu Hassan Basri.Imam Abu Hassan Basri
mengajar kepada Habib An Najmi.Habib An Najmi mengajar kepada Daud
Attaie.Daud Attaie mengajar kepada Maaruf Al Karhi.Maaruf Al Karhi mengajar
kepada Sirris Sakatari.Sirris Sakatari mengajar kepada Daud Assakatar.Daud
Assakatar mengajar kepada Al Junidi. Maka Al Junidi yang terkenal sebagai pengasas
MAKRIFAT.Maka pancaran makrifat itu dari empat sumber iaitu:
1. Pancaran daripada sumber SULUK yang dinamakan Makrifat Musyahadah.
2. Pancaran daripada sumber KHALUAT yang dinamakan Makrifat Insaniah.
3. Pancaran daripada Inayah yang dinamakan ROHANI.
4. Pancaran daripada Pertapaan yang dinamakan JIRIM.

Maka dari sumber amalan itulah terbit makrifat yang tinggi dan mempunyai rahsia
yang sulit.

API MA'RIFATULLAH
Dengan berlindung kepada Allah Swt, Pencetusan Api Ma’rifattullah dalam kalimah
“ALLAH” saya awali.

Syahdan, nama Allah itu tidak akan pernah dapat dihilangkan, sebab nama Allah itu
akan menjadikan Zikir bagi para Malaikat, Zikir para burung, Zikir para binatang
melata, Zikir tumbuh-tumbuhan dan Zikir dari Nasar yang 4 (tanah, air, angin dan
api) serta zikir segala makhluk yang ada pada 7 lapis langit dan 7 lapis bumi, juga
zikir makhluk yang berdiam diantara langit dan bumi. (buka…..Al-Qur’an, Surah At-
thalaq, ayat 1).

Adapun zikir para makhluk Allah yang kami sebutkan tadi tidaklah sama logatnya,
dan tidak sama pula bunyi dan bacaannya. Tidak sedikit para akhli Sufi dan para
wali-wali Allah yang telah mendengar akan bunyi zikir para makhluk itu, sungguh
sangat beraneka ragam bunyinya.

Dalam Kitab Taurat, nama Zat yang maha Esa itu ada 300 banyaknya yang ditulis
menurut bahasa Taurat, dalam Kitab Zabur juga ada 300 banyaknya nama Zat yang
maha esa itu yang ditulis dengan bahasa Zabur.

Dalam Kitab Injil juga ada 300 banyaknya nama Zat yang Esa itu yang ditulis dengan
bahasa Injil, dan dalam Kitab Al-Qur’an juga ada 99 nama Zat yang esa itu ditulis
dalam bahasa Arab. Jika kita berhitung maka dari keempat kitab itu yang ditulis
berdasarkan versinya, maka akan ada 999 nama bagi zat yang maha esa itu, dari
jumlah tersebut maka yang 998 nama itu, adalah nama dari Sifat Zat yang maha
Esa, sedangkan nama dari pada Zat yang maha esa itu hanya satu saja, yaitu “
ALLAH ”.

Diterangkan didalam Kitab Fathurrahman, berbahasa Arab, yaitu pada halaman 523.
disebutkan bahwa nama Allah itu tertulis didalam Al-Qur’an sebanyak 2.696 tempat.

Apa kiranya hikmah yang dapat kita ambil mengapa begitu banyak nama Allah, Zat
yang maha Esa itu bagi kita…?
Allah, Zat yang maha esa, berpesan :

“ Wahai Hambaku janganlah kamu sekalian lupa kepada namaku “

Maksudnya : Allah itu namaku dan Zatku, dan tidak akan pernah bercerai, Namaku
dan Zatku itu satu.

Allah Swt juga telah menurunkan 100 kitab kepada para nabi-nabinya, kemudian
ditambah 4 kitab lagi sehingga jumlah keseluruhan kitab yang telah diturunkan-Nya
berjumlah 104 buah kitab, dan yang 103 buah kitab itu rahasianya terhimpun
didalam Al-Qur’annul karim, dan rahasia Al-Qur’annul karim itu pun rahasianya
terletak pada kalimah “ALLAH”.

Begitu pula dengan kalimah La Ilaha Ilallah, jika ditulis dalam bahasa arab ada 12
huruf, dan jika digugurkan 8 huruf pada awal kalimah La Ilaha Ilallah, maka akan
tertinggal 4 huruf saja, yaitu Allah.

Ma’na kalimah ALLAH itu adalah sebuah nama saja, sekalipun digugurkan satu
persatu nilainya tidak akan pernah berkurang, bahkan akan mengandung ma’na dan
arti yang mendalam, dan mengandung rahasia penting bagi kehidupan kita selaku
umat manusia yang telah diciptakan oleh Allah Swt dalam bentuk yang paling
sempurna.

ALLAH jika diarabkan maka Ia akan berhuruf dasar Alif, Lam diawal, Lam diakhir dan
Ha. 
Seandai kata ingin kita melihat kesempurnaannya maka gugurkanlah satu persatu
atau huruf demi hurufnya.
 Gugurkan huruf pertamanya, yaitu huruf Alif ( ‫ا‬ ), maka akan tersisa 3
huruf saja dan bunyinya tidak Allah lagi tetapi akan berbunyi Lillah, artinya
bagi Allah, dari Allah, kepada Allahlah kembalinya segala makhluk.
 Gugurkan huruf keduanya, yaitu huruf Lam awal ( ‫ل‬ ), maka akan tersisa 2
huruf saja dan bunyinya tidak lillah lagi tetapi akan berbunyi Lahu.
 Lahu Mafissamawati wal Ardi, artinya Bagi Allah segala apa saja yang ada
pada tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi.
 Gugurkan huruf ketiganya, yaitu huruf Lam akhir ( ‫)ل‬, maka akan tersisa 1
huruf saja dan bunyinya tidak lahu lagi tetapi Hu, Huwal haiyul qayum,
artinya Zat Allah yang hidup dan berdiri sendirinya.

Kalimah HU ringkasnya dari kalimah Huwa, sebenarnya setiap kalimah Huwa,


artinya Zat, misalnya :
Qul Huwallahu Ahad., artinya Zat yang bersifat kesempurnaan yang dinamai Allah.
Yang dimaksud kalimah HU itu menjadi berbunyi AH, artinya Zat.

Bagi sufi, napas kita yang keluar masuk semasa kita masih hidup ini berisi amal
bathin, yaitu HU, kembali napas turun di isi dengan kalimah ALLAH, kebawah tiada
berbatas dan keatas tiada terhingga.

Perhatikan beberapa pengguguran – pengguguran dibawah ini :


Ketahui pula olehmu, jika pada kalimah ALLAH itu kita gugurkan Lam ( ‫ل‬ ) pertama
dan Lam (‫ل‬ ) keduanya, maka tinggallah dua huruf yang awal dan huruf yang akhir
(dipangkal dan diakhir), yaitu huruf Alif dan huruf Ha (dibaca AH).

Kalimah ini (AH) tidak dibaca lagi dengan nafas yang keluar masuk dan tidak dibaca
lagi dengan nafas keatas atau kebawah tetapi hanya dibaca dengan titik.

Kalimah AH, jika dituliskan dengan huruf Arab, terdiri 2 huruf, artinya dalam bahasa
disebutkan INTAHA (Kesudahan dan keakhiran), seandai saja kita berjalan mencari
Allah tentu akan ada permulaannya dan tentunya juga akan ada kesudahannya,
akan tetapi kalau sudah sampai lafald Zikir AH, maka sampailah perjalanan itu
ketujuan yang dimaksudkan. (Silahkan bertanya kepada akhlinya)

Selanjutnya gugurkan Huruf Awalnya, yaitu huruf ALIF dan gugurkan huruf akhirnya,
yaitu huruf HA, maka akan tersisa 2 buah huruf ditengahnya yaitu huruf LAM
pertama (Lam Alif) dan huruf LAM kedua ( La Nafiah). Qaidah para sufi menyatakan
tujuannya adalah Jika berkata LA (Tidak ada Tuhan), ILLA (Ada Tuhan), Nafi
mengandung Isbat, Isbat mengandung Nafi tiada bercerai atau terpisah Nafi dan
Isbat itu.

Selanjutnya gugurkan huruf LAM kedua dan huruf HU, maka yang tertinggal juga
dua huruf, yaitu huruf Alif dan huruf Lam yang pertama, kedua huruf yang tertinggal
itu dinamai Alif Lam La’tif dan kedua huruf itu menunjukkan Zat Allah, maksudnya
Ma’rifat yang sema’rifatnya dalam artian yang mendalam, bahwa kalimah Allah
bukan NAKIRAH, kalimah Allah adalah Ma’rifat, yakni Isyarat dari huruf Alif dan Lam
yang pertama pada awal kalimah ALLAH.

Gugurkan tiga huruf sekaligus, yaitu huruf LAM pertama, LAM kedua, dan HU maka
tinggallah huruf yang paling tunggal dari segala yang tunggal, yaitu huruf Alif (Alif
tunggal yang berdiri sendirinya).

