Anda di halaman 1dari 31

MARTABAT TUJUH ALAM

Firman Allah Surat Al Muminu-n ayat17:


Dan sesungguhnya Aku telah menciptakan di atas kamu tujuh buah jalan (tujuh buah langit). Dan
Aku tidaklah lengah terhadap ciptaan (Ku).
Ilmu tarekat menerangkan bahwa ketujuh alam itu adalah:
1. Alam Ahadiat,
2.Alam Wahdat,
3. Alam Wahidat,
4. Alam Arwah,
5. Alam Ajsam,
6. Alam Misal dan
7. Alam Insan Kamil.

Terbukti bahwa dunia ini diisi dengan Tujuh Hari, hakikatnya yaitu alam yang di atas, tegasnya
alam yang tujuh itu adalah perjalanan “Allah-Muhammad-Adam”. Oleh sebab itu wajib diketahui
oleh kita.
Bila kita ingin menelusuri jalan kembali ke Asal, sedangkan kita tidak mengetahui dari sekarang
jalan-jalannya dan barang-barangnya, pasti kita akan tersesat, tidak akan bisa kembali lagi ke
Asal. Karena kita tidak menemui lagi jalan ketika kita turun dari Ahirat ke Alam Dunia.

Tingkat I – Alam Ahadiat

Alam ini adalah alam sebelum Allah SWT menciptakan alam semesta, atau arasy, kursi, bumi dan
langit, surga dan neraka. Disebut alam “Sajatining Suwung” (Kesunyian Sejati). Martabat Yang
Maha Suci, Dzat laesa kamislihi, Dzat yang tiada umpamanya.
Pada alam inilah timbulnya kalimat “ashadu” atau “tasdied”. Dari manakah timbulnya “ashadu”
ini, dan apa yang menjadikan kalimat tersebut dan apa maksudnya? Maka seperti apakah
sehingga tiada umpamanya? Apakah karena Maha Kuasa? Atau karena Maha Agung? Atau
karena Maha Esa?
Jika karena Maha Kuasa, sedangkan pada masa itu belum ada ciptaan-Nya, karena yang disebut
Kuasa itu harus ada bukti dahulu ciptaannya, sedangkan di Alam Ahadiat itu jangankan manusia,
Ahirat dan Dunia pun belum ada.
Jika karena Maha Agung, sedangkan pada masa itu belum ada yang hina di Alam Ahadiat tadi,
ada sebutan Agung bila sesudah ada yang dihinakan.
Jika karena Maha Esa, sedangkan pada masa itu cuma ada satu, sedangkan ada satu itu setelah
ada yang banyak.
Bagaimana pengertiannya? Agar dalil Dzat laesa kamislihi berlaku? Beginilah, jika setuju,
sebabnya Alam Ahadiat disebut alam Dzat laesa kamislihi artinya dzat yang tiada umpamanya,
karena terlalu Suci, artinya bersih tidak ada sifat-sifat-Nya begitu pula nama-Nya. Maka akan
diumpamakan dengan apa jika tidak ada sifatnya?
Firman Allah Surat Al Qashash ayat 75:
Dan Aku datangkan dari tiap-tiap umat seorang saksi, lalu Aku berkata “Tunjukkanlah bukti
kebenaranmu”, maka tahulah mereka bahwasanya yang hak itu kepunyaan Allah dan lenyaplah
dari mereka apa yang dahulunya mereka ada-adakan.
Maka disaksikan pula oleh dalil yang Maha Suci yaitu billa haefin, artinya tak berwarna dan tak
berupa, tidak merah tidak hitam, tidak gelap tidak pula terang. Billa makanin, artinya tidak
berarah tidak bertempat, tidak di barat tidak di timur, tidak di utara maupun di selatan, tidak di
atas maupun di bawah. Begitulah keterangannya. Tidak dapat ditunjukan di mana adanya,
karena terburu oleh tidak dan bukan. Karena terhalang oleh bukti.
Allah menyatakan bahwasanya tidak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan daripada-
Nya, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan
yang demikian itu). Tak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan daripada-Nya, Yang Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana. [Q.S. Ali Imra-n, 3:18]
Apa sebabnya Allah menciptakan Alam Ahadiat? Karena sifat Allah yang pemurah dan
penyayang, Rahman dan Rahim. Sifat Rahman dan Rahim hanya dapat dinyatakan dengan AMAL,
amal itu adalah GERAKAN/PERBUATAN.
Manusia baru bisa disebut mempunyai sifat MURAH bila ia mau memberi dengan hati yang rela
dan ikhlas. Memberi dalam artian “memberikan hak sendiri terhadap sesuatu hal yang
dimilikinya untuk menjadi milik yang menerima”.
Melepaskan hak terhadap sesuatu hal merupakan “amal lahir dan batin”, karena hal yang
demikian mengandung gerakan untuk menyampaikan atau melahirkan sesuatu hal dengan rela
(lahir) dan ikhlas (batin).
Manusia baru disebut mempunyai sifat KASIH-SAYANG seumpamanya ia mencari dan
memelihara hubungan erat dengan “kekasihnya”. Mencari dan memelihara HUBUNGAN (TALI)
berarti juga AMAL yang memerlukan suatu gerakan.
Allah dengan sifat Rahman dan Rahim-Nya dimohonkan bergerak untuk mencipta. Alam yang
semula kosong dan gelap-gulita, pada suatu saat memperlihatkan suatu cahaya bulat yang
bersinar, dari sana menjelma menjadi semesta alam, di mana secara bertahap diisi dengan
“perhiasan-Nya”.
Surat Ya-si-n ayat 82 berbunyi:
Sesungguhnya perintah-Nya apabila Allah menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya:
“Jadilah!” maka terjadilah ia.

Tingkat II – Alam Wahdat

Alam ketika segala sesuatu belum terjadi dan belum menjadi wujud. Ibaratnya sebuah pohon di
mana akar, daun, batang, bunga dan buahnya masih berada dalam sebuah biji. Martabat Sifat-
Nya Yang Maha Suci, jadi di Alam Wahdat yang Dzat laesa kamislihi tadi menjadi Dzat Sifat,
rupanya Terang Benderang, yaitu yang disebut Johar Awal. Johar artinya Terang, Awal artinya
Pertama, artinya yang Terdahulu Ada sebelum Bumi dan Langit apalagi manusia ada. Johar Awal
inilah yang disebut Hakekat Muhammad. Johar awal itu adalah Nur, Cahaya Yang Maha Suci, para
Wali menyebutnya Segara Kehidupan atau Sajatining Sahadat (Sahadat Sejati), karena
terpadunya antara Dzat dan Sifat atau Allah dan Muhammad pada Hakikatnya. Alam ini oleh
sebagian ahli Tarekat disebut SAJATINING KUBUR, atau KUBUR SAJATI.
Menurut bahasan ulama terkenal Ibn Al-‘Arabi dalam kitab “Futuha”, halaman 151-155
menerangkan demikian:
Meanifestasi Tuhan yang pertama adalah berupa awan (embun) atau al-‘ama alhaba, yang
digambarkan juga sebagai “nafas Tuhan”, yang ada pada pangkuan-Nya, sebelum ada apa-apa
yang dijadikan. Awan tersebut belum nyata atau menjadi wujud, tapi juga tidak bisa “tidak ada”,
jadi suasana dari kemungkinan untuk ada. Awan ini dianggap sebagai unsur NEGATIF ketika
Tuhan melaksanakan ciptaan-Nya, sedangkan Nur Ilahi yang bersinar itu adalah unsur POSITIF.
Oleh karena ada persenyawaan antara unsur Negatif dan unsur Positif, maka jadilah semua
kenyataan yang mengisi seluruh alam semesta”
Sebanyak-banyaknya jenis bentuk (wujud) yang tampak, tidak dapat digambarkan oleh
ungkapan bahasa, segala suatu asalnya SATU, yanitu DZAT ALLAH.
Pada Surat Lukman ayat 27 diterangkan demikian:
Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan
kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering) nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan)
kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Jangankan yang sudah menjadi wujud, yang belum jadi pun, yang masih berada di alam angan-
angan, alam cita-cita manusia, Allah pasti mengetahuinya.
Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Allah berkehendak
menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Q.S.
Al Baqarah, 2:29)
Angan-angan ini pasti keketahui Allah SWT, angan-angan ini disebut angan-angan abadi yang
berada di Alam Wahdat, diketahui-Nya selama berabad-abad sebelum keluar menjadi kenyataan.
Angan-angan ini adalah SARI daripada kenyataan, atau disebut juga SIR.
Tiada satu hal pun yang lepas dan bebas dari hadirat Ilahi, tidak ada satupun yang lolos dari
pengaruh-Nya atau berada di luar pengaruh-Nya, baik yang sudah tercipta maupun yang belum.
Semua kejadian terjadi dari pada angan-angan, oleh sebab itu angan-angan tadi dianggap seperti
KENYATAAN SEJATI, semua gambaran yang berada dalam angan-angan disebut A’jan Tabita
atau sari-pati yang pasti.
Surat Al An’am ayat 59 berbunyi demikian:
Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Allah
sendiri, dan Allah mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun
yang gugur melainkan Allah mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam
kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab
yang nyata (Lohmahfuz).
Kitab Centini menerangkan alam angan-angan demikian:
“Tuhan itu seperti Ki Dalang, bersembunyi di dalam kegaibanhairat-Nya. Dia menggerakan tanpa
wayang, ceritranya selesai pada saatnya pagelaran wayang akan dimulai. Ki Dalang menerima
upahnya sebelum ada undangan pada saat keadaan sepi, kosong terdengarnya suara gamelan
diikuti oleh kegaduhan”
Keterangan dari paradoks-paradoks di atas demikian:
Sebelum alam semesta beserta isinya diciptakan, Allah sudah mengatur segala sesuatunya dalam
“Intelek-Nya” (Lohmahfuz), semua cerita dan lakon sudah disusun rapih, semua sudah
digelarkan sebelum wayang datang, semua sudah dikisahkan sebelum manusia berada di alam
dunia.
” dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang
kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lohmahfuz).”
Pada tempat yang begitu sepi dan kosong, belum ada manifestasi materi, yang bisa tersaksi
adalah kegaduhan alam angan-angan, kesibukan yang sama kenyataannya dengan di dunia. Dan
begitu wayang nampak di jagad raya, maka cerita dan lakonnya yang akan digelar di alam angan-
angan tadi TIDAK BISA DIRUBAH.
Angan-angan Allah dapat menjelma dengan keadaan menurut dua jalan, langsung dan tidak
langsung.
Surat Al Baqarah ayat 255:
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Yang Hidup kekal lagi terus menerus
mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit
dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui
apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-
apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi.
Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.
Keadaan-keadaan yang jadi dengan tidak langsung dari angan-angan dan nantinya jadi
kenyataan yaitu semua keadaan yang dicipta oleh manusia.
Sebelum ciptaan manusia dibentuk dan menjelma seperti kenyataan, maka ciptaan-ciptaan itu
merupakan angan-angan yang bersembunyi di dalam alam angan-angan.
Angan-angan yang cocok dan seimbang dengan kehendaknya, diterima oleh “pancaindera batin”
manusia, dan setelah meliwati BUDHI masuk ke Pusat AKAL yang akhirnya menjadi anasir
PIKIRAN, dan ditambahkan kepada anasir-anasir pikiran yang terjadi dari tangkapan
“pancaindra-lahir”, dengan demikian manusia menciptakan sesuatu hal.
Jelasnya, LOGIKA yang formil, proses berpikir itu tunduk kepada hukum-hukum pikir, antara
lain:
a. hukum persamaan,
b. hukum perlawanan,
c. hukum dasar mencukupi.
Seandainya kita menganalisa proses berpikir yang paling sederhana, misalnya kita melihat
sebuah KURSI, maka kursi tadi menjadi obyek pemikiran kita.
GAMBAR KURSI setelah meliwati penglihatan mata, masuk ke “pusat penglihatan”, baru kita
dapat melihat kursi dimaksud.
KURSI yang “sebenarnya” dan “GAMBAR KURSI” di dalam “pusat penglihatan” – otak merupakan
DUA KENYATAAN yang sangat berbeda.
KURSI yang disaksikan kita, yang dibuat dari kayu dan GAMBAR KURSI yang ada di dalam otak,
disusun dari DAYA ELEKTRIK HIDUP (bio-electron).
KURSI yang sebenarnya tersaksi oleh kita, terlihat dan bisa diraba, dengan GAMBAR KURSI yang
ada di dalam otak adalah DUA KENYATAAN yang bertentangan, yang pertama berupa benda
(materi, konkrit) dan yang kedua merupakan ruh (abstract).
Oleh karena itu proses berpikir ini tunduk kepada “hukum perlawanan”.
GAMBAR KURSI yang di dalam otak tadi, pada saatnya akan masuk ke dalam alat-pikir kita yang
sifatnya adalah Batin, yaitu BUDHI (ratio), seperti juga “daya elektris hidup” (bio-electron) yang
terdiri dari elektron-elektron bebas.
BUDHI yaitu alat-berpikir kita yang metaphisis (di atas tenaga akal), karenanya ke-beradaanya
pun di alam metaphisis, di antaranya alam angan-angan yang terdiri dari electron-electron
bebas dan menjadi ANGAN-ANGAN ALLAH.
KURSI yang dibuat dari kayu, SEBELUM dibikin oleh tukang kau, yang memiliki niat membuat
kursi, lebih dahulu mempunyai ide (ANGAN-ANGAN), dari hal kursi yang akan dibuat olehnya,
baik dari mulai kayunya, modelnya, warnanya dan sebagainya,
Oleh karena manusia menerima ANGAN-ANGAN dari Alam Angan-angan, maka yang dimaksud
itu memiliki GAMBAR di dalam Alam Angan-angan.
Jadi Gambar Kursi yang memasuki otak terus menuju Budhi, bertemu dengan GAMBARNYA
SENDIRI di Alam Angan-angan yang tida berbeda di dalam HAKEKATNYA: KEDUANYA terdiri
dari electron-electron hidup. Dalam hal ini pemikiran kita tunduk kepada “hukum persamaan”.
Tetapi sebelum “hukum persamaan” ini berjumpa dengan ISBAT-nya ketika berjumpa antara
pemikiran mengenai Gambar Kursi dan Angan-angan dari hal Kursi, masih dalam Alam Angan-
angan, harus terlebih dahulu ada DASAR yang melengkapi, yaitu persesuaian antara Gambar
Kursi dalam Budhi dengan Gambar Kursi di Alam Angan-angan. Untuk saling mendekatkan yang
akhirnya akan “mahabbah” (awor) kedua-duanya menjadi SATU, menurut hukum resonansi,
karena hakekatnya sama benarnya. Pemikiran ini tunduk kepada hukum-dasar-mencukupi.
Kursi yang dibuat dari kayu dan dihadapi oleh kita, untuk kita merupakan suatu HAL atau
THESE.
Setelah Kursi ini di dalam otak kita menjadi Gambar Kursi, maka Gambar Kursi ini berlawanan
sekali pada HAKEKATNYA dengan kursi yang dihadapi. Perbedaan ini disebut ANTITHESE.
Baru setelah Gambar Kursi masuk kedalam Budhi maka berlaku “hukum persamaan” dengan
Angan-angan kita. Mengenai kursi yang ada dalam Alam Angan-angan dan Gambar Kursi timbul
persesuaian maka disebut SYNTHESE.
Demikianlah sedikit uraian mengenai Alam Wahdat atau Alam Angan-angan dari sudut pandang
LOGIKA.

