Anda di halaman 1dari 30

RASA TUNGGAL, SEJATINYA RASA, RASA SEJATI, RASA

TUNGGAL JATI
Posted on 19 April 2011 by Mas Say Laros
Banyak orang yang bertanya, mengapa dalam
mempelajari Agama mesti harus mengenal Rasa ?
Memang kalau hanya sampai pada tingkat Syariat,
bab rasa tidak pernah dibicarakan atau disinggung.
Tetapi pada tingkat Tarekat keatas bab rasa ini mulai
disinggung. Karena bila belajar ilmu Agama itu
berarti mulai mengenal siapa Sang Percipta itu.
Karena ALLAH maha GHOIB maka dalam mengenal hal
GHOIB kita wajib mengaji rasa.
Jadi jelas berbeda dengan tingkat syariat yang
memang mengaji telinga dan mulut saja.Dan mereka
hanya yakin akan hasil kerja panca inderanya.Bukan
Batin!
Bab rasa dapat dibagi dalam beberapa golongan
.Yaitu : RASA TUNGGAL, SEJATINYA RASA, RASA SEJATI,
RASA TUNGGAL JATI.
Mengaji Rasa sangat diperlukan dalam mengenal
GHOIB.Karena hanya dengan mengaji rasa yang
dimiliki oleh batin itulah maka kita akan mengenal
dalam arti yang sebenarnya,apa itu GHOIB.
1. RASA TUNGGAL
Yang empunya Rasa Tunggal ini ialah jasad/jasmani.
Yaitu rasa lelah, lemah dan capai. Kalau Rasa lapar
dan haus itu bukan milik jasmani melainkan milik
nafsu.

2
Mengapa jasmani memiliki rasa Tunggal ini. Karena
sesungguhnya dalam jasmani/jasad ada
penguasanya/penunggunya. Orang tentu mengenal
nama QODHAM atau ALIF LAM ALIF. Itulah sebabnya
maka didalam AL QUR’AN, ALLAH memerintahkan
agar kita mau merawat jasad/jasmani. Kalau perlu,
kita harus menanyakan kepada orang yang
ahli/mengerti. Selain merawatnya agar tidak terkena
penyakit jasmani, kita pun harus merawatnya agar
tidak menjadi korban karena ulah hawa nafsu maka
jasad kedinginan, kepanasan ataupun masuk angin.
Bila soal-soal ini kita perhatikan dengan sungguh-
sungguh, niscaya jasad kita juga tahu terima kasih.
Kalau dia kita perlakukan dengan baik, maka
kebaikan kita pun akan dibalas dengan kebaikan pula.
Karena sesungguhnya jasad itu pakaian sementara
untuk hidup  sementara dialam fana ini. Kalau selama
hidup jasad kita rawat dengan sungguh-sungguh (kita
bersihkan 2 x sehari/mandi, sebelum puasa keramas,
sebelum sholat berwudhu dulu, dan tidak menjadi
korban hawa nafsu, serta kita lindungi dari pengaruh
alam), maka dikala hendak mati jasad yang sudah suci
itu pasti akan mau diajak bersama-sama kembali
keasal, untuk kembali ke sang pencipta. Seperti halnya
kita bersama-sama pada waktu dating/lahir kealam
fana ini. Mati yang demikian dinamakan mati Tilem
(tidur) atau mati sempurna. Pandangan yang kita
lakukan malah sebaliknya. Mati dengan meninggalkan
jasad. Kalau jasad sampai dikubur, maka QODHAM
atau ALIF LAM ALIF, akan mengalami siksa kubur. Dan
kelak dihari kiamat akan dibangkitkan.

3
Dalam mencari nafkah baik lahir maupun batin,
jangan mengabaikan jasad. Jangan melupakan waktu
istirahat. Sebab itu ALLAH ciptakan waktu 24 jam (8
jam untuk mencari nafkah, 8 jam untuk beribadah,
dan 8 jam untuk beristirahat). Juga dalam hal
berpuasa, jangan sampai mengabaikan jasad. Sebab
itu ALLAH tidak suka yang berlebih-lebihan. Karena
yang suka berlebih-lebihan itu adalah Dzad (angan-
angan). Karena dzad mempunyai sifat selalu tidak
merasa puas.
2. SEJATINYA RASA
Apapun yang datangnya dari luar tubuh dan
menimbulkan adanya rasa, maka rasa itu dinamakan
sejatinya rasa. Jadi sejatinya rasa adalah milik panca
indera:
1. MATA : Senang karena mata dapat melihat
sesuatu yang indah atau tidak senang bila mata
melihat hal-hal yang tidak pada tenpatnya.
2. TELINGA : Senang karena mendengar suara yang
merdu atau tidak senang mendengar isu atau
fitnahan orang.
3. HIDUNG : Senang mencium bebauan wangi/harum
atau tidak senang mencium  bebauan yang busuk.
4. KULIT : Senang kalau bersinggungan dengan
orang yang disayang atau tidak senang
bersunggungan dengan orang yang
nerpenyakitan.
5. LIDAH : Senang makan atau minum yang enak-
enak atau tidak senang memakan makanan yang
busuk.

4
3. RASA SEJATI
Rasa sejati akan timbul bila terdapat rangsangan dari
luar, dan dari tubuh kita akan mengeluarkan sesuatu.
Pada waktu keluarnya sesuatu dari tubuh kita itu,
maka timbul Rasa Sejati. Untuk jelasnya lagi Rasa
Sejati timbul pada waktu klimaks/pada waktu
melakukan hubungan seksual.
4. RASA TUNGGAL JATI
Rasa Tunggal Jati sering diperoleh oleh mereka yang
sudah dapat melakukan Meraga Sukma (keluar dari
jasad) dan Solat Dha’im.
Beda antara Meraga Sukma dan Sholat Dha’im ialah :
1. Kalau Meraga Sukma jasad masih ada.batin
keluar dan dapat pergi kemana saja.
2. Kalau Sholat Dha’im jasad dan batin kembali
keujud Nur dan lalu dapat pergi kemana  saja
yang dikehendaki. Juga dapat kembali / bepergian
ke ALAM LAUHUL MAKHFUZ.

