Anda di halaman 1dari 29

Wirid Hidayat Jati

Dari Wikisource bahasa Indonesia, perpustakaan bebas


Langsung ke: navigasi, cari

Wejangan ke-1 Ananing Dhat


Nasehat ke-1 Adanya Dzat

"Sajatine ora ana apa-apa awit duk maksih awang-uwung durung ana sawiji-wiji, kang ana
dhingin Ingsun, ora ono Pangeran, anging Ingsun Sajatine Dhat Kang Maha suci anglimputi ing
sipat Ingsun, anartani ing asman Ingsun, amratandhani ing afal Ingsun."
"Sesungguhnya tidak ada apa pun ketika masih sunyi hampa belum ada
sesuatu, yang paling awal adanya adalah AKU, sesungguhnya yang Maha
Suci meliputi sifatKU, menyertai namaKU, menandakan perbuatanKU."

Nasehat di atas menunjukkan kepada kita bahwa pada mulanya alam semesta ini tidak ada,
semuanya masih sunyi hampa (awang-uwung), yang paling dahulu ada adalah AKU (Allah). Jadi
tidak ada sesuatu pun yang mendahului adanya AKU (Allah), dalam ajaran agama Islam biasa
disebut bahwa Allah bersifat Qidam (Dahulu tidak ada yang mendahului), dan AKU (Allah)
adalah sumber dari segala sesuatu.

Wejangan ke-2 Wahananing Dhat


Nasehat ke-2 Tempat Dzat

"Sajatine Ingsun dhat kang amurba amisesa kang kawasa anitahake sawiji-wiji dadi pada
sanalika sampurna saka kodrat Ingsun, ing kono wus kanyatan pratandhaning afal Ingsun kang
minangka bebukaning iradat Ingsun, kang dhingin Ingsun anitahake kayu aran sajaratulyakin
tumuwuh ing sajroning alam adammakdum ajali abadi, Nuli cahya aran nur muhammad, nuli
kaca aran mirhatulkayai, nuli nyawa aran roh idlafi, nuli damar aran kandil, nuli sesotya aran
darah, nuli dhindhing jalal aran kijab. Iku kang minangka warananing kalarat Ingsun."
"Sesungguhnya AKU (Allah) adalah dzat yang maha kuasa yang kuasa
menciptakan segala sesuatu, jadi seketika, sempurna berasal dari kuasaKU
(Allah), di situ telah nyata tanda perbuatanKU yang sebagai pembuka
kehendakKU, yang pertama AKU menciptakan Kayu bernama Sajaratulyakin
tumbuh di dalam alam yang sejak jaman azali (dahulu) dan kekal adanya.

Kemudian Cahya bernama Nur Muhammad, berikutnya Kaca bernama


Miratulhayai, selanjutnya Nyawa bernama Roh Idhofi, lalu Lentera (damar)
bernama Kandil, lalu Permata (sesotya) bernama Darah, lalu dinding
pembatas bernama Hijab. Itu sebagai tempat kekuasaanKU (Allah)."

Nasehat di atas menunjukkan pada kita bahwa AKU (Allah) merupakan dzat yang maha kuasa
yang kuasa menciptakan segala sesuatu hanya dengan satu sabda saja yaitu KUN, maka seketika
jadi (FA YAKUN), semua ciptaannya sempurna sebagai pertanda perbuatan (afal)KU (Allah).
Pertama diciptakan adalah Pohon (kayu) bernama SajaratulYakin, mungkin yang dimaksudkan
adalah sajaratulkaun (pohon kejadian) yang merupakan awal dan asal mula penciptaan.
Kedua diciptakan Cahaya yang diberi nama Nur Muhammad. Menurut beberapa ahli, nur
muhammad ini merupakan bibit alam semesta. Nur Muhammad dimaksudkan adalah bukan
sebagai cahaya dari muhammad, nabinya orang Islam, melainkan secara bahasa berarti cahaya
yang terpuji, sehingga dikatakan semua ciptaan pasti berasal dari nur muhammad ini,
mengandung nur muhammad. Hal itu pula yang mengisyaratkan adanya pemahaman bahwa
dalam tingkatan tertentu kebenaran hanyalah satu, adanya ajaran-2 yang berbeda setelah
mencapai tahap tertentu ternyata sama belaka, karena bersumber dari dari Cahaya yang terpuji,
cahaya kebenaran, yaitu Nur Muhammad.
Ketiga Allah menciptakan Kaca bernama Miratulhayai (Cermin Kehidupan atau Cermin Malu),
dimana ada sebagian ahli yang mengatakan bahwa setelah diciptakannya Cermin ini, Nur
Muhammad akhirnya dapat melihat wujudnya, yang mengakibatkan dirinya bergetar hebat dan
berkeringat, dari tetesan keringat inilah makhluk hidup berasal.
Keempat diciptakan Nyawa yang diberi nama Roh Idhofi.
Kelima diciptakan Lentera yang diberi nama Kandil.
Keenam diciptakan Permata diberi nama Darah
Ketujuh diciptakan dinding pembatas antara kehidupan fisik dan non fisik, antara yang kasar dan
halus, yang disebut hijab. Hijab ini sendiri dalam keilmuan banyak jenisnya.

Wejangan ke-3 Kahananing Dat


Nasehat ke-3 Keadaan Dzat

"Sajatine manungsa iku rahsan Ingsun lan Ingsun iku rahsaning manungsa, karana Ingsun
anitahake adam asal saka anasir patang prakara, bumi, geni, angin, banyu. Iku kang dadi

kawujudaning sipat Ingsun, ing kono Ingsun panjingi mudah limang prakara, nur, rahsa, roh,
napsu, budi. Iya iku minangka warananing wajah Ingsun kang maha suci."
"Sesungguhnya manusia itu rahsaKU dan AKU itu rahsanya manusia, karena
AKU menciptakan Adam berasal dari empat perkara, bumi, api, angin, air. Itu
sebagai perwujudan sifatKU, di sana AKU tempatkan lima perkara, nur, rahsa,
roh, nafsu, budi. Itulah sebagai perwujudan wajahKU yang maha suci."

Nasehat ke-3 menerangkan bahwa manusia diciptakan sebagai rahsa (bukan rasa, sebab antara
rasa dan rahsa dalam keilmuan jawa berbeda) dari Allah, dan Allah itu sebagai rahsa dari
manusia. Yang dimaksud adalah bahwa Allah menciptakan manusia menurut gambaranNya atau
menurut citraNya, seperti pernah saya kemukakan bahwa pada tubuh manusia tertulis huruf
ALLAH, yaitu : (terlihat saat mengangkat kedua tangan, seperti dalam takbiratul ihram,
membaca allahu akbar)
alif sebagai garis dari ujung jari tangan kanan turun hingga ke ujung jari kaki kanan,
lam pertama dari ujung jari tangan kanan turun melalui bahu kanan dan naik ke puncak kepala,
lam kedua dari puncak kepala turun melalui bahu kiri dan naik hingga ujung jari tangan kiri,
ha sebagai garis dari ujung jari tangan kiri turun hingga ujung jari kaki kiri.
Dan manusia diciptakan berasal dari empat unsur yang merupakan gambaran sifatNya yaitu
bumi, api, angin dan air.
Bumi dalam tubuh kita terwujud pada hal-2 yang bersifat kedagingan, dan dibagi menjadi dua
hal yaitu yang merupakan unsur dari bapak berupa tulang, otot, kulit dan otak, dan unsur dari ibu
berupa daging, darah, sungsum dan jerohan.
Api dalam tubuh menjadikan empat nafsu yaitu aluamah, amarah, supiyah dan mutmainah.
Aluamah berwatak suka terhadap makanan, sifatnya membangkitkan kekuatan badan
Amarah berwatak suka marah, emosi, sifatnya membangkitkan kekuatan kehendak (bhs jawa :
karep)
Supiyah berwatak keinginan, keterpesonaan, keinginan memiliki, bersifat membangkitkan
kekuatan pikir berupa akal
Mutmainah berwatak kesucian dan ketenangan, bersifat membangkitkan kekuatan untuk
berpantang (bhs jawa : tarakbrata)

Angin dalam tubuh kita terwujud dalam empat hal yaitu napas, tannapas, anapas dan nupus.
Napas merupakan ikatan badan fisik, bertempat di hati suwedhi, yaitu jembatan hati, berpintu di
lisan
Tannapas merupakan ikatan hati, bertempat di pusar, berpintu di hidung
Anapas merupakan ikatan roh, berpintu di telinga
Nupus merupakan ikatan rahsa, bertempat di hati puat yang putih yaitu jembatan jantung,
berpintu di mata.
Air dalam tubuh menjadikan empat elemen roh yaitu roh hewani, roh nabati, roh rabbani dan roh
nurrani.
Roh hewani, menumbuhkan kekuatan badan
Roh nabati menumbuhkan rambut, kuku, dan menghidupkan budi
Roh rabbani menumbuhkan rahsa (dzat hamba)
Roh nurrani menumbuhkan cahaya.
Setelah empat unsur alam terbentuk dalam tubuh manusia, kemudian Allah menempatkan pula
lima hal yaitu dzat hamba (jawa : mudah) sebagai gambaran wajahNya yaitu nur, rahsa, roh,
nafsu dan budi.
Nur, merupakan terangnya cahya, jika mewakili Dzat Yang Maha Suci dapat menerangi lahir
batin
Rahsa, rasa jika mewakili Dzat Yang Maha Suci dapat menumbuhkan daya ketenteraman di lahir
batin
Roh, penglihatan roh jika mewakili Dzat Yang Maha Suci menjadikan penguasaan sempurna
Nafsu, kekuatan nafsu jika mewakili Dzat Yang Maha Suci menumbuhkan kekuatan kehendak
yang sentosa
Budi, penciptaan budi jika mewakili Dzat Yang Maha Suci menumbuhkan daya cipta yang
sentosa.

Oleh karena itulah beberapa orang mengatakan bahwa manusia mempunyai sifat-2 Tuhan dan
juga mempunyai kesucian wajah Tuhan.