Tingkat III – Alam Wahidiat

Martabat Asma Yang Maha Suci, kejadian dari Johar Awal dan Alam Wahdat tadi maka timbullah
cahaya dan menjelma menjadi empat sinar, yaitu:
1. Narun Warna Merah
2. Hawaun Warna Kuning
3. Maun Warna Putih
4. Turobun Warna Hitam
Jadi keempat sinar itu yang disebut NUR MUHAMMAD, sedangkan Muhammadnya adalah Johar
Awal, benda Nur Muhammad Cahaya Empat itu disebunya Hakekat Adam, yaitu Asma Yang
Maha Suci.
• Cahaya Merah menjadi Hakekat Lafadz Alif.
• Cahaya Kuning jadi Hakekat Lafadz Lam awal.
• Cahaya Putih menjadi Hakekat Lafadz Lam ahir.
• Cahaya Hitam menjadi Hakekat Lafadz Ha.
• Johar Awal menjadi hakekat Lafads Tasdid.
Sariatnya menjadi simbolisasi lafadz ALLAH, jadi Sinar (Cahaya) tadi yang menjadikan bibit
terbentuknya tujuh Bumi tujuh Langit dengan segala isinya, begitu pula Agama berasal dari situ.
Alam ini disebut juga Alam Tunggal Sejati, atau Sajatining Tunggal.
Surat Al Baqarah ayat 117:
Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Allah berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka
(cukuplah) Allah hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah”. Lalu jadilah ia.
Di atas dinyatakan bahwa Nur Muhammad terdiri dari empat sinar Merah, Kuning, Putih dan
hitam. Bagaimana menurut Ilmu Tarekat hubungannya dengan gerakan Shalat.
a. Merah – unsur api. Zat pembakar yang mempunyai rasa panas, wataknya selalu menuju ke
atas, tidak ada puncak api yang menuju ke bawah. Warna merah malambangkan nafsu Amarah,
tidak mau diungguli, selalu tegak. Simbol hurufnya adalah “Alif”, dalam pelaksanaan sholat
adalah “Takbiratul Ikhram”
b. Kuning – unsur angin. Unsur kimia N (nitrogen). Tabiat angin adalah berkelok-kelok dan
halus. Sinar kuning melambangkan nafsu Sufiah, berdomisili pada mata. Manusia yang
terpengaruhi oleh nafsu ini tidak memiliki pendirian, mudah terpengaruh oleh ceritera orang
lain. Simbol hurufnya adalam LAM awal, pada gerakan shalat adalah gerakan “ruku”.
c. Putih – unsur air. Inilah unsur kimia H (hydrogen). Tabiatnya dingin, wataknya ingin selalu
menuju tempat yang rendah. Warna putih melambangkan nafsu Lauwamah yang berdomisili
pada lidah. Bila manusia terpengaruh oleh nafsu ini tidak ingin berhenti berbicara. Simbol
hurufnya adalah LAM akhir, pada gerakan shalat adalah “sujud”.
d. Hitam – unsur bumi. Menurut ilmu pengetahuan adalah zat arang atau carbon (C), tabiatnya
“diam”. Wataknya kekal dan kokoh. Warna hitam melambangkan nafsu Muthmainah yang
membawa kepada kesabaran dan keagamaan. Berdomisili pada hati. Manusia yang terpengaruh
oleh nafsu ini tidak banyak berbicara, banyak diam. Simbol hurufnya adalah HA, pada gerakan
shalat adalah sikap “Tumaninah”.
Pada Alam inilah mulai timbulnya kalimah MUHAMMAD, yang mempunyai arti YANG TERPUJI,
pada Alam Wahidat di mana terciptanya BUMI, LANGIT, MATAHARI, BULAN DAN BINTANG-
BINTANG beserta segala isinya.
Siapakah yang dapat meniru membuat seperti alam semesta tadi? Apakah penciptaan itu adalah
YANG TERPUJI? Yang penjelmaannya karena mempunyai sifat RAHMAN dan RAHIM.
Pada Alam ini pula terciptanya agama yaitu:
1. Keberadaan Sahadat yaitu karena adanya Johar Awal.
2. Keberadaan Shalat yaitu karena adanya Sinar Merah.
3. Adanya Zakat yaitu karena adanya Sinar Kuning.
4. Adanya Puasa yaitu karena adanya Sinar Putih.
5. Adanya Ibadah Haji yaitu karena adanya Sinar Hitam.
Jelaslah bahwa semua berasal dari Asma Allah, Hakekatnya Nur Muhammad dengan Empat
Sinar, kelima Johar Awal.
SHALAT LAMBANG WUJUD MANUSIA
Sesungguhnya sholat itu adalah wujud dari manusia yang sejati,gambarannya adalah sebagai
berikut:
1. Yang menjadi Badannya manusia didalam Sholat adalah Niat
Segala amal perbuatan didahului dengan Niat,wujud dari niat tersebut berupa gerak dari
badan/anggota tubuh manusia.Dan niat yang sebenarnya adalah INGAT dan mengingatkan
kembali pada diri kita bahwa segala gerak tubuh dan nafas ini milik Allah,dan saatnya diri secara
keseluruhan manunggal Rasa,manunggal rupa,manunggal wujud dan manunggal hidup dengan
dzat yang Maha Tunggal.
2. Yang menjadi Aqalnya manusia didalam Sholat adalah Takbiratul Ihrom.
Didalam Takbir adalah ma’rifatnya seorang hamba dan sejatinya mengetahui dengan aqal dihati
(Fuad) dan aqal dikepalanya bahwa hidup itu adalah Allah dan Muhammad adalah badan/gerak
prilaku manusia.
3. Yang menjadi Kepalanya manusia didalam sholat adalah Doa Al-Fatihah
Maksudnya adalah sebagai pembuka dan syahnya perilaku badan memasuki alam
kefanaan/mi’raj ,dengan menyatukan segala kehendak,rasa kepada kehendak dan rasa yang
Tunggal,saat membaca surah Al- Fatihah, manusia mensyukuri nikmat karunia-Nya
(ALHAMDULILLAHIRRABBIL’ALAMIIN) ,dimana saat pertama ruh masuk kejasad berawal dari
kepala,sehingga menghidupkan anggota dari kepala yang meliputi aqal dan alat inderawi .
Kebaikan ataupun dosa,berawal dari rangsangan yang ada dikepala manusia meliputi aqal dan
alat inderawinya,sehingga menimbulkan dampak perilaku pada anggota tubuh yang lainnya.
Karna itu manusia hendaknya selalu ingat kepada Allah dengan menjaga organ sekitar kepala
untuk menghindari kemaksiatan/dosa.
4. Yang menjadi Matanya manusia didalam Sholat adalah Ruku’
Didalam Ruku’ adalah wujud berimannya Ruh dan badan kepada Dzat Yang Maha Tunggal yang
telah menciptakan seluruh yang ada dialam dunia. Manusia hendaknya bisa melihat dengan
indera penglihatanya sesuai fungsinya dan bisa saling tolong-menolong,
menghargai,menghormati,tenggang rasa,saling menjaga,tidak berbuat kerusakan, tidak merasa
lebih tinggi/sombong terhadap makhluk ciptaan lainnya.
5. Yang menjadi Tulangnya manusia didalam sholat adalah membaca Sami’allaahu liman
hamidah.
Fungsi tulang adalah sebagai penegak dan pelindung organ tubuh,segala sesuatu yang dipelajari
ataupun didengar tidak akan akan bisa terwujud tanpa perilaku,oleh karena itu manusia
hendaklah melanggengkan apa yang didengarnya,dipelajarinya,dipahaminya kepada perilaku
nyata sebagai wujud ingat kepadanya dalam perilaku kebaikan. (SAMI’NA WA ‘ATHONA)
6. Yang menjadi Otot/Urat Syarafnya manusia didalam Sholat adalah Sujud.
Didalam Sujud adalah sebagai bukti Syahnya diri/raga/dat, bahwa adanya diri manusia karna
adanya Allah,wujud badanya manusia hakekatnya hanya Allah yang ada
danmenggerakkannya.Dan manusia tiada daya/kekuatan, serta akan kembali lagi kepada Dzat
Pencipta.
Apabila otot/syaraf manusia tidak berfungsi(sudah mati/kena penyakit struk),maka ia tidak bisa
bergerak dan tidak bisa lagi merasakan.Sejatinya yang memberi rasa manusia adalah BUMI.
7. Yang menjadi Ruhnya manusia didalam Sholat adalah Ruku’ dan Sujud
Ruh yang telah memberi hidup kepada raga/jasad. Pada hakekatnya manusia sejati adalah
manusia yang dalam sholatnya selalu mengingat akan hidup,yaitu hidup dialam
kelanggengan,dimana alam kelanggengan ini berasal dari Alif Mutakallim Wahid atau Sejatinya
Cahaya / Nur Jati
Ruku’nya sholat mengingatkan kepada manusia terhadap Sang Pencipta yang telah memberinya
nafas( anasir angin) kehidupan, anasir angin terbagi menjadi 4 macam :
1. Nafas adalah angin yang keluar dari hidung cahayanya putih dan menciptakan indera
penciuman pujinya LAA ILAHA ILLALLAAH
2. Tanafas adalah angin yang keluar dari telinga cahayanya kuning dan menciptakan indera
pendengaran pujinya YAA ALLAH YAA MUHAMMAD
3. Anfas adalah angin yang keluar dari mulut cahayanya merah dan menciptakan ucapan
pujinya ALLAHU…ALLAHU
4. Nufus adalah angin yang keluar dari mata cahayanya Hijau yang menciptakan Penglihatan
pujinya YAA HUU…ALLAHU
Angin yang 4 macan tersebut disebut juga sebagai SIRRULLAH
Didalam sujudnya sholat mengingatkan manusia akan anasir air kehidupan yang terdiri dari 4
perkara :
1. Air Nur Mani terletak dikepala
2. Air Nur Maningkem terletak didada
3. Air Nur Madzi terletak diperut
4. Air Nur Wadi terletak dikaki
8. Yang menjadi Kulitnya manusia didalam Sholat adalah Duduk Tahiyyat.
Didalam Duduk Tahiyyat adalah Tasdjid atau Tahiyyat sejati,tidak akan berlafadz Allah bila tidak
ada Tasdjid ,bila Tasdjid sebagai johar awal,maka kulit sebagai pembentuk awal manusia
sebelum organ tubuh yang lainnya . Coba sekarang dibayangkan bagaimana seandainya manusia
tanpa kulit ?… tentu manusia tidak bisa hidup karna semua isi didalam tubuhnya akan keluar
terburai dan mudah terkontaminasi oleh berbagai penyakit dan segala pengaruh buruk dari luar.
Jadi hakekatnya Kulit adalah diam/jumeneng dan sifatnya tetap/langgeng maksudnya
hendaknya manusia selalu langgeng dalam mengingat pada dzat yang Hidup langgeng tanpa
nama dan tanpa suara dimana sifat 20 sudah menyatu didalamnya.
9. Yang menjadi Tangannya manusia didalam Sholat adalah Dua kalimat Syahadat.
Dua kalimat syahadat adalah tanda keimanan manusia ketika diucapkannya namun pembuktian
keimanan yang lestari/langgeng tersebut terdapat di Tangannya,sebab perilaku baik atau
kejahatan seringkali diwujudkan melalui tangan.
contoh:
-Ketika didalam kebaikan untuk melestarikan kalimat syahadat dan kitab suci Al-qur’an,maka
manusia menggunakan tangannya untuk menulis dan memperbanyak cetakkan Al-
Qur’an,sehingga sampai sekarang tetap bisa dinikmati,dipelajari bagi generasi manusia
berikutnya.
-Ketika manusia ingin memberi ,maka ia menggunakan tangannya untuk memberikan
sesuatu,tidak mungkin kita mau memberi menggunakan kaki..? tentu tidak sopan
-Ketika manusia berada didalam kejahatan ,maka anggota tubuh yang sering digunakan adalah
tangannya ,yaitu ketika mencuri,membunuh,korupsi,memukul,memperkosa juga awalnya
melakukan kekerasan/pemaksaan dengan tangannya sebelum anggota tubuh yang lainnya.
Bila secara berurutan perilaku baik dan buruk awalnya karna adanya rangsangan terhadap alat
indera tubuh ,sehingga menimbulkan reaksi gerak anggota tubuh yang lainnya dan sebagai
puncak aksi reaksi negatif yang tak tertahan terletak pada Tangan.
Karna itulah ditangan terdapat simbol dan tanda kekuasaan Allah,ditelapak tangan berupa
Asmaul Husna dan jari-jari membentuk lafadz Allah. Maksudnya agar manusia selalu ingat dan
waspada terhadap syahadat kepada dzat yang Maha Suci untuk selalu langgeng menggunakan
tangannya sesuai sifat Asmaul Husna tersebut.
10.Yang menjadi Kakinya manusia didalam Sholat adalah Salam.
Didalam Salam sebagai wujud berkumpulnya semua aspek sholat dari seluruh anggota tubuh
manusia yang harus dilakukan secara langgeng. Dan direalisasikan melalui Kaki,maksudnya
harus diupayakan,atau ada tindakan nyata yaitu melangkahkan kakinya kepada sesuatu
kebaikan yaitu dengan saling memberikan kesejahteraan ,saling peduli,tolong-menolong,saling
memberi,dll.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa sejatinya sholat adalah perilaku/budi
pekerti/tata krama manusia kepada Sang Maha Pencipta,kepada diri pribadi dan kepada semua
makhluk ciptaan-Nya.
VERSI LAIN
Pemahaman Martabat 7
Di Alam Lahut
1)ZAT senata-mata belum tajalli nama Allah . ZAT MUTLAK < WAJIBAL UJUD>
LAISAKAMISHLIHI SYAIUN. MAHA SUCI ZAT. WUJUD HAKIKI
( mertabat ketuhanan )
Di alam jabarut ( mertabat ketuhanan ) – Kenyataan Pertama ,
SIFAT BG ZATNYA juga dikenali :
1) Hakikat Muhammad/NUR Muhammad (bukan Nabi saw sbb belum zahir nabi di alam nyata)
2) Sifat tak bercerai dengan Zat.
3) A’yan Tsabitah .
(Martabat ketuhanan)
Di Alam malakut
ASMA” dan AF”AL bagi ZATNYA
1) hakikat Insan – kenytaan kedua .
(Martabat ketuhanan)
TIga martabat di atas belum ada masa, ruang , bentuk
____________________________________________________________
Di alam arwah…( mertabat kehambaan)
1) ruh quddus,rabbani(bg nabi saw ) Insan Kamil Wa Mukamil. bapak sekelian RUH.
2) Ruh Ammar Rabbi . Terbit sekelian Ruh para Nabi dan para mukmin
3) Tempat Tajalli 7 sifat maani dan 7 ma’nawiyyah Allah.
Jauhar – (perkara halus yang tidak boleh dikerat dan dibelah)
Perhimpunan segala Ruh belum ada perceraian.
Di alam misal
1) Alam warna – sini le mula pemecahan warna.. 7 warna
yang mana jadi manusia, yang mana jadi binatang,yang mana jadi jin , bla bla bla tu semua alam
misalan, dimisalkan segala perkara
Mulanya perceraian tiap-tiap Ruh
Aradh (sifat makhluk yang baharu spt, kecil , putih , hitam, dll tidak boleh berdiri dengan
sendirinya.
Di Alam Ajsam
1) dikumpulkan nafs nafs
2)Adam mula menamakan asma asma – Nama kita.
3)dan lahirlah zuriat zuriat bagi adam yang kemudiannya membuat lakon dimukabumi
Di Alam Insan
kemudian barulah dibalut dengan Hijab ke7, iaini alam Insan
Alam insan ni kita baruler pakai gene mak bapak kita
Tubuh Nabi Adam (bapak sekelian Tubuh)- Tanah Api Air Angin
Tubuh sekelian Nabi dan Aulia’ (para wali)
Tubuh Nabi Muhammad yg zahir – keinsanan Muhammad. Zahir Muhammad
Tubuh anak cucu Adam/Tubuh kita – Wazi (benih dari ibu) Mani(benih dari bapa) Maknikam
(jadi nutfah – embryo)
Juz’iyah (Sesuatu yg berhubung-hubung spt kaki, tangan dan lain2).
4. Alam Arwah