5
Bila kita Meraga Sukma maupun sholat Dha’im, mula
pertama dari ujung kaki akan terasa seperti
ada “aliran“ yang menuju ke atas / kekepala. Pada
Meraga sukma, bila “aliran“ itu setibanya didada
akan menimbulkan rasa ragu-ragu/khawatir atau
was-was. Bila kita ikhlas, maka kejadian selanjutnya
kita dapat keluar dari jasad, dan yang keluar itu
ternyata masih memiliki jasad. Memang
sesungguhnyalah, bahwa setiap manusia itu memiliki
3 buah wadah lagi, selain jasad/jasmani yang tampak
oleh mata lahir ini. Pada bagian lain bab ini akan kita
kupas.Kalau sholat Dha’im bertepatan dengan adanya
“Aliran“ dari arah ujung kaki, maka dengan cepat
bagian tubuh kita akan “Menghilang“ dan kita akan
berubah menjadi seberkas Nur sebesar biji ketumbar
dibelah 7 bagian. Bercahaya bagai sebutir berlian
yang berkilauan. Nah, rasa keluar dari jasad atau rasa
berubah menjadi setitik Nur. Nur inilah yang disebut
sebagai Rasa Tunggal Jati. Selain itu, baik dalam
Meraga Sukma maupun Sholat Dha’im. Bila hendak
bepergian kemana-mana kita tinggal meniatkan saja
maka sudah sampai. Rasa ini juga dapat disebut Rasa
Tunggal Jati. Sebab dalam bepergian itu kita sudah
tidak merasakan haus, lapar, kehausan, kedinginan
dan lain sebagainya. Bagi mereka yang berkeinginan
untuk dapat melakukan Meraga Sukma dianjurkan
untuk sering Tirakat/Kannat puasa. Jadikanlah puasa
itu sebagai suatu kegemaran. Dan yang penting juga
jangan dilupakan melakukan Dzikir gabungan NAFI-
ISBAT dan QOLBU. Dalam sehari-hari sudah pada
tahapan lillahi ta’ala.

6
SHOLAT DAAIM ?
103. Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu),
ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di
waktu berbaring. kemudian apabila kamu telah merasa
aman, Maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana
biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang
ditentukan waktunya atas orang-orang yang
beriman.an-nisa’

1. Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang


beriman,
2. (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam
sembahyangnya,Al-mukminun

MEMELIHARA SHALAT
9. dan orang-orang yang memelihara
sembahyangnya.al-mukminun
  ž
22. kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat,
23. yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya,al-
ma’arij

7
4. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,
5. (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,
6. orang-orang yang berbuat riya[1603],
7. dan enggan (menolong dengan) barang
berguna[1604]. Al-ma’un
[1603] Riya ialah melakukan sesuatu amal perbuatan
tidak untuk mencari keridhaan Allah akan tetapi untuk
mencari pujian atau kemasyhuran di masyarakat.
[1604] Sebagian mufassirin mengartikan: enggan
membayar zakat.
Muqaddimah
Istilah salat daim tidak dijumpai dalam kepustakaan Islam
yang muktabar (terkenal). Salat daim, seperti
diungkapkan dalam surah al-Ma’arij ayat 23 yang artinya:
“Yang mereka itu tetap mengerjakan
salatnya,” mengandung pengertian “salat yang dilakukan”,
yaitu salat yang dilakukan terus-menerus dalam waktu-
waktu yang telah ditentukan.
Salat daim terdapat dalam kepustakaan Jawa. Tidak
seperti salat lima waktu dan salat sunah (nawafil), salat
daim tidak terikat dengan waktu, tanpa rukuk, dan tanpa
sujud. Sebutan lengkap untuk salat ini adalah salat daim
mulat salira, yaitu zikir yang kekal dan mawas diri. Mawas
diri di sini berarti selalu ingat atau eling kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
Makna Sholat
Salat berarti doa, memohon rahmat, dan memohon
ampun (istigfar). Adapun daim berarti kekal atau
tetap. Salat daim berarti doa yang kekal dan tetap.
Dalam hal ini Muhammad Mustafa al-Maragi
menyebutnya sebagai: “Orang-orang yang senantiasa
menjaga salat mereka menurut waktu-waktu yang telah

8
ditentukan, tanpa terpengaruh berbagai kesibukan
mereka.”
Dalam buku Salat Daim Mulat Salira karya Bratakesawa
dijelaskan: “Salat daim ialah sembahyang yang tetap, yang
selalu dilaksanakan, atau sembahyang yang tidak pernah
ditinggalkan, mawas diri, dan mawas aku (melihat dengan
teliti akan diri sendiri atau dirinya dalam arti yang
seutuhny). Melakukan ini amat penting bagi kita yang
mencari ilmu hakikat. Dan melakukan yang demikian
inilah yang disebut dengan salat daim mulat sarira.”
Tentang salat daim ini dijelaskan oleh Ranggawarsita,
yaitu “saya berniat salat daim untuk selama hidupku,
berdirinya adalah hidupku, rukuknya adalah
penglihatanku, iktidalnya adalah pendengaranku,
sujudnya adalah penciumanku, bacaan ayat adalah
ucapanku, duduknya adalah imanku, pujiannya adalah
keluar masuknya nafasku, zikirnya adalah ingatanku,
kiblatnya adalah renunganku, fardu menjalankan yang
wajib lantaran kodratku sendiri. Disitu lalu pasrah kepada
Zat hidup kita pribadi . jangan ragu-ragu lagi, karena yang
demikian itu telah berdiri Zat, sifat dan perbuatan kita ini
sudah menjadi Al-Qur’an sejati, sebagai tanda hakikat
semua salat.”Lebih lanjut ia menjelaskan, “Itulah salat
daim, yakni salat yang sejati, ia tanpa di antarai waktu,
tidak mempunyai hitungan rakaat, mereka ini bisa disebut
salat sambil bekerja, melakukan pekerjaan sambil salat,
duduk dengan berdiri, berdiri dengan duduk, lari dengan
berhenti, membisu dengan berceritera, bepergian dengan
tidur, tidur dengan jaga. Seperti itulah ibaratnya, sebab
hakikat salat daim tanpa sujud dan rukuk, yakni hanya
berada dalam rasa hidup kita.”