Wejangan ke-4 Pambukaning tata malige ing dalem betalmakmur


Nasehat ke-4 Pembukaan tahta dalam baitulmakmur

"Sajatine Ingsun anata malige ana sajroning betalmakmur, iku omah enggoning paramejang
Ingsun, jumeneng ana sirahing Adam. Kang ana sajroning sirah iku dimak, yaiku utek, kang ana
antaraning utek iku manik, sajroning manik iku budi, sajroning budi iku napsu, sajroning napsu
iku suksma, sajroning suksma iku rahsa, sajroning rahsa iku Ingsun, ora ana Pangeran,
ananging Ingsun, dhat kang nglimputi ing kahanan jati."
"Sesungguhnya AKU bertahta dalam baitulmakmur, itu rumah tempat
pestaKU, berdiri di dalam kepala Adam. Yang pertama dalam kepala itu
dimak yaitu otak, yang ada di antara otak itu manik di dalam manik itu
budi, di dalam budi itu nafsu, di dalam nafsu itu suksma, di dalam suksma itu
rahsa, di dalam rahsa itu AKU, tidak ada Tuhan selain hanya AKU, dzat yang
meliputi keberadaan yang sesungguhnya."

Nasehat ini menyatakan bahwa Allah bertahta atau bersinggasana di dalam baitul makmur, yang
berada di dalam kepala manusia. Barangkali kalau memakai bahasa orang-2 reiki yang dimaksud
dengan baitul makmur adalah cakra mahkota yang ada di puncak kepala. Di dalam kepala
manusia terdapat otak. Di antara otak itu sendiri terdapat lapisan-2 sebagai berikut :
Yang pertama manik
Di dalam manik terdapat budi
Dalam budi terdapat nafsu
Dalam nafsu terdapat suksma
Dalam suksma terdapat rahsa
Dalam rahsa terdapat AKU (Allah)
Dan sesungguhnya tidak ada Tuhan selain hanya AKU (Allah), dzat yang meliputi segalanya.

Wejangan ke-5 Pambuka tata malige ing dalem betalmukarram

Nasehat ke-5 Pembuka tahta dalam baitul mukarram

"Sajatine Ingsun anata malige ana sajroning baitalmukarram, iku omah enggoning lelaraning
Ingsun, jumeneng ana ing dhadhaningg adam. Kang ana sajroning dhadha iku ati, kang ana
antaraning ati iku jantung, sajroning jantung iku budi, sajroning budi iku jinem , yaiku angenangen, sajroning angen-angen iku suksma, sajroning suksma iku rasa, sajroning rasa iku Ingsun.
Ora ana pangeran anaging Ingsun dhat kang anglimputi ing kahanan jati."
"Sesungguhnya AKU bertahta dalam baitulmukarram, itu rumah tempat
laranganKU, berdiri di dalam dada adam. Yang ada di dalam dada itu hati,
yang ada di antara hati itu jantung, dalam jantung itu budi, dalam budi itu
jinem, yaitu angan-2, dalam angan-2 itu suksma, dalam suksma itu rahsa,
dalam rahsa itu AKU. Tidak ada Tuhan kecuali hanya AKU dzat yang meliputi
keberadaan yang sesungguhnya."

Dalam nasehat ini Allah menyatakan bahwa diriNya bertahta di baitul muharram yang menjadi
tempat larangan, berada di dalam dada manusia. Mungkin yang dimaksud adalah cakra jantung.
Disebutkan bahwa di dalam dada manusia itu terdapat susunan sebagai berikut :
Pertama hati (kalbu)
Di antara hati terdapat jantung,
Di dalam jantung ada budi
Di dalam budi ada angan-2
Di dalam angan-2 ada suksma
Di dalam suksma ada rahsa
Di dalam rahsa ada AKU
Di atas dikatakan bahwa jantung terdapat di antara hati. Yang dimaksud dengan hati ini bukanlah
lever atau hati secara fisik, melainkan hati secara maknawi, karena pada diri manusia ada
terdapat lebih dari satu hati, yang menurut keilmuan ada yang namanya hati puat, hati suwedhi,
dll.
Kembali di wejangan ke-5 ini ditegaskan bahwa tidak ada Tuhan selain AKU (Allah), dzat yang
meliputi keberadaan sesungguhnya (kahanan jati). Mengapa itu perlu ditegaskan, karena untuk
menghindari salah pengertian bagi mereka yang telah mendapatkan wejangan ini, jangan sampai
karena merasa bahwa AKU (Allah) bertahta di kepala dan di dala manusia, lalu manusia tersebut

mengaku dirinya sebagai Tuhan, atau menjadi bagian dari Tuhan. Jika itu yang terjadi, maka
manusia tsb telah jauh tersesat.

Wejangan ke-6 Pambuka tata malige ing dalem betalmukadas


Nasehat ke-6 Pembuka tahta dalam baitulmuqaddas

"Sajatine Ingsun anata malige ana sajroning betalmukadas, iku omah enggoning pasucen
Ingsun, jumeneng ana ing kontholing adam. Kang ana sajroning konthol iku prinsilan, kang ana
ing antaraning pringsilan iku nutfah, yaiku mani, sajroning mani iku madi, sajroning madi iku
wadi, sajroning wadi iku manikem, sajroning manikem iku rasa, sajroning rasa iku Ingsun. Ora
ana pangeran anging Ingsun dhat kang anglimputi ing kahanan jati, jumeneng sajroning nukat
gaib, tumurun dadi johar awal, ing kono wahananing alam akadiyat, alam wahdat, alam
wakidiyat, alam arwah, alam misal, alam ajsam, alam insan kamil, dadining manungsa kang
sampurna, yaiku sajatining sipat Ingsun."
"Sesungguhnya AKU bertahta di dalam baitul muqaddas, itu rumah tempat
kesucianKU, berdiri di penis/alat kelamin (konthol) adam. Yang ada di dalam
penis itu buah pelir (pringsilan), di antara pelir itu nutfah yaitu mani, di dalam
mani itu madi, di dalam madi itu wadi, di dalam wadi itu manikem, di dalam
manikem itu rahsa, di dalam rahsa itu AKU. Tidak ada Tuhan kecuali AKU dzat
yang meliputi keberadaan sesungguhnya, berdiri di dalam nukat gaib, turun
menjadi johar awal, di situ keberadaan alam ahadiyat, wahdat, wahidiyat,
alam arwah, alam misal, alam ajsam, alam insan kamil, jadinya manusia
sempurna yaitu sejatinya sifatKU."

Nasehat ini menyatakan bahwa ALLAH bertahta di baitul muqaddas atau baitul maqdis yang
merupakan tempat suciNYA yang berada di alat kelamin manusia yang tersusun atas hal-2
sebagai berikut :
Pertama pelir, yang berisi nutfah atau mani
Madi yang merupakan sari dari mani
Wadi sebagai sari dari madi
Manikem sebagai sari dari wadi
Di dalam manikem ada rahsa
Di dalam rahsa ada AKU.

Di sini disebutkan pula bahwa manusia sempurna adalah sebagai perwujudan sifatNYA dan
terbentuk melalui tujuh tahapan alam yang dilaluinya, biasa dikenal dengan istilah martabat pitu
atau martabat tujuh yaitu
Pertama alam ahadiyah
Kedua wahdat
Ketiga wahidiyah
Keempat arwah
Kelima misal
Keenam ajsam
Ketujuh insan kamil (manusia sempurna).

Wejangan ke-7 Panetep santosaning iman


Nasehat ke-7 Penetapan iman sentosa

"Ingsun anekseni satuhune ora ana Pangeran ananging Ingsun lan anekseni Ingsun satuhune
muhammad iku utusan Ingsun."
"AKU menyaksikan bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan kecuali hanya AKU
dan AKU menyaksikan sesungguhnya Muhammad itu adalah utusanKU."

Dalam nasehat ini Allah menyatakan kesaksianNya yang ditujukan kepada makhluk ciptaanNya,
bahwa tidak ada tuhan lain kecuali hanya Dia semata, dan Muhammad adalah benar-benar rasul
atau utusanNya.

Wejangan ke-8 Sasahidan


Nasehat ke-8 Sahadat/kesaksian

"Ingsun anekseni ing Dhat Ingsun dhewe, satuhune ora ana Pangeran anging Ingsun, lan
anekseni Ingsun satuhune muhammad iku utusan Ingsun. Iya sejatine kan aran Allah iku badan
Ingsun, rasul iku rasane Ingsun, muhammad iku cahayaning Ingsun. Iya Ingsun kang urip tan
kena ing pati, iya Ingsun kang eling tan kena ing lali, iya Ingsun kang langgeng ora kena owah
gingsir ing kahanan jati, iya Ingsun kang waskitha, ora kasamaran ing sawiji-wiji. Iya Ingsun

kang amurba amisesa, kang kawasa wicaksana ora kekurangan ing pakerthi, byar sampurna
padhang terawangan, ora kerasa apa-apa, ora ana katon apa-apa, amung Ingsun kang
anglimputi ing alam kabeh kalawan kodrat Ingsun."
"AKU menyaksikan pada DzatKU sendiri, sesungguhnya tidak ada Tuhan
kecuali AKU, dan menyaksikan AKU sesungguhnya muhammad itu utusanKU.
Sesungguhnya yang bernama Allah itu badanKU, rasul itu rahsaKU,
muhammad itu cahayaKU. AKUlah yang hidup tidak bisa mati, AKUlah yang
ingat tidak bisa lupa, AKUlah yang kekal tidak bisa berubah dalam
keberadaan yang sesungguhnya, AKUlah waskita, tidak ada tersamar pada
sesuatu pun. AKUlah yang berkuasa berkehendak, yang kuasa bijaksana tidak
kurang dalam tindakan, terang sempurna jelas terlihat, tidak terasa apa pun,
tidak kelihatan apa pun, kecuali hanya AKU yang meliputi alam semua
dengan kuasa (kodrat)KU."

Nasehat ini merupakan penutup yang berupa sahadat atau penyaksian. Nasehat pertama sampai
dengan kedelapan merupakan satu rangkaian yang tidak boleh diputus, sebab jika terputus maka
pemahamannya akan berkurang.

Wirid Hidayat Jati untuk Kaum Hawa


"Ing ngandhap punika wonten wirayating guru. Manawi amedharaken rahsaning betal
mukadas, ing ngatasipun amejang dhateng tiyang estri wenang kiniyasaken makaten."
"Wirid Hidayat jati pertama tama memang diajarkan pada kaum Adam, lalu
selanjutnya ada murid perempuan yang menginginkan wirid ajaran tersebut,
maka menurut petunjuk dirubahlah wirid tersebut khusus untuk kaum hawa."

"Ing nalika ingkang maha suci karsa anata malige wonten salebeting betal mukadas, jumeneng
ing baganipun siti khawa. punika ingkang wonten salebeting baga, purana."
"Ketika Hyang Maha Suci berkehendak menata di dalam betalmukhadas,
maka Dia Jumeneng (berdiri) dalam badan wanita (siti khawa),yaitu di dalam
kandungan."