Sebenarnya Sukma sejati, sukma jati, guru sejati atau guru murshid sama saja…cuma sebutannya
saja yang berbeda…..ada juga yang menyebutnya dengan NurMuhammad yang
disebut Ruh idhlafi yang merupakan Hakikat Sukma dan ini merupakan kehendak dari Dzat
Yang Maha Suci.
Nur Muhammad adalah hakikat sukma yang diakui keadaan Dzat dan merupakan perbuatan
Atma dan menjadi Wahana dalam Alam Arwah (Martabat 7) dan dari Nur Muhammad inilah
yang menimbulkan Unsur-unsur Kehidupan yang menjadi Asal muasal Kehidupan.
Sukma sejati adanya pada kedalaman pribadi yang di pegang oleh Sang
Pribadi…..melalui prosespengenalan diri sendiri maka muncullah cermin memalukan yang
memberikan kenyataan kesadaran bahwa kotornya diri kita dan melalui proses selanjutnya
maka kita bisa mulai mencari dan menemukan Sang Sukma sejati atau Adam Makna ……sama
saja.
Dan dalam proses menemukan yang di butuhkan adalah totalitas Kesadaran, Keikhlasan,
Ketulusan dan Kebulatan Tekad hanya untuk MencintaiNya seutuhnya ……tanpa ketakutan akan
neraka atau keinginan akan sorga….yang ada hanya Dia.
Kadang ada yang menyamakan antara sukma sejati dengan saudara 4 …ini sesuatu yang berbeda
walaupun asalnya memang dari perbendaharaan saudara 4 tetapi yang sudah di sempurnakan
atau di tundukkan oleh Sang Penguasa Sukma.
Kalo pengisian secara instant mengenai sukma sejati, mungkin ini bukan sukma sejati tetapi di
sebut punden sari atau saudara 4, dan ini adalah tahap awalnya saja, karena untuk menemukan
Penguasa Sukma (sukma sejati) melalui proses dan halangan yang cukup sulit, apalagi kalo
dalam hidup kita masih sering tergoda kehendak jasad.
Dan sebetulnya bukan diisi, tetapi dibukakan pintunya melalui cakra-cakra yang berada tubuh
kita sehingga bisa membangkitkan daya alam bawah sadar kita dan memungkinkan diri kita
melakukan sesuatu di luar nalar.
Kadang ada yang menyamakan antara sukma sejati dengan saudara 4 …ini sesuatu yang berbeda
walaupun asalnya memang dari perbendaharaan saudara 4 tetapi yang sudah di sempurnakan
atau di tundukkan oleh Sang Penguasa Sukma.
Kalo pengisian secara instant mengenai sukma sejati, mungkin ini bukan sukma sejati tetapi di
sebut punden sari atau saudara 4, dan ini adalah tahap awalnya saja, karena untuk menemukan
Penguasa Sukma (sukma sejati) melalui proses dan halangan yang cukup sulit, apalagi kalo
dalam hidup kita masih sering tergoda kehendak jasad.
Dan sebetulnya bukan diisi, tetapi dibukakan pintunya melalui cakra-cakra yang berada tubuh
kita sehingga bisa membangkitkan daya alam bawah sadar kita dan memungkinkan diri kita
melakukan sesuatu di luar nalar.
Kenapa saya sebut sebuah perjalanan.
Karena ini semua harus kita jalani sendiri, dengan mulai dari sebuah keraguan, pencarian,
penemuan, pemahaman, kesadaran dan penyatuan…..dalam sebuah cinta kasih yang tulus,
dengan pengorbanan yang tak terkira untuk sampai kesana…untuk sampai ke pantai dan
melihat samudera…untuk melihat dimana semua sungai bermuara   (  kembali ).
Seperti Bima bertemu Dewa Ruci.
Bagaimana pertama kali kita akan dihadang oleh nafsu 4 perkara…..mula-mula sinar lutam, sinar
merah, sinar kuning, sinar putih.
Berakhirnya perjalanan ….Pada zaman karamatullah kelak, waktunya maqamijabah, yakni
terkabulnya segala sesuatu, segala apa yang dikehendaki terlaksana, karena lenyapnya Mutdah
yang merupakan Dzat hamba, tinggallah Wajah yaitu Dzat Tuhan yang bersifat kekal.
Menuju cinta sejati …..adalah sebuah perjalanan yang penuh pengorbanan, saat hidup di kuasai
rahsa maka nafsu menguasai jiwa, dan kita tidak akan mendapatkan atau menemukan apa-apa
semuanya hanya semua, tidak abadi dan kekal.
Betul sekali bahwa ortu, anak istri…dan semua yang kita dengar, lihat, rasa, endus…semuanya
hanyalah pinjaman dan akhirnya toh harus kembali ke asal….itulah yang dinamakan
Kesadaran…
Jalan bertemu suksma sejati……adalah dengan menemukan Kesadaran dengan membersihkan
jiwa, mengendalikan nafsu 4 menembus 3 cahaya akhir … pertama ; ikhlas, kedua ; rela pada
hukum kepastianAllah, ketiga ; agar merasa tidak memiliki apa-apa, keempat ; harap berserah
diri pada kehendak Allah Taala …. tidak ada yg menyerupainya ….kecuali anda tahu tempatnya,
disinilah kadang di perlukan pembimbing…karena kadang banyak yang serupa atau
menyerupai…tapi bukanlah yg sebenarnya.
Dalam Kehidupan ini faktor yang sering dilupakan kita sebagai manusia yang kadang mentang-
mentang sebagai khalifah ( pemimpin ) dan merupakan Tajali ( perwujudan ) dari Sang Maha
Sempurna, adalah dari mana kita ” berasal ” dan bagaimana kita ” kembali ke asal “.
Sehingga kadang kita melupakan bahwa bahwa kita terdiri dari 2 bagian…..yaitu yg bernama
“Jasad” (rag ) dan “Ruh” (jiwa)… dan dalam menempuh hidup dan kehidupan, biasanya kita lebih
banyak termakan dogma dari sebuah kehidupan yang mengandalkan atau menampilkan baju
dari masing-masing sehingga hakikat atau makna dari dalam bajunya jarang tersentuh.
Bagaimana Jasad atau raga itu adalah sebagai baju dari Ruh atau jiwa….jiwa menemukan raga
begitu di dunia…..dahulu disana tiadalah memerlukan baju atau apapun, raga memerlukan
makanan, minuman dan kebutuhan lainnya untuk bertahan di dunia, sedangkan jiwa
merindukan tempatnya yang dahulu, dimana tidak memerlukan apapun di alam adam
makdum….. Bagaimana sebuah raga begitu memerlukan perjuangan untuk bertahan hidup di
dunia sehingga akhirnya kadang berbenturan dengan keinginan ruh yang tidak merindukan apa-
apa, tetapi ruh tanpa raga adalah bukan siapa-siapa karenaKeagungan Perwujudan Dzatullah
tidak akan terlihat.
Demi menjaga keseimbangan haruslah kita mempertimbangkan tentang keduanya.  bagaimana
begitu kita berwujud sudah berbekal 4 nafsu inti, lawwammah, amarah, sufian dan muthmainah,
yg apabila bicara seharusnya……dan harusnya dalam wacana mematikan nafsu 4 perkara: Mati
nafsunya, setiap nafsu akan merasakan maut. Mati rohnya, maksudnya yang hilang rahsanya.
Mati ilmunya, maksudnya yang mati atau yang berjurang imannya. Mati hatinya, maksudnya
yang mati ucapannya dengan lisan.
Dan yang melandasi hukumnya adalah ; Jalan untuk kesempurnaan Pati itu adalah Hidayatullah
yang menandakan tempat yang telah diatur, serta hakikat hidup yang berada pada manusia.
Kedudukan Pati petunjuk Allah taala, selamat dalam keadaan jati maksudnya bijaksana terhadap
kesempurnaan sangkan paran. Bertemunya Pati itu tawakal maksudnya berserah diri kepada
Allah taala, adapun bertemunya apti itu iradat Allah. Perkara Pati perbuatan Allah maksudnya
merapakan kesempurnaan Dza yang bersifat Esa.
Janganlah kita terpaku pada sebuah nama atau sebutan…..karena pasti akan menimbulkan
perbedaan bahkan kekacauan dan berujung kehancuran.
Dalam khasanah jawa disebut sukma sejati dan sejatining sukma, dalam khasanah islam disebut
ruh idhafi atau nur muhammad atau ruh al quds (ruh suci), dalam nasrani di sebut ruh kudus,
dalam hindhu atma.
Dalam perjalanannya kenapa disebut guru sejati atau guru mushid…..adalah pada saat kita
mencari sesuatu yang murni atau sejati, abadi…..bahwa kita harus menyadari bahwa DzatNya
ada pada sifat hidup kita dan yang pantas kita jadikan guru adalah hanya itu…..bukan yang lain
yang sama dengan kita yang akan menjadi tanah lagi atau bahkan dari bangsa dilura manusia.
Dalam khasanah yang berbeda keberadaan sukma sejati tidak bisa dilepaskan dari asal mula
Tuhan menciptakan Ruh suci ini dalam bentuk makhluk untuk meneruskan penzhahiran yang
[paling sempurna dalam peringkat Alam Ketuhanan Dzat Yang Maha Tinggi. Dan Tuhan
menhendaki ruh itu turun ke alam fana ini di peringkat paling rendah, yaitu alam Ajsam (alam
kokret) … yang tujuan utamanya adalah untuk memberi pelajaran kepada Ruh suci itu dan untuk
mengetahui pengalamannya dalam mencari jalan kembali kepada Tuhan.
Dan dalam perjalanannya …dari tingkat yang paling tinggi sampai ke tingkat paling rendah , ruh
suci menempuh berbagai alam atau peringkat….mulai dari semula turun ke peringkat Akal
Semesta atau Kesatuan atau Hakikat Muhammad.
Dan Ruh suci ini dihantarkan ke tempat yang paling rendah agar ia mencari jalan ke asalnya
yaitu berpadu atau berdampingan denagn Tuhan seperti ketika ia berada dalam pakaian daging,
darah, dan tulang itu. Melalui hati yang ada dalam badan kasar ini, wajar bila ia menanam benih
rasa kesatuan dan keesaan, dan ia akan berusaha menyuburkan rasa berpadu dan
berdampingan dengan Tuhan yang menciptakannya.
Dalam bumi hati itu ruh suci menanam benih keyakinan yang telah dibekalkan kepadanya oleh
Tuhan dari alam Maha Tinggi dan benih itu diharapkan menjadi pokok keyakinan yang akan
menghasilkan buah-buahan yang rasanya kelak akan membawa Ruh itu kembali naikke tingkat
demi tingkat hingga sampai ke hadirat Tuhan.
Penciptaan badan agar sukma sejati (ruh) dapat masuk dan menetap didalamnya, dan setiap ruh
mempunyai nama tersendiri, dan Tuhan menyusun ruang-ruang dalam badan dan meletakkan
ruh manusia diantara daging dan darah, dan meletakkan ruh suci ditengah hati manusia suatu
ruang yang indah dan halus untuk menyimpan rahasia antara Tuhan dan hambaNya.
Ruh-ruh itu berdiam diberbagai bagian anggota badan dengan tugas masing-masing.
Keberadaannya seolah-olah berlaku sebagai pembeli dan penjual bermacam barang yang
mendatangkan berbagai hasil. Perniagaan semacam inilah yang mendatangkan bentuk rahmat
dan berkat dari Tuhan.
Seharusnya manusia mengetahui kebutuhan dalam ruhaninya masing-masing, seharusnya tidak
mengubah apa yang sudah ditetapkan atau ditakdirkan Tuhan kepadanya.
Dada adalah tempat bersemayamnya ruh dalam diri setiap insan manusia, tempat yang
berhubungan dengan panca indera ini bertugas mengatur segala hal yang berkaitan dengan
masalah syariat…..karena dengan ini Tuhan mengatur keharmonisan alam nyata. Ruh tidak
pernah mengingkari perintah Tuhan, tidak mengatakan tindakannya itu sebagai tindakannya
sendiri, tetapi lebih karena ia tidak mampu bercerai dengan Tuhan.
Tuhan memberikan beberapa kelebihan bagi manusia yang memiliki ruhani yang tinggi pula ;
pertama, kemampuan melihat bukti-bukti wujud keberadaan Tuhan didunia yang
manifestasikan dalam sifat-sifat Tuhan, kedua…kemampuan melihat hal yang jamak dalam
sesuatu yang tunggal dan sebaliknya dimata orang awam, ketiga…kemampuan melihat hakikat
dibalik alam nyata dan keempat…perasaan dekat dengan Tuhan….inilah ganjaran karena
keikhlasan dan ketulusan mencintaiNya dan berbuat semata-mata karena Dia.
Namun inipun masih berkaitan dengan alam kebendaan, begitu pula hal2 yang dianggap luar
biasa oleh sebagian orang seperti berjalan diatas air, terbang diudara, mendengar suara2 gaib,
membaca sesuatu yang berada dibenak orang lain, dll…ini masih berpijak pada kebendaan atau
alam nyata.
Hendaknya dalam beramal shalih manusia tidak seperti “Pedagang” …yang selalu dalam
melakukan sesuatu haruslah ada untungnya, apalagi ini dengan Tuhan.
Ruh dalam Hati
Hati adalah tempat bergeraknya ruh, dan ilmu yang mengulas tentang gerakan hati disebut ilmu
thariqah. Kerjanya berkaitan dengan 4 nama Allah. Sebagaimana dengan 12 nama Dzat…4 nama
ini tidak berhuruf dan tidak berbunyi, sehingga nama-nama itu tidak dapat diucapkan.
Pada setiap peringkat (dari 4 tingkatan) yang dilalui oleh ruh terdapat 3 buah nama yang
berbeda. Dan dengan cara ini Tuhan dapat memegang hati kekasihNya yang sedang dalam
perjalanan cinta menuju kepadaNya.
Ada 7 titik, yang 3 merupakan titik inti dan yang 4 adalah pendamping dan apabila diolah
nantinya akan akan berhubungan dengan 9 lubang di badan kita.
Cara pengolahannya ada beberapa cara:
1. Dengan berpuasa lahir dan batin, bukan berpuasa hanya puasa lahir tapi batin juga karena
lahir hanya menggembleng lahir saja (jasmani ), tetapi batin akan meggembleng lahir dan batin.
2. Meditasi, dengan pengolahan nafas secara benar dan teratur, kontinyu, karena nafas adalah
tali jiwa.
3. Dengan adanya pembukaan titik melalui orang lain yang bisa membukanya…..tetapi biasanya
ini kurang membuat kita lebih matang dan kurang bisa mengolahnya dengan baik
nantinya….karena kendala setelah itu akan banyak.
Dalam islam, kalimat La ilaaha illallaah itu melahirkan 12 nama Allah, setiap nama tercantum
pada setiap hurufyang menyusun kalimat tersebut. Dan Allah akan memeberikan nama kepada
setiap huruf dalam proses kemajuan hati seseorang itu.
1. Lailaha illallaah: Tiada Ilah kecuali Allah
2. Allah: Nama Dzat
3. Huwa: Dia
4. Al-Haqq: Yang Benar
5. Al-Hayy: Yang Hidup
6. Al- Qayyum: Yang berdiri sendiri kepadaNya segala sesuatu bergantung
7. Al-Qahar: Yang Maha Berkuasa dan Perkasa
8. Al-Wahab: Yang Maha Pemberi
9. Al-Fattah: Yang Maha Pembuka
10. Al-Wahid: Yang Satu
11. Al-Ahad: Yang Maha Esa
12. As-Shamad: Sumber, puncak segala sesuatu
Hati adalah tempat bergeraknya ruh dan ruh selalu memandang ke alam ‘ Malakut’ yang identik
dengan kebaikan, dan dialam ini ruh dapat melihat surga alam malakut beserta para
penghuninya, cahaya, dan para malaikat yang ada didalamnya.
Dan dialam inilah ruh ruh bergerak dan melakukan percakapan-percakapan tanpa kata dan
suara, dan dalam percakapan itu pikiran akan selalu berputarmencari rahasia-rahasia atau
makna dalam batin. Ruha yang bergerak akan melalui berbagai tingkatan dalam perjalanannya.
Dan tempat ruh yang telah mencapai tingkatan tinggi adalah di tengah hati, yaitu Hati bagi Hati.
Yang sangat berhubungan dengan Sukma Sejati adalah bagaimana kita mengetahui dan
memahami tentang “Rasa Sejati” …..bagaimana pembentukan rasa sejati adalah sebagai berikut:
Eka Kamandhanu, artinya kandungan berumur satu bulan mulai bersatunya kama laki-laki dan
perempuan. Dari detik ke detik, kama tersebut menggumpal dan merajut angan-angan untuk
mencipta embrio. Kama tersebut menyatu padu dalam kandungan ibu menjadi benih unggul dan
keadaan benih belum begitu kelihatan besar dalam perut ibunya. Saat itu biasanya wajah ibu
berseri-seri karena itu sering dinamakan Eka Padmasari artinya sari-sari bunga sedang
berkumpul dalam kandungan ibu, dalam keadaan penuh kegembiraan. Pada saat ini hubungan
seksual masih diperbolehkan, bahkan dimungkinkan hubungan akan semakin hangat karena
kedua pasangan tengah akan menikmati anugerah Tuhan yang sebelumnya telah dinanti-
nantikan. Detik keberhasilan hubungan seksual ini akan menjadi spirit hidup sebuah pasangan.
Dwi Panunggal, umur kandungan dua bulan. Pada saati ini juga boleh melakukan hubungan seks.
Dalam istilah jawa disebut nyepuh ibarat seorang empu sedang membuat keris, semakin banyak
nyepuh artinya menambah kekuatan magis keris, keris akan semakin ampuh. Juga hubungan
seks pada waktu hamil muda akan semakin hangat dan menarik kedua pasangan, biasanya
seorang wanita pada tahap ini ingin jalan-jalan pagi, ingin plesir ke tempat yang sejuk, indah dan
mempesona, karena itu disebut pula dwi amratani, artinya rata kemana-mana, bepergian
kemana-mana sebagai ungkapan kesenangan dan juga sambil memikirkan nama yang mungkin
akan diberikan kepada anaknya kelak.
Tri Lokamaya, artinya umur benih tiga bulan kandungan, dan benih masih berada dalam alam
maya. Benih belum ada roh yang ditiupkan, karena itu suasananya gondar-gandir atau gawat.
Jika hubungan seks tidak hati-hati kemungkinan besar benih tadi bisa gugur dan terjadi
pendarahan. Maka ada baiknya mengurangi kuantitas hubungan seks, dan menghindari
percekcokan atau sering marah-marah, karena secara psikologis akan mengakibatkan benih
gugur karena merasa panas, ini artinya hubungan yang harmonis dalam keluarga amat
menentukan kondisi benih yang dikandungan. Pada saat ini sikap selalu bersolek diri seseorang
pasangan sangat menentukan. Karena itu candra benih tiga bulan sering dinamakan trikawula
busana, artinya wanita sudah berpikir masalah pakaian seperti daster, pakaian bayi, dll, hal ini
memungkinkan wajah wanita akan lebih berseri-seri bagai bulan purnama dan lebih cantik
jelita.
Catur Anggajati, benih berumur empat bulan mulai terbentuk organ-organ tubuh secara lengkap.
Benih unggul telah berbentuk manusia. Karena itu telah menghisap sari-sari makanan melalui
sang ibu, umur seperti ini juga sudah ditiupkan roh sehingga benih telah hidup, sebagai
tandanya sering bergerak. Karena itu hubungan seks yang berlebihan kurang baik pada saat ini,
bahkan hubungan seks atas bawah akan berbahaya bagi benih dalam kandungan. Saat ini pula
benih mulai merekam denyut hidup kedua pasangan. Karenanya kedua pasangan jangan berbuat
hal-hal yang tidak baik atau terjadi penyelewengan akan berbahaya bagi benih bayi tersebut.
Candra benih berumur empat bulan disebut catur wanara rukem, artinya tingkah laku ibu akan
seperti kera yang sedang diatas pohon rukem, dia mulai nyidam buah-buahan yang asam dengan
cara lotisan dan akan sangat aneh-aneh sehingga membutuhkan kesabaran bagi pasangan,
kadang kurang wajar. Ia mendapat tambahan otak, karena itu sudah punya keinginan.
Panca Yitmayajati, artinya benih berumur lima bulan, dan benar-benar telah hidup, dan
hubungan seks harus dilakukan lebih hati-hati, agar memperhatikan posisi sehingga tidak
merugikan benih, dan pasangan harus telah tumbuh keberanian untuk menghadapi resiko
lahirnya seorang bayi nanti. Karenanya candra benih berumur lima bulan sering dinamakan
panca sura panggah, ada keteguhan dan keberanian menghadapi rintangan apapun ketika
pasangan hamil lima bulan, tentu saja dari aspek materi jelas memerlukan persiapan berbagai
hal. Mendapatkan tambahan otot mulai bergerak erlahan-lahan.
Sad Lokajati, benih berumur enam bulan semakin besar, karena itu kedua pasangan harus lebih
berhati-hati. Karena itu candra benih dinamakan sad guna weweka, artinya mulai bersikap hati-
hati dalam bertindak dan bertutur kata, jika diantara pasangan ada yang berbuat kasar, mencaci
maki apalagi berbuat keji akan mengakibatkan benih yang dikandung tidak baik, bahkan suami
dilarang membunuh binatang karena secara insting benih sudah dapat merekam keadaan
sekelilingnya. Mendapatkan tambahan tulang karena itu ia bisa naik turun, jungkir balik.
Sapta Kawasajati, umur benih tujuh bulan telah lengkap semua organ dan cipta, rasa, serta karsa,
karena itu apabila ada bayi yang lahir pada umur tujuh bulanpun dimungkinkan. Dalam tradisi
jawa sering dilakukan ritual mitoni dengan maksud memohon agar bayi yang akan lahir diberi
kelancaran, dan pada waktu ini hubungan seks dilarang sama sekali, kalaupun dilakukan harus
diperhatikan secara ekstra hati-hati ( posisi diperhatikan ). Karena candra bayi tuuh bulan
adalah sapta kulilawarsa artinya seperti burung yang terguyur air hujan, merasa letih. Lelah, dan
sedikit pucat, kurang bergairah dan perlu pengertian dari pasangan. Dan ia memperoleh
tambahan rupa, dan mendapat tambahan Kodrat dari Allah Ta’ala sperti rambut, darah dan
daging.
Astha Sabdajati, benih berumur delapan bulan biasanya siap lahir, siap menuju dunia besar
setelah bertapa dalam kandungan. Bayi hampir weruh padange hawa, ingin menghirup udara
dunia yang sesungguhnya. Saat ini hanya timbul sikap pasrah untuk menghadapi perang sabil.
Candra bayi adalah astha sacara-cara, artinya terjadi sikap berserah diri dengan cara apapun
bayi akan lahir ibunya telah siap sedia bahkan siap berkorban jiwa raga. Manakala bayi umur
delapan bulan belum mapan posisinya, tentu sang ibu akan gelisah. Untuk itu ada gugon tuhon
juga agar ibu dilarang makan buah yang melintang posisinya, seperti kepel, agar posisi bayi tidak
melintang yang akan menyulitkan kelahiran. Calon anak sudah dapat mengoperasikan saudara
yang empat, sbb;
Pertama: kakawah ( air ketuban )
Kedua : bungkus
Ketiga: ari-ari
Keempat: darah
Kakawah artinya menjadi pengasih, bungkus menjadi kekuatan, darah menjadi waliyas mati,
harus diketahui bahwa Kakawah itu adalah malaikat Jibril, bungkus adalah Mikail, ari-ari adalah
Malaikat Israfil, dan darah adalah malaikat Izrail.
Jibril pada kulit, Mikail pada tulang, Israfil pada otot, Izrail pada dagingakhirnya selamatlah
sentosa, semua itu tidak kelihatan karena Kodrat Allah.
Nawapurnajati, bayi telah mendekati detik-detik lahir, yaitu sembilan bulan, dan tentu yang
tepat sembilan bulan sangat jarang. Pada saat itu memang keadaan bayi dan ibunya sangat lelah,
karena itu candra suasana disebut nawa gralupa artinya keaaan sangat lemas, tak berdaya,
seperti orang lapar dan dahaga. Apalagi setelah sembilan bulan sepuluh hari dengan candra
khusus dasa yaksa mati, artinya seperti raksasa mati terbunuh ksatria-seorang ibu setelah
melahirkan bayi. Oleh karena itu hubungan seksual sangat dilarang, paling tidak kurang lebih 40
hari seorang suami harus berpuasa.
Sembilan langkah tersebut diatas di harapkan pasangan suami istri dapat menjalankan sesirik
( prihatin ), ibarat sedang bertapa gaib. Segala tingkah laku akan menjadi cerminan hidup anak
yang masih dalam kandungan. Itulah sebabnya sikap dan perilaku dijaga baik-baik dengan
tujuan manembah dan karyenak tyasing sesama, maksudnya hubungan vertikal selalu harus
terus menerus dan hubungan dengan sesama mahkluk agar jangan sampai berbuat diluar
kewajaran. Ada empat yang dianugerahkan Allah Ta’ala dengan KodratNya ;