9
Hakekat Sholat
Mengenai hal shalat tentu berbagai cara dan methode
dalam prakteknya seseuai dengan tingkat pemahaman
ilmu serta keimanannya, karena seperti disebutkan diatas
bahawa shalat adalah do'a.
Demikian pula seperti tulisan diatas "Sedemikian
pentingnya shalat lima waktu ini sehingga untuk
mewajibkannya pun Allah secara khusus memanggil Nabi
Muhammad SAW melalui mu’jizat Isra Mi’raj".
Justru inilah kuncinya shalat, yaitu pertemuan dengan
Tuhan tanpa hijab di sidratul muntaha, yang
disebut ashlatu mi'rajul mu'min, dan shalat seperti ini
mempunyai tata cara yang berlainan dengan shalat
umumnya lima waktu.
Shalat lainnya adalah seperti halnya ashalatu
imaduddin, shalat adalah tiangnya agama, dalam
pemahaman tatacara umum adalah shalat lima waktu.
Selanjutnya ashalatu adzikri, yakni memeliharaan ingatan
kepada kepada Tuhan, dalam pandangan umum adalah
memalihara dzikir baik lisan, fikiran dan hati disetiap
saat, seperti halnya dzikir nafas.
Demikian pula shalat wustha(pertengahan) seperti yang
ditafsirkan oleh para ulama adalah shalat ashar, padahal
hakikatnya tidak selalu menjurus kepada sholat yang lima
waktu, namun ada tata caranya tersendiri.
Jika salat dalam arti syariat lebih menekankan aspek
perilaku lahiriah dalam bentuk berbagai ucapan dan
perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri
dengan salam, maka salat dalam arti tasawuf mengambil
bentuk perilaku salat dimaksud yang dibarengi dengan
khusyuk, hadir hati, dan selalu ingat kepada Allah SWT.
Salat yang demikian menuntut pelakunya untuk

10
menghadapkan sepenuh hatinya kepada Allah SWT yang
dapat menumbuhkan rasa hormat, segan, dan takut serta
kagum akan kebesaran, keagungan, dan kekuasaan-Nya.
Salat daim mulat sarira akan lebih mudah dipahami
dengan pendekatan makna salat menurut tasawuf dari
pada dengan syariat, meski tidak sepenuhnya sama.
Namun demikian para ulama tasawuf, seperti at-Tusi, al-
Qusyairi, al-Gazali, dan as-Sukandari, menghendaki
keterpaduan pengamalan salat menurut syariat dan
tasawuf serta keterpaduan syarat rukun salat secara
lahiriah dengan penghayatan kedalaman makna
batiniah. (Source : Dewan Redaksi. 1997. ENSIKLOPEDI
ISLAM. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve. Hal:220-221, Mas
Sugeng)
Bahwasanya diceritakan dari Abdullah Bin Umar r.a,
katanya adalah kamu berduduk pada suatu orang kelak ke
hadapan Rasulullah SAW, minta belajar ilmu Jibril a.s,
daripada ilmu yang sempurna dunia dan akhirat, yaitu
membiasakan dari hakikat didalam shalat lima waktu
yaitu wajib bagi kita untuk mengetahuinya. Yang harus
mereka ketahui pertama kali hakikat shalat ini supaya
sempurna kamu menyembah Allah, bermula hakikatnya
didalam shalat itu atas 4 (empat) perkara :
1. BERDIRI (IHRAM).
2. RUKU’ (MUNAJAH).
3. SUJUD (MI’RAJ).
4. DUDUK (TABDIL).
Adapun hakikatnya :
1. BERDIRI ( IHRAM) itu karena huruf ALIF asalnya dari
API, bukan api pelita dan bukan pula api bara. Adapun
artinya API itu bersifat JALALULLAH, yang artinya sifat

11
KEBESARAN ALLAH TA’ALA, yang terdiri atas 2 (dua)
perkara :
• KUAT.
• LEMAH.
Yang merupakan kudrat dan iradat-Nya juga, karena
hamba itu tidak mempunyai KUAT dan LEMAH karena
hamba itu di-KUAT-kan dan di-LEMAH-kan oleh ALLAH,
bukannya kudrat dan iradat Allah itu lemah. Adapun
kepada hakikatnya yang sifat lemah itu shalat pada sifat
kita yang baharu ini. Adapun yang dihilangkan tatkala
BERDIRI itu adalah pada segala AP’AL (perbuatan) hamba
yang baharu.
2. RUKU’ (MUNAJAH) itu karena huruf LAM Awal, asalnya
dari ANGIN, bukannya angin barat dan bukan pula angin
timur. Adapun artinya ANGIN itu bersifat JAMALULLAH
yang artinya sifat KEELOKAN ALLAH TA’ALA, yang terdiri
atas 2 (dua) perkara :
• TUA.
• MUDA.
Yang merupakan kudrat dan iradat-Nya juga. Adapun
hamba itu tidak mempunyai TUA dan MUDA. Adapun
yang dihilangkan tatkala RUKU’ itu adalah pada segala
ASMA (nama) hamba yang baharu.
3. SUJUD (MI’RAJ) itu karena huruf LAM Akhir, asalnya
dari AIR, bukannya air laut dan bukan pula air sungai.
Adapun artinya AIR itu bersifat QAHAR ALLAH yang
artinya sifat KEKERASAN ALLAH TA’ALA, yang terdiri
atas 2 (dua) perkara :
• HIDUP.
• MATI.
Yang merupakan kudrat dan iradat-Nya juga. Adapun
hamba itu tidak pun mempunyai HIDUP dan MATI.