"Ingkang wonten ing ngantawisipun purana, reta: inggih punika mani, salebeting mani, madi,
salebeting madi, wadi. Salebeting wadi manikem. Salebeting manikem, rahsa. Salebeting rahsa
punika dating Atma, ingkang anglimputi ing kahanan jati."
"Kemudian diantara purana (kandungan?)terdapatlah indung telur (reta),
yaitu mani, dalam mani ada madi, dalam madi ada wadi, dalam wadi ada
manikem, dalam manikem ada rahsa. Dalam rahsa ini adalah dating Atma,
yang berkuasa penuh akan kesejatian."

Jadi sebelum intercouse yang diridhoi Nya yang nantinya akan menjadi manusia, maka kedua
belah pihak (laki dan perempuan) merupakan alat sarana Tuhan untuk penciptaan manusia, yaitu
dengan kedua belah pihak mendapat Rasa Hyang Tunggal , rasa yang hanya satu, walaupun ujud
berbeda dan yang merasakan berbeda pula. Maka dalam Kejawen Hubungan suami istri adalah
suci dan merupakan ajaran luhur untuk mendapatkan keturunan yang lebih baik. Lalu coba
dilihat jaman sekarang, adakah yang masih seperti itu, ataukah sudah jauh bergeser.

DAN ORANG AWAM PUN MENJAWAB TENTANG SOLAT


Ketika banyak sekali aliran yang mengatakan bahwa tidak mengerjakan solat
itu tidak apa apa, hal ini membuat saya selaku orang awam, mencoba untuk
memberi sedikit pendapat tentang makna solat .
Bumi dan langit ini terdiri dari 4 unsur : angin, api, air dan tanah yang
diciptakan dari Nur Muhammad ( Cahaya Allah) dan bagaimanapun juga ke 4
unsur itu tidak lah kekal dan akan musnah juga.
Ketika Nur Muhammad dan ciptaanNya Musnah, maka yang ada hanyalah
AKU
Proses Menggulung Nur Muhammad dan 4 unsur inilah yang disebut sebagai
ilmu kesaksian / perjalanan rasa menuju Tuhannya , tubuh manusia
mengandung 4 unsur yaitu tanah, air, api dan udara dan juga unsur lainnya
yang terdiri dari :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Alam Jisim / Jasmani


Alam Jabarut / Alam keinginan dari yang buruk sampai yang luhur.
Alam Malakut berwujud pikiran atau kreasi manusia
Alam Malakut berwujud Akal budi atau kecerdasan manusia.
Alam Arwah terdiri dari Jiwa dan roh roh.
Alam Arwah terdiri dari Nur Muhammad.
Allah.

Ke 7 phase atau wasilah itu harus digulung dengan menggunakan nafas kita
sebagai tali penghubung dari alam satu ke alam yang lain (ali imron 103)
Seperti Rasullullah lakukan, proses penggulungan berada di dalam gerakan
solat :
1. Berdiri / alif merupakan unsur angin, dan rasa berdiri harus lenyap atau
digulung ketika sedang solat.
2. Ruku / ha merupakan unsur api, dan rasa ruku pun harus lenyap atau
digulung.

3. Sujud / mim merupakan unsur tanah, dan rasa sujudpun harus lenyap
atau digulung.
4. Duduk / atahiyat / dal merupakan unsur air, dan rasa duduk pun harus
lenyap atau digulung.
Solat yang benar adalah apabila Nur Muhammad yang merupakan gabungan
dari alif ha mim dan dal (ahmad) yang menjadi sumber terciptanya 4 unsur
bumi langit adalah benar benar harus fana atau tiada atau nafi sehingga di
dalam solat kita akan menemuiNYA.
Lakukanlah solat secara berulang ulang sehingga kita benar benar tidak
merasakan 4 unsur diatas, seperti yang dilakukan oleh Rasullullah.
Perhatikan kalimat Tauhid Tiada Tuhan selain Allah artinya tiada yang
dipertuhankan seperti angin, api, tanah, air dan oksigen dll, karena DIA
tidak bergantung pada unsur apapun, karena Allah ESA dan tidak ada satu
pun yang menyerupaiNYA
Ketika Badan lenyap dan fana karena solat maka yang ada di dalam diri kita
adalah AKU (spt ayat katakan KU tiupkan sebagian RuhKU kedalam
tubuh manusia).
Setelah AKU wujud maka AKU harus berfirman atau bersuara dalam wujud
kalamKU yaitu Laa illaha illallah atau Alif lam lam ha atau sebutan ALLAH.
Dan dengan Kalam ALLAH lah maka AKU ciptakan NUR MUHAMMAD dan
dengan NUR MUHAMMAD lah AKU ciptakan bumi dan langit serta isinya.
Sesungguhnya yang berkata Allah hanya TUHAN itu sendiri bukan atas dasar
bayangan atau pikiran manusia saja, kalimat Allah Allah bukanlah buatan
dari jasad atau mulut manusia, tetapi hasil dari pada proses peleburan
dalam laku solat yang benar benar khusu sehingga muncullah AKU.
Dan AKU lah yang akan berkata sendiri sesuai keinginanNYA, dan perkataan
itu lah yang disebut KALAM yang berwujud energy cahaya (atau disebut
sebagai Alif Lam Lam Ha / Allah yang berarti wujud atau diliputi sifat 20 atau
juga dapat dikatakan sebagai NUR NYA yaitu NUR MUHAMMAD)
Yang kemudian dengan NUR MUHAMMAD ini lah akan melahirkan cahaya
cahaya kecil atau disebut roh roh yang kemudian cahaya tersebut hadir di
dalam akal budi manusia.
Energi Akal budi manusia tersebut kemudian diterima oleh pikiran manusia
dan dengan pikiran manusia l
lah, dapat terwujud keinginan baik dan luhur dari manusia itu sendiri,
sehingga dengan tercapainya keinginan maka terpenuhinya kebutuhan jasad
manusia itu sendiri.

Adapun bacaan wajib solat adalah :


1.
2.
3.
4.

Mengucapkan takbir pada awal solat.


Membaca Alfatehah.
Membaca Solawat Nabi.
Mengucapkan Salam.

Takbir adalah awal dari suatu perjalanan rasa, dan kemudian menahan nafas
dan mata dipejamkan, karena DIA tidak berada di dalam oksigen atau
kebendaan, kemudian membaca alfatehah yang berarti pembuka atau
membuka titik titik dibadan manusia, setelah itu masih dalam keadaan
berdiri dan tidak ada bacaan atau hening sampai nafas dihembuskan.
Setelah nafas dihembuskan kemudian ditahan dan langsung melakukan
ruku, tidak membaca apa apa hening dalam keadaan nafas ditahan, setelah
nafas tidak kuat maka tarik nafas kembali kemudian ditahan.
Dan badan berdiri tegak, dalam keadaan hening setelah itu nafas
dihembuskan dan ditahan kemudian sujud dalam keadaan hening dan tahan
nafas yang sudah dihembuskan, kemudian tarik nafas kembali dan tahan,
kemudian duduk dalam posisi hening dan menahan nafas dst.
Lakukan ritual solat menahan nafas spt rasullullah lakukan, dan lakukanlah
berkali kali sampai kita merasakan perjalanan rasa dalam keadaan tiada,
dan inilah yang disebut mematikan diri ketika hidup.
Coba anda bayangkan proses miraj dalam bentuk solat yang sangat dasyat,
yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad di dalam mencapai
Tuhannya. Dan apakah metode ini membuat kita menjadi sangat malas
untuk kita lakukan ketika kita tahu bahwa solatlah yang membuat manusia
menjadi lebur dan menemuiNYA, atau bahkan solat menjadi tidak perlu
sama sekali, ketika kita menganggap bahwa metode duduk bersila
merupakan metode yang baik didalam perjalanan menuju DIA.
Mari kita kembalikan semuanya kepada Dzat Yang Maha Agung yang berada
di dalam diri kita sendiri, sesungguhnya segala sesuatu yang dilakukan oleh
Rasullullah mengandung makna yang sangat tinggi dan dalam, namun
kadang kadang manusia masih dangkal di dalam menerimanya karena
dipenuhi oleh ego dan lainnya, termaksud saya yang masih awam di dalam
mengkaji makna solat.
Demikian pendapat saya mengenai solat, semoga menjadi masukan juga
bagi orang orang awam yang sedang belajar ilmu marifat.

PUASA : MENGALIRNYA ENERGI ILAHI DALAM DIRI

Saat puasa, badan kita terasa lemah lunglai tiada berdaya. Namun sesungguhnya
rasakanlah saat itu justeru muncul energi Ilahi dalam diri. Sama seperti saat
bahaya mengancam, tiba-tiba energi Ilahi muncul tiada terduga Itulah energi
kekuatan yang keluar saat kita pasrah total. Tanpa pasrah total, kita tidak akan
pernah bisa didatangi oleh energi Ilahi.

Energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, energi hanya dapat diubah dari satu bentuk ke
bentuk lainnya demikian bunyi hukum yang dirumuskan James Prescott Joule, seorang ahli fisika
Inggris yang namanya diabadikan menjadi satuan energi tersebut.
Menurut Joule, hukum ini berlaku dalam seluruh aspek termasuk aspek kehidupan manusia.
Aktivitas yang kita lakukan setiap hari merupakan perubahan energi dari satu bentuk ke bentuk
lainnya. Contohnya, saat kita makan, kita mengubah energi kimia dari makanan menjadi energi yang
kita gunakan untuk bergerak dan berpikir. Energi tersebut tidak akan berubah saat kita diam.
Semua energi, kata Joule, hanya bisa diubah menjadi energi dalam bentuk lain misalnya energi
gerak menjadi energi listrik seperti yang terjadi pada dinamo listrik. Dinamo berputar maka akan
menghasilkan listrik. Atau sebaliknya yaitu energi listrik menjadi energi gerak seperti pada motor
listrik.
Bahkan yang paling dahsyat yaitu perubahan energi menjadi masa seperti yang terjadi pada
produksi pasangan yaitu ketika suatu energi yang besarnya minimal 1022 k eV mendekati medan inti
akan bisa menjadi elektron dan positron (partikel bermasa).
Begitu juga sebaliknya perubahan masa menjadi energi bisa terjadi pada peristiwa anihilasi yaitu
ketika elektron ketemu dengan positron, kedua materi tersebut saling meniadakan dan berubah ujud
menjadi energi yang sebanding dengan masa dari kedua partikel tersebut sesuai dengan rumusan
yang dibuat oleh Einstein.
Tuhan memang Maha Segalanya. Maha Pencipta, Maha Meniadakan, dan juga Maha Mengubah.
Tuhan menciptakan alam semesta ini sekaligus hukum-hukum alam yang berlaku di dalamnya.
Hukum-hukum alam yang diciptakan Tuhan ini kemudian dirumuskan oleh Archimedes, Newton,
Schrodinger, Einstein dan lain-lain memang sudah satu paket dengan diciptakannya alam semesta
sehingga dengan peristiwa-peristiwa alam yang terjadi manusia dapat belajar.
Sayangnya, belum semua hukum alam itu berhasil dirumuskan oleh manusia. Misalnya teori
penciptaan alam hingga saat ini belum bisa diterangkan dengan hukum kekekalan energi ataupun
hukum kekekalan massa.
Teori itu belum bisa menjelaskan sebab terjadinya alam semesta ini. Seluruh alasan akan buntu
ketika ditanya apa yang menjadi permulaan dari semua ini. Tetapi bagi orang yang percaya bahwa

ada kekuatan yang mampu menciptakan tanpa sebab akibat, maka itulah energi Ilahi yang
mengatakan KUN FAYAKUN Jadi maka Jadilah, sumber awal mula energi di dunia ini.
Siapa yang mampu menciptakan dan juga mampu memusnahkan energi? hanyalah Allah SWT,
Tuhan yang Maha Pencipta. Kita manusia adalah ciptaan-Nya yang tentu saja tidak mungkin meraih
kekuasaan yang dimiliki oleh-Nya tanpa kehendak-NYA.
Andaikan misalnya manusia mampu menciptakan energi kemudian energi bisa diubah menjadi
massa dan seterusnya, sehingga manusia dapat menciptakan tanah, menciptakan bumi menciptakan
bintang dan sebagainya. Menurut logika manusia hal itu tidak mungkin.
Tetapi tentu kita tidak boleh terlalu cepat menyimpulkan bahwa ini semua sudah diatur Tuhan
tanpa berfikir bagaimana cara Tuhan mengatur alam ini. Semestinya kita berfikir bahwa Tuhan
memberikan kebebasan bagi manusia untuk memikirkan ciptaan-Nya. Kita juga bebas berfikir
bagaimana cara Tuhan mengatur alam ini yang berjalan sesuai dengan aturan-aturan-Nya.
Mengenai teori yang sekarang belum dapat dijelaskan atau bahkan tidak dapat dijelaskan janganlah
terburu-buru putus asa dengan mengatakan bahwa ini pasti harus ada yang ditambahkan dari
ketiadaan, atau ini pasti harus dihilangkan agar sesuai dengan rumus matematisnya. Masih ada
alternatif lain yang mungkin juga belum terfikirkan. Diantara hitam dan putih masih ada berjuta
warna pilihan dan di antara kebuntuan hidup ini, untung ada bulan kemuliaan Ramadhan.
PUASA RAMADHAN DAN HADIRNYA ENERGI ILAHI
Puasa Ramadhan adalah momentum kita semua untuk menghayati hakikat kekekalan energi.
Bahwa tiada yang berkuasa dengan kuasa yang mutlak melainkan Allah SWT. Hatinya bersaksi,
bahwa kekuasaan Allah SWT meliputi segala ada termasuk dirinya sendiri. Kekekalan ini
terasa KETIKA KITA BERPUASA TIDAK MAKAN DAN MINUM, MENAHAN NAFSU MAKA YANG
TERJADI ADALAH KUN FAYAKUN, ENERGI ILAHI YANG LUAR BIASA DAHSYAT AKAN
MENGALIR DALAM DIRI KITA.Dengan syarat, puasa kita adalah puasa yang betul.
Puasa Ramadhan yang rata-rata terdiri dari 30 hari bisa dibagi menjadi tiga momentum. 10 hari
pertama, 10 hari kedua dan 10 hari ketiga. Pada 10 hari pertama kita mengoreksi diri dalam hal
KESALAHAN OBYEKTIF mengenai makan dan minum. Kita kuat sesungguhnya bukan karena
energi dari makanan dan minuman dan yang benar adalah kita kuat dan segar karena LA HAULA
WA LA QUWWATA ILA BIL-LAH. Hakikat energi yang berasal dari makanan dan minuman itu
sebenarnya hanya energi yang bisa terjadi atas perkenaan NYA semata.
Saat puasa, badan kita terasa lemah lunglai tiada berdaya. Namun sesungguhnya rasakanlah saat itu
justeru muncul energi Ilahi dalam diri. Sama seperti saat bahaya mengancam, tiba-tiba energi
kekuatan muncul tiada terduga Itulah energi Ilahi yang keluar saat kita pasrah total. Tanpa pasrah
total, ikhlas atau nrimo kita tidak akan pernah bisa didatangi oleh energi Ilahi. Maka pada saat
puasa pula, biasanya merupakan saat terbaik untuk melakukan pemancaran energi Ilahi seperti
mendoakan kesembuhan orang lain, kelancaran rezeki dan sebagainya.
Dan sesungguhnya energi Ilahi itu sudah tersimpan di dalam Kitab-NYA berupa ayat-ayat kauniah
yang tergelar di alam semesta ini. Tinggal sekarang apakah kita mampu membuka kuncinya atau

tidak? INNA QUWWATIH, NAKABAN NATAH KITABAN NATAH.. WA INNAMA AMRUHU IDZA
ARODA SYAIAN AN YAQULA LAHU KUN FAYAKUN.
Pada 10 hari kedua yaitu hari kesebelas hingga hari kedua puluh bulan Ramadhan, kita koreksi
kesalah pahaman mengenai pembuangan tenaga. Bahwa kita tidak lah membuang tenaga melainkan
justeru kembali ke NAFSIN WAHIDATIN. Alastu birabbikum, kalu bala syahidna (QS 7:172) yaitu
Janji Kawula Gusti.
Dan yang the best of all terjadi pada 10 hari ketiga yaitu hari kedua puluh satu hingga selesai bulan
Ramadhan yaitu saat terjadinya LAILATUL QADAR. Yaitu teraksesnya ENERGI ILAHI oleh
kesadaran ruhani kita seperti 1000 energi cahaya bulan yang menjadi satu dalam satu momentum
beserta kepastian Furqoni 82 tahun yaitu energi LA ILAHA ILAL-LAH.
Allah SWT yang menganugerahkan energi pada manusia agar dengan energi yang dimilikinya itu
dia memiliki sedikit kuasa untuk berusaha dan berbuat. Namun perlu diingat bahwa kuasa dan
upaya tersebut tentunya hanya pinjaman yang akan kembali kepada Yang Punya Kuasa.
Menyelami makna LA HAULA WA LA QUWWATA ILLA BILLAH (Tiada daya dan upaya melainkan
dengan bantuan Allah) dalam dirinya. Ungkapan tauhid ini mengandungi rahasia bahwa Tuhanlah
yang Memiliki Semua Energi di alam semesta ini. Tiada satu pun energi kecuali berada di dalam
kekekalan energi-NYA.
Kita makan dan minum untuk mencari sumber tenaga. Sumber tenaga dari makan dan minuman
yang kita konsumsi sesungguhnya berasal dari tanaman, tumbuhan dan hewan. Mereka mendapat
energi dari rantai makanan lain begitu seterusnya hingga akhirnya bermuara pada satu sumber
energi yang tidak berasal dari sumber energi lain, yaitu Energi Ilahi.
Mereka yang tenggelam dalam lautan penyaksian wahdah (kesatuan sifat-sifat Allah) pasti
menghayati bahwa manusia dan seluruh alam ini tidak pernah terlepas daripada kekuasaan Allah
SWT. Maka, dia merasa harus menghambakan dirinya dan memilih untuk mentaati-Nya.
Tidak mudah untuk menemukan rumusan rahasia ini. Kita bisa berteori namun umumnya belum
sampai pada pemahaman yang sesungguhnya. Mata, telinga dan hati kita masih terhijab dan hakikat
hukum kekekalan energi Allah SWT belum mampu kita temukan. Kita masih menganggap bahwa
yang berperanan dalam memberi manfaat dan menolak kemudaratan adalah dirinya sendiri dan
makhluk-makhluk di sekitarnya.
Kita yang lalai itu terhijab dengan perbuatan Allah (afaal) melalui makhluk-makhlukNya (infial)
sehingga gagal menghayati makna sebenar wujud seluruh makhluk. Kita terhijab dalam kepompong
hukum sebab akibat sehingga tidak dapat menghayati konsep qudrat (kekuasaan), iradah dan ilmu
Allah.
Rasulullah sallallahu alaihi wasallam mengajarkan pada kita sebagai berikut: KUNCI
SEBENARNYA MENGAKSES ENERGI ILAHI YAITU MENGAKUI KEKUASAAN ALLAH SWT
DENGAN CARA MENGAKUI KELEMAHAN DIRI DI HADAPAN-NYA SEBAGAIMANA MUSA AS
YANG TERSUNGKUR DI BUKIT SINAI. ATAU BERSUJUDNYA SEORANG MUSLIM DENGAN
SUNGGUH SUNGGUH SUJUD SAAT SHOLAT. KEYAKINAN INI JIKA DITERJEMAHKAN
DALAM DIRI SESEORANG MAKA DIA AKAN MENGHADAPI KEHIDUPAN INI DENGAN PENUH

