Anda di halaman 1dari 18

Ringkasan Sirrul Asrar

Ada 4 lapisan alam :

1. Alam lahut
2. Alam jabarut
3. Alam malakut
4. Alam mulki

Ada 4 lapisan ruh :

1. Ruh qudsi
2. Ruh sulthani
3. Ruh ruwani
4. Ruh jismani

Bashirah adalah inti ruh yang terbuka bagi mata hati para aulia. Jika ingin membuka nya harus
berguru pada ahli bashirah dan mengambil talqin dari seorang wali mursyid yang memberi
petunjuk langsung dari alam lahut. Ilmu dibagi dua ada ilmu lahir (syari’at) ada ilmu batin
(ma’rifat). Syari’at untuk badan kita dan ma’rifat untuk batin kita dan keduanya dipadukan
dengan ilmu hakikat.

Tujuan inti ibadah adalah wushul ILALLAH dan tujuan penciptaan manusia adalah ma’rifat
kepada Allah. Cara yang ditempuh adalah menyingkap tirai nafsu dan membersihkan cermin
qalbu. Manifestasi dari ruh al qudsi akan muncul dengan tobat,talqin, dan terus menerus
melafadzkan LAA ILAAHA ILLALLAH pertama diucapkan dengan lidah setelah qalbu nya
hidup dilafadzkan dengan lisan qalbunya.

Firman Allah dalamhadits qudsi “ pertama kali yang Aku ciptakan Adalah ruh Muhammad dari
cahayaKu”. Ruh, cahaya, al qalam, dan akal pada dasarnya adalah satu yaitu hakikat
Muhammad. Ruh Muhammad adalah ruh yang termurni, sebagai makhluk pertama d an asal
seluruh makhluk. Ma’rifat ada dua macam, yaitu ma’rifat sifat Allah dan ma’rifat Dzat Allah.
Ma’rifat sifat menjadi tugas jasad di dunia dan akhirat. Sedangkan ma’rifat Dzat menjadi tugas
ruh al qudsi diakhirat saja.

Pada mulanya manusia membutuhkan ilmu syari’at agar dengan usaha fisiknya-sesuai dengan
kadar pengetahuannya tentang ma’rifat sifat ia mendapatkan derajat dan pahala. Pada tahap
selanjutnya ia akan membutuhkan ilmu bathin sehingga dengan kemampuan ruh al qudsinya ia
sampai kepada alam ma’rifat. Adapun untuk mencapai tujuan ini manusia harus meninggalkan
segala sesuatu yang menyalahi syari’at dab tarekat. Ini akan dapat dicapai dengan melatih diri
mennggalkan hawa nafsu dan berbagai kegiatan ruhaniyah-meskipun sangat berat- dengan tujuan
mendapat ridha Allah tanpa riya’
Alam ma’rifat pada hakikatnya adalah adalah alam lahut (negri asal tempat diciptakan nya ruh
Al qudsidalam wujud yang terbaik). Manusia ada 2 yakni manusia jasmani dan manusia ruhani.
Manusia jasmani adalah manusia seperti umum nya, sedangkan manuisia ruhani adalah manusia
khusus. Dia adalah mahramnya negri asal dan disebut dengan alam qurbah.

Kembalinya manusia jasmani ke negri asal disebabkan oleh pengamalan nya pada ilmu syari’at,
tarekat dan ma’rifat. Derajat syurga ada tiga tingkatan yaitu surga di alam mulki ( jannatul
ma’wa), syurga di alam malakut (jannatun na’im), syurga di alam jabarut (jannatul firdaus).
Semua ini adalah keni’matan bagi manusia jasmani. Kembalinya manusia khusus ke negri asal
yakni dengan mengamalkan ilu hakikat. Ilmu hakikat yang dimaksud adalah tauhid yang
diajarkan diajarkan di alam lahut.

Pencapaian manusia khusus pada alam ini terjadi pada saat ia hidup di dunia karena kebiasaan
dia dalam beribadah baik dalam keadaan tidur maupun terjaga. Kembalinya manusia khusus
adalah setelah qalbunya hidup oleh karena pancaran cahaya tauhid dan memulazamahkan asma
asma tauhid dengan lisan sirri tanpa huruf dan suara.

Allah berfirman dalam hadis qudsi “ ilmu batin adalah rahasiaKu yang paling rahasia. Aku
wujudkan di dalam qalbu hambaku dan tidak ada yang bisa memberikan pemahaman tentangnya
kecuali aku.” Allah SWT juga berfirman “ Aku ini sesuai dengan sangkaan hambaKu. Aku
bersamanya ketika dia mengingatKu. Bila dia mengingatKu pada qalbunya, Aku pun mengingat
dia pada DzatKu. Dan bila dia mengingatKu pada pada satu kumpulan, maka Akupun akan
meningat dia di dalam kumpulan yang lebih baik darinya.”