12
Adapun yang dihilangkan tatkala SUJUD itu adalah pada
segala NYAWA (sifat) hamba yang baharu.
4. DUDUK (TABDIL) itu karena huruf HA, asalnya dari
TANAH, bukannya pasir dan bukan pula tanah lumpur.
Adapun artinya TANAH itu bersifat KAMALULLAH yang
artinya sifat KESEMPURNAAN ALLAH TA’ALA, yang
terdiri atas 2 (dua) perkara :
• ADA.
• TIADA.
Yang merupakan kudrat dan iradat-Nya juga. Adapun
hamba itu tidak ADA dan TIADA. Adapun yang
dihilangkan tatkala DUDUK itu adalah pada segala
WUJUD/ZAT hamba yang baharu, karena hamba itu
wujudnya ADAM yang artinya hamba tiada mempunyai
wujud apapun karena hamba itu diadakan/maujud,
hidupnya hamba itu di-hidupkan, matinya hamba itu di-
matikan dan kuatnya hamba itu di-kuatkan.
Itulah hakikatnya shalat. Barangsiapa shalat tidak tahu
akan hakikat yang empat tersebut diatas, shalatnya
hukumnya KAFIR JIN dan NASRANI, artinya KAFIR
KEPADA ALLAH, ISLAM KEPADA MANUSIA, yang berarti
KAFIR BATHIN, ISLAM ZHAHIR, hidup separuh HEWAN,
bukannya hewan kerbau atau sapi. Tuntutan mereka
berbicara ini wajib atas kamu. Jangan shalat itu
menyembah berhala !!!.
Sholat Daaim ?
Di dalam praktek tasawuf, shalat merupakan bagian dari
muraqabah (kontemplasi) terhadap Tuhan. Muraqabah
itu meresapkan kesadaran bahwa Allah memonitor gerak-
gerik kita baik lahir maupun bathin.
Muraqabah hakikat shalat itu dengan cara menghadapkan
wajah jiwa kita ke hadirat Allah SWT yang telah

13
menjadikan hakikatnya shalat. Shalat yang terdiri dari
beberapa rukun yang bersifat perkataan dan perbuatan
yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri
dengan salam.
Shalat sangat penting dalam tasawuf, sebagaimana
disabdakan oleh nabi SAW ”Shalat adalah kenaikan
(mi'raj) orang-orang Mukmin (menuju Allah)”. Nabi
Muhammad juga bersabda, ”Hanya dalam shalat saja
seorang hamba bisa dekat dengan Allah.”. Shalat
menghubungkan sang hamba dengan Tuhan, dan mengisi
jiwanya dengan cahaya-cahaya yang memancar darinya.
Hubungan halus Sang Salik dengan Tuhan, rahasianya
kedudukan tinggi dan kemuliaannya, pun dapat dirasakan
dalam shalat. Itulah sebabnya Allah menyebut sang salik
sebagai hamba-Nya (abduhu). Kehambaan ('abdiyah) ini
dicapai dalam shalat. Shalat adalah anugerah khusus
kepada manusia yang diberikan Allah melalui Nabi-Nya
guna mengenang peristiwa mi'raj beliau, sebagaimana
yang disebutkan dalam Al Quran.
Dalilnya adalah : "Sesungguhnya  shalat itu merupakan
kewajiban bagi orang-orang yang beriman, yang
ditetapkan waktunya" (QS. Al nisa':103)
Al-Qur’an menganjurkan banyak berzikir di luar salat.
Dalam hubungan ini Allah SWT berfirman:
“Apabila telah ditunaikan salat, maka bertebaranlah kamu
di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah
banyak-banyak supaya kamu beruntung” (QS.62:10)
Selanjutnya shalat daim yang penuh kontroversi dalam
pandangan umum, karena umum hanya mengenal shalat
lima waktu. Shalat daim atau disebut "asholatu
daimulhaq" adalah shalat diam(tetap) tanpa gerakan,
dilakukan terus menerus sepanjang hidup, disebut pula

14
shalat abadi karena menuju alam kaebadian yakni orbit
Tuhan.

Mereka yang mampu sholat daim adalah mereka yang


tidak akan berkeluh kesah dalam hidupnya dan
senantiasa mendapat kebaikan sebagaimana disampaikan
Q.S 70 : 19-22. Nah, sholat daim ini modelnya seperti apa?
Ah.. tentu saja tidak bisa dibeberkan disini karena sholat
daim adalah “oleh-oleh” dari hasil pencarian spiritual
manusia. Tidak bisa diceritakan ke semua orang kecuali
mereka yang telah memiliki kematangan spiritual.
Sholat daim adalah sholatnya orang ‘arif yang telah
mengenal Allah. Ini adalah sholatnya para Nabi, Rasul, dan
orang-orang ‘arif. Ilmu ini memang tidak banyak
diketahui orang awam. Lantas bagaimana dengan sholat
lima waktu? Nah sholat lima waktu sebenarnya adalah
jumlah minimal saja yang harus dikerjakan manusia
untuk mengingat Allah. Pada hakekatnya kita malah harus
terus menerus untuk mengingat Allah sebagaimana
firman-Nya :
Dan ingatlah kepada Allah diwaktu petang dan pagi (Q.S
Ar-Ruum (30) : 17)
Dan sebutlah nama Tuhanmu pada pagi dan petang. (Q.S
Al-Insaan (76) : 25)
“Sholat daim adalah prilaku eling marang Gusti Allah
terus menerus dalam setiap kondisi dan bahasa kitab
keringnya adalah Ulil Albab ...... yaitu QS.(3) : 191. (yaitu)
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau
duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan

