Anda di halaman 1dari 19

Penjelasan Wejangan Serat Wirid Hidayat Jati

Wejangan ke-1 Ananing Dzat


Sajatine ora ana apa-apa awit duk maksih awang-uwung
durung ana sawiji-wiji, kang ana dhingin Ingsun, sajatine
kang maha suci anglimputi ing sipat Ingsun, anartaning
asman Ingsun, amratandhani ing apngalIngsun.

(Sesungguhnya tidak ada apa-apa karena pada waktu


masih dalam keadaan kosong, belum ada sesuatupun,
yang ada hanyalah Aku. Tidak ada tuhan selain Aku. Aku
adalah hakikat Zat yang Maha Suci yang meliputi sifat-Ku,
yang menyertai Nama-Ku, dan yang menandai
perbuatanKu.).

Penjelasan;
Yang menyatakan sebagai Dzat yang Maha Suci ialah
hidup kita pribadirupa kita pribadi diliputi warna Dzat
yang Elok, menyertai nama ialah nama kita pribadi yang
diakui sebagai Dzat yang Kuasa, sebagai tandanya tingkah
laku kita pribadi mencerminkan perbuatan Dzat yang
Sempurna. dengan bertambahnya rahsa Dzat yang Agung,
semua sifat ialah Dzat mempunyai sifat seperti gula dan
manisnya (tak dapat dipisahkan), sifat menyertai nama
seperti matahari dan sinarnya (tak dapat dibedakan),
nama menandai perbuatan seperti cermin dan
bayangannya (perbuatan selalu mengikuti), sedang
perbuatan menjadi wahana Dzat seperti samudera dan
ombaknya.

Wejangan ke-2 Wahananing Dzat (Tempat Zat)


Sajatine Ingsun dat kang amurba amisesa kang kawasa
anitahake sawiji-wiji, dadi sanalika, sampurna saka
kodrat Ingsun, ing kono wus kanyatan pratandhaning
apngal Ingsun kang minangka bebukaning iradat Ingsun,
kang dhingin Ingsun anitahake kayu aran sajaratulyakin
tumuwuh ing sajroning alam ngadam makdum ajali abadi.
Nuli cahya aran nur muhammad, nuli kaca aran
mirhatulkayai, nuli nyawa aran roh ilapi, nuli damar aran
kandil, nuli sesotya aran darah, nuli dhindhing jalal aran
kijab. Iku kang minangka warananing kalarat Ingsun.

Sesungguhnya AKU adalah Dzat yang Maha Kuasa, yang


berkuasa menciptakan segala sesuatu, jadi seketika,
sempurna karena kodratKU, di situ telah nyata tanda
perbuatanKU yang sebagai pembuka kehendakKU, yang
pertama AKU menciptakan Kayu bernama Sajaratul yakin
tumbuh di dalam alam adam makdum (hampa kosong)
yang azali dan kekal abadi. Kemudian Cahaya bernama
Nur Muhammad, berikutnya Kaca bernama Mir’atul
haya’i, selanjutnya Nyawa bernama Roh Idhofi, pelita
bernama ‘Kandil’, Permata (sesotya) bernama Dharrah,
lalu dinding pembatas bernama Hijab. yang menjadi sekat
penampakan-Ku.

Nasehat di atas menunjukkan pada kita bahwa AKU


(Allah) merupakan dzat yang Maha Kuasa yang kuasa
menciptakan segala sesuatu hanya dengan satu sabda saja
yaitu KUN, maka seketika jadi (FA YAKUN), semua
ciptaannya sempurna sebagai pertanda perbuatan (af’al)
KU (Allah).

2
– Pertama diciptakan adalah Pohon (kayu) bernama
Sajaratul Yakin, sajaratul kaun (pohon kejadian) yang
merupakan awal dan asal mula penciptaan tumbuh di
alam hampa sunyi senyap abadi (Ahadiyat) tumbuh dari
benih Kaf dan Nun.