Tujuan utama diturunkannya ruh alqudsi ke alam terendah yakni agar dengan qalbu dan jasadnya
manusia mencapai derajat surga dan al qurbah. Tempatnya r. ruh jismani adalah di dalam jasad
antara daging dan darah. Tempat ruh ruwani adalah di dalam hati (al qalb). Tempatnya ruh
sulthani adalah di dalam mata hati ( al fuad) dan tempat nya ruh al qudsi adalah rasa (sirrri).
Setiap ruh tersebut memiliki ruang edar di alam wujud, masing-masing memiiki potensi, hasil
dan manfaat lahir maupun batin. Oleh karena itu manusia wajib mengetahui bagaimana cara
mengolah masing-masing lapisan ruh itu di alam wujudnya.

RUANG EDAR RUH DI DALAM JASAD

Ruang edar ruh jismani di dalam badan adalah disemua anggota tubuh yang terlihat. Penggalian
potensinya adalah dengan amalan syari’at. Bentuk konkrit nya adalah ibadah wajib yang sudah
diperintahkan oleh Allah SWT seperti hukum-hukum syari’at yang telah ditetapkan. Diamalkan
tanpa diiringi dengan syirik.

Keuntungan dunia dari pengolahan ruh jismani adalah al wilayah ( kewalian) dan mukasyafah
( terbukanya hijab antara manusia dengan Allah) dan musyahadah ( merasa berhadap-hadapan
dengan Allah) di alam mulki dari bumi sampai langit. Adapun keuntungan akhirat dari
pengolahan ruh jismani adalah mendapatkan syurga yang ada di tingkat pertama yang disebut
jannatul ma’wa.

Adapun ruang edar Ruh rawani adalah Qalbu. Penggalian potensinya adalah ilmu Tarekat.
Bentuk amalannya adalah sibuk dengan 4 asma Allah SWT tingkat pertama ( La ilaha Ilallah,
Allah, Huwa, Al-Haqq) dari 12 asma Utama Allah SWT (La Ilaha Ilallah, Allah, Huwa, Al-haqq,
Al hayyu, Al Qayyum, Al qohar, Al Wahhab, AL Fattah, Al Wahid, Al Ahad, As Shamad) tanpa
suara dan huruf. Sedangkan ma’rifat adalah hasil dari memulazamahkan asma-asma tauhid juga
berusaha menerapkan substansi asmaul husna ke dalam diri dan berahlak sesuai dengan akhlaq
yang terkandung di dalam asmaul husna.

Dua belas Asma Allah yang disebut di atas merupakan sumber dari seluruh asma Allah.
Jumlahnya yang 12 itu sesuai dengan jumlah huruf dalam kalimat “ la Ilaha Illallah”. Dan Allah
SWT menetapkan kalimah ini ke dalam salah satu fase-fase perjalanan kalbu ke alam-alam
ruhani. Dimana setiap huruf dalam kalimatnya mengandung satu asma Allah SWT. Dan bagi
setiap alam ruhani ada tiga Asma Allah SWT.

Keuntungan dari penggalian potensi Ruh Rawani adalah hidupnya qalbu dan musyahadah di
alam Malakut, seperti musyahadah atau menyaksikan surga, penduduknya, cahayanya, atau
malaikat-malaikatnya. Keuntungan lainnya adalah mudahnya melafadzkan asmaul batin dengan
lisan batin tanpa suara dan batin. Tempat Ruh Rawani di akhirat adalah surga tingkat ke dua
yaitu jannatun na’im.

Adapun tempatnya ruh sulthani adalah Al-Fuad (mata hati). Penggalian potensinya adalah
ma’rifat. Bentuk amalannya adalah mendisiplinkan diri pada asma Allah SWT yang ke dua ( Al
Hayyu, Al- Qayyum, Al Qohhar, Al Wahhab) dengan menggunakan lisan qalbu. Perumpamaan
ilmu lahiriyah adalah seperti air hujan yang turun ke bumi, sedang ilmu bathiniyah seperti air
dari mata air asli.

Nabi bersabda : Orang yang ikhlas kepada Allah selama 40 hari, akan timbul sumber-sumber
dari qalbunya melalui lisan nya. Adapun keuntungan dari penggalian potensi ruh sukthani adalah
melihat pantulan jamalullah ( keindahan Allah). Adapun tempat bagi orang yang mampu
mengolah ruh sulthaninya di akhirat adalah surga ke tiga, yaitu jannatul Firdaus.

Adapun tempat ruh Al Qudsi adalah di dalam sirri (rasa). Penggalian potensinya adalah ilmu
hakikat yaitu ilmu tauhid. Bentuk amalannya adalah mendisiplinkan diri dengan asma-asma
tauhid, yaitu 4 asma ke 4 terakhir ( Al Fattah, Al Wahid, Al Ahad, Ash Shamad) dengan lisan
sirri tanpa suara dan huruf. Keuntungan dari pengolahan ruh al qudsi ini adalah lahirnya Thiflul
Ma’ani, musyahadah dan melihat Dzat Allah, baik keagungan Nya maupun keindahan Nya yakni
dengan penglihatan sirri. Dalam penglihatan itu, (Dzat Allah SWT) tidak dapat dijelaskan
dengan bentuk, cara dan perumpamaan.
Di tahap ini manusia sudah sampai pada tujuannya. Jika manusia telah sampai pada tujuannya,
akal tidak akan mampu menggambarkannya, qalbu tidak akan mampu membayangkannya, lidah
tidak akan mampu membicarakannya.