5. Alam AJSAM

Allah menciptakan manusia (Adam) dengan menyuruh Malaikat turun ke alam dunia guna
mengambil sari/aci dari sari Api, Sari Angin, Sari Air, Sari Bumi, kemudian melalui proses menjadi :
Saripati BUMI menjadi Kulit Bulu Adam Saripati Api menjadi Darah Daging Adam Saripati AIR
menjadi Urat Balung Adam Saripati ANGIN menjadi Otot Sumsum Adam Dengan kuasanya Allah
terjadilah Lafadz MUHAMMAD, Mim, Ha, Mim, Dal yaitu CAHAYA : Hitam menjadi hakikat lafadz Mim
awal Putih menjadi hakikat lafadz Ha Kuning menjadi hakikat lafadz Mim Akhir Merah menjadi
hakikat lafadz Dal Jauhar Awal menjadi hakikat lafadz Tasjid Secara syariat menjadi lafadz
Muhammad, atau sebaliknya menjadi lafadz Allah. Mim Awal dari lafadz MUHAMMAD menjadi
KEPALA Adam Ha dari lafadz MUHAMMAD menjadi DADA Adam Mim Akhir dari lafadz MUHAMMAD
menjadi PUSAR Adam Dal dari lafadz MUHAMMAD menjadi KAKI Adam Ketika itu masih belum bisa
bergerak, tergeletak, seperti wayang golek. Kemudian diberi lubang sebanyak empat yaitu: Lubang
Mata, Lubang Telinga, Lubang Hidung dan Lubang Mulut. Kemudian lubang-lubang itu dimasukkan
SINAR NUR MUHAMMAD. Kejadian itu menyebabkan berfungsinya indra dan bergerak hidup.
Jelasnya hidupnya manusia itu syariatnya dengan adanya Cahaya. Begitu juga matinya dengan tidak
adanya cahaya. Bila sudah tidak ada Cahaya, si jasad/jasmani atau jagad saghir, sudah tidak ada lagi
kekuatannya terbukti gampang ambruknya jadi lemah dan mati. Begitu juga dengan sinar Nur
Muhammad di jagad kabir yaitu di alam dunia yang paling kuat. Tidak ada daya kalau tidak adanya
cahaya yaitu Matahari, bulan, bintang tentu saja akan rusak alam dunia ini yang tinggal hanya
gelapnya, api tinggal panasnya, air tinggal dinginnya, angin tinggal hawanya. Lalu siapa yang akan
mengisinya atau penghuninya neraka neraka ini tidak lain Idajil la’natullah dan semua ruh manusia
yang tidak bisa kembali lagi kepada Allah ta’ala disebabkan waktu didunia terkena godaan syaitan
lantaran tidak beriman kepada Allah dan Rasulullah. Sebetulnya Idajil itu adalah Malaikat kekasih
Allah. Sebabnya ia dimurkai Allah, dia disuruh turun ke dunia sebelum adam tercipta sampai dengan
tiga ribu tahun dan tidak kembali ke surga lagi. Dia kerasan tinggal di dunia. Maka Allah menetapkan
tempatnya Idajil nanti di neraka paling bawah. Karena membangkangnya Idajil menerima saja.
Tetapi dengan permohonan izin untuk menggoda anak cucu Adam yang akan dijadikan temannya di
dunia dan di neraka; Allah mengijinkannya kecuali hamba Allah yang beriman kepada Allah dan
Rasulullah saja yang tidak bisa menjadi temannya. Kita kembali kepada diciptakannya Adam Majazi
itu dari sari pati Api, Angin, Air, dan Bumi tanpa ada keempat unsur ini tidak akan tumbuh dan
berkembang hidup baik berupa kehidupan tumbuh-tumbuhan, binatang bahkan manusia
sekalipun.......renungkanlah baik-baik. Bahwa semua yang hidup ini saling berkaitan bersirkulasi,
berkorelasi menjadi sistem yang diterapkan Allah di alam semesta ini. Selanjutnya setelah ada Adam
dan Babuhawa atau ibu bapak / orang tua kita, buah-buahan, daging dan lain sebagainya yang
dimakan lebih dahulu oleh kita menjadi wodi, modi, mani, manikem, bertemu kontak dengan
sinarnya Nur Muhammad cahaya yang empat perkara tadi, terjadilah jabang bayi di dalam rahim ibu
(mengandung). Bila ada yang tidak jadi, karena tidak bertemu kontaknya dengan Nur (Roh) dengan
kuasanya Allah yang berwenang menjadikannya, kita sebagai manusia tidak ada kekuasaan, tidak
ada daya dan upaya hanya sekedar menjadikan sebab untuk itu ditempati Ruh-Nya. Ketika byi di
dalam kandungan belum ada nyawa, baru ada hidup saja yaitu ruh suci karena itu tidak ada rasa apa-
apa, ketika lahir dari perut ibu, ruh suci kontak artinya bertemu dengan hawa alam dunia ini yaitu
dari Bumi, Api, Angin, Air. Kemudian bernafaslah dia dengan sifatnya nyawa. Hakikatnya nyawa ialah
rasa jasmani, pada waktu itu mata terbuka belum bisa melihat, kuping belum bisa mendengar,
hidung belum bisa mencium, mulut belum bisa bicara hanya ada suaranya saja. Setelah diberi air
susu atau makanan apa saja yang berasal dari saripati Bumi, Angin, Api dan Air tadi, saripati yang
empat ini menjadi Darah yang ada empat macam: 1.Darah yang hitam dari saripati Bumi, adanya
pada kulit, membesarkan kulitnya bayi, hawanya keluar melalui telinga hingga bisa berbicara.
2.Darah yang merah dari saripati Api, adanya pada daging, membesarkan dagingnya bayi, hawanya
keluar melalui telinga hingga bisa mendengar. 3.Darah yang Putih dari saripati Air, adanya pada
tulang, membesarkan tulang bayi, hawanya keluar melalui mata hingga bisa melihat. 4.Darah yang
Kuning dari saripati Angin, adanya pada sumsum, membesarkan sumsum bayi, hawanya keluar
melalui hidung hingga bisa mencium dan merasa. Setelah bayi membesar kulitnya, membesar
dagingnya, membesar tulangnya, membesar (banyak) sumsumnya, maka keluarlah hawanya yaitu
nafsu yang ada empat yaitu: 1. Nafsu Amarah; 2. Nafsu Lawamah; 3. Nafsu Sufiah; 4. Nafsu
Mutmainah. Semuanya itu adalah bukti dari adanya segala keinginan yang buruk dan keinginan yang
baik. Begitulah bukti tumbuh dan berkembangnya jasad ini, walaupun ada tenaga, akal pikiran,
beserta penglihatan, pendengaran, ucapan dan penciuman juga rasa, tidak ada kemampuan kecuali
dengan pertolongan ruh api, air, angin dan bumi. Apa sebabnya itu bisa terjadi? Tidak lain segala apa
yang terjadi darinya itu, supaya peralatan itu harus digunakan dan dimanfaatkan untuk kehidupan.
Peralatan-peralatan tadi harus digunakan untuk menge-tahui kepada asalnya yaitu Allah ta’ala
supaya nanti kita bisa sempurna membawanya pulang/kembali kepada Allah ta’ala. “Innalillahi wa
inna ilaihi raji’un”. Hanya manusia yang mempunyai ilmunya saja yang mampu menyempurnakan
ruh-ruh sealam dunia yang membawa balik kepada Allah ta’ala. Makanya ruh-ruh sealam pada
masuk ke dalam diri manusia, apalagi ruh bumi, api, air dan angin itulah yang sehari-harinya
bersama kita baik yang halal maupun yang haram, yang bersih dan yang kotor, yang najis dan yang
mubah semuanya ikut masuk. Walaupun pada kenyataannya tidak dimakan, tapi apabila ada anjing,
babi yang mati di air, tentu bangkainya di makan ikan, lalu ikan di makan manusia. Kalau mati
didarat jadi pupuk diserap oleh tumbuh-tumbuhan, lalu buahnya di makan manusia. Jelaslah sudah
bahwa manusia ini menjadi tempat lalulintas menyebrangnya ruh-ruh se alam dunia kembali kepda
Allah ta’ala. Keterangan lainnya : Ruh Api akan menjadi neraka panas Ruh Air akan menjadi neraka
dingin Ruh Bumi akan menajdi neraka gelap Ruh Angin/Hawa akan menajadi neraka sengatan
neraka yang menggigit/menyengat nyawa manusia. Al Qur'an Dalam Pandangan Hakikat Perlu
diketahui bahwa Qur’an itu ada empat perkara : 1.Qur’anul Majid 2.Qur’anul Karim 3.Qur’anul Hakim
4.Qur’anul ‘Adhim Qur’an yang empat ini diartikan oleh salah seorang Ulama Syara demikian :
1.Qur’anul Majid ialah Qur’an yang ada hurufnya yang umum, dibaca dan dikaji oleh umat sedunia.
2.Qur’anul Karim ialah Qur’an yang mulia, tegasnya yang namanya Qur,anul karim itu, buktinya
tangan berikut jari-jarinya, karena sudah jelas huruf itu hasil karya jalannya dari karya tulis tangan
berserta jari-jarinya. Nah itulah yang jadi mulia tangan dan jari-jarinya. 3.Qur.anul Hakim ialah
Qur’an yang agung. Buktinya penglihatan, karena penglihatan, tangan dan jari-jarinya dapat menulis.
Tegasnya yang Agung itu penglihatan yang mulia yang mengadakan Qur’an. 4.Qur’anul ‘Adhim ialah
Qur’an suci lagi Abadi. Buktinya ialah hidup, karena penglihatan, tangan dan jarinya tidak akan
menjadikan atau terwujud kalau tidak ada hidup. Jelasnya hidup yang mulia pertama mengadakan
Qur’an itu. Oleh sebab itu kita mengaji harus sampai kepada sucinya, bila ingin sampai kepada yang
sempurna. Yaitu Qur’an yang ke empat diatas tadi, jadi kita harus mengkaji keempat-empatnya. Dari
awal kita harus memiliki kemauan untuk membaca Qur’anul Majid, Yaitu Qur’an yang ada hurufnya.
Nah itulah bagian syariatnya setelah dibaca harus dikaji yaitu diartikan apa maksudnya. Setelah
mengerti maksud-maksudnya lekas cari dan amalkan tarekatnya supaya terasa. Sebab Qur’anul
Majid itu petunjuk jalan mengenal Allah dan Rasul-Nya. Sedang Qur’anul Karim artinya mengkaji
pekerjaan tangan dan jari kita yang sekiranya bakal sampai kepada Allah dan Rasul-Nya. Karena
Allah memberi tangan dan jari kepada manusia, bukan untuk berkarya barang dunia yang kena
rusak saja. Tetapi haruslah dipakai dengan membuat jalan untuk mengenal Allah dan Rasul-Nya
supaya tangan kita menjadi mulia. Dalilnya: “Asa bi’ahum fi adanihim minassowaiki hadarotil mauti
wallahi muhitun bil kafirin” Kalau tangan dan jari kamu tidak dipakai jalan mati, tetap tangan dan
jari kamu bermartabat tangan dan jari hewan, neraka bagiannya (Kafir). Dari Qur,anul Karim harus
naik lagi kepada Qur’anul Hakim bagian hakikat. Yaitu harus mengkaji pekerjaan penglihatan kita
yang sekiranya belum hakim. Jelasnya sidiq bukti pada barang langgeng/abadi itu. Hakikatnya Allah
dan Muhammad. Karena Allah memberikan awas penglihatan itu, bukan untuk dipakai melihat
barang baru yang kena rusak saja, tetapi harus dipakai untuk melihat hakikat Allah dan Rasulullah.
Yang disebut Qur’anul ‘Adhim yang abadi atau sifatnya hidup, bibitnya tujuh bumi dan tujuh langit
beserta isinya. Nah, dari sini juga asal kita. Jadi yang namanya Ma’rifat kepada Allah ialah yang sudah
kenal dan yakin kepada hakikatnya Allah dan Muhammad (Jauhar Awal), tetapi jangan keliru
menetapkan Jauhar awal dengan terangnya matahari yang terlihat oleh mata kepala. Kalau yang
seperti itu jauhar pirid bagian sawarga loka (Dewa) tempatnya ada di Himalaya. Perkara jauhar awal
yang sejati, yaitu yang disebut Latif. Tegasnya ghaib tidak akan bisa dilihat oleh mata kepala, dalilnya
juga demikian: “Ru’yatullahi ta’ala fi dunya bi’ailin qolbi” Melihat hakikat Allah ta’ala di dunia oleh
awasnya hati. Tegasnya dengan hakikatnya Rasulullah, sebab sifat manusia itu tidak akan bisa
ma’rifat sampai kesitu karena manusia hanya sekedar dipakai tempat untuk melihat Rasululluahnya
kepada Allah ta’ala. Bila wujud kita sudah bisa dipakai untuk tempat melihat Rasulullah kepada Allah
ta’ala tentu jari kita bisa bercerita. Bahwa mengaku sudah kenal kepada Allah ta’ala. Karena sudah
diberitahu oleh Rasulullah, kita bisa merasakan mendapat nikmat oleh Rasulullah dari dunia sampai
di akhirat. Sudah tidak salah lagi. Sebab kita sudah tetap menjadi umatnya. Sebab dari sekarang juga
sudah tidak merasakan berpisah dengan Rasulullah, lantaran wujud itu. Siang dan malam dipakai
tempat oleh Rasulullah untuk melihat Allah ta’ala. Bilamana sudah merasa berbarengan, bersama-
sama siang dan malam dengan yang Maha Suci, insya Allah tekad dan tingkah laku kita itu lama-lama
juga terbawa suci. Setan-setan akan menjauh, tapi yang begitu harus yang ma’rifatnya beserta
tauhidnya. Bila tidak dengan tauhidnya, akan sia-sia saja. Walaupun sudah punya tarekatnya tidak
merasa takut dan malu, bisa saja tekad dan lakunya seenaknya. Kalau begitu susah di dunia,
mendapat murka dari yang Maha Suci, ibarat lampu tempel ditutup dengan semprong kaca yang
penuh debu yang kotor, tentu sangat kusam dan juga gelap. Oleh karena haruslah kita pelihara
hingga suci sesuci-sucinya. Suci kulitnya, suci juga dalam isinya. Baru kita mendapat kenikmatan di
dunia maupun di akhirat. Karena itu hati-hati sekali, hai ikhwan-ikhwan yang sudah mempunyai
jalan ma’rifat. Tekad dan laku yang jelek harus dijaga betul. Jangan sampai hanya tahu dan kenal saja,
tapi harus denga laku dan tekad yang baik. Sebab jika kita melakukan maksiat melanggar hukum
syara. Tentu kita cepat kena murka yang Maha Suci itu lebih berat dari hukuman kepada yang belum
tahu dan kenal. Seperti di dunia juga, semisal orang kampung mencuri ayam, dihukumnya mungkin
di denda atau di penjara beberapa hari saja. Lain lagi dengan camat atau lurah yang mencuri ayam,
tentu lebih berat lagi hukumnya, karena sudah tahu aturab hukum. Apalagi yang sudah tahu dan
kenal kepada Allah ta’ala, bisa kita bayangkan. Kita diingatkan pada perjanjian Guru Mursyd, ibadah
berbarengan dengan perbuatan dosa masing-masing menyimpang dari hal-hal yang telah ditentukan
tidak akan dipertanggungjawabkan, semua perbuatan itu menjadi urusannya masing-masing.