Berilah tanda pada huruf Alif yang tunggal itu dengan tanda Atas, Bawah dan depan,
maka akan berbunyi : A.I.U dan setiap berbunyi A maka dipahamhan Ada Zat Allah,
begitu pula dengan bunyi I dan U, dipahamkan Ada Zat Allah dan jika semua bunyi
itu (A.I.U) dipahamkan Ada Zat Allah, berarti segala bunyi/suara didalam alam, baik
itu yang terbit atau datangnya dari alam Nasar yang empat (Tanah, Air, Angin dan
Api) maupun yang datangnya dan keluar dari mulut makhluk Ada Zat Allah.

Penegasannya bunyi atau suara yang datang dan terbit dari apa saja kesemuanya
itu berbunyi ALLAH, nama dari Zat yang maha Esa sedangkan huruf Alif itulah dasar
(asal) dari huruf Arab yang banyaknya ada 28 huruf.

Dengan demikian maka jika kita melihat huruf Alif maka seakan-akan kita telah
melihat 28 huruf yang ada. Lihat dan perhatikan sebuah biji pada tumbuh-
tumbuhan, dari biji itulah asal usul segala urat, batang, daun, ranting, dahan dan
buahnya.

Syuhudul Wahdah Fil Kasrah, Syuhudul Kasrah Fil Wahdah.


Pandang yang satu kepada yang banyak dan pandang yang banyak kepada yang
satu maka yang ada hanya satu saja yaitu satu Zat dan dari Zat itulah datangnya
Alam beserta isinya.

Al-Qur’an yang jumlah ayatnya 6666 ayat akan terhimpun kedalam Suratul Fatekha,
dan Suratul Fatekha itu akan terhimpun pada Basmallah, dan Basmallah itupun akan
terhimpun pada huruf BA, dan huruf BA akan terhimpun pada titiknya (Nuktah). Jika
kita tilik dengan jeli maka titik itulah yang akan menjadi segala huruf, terlihat
banyak padahal ia satu dan terlihat satu padahal ia banyak.

Selanjutnya Huruf-huruf lafald Allah yang telah digugurkan maka tinggallah empat
huruf yang ada diatas lafald Allah tadi, yaitu huruf TASYDID (bergigi tiga, terdiri dari
tiga huruf Alif) diatas Tasydid adalagi satu huruf Alif.

Keempat huruf Tasydid itu adalah isyarat bahwa Tuhan itu Ada, maka wajib bagi kita
untuk mentauhidkan Asma Allah, Af’al Allah, Sifat Allah dan Zat Allah.
Langkah terakhir gugurkan keseluruhannya, maka yang akan tinggal adalah kosong.
LA SAUTUN WALA HARFUN, artinya tidak ada huruf dan tiada suara, inilah kalam
Allah yang Qadim, tidak bercerai dan terpisah sifat dengan Zat.

Tarku Mayiwallah (meninggalkan selain Allah) Zat Allah saja yang ada.
La Maujuda Illallah (tidak ada yang ada hanya Allah).

Sembilan kali sudah kita menggugurkan kalimah Allah, seandainya juga belum dapat
dipahami maka tanyakanlah kepada akhlinya.

============
HAKIKAT SYAHADAT DAN HAKIKAT SOLAT
Sesungguhnya sahadat adalah merupakan rukun islam yang pertama dimana
seseorang itu ingin menjadikan islam sebagai cara hidupnya haruslah terlebih dahulu
mengucap dua kalimah sahadat i itu:-

‫اشهدان الاله االهللا واشهدان محمدارسول هللا‬


Jadi sesungguhnya selagi sesorang itu tidak melafazkan dua kalimah sahadat maka
selama itulah dia tidak boleh di iktiraf sebagai seorang islam.

Dalam pengertian syariat,dua kalimah sahadat itu ialah "aku menaik saksi bahawa
tiada tuhan yang disembah melainkan Allah dan aku menaik saksi bahwa Nabi
Muhammad itu pesuruh Allah.

Sesungguhnya ramai diantara kita hanya pandai melafazkan ucapan dua kalimah
sahadat itu tetapi jarang benar dikalangan kita cuba mengkaji atau sekurang2nya
menyoal  diri sendiri tentang hakikat pengertian hujung jatuhnya sahadat itu
sendiri,kita lihat ibu bapa kita melafazkan sahadat maka kita pun turut berbuat
demikian,namun begitu tak pernah bertanya kenapa kita harus melafazkanya.??

‫اشهدان الاله االهللا واشهدان محمدارسول هللا‬

Dan kenapa kita pula tidak boleh melafazkan satu bentuk penyaksian yang lain
daripada dua kalimah sahadat.

Disamping itu tidak kurang pula dikalangan kita bertanya kenapa LA ILA HA IL
LAALLAH itu  boleh membawa pengertian "tiada tuhan yang di sembah melainkan
Allah" sedangkan di dalam kalimah tersebut tidak pernah terdapat perkataan tuhan
(RABB) dan tidak pula terdapat perkataan sembah (PAK BUDUU HU) tetapi di dalam
pentafsiran erti baik bahasa  oleh para ulama syariat ada perkataan "tuhan" dan
"sembah" dan kenapa pula sahadat tersebut tidak boleh dikatakan begini......

‫الربي فاعبدوني اال هللا‬

yang mungkin lebih sesuai untuk diberi erti "tiada tuhan yang disembah melainkan
Allah" tetapi islam tetap mengunakan lafaz sahadat dengan.. ‫الالˆˆˆˆه االهللا‬
yang membawa pengertian kepada tiada yang nyata hanya Allah.          

‫ هللا‬                                   ‫ اال‬                                    ‫ اله‬                     ‫ ال‬         


     

TIADA                         NYATA                            HANYA                      ALLAH

Jadi boleh disimpulkan di sini bahawa pengertian yang dibuat oleh para alim ulama
syariat adalah jauh,tidak menepti daripada matlamat sebenar yang hendak
dinyatakan oleh sahadat itu sendiri disamping itu soalnya apakah perkataan Allah di
dalam sahadat itu boleh di samakan kepada tuhan dan apakah sebenarnya
begitu..??

Begitu juga apabila kita melafazkan


..‫محمدارسول هللا‬

itu apakah benar membawa satu pengertian kepada "Nabi Muhammad itu persuruh
Allah" jika benar begitu kenapa Nabi Adam Alaihimusallam bapa sekalian manusia
juga mengucap sahadatnya dengan mengkhabarkan sahadatnya itu dengan lafaz
Muhammad Rasulullah dan seterusnya Nabi Ibrahim,Nabi Ismail dan rasul2,wali2
Allah sebelum zahir Nabi Muhammad saw mengucap dengan ucapan yang sama
atau dalam hal yang lain ada dikalangan kita akan berkata nabi2 sebelum zahirnya
Nabi Muhammad mengucap dengan cara lain, jika benar begitu apakah mereka
difahamkan bahawa islam itu hanya baru ujud pada zaman Muhammad saw dan
benarkah islam tidak pernah ujud sebelumnya,dan jika benar ucapan Muhammad
RasuluLlah itu fahaman kepada Nabi Muhammad,kenapa pula Nabi Muhammad juga
mengucap seperti kita mengucap sekarang,dan kenapa pula RasuluLlah tidak
mengucap begini...

‫واشهدن الربى فاعبدوني اال هللا واشهدانا رسول هللا‬

yang lebih sesuai membawa kepada pengerian "aku naik saksi tiada tuhan yang
disembah melainkan Allah dan aku naik saksi bahawa akulah persuruh Allah"
Pendek kata banyaklah lagi persoalan2 yang harus ditanya oleh kita apabila kita
melangkah dan berusaha mencari dan menggali pengertian sahadat yang
benar,justeru itu marilah kita membincangkan bersama2 akan hakikat sahadat
mengikut pandangan hakikat dan makrifat dan marilah kita sama2 menggali makna
hujung jatuh sahadat itu sendiri agar kita sama2 dapat memahaminya dengan
mendalam dan dapat pula berpegang dengan pemahaman kita itu.

Adapun kalimah sahadat itu adalah:-


‫اشهدان الاله االهللا واشهدان محمدارسول هللا‬
dan sesungguhnya ‫اشهدان الاله االهللا‬
adalah dinamakan sahadat tauhid dan..
‫واشهدان محمدارسول هللا‬
adalah pula sahadat rasul.

Sebab kalimah..LAILAHAILLALLAH.. dinamakan sahadat tauhid adalah didalam


kalimah tersebut kita bersaksi dengan penuh rasa bahawa tiada yang lain hanya
Allah semata2 tiada bersekutu baginya dalam segala2 hal dan tiada sesuatu pun
yang bercampur aduk denganya kecuali DIA  sendiri,oleh itu kita bersaksi dengan
diri kita sendiri tiada yang nyata pada kita hanya Allah semata2,kita nafi tubuh kita
dan kita isbatkannya kepada Allah semata2 (diri batin kita)

Adapun kalimah
‫واشهدان محمدارسول هللا‬
itu dinamakan sahadat rasul,sebab pada kalimah ini kita melafazkan bersaksi
bahawa yang menyampaikan dan menanggung diri rahsia Allah adalah Muhammad
iaitu diri zahir kita,dan dengan melafazkan kalimah tersebut maka berikrar dan
bersaksilah kita dengan diri kita sendiri bahawa diri zahir kita tetap akan
menanggung rahsia Allah dan akan menjaganya buat selama2nya.