PENJELASAN MACAM-MACAM ILMU

Ilmu lahir ada 12 macam, ilmu bathin pun 12 macam. Semua ilmu itu kemudian dibagi menurut
kadar kemampuannya untuk umum, khusus, paling khusus. Namun semua ilmu itu pada
dasarnya dibagi menjadi 4, pertama ilmu lahiriyah yakni syari’at yaitu ilmu tentang perintah dan
larangan serta hukum-hukum lainnya. Kedua bathinyah syaria’at yang disebut dengan ilmu
tarekat, ketiga bathiniyah tarekat yang disebut ilmu ma’rifat, keempat bathiniyah bathin yang
disebut ilmu hakikat.

Seluruh manusia diharuskan menguasai keempat ilmu tadi, Rasullullah SAW bersabda : “
Syari’at bagaikan pohon, tarekat bagaikan cabangnya, ma’rifat bagaikan daunnya dan hakikat
adalah buahnya.” Al-Quran telah mencakup keempat bagian ilmu tersebut. Yang perlu diingat,
setiap hamba diperintahkan untuk menjalankan semua perintah dan menjauhi semua larangan
serta melawan hawa nafsunya disetiap tingkatan keempat ilmu ini ( syari’at, tarekat, ma’rifat,
hakikat)

Ditingkat syari’at hamba akan digoda oleh hawa nafsu untuk untuk melakukan hal-hal yang
berlawanan dengan syari’at, sedangkan ditingkatan tarekat godaan datang berupa dlorongan
hawa nafsu yang kelihatannya sejalan dengan syari’at tapi menipu, seperti mengaku nabi dan
wali. Ditingkat ma’rifat giodaan datang melalui syirik yang samar dari bangsa cahaya, seperti
pengakuan menjadi tuhan. Adapun ditingkat hakikat, setan, nafsu dan malaikat tidak dapat
memasukinya.

Manusia yang telah mencapai tingkatan hakikat ini berarti dia selamat dari perseteruan dengan
setan dan hawa nafsu dan dia menjadi hamba yang ikhlas ( mukhlis ). Orang yang tidak mampu
mencapai ilmu hakikat tidak akan menjadi hamba yang ikhlas. Sebab tajali Dzat tidak akan
tercapai selama sifat-sifat bashariyah ghairiyahnya ( sifat manusiawi selain Allah) tidak hancur.
Dan ma’rifat Dzat tidak akan tercapai kecuali setelah kebodohan hilang.

Ketika orang sudah ma’rifat Dzat, Allah SWT akan memberi ilmu NYA tanpa perantara yaitu
ilmu laduni. Maka dia akan mengenal Allah SWT karena diperkenalkan Allah dan beribadah
kepada Allah dengan ajaran langsung dari Allah SWT. Seperti halnya Nabi Khidir AS. Di dalam
hakikat ini seseorang akan menyaksikan berbagi ruh Al Qudsi dan dia akan mengenal nabinya
( Muhammad SAW) scara hakiki. Maka pada saat itu berkumpulah ruh terakhir orang itu ( ruh
jismani) dengan ruh permulaannya ( ruh Al Qudsi) dan seluruh nabi menyampaikan kabar
gembira bahwa ia akanwushul selamanya pada Allah SWT.
Amal ibadah ruh jismani dengan ilmu-ilmu lahir ini pahalanya hanya surga. Sedangkan untuk
sampai ke alam qurbah harus dengan ilmu lahir dan ilmu bathin. Sayyidina Ali Bin Abi thalib
Berkata : ‘ Allah menyayangi orang-orang yang mengetahui kadar dirinya dan tidak mengakui
melebihi batas perjalanan ruhnya, menjaga lisannya dan tidak menyia-nyiakan umurnya.” Oleh
karena itu orang alim harus mampu mengetahui makna Al-Insan Al Haqiqi yang disebut Thflul
ma’ani, lalu memeliharanya dengan asma-asma tauhid. Selanjutnya mengeluarkan diri dari alam
jismani menuju alam ruhani.

Ini adalah maqamnya ahli tauhid,diri mereka fana dalam inti tauhid. Di dalam sirri mereka tidak
ada apapun yang dirasakan selain melihat cahaya jamallullah ( keindahan Allah). Ketahuilah
bahwa martabat-martabat yang telah dijelaskan tidak akan diperolehkecuali dengan tobat yang
sebenar-benarnya dan menerima talqin dari ahlinya.

PENJELASAN TENTANG TOBAT DAN TALQIN

Kalimat talqin ( Laailaaha illallah ) ini bisa diambil dengan sarat dari orang yang qalbunya
bertaqwa sempurna dan suci dari segala sesuatu selain Allah SWT. Mahbbah kepada Allah SWT
tidak akan tercapai kecuali setelah engkau melumpuhkan musuh-musuh yang ada di alam
wujudmu seperti halnya nafsu amarah, nafsu lawamah, dan nafsu mulhamah. Rasul bersabda :
“kita telah kembali dari perang kecil menuju perang besar yakni perang melawan hawa nafsu.”
Rasul SAW juga bersabda :”musuhmu yang paling utama adalah nafsumu yang berada diantara
kedua lambungmu.”