6. ALAM MISTAl

Alam al-Mitsal (alam bentuk), yang diungkapkan sebagai awal Misal begi bentuk Dzat yang
disucikan dengan makna
al-Surah al-Thaniyyah (gambaran kedua)
dari al-Tanazzulat li’l Dzat (peninggalan bagi Dzat),
Surah Jami al-ashya al-Kawaniyyah (gambaran segala sesuatu di alam semesta),
Surah al-Rahman (bentuk Rahman),
Surah al-Haq (bentuk hak),
Surah al-Illah (bentuk Ilahi),
Surah al-Wujud al Ilahi (bentuk wujud Ilahi),
Surah al-Shu’un (bentuk keadaan),
Surah al Ula al Zahirah al-Asma (bentuk utama zahir nama-nama).
Di dalam terjemahan Suluk Sujinah, ajaran martabat tujuh tersebut dapat dilihat pada berikut
ini:
Tersebutlah alam bertingkat Mitsal, wujud adam terjadinya alam jagad raya yang bersifat kalam,
meski pengucap dan pencium, pendengaran dan penglihatan belum terbentuk semuanya. Calon
terbentuknya, cerminan mulut, wujud mata, rasa kuping, dan penciuman yang berada dalam
hidung.
Sementara, dalam Serat Wirid Hidayat Jati disuratkan:
Kandil: artinya lampu tanpa api, diceritakan dalam Hadist berupa permata yang cahayanya
berkilauan, tergantung tanpa kaitan, itulah keadaan Nur Muhammad, dan tempatnya semua ruh.
Adalah hakikat angan-angan yang diakui sebagai bayangan Dzat, yang menjadi bingkai atma dan
menjadi tempatnya alam Mitsal.
Alam Mitsal adalah alam perencanaan tentang perkembangan manusia, di mana tiap diri insan
ada di dalam ilmu Allah. Alam ini adalah alam ide dan merupakan perbatasan antara alam Arwah
dan alam jisim. Dan alam Mitsal adalah sebagai awal wujud fisik manusia dan makhluk lainnya.
Walau keadaannya sudah mempunyai sifat, bentuk dan warna, tetapi belum bisa dikenali baik
secara batin maupun lahir.
Pada Serat Wirid Hidayat Jati, Kandil, adalah tajjali Allah yang ke lima. Setelah Allah bertajjali
dalam alam Ruh Idlafi, kemudian bertajjali dalam alam Kandil yang dalam kata bahasa
mempunyai arti lampu. Uraian di atas, angan-angan diibaratkan sebagai Kandil atau lampu yang
tergantung tanpa kaitan. Yang bila dipersamakan dengan ajaran martabat tujuh, Kandil
digambarkan sebagai alam Mitsal — nafsu atau kandil merupakan tajjalinya ruh karena
menerima sinar dari suksma atau Ruh Idlafi.
Kandil juga digambarkan sebagai api yang berkobar di tengah lautan, artinya, suatu keajaiban
bila api dapat menyala di tengah-tengah lautan. Oleh karena itu, dalam martabat ini disebut
Ayan Mukawiyah, karena telah benar hidup keadaannya. Dan Nafsu atau Kandil bermakna
angkara yang terletak di luar suksma.
Martabat Ke enam, Alam Ajsam
atau alam jasmani. Alam ini juga disebut sebagai bagian dari
al-Tanazzulat li’l-Dzat (peninggalan bagi Dzat),
Alam al-Mahsus (alam rasa),
Akhir al-Tanazzulat li’l Dzat (akhir peninggalan bagi Dzat),
yaitu, Alam al-Sufliyyah (alam dunia),
al-Anam (manusia),
al-Ajsam (jasmani),
al-Shahadah (nyata),
al-khalq (manusia),
al-Zahir (lahir),
al-Kashit (alam terbuka),
al-Ajram (tubuh),
al-Majsum (terkungkung),
al-Mahsusat (alam rasa).
Di dalam terjemahan Suluk Sujinah ajaran martabat tujuh yang ke enam dapat dilihat pada
nukilan di bawah ini:
Alam Acesan wujudnya itu dipenuhi badan halus semuanya. Tidak ada batasnya. Itu dasar
sifatnya. Memang begitu kenyataannya yang disebut jisim nama wujud. Alam ini masih dalam
keadaan gaib. Belum lahir wujudnya. Dan setelah lahir disebut dengan Insan Kamil. Itulah
namanya Rasul Allah.
Sementara, terjemahan Serat Wirid Hidayat Jati menyuratkan;
Dharah artinya permata. Tersebut dalam Hadist punya sinar beraneka warna, kesemuanya
ditempati malaikat. Itulah hakikat budi, yang diakui sebagai perhiasan Dzat. Dan merupakan
pintu atma. Dharah menjadi tempatnya alam Ajsam.
Pada Suluk Sujinah, alam Acesan adalah tajjali Allah yang ke enam, yang di dalam martabat tujuh
alam Acesan dipersamakan dengan ajaran alam Ajsam. Alam ini adalah tajjalinya dari alam
Mitsal. Wujud alam Acesan berbentuk segi empat yang dihuni oleh jasmani dalam bentuk halus
— alam tersebut teramat luas, sehingga tak diketahui di mana batas-batasnya. Dan yang
mengetahui luas serta batas-batasnya hanyalah Allah Yang Maha Mengetahui.
Meski wujudnya dalam keadaan gaib, tetapi, alam ini sudah menampakkan bentuk lahir yang ke
tiga, yaitu, wujud yang sudah dapat diindra. Sebab, dasar sifatnya adalah jisim, atau, tubuh dalam
bentuk wadag.
Sedang Serat Suluk Hidayat Jati menyebutkan bahwa tajjali Allah yang ke enam disebut dengan
Dharah yang memiliki pengertian atau arti permata. Diceritakan, bahwa permata tersebut
mengeluarkan cahaya atau sinar yang beraneka warna, di mana, setiap warnanya ditempati oleh
malaikat yang menjaga pancaran dari sinar tersebut. Dan disebutkan juga bahwasanya bila
hakikat dari Dharah adalah budi, di mana budi dijadikan sebagai perhiasanDzat.
Martabat Ke tujuh, Alam Insan Kamil
Martabat ke tujuh adalah Alam Insan Kamil, alam manusia dalam kesempurnaannya.Alam ini
disebut juga sebagai Akhir al-Tanazzulat (akhir peninggalan),
Khatim al-Mawjudat (puncak dari segala yang ada) atau gabungan lahir dan batin, al-Khamsah
al-Muhit, yaitu, terbentuknya alam, segala yang bersifat rohani, jasmani dan benda tak
bernyawa.
Di dalam alam ini, Insan Kamil adalah wakil Allah di bumi guna mengelola alam beserta dengan
segala isinya. Ia juga bergelar sebagai khalifah di bumi.
Ajaran Insan Kami di dalam martabat tujuh ini bisa disimak di dalam terjemahan Suluk Sujinah
di bawah ini:
Sifat yang terlihat berujud manusia. Wujudnya juga yang bernama mukinat (makanah), yaitu
dalam wujud yang berada di martabat ini. Selesailah penjelasan tentang martabat, dan
jumlahnya adalah itu (tujuh). Semua orang wajib mengerti dan mengetahui. Jika tak mengerti,
maka orang itu tergolong kafir, dan belum mengerti sahadat.
Sedang terjemahan Serat Wirid Hidayat Jati menyuratkan:
Hijab: disebut dinding jalal, artinya, tabir yang agung, Diceritakan dalam Hadist timbul dari
permata yang beraneka warna, pada waktu gerak menimbulkan buih asap, dan air. Itulah
hakikat jasad, merupakan tempat atma, menjadi tempatnya alam Insan Kamil.
Dalam Insan kamil, Allah menemukan manifestasi-Nya yang definitif dan sempurna, sebaliknya,
dalam Insan Kamil itu dunia yang ke luar dari Allah menurut garis emanasi yang menurun, dan
naik kembali ke Allah. Insan Kamil (manusia sempurna) adalah merupakan pusat semesta alam
serta titik pertemuan antara Allah dan dunia sebagaimana contoh yang diperagakan dalam garis
lurus berikut ini;