15
ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah
kami dari siksa neraka.” Gusdur.
Shalat-shalat khusus seperti: mi'rajul mu'min, wustha,
daimulhaq, adalah shalat dalam etika dan tatacara
tersendiri dengan kalimat dzikir tertentu yang arahnya
menuju kepada kedudukan(martabat Tuhan), dan adanya
shalat yang terbagi lima waktu-17 rakaat adalah
merupakan uraian(pedaran) dari shalat-shalat khusus tsb
yang terdapat dalam ayat Alqur'an(wustha, daim, mi'raj),
dan ayat tsb termasuk pada ayat mutasyabihat yang
hanya bisa di tafsirkan dengan nahwu sharaf dan ilmu alat
dalam tata bahasa Alquran pada tingkat tertentu, sesuai
petunjuk Allah dan Rasul-Nya.
Menurut ajaran dari Sunan Bonang, Shalat Daim itu hanya
duduk, diam, hening, pasrah pada kehendak GUSTI
ALLAH. Raden Mas Syahid tidak disuruh untuk dzikir
ataupun melakukan ritual apapun. Apa rahasia dibalik
duduk diam tersebut? Cobalah Anda duduk dan berdiam
diri. Maka hawa nafsu Anda akan berbicara sendiri. Ia
akan melaporkan hal-hal yang bersifat duniawi pada diri
Anda. Hal itu semata-mata terjadi karena hawa nafsu kita
mengajak kita untuk terus terikat dengan segala hal yang
berbau dunia.

Namun demikian, janganlah merasa cukup puas hanya


dengan sholat lima waktu. Tingkatkanlah agar kita
mampu melakukan sholat daim. Mari kita simak kembali
ungkapan Sunan Bonang yang tertulis dalam Suluk Wujil :
Utaming sarira puniki
Angawruhana jatining salat
Sembah lawan pujine
Jatining salat iku

16
Dudu ngisa tuwin magerib
Sembahyang araneka
Wenange puniku
Lamun aranana salat
Pan minangka kekembaning salat daim
Ingaran tata krama
Artinya : “Unggulnya diri itu mengetahui hakekat sholat,
sembah dan pujian. Sholat yang sebenarnya bukan
mengerjakan isya atau magrib. Itu namanya sembahyang,
apabila disebut sholat maka itu hanya hiasan dari sholat
daim. Hanyalah tata krama”
Dari ajaran Sunan Bonang diatas, maka kita bisa
memahami bahwa sholat lima waktu adalah sholat hiasan
dari sholat daim. Sholat lima waktu ganjarannya adalah
masuk surga dan terhindar neraka. Tentu yang
mendapat surga pun adalah mereka yang mampu
menegakan sholat yaitu dengan sholat tersebut, ia mampu
mencegah dirinya dari berbuat keji dan mungkar.
Sholat daim ini juga disebut dalam SULUK LING
LUNG karya Sunan Kalijaga: SALAT DAIM TAN KALAWAN,
MET TOYA WULU KADASI, SALAT BATIN SEBENERE,
MANGAN TURU SAHWAT NGISING. (Jadi sholat daim itu
tanpa menggunakan syariat wudhu untuk menghilangkan
hadats atau kotoran. Sebab kotoran yang sebenarnya
tidak hanya kotoran badan melainkan kotoran batin. Salat
daim boleh dilakukan saat apapun, misalnya makan, tidur,
bersenggama maupun saat membuang kotoran.)
Syekh Siti Jenar mengajarkan dua macam bentuk shalat,
yang disebut shalat tarek dan shalat daim. Shalat tarek
adalah shalat thariqah, diatas sedikit dari syari’at. Shalat
tarek diperuntukkan bagi orang yang belum mampu
untuk sampai pada tingkatan Manunggaling Kawula Gusti,

17
sedang shalat daim merupakan shalat yang tiada putus
sebagai efek dari kemanunggalannya. Sehingga shalat
daim merupakan hasil dari pengalaman batin atau
pengalaman spiritual. Ketika seseorang belum sanggup
melakukan hal itu, karena masih adanya hijab batin, maka
yang harus dilakukan adalah shalat tarek. Shalat tarek
masih terbatas dengan adanya lima waktu shalat, sedang
shalat daim adalah shalat yang tiada putus sepanjang
hayat, teraplikasi dalam keseluruhan tindakan keseharian
( penambahan , mungkin efeknya adalah berbentuk suci
hati, suci ucap, suci pikiran ); pemaduan hati, nalar, dan
tindakan ragawi.
Salat daim tersebut menurut mereka merupakan bentuk
pengembaraan ahli kerohanian dalam mencari Tuhan.
Untuk menemui Tuhan Yang Maha Kuasa, Maha Suci, dan
Maha Sempurna, maka dalam pencarian itu seseorang
harus suci secara lahir dan batin. Karena itu ia harus
menghidupkan hati dan perasaannya untuk selalu ingat
dan berzikir kepada Tuhan. Hal ini bisa dicapai dengan
cara salat daim dalam arti tasawuf, yaitu “ ingat dan zikir
yang terus-menerus”. Dengan demikian salat daim ini
tidak dalam arti salat fardu lima waktu dan salat sunah,
melainkan lebih sesuai jika diartikan zikir secara sufi yang
terus-menerus.
Al-Qur’an menganjurkan banyak berzikir di luar salat.
Dalam hubungan ini Allah SWT berfirman:
“Apabila telah ditunaikan salat, maka bertebaranlah kamu
di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah
banyak-banyak supaya kamu beruntung” (QS.62:10)
Ini berarti bila salat daim itu dilakukan seorang muslim
dalam arti zikir, tidak lantas ia bebas dari tugas
melaksanakan salat fardu lima waktu sebagai kewajiban

18
yang tak dapat ia tinggalkan. Setiap muslim wajib
melaksanakan salat lima waktu secara aktif, rajin, baik,
dan benar. Disamping itu ia perlu berzikir kepada Allah
SWT kapan dan di mana pun, baik melalui salat fardu atau
sunah dengan tata aturan yang baku, maupun di luar salat
dengan cara-cara yang tidak diatur secara baku. Cara yang
disebut belakangan inilah salat daim dalam arti tasawuf,
dalam bentuk zikir, ingat, eling atau renungan rohaniah
lainnya yang dapat dilakukan secara bebas tanpa ikatan
aturan yang baku.