Setelah terlumpuhkan maka bersihlah dirimu dari sifat-sifat bahimiyah (binatang jinak) yang
tercela seperti mencintai banyak makan, minum, tidur dan bercanda yang berlebihan. Bersih juga
dirimu dari sifat sab’iyyah ( binatang buas ) seperti marah, mencaci, memukul, memaksa, juga
bersih dari sifat syaitaniyah ( sifat-sifat syaetan) seperti sombong, ujub, hasad, dengki, dendam,
dan dari sifat-sifat badan dan kalbu lainnya.

Jika engkau sudah bersih dari sifat-sifat tercela tadi, berarti engkau sudah bersih dari sumber
dosa. Maka engkau termasuk orang suci dan ahli tobat. Tobatpun pada dasarnya terbagi menjadi
2 macam, yaitu tobatnya orang awam dan tobatnya orang khawwas. Taubat orang awam adalah
berhentinya seorang hamba dari berbuat dosa dan kembali menjalankan keta’atan, dari sifat
tercela kesifat terpuji, dari jalan neraka ke jalan surga, dari mengikuti kemauan jasad kembali
melatih diri dengan dzikir dan melakukan perjalanan ubudiyah sekuat-kuatnya.

Adapun tobat orang khawwash adalah tobatnya seorang hamba setelah mampu menjalani tobat al
‘amm. Yakni tobat dengan meninggalkan amal-amal baik ke amal-amal tingkat ma’rifat,
meningkatkatkan amalan derajat ke amalan al qurbah dari keni’matan jasmani menuju
keni’matan rohani. Inti dari tobat ini adalah fokus untuk meninggalkan sesuatu selain Allah
SWT, fokus agar bisa bermesraan dengan Allah SWT dan melihat Allah SWT dengan pandangan
yakin.
Melihat kepada Allah SWT di dunia tidak akan berhasil. Yang dapat dilihat di dunia adalah sifat-
sifat Allah SWT dari cermin qalbu. Sayyidina Umar bin Al Khaththab berkata : “ kalbuku
melihat tuhanku dengan cahaya tuhanku.” Kalbu manusia akan melihat pantulan jamlullah dari
cermin kalbunya. Musyahadah seperti yang digambarkan sayyidina Umar RA itu tidalk dapat
dicapai kecuali melalui talqin dari seorang syekh yang telah wusul kepada Allah SWT dan dia
diterima.

Imam al Ghazali berkata : “ hidupnya kalbu adalah dengan ilmu maka galilah, matinya kalbu
adalah dengan kebodohan maka jauhilah, tujuan terbaikmu adalah taqwa maka berbekalah
dengannya, cukup bagimu apa yang kunasihatkan ini maka jadikanlah ia sebagai nasihat.”

PENJELASAN TASAWUF

Berkaitan dengan ilmu tasawuf, tasawuf terdiri dari 4 huruf, yaitu ta, shad, waw dan fa. Huruf ta
diambil dari kata At-Taubah atau tobat. Tobat sendiri terbagi 2 yaitu tobat lahir dan tobat batin.
Tobat lahir adalah manusia kembali dengan seluruh badan lahiriyyah nya dari dosa dan sifat
tercela kepada perbuatan taat, dari menentang perintah Allah SWT kepada ketundukan, baik
dalam perkataan maupun perbuatan. Adapun tobat bathiniyah ialah kembalinya seseorang
dengan segala potensi bathin nya dari segala pertentangan batiniyah kepada ketundukan
batiniyah yakni dengan selalu membersihkan kalbu. Bila tel;ah berhasil menggantikan sifat
tercela dengan sifat terpuji maka seorang salik telah mencapai huruf ta.

Adapun huruf shad. Diambil dari kata shofa yang berarti bersih. Bersih terbagi 2, bersih kalbu
dan bersih rasa. Bersih kalbu ialah ketika seorang salik membersihkan kalbunya dari kotoran
sifat manusiawi seperti syahwat yang didorong oleh kalbu. Contohnya banyak makan, minum,
tidur dan berbicara, menyenangi hal-hal duniawi seperti usaha yang berlebihan, jima berlebihan,
mencintai keluarga berlebihan dan yang lainnya. Untuk membersihkan kalbu dari sifat-sifat
seperti itu hanya dapat dilakukan dengan memulazamahkan dzikir melalui talqin. Awalnya dzikir
dilakukan dengan jahr bagi pemula, hingga kelak ( tanpa huruf dan suara) ketika mencapai
maqam hakikat. Artinya kalbu mereka takut kepada Allah SWT. Rasa takut kepada Allah SWT
ini hanya tumbuh di dalam kalbu yang telah bangun dari kelalaian, dan telah dibersihkan. Bila
kalbu telah dibersihkan akan terukir didalamnya gambaran ghaib dari kebaikan maupun
keburukan. Adapun bersih nya rasa bisa dicapai dengan menjauhi segala sesuatu selain Allah
SWT yakni dengan memulazamahkan diri pada asma tauhid melalui lisan sirri. Bila pembersihan
telah berhasil maka salik telah mencapai maqam huruf shad