7. Alam INSAN KAMIL

A.    Pengertian Insan Kamil


            Insan kamil berasal dari bahasa Arab, yaitu dari dua kata Insan dan kamil. Secara harfiah,
Insan berarti manusia, dan kamil berarti yang sempurna. Dengan demikian, insan kamil berarti
manusia yang sempurna.
            Selanjutnya Jamil Shaliba mengatakan bahwa kata insan menunjukkan pada sesuatu yang
secara khusus digunakan untuk arti manusia dari segi sifatnya, bukan fisiknya. Dalam bahasa
Arab kata insan mengacu kepada sifat manusia yang terpuji seperti kasih sayang, mulia dan
lainnya. Selanjutnya kata insan digunakan oleh para filosof klasik sebagai kata yang
menunjukkan pada arti manusia secara totalitas yang secara langsung mengarah pada hakikat
manusia.
            Adapun kata kamil dapat pula berarti suatu keadaan yang sempurna, dan digunakan
untuk menunjukkan pada sempurnanya zat dan sifat, dan hal itu terjadi melalui terkumpulnya
sejumlah potensi dan kelengkapan seperti ilmu, dan sekalian sifat yang baik lainnya.[1]
B.     Insan Kamil Menurut Para Tokoh Tasawuf
            Beberapa tokoh tasawuf menjelaskan tentang konsep insan kamil dalam ajarannya. Yaitu:
1.      Insan Kamil Menurut Muhyiddin Ibnu ‘Arabi
      Insan kamil ialah manusia yang sempurna dari segi wujud dan pengetahuannya.
Kesempurnaan dari segi wujudnya ialah karena dia merupakan manifestasi sempurna dari citra
Tuhan, yang pada dirinya tercermin nama-nama dan sifat Tuhan secara utuh. Adapun
kesempurnaan dari segi pengetahuannya ialah karena dia telah mencapai tingkat kesadaran
tertinggi, yakni menyadari kesatuan esensinya dengan Tuhan, yang disebut ma’rifat.[2]
                  Kesempurnaan insan kamil itu pada dasarnya disebabkan karena pada dirinya Tuhan
ber-tajalli secara sempurna melalui hakikat Muhammad (al-haqiqah al-Muhammadiyah).
Hakikat Muhammad merupakan wadah tajalli Tuhan yang sempurna.[3]
      Jadi, dari satu sisi, insan kamil merupakan wadah tajalli Tuhan yang paripurna, sementara
disisi lain, ia merupakan miniatur dari segenap jagad raya, karena pada dirinya terproyeksi
segenap realitas individual dari alam semesta, baik alam fisika maupun metafisika.
2.      Insan Kamil Menurut ‘Abd Al-Karim Al-Jilli
      Al-Jili merumuskan insan kamil ini dengan merujuk pada diri Nabi Muhammad SAW sebagai
sebuah contoh manusia ideal. Jati diri Muhammad yang demikian tidak semata-mata dipahami
dalam pengertian Muhammad SAW asebagai utusan Tuhan, tetapi juga sebagai nur (cahaya/roh)
Ilahi yang menjadi pangkal dan poros kehidupan di jagad raya ini.
      Nur Ilahi kemudian dikenal sebagai Nur Muhammad oleh kalangan sufi, disamping terdapat
dalam diri Muhammad juga dipancarkan Allah SWT ke dalam diri Nabi Adam AS. Al-Jili dengan
karya monumentalnya yang berjudul al-Insan al-Kamil fi Ma’rifah al-Awakir wa al-Awa’il
(Manusia Sempurna dalam Konsep Pengetahuan tentang Misteri yang Pertama dan yang
Terakhir) mengawali pembicaraannya dengan mengidentifikasikan insan kamil dengan dua
pengertian.
a.       Insan kamil dalam pengertian konsep pengetahuan mengenai manusia yang sempurna.
Dalam pengertian demikian, insan kamil terkait dengan pandangan mengenai sesuatu yang
dianggap mutlak, yaitu Tuhan. Yang Mutlak tersebut dianggap mempunyai sifat-sifat tertentu,
yakni yang baik dan sempurna. Sifat sempurna inilah yang patut ditiru oleh manusia. Seseorang
yang makin memiripkan diri pada sifat sempurna dari Yang Mutlak tersebut, maka makin
sempurnalah dirinya.
b.      Insan kamil terkait dengan keyakinan bahwa yang memiliki sifat mutlak dan sempurna itu
mencakup Asma’ sifat dan hakikatNya.
      Bagi al-Jili, manusia dapat mencapai jati diri yang sempurna melalui latihan rohani dan
pendakian mistik, bersamaan dengan turunnya Yang Mutlak ke dalam manusia melalui berbagai
tingkat. Latihan rohani ini diawali dengan manusia bermeditasi tentang nama dan sifat-sifat
Tuhan, dan mulai mengambil bagian dalam sifat-sifat Illahi serta mendapat kekuasaan yang luar
biasa.
      Al-Jili membagi insan kamil atas tiga tingkatan.
1)      Tingkat permulaan (al-bidāyah). Pada tingkat ini insan kamil mulai dapat merealisasikan
asma dan sifat-sifat Ilahi pada dirinya.
2)      Tingkat menengah (at-tawasut). Pada tingkat ini insan kamil sebagai orbit kehalusan sifat
kemanusiaan yang terkait dengan realitas kasih Tuhan (al-haqāiq ar-rahmāniyah). Sementara
itu, pengetahuan yang dimiliki oleh insan kamil pada tingkat ini juga telah meningkat dari
pengetahuan biasa, karena sebagian dari hal-hal yang gaib telah dibukakan Tuhan kepadanya.
3)      Tingkat terakhir (al-khitām). Pada tingkat ini insan kamil telah dapat merealisasikan citra
Tuhan secara utuh. Dengan demikian pada insan kamil sering terjadi hal-hal yang luar biasa.[4]
C.     Konsep Insan Kamil menurut Al-Qur’an
            Nabi Muhammad Saw disebut sebagai teladan insan kamil atau istilah populernya di
dalam Q.S. al- Ahdzab/33:21:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut
Allah”.
            Allah SWT tidak membiarkan kita untuk menginterpretasikan tata nilai tersebut
semaunya, berstandard seenaknya, tapi juga memberikan kepada kita, Rasulullah SAW yang
menjadi uswah hasanah. Rasulullah SAW merupakan insan kamil, manusia paripurna, yang tidak
ada satupun sisi-sisi kemanusiaan yang tidak disentuhnya selama hidupnya. Ia adalah ciptaan
terbaik yang kepadanya kita merujuk akan akhlaq yang mulia. Sebagaimana firman Allah SWT:
“Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar memiliki akhlaq yang mulia.” (QS. Al-
Qolam:4)
            Nur atau cahaya yang menjadi sosok diri Muhammad adalah sebagai seorang Rasulullah
Rahmatan Lil’alamin. Muhammad adalah nabi akhir zaman dan karena itu menjadi penutup
semua nabi terdahulu yang diutus untuk menjadi saksi kehidupan manusia dan pembawa berita
tentang kehidupan mendatang di akhirat sesuai dengan firman Allah SWT
“Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan. Dengan
kitab itu Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridaan-Nya ke jalan keselamatan, dan
(dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya
yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.” (Al
Maidah 15-16)
D.    Kedudukan Insan Kamil
            Insan kamil jika dilihat dari segi fisik biologisnya tidak berbeda dengan manusia lainnya.
Namun dari segi mental spiritual ia memiliki kualitas-kualitas yang jauh lebih tinggi dan
sempurna dibanding manusia lain. Karena kualitas dan kesempurnaan itulah Tuhan menjadikan
insan kamil sebagai khalifah-Nya. Yang dimaksud dengan khalifah bukan semata-mata jabatan
pemerintahan lahir dalam suatu wilayah negara (al-khilāfah az-zāhiriyyah) tetapi lebih
dikhususkan pada khalifah sebagai wakil Allah (al-khilāfah al-ma’nawiyyah) dengan manifestasi
nama-nama dan sifat-Nya sehingga kenyataan adanya Tuhan terlihat padanya.
            Di sisi lain, insan kamil dipandang sebagai orang yang mendapat pengetahuan esoterik
yang dikenal dengan pengetahuan rahasia (‘ilm al-asrār),ilmu ladunni atau pengetahuan gaib.
Jika seseorang telah dapat mengosongkanaql dan qalbnya dari egoisme, keakuan, keangkuhan,
dengan keikhlasan total dan kemudian berusaha keras, dengan menyiapkan diri menjadi murid
memohon Allah mengajarkan kepadanya kebenaran, dan dengan aktif ia mengikuti aql dan
qalbnya merangkaikan berbagai realitas yang hadir dalam berbagai dimensinya, maka Tuhan
hadir membukakan pintu kebenaran dan ia masuk ke dalamnya, memasuki kebenaran itu, dan
ketika ia keluar, maka ia menjadi dan menyatu dengan kebenaran yang telah dimasukinya.
[5] Pengetahuan esoterik adalah karunia (mawhibat) dari Tuhan, setelah seseorang menempuh
penyucian diri (tazkiyah an-nafs).
            Insan kamil juga dipandang sebagai wali tertinggi, atau disebut juga qutb(poros). Dalam
struktur hierarki spiritual sufi, quthb adalah pemegang pimpinan tertinggi dari para wali. Ia
hanya satu orang dalam setiap zaman.[6]
            Dari kajian di atas dapat dipahami bahwa insan kamil adalah wadahtajalli Tuhan yang
berkedudukan sebagai khalifah dan sebagai wali tertinggi (qutb). Sebagai wadah tajalli Tuhan ia
merupakan sebab tercipta dan lestarinya alam, dalam kedudukannya sebagai khalifah ia adalah
wakil Tuhan di muka bumi untuk memanifestasikan kemakmuran, keadilan, dan kedamaian, dan
dalam kedudukannya sebagai quthb, ia adalah sumber pengetahuan esoterik yang tidak pernah
kering.

Sejarah Insan Kamil : Hakikat Nur Muhammad


Sejarah Haqiqat Al-Muhammadiyah

Nur Muhammad adalah salah satu teori dan tema pokok (kalau bukan satu-satunya tema pokok)
dari profetologi tasawuf yang dikenal sejak masa awal Islam hingga abad modern ini.[1]

Nur Muhammad telah dikenal sejak Nabi masih hidup. Ketika itu, Jabir bin Abdullah bertanya
kepada Nabi Muhammad saw. Tentang apakah yang paling awal diciptakan oleh Allah Swt. Nabi
menjawab:

‫ياجابر ان هللا اتعالى خلق قبل االشياء نور نبيك ِم ْن نُوْ ِر ِه‬.

Artinya: “Ya jabir, sesungguhnya Allah swt; sebelum menciptakan segala sesuatu lebih dahulu
diciptakan cahaya Nabimu (Nur Muhammad) dari Nur Allah.” ( HR. Abd al-Razzaq al-San’any)”.
[2]

Belakangan Nur Muhammad sebagai konsep dilontarkan oleh al Hallaj. Sebelumya, Nur
Muhammad juga pernah di ungkapkan oleh Dzun Nun Al-Mishri (w. 283 H /860 M), seorang sufi
penggagas teori al-Ma’rifah. Ia berpendapat bahwa : “… asal mula ciptaan Allah (makhluk)
adalah Nur Muhammad.”

Pemikiran semacam ini juga dapat di jumpai pada pendapat Abu Muhammad Sahl Ibn Abdullah
al-Tusturi, salah seorang sufi yang wafat pada tahun 283 H.[3]

Dari rentetan uraian tersebut secara sejarah, teori Nur Muhammad ini nampaknya sudah
muncul akhir abad kedua Hijriyah, meskipun masih dalam bentuk peristilahan harfiah semata.
Namun demikian, pemikiran awal yang dapat dipertimbangkan adalah bahwa esensi kata Nur
Muhammad dijadikan pijakan dasar bagi asal mula kejadian alam semesta ini. Tatanan
pemikiran itu walaupun belum merupakan suatu konsep yang lengkap dan utuh, tetapi pada
dasarnya memiliki kesesuaian dengan sebuah teori yang kemudian ditampilkan oleh al-Hallaj.

Al-Tusturi merupakan orang pertama yang mengajari al-Hallaj mengenai dasar-dasar suluk
(jalan menuju kesempurnaan batin). Oleh karenanya, tidaklah mustahil jika teori yang
dikembangkan al-Hallaj merupakan tindakan lanjut dari pendapat al-Tusturi.
Di sisi lain, meskipun istilah Nur Muhammad tidak ditemukan dalam Al-Qur’an, namun di duga
keras para ahli sufi mengambil pijakan argumentasi dari firman Allah swt.
Allah (pemberi) Nur (cahaya) kepada langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah adalah
laksana Misykat (lubang yang tak tembus), di dalamnya berada pelita besar (mishbah). Menurut
al-Tusturi, maksud kata matsalu Nuri-hi, perumpamaan cahaya (Nur)-Nya, adalah perumpaan
Nur Muhammad saw.[4]

Sedang Ibn ‘Arabi menginterprestasikan dengan ruh al-alam, suatu padanan makna dari term
Nur Muhammad. Menurut Ibnu Arabi yang pertama-tama diwujudkan Allah adalah Nur
Muhammad atau Haqiqat Muhammad. Ia memberikan nama tidak kurang dari sepuluh yang
identik dengan Haqiqat Muhammad ( al-haqiqah al-Muhammadiyyah ), ( The Reality of
Muhammad ) yaitu : Haqiqah al-Haqaiq ( The Reality of Reality ), Ruh Muhammad ( The Spirit of
Muhammad ), al-Aql al-Awwal = Plotinus Nous ( The First Intelectual ), al-Arash ( The Throne ),
al-Ruh al-‘Azam ( The Most Might Spirit ), al-Qalam al-A’la ( The Most Exalted ), al-Khalifah ( The
Vicegerent ), al-Insan al-Kamil ( The Perfect Man ), Azl al-‘Alam ( The Origin of Universe ), Adam
al-Haqiqi ( The Real Adam ), al-Barzakh ( The Intermediary ), Falaq al-Hayah ( The Spere of
Life ), al-Haq al-Makhluq bih ( The Real Who Is The Instrument of Creation ),al-Hayula ( The
Prima Matter ), al-Ruh ( The Spirit ), Al-Qutb ( The Pole ), Abd al-Jami’ ( The Servant of The
Embracing )dan sebagainya. Nur Muhammad bertajalli dari Nur Zat-Nya. Nur Muhammad
merupakan wadah tajalliyang paling sempurna dan karena itu ia dipandang sebagai Khalifah
Allah atau Insan Kamil yang paling khas.[5]

Selain Hallaj dan Ibn ‘Arabi, muncul tokoh lainnya, yaitu Abd al-Karim al-Jilli, pengarang kitab
termasyhur, yaitu Insan al-Kamil. Ia dikenal sebagai seorang sufi dari kota al-Jilan, yang masih
keturunanSyekh Abd. Qadir al-Jailani. Ia memajukan konsepinsan kamil yang pada prinsipnya
tidak bertentangan dengan pendahulunya, Ibn Arabi, dalam memandang Nur Muhammad.

Kemudian yang sangat menarik untuk disimak ialah dalam perkembangan selanjutnya Syekh
Yusuf Ibn Ismail al-Nabhani tampil menggagas Nur Muhammad yang berbada dengan
pandangan ulama sufi sebelumnya. Gagasan-gagasan segar yang dilontarkan itu, selanjutnya
dituangkan dalam karya-karyanya, antara lain:
• Jawahir al-Bihar fi fadha’il al-Nabiy al-Mukhtar.
• al-anwar al-Muhammadiyah min al-mawahib al-Laduniyah
• Hujjat Allah ‘ala al-alamin fi mu’jizat Sayyid al-muasalim.

Syekh Yusuf al-Nabhani adalah seorang tokoh Ulama yang masyhur dan berpengaruh serta
dihormati pada zamannya, terutama di Libanon, negara-negara Arab pada khususnya dan
negara Islam pada umumnya. Sebagai ulama yang berpengaruh dan disegani oleh pemerintah
masyarakat Libanon, dia pun diangkat untuk menjabat sebagai hakim tinggi (Qadhi al-Qudhat)
pada abad ketiga belas Hijriyah atau delapan belas masehi.[6]

Di era modern ini, studi tentang Nur Muhammad juga dilakukan oleh Annemarie Schimmel
-seorang peneliti barat yang sangat otoritatif dalam kajian tasawuf dan sangat simpatik terhadap
Islam dan Nabi Muhammad saw;- Secara khusus, ia menyebutkan bahwa Nabi Muhammad itu
menempati kedudukan sebagai manusia sempurna. Allah mencipta mikrokosmos manusia
sempurna atau Insan Al-Kamil.

A.Schmmel mengkaji Nur Muhammad secara khusus dalam karyanya, And Muhammad is his
messenger,1993. Peneliti kawakan yang sudah pernah berkunjung ke Indonesia ini, menelusuri
berbagai pandangan para sufi tentang Nur Muhammad. Ia lebih lanjut menjelaskan bahwa dalam
tradisi dan khazanah tasawuf sangat kaya dengan informasi Nur Muhammad. Kajian Nur
Muhammad telah mengalami perkembangan dan pemaknaan yang demikian pesatnya.[7]

Braginsky lebih tegas lagi menyatakan hubungan Nur Muhammad dengan Nabi Muhammad saw,
sendiri sebagai berikut:

Nabi Muhammad sebagai haqiqat Muhammad atau Nur Muhammad (Muhammad sebagai logos)
menjadi perantara dalam proses Penciptaan itu. Dia menghubungkan al-Khalik, yang tidak
mungkin terjangkau dengan manusia.Seperti batang yang menjadi penyangga dahan-dahannya.
Nur Muhammad, yang melaluinya segenap ilmu ilahi dinyatakan untuk pertama kali, menjadi
landasan bagi segala yang diciptakan sesudahnya.[8]

Syekh Yusuf al-Nabhani mengemukakan bahwa Nur Muhammad adalah makhluk pertama yang
diciptakan Allah dan beredar sedemikian rupa sesuai dengan kehendakNya. Pendapat ini
mengacu kepada haditsyang diriwayatkan oleh Abd al-Rozak sebagai berikut :

Abd al-Rozak telah meriwayatkan dengansanadnya yang berasal dari Jabir bin Abdullah ra.
Berkata : 

Saya telah mengatakan : Hai Rasulullah, Demi Bapak ku, Engkau dan Ibu, beritahukanlah kepada
ku tentang sesuatu yang pertama diciptakan oleh Allah swt. Sebelum terciptanya segala sesuatu
yan lainnya. 

Ia menjawab : Hai Jabir, sesungguhnya Allah swt; telah menciptakan sebelum terciptanya segala
sesuatu itu Nur Nabi mu yang berasal dari Nur Nya ( Nur Allah ) maka jadilah cahaya itu beredar
dengan ketentuan menurut kehendakAllah, sementara pada waktu itu belum ada batu tulis,
pena, surga, neraka, malaikat, langit, bumi, matahari, bulan, bangsa jin, dan bangsa manusia.
Maka ketika Allah ingin menciptakan makhluk Dia (Allah) membagi Nur itu menjadi empat
bagian,lalu Dia menciptakan dari bagian yang pertama itu pena dan dari bagian yang kedua batu
tulis, dari bagian yang ketiga Arasy, kemudian Dia membagi bagian yang keempat itu menjadi
empat bagian lagi, lalu Dia menciptakan dari bagian yang pertama itu penyangga Arasy, dari
bagian yang kedua itu kursi dan dari bagian yang ketiga para malaikat yang tersisa (tertinggal),
kemudian Dia membagi lagi bagian yang keempat itu menjadi empat bagian lagi, lalu dari bagian
yang pertama Dia menciptakan langit, dan dari bagian yang kedua Dia menciptakan bumi, dan
dari bagian yang ketiga Dia menciptakan surge dan neraka, kemudian bagian yang keempat
dibagi lagi menjadi empat bagian, lalu dia menciptakan dari bagian yang pertama itu cahaya
penglihatan orang-orang mukmin, dan dari bagian yang kedua Dia menciptakan cahaya hati
mereka yaitu berupa pengenalan ( Ma’rifat ) kepada Allah swt. Dan dari bagian yang ketiga Dia
menciptakan cahaya kebahagiaan ( kesenangan ) mereka yaitu berupa hikmah tauhid ;
lailaahaillallaah Muhammadurrasuulullah.[9]

Pendapat Syekh Yusuf An-Nabhani yang mengatakan bahwa Nur Muhammad adalah ciptaan
Allah yang beredar dan kemudian terciptalah makhluk lainnya. Selengkapnya dapat disimak
pada kutipan berikut:

Kalau saudaranya bertanya, apa makna perkataan mereka bahwa sesungguhnya Nur
Muhammad saw. Itu adalah ciptaan Allah yang pertama, apakah yang dimaksud penciptaan
secara khusus atau maksudnya adalah pencptaan secara mutlak, maka jawabannya adalah
sebagaiman yang telah dikatakan oleh al- Syekh pada bab ke enam bahwa sesungguhnya
maksudnya adalah ciptaan(kejadian) yang bersifat khusus. Dan yang demikian itu adalah bahwa
yang pertama diciptakan oleh Allah adalah debu halus (haba) yang pertama kali muncul di
dalamnya adalah haqiqat Muhammad saw. Sebelum munculnya seluruh wujud haqiqat yang lain.
[10]

Tentang awal penciptaan, Syekh Yusuf al-Nabhani juga mengutip beberapa hadits[11] yang
olehnya dikategorikan sebagai hadits yang masyhur dikalangan sufi. Hadits yang dimaksud ialah
:

Yang pertama di ciptakan oleh Allah adalah ruh-Ku, termasuk hadits masyhur; yang pertama
diciptakan oleh Allah adalah Nur-Ku termasuk hadits Hasan; yang pertama diciptakan olehAllah
adalah akal termasuk hadits masyhur.