– Kedua diciptakan Cahaya yang diberi nama Nur


Muhammad. Nur Muhammad ini merupakan bibit alam
semesta, tercipta dari hasil penyaringan benih Kun
sampai murni dan ditambah sinar HidayahNya lalu
ditenggelamkan dalam lautan ar-Rahmah. (Hadis) seperti
burung merak permata putih berada arah sajaratul yakin,
hakikat cahaya, tajali Zat berada dalam nukat gaib,
merupakan sifat Atma (Wahdat).

– Ketiga Allah menciptakan Kaca bernama Miratul hayai


(Cermin Kehidupan/Cermin Malu), hakikatnya pramana
yang diakui sebagai rahsanya Dzat, sebagai nama Atma
(Wahidiyat).

– Keempat diciptakan Nyawa yang diberi nama Roh


Idhofi, artinya nyawa yang jernih. Hadist ; ia berasal dari
Nur Muhammad ; hakikat sukma yang diakui keadaan
Dzat, merupakan perbuatan Atma (alam Arwah).

– Kelima diciptakan Lentera yang diberi nama Kandil,


artinya lampu tanpa api. Hadis; berupa permata, cahaya
berkilauan tanpa kaitan. Itulah keadaan Nur Muhammad
dan tempat berkumpul semua roh, hakikat angan angan
diakui sebagai bayangan Dzat, bingkai Atma (alam Misal).

3
– Keenam diciptakan Permata diberi nama Dharrah.
Hadis ; ia mempunyai sinar yang beraneka warna satu
tempat dengan malaikat, hakikat budi, sebagai perhiasan
Dzat, pintu atma (alam Ajsam).

– Ketujuh diciptakan dinding pembatas antara kehidupan


fisik dan non fisik, antara yang kasar dan halus, yang
disebut hijab, artinya tabir yang agung. Hadis; ia timbul
dari permata beraneka warna, pada waktu berherak
menimbulkan buih, asap dan air, sebagai hakikat jasad,
tempat Atma (insan kamil).
Buih hijab kisma : jasad luar ; kulit, daging, ari
hijab rukmi : jasad dalam : otak, manik, hati, jantung
hijab retna : jasad lembut : mani, darah, sumsum
hijab pepeteng (kegelapan), napas
hijab guntur, panca indera
hijab api, nafsu
hijab air embun hidup ; perwujudan sukma
hijab nur rasa ; perwujudan rahsa
hijab nur cahya ; perwujudan Atma Asap air

Wejangan ke-3 Kahananing Dzat (Keadaan Dzat)


Sajatine manungsa iku rahsanIngsun lan Ingsun iku
rahsaning manungsa, karana Ingsun anitahake adam asal
saka anasir patang prakara, bumi, geni, angin, banyu. Iku
kang dadi kawujudaning sipat Ingsun, ing kono Ingsun
panjingi mudah limang prakara, nur, rahsa, roh, napsu,
budi. Iya iku minangka warananing wajah Ingsun kang
maha suci.

Sesungguhnya manusia itu rahsaKU dan AKU itu rahsanya


manusia, karena AKU menciptakan Adam berasal dari

4
empat perkara; bumi, api, angin, air. Itu sebagai
perwujudan sifatKU, di sana AKU tempatkan lima perkara,
nur, rahsa, roh, nafsu, budi. Itulah sebagai perwujudan
wajahKU yang Maha Suci.

Nasehat ke-3 menerangkan bahwa manusia diciptakan


sebagai ‘rahsa’ (bukan rasa, sebab antara rasa dan rahsa
dalam keilmuan jawa berbeda) dari Allah, dan Allah itu
sebagai ‘rahsa’ dari manusia. Yang dimaksud adalah
bahwa Allah menciptakan manusia menurut
gambaranNya atau menurut citraNya, seperti pernah saya
kemukakan bahwa pada tubuh manusia tertulis huruf
ALLAH, yaitu : (terlihat saat mengangkat kedua tangan,
seperti dalam takbiratul ihram, membaca allahu akbar)

– alif sebagai garis dari ujung jari tangan kanan turun


hingga ke ujung jari kaki kanan,

– lam pertama dari ujung jari tangan kanan turun melalui


bahu kanan dan naik ke puncak kepala,

– lam kedua dari puncak kepala turun melalui bahu kiri


dan naik hingga ujung jari tangan kiri,

– ha sebagai garis dari ujung jari tangan kiri turun hingga


ujung jari kaki kiri.