Adapun hakikat ketuhanan itu adalah diri batin kita (ruhani), dan hakikat kerasulan
itu adalah diri zahir kita (jasmani) Diri batin adalah sebenar2 diri yang menyatakan
rahsia tuhan dan untuk menyatakan diri rahsia Allah tersebut adalah diri zahir
kita...jadi diri zahir kitalah yang menyatakan rahsia ketuhanan Allah Taala,oleh yang
demikian diri zahir kita digelar HAKIKAT RASUL.
APABILA KITA MELAFAZKAN:-
‫ هللا‬                                   ‫ اال‬                                    ‫ اله‬                     ‫ ال‬       

TIADA                         NYATA                            HANYA                      ALLAH


MAKNANYA:
tiada nyata hanya Allah....dari sini jelaslah kalimah LAILAHALILLAH  itu sudah terang
diri batin kita,bila saja kita melafazkan kalimah tersebut dengan jelas kita
memperakui dengan sesungguhnya bahawasanya tiada nyata hanya DIAlah Allah
yang dikandung oleh tubuh zahir kita.

ADAPUN KALIMAH: 
MUHAMMADRASUL ALLAH pula menyatakan diri kasar kita kerana hakikat bentuk
manusia itu berhakikat dengan huruf M U H A M M A D ,
justeru itu menakala kita melafazkan kalimah.

‫اشهدان الاله االهللا واشهدان محمدارسول هللا‬

Maka kalimah yang telah dilafazkan itu adalah meliputi pada menyatakan diri batin
dan diri zahir kita (ruhani dan jasmani) iaitu kita menyaksikan bahawa yang
dikandung oleh diri kasar ini adalah diri rahsia Allah Taala dan diri kasar inilah
merupakan sarung, seperti firman Allah yang bermakna :
MANUSIA ITU ADALAH RAHSIAKU DAN AKULAH RAHSIANYA"

Allah Taala telah mengurniakan manusia untuk memegang dan bertangungjawab


terhadap rahsia yang ditanggung oleh manusia itulah Allah Taala memberi satu
penghormatan besar terhadap kejadian manusia...seperti firman-Nya....

‫لقدخلقنا االنسان في احسن تقويم‬

sesungguhnya Aku kurniakan akan manusia itu satu kejadian yang sebaik2nya.
Kejadian manusia adalah satu2 kejadian yang paling rapi,elok tersusun pada zahir
dan batin,duduknya kemuliaan manusia adalah kerana manusia sahajalah kejadian
Allah yang sanggup memegang rahsianya,sedangkan sebelumnya Allah sendiri
pernah menawarkan rahsia ini kepada langit,bulan,bukit untuk menanggungnya
tetapi semuanya makhluk kejadian tersebut tidak mempunyai kesanggupan untuk
menanggungnya:- seperti firman Allah yang bermaksud:" sesungguhnya rahsia aku
ini pernah aku taruhkan kepada langit,bumi,gunung-ganang tetapi mereka enggan
menerimanya kerana takut mengabaikannya,tetapi yang sanggup menerima adalah
manusia".
Dari itu apabila kita mengucap akan kalimah

‫اشهدان الاله االهللا واشهدان محمدارسول هللا‬

maka bererti kita bersaksi dengan diri kita sendiri bahawa tiada yang nyata pada diri
kita hanya Allah semata2 dan tubuh zahir kita ini adalah tukang penyata rahsia Allah
semata2.
Adapun solat itu adalah berdiri menyaksikan diri kita sendiri,kita menyaksikan
bahawa diri kitalah yang membawa dan menanggung rahsia Allah Taala dan tiada
sesuatu pada diri kita hanya rahsia Allah semata2,tiada satu jua pun yang kita punya
kecuali hak Allah semata2,jika diibaratkan kita ini hanya sebagai sebuah kotak radio
yang hidup dengan mengharapkan siaran dari stastion besar semata2,dan perlu di
ingat bahawa berfungsinya radio tersebut kerana dapat menerima gelombang siaran
dari station besar,yang demikian jika habislah siaran atau rosaknya penerimaan
siaran maka sudah tentu kotak radio tersebut akan dibuang menjadi sampah,maka
begitulah kita.

Kita akan berguna di sisi Allah jika kita dapat menanggung amanah rahsia itu  serta
dapat berfungsi dan bertindak mengenal diri kita sendiri,kerana apabila kita berjaya
dapat mengenal diri kita,maka dengan itulah pula kita dapat mengenal diri Allah itu
sendiri...firman Allah dalam hadis qudsi.....

‫من عرف نفسه فقد عرف ربه‬

Artinya,barangsiapa mengenal dirinya maka kenallah tuhannya.


Oleh itu jika kita tidak mengenal diri kita,maka kita adalah lebih hina daripada
sampah di sisi Allah.

Adapun sembahyang/solat itu bukanlah sekali ertinya menyembah kerana apabila


disebut sembah,maka sudah tentu membawa pengertian bahawa ada yang
menyembah dan ada pula yang kena sembah dan tiap tiap yang disembah sudah
pasti ada di hadapan yang menyembah.

Justeru itu bagaimana halnya dengan Allah yang bersifat bersalahan dengan benda-
benda itu ujud,ujud dihadapan  untuk di sembah,dan jikalau Allah di hadapanya
maka ertinya Allah bertempat,jika ini  iktikad kita maka kafirlah kita jadinya.Lagi pun
bagaimana boleh dikatakan sembahyang itu boleh disifatkan menyembah sedangkan
manusia itu sendiri pun adalah diri rahsia Allah seperti firman Allah dalam Hadis
Qudsi; ‫" االنسان سري وانا سره‬ertinya : manusia itu adalah rahsiaKu dan diri Akulah
rahsianya".

Oleh itu dapatlah disimpulkan bahawa sembahyang itu sebenarnya adalah satu
istiadat menyaksikan diri sendiri dan sesungguhnya diri kita itu adalah kepunyaan
Allah semata-mata.Dan sugia di ingatkan bahawa keadaan yang dinyatakan di atas
bukanlah sekali kita boleh beriktikad bahawa Allah Subhanahuwatallah itu duduk di
dalam diri kita,jika kita beranggapan bergitu maka kafirlah jadinya dan keadaan
yang diterangkan di atas juga bukan sekali-kali boleh beriktikad bahawa diri batin
kita (ROH) itu tuhan dan bertuhankan diri,maka berbuat demikian kafir pula jadinya.

Perlu di ingatkan bahawa kita adalah sebagai kotak radio yang menerima gelombang
radio dan rahsia radio,maka untuk menyatakan rahsia radio tersebut adalah station
yang memancar siaranya ke kotak radio,maka berbunyilah radio seperti mana
asalnya di station besar.Bergitu dengan Allah,Dia memuji diriNya dengan diri
rahsiaNya yang dikandung oleh manusia.Seperti firman Allah didalam Hadis Qudsi
yang bermaksud:

AKU SUKA MENGENAL DIRIKU SENDIRI,


LALU AKU JADIKAN MAKHLUK INI,
LALU AKU PERKENALKAN DIRI AKU,
KEPADA MEREKA DAN LALU MEREKA,
PUN MENGENAL AKU.

Bermula yang dimaksudkan dengan makhluk di dalam hadis qudsi di atas adalah
manusia.
Adapun yang dikatakan sembahyang itu berdiri menyaksikan diri kerana semasa
sembahyang kita wajib berkata :"‫" اشهدان الاله االهللا واشهدان محمدارسول هللا‬.

ertinya bersaksilah aku bahawa tiada yang nyata kecuali Allah (diri batin) dan
bersaksilah aku bahawa Muhammad (diri zahir) itu adalah penyaksian Allah (diri
batin).
Di sini terang dan jelaslah bahawa kalimah penting itu di  lafazkan oleh kita bagi
tujuan supaya menilik diri kita dengan matahati kita,bahawa akulah yang membawa
rahsia Allah,dan kita menilik dengan mata zahir dan batin kita bahawa kita adalah
Allah semata-mata tiada sesuatu pada kita hanya Allah semata-mata.

Ucapan penyaksian ini bukanlah sahaja dilafazkan oleh lidah malahan dikatakan
bersama oleh semua anggota zahir dan batin kita,masing-masing serentak berdiri
menyaksikan diri ini adalah Allah semata-mata,( ‫) بالحق االهللا‬

Maka di saat melafazkan sahadah tersebut maka gementarlah seluruh tubuh  jiwa
raga orang arifin billah,maka disaat itu terasalah oleh mereka satu kelazatan yang
amat sangat,tiada bahasa yang boleh diterangkan di sini kecuali diketahuilah sendiri
oleh mereka yang mengalami dan sampai pula ke martabatnya.

Untuk menegaskan hal di atas Allah Subhanahuwatallah telah berfirman di dalam Al-
Quran :‫إنمˆˆاالموءمنون الˆˆذين إذاذكرهللا وجلت قلˆˆوبهم وإذاتليت عليهم ابتˆˆه زادتهم ايمانˆˆاوعلى ربهم‬
‫ يتوكلون‬: ertinya" sesungguhnya bagi mereka yang beriman apabila sahaja disebut
Allah nescaya gementarlah hati mereka dan apabila dibaca ayat-ayatNya bertambah
iman mereka kepada Allah mereka bertawakal.