Adapun huruf waw diambil dari lafadz al wilayah, itu merupakan hasil dari tashfiyah
(pembersihan kalbu). Hasil dari al wilayah ini adalah mampu berakhlak dengan Akhlak Allah
SWT. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW “ Berakhlak lah kamu sekalian dengan akhlak
Allah.” Artinya para salik bisa masukpada sifat-sifat Allah SWT setelah menghilangkan sifat-
sifat bashariyahnya. Bila seseorang telah mencapai sifat ini, maka berarti ia telah mencapai
maqam huruf Waw.
Huruf fa diambil dari lafadz al fana, artinya peleburan diri pada Allah SWT. Jika seorang salik
telah meleburkan sifat basyariyahnya maka yang ada hanya sifat ahadiyah. Sifat ahadiyah adalah
sifat Allah SWT yang tidak akan sirna, rusak atau hilang. Oleh karena itu seorang hamba yang
telah fana dengan tuhan nya berarti ia pun kekal dengan tuhannya dan keridhoan Nya. Akhirnya
kalbu yang sudah fana akan kekal beserta rasa (sirri) yang kekal dan pandangannya (pada Allah)
yang kekal.

Hasil dari amal saleh ditingkat fa ini adalah al insan al haqiqi atau thiflul ma’ani. Setiap amal
yang ditujukan kepada selain Allah SWT maka akan hancur dan sia-sia bagi yang melakukannya.
Bila fana telah sempurna maka hasilnya dalah baqa artinya abadi di alam qurbah. Maka dia
menjadi seorang sufi yang bersih dan bersama Allah SWT selamanya.

PENJELASAN DZIKIR

Nabi SAW bersabda : “ kalimat yang terunggul yang aku ucapkan dan diucapkan pula para nabi
sebelumku adalah LAA ILAAHA ILLALLAAH.”

Setiap maqam dzikir memiliki martabat masing-masing, baik yang jahar maupun yang khofi.
Pertama orang yang maqam nya dzikir lisan, Allah SWT akan menunjukan pada mereka dzikir
lisan. Orang yang maqam nya dzikir kalbu, Allah SWT akan menunjukan pada mereka dzikir
kalbu. Orang yang maqamnya dzikir ruh, Allah SWT akan menunjukan mereka pada dzikir ruh.
Begitu pula kepada orang yang maqamnya dzikir khofi dan akhfal khofi (dzikir maha samar)

Adapun dzikir lisan berfungsi sebagai pengingat hati terhadap dzikir yang dilupakannya.
Sedangkan dzikir nafsi ialah dzikir yang tidak bisa didengar huruf dan suaranya. Ia hanya bisa
didengar dengan indra dan gerakan dalam batin. Dzikir qalbu adalah untuk menggali jalaliah dan
jamalilah yang terkandung di dalam hati. Dzikir ruh adalah untuk menyaksikan cahaya tajali
sifiat. Dzikir sirri ialah untuk membuka rahasia Ilahiah. Adapun dzikir khofi ialah untuk fokus
pada cahaya keindahan Dzat Yang Maha Tunggal. Adapun dzikir akhfal khofi ialah untuk
melihat hakikat haqqul yaqin yang tidak ada satupun dapat mengetahuinya kecuali Allah SWT.

Jalan untuk wushul ( sampai kepada Allah SWT) ialah dengan selalu menjaga badan tetap berada
di jalan yang benar dengan melakukan semua hukum syari’at, baik siang maupun malam. Dan
mendisiplankan diri dengan berdzikir dengan lirih maupun jahar. Hukumnya wajib dan harus
dilakukan oleh semua manusia yang ingin dekat pada Allah SWT. Allah SWT berfirman “
ingatlah Allah dalam keadaan berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi.” (Qs. Ali imran : 191)

Syarat dzikir adalah harus dalam keadaan wudhu yang sempurna lalu dengan arah yang tepat dan
suara yang kuat, hingga menghasilkan cahaya dzikir didalam batin. Dengan cahaya-cahaya itu,
kemudian hatinya akan menjadi hidup yakni kehidupan ukhrawi yang abadi. Rasulullah SAW
bersabda, “ orang – orang yang beriman dengan iman yang sempurna tidak akan mati, tetapi
mereka hanya berpindah saja dari negri fana, ke negri kekal yaitu akhirat.” Beliau juga bersabda
“ para nabi dan wali menjalankan shalat di kuburan mereka sebagaimana mereka shalat di rumah
mereka. Artinya setelah mereka meninggalpun mereka tetap bermunajat kepada Allah SWT.