Pada bagian lain Al-Nabhani juga mengatakan:


Sesungguhnya yang pertama diciptakan olehAllah adalah al-Haba’ dan yang pertama tampak
padanya adalah haqiqat Muhammad.

Kemudian al-Nabahni menjelaskan bahwa proses awal terciptanya sesuatu di muka bumi,
melalui Nur Muhammad, komentarnya:

Dan ini adalah awal maujud di alam ini, kemudian Allah menampakan diri-Nya melalui Nur-Nya
pada al-Haba.

Selain kedua istilah yang digunakan tersebut, al-Nabhani juga menggunakan istilah bahwa
Muhammad saw; itu adalah Nur dzat semata. Yaitu, bahwa Muhammad adalah citra Tuhan. Ia
mengacu kepada sabda Nabi:

َ ‫صلَّى هللا َعلَ ْي ِه َو َسلَّ ْم ْال ُم ْؤ ِمنُ ِمرْ اَةُ ْال ُم ْؤ ِمنُ اَى هُ َو‬
‫صلَى هللا َعلَ ْي ِه َوسلَّم ِمرْ اَةُ َربِّ ِه‬ َ ‫ َوقَ ْد قَا َل‬.

Artinya : Rasulullah telah bersabda orang mukmin itu merupakan cermin bagi orang mukmin,
artinya dia (Muhammad saw;) itu merupakan cerminan Tuhannya yang tampak di dalamnya.

Sehubungan dengan hadits tersebut di atas, dijelaskan bahwa penampakan dzat yang hakiki
hanya khusus bagi Nabi Muhammad saw; :

َ ‫ َواَ ْن ت ََجلَّى ال ِذاتِى ْال َحقِ ْيقَ ِة ُم ْختَصٌ بِ ِه‬...


َ ‫صلَى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّم لَي‬
‫ْس لِ َغي ِْر ِه فِ ْي ِه‬
Artinya: Dan bahwa tajalli (penampakan) dzat itu secara esensial (haqiqi) itu di khususkan
kepada Muhammad saw., bukan untuk selainnya.

Dalam pandangan tersebut di atas bahwa mula pertama nampak dalam alam ini adalah haqiqat
al-Muhammadiyyah dan al-Haba’.

Tentang awal proses dari Nur Muhamamd itu, dapat diperhatikan kutipan berikut:
Sebagai penghormatan kepada Muhammad saw., karena sesungguhnya nur-nya(Nur
Muhamamd) telah berpindah dari Adam kepada Syiz, dan sebelum wafatnya dia telah
menjadikannya sebagai wasiat terhadap putranya, kemudian Syiz juga telah mewasiatkan wasiat
Adam tersebut kepada putranya untuk tidak Meletakan Nur ini kecuali pada wanita-wanita yang
di sucikan. Dan wasiat ini senantiasa berlangsung dalam keadaan yang di pindahkan dari suatu
abad ke abad yang lain sampai Allah menyerahkan (memberikan) nur itu kepada Abdul Muthalib
dan putranya yaitu Abdullah.[12]

Dari uraian di atas menujukan bahwa untuk peristilahan Nur Muhammad, digunakan pula istilah
lain sebagai penegas keberadaanya, yaitu ruh Muhammad, Nur-Ku, al–Aql al-Awwal, al-Haba’
istilah-istilah ini pada dasarnya disandarkan kepada Nabi Muhammad saw., yang kemudian
menggunakan istilah Nur Dzat atau citra Tuhan. Apabila pandangan Al-Nabhani ditelusuri, maka
dapat diketahui bahwa bahasa dan istilah yang digunakannya berbeda-beda meskipun tetap
menunjukan kepada makna dan pengertian yang sama, yaitu Nur Muhammad atau Nabi
Muhammad saw., Bahasa atau istilah yang dimaksud adalah bersumber dari redaksi hadits yang
telah disebutkan.

Dari keterangan tersebut di atas, maka dapat dipahami bahwa pengertian Nur Muhammad itu
adalah ciptaan Allah yang pertama dari Nur yaitu Dzat-Nya.Nur Muhammad itulah yang menjadi
sumber makhluk (al-Maujud) dan beredar atas kehendak Allah. Nur itu di sebut juga ruh
Muhammad, al-Aql al-Awwal, ruh, dan al-Haba’ semuanya di dasarkan kepada Nabi Muhammad
saw., sebagai washitah (penghubung) antara Allah dan hamba-Nya.

Sejalan dengan pemikiran para sufi di atas,menurut Syekh Ahmad al-Tijani pada dasarnya
ruhSayyidina Muhammad adalah awal segala sesuatu yang diciptakan Allah, dan melalui
perantara ruh inilah terjadi seluruh Alam.

Pada bagian lain Syekh Ahmad al-Tijani mengatakan bahwa Nur Nabi Muhammad saw.,
telahwujud sebelum makhluk lain ada, bahkan Nur ini merupakan sumber semua Nabi sebelum
Nabi Muhammad saw. Selanjutnya dikatakan bahwa yang dimaksud dengan Nur Nabi
Muhammad saw., menurutSyekh Ahmad al-Tijani adalah al-Haqiqat al-Muhammadiyah.

Selanjutnya dikatakan, bahwa pada dasarnya tidak seorangpun dalam martabat al-Haqiqat al-
Muhammadiyah bisa mengetahuinya secara utuh. Pengetahuan orang shalih (Wali, Sufi)
terhadap al-Haqiqat al-Muhammadiyah ini berbeda-beda sesuai dengan maqamnya masing-
masing. Dalam hal iniSyekh Ahmad al-Tijani mengatakan :
... ‫طائفة غاية ادراكهم نفسه صلى هللا عليه وسلم وطائفة غايةادراكهم قلبه صلى هللا عليه وسلم وطائفة غاية اداكهم عقله صلى اللهعليه‬
‫وسلم وطائفة وهم االعلون بلغوا الغاية القصوى فى االدراكفادركوا مقام روحه صلى هللا عليه وسلم‬.

“Diantara wali Allah ada yang hanya mengetahui jiwanya (al-Nafs) saja, ada juga yang sampai
pada tingkat hatinya (al-Qalb), ada juga yang sampai pada tingkat akalnya (al-Aql), danmaqam
yang tertinggi adalah wali yang bisa sampai mengetahui tingkat ruhnya; tingkat ini merupakan
tingkat penghabisan (al-Ghayat al-Quswa).”[13]
Rumusan mengenai Ruh Muhammah, NurMuhammad, (haqiqat al-Muhammadiyyah)
ditegaskanSyekh Ahmad al-Tijani melalui dua jenis shalawat yang dikembangkan dalam ajaran
thariqatnya yaknishalawat Fatih dan shalawat Jauharat al-Kamal :

• Pertama, tentang Shalawat Fatih :

Berikut teks bacaan shalawat fatih :


َّ ‫ص َرا ِطك َْال ُم ْستَقِيْم َو َعلَى اَلِ ِه َح‬
‫ق‬ ِ ‫ق َو ْالهَا ِدى اِلَى‬
ِّ ‫ق بِ ْال َح‬
ِّ ‫ص ِر ْال َح‬
ِ ‫ق َو ْال َخاتِ ِم لِ َما َسبَقَنَا‬ ِ ِ‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ِد ِن ْالفَات‬
َ ِ‫ح لِ َمااُ ْغل‬ َ ‫اللَّهُ َّم‬
‫َار ِه ْال َع ِظي ِْم‬
ِ ‫قَ ْد ِر ِه َو ِم ْقد‬.

Artinya : “Yaa Allah limpahkanlah rahmat-Mu kepada Nabi Muhammad saw., dia yang telah
membukakan sesuatu yang terkunci (tertutup), dia yang menjadi penutup para Nabi dan Rasul
yang terdahulu, dia yang membela agama Allah sesuai dengan petunjuk-Nya dan dia yang
memberi petunjuk kepada jalan agama-Mu. Semoga rahmat-Mu dilimpahkan kepada
keluarganya yaitu rahmat yang sesuai dengan kepangkatan Nabi Muhammad saw”.
Syarah kandungan shalawat Fatih, walaupun shalawatnya diakui dari Nabi Muhammad saw;
mencerminkan pemikiran faham tasawuf Syekh Ahmad al-Tijani serta pengaruh tasawuf filsafat
terhadap pemikiran Syekh Ahmad al-Tijani

Makna al-Fatih li ma Ughliq pada intinya adalah :

• Nabi Muhammad adalah sebagai pembuka belenggu ketertutupan segala yang maujud di alam.
• Nabi muhammad sebagai pembuka keterbelengguan al-Rahmah al-Ilahiyyah bagi para
makhluk di alam.
• Hadirnya Nabi Muhammad menjadi pembuka hati yang terbelenggu oleh Syirik.
Sedangkan makna al-Khatimi li ma Sabaq pada intinya adalah :
• Nabi Muhammad sebagai penutup kenabian dan kerasulan.
• Nabi Muhammad menjadi kunci kenabian dan kerasulan.
• Tidak ada harapan kenabian dan kerasulan lagi bagi yang lainnya.[14]
Pemikiran-pemikiran (faham) tasawuf SyekhAhmad al-Tijani terkandung dalam penafsirannya
tentang makna al-Fatih li ma Ughliq dan al-Khatimlima Sabaq. Syekh Ahmad al-Tijani
mengatakan bahwaal-Fatih lima Ughliq mempunyai makna bahwa Nabi Muhammad merupakan
pembuka segala ketertutupanal-Maujud yang ada di alam. Alam pada mulanya terkunci
(mughallaq) oleh ketertutupan batin (hujbaniyat al-Buthun). Wujud Muhammad menjadi
“sebab” atas terbukanya seluruh belenggu ketertutupan alam dan menjadi “sebab” atas
terwujudnya alam dari “tiada” menjadi “ada”. Karenawujud Muhammad alam keluar dari “tiada”
menjadi “ada”, dari ketertutupan sifat-sifat batin menuju terbukanya eksistensi diri alam (nafs
al-Akwan) di alam nyata (lahir). Jika tanpa wujud Muhammad, Alah tidak akan mencipta segala
sesuatu yang wujud, tidak mengeluarkan alam ini dari “tiada” menjadi “ada”.

Syekh Ahmad al-Tijani juga mengatakan bahwa awal segala yang maujud (awal maujud) yang
diciptakan oleh Allah dari eksistensi al-Ghaib adalah Ruh Muhammad (Nur Muhammad).
Selanjutnya dikatakan, bahwa dari ruh Muhammad ini kemudian Allah mengalirkan ruh kepada
ruh-ruh alam. Ruh alam berasal dari ruh Muhammad,ruh berarti kaifiyah. Melalui kaifiyah ini
terwujudlah materi kehidupan. Al-Haqiqat al-Muhammadiyyahadalah awal dari segala yang
maujud yang diciptakan Allah dari ¬hadarah al-Ghaib (eksistensi keGhaiban). Di sisi Allah, tidak
ada sesuatu yang maujud yang diciptakan dari makhluk Allah sebelum al-Haqiqat al-
Muhammadiyyah ini tidak diketahui oleh siapapun dan apa pun. Di samping sebagai pembuka,
Nabi Muhammad juga sekaligus sebagai penutup kenabian dan risalah. Oleh karena itu, tidak ada
lagi risalah bagi orang sesudah Nabi Muhammad. Nabi Muhammad juga sebagai penutup
bentuk-bentuk panampakan sifat-sifat Ilahiyyah (al-Tajaliyyah al-Ilahiyyah), yang menampakan
sifa-sifat Tuhan di alam nyata ini.[15]
Kandungan shalawat fatih mengenai pemikiranSyekh Ahmad Al-Tijani tentang al-Haqiqat
Muhammadiyyah lebih tampak lagi dalam Shalawat Jauharat al-kamal.

• Kedua Tentang Shalawat Jauharat al-Kamal :

Berikut teks Shalawat Jauharat al-Kamal :

‫ب‬ِ ‫صا ِح‬ َ ‫صلِّ َو َسلِّ ْم َعلَى َع ْي ِن الرَّحْ َم ِة ال َّربَّانِيَّ ِة َو ْاليَقُوْ تَ ِة ْال ُمتَ َحقِّقَ ِة ْال َحائِطَ ِةبِ َمرْ َك ِز ْالفُهُوْ ِم َو ْال َم َعانِى َونُوْ ِر ْاالَ ْك َوا ِن ْال ُمتَ َك َّونَ ِة ْاأل َد ِم ِّي‬ َ ‫اَللَّهُ َّم‬
‫لحائِطَ بِأ َ ْم ِكنَ ِة‬
َ ‫ك ْا‬ ْ ‫ك الالَّ ِمع الَّ ِذيْ َم‬ َ ‫ض ِمنَ ْالبُحُوْ ِر َو ْاألَ َوانِى َونُوْ ِر‬
َ َ‫ألتَ بِه َكوْ ن‬ ِ ٍ ‫اح ْال َمالِئَ ِة لِ ُك ِّل ُمتَ َع ِّر‬ ِ َ‫ق ْاألَ ْسطَ ِع بِ ُم ُز َو ِن ْاألَرْ ب‬ ِ ْ‫ْال َحقِّاْل َّربَّانِى ْالبَر‬
‫صلِّ َو َسلِّ ْم عَلى‬ َ ‫ك التَّآ ِّم ْاالَ ْسقَ ِم اللّهُ َّم‬ َ ‫اط‬ ِ ‫ف ْاألَ ْق َو ِم‬
ِ ‫ص َر‬ ِ ْ‫ق َع ْينِاْل َم َعار‬ َ ‫ق الَّتِى تَتَ َجلّى ِم ْنهَا ُعرُوْ شُ ْا‬
ِ ِ‫لحقَائ‬ ِّ ‫ص ِّل َو َسلِّ ْم عَلى َع ْي ِن ْال َح‬ َ ‫ْال َمكاَنِىاَللّهُ َّم‬
ُ‫صالَةًتُ َعرِّ فُنَا بِهَا إِيَّاه‬َ ‫صلَّى هللا َعلَ ْي ِه َوعَلى آلِ ِه‬ َ ‫ك إِ َحاطَ ِة النُّوْ ِر ْال ُمطَ ْل َس ِم‬ َ ‫ك ِم ْنكَ اِلَ ْي‬ َ ِ‫اضت‬َ َ‫ق ْال َك ْن ِز ْاألَ ْعظَ ِم إِف‬ ْ ِ‫ق ب‬
ِّ ‫اال َح‬ ِّ ‫طَ ْل َع ِة ْال َح‬

Bacaan Shalawat Jauharat al-Kamal ini, tampaknya lebih menjelaskan atau menafsirkan kalimat
yang terdapat dalam shalawat fatih yakni kalimat Dan lebih tampak berkait dengan konsep al-
Haqiqah al-Muhammadiyyah, sebagaimana terihat dalam penafsiran kalimat-kalimat penting
dari shalawat Jauharah al-Kamal, yaitu bermakna yang menjadiHaqiqat rahmat dari sifat-sifat
Tuhan. bermakna Yaitu permata; Nabi Muhammad adalah permata dalam Nur dan Ma’rifahnya.
bermakna bahwa permata rahmat Nabi Muhammad menjadi pusat pengetahuan; permata Nabi
Muhammad adalah rahmat bermakan bahwa rahmat Nabi Muhammad seperti Nur bagi seluruh
makhluk alam, termasuk manusia. Bermakna sebagai al-Haqq atau al-Haqiqat yang memiliki
sifat-sifat Tuhan. Bermakna sama dengan al-haqiqat al-Muhammadiyyah.

Bermakna bahwa al-Haqiqah al-Muhammadiyyah mengaliri nurnya keseluruh lautan dan alam
yang terbentang. Bermakna bahwa nur Muhammad menyinari (memancarkan sinarnya)
ketempat seluruh alam bermakna bahwa Nabi Muhammad sebagai pemilik al-haqq (al-haqiqah)
yang memancarkan Haqiqat-Haqiqat yang tinggi.

Bermakna bahwa al-Haqiqat al-Muhammadiyyah memancarkan al-Haqq dari zat al-Haqq, Allah .
bermakna bahwa Nabi Muhammad memiliki Haqiqat ma’rifah yang paling sempurna.Bermakna
Nabi Muhammad sebagai yang paling sempurna. : Bermakna bahwa Nabi Muhammad
merupakan wujud yang sempurna. Misalnya, shalawattersebut mengungkapkan sifat-sifat Nabi
Muhammad saw., sebagai Hakekat rahmat dari sifat-sifat Tuhan, yang merupakan pusat
pengetahuan. Kemudian dikatakan bahwa Nabi Muhammad saw., sebagai al-Haqiqat al-
Muhammadiyyah yang memiliki sifat Tuhan, yang mengalir dan menyinari keseluruh alam.
Selanjutnya dikatakan bahwa Nabi Muhammad saw., sebagai wujud yang paling sempurna[16].