Adapun  ‫ اشهدان الاله االهللا‬ ertinya bersaksilah aku tiada yang nyata hanya Allah,iaitu
bersaksilah aku dengan telingaku,mataku,otakku,kulitku,dagingku,kakiku, dan
seluruh tubuhku yang zahir dan batin aku,tiada yang nyata kecuali Allah jua.Aku
melihat dan mendengar dengan penglihatan Allah dan pendengaran Allah,tiada aku
merasa ,Allah lah merasa,tiada aku berkehendak,Allah lah yang berkehendak, tidak
aku berkuasa,Allah lah yang berkuasa...tidak....tidak...tidakkkk...HANYA ALLAH
SEMATA-MATA.

Seperti firman Allah; ‫ فاءينمˆˆا تولˆˆوا فثم وجˆˆه هللا‬..."Dimana sahaja kamu berhadap di
situlah wajah Allah".
Cara ini adalah dengan kita menafikan diri kita yang zahir ini dan mengisbatkan diri
kita yang batin (Allah).

Adapun  ‫ واشهدان محمدارسˆˆول هللا‬ ertinya "dan bersaksilah aku bahawa diriku yang
zahir ini adalah menanggung diri rahsia Allah semata-mata.

Di dalam kalimah ini kita bersaksi dengan diri kita sendiri bahawa diri kita jasmani
inilah yang menanggung dan membawa rahsia Allah (diri batin) dan diri kita yang
zahir inilah juga yang menjadi dalil awal akan ujudnya Allah Tuhan semesta alam.
Dengan yang demikian fahamlah kita bahawa kalimah sahadat itu adalah kalimah
hakikat yang menyatakan penyambungan diantara badan jasmani dengan badan
ruhani kita,ianya tidak boleh dipisahkan dan diceraikan diantara satu dengan lain.

Oleh kerana kita faham dengan hujung jatuhnya kalimah sahadah itu adalah hakikat
penyambungan diantara ruhani dengan jasmani,maka setengah ulama' berpendapat
bahawa tidak wajar bagi kita untuk melafazkan kalimah sahadah tersebut secara
mewakafkan bacaan dimana-mana bahagian kalimah dua kalimah sahadah
tersebut,adalah tidak kita mewakafkan di kalimah ALLAH seperti yang diamalkan
oleh kebanyakan orang jahil di dalam hakikat dua kalimah sahadah,kerana pada
hakikatnya kita telah mengetahui bahawa tubuh kalimah dua sahadah tersebut
adalah gabungan ruhani dan jasmani kita.

Adapun ucapan dua kalimah sahadah  yang hanya disebut dilafazkan dimulut tampa
mengerti apakah sebenar hakikat sahadah tersebut adalah dinamakan sahadah
tanda,hujung jatuh akan hakikat sahadah tanda ini adalah bertujuan supaya satu-
satu masyarakat yang mengaku diri mereka islam,turut sama mengiktiraf bahawa
manusia yang mengucap dua kalimah sahadah semacam tadi adalah berugama
islam seperti mereka juga. tetapi sebenarnya sahadah sedemikian itu adalah kosong
dan tidak memberi erti apa-apa serta tidak bermaya, ertinya jika di ibaratkan besi
maka besi seperti inilah besi tawar yang tidak pernah mengerti apa makna tajam,ia
hanya bergelar besi tetapi tidak berguna untuk apa-apa jua pun kerana perlu di
tegaskan bergunanya besi bagi  sebilah pisau adalah kerana tajamnya.

Tajam itulah sebenar benar tubuh pisau itu,oleh sebab itu bagi mereka yang hanya
mengerti melafazkan dua kalimah sahadah tetapi jahil daripada mengerti hakikat
sahadah  maka manusia begini adalah manusia islam minannas dan ianya bukan
sekali kali islam minallah,oleh itu untuk menjadi islam minallah maka seseorang itu
haruslah mengerti dan mengetahui dan memahami serta dapat duduk pada hakikat
sahadah sebenarnya.

HURUF2 KALIMAT SAHADAT 24 HURUF MELAMBANGKAN 24 JAM SEHARI SEMALAM.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-
‫الاله األهللا محمد رسول هللا‬
‫لاالهالااللهمحمدرسولالله‬

Adapun kalimah sahadat ini hendaklah dijadikan darah daging kita pada siang
malam selama 24 jam ertinya hidup kita,mati kita,bangkit kita dihari kiamat nanti
adalah dengan kalimah sahadat :

‫الاله األهللا محمد رسول هللا‬

‫وعليا نموت وعليها نبعث ان شاء هللا كان من االمنين‬,‫الاله نحي وعليها‬

Artinya:hidupku didalam dunia ini,matiku dan bangkitku dihari akhir nanti didalam
kalimah (sahadat) dan insallah aku menjadi orang yang amin.

disamping itu diingatkan bahawa didalam kalimah tauhid jiga mengandungi 24 huruf
semuanya bagi menandakan kehidupan manusia 24 jam dalam sehari semalam
sebagaimana yang dinyatakan dalam bab yang lalu bahawa kalimah sahadat itu
adalah pada menyatakan perihal diri ruhani dan jasmani kita.Kalimah ini adalah
tersangat penting didalam penghidupan kita untuk menuju kepada Allah Subhanahu
wataala.

Oleh itu janganlah dipisahkan manusia samasekali dua kalimah sahadat didalam
kehidupan kita,jika ingin menjadi manusia yang diredhai di dunia dan diakhirat dan
jangan sekali2 kita mati tampa kalimah sahadat.

‫الاله األهللا محمد رسول هللا‬

‫لاالهالااللهمحمدرسولالله‬

                              (  24 huruf)

(bagi mengisyaratkan kehidupan/penghidupan manusia 24 jam sehari semalam.)

Ahli Makrifat itu tidak mempunyai makrifat jika ia tidak mengenal Allah dari segala
sudut dan dari segala arah mana saja ia menghadap. Ahli Hakikat hanya ada satu
arah iaitu ke arah Yang Hakiki itu sendiri.

"Ke mana saja kamu memandang, di situ ada Wajah Allah" (Al-Qur-an)

"Ke mana saja kamu memandang", sama ada dengan deria atau akal atau khayalan,
maka di situ ada Wajah Allah". Oleh itu dalam tiap-tiap ain [di mana] ada ain (Zat
Ilahi) dan semuanya adalah "La ilaha illalLah" (TIADA NYATA HANYA ALLAH).

Dalam "La ilaha illalLah" semua wujud ada terkandung, iaitu Wujud Semesta Raya
dan Wujud secara khusus; atau Wujud atau apa yang dianggap Wujud; atau wujud
Hakiki dan Wujud makhluk.
Wujud makhluk tertakluk kepada kepada "La ilaha" yang bererti bahawa segala-
galanya kecuali Allah adalah kosong(batil), iaitu dinafikan bukan diisbatkan. Wujud
Hakiki termasuk dalam "illaLlah". Oleh itu semua kejahatan tertakluk di bawah "La
ilaha" dan semua yang dipuji tertakluk di bawah "illaLlah".

Semua wujud terkandung dalam mengisbatkan Keesaan (La ilaha illaLlah) dan anda
mesti memasukkkannya juga dalam menamakan hamba yang paling mulia (dalam
mengatakan Muhammadun RasuluLlah).

"Muhammadun RasuluLlah" ini mengandungi tiga alam.


Muhammad itu menunjukkan Alam Nyata(Alam Nasut); iaitu alam yang boleh
dipandang dengan deria(senses).

Rasul itu menunjukkan Alam Perintah(Alam Malakut); iaitu Alam batin berkenaan
rahsia-rahsia tanggapan yang mujarad; dan ini terletak antara yang muhaddas
dengan Yang Qadim.
Nama Ilahi(Allah) itu menunjukkan Alam Pertuanan(Alam Jabarut). Lautan darinya
terpancar pengertian dan tanggapan.

"Rasul" itu sebenarnya pengantara yang muhaddas dengan Yang Qadim; kerana
tanpa dia tidak akan ada wujud, kerana jika yang muhaddas bertemu dengan yang
Qadim, maka binasalah yang muhaddas dan tinggallah Yang Qadim.

Apabila Rasul diletakkan pada tempatnya yang wajar pada kedua itu, maka barulah
alam ini diperintahkan, kerana pada zhohirnya ia adalah hanyalah seketul tanah liat,
tetapi batinnya ia adalah khalifah Allah.

Pendeknya, maksud mengisbatkan Tauhid itu tidaklah sempurna dan tidaklah


meliputi tanpa diisbatkan Keesaan atau Tauhid Zat, Sifat dan Lakuan. Pengisbatan
itu difahami dari "Muhammadun RasuluLlah".

Apabila seorang ahli Makrifat berkata "La-ilaha illaLlah" maka ia ketahui pada
hakikatnya bukan hanya pada majazi sahaja, iaitu tidak ada jalan lain melainkan
Allah. Oleh itu wahai saudaraku, janganlah hanya mengucapkan dengan mulut saja
syahadah yang mulia ini, kerana dengan itu mulut sajalah yang akan mendapat
manfaatnya. Dan ini bukanlah matlamat yang hendak dituju. Yang pentingnya ialah
Mengenal Allah sebagaimana Ia sebenarnya.
"Allah itu dahulu seperti Ia sekarang jua tanpa sekutu, dan Ia sekarang seperti Ia
dahulu jua".