Rasulullah SAW bersabda “ orang yang mati dalam keadaan mencari ilmu, maka di alam
kuburnya Allah SWT akan mengutus dua malak yang mendidiknya dengan ilmu ma’rifat
(sampai hari kliamat) dan dia akan bangun dari kuburnya menjadi seorang yang alim dan
arif.”(hal 118). Adapun yang dimaksud dua malak adalah ruhaniah Nabi SAW dan ruhaniyah
Wali RHA.

PENJELASAN TENTANG MELIHAT ALLAH DENGAN BASHIRAH BATIN

Melihat Allah SWT itu ada 2 macam. Pertama melihat jamalullah tanpa perantara cermin kalbu.
Kedua melihat sifat Allah SWT di muka bumi dengan perantara cermin kalbu yakni dengan
penglihatan mata hati dari pantulan cahaya jamalullah. Jadi manusia yang mampu melihat sifat-
sifat Allah SWT pada segala sesuatu yang ada dan terjadi di muka bumi ini, berarti dia pasti akan
melihat Dzat Allah di akhirat ( alam lahut) tanpa perantara. Melihat sifat-sifat Allah SWT inilah
yang sering diakui para wali.

Oleh sebab itu, sudah seharusnya seorang hamba menyingkap tabir hawa nafsu dari kalbunya
agar kemudian kalbu itu hidup dengan menerima cahaya-cahaya tersebut. Dimana akhirnya dari
misykah (lubang yang tidak tembus), ruhnya dapat menyaksikan sifat-sifat Allah SWT dari
pantulan cahaya cermin kalbu tadi. Adapun melihat Dzat Allah itu ada di akhirat (alam lahut)
tanpa perantara cermin kalbu dengan pandangan sirri yang disebut dengan thiflul ma’ani

PENJELASAN TENTANG TABIR GELAP DAN TABIR CAHAYA

Penyebab kebutaan kalbu adalah karena adanya tabir gelap (al hujub azhulmaniyah) , lalai dan
lupa karena jauhnya diri dari menepati janji pada Allah saat di alam arwah. Adapun sebabnya
lalai adalah kebodohan seseorang terhadap masalah hakikat ilahiah. Kebodohan ini timbul
karena kalbu dikuasai oleh sifat-sifat tercela seperti sombong, dendam,dengki, kikir, ‘ujub,
ghibah (mengumpat), namimah (mengadu domba), bohong dan sifat-sifat tercela lainnya.

Sifat-sifat inilah yang mengakibatkan manusia jatuh ke derajat yang paling rendah. Adapun
cara menghilangkan sifat-sifat yang tercela tadi adalah dengan membersihkan cermin kalbu
dengan alat pembersih tauhid, ilmu dan amal serta berjuang sekuat tenaga baik lahir maupun
batin. Semuanya itu akan menghasilkan hidupnya kalbu dengan cahaya tauhid dan sifat-sifat nya.
Bila seorang telah berhasil menghidupkan hatinya maka ia akan ingat pada negri asalnya (alam
lahut).
Selanjutnya, setelah tabir gelap hilang maka yang tersisa adalah tabir cahaya ( Al hujub
Annuraniyah). Dan pada saat itulah ia sudah bashirah. Ia mampu melihat dengan penglihatan ruh
dan menerima cahaya asma ashifat. Secara bertahap hijab-hijab dalam bentuk cahaya itu akan
sirna dan dia akan diterangi hanya dengan cahaya dzat.

Ketahuilah bahwa kalbu memliki dua mata yakni mata kecil dan mata besar. Mata kecil hanya
mampu melihat tajali sifat dengan cahaya asma Ash shifat. Penglihatan ini hanya berfungsi di
alam-alam derajat (ma’wa, na’im dan firdaus). Sedangkan mata besar mampu melihat cahaya
tajali Dzat dengan cahaya tauhid yang maha tunggal hanya di alam lahut. Cara untuk mencapai
tingkatan –tingkatan mata ini adalah dengan kematian atau jika itu sebelum mati adalah dengan
fananya seorang dari hawa nafsu manusiawi.

Wushul pada Allah SWT di sini tidak seperti bertemunya jasad dengan jasad. Tidak juga seperti
bertemunya ilmu pengetahuan dengan tujuan pengetahuan atau bertemunya pikiran dengan yang
dipikirkan atau bertemunya dugaan terhadap yang diduga. Yang dimaksud wushul pada Allah
SWT adalah lepas dari selain Allah SWT.

PENJELASAN TENTANG BAHAGIA DAN MENDERITA

Ketahuilah bahwa manusia itu ada yang bahagia dan ada yang menderita. Bila kebaikan dan
keikhlasannya lebih banyak, itu artinya sifat-sifat hawa nafsunya telah berganti dengan sifat-sifat
ruhani. Jika seseorang mengikuti hawa nafsunya maka yang terjadi adalah sebaliknya. Jika
kekuatan antara kebahagiaan dan penderitaan nya sama maka yang menjadi pertimbangan
selanjutnya adalah amal baik dan harapan sang hamba pada Allah SWT.