 Jakarta 1-12-2011

19
Hal ini berlaku baik mereka yang menghendaki untuk
dapat melakukan SHOLAT DHA’IM. Kalau Meraga
Sukma mempergunakan Nur ALLAH, tapi bila SHOLAT
DHA’IM sudah mempergunakan Nur ILLAHI. Karena
ada Rasa Sejati, maka Rasa merupakan asal usul
segala sesuatu yang ada. Oleh sebab itu bila hendak
mendalami ilmu MA’RIFAT Islam dianjurkan untuk
selalu bertindak berdasarkan rasa. Artinya jangan
membenci, jangan menaruh dendam, jangan iri,
jangan sirik, jangan bertindak sembrono, jangan
bertindak kasar terhadap sesame manusia, dll. Sebab
dihadapan Tuhan Yang Maha Kuasa, kita ini semua
sama , karena masing-masing memiliki rasa. Rasa
merupakan lingkaran penghubung antara etika
pergaulan antar manusia, juga sebagai lingkaran
penghubung pergaulan umat dengan Penciptanya.
Rasa Tunggal jati ini mempunyai arti dan makna yang
luas. Karena bagai hidup itu sendiri. Apapun yang
hidup mempunyai arti. Dan apapun yang mempunyai
arti itu hidup. Sama halnya apapun yang hidup
mempunyai Rasa. Dan apapun yang mempunyai Rasa
itu Hidup.
Dengan penjelasan ini, maka dapat diambil
kesimpilan bahwa yang mendiami Rasa itu adalah
Hidup. Dan Hidup itu sendiri ialah Sang
Pencipta/ALLAH. Padahal kita semua ini umat yang
hidup. Jadi sama ada Penciptanya. Oleh sebab
itu, umat manusia harus saling menghormati, tidak
saling merugikan, bahkan harus saling tolong
menolang dll.

20
Dan hal ini sesuai dalam firman ALLAH : “HAI
MANUSIA! MASUKLAH KALIAN DALAM PERDAMAIAN,
JANGAN BERPECAH BELAH MENGIKUTI LANGKAH
SYAITAN, SESUNGGUHNYA SYAITAN ITU MUSUHMU
YANG NYATA”

Bagaimana Cara Melaksanakan Shalat Daim itu?


semoga artikel ini bermanfaat bagi Anda dan bagi kami.
Shalat daim itu
Sebelum kita memahami Shalat Daim, ada baiknya kita
memahami apa sebenarnya arti dari kata Shalat itu. Arti
daripada shalat adalah mengingat-ingat ALLAH
(Dzikrullah) di waktu duduk, berdiri dan melakukan
aktivitas dalam kehidupan ini. Sedangkan kata Daim itu
memiliki arti terus-menerus ataupun tak
pernah putus.Jadi, jika kedua kata itu digabungkan maka
Shalat Daim itu berarti mengingat-ingat ALLAH tanpa
pernah putus. Atau Dzikrullah secara terus menerus.
Salah satu contoh dari Shalat Daim dapat kita tauladani
dari saat itu apa yang ajarkan dan apa yang dinamakan
Shalat Daim tu pada Bagaimana Shalat Daim itu? Pertama
kali hanya untuk duduk, diam dan berusaha untuk
mengalahkan hawa nafsunya sendiri.
Bagaimana Cara Melasanakan Shalat Daim?
Menurut ajaran dari Sunan Bonang, Shalat Daim itu hanya
duduk, diam, hening, pasrah pada kehendak ALLAH.
Raden Mas Syahid tidak disuruh untuk dzikir ataupun
melakukan ritual apapun. Apa rahasia dibalik duduk diam
tersebut? Cobalah Anda duduk dan berdiam diri. Maka
hawa nafsu Anda akan berbicara sendiri. Ia akan

21
melaporkan hal-hal yang bersifat duniawi pada diri Anda.
Hal itu semata-mata terjadi karena hawa nafsu kita
mengajak kita untuk terus terikat dengan segala hal yang
berbau dunia.
Awalnya, orang diam pikirannya akan kemana-mana saja.
Namun setelah sekian waktu diam di tempat, akal dan
keinginannya akhirnya melemas dan benar-benar tidak
memiliki daya untuk berpikir, energi keinginan
duniawinya lepas dan lenyap. Dalam kondisi demikian,
manusia akan berada dalam kondisi nol atau kosong
sepenuhnya. Karena ego dan hawa nafsu sudah
terkalahkan.
Demikian juga dengan kondisi Raden Mas Syahid ketika
bertapa di pinggir kali. Ia hanya pasrah dan tidak
melakukan ritual apapun. Hanya diam dan hening. Hingga
akhirnya Sunan Kalijaga bertemu dengan GURU
SEJATINYA.
(Keutamaan diri ini adalah mengetahui HAKIKAT SALAT,
sembah dan pujian. Salat yang sesungguhnya bukanlah
mengerjakan salat Isya atau maghrib (shalat 5 waktu).Itu
namanya sembahyang.
Apabila disebut salat, maka itu hanya hiasan dari SALAT
DAIM, hanya tata karma).
Shalat sejati tidak hanya mengerjakan sembah raga atau
tataran syariat mengerjakan sholat lima waktu.
Shalat sejati adalah SHALAT DAIM,
yaitu bersatunya semua indera dan tubuh kita untuk
selalu memuji-Nya dengan kalimat penyaksian bahwa
yang suci di dunia ini hanya Tuhan: HU-ALLAH, DIA