Dan manusia diciptakan berasal dari empat unsur yang


merupakan gambaran sifatNya yaitu bumi, api, angin dan
air.

5
Bumi dalam tubuh kita terwujud pada hal-2 yang bersifat
kedagingan, dan dibagi menjadi dua hal yaitu yang
merupakan unsur dari bapak berupa tulang, otot, kulit
dan otak, dan unsur dari ibu berupa daging, darah,
sungsum dan jerohan.

Api dalam tubuh menjadikan empat nafsu yaitu aluamah,


amarah, supiyah dan mutmainah.

– Aluamah berwatak suka terhadap makanan, sifatnya


membangkitkan kekuatan badan.

– Amarah berwatak suka marah, emosi, sifatnya


membangkitkan kekuatan kehendak.

– Supiyah berwatak keinginan, keterpesonaan, keinginan


memiliki, bersifat membangkitkan kekuatan pikir berupa
akal.

– Mutmainah berwatak kesucian dan ketenangan, bersifat


membangkitkan kekuatan untuk berpantang (bhs jawa :
tarakbrata)

Angin dalam tubuh kita terwujud dalam empat hal yaitu


napas, tannapas, anapas dan nupus.

– Napas merupakan ikatan badan fisik, bertempat di hati


suwedhi, yaitu jembatan hati, berpintu di lisan

– Tannapas merupakan ikatan hati, bertempat di pusar,


berpintu di hidung

6
– Anapas merupakan ikatan roh, berpintu di telinga

– Nupus merupakan ikatan rahsa, bertempat di hati fuad


yang putih yaitu jembatan jantung, berpintu di mata.

Air dalam tubuh menjadikan empat elemen roh yaitu roh


hewani, roh nabati, roh rabbani dan roh nurrani.

– Roh hewani, menumbuhkan kekuatan badan

– Roh nabati menumbuhkan rambut, kuku, dan


menghidupkan budi

– Roh rabbani menumbuhkan rahsa (dzat hamba)

– Roh nurrani menumbuhkan cahaya.

Setelah empat unsur alam terbentuk dalam tubuh


manusia, kemudian Allah menempatkan pula lima hal
yaitu dzat hamba sebagai gambaran wajahNya yaitu nur,
rahsa, roh, nafsu dan budi.

– Nur, merupakan terangnya cahya, jika mewakili Dzat


Yang Maha Suci dapat menerangi lahir batin

– Rahsa, rasa jika mewakili Dzat Yang Maha Suci dapat


menumbuhkan daya ketenteraman di lahir batin

– Roh, penglihatan roh jika mewakili Dzat Yang Maha Suci


menjadikan penguasaan sempurna

7
– Nafsu, kekuatan nafsu jika mewakili Dzat Yang Maha
Suci menumbuhkan kekuatan kehendak yang sentosa

– Budi, penciptaan budi jika mewakili Dzat Yang Maha


Suci menumbuhkan daya cipta yang sentosa.

Oleh karena itulah beberapa orang mengatakan bahwa


manusia mempunyai sifat-sifat Tuhan dan juga
mempunyai kesucian wajah Tuhan.
Wejangan ke-4 Pambukaning tata malige ing dalem
betalmakmur

sajatine Ingsun anata malige ana sajroning betalmakmur,


iku omah enggoning parameyan Ingsun, jumeneng ana
sirahing Adam. Kang ana sajroning sirah iku dimak, yaiku
utek, kang ana antaraning utek iku manik, sajroning
manik iku budi, sajroning budi iku napsu, sajroning napsu
iku suksma, sajroning suksma iku rahsa, sajroning rahsa
iku Ingsun, ora ana Pangeran anging Ingsun, dat kang
nglimputi ing kahanan jati.