Berdasarkan pada pertimbangan amal baik dan raja’ inilah kemudian Allah SWT menambahkan
pada timbangan amal sang hamba. Ini tidak terjadi pada seseorang yang sudah mengganti seluruh
sifat nafsaniah nya dengan sifat ruhaniah secara sempurna. Sebab hamba semacam itu tidak perlu
ada pertimbangan amal. Mereka datang ke mahsyar tanpa harus dihisab dan langsung masuk
surga. Sebaliknya yang hanya bertahan dengan nafsu nafsaniah dia akan masuk neraka.

Adapun orang yang lebih banyak amal kebaikannya, maka ia masuk surga tanpa diadzab.
Adapun jika amal buruknya lebih banyak dari amal baiknya maka dia akan di adzab sebagai
bentuk hukuman. Kemudian akan dikeluarkan dari neraka jika di dalam hatinya ada iman, lalu
dimasukan ke dalam surga.

Yang dimaksud dengan kebahagiaan dan penderitaan disini ialah silih bergantinya amal baik dan
amal buruk. Tolak ukurnya jika amal baik seseorang lebih banyak maka ia bahagia jika amal
buruknya lebih banyak maka ia menderita. Manusia yang bertobat, beriman dan beramal soleh
berarti ia sedang menggantikan penderitaan atas kemalangannya dengan kebahagiaan.
Adapun takdir tentang bahagia dan menderita yang ditulis sejak zaman azali sifatnya
menyeluruh. terkait takdir yang ini orang tidak bisa menbias tahu. Pengarang kitab tafsir al
Bukhari berk:ata : “ sesungguhnya kebanyakan dari rahasia itu diketahui tetapi tidak perlu
dibahas contohnya rahasia takdir. Yang wajib bagi seorang muslim dan mukmin adalah
menyakini bahwa Allah SWT maha bijaksana.

Dalam sebuah hikayat diceritakan bahwa sebagian ahli ma’rifat bermunajat kepada Allah SWT,
“ Ya Allah Engkau telah menaqdirkan, Engkau menghendaki dan engkau telah menciptakan
maksiat dalam diriku, “ tiba - tiba datanglah suara gaib, “ hai HambaKU, semua yang kau
sebutkan itu adalah sarat ketuhanan, lalu mana syarat kehambaanmu?”maka sang ahli ma’rifatitu
menarik kembali ucapannya, “aku salah aku telah berdosa dan aku telah berbuat zalim pada
diriku.” maka datanglah jawaban dari suara gaib,”Aku telah mengampuni, Aku telah memaafkan
dan aku telah merahmati.”

Maka yang wajib bagi semua mukmin adalah berpandangan bahwa amal yang baik adalah atas
taufik Allah SWT dan amal yang buruk adalah dari dirinya.. syekh Syaqiq Al Balkhi berkata, “
tanda bahagia itu ada lima, kalbu yang lembut, banyak menangis ( karena ingat dosa ), zuhud
dari keduniaan, tidak banyak angan-angan, dan memiliki rasa malu yang tinggi.sebaliknya tanda
orang menderita ada lima, kalbu yang keras, kering air mata, cinta dunia, banyak angan-angan
dan sedikit malu.”

Rasulullah SAW bersabda, “ tanda bahagia itu ada empat, jika mendapat amanah ia bertindak
adil, jika berjanji ia menepati, jujur dalam perkataan, dan jika berdebat tidak mencaci maki.
Sebaliknya tanda celaka ada 4, berkhianat dalam mengemban amanat, mengingkari janji, jika
berbicara berbohong,jika ia berdebat mencaci maki dan tidak memaafkannya.”

Ketahuilah bahwa penderitaan berubah menjadi kebahagiaan atau sebaliknya-itu karena adanya
bimbingan. Ini menjadi dalil bahwa setiap manusia punya potensi untuk menjadi Bahagia maupun
menderita. Kita tidak boleh mengatakan bahwa seseorang pasti Bahagia atau pasti menderita. Tetapi
katakana bahwa ia akan menjadi orang Bahagia jika kebaikannya lebih banyak dari keburukannya dan ia
akan menderita jika keburukannya lebih banyak daripada kebaikannya.

PENJELASAN TENTANG FAKIR DALAM TASAWUF

Tajalli ada empat yaitu tajalli atsar, tajalli af’al, tajalli sifat dan tajalli dzat. Akal pun ada empat yaitu akal
ma’asyi, akal ma’adi, akal ruhani, dan akal kulli. Manusia terkait dengan kedudukan alamnya, terbatas
pada 4 hal di atas yakni ilmunya, ruhnya, tajallinya dan akalnya. Sebagian manusia ada yang sebatas
sampai di alam pertama, sehingga surga nya pun ditingkat pertama yaitu jannatul ma’wa. Sebagian yang
lain mencapai alam ke dua dan mendapat surga ditingkat kedua yaitu jannatu na’im dan Sebagian
lainnya berada di alam ketiga yang balasannya adalah surga ditingkat ketiga yaitu jannatul Firdaus.
Tetapi para ahli tasawuf melebihi tingkatan semua alam, ahlul haq dari kalangan fuqara ahli ma’rifat
telah melewati semua itu dan telah sampai kepada hakikat dan alam al-Qurbah.
Faqir dalam ilmu tasawuf bukan fakir harta, tetapi sifat yang selalu menggantungkan diri kepada Allah
SWT dan meninggalkan selain Allah SWT berupa ni’mat-ni’mat duniawi dan ukhrawi, maksudnya adalah
fana fillahi (lebur daripada Allah). Disini seolah ia sudah tidak lagi mengekalkan diri bagi dirinya dan tidak
ada tempat lagi dihatinya selain Allah SWT.