Fahamilah ini, dan anda tidak akan dibebankan lagi dengan penafian, dan tidak ada
yang tinggal bagi anda lagi melainkan pengisbatan agar apabila anda berkata anda
akan berkata; "Allah, Allah, Allah". Tetapi kini hati anda dibebankan dan
pandangannya lemah. Semenjak anda dijadikan anda hanya berkata; La-ilaha........

tetapi bilakah penafian itu akan berkesan?. Bahkan ia tidak berkesan kerana
penafian itu hanya dengan lidah sahaja. Jika anda nafikan dengan Akal iaitu dengan
Hati anda dan rahsia anda yang paling dalam, maka seluruh alam ini akan lenyap
dari pandangan anda dan anda akan lihat Allah sendiri, bukannya diri anda sendiri
dan juga makhluk-makhluk lain. Kaum Sufi menafikan wujud yang lain kecuali Allah.

Maka mereka mencapai kedamaian dan kerehatan dan terus memasuki KalamNya.
Mereka tidak akan keluar lagi. Tetapi penafian anda tidak ada langsung
hujungnya............

Ghairullah(selain Allah) tidak akan lenyap dengan hanya mengatakan "tidak" dengan
lidah sahaja; dan belum sempurna juga lagi dengan mata keimanan dan keyakinan,
tetapi akan lenyap dengan pandangan secara langsung dan berhadapan muka.
"Sesungguhnya Allah itulah matlamat anda yang terakhir" (Al-Qur'an).

Dialah sumber segala-galanya. Maka anda tidak perlu lagi nafi dan tidak perlu isbat.
Ini adalah kerana Yang Wajib itu telah memangnya isbat walaupun belum anda
isbatkan, dan yang ghairullah itu sememangnya nafi walaupun sebelum anda
nafikan.

Tidakkah anda ingin menemui guru yang dapat mengajar anda bagaimana
menafikan ghairullah dan membawa anda kepada kedamaian di mana anda dapati
tidak ada yang lain kecuali Allah?. Maka barulah anda hidup dengan Allah dan dapat
menjadi penghuni "Dalam tempat tinggal orang-orang yang ikhlas di Majlis Tuhan
Yang Maha Agung", dan ini adalah semuanya hasil daripada ingat anda dan makrifat
anda bahawa "Tiada Tuhan selain Allah".

Anda tahu kata-kata Syahadah itu sahaja dan yang paling dalam yang anda tahu
ialah berkata; "Tidak ada yang patut disembah melainkan Allah". Ini adalah
pengetahuan orang-orang awam(biasa) tetapi apakah kaitannya dengan
pengetahuan atau ilmu orang-orang Sufi?.

Pengetahuan anda yang sekarang itulah yang menghalang anda memahami


pengetahuan orang-orang pilihan(Sufi). Masihkan anda menafikan pengetahuan
yang didapati dari bimbingan guru menuju Hakikat, padahal mereka yang dipimpin
itu memandang tidak yang wujud kecuali Allah? Mereka bukan sahaja mengenal
Allah dengan Iman dan keyakinan saja, tetapi mereka memandang dengan cara
pandangan yang terus tanpa halangan. Omong kosong tidak sama dengan melihat,
bertemu muka.

HAKIKAT SOLAT & RAHSIA MA'ARIFAT


Di sini penulis persembahkan pula bicara berkenaan Rahsia Ma’rifat. Sebahagian
daripada ilmu “petunjuk” daripada Allah Ta'ala kepada hambanya yang terpilih.
Pegangilah dan hayatilah ianya di dalam setiap amalan. Sebagai panduan dan
persediaan menghadapi-Nya. Insya-Allah….

Adapun Rahsia Ma’rifat itu adalah rahsia bagi diri, tiada siapa pun boleh
menghuraikan di atas rahsia diri masing-masing melainkan orang-orang ahli Sufi dan
Wali sahaja yang boleh menghuraikan.
Seperti kata Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani r.a. sesudah beliau menunaikan solat
sunnat hajat, lalu ia berkata :

“Ya Tuhanku! Di manakah maqam yang yang lima itu di dalam diri hamba? Iaitu
yang pertama Subuh, kedua Dzohor, ketiga ‘Asar, keempat Maghrib dan kelima
Isya'.”

Maka tatkala itu bergerak-geraklah seluruh anggotanya maka diketahuilah beliau


tentang kedudukan maqam yang lima itu. Maka berzikirlah ia tiada berhenti-henti
daripada satu waktu kepada satu waktu.
1. Pada waktu Subuh maka bergerak-geraklah perumahan hatinya maka berkatalah
ia, “Ya Tuhanku! Telah nyatalah hamba bahawasanya Subuh itu bermaqam di hati
hamba.” Maka berzikirlah ia tiada berhenti-henti sampailah pada waktu Dzohor.

2. Apabila sampai pada waktu Dzohor, maka berdenyut lagi hatinya. Tatkala itu
terasalah ia suatu benda yang pahit mengalir di batang lehernya. Maka berkatalah
ia, “Ya Tuhanku! Telah nyatalah aku bahawasanya waktu Dzohor itu bermaqamnya
pada hempedu ku.” Maka berzikirlah ia tiada berhenti-henti sampailah ia pada waktu
‘Asar.

3. Apabila sampai pada waktu ‘Asar maka bergeraklah berhampiran dadanya sebelah
kiri. Maka katanya lagi, “Ya Allah! Ya Tuhanku! Ketahuilah hamba bahawasanya
waktu ‘Asar itu bermaqamnya pada paru-paru hamba.” Maka berzikirlah lagi ia
sampailah pada waktu Maghrib tiada ia berhenti-henti.

4. Setelah sampai pada waktu Maghrib berdenyut-denyutlah di dalam dadanya.


Setelah diperhatikan denyutan itu, maka ia berkata lagi, “Ya Allah! Ya Tuhanku!
Telah nyatalah hamba bahawasanya waktu Maghrib itu bermaqam pada jantung
hamba.” Maka berzikirlah ia daripada Maghrib sampailah ia pada waktu Isya’.

5. Setelah sampai pada waktu Isya’, maka berdenyut-denyutlah dadanya di sebelah


kanan. Tatkala itu maka nyatalah ia waktu Isya’ itu pada limpanya. Maka
bersyukurlah ia ke Hadhrat Allah Ta’ala. Katanya, “Ya Allah! Ya Tuhanku! Dengan
kerana Mu aku mengetahui akan segala-galanya.” Maka berzikirlah ia tiada berhenti-
henti sehingga sampai pada waktu Subuh. Maka kedengaranlah pada telinganya, “Ya
Abdul Qadir! Di dalam lima waktu itu bahawasanya terhimpun ia di dalam waktu
Subuh.”

Maka telah nyata kedudukan maqam lima waktu itu pada diri kita oleh itu tiada
boleh dinafikan tiap-tiap sesuatu itu. Bukannya kehendak ilmu yang luas tiada suatu
pun yang boleh mengisbatkan kepada kita. Hanya pada diri kita sahaja yang boleh
menandakan suatu itu di alam ini.

Maka berkata seorang ahli Sufi (Syeikh Kiryani r.a.) kepada sahabat-sahabatnya
bahawasanya, “Hamba dapat mengetahui akan maqam yang lima ini adalah
wujudnya pada lima haqiqat. Yang dinamai ia pada tiap-tiap waktu ini.”
1. Waktu Subuh menyatakan wujudnya Allah.
2. Waktu Dzohor menyatakan wujudnya Af'al Allah.
3. Waktu ‘Asar menyatakan wujudnya Qauli.
4. Waktu Maghrib menyatakan wujudnya Insani.
5. Waktu Isya’ menyatakan wujudnya Rasuli.

Maka berkata sahabat-sahabatnya kepada Syeikh Kiryani r.a., “Ya tuan hamba!
Bolehkah tuan hamba terangkan lagi bagaimana cerita lagi di atas maqam yang lima
itu?
Kerana tidak sekali-kali hamba memahami dengan kata-kata tuan hamba itu!”

Maka berkatalah Syeikh Kiryani r.a. kepada sahabatnya, “Ya sahabat ku! Tiliklah
keadaan diri mu senyata dahulu agar kamu dapat ketahui akan maqam yang lima
itu.”

Adapun tatkala asalnya maqam yang lima waktu itu adalah diambil daripada cerita
baginda Saiyidina Ali Karamallahu wajhahu. Tertulis di dalam kitabnya yang bernama
“Darul ulum addeen”. Bahawasanya datang seorang hamba Allah mengadap baginda
Saiyidina Ali Karamallahu wajhahu dengan berkata, “Ya Khalifah Amirul Mu’minin!
Kenapakah waktu subuh itu tidak disamakan lima rakaat tiap-tiap waktu?
Mengapakah waktu Subuh dua rakaat sahaja dan Maghrib tiga rakaat, sedangkan
waktu lainnya empat rakaat?”

Maka jawab oleh baginda Saiyidina Ali Karamallahu wajhahu, “Ya tuan hamba
Sa’idah! Sebab-sebabnya waktu itu tidak sama akan rakaatnya, kerana mengikut
kejadian alam ini. Tiada ia dijadikan oleh Tuhan dengan serentak. Melainkan dengan
berperingkat-peringkat.”