Sesungguhnya AKU bertahta dalam Baitul Makmur, itu


rumah tempat pestaKU, berdiri di dalam kepala Adam.
Yang pertama dalam kepala itu ‘dimak’ yaitu otak, yang
ada di antara otak itu ‘manik’ di dalam ‘manik’ itu budi, di
dalam budi itu nafsu, di dalam nafsu itu suksma, di dalam
suksma itu rahsa, di dalam rahsa itu AKU, Tidak ada
Tuhan selain AKU, Dzat yang meliputi keberadaan yang
sesungguhnya.
Nasehat ini menyatakan bahwa Allah bertahta atau
bersinggasana di dalam baitul makmur, yang berada di

8
dalam kepala manusia. Barangkali kalau memakai bahasa
orang-orang reiki yang dimaksud dengan baitul makmur
adalah cakra mahkota yang ada di puncak kepala. Di
dalam kepala manusia terdapat otak. Di antara otak itu
sendiri terdapat lapisan-2 sebagai berikut :

Yang pertama ‘manik’

Di dalam manik terdapat budi

Dalam budi terdapat nafsu

Dalam nafsu terdapat suksma

Dalam suksma terdapat rahsa

Dalam rahsa terdapat AKU

Dan sesungguhnya tidak ada Tuhan selain hanya AKU,

Dzat yang meliputi segalanya.

Kepala : Bentuk lahiriah Baitul Makmur.

Otak : Keadaan kontha, narik kejelasan cahaya,


merupakan pembuka Dzat.

Manik : Keadaan pramana, menjelaskan warna, menjadi


pangkal penglihatan.

Budi : Keadaan pranawa, memperjelas kehendak, menjadi


pangkal pembicaraan.

9
Nafsu : Keadaan hawa, memperjelas nyawa, menjadi
pangkal pendengaran.

Suksma : Keadaan nyawa, memperjelas cipta, menjadi


pangkal penciuman.

Rahsa : Keadaan atma, memperjelas kuasa, menjadi


pangkal perasaan.

Wejangan ke-5 Pambuka tata malige ing dalem


betalmukarram
sajatine Ingsun anata malige sajroning betalmukarram,
iku omah enggoning lalarangan Ingsun, jumeneng ana ing
dhadha ning adam. Kang ana sajroning dhadha iku ati,
kang ana antaraning ati iku jantung, sajroning jantung iku
budi, sajroning budi iku jinem , yaiku angen-angen,
sajroning angen-angen iku suksma, sajroning suksma iku
rahsa, sajroning rahsa iku Ingsun. Ora ana pangeran
anging Ingsun dat kang anglimputi ing kaanan jati

Nasehat ke-5 Pembuka tahta dalam baitul mukarram


Sesungguhnya AKU bertahta dalam Baitul Muharram, itu
rumah tempat laranganKU, berdiri di dalam dada adam.
Yang ada di dalam dada itu hati, yang ada di antara hati
itu jantung, dalam jantung itu budi, dalam budi itu jinem,
yaitu angan angan, dalam angan angan itu suksma, dalam
suksma itu rahsa, dalam rahsa itu AKU. Tidak ada Tuhan
kecuali hanya AKU dzat yang meliputi keberadaan yang
sesungguhnya.
Dalam nasehat ini Allah menyatakan bahwa diriNya
bertahta di baitul muharram yang menjadi tempat

10
larangan, berada di dalam dada manusia. Mungkin yang
dimaksud adalah cakra jantung. Disebutkan bahwa di
dalam dada manusia itu terdapat susunan sebagai berikut
:
Pertama hati (kalbu)

Di antara hati terdapat jantung,

Di dalam jantung ada budi

Di dalam budi ada angan-2

Di dalam angan-2 ada suksma

Di dalam suksma ada rahsa

Di dalam rahsa ada AKU

Kembali di wejangan ke-5 ini ditegaskan bahwa tidak ada


Tuhan selain AKU (Allah), dzat yang meliputi keberadaan
sesungguhnya (kahanan jati). Mengapa itu perlu
ditegaskan, karena untuk menghindari salah pengertian
bagi mereka yang telah mendapatkan wejangan ini,
jangan sampai karena merasa bahwa AKU (Allah)
bertahta di kepala dan di dalam manusia, lalu manusia
tersebut mengaku dirinya sebagai Tuhan, maka manusia
tersebut telah jauh tersesat.