KEPASRAHAN, NRIMO, IKHLAS, KETERGANTUNGAN HATI HANYA KEPADA-NYA TANPA


RASA KEBIMBANGAN SEDIKITPUN.
Apa yang dia laksanakan adalah apa yang dituntut oleh Allah. Mereka tidak perlu risau soal hasil
karena sudah ada jaminan kepastian atas dirinya. Namun, tatkala mengetahui bahwa hanya Allah
yang Maha Berkuasa dalam kehidupan ini, maka dia pun tidak bermalas-malasan dan sebaliknya
akan berusaha sekeras mungkin sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
Allah menugaskan agar kita berusaha dalam rangka menunaikan tugas penghambaan diri. Usaha
yang kita lakukan sebenarnya telah diperintahkan oleh Allah dan ini kita lakukan dalam rangka
penyempurnaan ibadah. Kita dilarang keras jadi pemalas! Karena kewajiban kita adalah
melaksanakan ibadah khusus (syahadat, sholat, zakat, puasa dan sebagainya) dan ibadah umum
(mencari rezeki, beramal kebajikan demi kesejahteraan semua makhluk hidup, melestarikan alam
sekitar dan sebagainya).
ENERGI ILAHI YANG KEKAL ABADI
Ada satu fenomena yang bila kita memikirkannya kita akan menyebut ALLAHU AKBAR.. aneh tapi
nyata.. yaitu tentang cahaya. Di dalam QS An Nur 35 menjelaskan: Allah adalah cahaya langit dan
bumi. Perumpamaan cahaya-Nya adalah ibarat misykat. Di dalam misykat itu ada pelita. Pelita itu
ada di dalam kaca. Kaca itu laksana bintang berkilau. Dinyalakan dengan minyak pohon yang
diberkati. Pohon zaitun yang bukan di timur atau di barat. Yang minyaknya hampir menyala dengan
sendirinya walaupun tiada api menyentuhnya. Cahaya di atas Cahaya! Allah menuntun kepada
cahaya-NYA, siapa saja yang ia kehendaki. Dan Allah membuat perumpamaan bagi manusia.
Sungguh Allah mengetahui segalanya.
Kenapa Allah SWT mengidentifikasikan diri-Nya dengan perumpamaan Cahaya Maha Cahaya?
Jawabannya adalah cahaya tidak pernah kehabisan energi.
Ada anggapan sementara kaum ilmuwan di dalam Teori Einstein bahwa cahaya akan kehilangan
energinya ketika meninggalkan medan gravitasi yaitu dengan bergeser warnanya ke arah warna
merah dengan panjang gelombang yang lebih panjang. Yang dimaksud kehilangan energinya adalah
bukan dalam artian benar-benar hilang, tetapi energinya berkurang dengan mentransferkan
energinya menjadi bentuk yang lain.
Cahaya ketika meninggalkan gravitasi (meninggalkan bumi) akan dibelokan dan terurai karena
adanya perbedaan tekanan udara, seperti halnya cahaya ketika dilewatkan pada sebuah prisma.
Disini tidak ada energi yang hilang.
Di dalam fisika, cahaya atau gelombang elektromagnetik adalah sebuah panjang gelombang tertentu
yang dipancarkan dari sumber dengan gravitasi yang lebih kuat, yang terpancar menuju area dengan
gravitasi yang lebih rendah. Pengamat akan melihat bahwa panjang gelombang yang diterimanya
akan menjadi lebih besar (frekuensi lebih rendah, energi lebih rendah), itu yang disebut fenomena
gravitational redshift.
Tetapi jangan buru-buru mengatakan bahwa cahaya tersebut kehilangan energi. Untuk hal yang
seperti ini (dalam orde cahaya) kita harus menggunakan hukum relativitas, dan tidak bisa
menggunakan fisika klasik.

Fenomena ini mirip dengan ketika ada dua orang, yang satu tinggal di bumi dan satunya naik
pesawat dengan kecepatan yang mendekati cahaya. Kedua orang tersebut mengukur panjang sebuah
benda yang diam dibumi, hasil yang tampak adalah akan memperlihatkan bahwa hasil pengukuran
mereka berbeda. Ini tidak bisa dipahami dengan fisika klasik tapi bisa dipahami menggunakan
hukum relativitas.
Pada gravitational redshift tidak ada energi yang hilang, hanya ada perbedaan pengamatan akibat
beda tempat, perbedaan tersebut harus dilihat secara relativistik (menggunakan hukum relativitas)
jadi tidak ada yang hilang dan tidak ada yang aneh.
Hukum relativitas tidak pernah mengatakan bahwa kita bisa mundur ke masa lampau, itu hanya
terjadi pada film fiksi saja. Tetapi menurut hukum relativitas bahwa waktu memang bisa molor
tergantung dari posisi pengamatnya. Fenomenanya bisa diamati salah satunya yaitu ketika foton dari
cahaya matahari bergerak menuju bumi, waktu menjadi relatif bagi si foton.
Masih di dalam fisika bahwa semua partikel (apapun itu jenisnya) tidak bisa bergerak dengan
kecepatan melewati 3 x 10^8 m/s (kecepatan cahaya). Mungkin itu sudah dibatasi oleh yang
menciptakan alam ini. Kalau ada partikel yang mampu bergerak dengan kecepatan melampaui
kecepatan cahaya persamaan relativitas menjadi tidak terdefinisikan. Jika kita naik pesawat dengan
kecepatan 0.75 C relatif terhadap bumi, kemudian kita menembakan peluru pada arah yang sama
dengan pesawat dengan kecepatan 0.75 C relatif terhadap pesawat, maka kecepatan peluru terhadap
bumi tidak menjadi 1,5 C.
Barangkali itu sebabnya, Allah SWT membuat perumpamaan dirinya dengan Cahaya Maha
Cahaya Sebab cahaya-NYA tidak pernah kehabisan energi dimana pun dan sampai kapanpun.
Energi Ilahi sebagaimana tercermin dalam energi dalam hukum fisika, akan kekal abadi sepanjang
masa dan kita akan bisa mendapatkannya kapanpun kita inginkan asal punya niat dan kemauan.
Mari kita berproses bersama menuju kesempurnaan Selamat berpuasa Ramadhan.

WIRID PURBA JATI : MENGENALI JATI DIRI; Hakekat Neng, Ning,


Nung, Nang
MENGENALI JATI DIRI
Hakekat Neng, Ning, Nung, Nang

Siapa sejatinya diri kita sebagai manusia ? Pertanyaan ini sederhana, dapat
dikemukakan jawaban paling sederhana, maupun jawaban yang lebih rumit dan
rinci. Jawaban masing-masing orang tidak bisa diukur secara benar-salah. Cara
menjawab siapa diri manusia hanya akan mencerminkan tingkat pemahaman
seseorang terhadap kesejatian Tuhan. Hal ini sangat dipermaklumkan karena
berkenaan dengan eksistensi Tuhan sendiri yang begitu penuh dengan misteri
besar. Upaya manusia mengenali Sang Pencipta, ibarat jarum yang menyusup ke
dalam samudra dunia. Yang hanya mengerti atas apa yang bersentuhan dengannya.
Itupun belum tentu benar dan tepat dalam mendefinisikan. Tuan memang lebih dari
Maha Besar. Sedangkan manusia hanya selembut molekul garam. Begitulah jika

diperbandingkan antara Tuhan dengan makhlukNya. Namun begitu kiranya lebih


baik mengerti dan memahamiNya sekalipun hanya sedikit dan kurang berarti,
ketimbang tidak samasekali.
Secara garis besar dalam diri manusia memiliki dua unsur entitas yang
sangat berbeda. Dalam pandangan ekstrim dikatakan dua unsur pembentuk
manusia saling bertentangan satu sama lainnya. Tetapi kedua unsur tidak dapat
dipisahkan, karena keduanya sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan.
Terpisahnya di antara kedua unsur pembentuk manusia akan merubah eksistensi
ke-manusia-an itu sendiri. Yakni di satu sisi terjadi kerusakan/pembusukan dan di
sisi lain keabadian. Umpama batu-baterai yang memiliki dua dimensi berbeda yakni
fisiknya dan energinya. Kedua dimensi itu menyatu menjadi eksistensi batu-baterai
berikut fungsinya. Dua unsur dalam manusia yakni; immaterial dan material,
metafisik dan fisik, roh dan jasad, rohani dan jasmani, unsur Tuhan dan unsur
bumi (unsur gaib dan unsur wadag). Marilah kita urai satu persatu kedua unsur
pembentuk eksistensi manusia tersebut.

Unsur Bumi

Jasad manusia wujudnya disusun berdasarkan unsur-unsur material bumi (air,


tanah, udara, api). Unsur air dan tanah dalam tubuh terurai secara alami melalui
proses ilmiah (rumus ilmu pengetahuan manusia) dan rumus alamiah (yang
sudah berproses melalui rumus-rumus buatan Tuhan). Unsur tanah dan air
yang sudah berproses akan berubah bentuk dan wujudnya sebagai bahan baku
utama jasad yang terdiri dari empat unsur yakni ; daging, tulang, sungsum dan
darah. Sedangkan unsur udara akan berproses menjadi kegiatan bernafas, lalu
berubah menjadi molekul oksigen dalam darah dan sel-sel tubuh. Unsur api akan
menjadi alat pembakaran dalam proses produksi jasad, tenaga, energi magnetis,
dan semua energi yang terlibat dalam memproses atau mengolah unsur tanah dan
air menjadi bahan baku jasad.
Jasad wadag menurut istilah barat sebagai body atau corpus, merupakan
wadah atau bungkus unsur Tuhan dalam diri manusia. Unsur wadah tidak bersifat
langgeng (baqa), sebab unsur wadah terdiri dari bahan baku bumi, maka ia terkena
rumus mengalami kerusakan sebagaimana rumus bumi.

Unsur Tuhan

Sebaliknya, unsur Tuhan bersifat kekal abadi tidak terjadi rumus kerusakan.
Unsur Tuhan (Zat Tuhan) dalam tubuh manusia diwakili oleh metafisik manusia
yakni unsur roh (spirit atau spiritus). Roh merupakan derivasi unsur Tuhan yang
paling paling akhir dan paling erat dengan bahan baku metafisik manusia (Baca
Posting; Mengungkap Misteri Tuhan). Dan spirit diartikan sebagai roh, ruh atau
sukma. Roh bersifat suci (roh kudus/ruhul kuddus), tidak tercemar oleh polusi dan
kelemahan-kelemahan duniawi. Karakter roh adalah berkiblat atau berorientasi
kepada martabat kesucian Tuhan. Arti kata roh sangat berbeda dengan entitas jiwa
(soul), hawa atau nafas (nafs), animus atau anemos (Yunani), dalam bahasa Jawa
apa yang lazim disebut nyawa. Sekalipun berbeda istilah, tetapi memiliki makna
yang nyaris sama.