Seperti sabda Rasulullah s.a.w. kepada ku, mafhumnya :


“Ya Ali! Ketahuilah oleh mu bahawasanya tatkala asal waktu itu, diibaratkan tatkala
embun tunggal setitik gugur ke bumi menandakan adanya satu waktu dua rakaat
yakni Subuh. Maka tatkala asal manusia pun daripada satu yakni Adam. Inilah
sebabnya Subuh itu dua rakaat. Menyatakan ia rakaat pertama itu kalimah Tauhid,
yang kedua kalimah Rasul. Kalimah Tauhid itu asal daripada ibu sekalian amalan dan
kalimah Tauhid juga asal daripada bapa, yakni bapa sekalian ilmu Laduni.”

“Inilah sabda Rasulullah s.a.w. kepada ku”! Maka bertanya lagi hamba Allah itu
kepada baginda Saiyidina Ali Karamallahu wajhahu, “Ya tuan hamba Amirul
Mu’minin! Apakah terkandungnya di dalam kalimah Tauhid dan kalimah Rasul?”
Maka jawab baginda Saiyidina Ali Karamallahu wajhahu, “Ya Sa’idah! Adapun
kalimah Tauhid itu nyata ia adanya Nur Muhammad iaitu Dzat Wajibal Wujud
Kholiqul’alam.”

“Maka inilah sabda Rasulullah s.a.w. kepada ku!” Maka bertanya lagi Sa’idah, “Ya
Amirul Mu’minin! Bagaimana pula dengan waktu-waktu yang lain itu?” Maka
berkatalah baginda Saiyidina Ali Karamallahu wajhahu, “Ya Sa’idah! Adapun waktu-
waktu yang lain itu mengikut cerita Rasulullah s.a.w. kepada ku adalah seperti
berikut ini :

Waktu Dzohor 4 rakaat :


1. Rakaat pertama menandakan wujudnya Dzat Allah.
2. Rakaat kedua menandakan wujudnya Sifat Allah.
3. Rakaat ketiga menandakan wujudnya Asma’ Allah.
4. Rakaat yang keempat menandakan wujudnya Af'al Allah.

Waktu ‘Asar 4 rakaat, menyatakan kepada 4 alam :


1. Rakaat pertama menyatakan kedudukan di Alam Roh.
2. Rakaat kedua menyatakan kedudukan di Alam Mithal.
3. Rakaat ketiga menyatakan kedudukan di Alam Ajsam.
4. Rakaat keempat menyatakan kedudukan di Alam Insan.

Waktu Maghrib 3 rakaat, menyatakan kepada 3 diri :


1. Rakaat pertama menyatakan hal keadaan Diri Azali.
2. Rakaat kedua menyatakan hal keadaan Diri Terperi.
3. Rakaat ketiga menyatakan hal keadaan diri terdiri.

Waktu Isya’ 4 rakaat, menandakan 4 nama bagi diri yang batin :


1. Rakaat pertama menyatakan bersifat Wujud, mengesakan Dzat Allah.
2. Rakaat kedua menyatakan bersifat Ilmu, mengetahui akan Sifat Allah.
3. Rakaat ketiga menyatakan bersifat Nur, menyatakan ia akan Asma’ Allah.
4. Rakaat keempat menyatakan bersifat Syuhud, ma’rifat akan Af'al Allah.

Maka inilah yang dinamakan Rahsia Ma’rifat. Maka bertanya lagi hamba Allah itu
kepada Baginda Saiyidina Ali Karamallahu wajhahu, “Ya Amirul Mu’minin! Sekiranya
jikalau hamba beramal dengan tiada ketahui jalan ini, apa hukumnya?”

Maka jawab Saiyidina Ali Karamallahu wajhahu, “Ya Sa’idah! Siapa yang
mengerjakan amalan dengan tiada mengetahui akan amalan itu adalah syirik
semata-mata. Dan mereka ini dijatuhkan di dalam golongan orang yang fasiq. Walau
bagaimana ‘alim sekalipun, fasiq jua hukumnya. Tiadalah ia berbau akan Syurga
idaman.”

Rujuklah mereka yang arif billah...


Kejauhan itu lupa hati.
pedekatan itu ingat hati.
Kejauhan itu hijab (tertutup).
Kedekatan itu kasyaf (terbuka).
Hijab itu gelap, Kasyaf itu Nur.
Gelap itu jahil, Nur itu Ma'rifat.

Rasulullah SAW bersabda: "Firman Allah Ta'ala, aku ini sebagaimana yang disangka
oleh hambaku, Aku bersama dia apabila ia ingat kepadaKu, apabila ia mengingatKu
dalam dirinya, Akupun ingat padanya dalam diriKu, dan apabila ia mengingatKu
dalam ruang yang luas, aku pun ingat padanya dalam ruang yang lebih baik." (Hadis
Qudtsi diriwayatkan oleh Bukhari).

"Guru Sufi berkata: "Hatimu sekarang bersama Tuhanmu dan Tuhanmu bersama
engkau, tidak jauh dari engkau, Ia mendekatkan engkau kepadaNya, dan
mengenalkan engkau denganNya.".

HAKIKAT SHALAT
Adapun kemudian daripada itu, yakni daripada memuji Allah dan mengucapkan
shalawat kepada Rasulullah SAW, maka inilah suatu kitab yang sudah dipindahkan
dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia, supaya mudah bagi orang yang baru belajar
menginginkan Allah. Bahwasanya diceritakan dari Abdullah Bin Umar r.a, katanya
adalah kamu berduduk pada suatu orang kelak ke hadapan Rasulullah SAW, minta
belajar ilmu Jibril a.s, daripada ilmu yang sempurna dunia dan akhirat, yaitu
membiasakan dari hakikat didalam shalat lima waktu yaitu wajib bagi kita untuk
mengetahuinya.

Yang harus mereka ketahui pertama kali hakikat shalat ini supaya sempurna kamu
menyembah Allah, bermula hakikatnya didalam shalat itu atas 4 (empat) perkara :
1. BERDIRI (IHRAM).
2. RUKU’ (MUNAJAH).
3. SUJUD (MI’RAJ).
4. DUDUK (TABDIL).

Adapun hakikatnya :
1. BERDIRI ( IHRAM)
itu karena huruf ALIF asalnya dari API, bukan api pelita dan bukan pula api bara.

Adapun artinya API itu bersifat JALALULLAH, yang artinya sifat KEBESARAN ALLAH
TA’ALA, yang terdiri atas 2 (dua) perkara :
• KUAT.
• LEMAH.

Yang merupakan kudrat dan iradat-Nya juga, karena hamba itu tidak mempunyai
KUAT dan LEMAH karena hamba itu di-KUAT-kan dan di-LEMAH-kan oleh ALLAH,
bukannya kudrat dan iradat Allah itu lemah. Adapun kepada hakikatnya yang sifat
lemah itu shalat pada sifat kita yang baharu ini. Adapun yang dihilangkan tatkala
BERDIRI itu adalah pada segala AP’AL (perbuatan) hamba yang baharu.

2. RUKU’ (MUNAJAH)
itu karena huruf LAM Awal, asalnya dari ANGIN, bukannya angin barat dan bukan
pula angin timur.

Adapun artinya ANGIN itu bersifat JAMALULLAH yang artinya sifat KEELOKAN ALLAH
TA’ALA, yang terdiri atas 2 (dua) perkara :
• TUA.
• MUDA.
Yang merupakan kudrat dan iradat-Nya juga. Adapun hamba itu tidak mempunyai
TUA dan MUDA. Adapun yang dihilangkan tatkala RUKU’ itu adalah pada segala
ASMA (nama) hamba yang baharu.

3. SUJUD (MI’RAJ)
itu karena huruf LAM Akhir, asalnya dari AIR, bukannya air laut dan bukan pula air
sungai. Adapun artinya AIR itu bersifat QAHAR ALLAH yang artinya sifat KEKERASAN
ALLAH TA’ALA, yang terdiri atas 2 (dua) perkara :

• HIDUP.
• MATI.

Yang merupakan kudrat dan iradat-Nya juga. Adapun hamba itu tidak pun
mempunyai HIDUP dan MATI. Adapun yang dihilangkan tatkala SUJUD itu adalah
pada segala NYAWA (sifat) hamba yang baharu.

4. DUDUK (TABDIL)
itu karena huruf HA, asalnya dari TANAH, bukannya pasir dan bukan pula tanah
lumpur. Adapun artinya TANAH itu bersifat KAMALULLAH yang artinya sifat
KESEMPURNAAN ALLAH TA’ALA, yang terdiri atas 2 (dua) perkara :
• ADA.
• TIADA.

Yang merupakan kudrat dan iradat-Nya juga. Adapun hamba itu tidak ADA dan
TIADA. Adapun yang dihilangkan tatkala DUDUK itu adalah pada segala WUJUD/ZAT
hamba yang baharu, karena hamba itu wujudnya ADAM yang artinya hamba tiada
mempunyai wujud apapun karena hamba itu diadakan/maujud, hidupnya hamba itu
di-hidupkan, matinya hamba itu di-matikan dan kuatnya hamba itu di-kuatkan.

Itulah hakikatnya shalat. Barangsiapa shalat tidak tahu akan hakikat yang empat
tersebut diatas, shalatnya hukumnya KAFIR JIN dan NASRANI, artinya KAFIR
KEPADA ALLAH, ISLAM KEPADA MANUSIA, yang berarti KAFIR BATHIN, ISLAM
ZHAHIR, hidup separuh HEWAN, bukannya hewan kerbau atau sapi. Tuntutan
mereka berbicara ini wajib atas kamu. Jangan shalat itu menyembah berhala !!!.