22
ALLAH. Hu saat menarik nafas dan Allah saat
mengeluarkan nafas.
Berbakti yang utama tidak mengenal waktu. Semua
tingkah lakunya itulah menyembah. Diam, bicara, dan
semua gerakan tubuh merupakan kegiatan menyembah.
Wudhu, berak dan kencing pun juga kegiatan
menyembah. Itulah niat sejati. Pujian yang tidak pernah
berakhir)
Ajaran Sunan Kalijaga Dan Syeikh Siti Jenar…Solat Daim…
wajib baca…

Date: August 20, 2016Author: Alauddin's Book


Cafe1 Comment

23
Iaitu mereka yang tetap mengerjakan sembahyangnya

A. HAKIKAT SOLAT DAIM

Di dalam praktikal tasawuf, Shalat Daim merupakan


sebahagian dari muraqabah terhadap Tuhan. Muraqabah
itu menyelami kesedaran bahawa Allah memonitor gerak-
geri kita baik lahir maupun bathin.

Muraqabah hakikat Shalat itu dengan cara menghadapkan


wajah jiwa kita ke hadirat Allah SWT yang telah
menjadikan hakikatnya Shalat. Shalat yang terdiri dari
beberapa rukun yang bersifat perkataan dan perbuatan

24
yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri
dengan salam.

Shalat sangat penting dalam tasawuf, sebagaimana


disabdakan oleh nabi SAW ”Shalat adalah kenaikan
(mi’raj) orang-orang Mukmin (menuju Allah)”. Nabi
Muhammad juga bersabda, ”Hanya dalam Shalat saja
seorang hamba bisa dekat dengan Allah.”. Shalat
menghubungkan sang hamba dengan Tuhan, dan mengisi
jiwanya dengan cahaya-cahaya yang memancar darinya.
Hubungan halus Sang Salik dengan Tuhan, rahasianya
kedudukan tinggi dan kemuliaannya, pun dapat dirasakan
dalam Shalat. Itulah sebabnya Allah menyebut sang salik
sebagai hamba-Nya (abduhu). Kehambaan (‘abdiyah) ini
dicapai dalam Shalat. Shalat adalah anugerah khusus
kepada manusia yang diberikan Allah melalui Nabi-Nya
guna mengenang peristiwa mi’raj beliau, sebagaimana
yang disebutkan dalam Al Quran.

Dalilnya adalah : “Sesungguhnya  Shalat itu merupakan


kewajiban bagi orang-orang yang beriman, yang
ditetapkan waktunya” (QS. Al nisa’:103)

Al-Qur’an menganjurkan banyak berzikir di luar Shalat.


Dalam hubungan ini Allah SWT berfirman:

“Apabila telah ditunaikan Shalat, maka bertebaranlah


kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah dan
ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”
(QS.62:10)
Selanjutnya Shalat daim yang penuh kontroversi dalam
pandangan umum, karena umum hanya mengenal Shalat
lima waktu. Shalat daim atau disebut “aShalatu

25
daimulhaq” adalah Shalat diam(tetap) tanpa gerakan,
dilakukan terus menerus sepanjang hidup, disebut pula
Shalat abadi karena menuju alam kaebadian yakni orbit
Tuhan.
Mereka yang mampu Shalat daim adalah mereka yang
tidak akan berkeluh kesah dalam hidupnya dan
senantiasa mendapat kebaikan sebagaimana disampaikan
Q.S 70 : 19-22.

Nah, Shalat daim ini bagaimana modelnya?

Ah.. tentu saja tidak boleh dibicarakan disini karena


Shalat daim adalah “oleh-oleh” dari hasil pencarian
spiritual manusia. Tidak boleh diceritakan ke semua
orang kecuali mereka yang telah memiliki kematangan
spiritual.

Shalat daim adalah Shalatnya orang ‘arif yang telah


mengenal Allah. Ini adalah Shalatnya para Nabi, Rasul,
dan orang-orang ‘arif. Ilmu ini memang tidak banyak
diketahui orang awam. Lantas bagaimana dengan Shalat
lima waktu? Nah Shalat lima waktu sebenarnya adalah
jumlah minimal saja yang harus dikerjakan manusia
untuk mengingat Allah. Pada hakekatnya kita malah harus
terus menerus untuk mengingat Allah sebagaimana
firman-Nya :

Dan ingatlah kepada Allah diwaktu petang dan pagi (Q.S


Ar-Ruum (30) : 17)
Dan sebutlah nama Tuhanmu pada pagi dan petang. (Q.S
Al-Insaan (76) : 25)
“Shalat daim adalah prilaku eling marang Gusti Allah
terus menerus dalam setiap kondisi dan bahasa kitab

26
keringnya adalah Ulil Albab …… yaitu QS.(3) : 191. (yaitu)
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau
duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan
ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah
kami dari siksa neraka.” Gusdur.

Shalat-Shalat khusus seperti: mi’rajul mu’min, wustha,


daimulhaq, adalah Shalat dalam etika dan tatacara
tersendiri dengan kalimat dzikir tertentu yang arahnya
menuju kepada kedudukan(martabat Tuhan), dan adanya
Shalat yang terbagi lima waktu-17 rakaat adalah
merupakan uraian(pedaran) dari Shalat-Shalat khusus tsb
yang terdapat dalam ayat Alqur’an(wustha, daim, mi’raj),
dan ayat tsb termasuk pada ayat mutasyabihat yang
hanya bisa di tafsirkan dengan nahwu sharaf dan ilmu alat
dalam tata bahasa Alquran pada tingkat tertentu, sesuai
petunjuk Allah dan Rasul-Nya.
B. SHALAT DAIM SUNAN BONANG

Menurut ajaran dari Sunan Bonang, Shalat Daim itu hanya


duduk, diam, hening, pasrah pada kehendak  ALLAH.