Pertemuan Unsur Bumi dan Unsur Tuhan

Dalam tubuh manusia terdiri atas dua unsur besar yakni unsur bumi dan
unsur Tuhan. Di antara kedua unsur tersebut terdapat bahan penyambung, dalam
literatur barat disebut soul atau jiwa (yang ini terasa kurang pas), Islam; nafs,
Yunani; anemos, dan dalam bahasa Indonesia; hawa, Jawa; nyawa (badan alus).
Hawa, jiwa, anemos, soul, atau nyawa merupakan satu entitas yang kira-kira tidak
berbeda maknanya, berfungsi sebagai media persentuhan atau lem perekat
antara roh (spirit) dengan jasad (body/corpus). Hawa, nafs, anemos, soul, jiwa,
nyawa bermakna sesuatu yang hidup (bernafas) yang ditiupkan ke dalam corpus
(wadah atau bungkus).
Dalam khasanah hermeneutika dan bahasa yang ada di nusantara tampak
simpang siur dan tumpang tindih dalam memaknai jiwa, sukma, roh, dan nyawa. Ini
sekaligus membuktikan bahwa memahami unsur Tuhan dalam diri manusia
memang tidak sederhana dan semudah yang disebutkan. Karena obyeknya bersifat
gaib, bukan obyek material. Cara pandang dan penafsiran dari sisi yang berbedabeda, menimbulkan konsekuensi beragamnya makna yang kadang justru saling
kontradiktif. Dengan alasan tersebut akan saya paparkan lebih jelas pemetaan
tentang jiwa atau hawa dari sudut pandang budi-daya yang diperoleh melalui
berbagai pengalaman obyek metafisika, dan intuisi, agar lebih netral dan mudah
dipahami oleh siapa saja tanpa membedakan latar belakang agama. Dengan asumsi
tersebut diperlukan perspektif yang sederhana namun mudah dipahami. Kami akan
memaparkan melalui perspektif Javanism atau kejawen, dengan cara penulisan
yang sederhana dan membumi.

Hubungan Unsur Tuhan dengan Unsur Bumi dalam Laku Prihatin

Setiap bayi lahir memiliki tingkat kesucian yang dapat diumpamakan sebagai
kertas putih bersih. Kesucian berada dalam wahana nafs atau hawa yang masih
bersih belum tercemar oleh polusi keduniawian. Hawa/nyawa/nafs diuji bolak-balik
di antara dua kutub; yakni kutub jasmaniah yang berpusat di jasad (corpus) dan
kutub ruhaniyah yang berpusat pada roh (spirit). Unsur roh bersifat suci dan tidak
tersentuh oleh kelemahan-kelemahan material duniawi (dosa). Roh suci sebagai
utusan Tuhan dalam diri manusia yang dapat membawa ketetapan/pedoman
hidup. Sehingga roh dapat berperan sebagai obor yang memancarkan cahaya
(spektrum) kebenaran dari Tuhan. Dalam perspektif Jawa roh suci (utusan Tuhan)
tidak lain adalah apa yang disebut sebagai Guru Sejati. Guru Sejati tampil sebagai
juru nasehat untuk hawa, jiwa atau nafs.

Hawa Nafsu ; Ibarat Satu Keping Mata Uang

Hawa (nafs) atau jiwa yang tunduk kepada roh suci (guru sejati) akan
menghasilkan hawa (nafs) yang disebut nafsu positif meminjam istilah Arab
sebagai an-nafs al-muthmainah.. Sebaliknya jiwa atau hawa yang tunduk pada
keinginan jasad disebut sebagai nafsu negatif. Nafsu negatif terdiri tiga macam;
nafsu lauwamah (kepuasan biologis; makan, minum, tidur dst), nafsu amarah
(amarah/angkara murka), dan nafsu sufiyah (mengejar kenikmatan psikis;
contohnya seks, sombong, narsism, gemar dipuji-puji). Hawa memiliki dua kutub
nafsu yang bertentangan ibarat satu keping mata uang yang memiliki dua sisi. Akan
tetapi kedua sisi tidak dapat dipisahkan atau dilihat secara berbarengan. Apabila
kita ingin menampilkan gambar angka, maka letakkan nilai nominal di sisi atas,
sebaliknya jika kita berkehendak melihat gambar burung kita letakkan gambar
angka di bawah. Apabila seseorang mengaku bisa melihat kedua sisi satu keping
mata uang dalam waktu yang sama, maka seseorang dikatakan berjiwa munafik
alias kehidupan yang palsu hanya berdasarkan pengaku-akuan bohong.

Manusia Bebas Mencoblos Memilih

Pada setiap bayi lahir, Tuhan telah menciptakan hawa dalam keadaan
putih/suci. Manusia memiliki kebebasan menentukan apakah hawa
nafsunya akan berkiblat kepada kesucian yang bersumber pada roh suci
(ruhul kuddus), atau sebaliknya ingin berkiblat kepada kemungkaran
jasad/raga (unsur duniawi). Apabila seseorang berkiblat pada kemungkaran
akan menjadi seteru Tuhan dan memiliki konsekuensi (dosa/karma/hukuman) yang

akan dirasakan kelak setelah menemui ajal (akhirat), bisa juga dirasakan sewaktu
masih hidup di dunia. Maka peranan semua agama yang ada di muka bumi
adalah pendidikan yang ditujukan kepada hawa/nafs/jiwa manusia agar selalu
berkiblat kepada rumus Tuhan atau qodratullah. Sumber dari ilmu dan rumus
Tuhan (qodratullah) bisa kita temukan dalam perpustakaan atau gudang ilmu
yang terdekat dengan diri kita, yakni roh suci (Ruhul-Kuddus/Guru-Sejati/SukmaSejati/Rahsa-Sejati).
Kadang kala Tuhan Maha Pemurah menganugerahkan seseorang untuk
mendapat bocoran soal akan rahasia ilmu Tuhan melalui pintu hati (qalb) yang
di sinari oleh cahyo sejati (nurullah). Yang lazim disebut sebagai ungkapan dari
(hati) nurani. Petunjuk dari Tuhan ini diartikan sebagai wirayat, wahyu, risalah,
sasmita gaib, ilham, wisik dan sebagainya. Dalam posting ini kami tidak membahas
model dan macam petunjuk Tuhan tersebut.

Laku Prihatin adalah Jihad Sejati

Penundukan roh terhadap hawa nafsu negatif adalah penundukkan


terhadap segala yang berhubungan dengan material (syahwat) atau kenikmatan
ragawi. Dengan kata lain yakni penundukan unsur Tuhan terhadap unsur bumi.
Dalam ilmu Jawa dikatakan sebagai jiwa yang tunduk pada kareping rahsa / rasa
sejati (kehendak Guru Sejati/kehendak Tuhan), serta meredam rahsaning karep
(kemauan hawa nafsu negatif). Segenap upaya yang mendukung proses
penundukan unsur Tuhan terhadap unsur bumi dalam khasanah Jawa disebut
sebagai laku prihatin. Dengan laku prihatin, seseorang berharap jiwanya tidak
dikendalikan oleh keinginan jasad. Maka di dalam khasanah spiritual Kejawen, laku
prihatin merupakan syarat utama yang harus dilakukan seseorang menggapai
tingkatan spiritualitas sejati. Seperti ditegaskan dalam serat Wedhatama (Jawa;
Wredhotomo) karya KGPAA Mangkunegoro IV; bahwa ngelmu iku kalakone kanthi
laku. Laku prihatin dalam istilah Arab sebagai aqabah, yakni jalan terjal mendaki
dan sulit, karena seseorang yang menjalani laku prihatin harus membebaskan diri
dari perbudakan syahwat dan hawa nafsu yang negatif. Di mana ia sebagai sumber
kenikmatan keduniawian. Maka apa yang disebut sebagai Jihad yang
sesungguhnya adalah perang tanding di medan perang dalam kalbu antara tentara
Muslim nafsu positif melawan tentara Amerika nafsu negatif. Disebut
kemenangan dalam berjihad apabila seseorang telah berhasil meledakkan
bom di pusat kekuasaan setan (hawa nafsu negatif) dalam hati kita. Bahan
peledaknya bernama C4 dan TNT laku prihatin dan olah batin (wara dan amr
maruf nahi munkar).

Target Utama dalam Berjihad (Laku Prihatin)

Perjalanan spiritual dalam bentuk laku prihatin, mempunyai target


membentuk hawa nafsu positif atau nafsul muthmainnah. Karena si nafs atau hawa
tersebut telah stabil dalam koridor rumus Tuhan (qodrat atau qudrah diri) atau
dalam bahasa sansekerta lazimnya disebut sebagai swadharma. Roh yang berada
pada tataran pencapaian ini, dalam bahasa Ibrani, ruh disebut sebagai syekinah
yang diturunkan ke dalam kalbu dan berhasil merebut (amr) kebaikan (maruf). Jika
hawa tidak berdaya karena kuatnya arus nafsu negatif yang dimasukkan jasad
lewat pintu panca indera, maka kepribadian manusia dikuasai oleh milisi
kekuatan batin yang oleh Freud diberi nama ego. Ego cenderung berkiblat pada
jasad (duniawi). Maka sudah menjadi tugas hawa (id) untuk membangkang dari
keinginan ego agar supaya membelot kepada kekuatan hawa positif (super ego).
Hasilnya maka manusia dapat dikendalikan sesuai dengan kodrat dirinya sebagai
khalifah Tuhan. Jadilah manusia yang tetap berada pada orbitNya (qodrat/rumus
Tuhan), yakni apa yang dimaksud menjadi titah jalma menungsa kang sejati,
yaiku nggayuh kasampurnaning gesang, (untuk meraih) sastra jendra
hayuningrat pangruwating diyu.
Sangat terasa bahwa Tuhan sungguh lebih dari Maha Adil, setiap manusia
tanpa kecuali dapat menemukan Tuhan melalui pintu nafs, jiwa, atau hawanya
masing-masing, karena Tuhan telah membekali jiwa manusia akan kemampuan
menangkap sinyal-sinyal suci dari Hyang Mahasuci. Sinyal suci yang diletakkan di
dalam rahsa sejati (sirullah) dan roh sejati (ruhullah). Sudah merupakan rumus
(Tuhan), apabila seseorang dapat meraih dharma-nya atau kodrat-dirinya sebagai
makhluk ciptaan Tuhan, maka kehidupannya akan selalu menemui kemudahan.
Sebaliknya hawa nafsu negatif (setan) senantiasa menggoda hawa/nafs manusia
agar supaya hawanya berkiblat kepada unsur bumi.