Dada : Bentuk lahiriah Baitul Muharram.

Hati : Keadaan panca indera, memperjelas nafsu, menjadi


pangkal timbulnya nafas.

11
Jantung : Keadaan panca maya, memperjelas birahi,
menjadi pangkal timbulnya denyutan.

Budi : Keadaan pranawa, memperjelas kehendak, menjadi


pangkal timbulnya pembicara.

jinem : Keadaan angan angan, memperjelas suara,


menjadi pangkal timbulnya pendengaran.

Suksma : Keadaan nyawa, memperjelas cipta, menjadi


pangkal timbulnya penciuman.

Rahsa : Keadaan atma, memperjelas kuasa, menjadi


pangkal timbulnya perasaan.

Wejangan ke-6 Pambuka tata malige ing dalem


betalmukadas
sajatine Ingsun anata malige ana sajroning betalmukadas,
iku omah enggoning pasucen Ingsun, jumeneng ana ing
kontholing adam. Kang ana sajroning konthol iku
prinsilan, kang ana ing antaraning pringsilan ikku nutpah,
yaiku mani, sajroning mani iku madi, sajroning madi iku
wadi, sajroning wadi iku manikem, sajroning manikem
iku rahsa, sajroning rahsa iku Ingsun. Ora ana pangeran
anging Ingsun dat kang anglimputi ing kaanan jati,
jumeneng sajroning nukat gaib, tumurun dadi johar awal,
ing kono wahananing alam akadiyat, wahdat, wakidiyat,
alam arwah, alam misal, alam ajsam, alam insan kamil,
dadining manungsa sampurna yaiku sajatining
sipatIngsun.

12
Sesungguhnya AKU bertahta di dalam Baitul Muqadas, itu
rumah tempat kesucianKU, berdiri di penis/alat kelamin
adam. Yang ada di dalam penis itu buah pelir (pringsilan),
di antara pelir itu nutfah yaitu mani, di dalam mani itu
madi, di dalam madi itu wadi, di dalam wadi itu manikem,
di dalam manikem itu rahsa, di dalam rahsa itu AKU.
Tidak ada Tuhan selain AKU, Dzat yang meliputi
keberadaan sesungguhnya, berdiri di dalam nukat gaib,
turun menjadi johar awal, di situ keberadaan alam
ahadiyat, wahdat, wahidiyat, alam arwah, alam misal,
alam ajsam, alam insan kamil, jadinya manusia sempurna
yaitu sejatinya sifatKU. Nasehat ini menyatakan bahwa
ALLAH bertahta di baitul muqadas atau baitul maqdis
yang merupakan tempat suciNYA yang berada di alat
kelamin manusia yang tersusun atas hal hal sebagai
berikut :

Pertama pelir, yang berisi nutfah atau mani

Madi yang merupakan sari dari mani

Wadi sebagai sari dari madi

Manikem sebagai sari dari wadi

Di dalam manikem ada rahsa

Di dalam rahsa ada AKU.

Dan sesungguhnya tidak ada Tuhan selain hanya AKU,


Dzat yang meliputi segalanya.

13
Kontol : Bentuk lahiriah Baitul Mukaddas.

Buah pelir : Keadaan purba, diresapi rasa birahi,


menimbulkan asmaranala, yaitu tertariknya hati.

Mani : Keadaan konta, diresapi hawa nafsu, menimbulkan


asmaratura, yaitu tertariknya penglihatan.

Madi : Keadaan warna, diresapi kehendak, menimbulkan


asmaraturida, yaitu tertariknya pendengaran.