INILAH FASAL Masalah yang menyatakan sempurnanya orang TAKBIRATUL IHRAM,


iaitu hendaklah tahu akan MAQARINAHNYA.

Bermula MAQARINAH shalat itu terdiri atas 4 (empat) perkara :


1. BERDIRI (IHRAM).
2. RUKU’ (MUNAJAH).
3. SUJUD (MI’RAJ).
4. DUDUK (TABDIL).

Adapun hakikatnya :
Adapun hakikatnya BERDIRI (IHRAM) itu adalah TERCENGANG, artinya : tiada akan
tahu dirinya lagi, lupa jika sedang menghadap Allah Ta’ala, siapa yang menyembah?,
dan siapa yang disembah?.

Adapun hakikatnya RUKU’ (MUNAJAH) itu adalah BERKATA-KATA, artinya : karena


didalam TAKBIRATUL IHRAM itu tiada akan menyebut dirinya (asma/namanya),
yaitu berkata hamba itu dengan Allah. Separuh bacaan yang dibaca didalam shalat
itu adalah KALAMULLAH.

Adapun hakikatnya SUJUD (MI’RAJ) itu adalah TIADA INGAT YANG LAIN TATKALA
SHALAT MELAINKAN ALLAH SEMATA.q

Adapun hakikatnya DUDUK (TABDIL) itu adalah SUDAH BERGANTI WUJUD HAMBA
DENGAN TUHANNYA.

Sah dan maqarinahnya shalat itu terdiri atas 3 (tiga) perkara :


1. QASHAD.
2. TA’ARADH.
3. TA’IN.

Adapun QASHAD itu adalah menyegerakan akan berbuat shalat, barang yang
dishalatkan itu fardhu itu sunnah.

Adapun artinya TA’ARRADH itu adalah menentukan pada fardhunya empat, tiga atau
dua.

Adapun TA’IN itu adalah menyatakan pada waktunya, zhuhur, ashar, maghrib, isya
atau subuh.

INILAH FASAL Masalah yang menyatakan sempurnanya didalam shalat :


Adapun sempurnanya BERDIRI (IHRAM) itu hakikatnya :
Nyata kepada AF’AL Allah.
Hurufnya ALIF.
Alamnya NASUWAT.
Tempatnya TUBUH, karena tubuh itu kenyataan SYARIAT.

Adapun sempurnanya RUKU’ (MUNAJAH) itu hakikatnya :q


Nyata kepada ASMA Allah.
Hurufnya LAM Awal.
Alamnya MALAKUT.
Tempatnya HATI, karena hati itu kenyataan THARIQAT.
Adapun sempurnanya SUJUD (MI’RAJ) itu hakikatnya :q
Nyata kepada SIFAT Allah.
Hurufnya LAM Akhir.
Alamnya JABARUT.
Tempatnya NYAWA, karena Nyawa itu kenyataan HAKIKAT.

Adapun sempurnanya DUDUK (TABDIL) itu hakikatnya :q


Nyata kepada ZAT Allah.
Hurufnya HA.
Alamnya LAHUT.
Tempatnya ROHANI, karena ROHANI itu kenyataan MA’RIFAT.

Adapun BERDIRI (IHRAM) itu kepada SYARIAT Allah.q


Hurufnya DAL.
Nyatanya kepada KAKI kita.

Adapun RUKU’ (MUNAJAH) itu kepada THARIQAT Allah.q


Hurufnya MIM.
Nyatanya kepada PUSAT (PUSER) kita.

Adapun SUJUD (MI’RAJ) itu kepada HAKIKAT Allah.q


Hurufnya HA.
Nyatanya kepada DADA kita.

Adapun DUDUK (TABDIL) itu kepada MA’RIFAT Allah.q


Hurufnya MIM Awal.
Nyata kepada KEPALA (ARASY) kita.
Jadi Orang Shalat membentuk huruf AHMAD / MUHAMMAD.

INILAH FASAL Asal TUBUH kita (jasmaniah) kita dijadikan oleh Allah Ta’ala atas 4
(empat) perkara :
1. API.
2. ANGIN.
3. AIR.
4. TANAH.

Adapun NYAWA kita dijadikan Allah Ta’ala atas 4 (empat) perkara :


1. WUJUD.
2. NUR ILMU.
3. NUR.
4. SUHUD.

Adapun MARTABAT Tuhan itu ada 3 (tiga) perkara :


1. AHADIYYAH.
2. WAHDAH.
3. WAHIDIYYAH.

Adapun TUBUH kita dijadikan Allah Ta’ala atas 4 (empat) perkara :


1. WADIY.
2. MADIY.
3. MANIY.
4. MANIKEM.
INILAH PASAL

Masalah yang menyatakan jalan kepada Allah Ta’ala atas 4 (empat) perkara :
1. SYARIAT. = AF’AL. = BATANG TUBUH.
2. THARIQAT. = ASMA. = HATI. DIRI
3. HAKIKAT. = SIFAT. = NYAWA. KITA
4. MA’RIFAT. = RAHASIA. = SIR.

Adapun hakikatnya :
SYARIAT itu adalah KELAKUAN TUBUH.ü
THARIQAT itu adalah KELAKUAN HATI.ü
HAKIKAT itu adalah KELAKUAN NYAWA.ü
MA’RIFAT itu adalah KELAKUAN ROHANI.ü

Adapun yang tersebut diatas itu nyata atas penghulu kita Nabi MUHAMMAD. Karena
lafadz MUHAMMAD itu 4 (empat) hurufnya yaitu :
1. MIM Awal.
2. HA.
3. MIM Akhir.
4. DAL.

Adapun huruf MIM Awal itu ibarat KEPALA.


Adapun huruf HA itu ibarat DADA.
Adapun huruf MIM Akhir itu ibarat PUSAT (PUSER).
Adapun huruf DAL itu ibarat KAKI.

Adapun huruf MIM Awal itu MAQAM-nya kepada alam LAHUT.


Adapun huruf HA itu MAQAM-nya kepada alam JABARUT.
Adapun huruf MIM Akhir itu MAQAM-nya kepada alam MALAKUT.
Adapun huruf DAL itu MAQAM-nya kepada alam NASUWAT.

Sah dan lagi lafadz ALLAH terdiri dari 4 (empat) huruf :


1. ALIF.
2. LAM Awal.
3. LAM Akhir.
4. HA.

Adapun huruf ALIF itu nyatanya kepada AP’AL Allah.


Adapun huruf LAM Awal itu nyatanya kepada ASMA Allah.
Adapun huruf LAM Akhir itu nyatanya kepada SIFAT Allah.
Adapun huruf HA itu nyatanya kepada ZAT Allah.

Adapun AP’AL itu nyata kepada TUBUH kita.


Adapun ASMA itu nyata kepada HATI kita.
Adapun SIFAT itu nyata kepada NYAWA kita.
Adapun ZAT itu nyata kepada ROHANI kita.

INILAH FASAL  Masalah yang menyatakan ALAM. Adapun ALAM itu atas 2 (dua)
perkara :
1. ALAM KABIR (ALAM BESAR/ALAM NYATA).
2. ALAM SYAQIR (ALAM KECIL/ALAM DIRI KITA).

Adapun ALAM KABIR itu adalah alam yang NYATA INI.


Adapun ALAM SYAQIR itu adalah alam DIRI KITA INI.

ALAM KABIR (ALAM BESAR) itu sudah terkandung didalam ALAM SYAQIR karena
ALAM SYAQIR itu bersamaan tiada kurang dan tiada lebih, lengkap dengan segala
isinya bumi dan langit, arasy dan kursy, syurga, neraka, lauhun (tinta) dan qolam
(pena), matahari, bulan dan bintang.

Adapun BUMI / JASMANI didalam tubuh kita itu terdiri atas 7 (tujuh) lapis yaitu :
1. BULU.
2. KULIT.
3. DAGING.
4. URAT.
5. DARAH.
6. TULANG.
7. LEMAK (SUM-SUM).

Adapun LANGIT / ROHANI (OTAK/ARASY) didalam tubuh kita itu terdiri atas 7(tujuh)
lapis pula :
1. DIMAK (LAPISAN BERPIKIR/RUH NABATI).
2. MANIK (LAPISAN PANDANGAN/RUH HEWANI).
3. NAFSU (RUH JASMANI).
4. BUDI (RUH NAFASANI).
5. SUKMA (RUH ROHANI).
6. RASA (RUH NURANI).
7. RAHASIA (RUH IDHAFI).

Adapun MATAHARI didalam tubuh kita yaitu NYAWA kita.


Adapun BULAN didalam tubuh kita yaitu AKAL kita.
Adapun BINTANG didalam tubuh kita yaitu ILMU kita (ada yang banyak dan ada pula
yang sedikit).
Adapun SYURGA didalam tubuh kita yaitu AMAL SHALEH kita.
Adapun NERAKA didalam tubuh kita yaitu DOSA-DOSA kita.

Adapun LAUT didalam tubuh kita ada 2 (dua) yaitu :


1. LAUT ASIN.
2. LAUT TAWAR.

Adapun LAUT ASIN didalam tubuh kita yaitu AIR MATA kita.
Adapun LAUT TAWAR didalam tubuh kita yaitu AIR LUDAH kita.