Raden Mas Syahid tidak disuruh untuk zikir ataupun


melakukan ritual apapun. Apa rahsia dibalik duduk diam
tersebut? Cobalah Anda duduk dan berdiam diri. Maka
hawa nafsu Anda akan berbicara sendiri. Ia akan
melaporkan hal-hal yang bersifat duniawi pada diri Anda.
Hal itu semata-mata terjadi karena hawa nafsu kita
mengajak kita untuk terus terikat dengan segala hal yang
berbau dunia.

27
Namun demikian, janganlah merasa cukup puas hanya
dengan Shalat lima waktu. Tingkatkanlah agar kita
mampu melakukan Shalat daim. Mari kita semak kembali
ungkapan Sunan Bonang yang tertulis dalam Suluk Wujil :

Utaming sarira puniki


Angawruhana jatining Shalat
Sembah lawan pujine
Jatining Shalat iku
Dudu ngisa tuwin magerib
Sembahyang araneka
Wenange puniku
Lamun aranana Shalat
Pan minangka kekembaning Shalat daim
Ingaran tata krama
Artinya : “Unggulnya diri itu mengetahui hakekat Shalat,
sembah dan pujian. Shalat yang sebenarnya bukan
mengerjakan isya atau maghrib. Itu
namanya sembahyang, apabila disebut Shalat maka itu
hanya hiasan dari Shalat daim. Hanyalah tata krama”

Dari ajaran Sunan Bonang diatas, maka kita bisa


memahami bahwa Shalat lima waktu adalah Shalat hiasan
dari Shalat daim. Shalat lima waktu ganjarannya adalah
masuk surga dan terhindar neraka. Tentu yang
mendapat surga pun adalah mereka yang mampu
menegakan Shalat yaitu dengan Shalat tersebut, ia
mampu mencegah dirinya dari berbuat keji dan mungkar.

C. SHALAT DAIM SUNAN KALIJAGA

Shalat daim ini juga disebut dalam SULUK LING LUNG


karya Sunan Kalijaga:

28
SHALAT DAIM TAN KALAWAN, MET TOYA WULU
KADASI, SHALAT BATIN SEBENERE, MANGAN TURU
SAHWAT NGISING.

(Jadi Shalat daim itu tanpa menggunakan syariat wudhu


untuk menghilangkan hadats atau kotoran. Sebab kotoran
yang sebenarnya tidak hanya kotoran badan melainkan
kotoran batin. Shalat daim boleh dilakukan saat apapun,
misalnya makan, tidur, bersenggama maupun saat
membuang kotoran.)

D. SHALAT DAIM SYEIKH SITI JENAR

Syekh Siti Jenar mengajarkan dua macam bentuk Shalat,


yang disebut Shalat tarek dan Shalat daim. Shalat tarek
adalah Shalat thariqah, diatas sedikit dari syari’at. Shalat
tarek diperuntukkan bagi orang yang belum mampu
untuk sampai pada tingkatan Manunggaling Kawula Gusti,
sedang Shalat daim merupakan Shalat yang tiada putus
sebagai efek dari kemanunggalannya. Sehingga Shalat
daim merupakan hasil dari pengalaman batin atau
pengalaman spiritual. Ketika seseorang belum sanggup
melakukan hal itu, karena masih adanya hijab batin, maka
yang harus dilakukan adalah Shalat tarek. Shalat tarek
masih terbatas dengan adanya lima waktu Shalat, sedang
Shalat daim adalah Shalat yang tiada putus sepanjang
hayat, teraplikasi dalam keseluruhan tindakan keseharian
( penambahan , mungkin efeknya adalah berbentuk suci
hati, suci ucap, suci pikiran ); pemaduan hati, nalar, dan
tindakan ragawi.

Shalat daim tersebut menurut mereka merupakan bentuk


pengembaraan ahli kerohanian dalam mencari Tuhan.

29
Untuk menemui Tuhan Yang Maha Kuasa, Maha Suci, dan
Maha Sempurna, maka dalam pencarian itu seseorang
harus suci secara lahir dan batin. Karena itu ia harus
menghidupkan hati dan perasaannya untuk selalu ingat
dan berzikir kepada Tuhan. Hal ini bisa dicapai dengan
cara Shalat daim dalam arti tasawuf, yaitu “ ingat dan zikir
yang terus-menerus”. Dengan demikian Shalat daim ini
tidak dalam arti Shalat fardu lima waktu dan Shalat sunah,
melainkan lebih sesuai jika diartikan zikir secara sufi yang
terus-menerus.

Al-Qur’an menganjurkan banyak berzikir di luar Shalat.


Dalam hubungan ini Allah SWT berfirman:

“Apabila telah ditunaikan Shalat, maka bertebaranlah


kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah dan
ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”
(QS.62:10)
Ini berarti bila Shalat daim itu dilakukan seorang muslim
dalam arti zikir, tidak lantas ia bebas dari tugas
melaksanakan Shalat fardu lima waktu sebagai kewajiban
yang tak dapat ia tinggalkan. Setiap muslim wajib
melaksanakan Shalat lima waktu secara aktif, rajin, baik,
dan benar. Disamping itu ia perlu berzikir kepada Allah
SWT kapan dan di mana pun, baik melalui Shalat fardu
atau sunah dengan tata aturan yang baku, maupun di luar
Shalat dengan cara-cara yang tidak diatur secara teori.

30

Anda mungkin juga menyukai