Wadi : Keadaan rupa, diresapi daya pikir, menimbulkan


asmaradana, yaitu tertariknya oleh kesamaan
pembicaraan.

Manikem : Keadaan suksma, diresapi perasaan,


menimbulkan asmaratantra, yaitu tertarik lantaran
bersentuhan.

Rahsa : Keadaan atma, diresapi kuasa, menimbulkan


asmaragama, yaitu kesenangan bersenggama.

Di sini disebutkan pula bahwa manusia sempurna adalah


sebagai perwujudan sifatNYA dan terbentuk melalui tujuh
tahapan alam yang dilaluinya, biasa dikenal dengan
martabat tujuh;

Pertama alam ahadiyah

Kedua wahdat

Ketiga wahidiyah

14
Keempat arwah

Kelima missal

Keenam ajsam

Ketujuh insan kamil (manusia sempurna).

Wejangan ke-7 Panetep santosaning iman


Ingsun anekseni satuhune ora ana Pangeran anging
Ingsun lan anekseni Ingsun satuhune muhammad iku
utusan Ingsun

AKU menyaksikan bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan


kecuali AKU dan AKU menyaksikan sesungguhnya
muhammad itu adalah utusanKU.

Ini adalah wirid rahasia, yang hanya boleh diamalkan


oleh orang yang sudah mengetahui hakikat diriNya, yang
telah mengerti sangkan paraning dumadi (asal muasal
kejadian ). Wirid ini dibaca dalam rasa terdalam, dalam
sirr yang hanya dapat di dengar oleh dirinya dan
Tuhannya dalam keadaan hening dengan menempatkan
diri dalam martabat Ahadiyat, merasa dirinya lenyap tak
berwujud yang ada hanya wujud Dzat Allah yang tak
teridentifikasikan oleh panca indera.
Dalam khasanah makrifat :

“ Aku menyaksikan (dengan mata hatiku) bahwa tidak


ada apa apa (hampa) selain hanya (wujud) Allah saja. Dan
Aku menyaksikan (dengan mata kepalaku) bahwa

15
sesungguhnya alam semesta ini (yang diciptakan dari Nur
Muhammad) hakikatnya adalah utusan (yang bertugas
memperlihatkan sifat, nama, af’al) Allah.

Wejangan ke-8 Sasahidan


Ingsun anekseni ing DatIngsun dhewe, satuhune ora ana
Pangeran anging Ingsun, lan anekseni Ingsun satuhune
muhammad iku utusanIngsun. Iya sejatine kan aran Allah
iku badanIngsun, rasul iku rahsaNingsun, muhammad iku
cahayaNingsun. Iya Ingsun kang urip tan kena ing pati, iya
Ingsun kang eling tan kena ing lali, iya Ingsun kang
langgeng ora kena owah gingsir ing kaanan jati, iya Ingsun
kang waskitha, ora kasamaran ing sawiji-wiji. Iya Ingsun
kang amurba amisesa, kang kawasa wicaksana ora
kekurangan ing pakerthi, byar sampurna padhang
terawangan, ora karasa apa-apa, ora ana katon apa-apa,
amung Ingsun kang anglimputi ing alam kabeh kalawan
kodratIngsun

AKU menyaksikan pada DzatKU sendiri, sesungguhnya


tidak ada Tuhan kecuali AKU, dan menyaksikan AKU
sesungguhnya muhammad itu utusanKU. Sesungguhnya
yang bernama Allah itu badanKU, rasul itu rahsaKU,
muhammad itu cahayaKU. AKUlah yang hidup tidak bisa
mati, AKUlah yang ingat tidak bisa lupa, AKUlah yang
kekal tidak bisa berubah dalam keberadaan yang
sesungguhnya, AKUlah waskita, tidak ada tersamar pada
sesuatu pun. AKUlah yang berkuasa berkehendak, yang
kuasa bijaksana tidak kurang dalam tindakan, terang
sempurna jelas terlihat, tidak terasa apa pun, tidak
kelihatan apa pun, kecuali hanya AKU yang meliputi alam
semua dengan kuasa (kodrat)KU.