Adapun MAHLIGAI didalam tubuh kita ada 7 (tujuh) pula yaitu :


1. DADA.
2. QALBUN.
3. BUDI.
4. JINEM.
5. NYAWA.
6. RASA.
7. RAHASIA.

Didalam DADA itu QALBUN dan didalam QALBUN itu BUDI dan didalam BUDI itu
JINEM dan didalam JINEM itu NYAWA dan didalam NYAWA itu RASA dan didalam
RASA itu RAHASIA (SIR).

BAB “ SHOLAT “
Dalam agam Islam tidak dikenal istilah sembahyang.Yang ada ialah Sholat.Kata
sholat ini kita temukan dalam kitab Suci AL QUR’AN dengan kata
sholat/sholati.Sedangkan kata sholat menurut ilmu nahu terjamahan kedalam bahas
Indonesia ialah Sholeh.

Sholat Agama Islam ialah berkiblat ke Baitullah,Berkiblat disini yang tersirat disini
ialah Menghadap ke Baitullah bukannya yang ada bengunannya dinegara
Arab,melainkan Baitullah yang ada pada diri manusia .Yang letaknya diatas
perut,diujung jantung

( QOLBU ).

Bila masjid terdapat bedug yang dahulunya dibuat dari kulit sapi betina,itu mengikuti
bedug yang ada di Baitullah (qolbu )kita.Itu pula sebabnya maka orang jawa
mengatakan kulit itu dengan kata kalep.Berasal dari kata QOLB (qolbu )

Mengapa masjid dinamakan Masjidil Haram?sehingga ada pertanyaan mengapa


kalau haram dimasuki bukan dijauhi?

Riwayatnya : Para sahabat Nabi Muhammad SAW,sangat kasihan bila melihat Nabi
Besholat dengan kepanasan .Oleh sebab itu lalu dibuatkan sebuah bangunan.
Ketika hendak sholat,para sahabat lalu mempersilahkan untuk mempergunakan
bangunan itu,sekalian diberi nama.

Setelah melakukan sholat dibangunan hasil karya para sahabat itu,Rosulullah lalu
memberinya nama : Masjidil Haram.Maksudnya agar umat Islam tidak
mengutamakan atau menilai bahwa dengan bersholat dibangunan semacam itu,pasti
sholatnya diterima aleh ALLAH.Tetapi maksud ini tidak dapat dibaca oleh para
sahabat.Dan para sahabatpun tidak ada yang menanyakan mengapa Rosulullah
menamakannya Masjidil Haram.

Itulah sebabnya maka setiap bangunan yang dipergunakan untuk sholat umat Islam
lalu meniru bentuk Masjidil Haram yang dibangun oleh para sahabat Nabi.Sudah
barang tentu bangunan yang sekarang ini sudah beberapa kali mengalami
perbaikan.Baik dalam bentuk maupun bahannya.

Dalam AL QUR’AN ada perintah ALLAH bahwa umat Islam bila melaksanakan sholat
yang fardhu wajib melakukannya di BAITULLAH ( rumah ALLAH ).Dan dalam sebuah
sabda Rosulullah dalam Hadist mengatakan :
“SESUNGGUHNYA SEAMPUH-AMPUHNYA SHOLAT BILA DILAKUKAN DENGAN TIDAK
DIKETAHUI OLEH ORANG LAIN “

Kalau kita pikirkan selintas antara firman ALLAH dengan Hadist diatas sangat
berlawanan.Sebab sholat fardhu di BAITULLAH ( kalau diartikan masjid )

tentunya dengan sholat berjamaah.Tetapi Hadist mengatakan Sholat yang ampuh


bilatidak diketahui oleh orang lain.Tidak diketahui bukan berarti tidak dilihat,Bukan !

Dalam kebingungan ini maka sebagian orang Syari’at menuduh Hadist itu adalah
Dho’if ( palsu ).Padahal sebenarnya Hadist itu benar adanya.

Sesungguhnya Sholat Nabi Muhammad SAW itu sendiri terdiri dari 3 macam dan kita
sebagian umat Islam juga wajib melakukannya.
1.Sholat Syari’at : Dilakukan 5 kali sehari dengan 17 Roka’at
2.Sholat Tauhid : Dilakukan 24 jam ( 5waktu )di BAITULLAH
3.Sholat Dha’im : dilakukan sewaktu-waktu bila diperlukan untuk berhubungan
langsung dengan Sang Pencipta ( ALLAHU AKBAR ).

1.SHOLAT SYARI’AT
Sholat ini sesungguhnya biasa dilakukan oleh mereka dari golongan Syari’at.Mereka
Melakukan 5 kali sehari semalam.iaitu waktu SUBUH, DHUHUR,AS’HAR, MAGRIB,
ISYA.

Yang tersirat dari perintah ALLAH disini ialah :


1.Sholat Subuh: 2 rokaat,dan dapat dilakukan secara berjamaah.Sholat ini
memperingati saat kita dilahirkan kea lam fana ini.Kita lahir terdiri dari
2 bagian : lahir dan batin.Lagi pula kita lahir tidak sendirian.

Disaksikan oleh Bidan/Dokter/Dukun bayi,Bapak,Ibu.itu sebabnya maka sholat subuh


ini biasa dilakukan secara berjamaah

2.Sholat Dhuhur :4 rokaat.Tujuannya ialah untuk mencari nafkah (Lahir maupun


Batin)
Dalam mencari nafkah,maka memerlukan ke 4 hawa nafsu :nafsu amarah,luamah
supiyah,mutmainah
Bisa dilakukan berjamaah bila sholat Jum’at : dilakukan hanya 2 roka’at,karena yang

2 roka’at pertama sudah dipergunakan untuk khotbah.Dan khotbah itu wajib


diikuti,karena merupakan rejeki batin ( Santapan rokhani )

3.Sholat as’har : 4 Roka’at .Tujuannya untuk berbuat amal.Dalam berbuat amal lahir
dan amal batin,maka dipergunakan jasad,nyawa,rokh,dan rokhani

4.Sholat maghrib : 3 roka’at.Tujuannya untuk mati.Tiga roka’at karena orang mati


itu melepaskan :Dzad,Nur dan Sir
5.Sholat Isya :4 roka’at.Karena Tujuannya untuk hijrah ( pindah dari Alam Fana ke
Alam Akherat ), maka jasad harus membawa roh jasmani/hewani,roh nabati,dan roh
rewani -nyawa harus membawa Roh Rahmani dan Roh Nurani
-Roh harus membawa Roh Kudus
-Rokhani harus membawa Roh Rabbani dan Roh Burhani

2.SHOLAT TAUHID
Sholat Tauhid ini dipergunakan sebagai pengisi waktu luang antara ke 5 sholat
sayari’at.Hal ini untuk memenuhi persyaratan Firman Allah :
“ BARANG SIAPA SELALU INGAT KEPADAKU,MAKA AKU AKAN SELALU INGAT
KEPADANYA “
Maka para penganut ilmu MA’RIFAT mengutamakan sholat Tauhid dari pada sholat
Syari’at Padahal Sholat syari’at itu jaga termasuk sholat Muhammad SAW.Dan ada
maksud dan tujuannya .Dikarenakan kebanyakan mereka tidak mengerti maksud
dan tujuannya,maka sholat syari’at banyak ditinggalkan oleh orang Mari’fat.

Sholat Tauhid dilakukan dengan melakukan ( Dzikir Qolbu ).Dengan Dzikir Qolbu
Ini,maka senua nafsu diimami oleh Rosul/Nur Muhammad dan juga semua Alif
Mutakalimun Arif melakukan sholat di Baitullah.Ini adalah sholat fardu yang
dilakukan berjamaah di Baitullah.Dan ini pula yang dimaksud dengan sholat paling
ampuh yang tidak diketahui oleh orang lain !

Keterangan : Mula-mula mereka sholat di Baitul Muharam (Tenggorokan ),lalu


pindah ke Baitul Muqadis ( Puser ) terus ke Baitul Ma’mur ( kening ),lalu pindah lagi
ke Baitul Muqadas ( Kemaluan ) dan akhirnya sholat di Baitullah ( Ulu Hati )
Oleh karena adanya sholat ini,maka baik bayi lahir maupun orang mati tidak pernah
tepat jamnya.Kalau tidak lebih sekian detik atau menit,ya kurang sekian detik atau
menit.Yang hanya Sholat di Baitullah,Tidak berpindah-pindah ialah ke4 nafsu yang
diimami oleh Rosul/Nur Muhammad.

3. SHOLAT DHA’IM
Sewaktu di Gua Rahim,semua umat manusia pernah melakukan sholat.Dan
sholatnya adalah Dha’im Mul Haq. Oleh sebab itu tidak benar bahwa masih ada
orang kafir hidup dialam Fana ini.

Karena ketika lahir kita ini kehilangan HAQ, maka lalu LAHAULA WALA QUWATA
ILLA BILLAHIL ALIYIL’ADHIM (Tiada daya apa-apa kecuali ALLAH yang punya
kuasa), tidak bias lagi KUNFAYAKUN. Maka selama hidup ini kita ikhtiar untuk
mandapatkan HAQ yang hilang itu. Agar kita dapat berbuat amal dengan sempurna.

HAQ ini adanya di Alam Akbar/LAUHUL MAHFUZ. Sarananya sudah ada dan dalam
diri kita.
Yaitu ditengah-tengah Tonsil.

Anda mungkin juga menyukai