Menjadi Pribadi yang Menang

Sepanjang hidup manusia selalu berada di dalam arena peperangan


Baratayudha/Brontoyudho (jihad) antara kekuatan nafsu positif (Pendawa Lima)
melawan nafsu negatif (100 pasukan Kurawa). Perang berlangsung di medan
perang yang bernama Padang Kurusetra (Kalbu). Peperangan yang paling berat
dan merupakan sejatinya perang (jihad fi sabilillah) atau perang di jalan kebenaran.
Kemenangan Pendawa Lima diraih tidak mudah. Dan sekalipun kalah pasukan
Kurawa 100 selamanya sulit dibrantas tuntas hingga musnah. Maknanya sekalipun
hawa nafsu positif telah diraih, artinya hawa nafsu negatif (setan) akan selalu

mengincar kapan saja si hawa lengah. Kejawen mengajarkan berbagai macam cara
untuk memenangkan peperangan besar tersebut. Di antaranya dengan laku
prihatin untuk meraih kemenangan melalui empat tahapan yang harus dilaksanakan
secara tuntas. Empat tahapan tersebut dikiaskan ke dalam nada suara salah
instrumen Gamelan Jawa yang dinamakan Kempul atau Kenong dan Bonang yang
menimbulkan bunyi; Neng, Ning, Nung, Nang.

1.

Neng; artinya jumeneng, berdiri, sadar atau bangun untuk melakukan


tirakat, semedi, maladihening, atau mesu budi. Konsentrasi untuk
membangkitkan kesadaran batin, serta mematikan kesadaran jasad sebagai
upaya menangkap dan menyelaraskan diri dalam frekuensi gelombang
Tuhan.

2.

Ning; artinya dalam jumeneng kita mengheningkan daya cipta (akal-budi)


agar menyambung dengan daya rasa- sejati yang menjadi sumber cahaya
nan suci. Tersambungnya antara cipta dengan rahsa akan membangun
keadaan yang wening. Dalam keadaan mati raga kita menciptakan
keadaan batin (hawa/jiwa/nafs) yang hening, khusuk, bagai di alam awanguwung namun jiwa tetap terjaga dalam kesadaran batiniah. Sehingga kita
dapat menangkap sinyal gaib dari sukma sejati.

3.

Nung; artinya
kesinungan. Bagi siapapun yang melakukan Neng, lalu
berhasil menciptakan Ning, maka akan kesinungan (terpilih dan pinilih)
untuk mendapatkan anugrah agung dari Tuhan Yang Mahasuci. Dalam Nung
yang sejati, akan datang cahaya Hyang Mahasuci melalui rahsa lalu
ditangkap roh atau sukma sejati, diteruskan kepada jiwa, untuk diolah oleh
jasad yang suci menjadi manifestasi perilaku utama (lakutama). Perilakunya
selalu konstruktif dan hidupnya selalu bermanfaat untuk orang banyak.

4.

Nang; artinya menang; orang yang terpilih dan pinilih (kesinungan), akan
selalu terjaga amal perbuatan baiknya. sehingga amal perbuatan baik yang
tak terhitung lagi akan menjadi benteng untuk diri sendiri. Ini merupakan
buah kemenangan dalam laku prihatin. Kemenangan yang berupa
anugrah, kenikmatan, dalam segala bentuknya serta meraih kehidupan
sejati, kehidupan yang dapat memberi manfaat (rahmat) untuk seluruh
makhluk serta alam semesta. Seseorang akan meraih kehidupan sejati,
selalu kecukupan, tentram lahir batin, tak bisa dicelakai orang lain, serta
selalu menemukan keberuntungan dalam hidup (meraih ngelmu beja).

Neng adalah syariatnya, Ning adalah tarekatnya, Nung adalah hakekatnya,


Nang adalah makrifatnya. Ujung dari empat tahap tersebut adalah kodrat
(sastrajendra hayuning Rat pangruwating diyu).

Tulisan dari Sejatinya Guru Sejati Kategori


SEJATINYA GURU SEJATI
Guru Sejati, dan Sedulur Papat Lima Pancer

HAKEKAT GURU SEJATI


Kembali pada pembahasan Guru Sejati. Melalui 3 langkahnya (Triwikrama)
Dewa Wishnu (Yang Hidup), mengarungi empat macam zaman (kertayuga,
tirtayuga, kaliyuga, dwaparayuga), lalu lahirlah manusia dengan konstruksi terdiri
dari fisik dan metafisik di dunia (zaman mercapada). Fisik berupa jasad atau raga,
sedangkan metafisiknya adalah roh beserta unsur-unsur yang lebih rumit lagi. Ilmu
Jawa melihat bahwa roh manusia memiliki pamomong (pembimbing) yang disebut
pancer atau guru sejati. Pamomong atau Guru Sejati berdiri sendiri menjadi
pendamping dan pembimbing roh atau sukma. Roh atau sukma di siram air suci
oleh guru sejati, sehingga sukma menjadi sukma sejati. Di sini tampak Guru sejati
memiliki fungsi sebagai resources atau sumber pelita kehidupan. Guru Sejati
layak dipercaya sebagai guru karena ia bersifat teguh dan memiliki hakekat
sifat-sifat Tuhan (frekuensi kebaikan) yang abadi konsisten tidak berubah-ubah
(kang langgeng tan owah gingsir). Guru Sejati adalah proyeksi dari rahsa/rasa/sirr
yang merupakan rahsa/sirr yang sumbernya adalah kehendak Tuhan; terminologi
Jawa menyebutnya sebagai Rasa Sejati. Dengan kata lain rasa sejati sebagai
proyeksi atas rahsaning Tuhan (sirrullah). Sehingga tak diragukan lagi bila
peranan Guru Sejati akan mewarnai energi hidup atau roh menjadi energi suci
(roh suci/ruhul kuddus). Roh kudus/roh al quds/sukma sejati, telah mendapat
petunjuk Tuhan dalam konteks ini hakikat rasa sejati maka peranan roh
tersebut tidak lain sebagai utusan Tuhan. Jiwa, hawa atau nafs yang telah
diperkuat dengan sukma sejati atau dalam terminologi Arab disebut ruh al quds.
Disebut juga sebagai an-nafs an-natiqah, dalam terminologi Arab juga disebut
sebagai an-nafs al-muthmainah, adalah sebagai penasihat spiritual bagi
jiwa/nafs/hawa. Jiwa perlu di dampingi oleh Guru Sejati karena ia dapat dikalahkan
oleh nafsu yang berasal dari jasad/raga/organ tubuh manusia. Jiwa yang
ditundukkan oleh nafsu hanya akan merubah karakternya menjadi jahat.
Menurut ngelmu Kejawen, ilmu seseorang dikatakan sudah mencapai
puncaknya apabila sudah bisa menemui wujud Guru Sejati. Guru Sejati benar-benar
bisa mewujud dalam bentuk halus, wujudnya mirip dengan diri kita sendiri.
Mungkin sebagian pembaca yang budiman ada yang secara sengaja atau tidak
pernah menyaksikan,
berdialog, atau sekedar melihat diri sendiri tampak
menjelma menjadi dua, seperti melihat cermin. Itulah Guru Sejati anda. Atau bagi
yang dapat meraga sukma, maka akan melihat kembarannya yang mirip sukma
atau badan halusnya sendiri. Wujud kembaran (berbeda dengan konsep sedulur
kembar) itu lah entitas Guru Sejati. Karena Guru Sejati memiliki sifat hakekat Tuhan,

maka segala nasehatnya akan tepat dan benar adanya. Tidak akan menyesatkan.
Oleh sebab itu bagi yang dapat bertemu Guru Sejati, saran dan nasehatnya layak
diikuti. Bagi yang belum bisa bertemu Guru Sejati, anda jangan pesimis, sebab Guru
Sejati akan selalu mengirim pesan-pesan berupa sinyal dan getaran melalui Hati
Nurani anda. Maka anda dapat mencermati suara hati nurani anda sendiri untuk
memperoleh petunjuk penting bagi permasalahan yang anda hadapi.
Namun permasalahannya, jika kita kurang mengasah ketajaman batin, sulit
untuk membedakan apakah yang kita rasakan merupakan kehendak hati nurani
(kareping rahsa) ataukah kemauan hati atau hawa nafsu (rahsaning karep).
Artinya, Guru Sejati menggerakkan suara hati nurani yang diidentifikasi pula
sebagai kareping rahsa atau kehendak rasa (petunjuk Tuhan) sedangkan hawa
nafsu tidak lain merupakan rahsaning karep atau rasanya keinginan.
Sarat utama kita bertemu dengan Guru Sejati kita adalah dengan laku
prihatin; yakni selalu mengolah rahsa, mesu budi, maladihening, mengolah batin
dengan cara membersihkan hati dari hawa nafsu, dan menjaga kesucian jiwa dan
raga. Sebab orang yang dapat bertemu langsung dengan Guru Sejati nya sendiri,
hanyalah orang-orang yang terpilih dan pinilih.

SEDULUR; PAPAT KEBLAT, LIMA PANCER


Atau Keblat Papat,Lima Pancer, di lain sisi diartikan juga sebagai kesadaran
mikrokosmos. Dalam diri manusia (inner world) sedulur papat sebagai perlambang
empat unsur badan manusia yang mengiringi seseorang sejak dilahirkan di muka
bumi. Sebelum bayi lahir akan didahului oleh keluarnya air ketuban atau air kawah.
Setelah bayi keluar dari rahim ibu, akan segera disusul oleh plasenta atau ari-ari.
Sewaktu bayi lahir juga disertai keluarnya darah dan daging. Maka sedulur papat
terdiri dari unsur kawah sebagai kakak, ari-ari sebagai adik, dan darah-daging
sebagai dulur kembarnya. Jika ke-empat unsur disatukan maka jadilah jasad, yang
kemudian dihidupkan oleh roh sebagai unsur kelima yakni pancer. Konsepsi tersebut
kemudian dihubungkan dengan hakekat doa; dalam pandangan Jawa doa
merupakan niat atau kebulatan tekad yang harus melibatkan unsur semua unsur
raga dan jiwa secara kompak. Maka untuk mengawali suatu pekerjaan disebut
dibutuhkan sikap amateg aji (niat ingsun) atau artikulasi kemantaban niat dalam
mengawali segala sesuatu kegiatan/rencana/usaha). Itulah alasan mengapa dalam
tradisi Jawa untuk mengawali suatu pekerjaan berat maupun ringan diawali dengan
mengucap; kakang kawah adi ari-ari, kadhangku kang lahir nunggal sedino lan
kadhangku kang lahir nunggal sewengi, sedulurku papat kiblat, kelimo pancer
ewang-ewangono aku..saperlu ono gawe .