16
Nasehat ini merupakan penutup yang berupa sahadat
atau penyaksian. Nasehat pertama sampai dengan
kedelapan merupakan satu rangkaian yang tidak boleh
diputus, sebab jika terputus maka pemahamannya akan
berkurang.
Mengawinkan badan dan nyawa; Allah yang
mengawinkan, Rasul sebagai walinya, Muhammad
penghulunya, dan saksi empat orang malaikat. Yakni Aku
yang mengawini badanKu sendiri, sepertemuan dengan
suksmaKu, dengan rahsaKu, sebagai wali, disyatikan oleh
cahayaKu, disaksikan malaikat empat; Jibril ialah
pengucapKu, Mikail penciumanKu. Israfil penglihatanKu,
dan Izrail pendengaranKu, serta mas kawinnya sempurna
karena kodratKu.

Tata cara menggunakan daya kekuasaan Dzat :

– Mengumpulkan Manusia dengan Tuhan


“Aku Dzat Tuhan yang bersifat Esa, meliputi hamba-Ku,
manunggal jadi satu keadaan, menjadi sempurna lantaran
kodrat-Ku”.

– Menyucikan Dzat
“Aku Dzat yang Maha Suci yang bersifat Kekal, yang Maha
Menguasai, yang Kuasa dan yang Sempurna, menjadi suci
kembali Dzat-Ku lantaran kodrat-Ku”.

– Mengatur Singgasana Dzat


“Aku Dzat yang Maha Luhur, yang menjadi Raja Agung,
yang Maha Menguasai, yang Kuasa menciptakan istana-
Ku, lengkap pula bala tentara-Ku, tak ada yang

17
kekurangan, kelihatan terbentang apa yang Kuciptakan,
ada segala yang Kuingini, datang dari segala yang
Kukehendaki, lantaran kodrat-Ku”

– Meracut
“BadanKu yang tertinggal di alam dunia, bila telah berada
pada zaman keramat yang Maha Mulia, bulu, kulit, daging,
darah, tulang dan sungsum, berasal dari cahaya kembali
menjadi cahaya, sempurna kembali padaKu, karena
kodratKu”.

– Menarik
“Anak-Ku seterusnya ke atas dan ke bawah, semua yang
pulang kembali ke zaman keramat alam masing masing
harap suci, mulia, sempurna seperti Aku, karena
kodratKu”.

– Terbentangnya Alam Semesta


“Aku jadikan alam dunia beserta isinya, dan setelah
sampai batas waktunya, Aku gulung kembali. Mulia
sempurna menjadi satu dengan-Ku kembali, lantaran
kodrat-Ku”.

– Kesejahteraan Keturunan
“KeturunanKu yang masih tinggal di alam dunia, semoga
semua mendapatkan kesukaan, kaya dan terhormat.
Jangan sampai ada yang kekurangan, semoga selamat
sejahtera ke atas dan ke bawah, karena kodrat-Ku”.

– Mengamalkan Daya Pengasihan


“Semua makhluk-ku, sama melihat dan mendengar.
Semoga belas kasih kepada-Ku, karena kodrat-Ku”.

18
– Menerapkan daya Kesaktian
“Semua makhluk-Ku yang tidak mengindahkan Aku,
semoga mendapat daya kesaktian-Ku, karena kodrat-Ku”.
Semuanya yang di atas itu dapat disingkat :
“Segala macam cahaya semua yang terliputi oleh Dzat-Ku.
Akulah Dzat Gusti yang bersifat Esa. Akulah Dzat Yang
Maha Suci bersifat Kekal. Akulah Dzat yang Maha Luhur
menjadi Raja Agung, Maha Kuasa. Kuasa membinasakan
badan-Ku, menarik anak keturunan-Ku, menggulung
dunia-Ku, menyebarkan keturunan-Ku, menerapkan rasa
kasih kepada hamba-Ku, menganggap anak kepada
makhluk-Ku, semuanya sempurna lantaran kodrat-Ku”.

19

Anda mungkin juga menyukai