Hal ini, menunjukan bahwa dari aspek pemikiran,Syekh Ahmad al-Tijani menganut tasawuf
falsafi sedangkan konsep-konsep dasar tasawufnya : nur Muhammad, Ruh Muhammad, al-
Haqiqat al-Muhammadiyyah. Dengan demikian, bahwa corak pemikiran tasawuf yang dianut
oleh Syekh Ahmad al-Tijani adalah corak pemikiran tasawuf yang besumber dari hadits nabi
yang diriwayatkan oleh Jabir -sebagaimana telah disebutkan- kemudian dikembangkan oleh
‘Abd al-Karim al-Jili dengan konsep dasar al-Insan al-Kamil, yang berasal dari Ibn Arabidengan
konsep Haqiqat al-Muhammadiyah-.

Dalam memposisikan Haqiqat al-Muhammadiyyah, lebih lanjut Ibn Arabi menjelaskan bahwa
semua Nabi as., semenjak Nabi Adam as., sampai Nabi Isa ibn Maryam as., semuanya
mengambilal-Nubuwwah (ke-Nabian) dari tempat cahaya Khatm al-Nabiyyin yakni Nabi
Muhammad saw., sekalipun wujud jasmaninya di akhir. Sebab pada HakekatnyaKhatm al-
Nabiyyin telah wujud. 

Hal ini sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw. :


‫ت نَبِيًا َوآ َد َم بَ ْينَ ال َما ِء َوال ِطِّي ِْن‬
ُ ‫ ُك ْن‬.
Artinya : “Aku telah menjadi Nabi Ketika Adam as., masih berada antara air dan tanah”.[17]

Dalam memahami sabda Nabi saw., ini, Ibn Arabi menegaskan bahwa Nabi Muhammad saw.,
telah diangkat jadi Nabi sebelum lahirnya jasad Beliau di dunia ini, dan Beliau mengetahui ke-
Nabiannya, dengan demikian secara Hakekat bahwa Nabi Muhammad saw., sejak di Alam arwah
telah berfungsi sebagai Rasul kepada ummat manusia sejak awal manusia melalui para nabi dan
Rasul-rasul-Nya.[18]

Dengan demikian bisa dikatakan bahwa kenabian para nabi dan kerasulan para rasul
merupakan pelaku yang dipilih Allah untuk menjalankan roda kenabian dan kerasulan Nabi
Muhammad saw.,Karena Nabi Muhammad saw., telah diangkat menjadi Nabi dan berfungsi
sebagai Nabi sejak di alam arwah.

Semua nabi sejak Nabi Adam as., sampai terakhir Nabi Isa Ibnu Mariyam as., memperoleh
anugerah, martabat, ilmu dari masyrab Nabi Muhammad saw., ( Al-Masyrabunnabawi, sumber
kenabian), sekalipun Beliau lahir secara jasmani di akhir. Dalam menggambarkan posisi Nabi
Muhammad,Syekh Umar Ibn Faridl yang bergelar Sulthanul ‘Usysyaq ketika fana’’ dan istighraq
dalam diri Nabi (fi Dzatin Nabi saw.,) bersyair sebagai alih bahasa tentang kedudukan Nabi
Muhammad saw., sebagai berikut :
‫وانى وان كنت ابن ادم صو رة * فلى فيه لعنى نا هو بابوتى‬

Artinya: “Dan aku ini sekalipun rupa jasad anak nabi adam, namun di dalam mengandung ma’na
yang menjelaskan, bahwa ’’aku adalah ayahnya’’.[19]
Peran ruhani nabi Muhammad dalam kapasitasnya sebagai Haqiqat al-Muhammadiyah tersirat
dalam firman Allah swt ; berikut :
‫وفا ا رسلنا ك ا ال كا فة للنا س بسيرا ولكن ا كرا لنا س ال يعلمون‬
Artinya : Dan kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada manusia seluruhnya sebagai
pembawa berita gembira dan sebagai pembawa peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahuinya. (QS. Saba’/34 :84 )

Secara fisik Nabi Muhammad Saw., lahir diakhir. Oleh karena itu, secara syari’at, Nabi
Muhammad diangkat menjadi nabi ketika turunnya Lima Ayat darisurat al-‘Alaq di Gua Hira
yakni pada hari Senin 17 Ramadhan atau tanggal 6 Agustus tahun 600 M., ketika itu Beliau
berumur 40 tahun Komariyah 6 Bulan 8 Hari kemudian 3 tahun kemudian diangkat menjadi
Rasul terakhir melalui turunnya Surat al-Mudatstsir.

Disinilah keunggulan Syekh Ahmad Al-Tijani, dan hal ini, lebih mengukuhkan dirinya tentang
kepemilikannya terhadap maqam wali khatm sebagai mana pembahasan tadi.
HAQIIQOTU AL-BISMILLAH TA'RIF 'ALA USHULIL MA'RIFAT WA AL TAUHID BILLAH

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Alhamdulillaahi wahdahu laa syariikalahu washshalaatu was salaamu ‘alaa rasuulillaaahi wa


‘alaa aalihi wa shahbihii wa man wa laahu laahawla wa laa quwwata illaa billaahi. Asyhadu al laa
ilaaha illallahu allaahu wahdahu laa syariikalahu wa asyhadu anna muhammadan abduhu wa
rasuuluhu ammaa ba’du. "Faqaalasysyakhus siraajul ‘aarifu qad allaftu kitaaban almusamma bi
ushuulil ma’rifati wat tawhiidi wa ja’altuhaa abwaaban albaabul awwali fii bayaani tafsiimil
bismillaahi ay ‘ilmal bismillaahi wasirra ahruu fihaa liannahaa ibtidaau kulliamrin waghayatuhaa
wa ibtidaau kulli kitaabin minal qur aanil kariimi ilaghayrihaa."

Artinya :

"Didalam kitab Ushulul Ma’rifat ini disebut juga sebagai kitab Ushulut Tauhid. Dan kitab ini
terdiri dari beberapa bab/pasal (pembagian). Dan disalah satu babnya menerangkan tentang
Lafadz Bismillah,yaitu menerangkan tentang makna isi dari Bismillah dan menerangkan makna
tiap-tiap huruf dari lafadz Bismillah. Karena sesungguhnya kalimat Bismillah merupakan awal
dari memulainya semua perkara dan menjadi semua kunci perkara.Dan juga menjadi awal dari
semua kitab, yaitu kitab Al-Qur'an dan kitab yang lainnya." 

Jadi kalau kalian mau mengetahui sejatinya Allah SWT, maka harus mengetahui makna/isi
kandungan dari lafadz Bismillah.

- Kalau kalian ingin mengetahui seisi alam, maka harus mengetahui isinya Bismillah.
- Kalau kalian ingin mengetahui isinya hakekat ilmu, maka harus mengetahui isinya Bismillah.
- Kalau kalian ingin mengetahui isi bunganya ilmu, maka harus mengetahui isinya Bismillah.
- Kalau kalian ingin mengetahui buahnya ilmu, maka harus mengetahui isinya Bismillah.
- Kalau kalian ingin mengetahui pedomannya ilmu, maka harus mengetahui isinya Bismillah.
- Kalau kalian ingin mengetahui tentang banyaknya ilmu, maka harus mengetahui isinya
Bismillah
- Kalau kalian ingin mengetahui ilmunya sholat,maka harus mengetahui isinya Bismillah

Segala permasalahan secara lahir maupun batin semuanya sudah terkumpul didalam kalimat
Bismillah.  Sebagai permulaan baik pria maupun wanita hendaknya wajib memahami kandungan
isi lafadz Bismillah. Kalau kalian sampai tidak mengetahui makna Bismillah, kelak bisa menjadi
kafir.

Sesungguhnya mata dan hati manusia dipenuhi angan-angan. Oleh karena itu banyak manusia
yang belum bisa mencapai tahapan ma’rifat billah secara sempurna, walaupun mereka terlihat
taat, alim dan rajin beribadah serta mempunyai seribu guru dan seribu kitab atau sudah
mempunyai banyak murid dan juga bisa berjalan diatas air tanpa perahu,bisa menembus dan
mengelilingi bumi bisa terbang diatas awan dan tidak terbakar oleh panasnya api, bisa
menghilang dari penglihatan orang lain,dan ibadahnya lebih khusyuk serta mudah memenuhi
kebutuhan hidup sesuai kemauannya, tetapi anehnya orang-orang tersebut tidak mengetahui
kandungan isi lafadz Bismillah, maka orang tersebut disebut kafir ‘Indallah.

Walaupun orang itu turunan dari Kyai atau Wali, tapi tidak mengetahui isinya Bismillah,maka
orang tersebut masih tetap kafir ‘ibdallah, dan islamnya masih ‘Indannas.

Kalau kita sudah mengetahui dan bisa memahami serta merealisasikan isinya Bismillah dan isi
hurupnya dari lafadz Bismillah . Meskipun orang tersebut turunan Jawa atau turunan Cina atau
turunan Barat atau turunan Dayak,  Raksasa/Jin, maka orang tersebut sudah Islam ‘Indallah.
Oleh karena itu apabila kalian ingin menjadi seorang Islam ‘Indallah, maka harus mengerti dulu
arti dan kandungan isinya Bismillah.

Makanya kalian harus mengerti berkumpulnya antara jasad, roh, rasa Allah yang mendalam itu
seperti bercampurnya pria dan wanita.  Kalau tidak tahu, nanti tidak syah semua amal
ibadahnya dan tobatnya pun tidak diterima oleh Allah SWT.
Kalimat Bismillaahirrahmaanirrahiim dirangkum menjadi BISMILLAH,dirangkum lagi menjadi
BISMI

Didalam kitab ini yang dijelaskan tentang rangkuman BISMI, yaitu huruf ALIF, BA, SIN dan MIM.

1. MENERANGKAN HURUF ALIF

Huruf Alif didalam lafadz Bismillah sebenarnya Alif Ahadiyah. Dan disebut juga Alif dzatul
wahid.  Alif sebagai tanda adanya alam Ahadiyah, yaitu tanda adanya dzat sejati. Dan sebagai
bukti nyata hanya ada Allah semata tidak ada yang lainnya. Yang mempunyai Cahaya Kehidupan.
Yaitu Hidup yang Menghidupi yang disebut Banyu Nur Alif (Air Cahaya Alif) atau disebut juga
dengan Banyu sejati (Air Sejati) atau Ratu Ning Banyu (Penguasa Air).

Dan juga dinamakan Allah Yang Hidup atau Satu Rupa Yang merupakan tempat Menyatunya
antara Hidup dan Mati. Didalam alam ini masih berupa wujud mahdhi/wujud dzat sejati/wujud
tunggal, hidup tunggal, rasa tunggal, belum ada yang lainnya dan disebut LA TA'YUN, yaitu Dzat
yang wujud dengan sendirinya tanpa ada yang mewujudkan,hidup sendiri tanpa ada yang
menghidupkan.

Dalilnya terdapat didalam kitab suci Al Qur’anul Karim , "Qul huwallahu ahad" artinya
“Katakanlah Wahai Muhammad kepada seluruh umat,kalau sebenarnya Allah SWT adalah dzat
tunggal, rasa tunggal/Esa yang menjadikan alam dunia dan seisinya .

2. MENERANGKAN HURUF BA'

Huruf Ba didalam lafadz Bismillah menunjukkan adanya alam Wahdah. Adanya alam wahdah
menunjukkan sifat sejati. Dan disebut Sejatinya Muhammad. atau Hakekat Muhammadiyah. Dan
juga disebut nyatanya Dzatullah, adanya sejati Nurullah, dan disebut sejatinya Nur Muhammad,
dan nyata kenyataannya Allah yang telah menjadikan seluruh alam dunia.

Jadi harus mengertilah bahwa Alif didalam lafadz Bismillah adalah yang menjadikan semua
hidup dan semua ruh. Sedangkan huruf Ba' yang menjadikan wujud nyata semua alam. Oleh
karena itu hidupnya semua alam dunia dikarenakan adanya Alif (Bathin) dan Ba (Dhohir)
didalam lafadz Bismillah. Karena itu Alif dan Ba didalam lafadz bismillah itulah yang menjadi
BAPAK dan IBU seluruh Alam dunia. Dan Alif lafadz Bismillah itu disebut Nurullah sedangkan Ba
lafadz Bismillah itu disebut sejatinya Nur Muhammad .Kemudian Nurullah dan Nur Muhammad
menyatu menjadi satu kesatuan yang tak terpisah sehingga tidak dapat lagi dibedakan.

Didalam kehidupan nyata berkumpulnya Nurullah dan Nur Muhammad disebut sebagai
kumpulnya antara pria sejati dan wanita sejati yang disebut sebagai Nur Ma’an.

Dalilnya ada didalam kitab suci Al-Qu’anul Karim : "Nuurun ‘ala nuurin yahdillaahu linuurihi
man yasyaau yakhribullaahul amtsaala linnaasi wallaahu bikulli syaiun ‘aliim."

Dengan adanya Nur tersebut, sebenarnya Allah SWT ingin memberitahukan kepada semua
makhluk ciptaan-Nya dan agar manusia mengetahui bahwa sebenarnya DIA maha mengetahui
terhadap semua ciptaan-Nya.

3. MENERANGKAN HURUF SIN

Huruf Sin didalam lafadz Bismillah itu menunjukkan adanya alam wahidiyat, yaitu adanya ilmu
yang tiga dan Asma yang tiga pula.

Yang disebut dengan ilmu yang tiga adalah :


- Ahadiyat,
- Wahdat,
- Wahidiyat.
Dan yang disebut Asma yang tiga adalah :
- Allah,
- Muhammad
- Adam.

Sesungguhnya Allah SWT adalah Dzat Sejati, Muhammad adalah Sifat Sejati, dan Adam adalah
Asma Sejati, yaitu nyatanya Rasul.

Rasul adalah Nur yang hidup dari Nurullah yaitu nyatanya Adam.
Dan Adam yang menjadi Bapaknya semua manusia dibumi ini

4. MENERANGKAN HURUF MIM

Huruf Mim didalam lafadz Bismillah menunjukkan adanya Roh Idhafi. Dan Roh Idhafi
menyatakan adanya manusia sejati, dan menunjukkan adanya af’al sejati.Rangkaian Huruf Sin
dan Mim menunjukkan adanya Alam Arwah ,Alam Misal, Alam Ajsam dan Alam Insan Kamil,
yaitu nyatanya Asma Allah yang merupakan asma dzat mutlak. Nyatanya Muhammad adalah
sebagai pengganti dzat yang nyata. Sehingga sejatinya Allah adalah Dzat nyata yang diwujudkan
didalam Muhammad. Dan disebut dhohirnya Muhammad tetapi Hakekatnya ALLAH atau
Nyatanya Allah Ta’ala. Nyatanya Muhammad yaitu nyatanya Alam Ajsam yaitu nyatanya asma
rasul dan rupanya Adam Idlafi yang menjadi badan dan nyawa / Rasa Tunggal. Dan bagi yang
mengetahui arti dua kalimat syahadat berarti sudah mengerti sejatinya Allah dan mengerti
sejatinya Muhammad, mengerti sejatinya dhahir dan mengerti sejatinya batin, yaitu dhohirnya
nabi batin-nya wali, dzhohir-nya Muhammad batin-nya Allah.

Dan disebut jasad Muhammad hidupnya adalah Allah. Dan yang sudah mengerti sejatinya badan
dan mengerti sejatinya hidup, yaitu nyata sejatinya bapak dan ibu.

Sifat Jalal itu Nurullah yaitu lanang (Pria) sejati dan sifat Jamal itu Nur Muhammad yaitu wadon
(Wanita) sejati. Sifat Jalal itu kuasa mengeluarkan besi. Sifat Jamal itu kuasa mengeluarkan batu.

Bercampurnya besi dan batu menjadi api. Ibaratnya api itu adalah bercampurnya raga dan
hidup/jasad dan ruh. Dan tidak akan ada anak kalau tidak ada ibu dan bapak. Dan tidak akan ada
Wahidiyat kalau tidak ada Ahadiyat dan Wahdat.

Jadi Ahadiyat melahirkan Wahdat, Wahdat melahirkan Wahidiyat, Wahidiyat melahirkan semua
alam yang lainnya. Ahadiyat maqamnya dzat Wahdat maqamnya sifat Wahidiyat maqamnya
asma semua yang ada di alam maqamnya Af’al dan tidak mungkin ada af'al bila tidak ada asma.
Tidak ada asma kalau tidak ada sifat, sebab semua af'al,  Asma, Sifat adalah hakekatnya Dzat.

Jadi apabila hamba sudah bisa fana’ Dzat dan fana’ Sifat serta fana’ Af’al, akan bisa Kamal. Kalau
sudah bisa Kamal akan bisa Qohar, yaitu keadaan dhohir dan batin sudah bisa kumpul menjadi
satu.

Anda mungkin juga menyukai