MENGOLAH GURU SEJATI

Guru Sejati yakni rahsa sejati; meretas ke dalam sukma sejati, atau sukma
suci, kira-kira sepadan dengan makna roh kudus (ruhul kudus/ruh al quds). Kita
mendayagunakan Guru Sejati kita dengan cara mengarahkan kekuatan metafisik
sedulur papat (dalam lingkup mikrokosmos) untuk selalu waspada dan jangan
sampai tunduk oleh hawa nafsu. Bersamaan menyatukan kekuatan mikrokosmos
dengan kekuatan makrokosmos yakni papat keblat alam semesta yang berupa
energi alam dari empat arah mata angin, lantas melebur ke dalam kekuatan pancer
yang bersifat transenden (Tuhan Yang Mahakuasa). Setiap orang bisa bertemu Guru
Sejatinya, dengan syarat kita dapat menguasai hawa nafsu negatif; nafsu
lauwamah (nafsu serakah; makan, minum, kebutuhan ragawi), amarah (nafsu
angkara murka), supiyah (mengejar kenikmatan duniawi) dan mengapai nafsu
positif dalam sukma sejati (al mutmainah). Sehingga jasad dan nafs/hawa nafsu lah
yang harus mengikuti kehendak sukma sejati untuk menyamakan frekuensinya
dengan gelombang Yang Maha Suci. Sukma menjadi suci tatkala sukma kita sesuai
dengan karakter dan sifat hakekat gelombang Dzat Yang Maha Suci, yang telah
meretas ke dalam sifat hakekat Guru Sejati. Yakni sifat-sifat Sang Khaliq yang
(minimal) meliputi 20 sifat. Peleburan ini dalam terminologi Jawa disebut
manunggaling kawula-Gusti.

Tradisi Jawa mengajarkan tatacara membangun sukma sejati dengan cara


manunggaling kawula Gusti atau penyatuan/penyamaan sifat hakikat makhluk
dengan Sang Pencipta (wahdatul wujud). Sebagaimana makna warangka manjing
curiga; manusia masuk kedalam diri Tuhan, ibarat Arya Sena masuk kedalam
tubuh Dewaruci. Atau sebaliknya, Tuhan menitis ke dalam diri manusia; curigo
manjing warongko, laksana Dewa Wishnu menitis ke dalam diri Prabu Kreshna.
Sebagai upaya manunggaling kawula gusti, segenap upaya awal dapat
dilakukan seperti melalui ritual mesu budi, maladihening, tarak brata, tapa brata,
puja brata, bangun di dalam tidur, sembahyang di dalam bekerja. Tujuannya agar
supaya mencapai tataran hakekat yakni dengan meninggalkan nafsul lauwamah,
amarah, supiyah, dan menggapai nafsul mutmainah. Kejawen mengajarkan bahwa
sepanjang hidup manusia hendaknya laksana berada dalam bulan suci
Ramadhan. Artinya, semangat dan kegigihan melakukan kebaikan, membelenggu
setan (hawa nafsu) hendaknya dilakukan sepanjang hidupnya, jangan hanya
sebulan dalam setahun. Selesai puasa lantas lepas kendali lagi. Pencapaian hidup
manusia pada tataran tarekat dan hakikat secara intensif akan mendapat hadiah
berupa kesucian ilmu makrifat. Suatu saat nanti, jika Tuhan telah menetapkan
kehendakNya, manusia dapat menyelam ke dalam tataran tertinggi yakni makna
kodratullah. Yakni substansi dari manunggaling kawula gusti sebagai ajaran paling
mendasar dalam ilmu Kejawen khususnya dalam anasir ajaran Syeh Siti Jenar.
Manunggling Kawula Gusti = bersatunya Dzat Pencipta ke dalam diri mahluk.
Pancaran Dzat telah bersemayan menerangi ke dalam Guru Sejati, sukma sejati.

TANDA PENCAPAIAN SPIRITUALITAS TINGGI


Keberhasilan mengolah Guru Sejati, tatarannya akan dapat dicapai apabila
kita sudah benar-benar lepas dari basyor atau raga/tubuh. Yakni jiwa yang telah
merdeka dari penjajahan jasad. Bukan berarti kita harus meninggalkan segala
kegiatan dan aktivitas kehidupan duniawi, itu salah besar !! Sebaliknya, kehidupan
duniawi menjadi modal atau bekal utama meraih kemuliaan baik di dunia maupun
kelak setelah ajal tiba. Maka seluruh kegiatan dan aktivitas kehidupan duniawi
sudah tidak dicemari oleh hawa nafsu. Kebaikan yang dilakukan tidak didasari
pamrih; sekalipun dengan mengharap-harap iming-iming pahala-surga, atau takut
ancaman dosa-neraka. Melainkan kesadaran makrokosmos dan mikrokosmos akan
kodrat manusia sebagai makhluk Tuhan, hendaklah memposisikan diri bukan
sebagai seteruNya, tetapi sebagai sekutuNya, sepadan dan merasuk ke dalam
gelombang Ilahiah. Kesadaran spiritual bahwa kemuliaan hidup kita apabila kita
dapat bermanfaat untuk kebaikan bagi sesama tanpa membeda-bedakan masalah
sara. Orang yang memiliki kesadaran demikian, hakekat kehendaknya merupakan
kehendak Tuhan. Apa yang dikatakan menjadi terwujud, setiap doa akan terkabul.
Ucapannya diumpamakan idu geni (ludah api) yang diucapkan pasti terwujud.
Kalimatnya menjadi Sabda Pendita Ratu, selalu menjadi kenyataan.
Selain itu, tataran tinggi pencapaian ilmu batin/spiritual dapat ditandai
apabila kita dapat menjumpai wujud diri kita sendiri, yang tidak lain adalah Guru
Sejati kita. Lebih dari itu, kita dapat berdialog dengan Guru Sejati untuk
mendengarkan nasehat-nasehatnya, petuah dan petunjuknya. Guru sejati berperan
sebagai mursyid yang tidak akan pernah bicara omong kosong dan sesat, sebab
Guru Sejati sejatinya adalah pancaran dari gelombang Yang Maha Suci. Di sana lah,
kita sudah dekat dengan relung sastra jendra hayuning rat yakni ilmu linuwih,
ibu dari dari segala macam ilmu, karena mata (batin) kita akan melihat apa-apa
yang menjadi rahasia alam semesta, sekalipun tertutup oleh pandangan visual
manusia maupun teknologi.
Tanda-tanda pencapaian itu antara lain, kadang seseorang diizinkan Tuhan
untuk mengetahui apa yang akan terjadi di masa mendatang, melalui vision, mimpi,
maupun getaran hati nurani. Semua itu dapat merupakan petunjuk Tuhan. Maka
tidak aneh apabila di masa silam nenek moyang kita, para leluhur bumi nusantara
yang memperoleh kawaskitan, kemudian menuangkannya dalam berbagai karya
sastra kuno berupa; suluk, serat, dan jangka atau ramalan (prediksi). Jangka atau
prediksi diterima oleh budaya Jawa sebagai anugerah besar dari Tuhan, terkadang
dianggap sebagai peringatan Tuhan, agar supaya manusia dapat mengkoreksi diri,
hati-hati, selalu eling-waspadha dan melakukan langkah antisipasi.

PENTINGKAH GURU SEJATI ?

Peran Guru Sejati sudah jelas saya paparkan di awal pembahasan ini. Namun
demikian perlu kami kemukakan betapa pentingnya Guru Sejati dalam kehidupan
kita yang penuh ranjau ini. Perahu kehidupan kita berlabuh dalam samudra
kehidupan yang penuh dengan marabahaya. Kita harus selalu eling dan waspadha,
sebab setiap saat kemungkinan terburuk dapat menimpa siapa saja yang lengah.
Guru Sejati akan selalu memberi peringatan kepada kita akan marabahaya yang
mengancam diri kita. Guru Sejati akan mengarahkan kita agar terhindar dari
malapetaka, dan bagaimana jalan keluar harus ditempuh. Karena Guru Sejati
merupakan entitas zat atau energi kebaikan dari pancaran cahaya Illahi, maka Guru
Sejati
memiliki
kewaskitaan
luarbiasa.
Guru
Sejati
sangat
cermat
mengidentifikasi masalah, dan memiliki ketepatan tinggi dalam mengambil
keputusan dan jalan keluar. Biasanya Guru Sejati bekerja secara preventif
antisipatif, membimbing kita agar supaya tidak melangkah menuju kepada hal-hal
yang akan berujung pada kesengsaraan, malapetaka, atau musibah.

ANASIR ASING
Konsep tentang guru sejati sebagaimana ajaran Jawa, dapat ditelusuri melalui
konsep sedulur papat lima pancer, dalam konsep pewayangan yang makna dan
hakikatnya dapat dipelajari sebagaimana tokoh dalam Pendawa Lima (lihat dalam
tulisan Pusaka Kalimasadha). Namun demikian, dalam perjalanannya mengalami
pasang surut dan proses dialektika dengan anasir asing yakni; Hindu, Budha, Arab.
Leluhur bangsa kita memiliki karakter selalu positif thinking, toleransi tinggi, andap
asor. Sehingga nenek moyang kita, para leluhur yang masih peduli dengan kearifan
lokal, secara arif dan bijaksana mereka tampil sebagai penyelaras sekaligus cagar
kebudayaan Jawa. Setelah Islam masuk ke Nusantara, ajaran Kejawen mendapat
anasir Arab dan terjadi sinkretisme, sedulur papat keblat kemudian diartikan pula
sebagai empat macam nafsu manusia yakni nafsu lauwamah (biologis), amarah
(angkara murka), supiyah (kenikmatan/birahi/psikologis), dan mutmainah
(kemurnian dan kejujuran). Sedangkan ke lima yakni pancer diwujudkan dalam
dimensi nafsu mulhimah (sebagai pengendali utama atau tali suh atas keempat
nafsu sebelumnya. Konvergensi antara Kejawen dengan tradisi Arab disusunlah
klasifikasi sifat-sifat nafsu jasadiah di atas dengan diaplikasikan ke dalam lambang
aslinya yakni tokoh wayang; 1. Lauwamah = Dosomuko, 2. Amarah = Kumbokarno,
3. Supiyah = Sarpo Kenoko, 4. Mutmainah = Gunawan Wibisono.
Tulisan ini saya persembahkan kepada seluruh pembaca yang budiman
sebagai penambah referensi dan informasi untuk generasi bangsa. Karena kita
sadari sulitnya mendapatkan referensi sehingga seringkali dalam beberapa
pembahasan maknanya menjadi salah kaprah. Mudah-mudahan tulisan ini
bermanfaat bagi siapapun, walau sedikit dan masih banyak kekurangan di sana-sini.
Rahayu; sabdalangit

Anda mungkin juga menyukai