MENJELASKAN TENTANG BERSUCI MENURUT

SYARI’AT DAN TAREKAT

Bersuci ada dua macam yakni bersuci secara lahir, dan bersuci secara batin. Bersuci secara lahir dengan
menggunakan air. Adapun bersuci secara batin dilakukan dengan tobat, talqin, membersihkan qalbu dan
menjalankan tarekat. Bila wudhu syari’at batal karena keluar nya najis, maka seorang wajib
memperbarui wudhunya. Bila wudhu batin batal karena melakukan amalan tercela dan akhlak yang
hina seperti sombong,’ujub,dengki,dendam,mengumpat,adu domba,bohong dan dosa badan maka cara
memperbarui wudhunya adalah dengan tobat yang ikhlas dari semua dosa dengan memperbarui
inabah(Kembali kepada Allah) yakni dengan menyesali semua dosa dan memohon ampunan serta
menghancurkan dosa-dosa tersebut langsung dari batinnya. Jika wudhu lahir dan shalat lahir
mempunyai waktu tertentu setiap satu hari satu malam. Maka wudhu batin dan shlat batin waktunya
seumur hidup dari hari ke hari tenpa putus.

MENJELASKAN TENTANG SHALAT SYARI’AT DAN SHALAT TAREKAT

Shalat syari’at ialah shalat yang rukun-rukunnya berkaitan dengan Gerakan anggota badan yang lahir
serta mengeluarkan suara dan bacaan. Adaaun shalatnya tarekat adalah shalat nya kalbu dan itu
dilakukan tana batas waktu atau selama-lamanya. Shalat syari’at ini sunnahnya dilakukan di masjid
secara berjama’ah, menghadap ka’bah dan mengikuti Gerakan imam tana riya dan sum’ah.

Sedangkan shalat tarekat dilakukan seumur hidup tanpa batas waktu. Masjidnya adalah kalbu. Cara
berjama’ah nya ialah dengan memadu kesucian batin untuk menyibukan diri dengan asma-asma tauhid
melalui lisan batin. Imamnya adalah rasa rindu untu sampai kepada Allah SWT. Qiblatnya ialah hadirat
Allah yang maha tunggal dan keindahan Allah SWT. Selaanya kalbu dan ruh tidak boleh lepas dari shalat
ini. Dalam menjalankan shalat tarekat ini kalbu tidak boleh tidur dan tidak boleh mai. Ia selalu punya
kegiatan baik saat tidur maupun terjaga. Shalat tarekat dilakuka dengan hidupnya kalbu tanpa suara
tanpa berdiri dan tanpa duduk. Bila dua shalat syare’at dan tarekat ini telah berpadu secara lahir dan
batin maka sempurnalah shalat itu.

MENJELASKAN TENTANG MENSUCIKAN MAKRIFAT DI ALAM TAJRID

Mensucikan makrifat terbagi pada dua macam yaitu bersuci untuk makrifat sifat dan bersuci untuk
makrifat dzat. Kesucian makrifat sifat hanya bisa dihasilkan dengan talqin dzikir dan membersihkan
cermin hati dengan nama-nama Allah SWT dari segala nafsu manusiawi dan kebinatangan. Bila kalbu
sudah dibersihkan, maka dengan mata kalbunya melalui cahaya sifat ia mampu melihat pantulan
jamalullah di cermin kalbu.

Bilamana pembersihan kalbu telah sempurna dengan terus menerus berdzikir asma Allah. Maka seorang
insan akan meraih makrifat sifat dengan selalu musyahadah di cermin hati. Bersuci di makrifat dzat
hanya dapat dicapai dengan mendisiplinkan diri pada asma tauhid yang ketiga yang merupakan empat
akhir dan dua belas asma Allah SWT, setelah dibagi tiga di dalam pusat rasa dan dengan cahaya tauhid.
Jika telah lahir cahaya dzat, maka leburlah jiwa manusia dan akan fana secara menyeluruh. Ini disebut
maqam istihlak (lebur diri) dan fana al fana(peleburan yang hakiki). Inilah tajalli yang menghapus seluruh
cahaya-cahaya.

Pada saat itu, yang ada hanya ruh al qudsi yang dengancahaya Allah SWT ia melihat Nya, Bersama Nya,
di dalam Nya dan untuk Nya, tanpa diketahui cara dan perumpamaannya. Yang ada hanyalah nur mutlak
(cahaya murni) yang semurni-murninya. Bila sampai di tingkat ini, tidak boleh diberitakan kepada
siapapun, karena ini adalah alam peleburan. Akal sudah tidak berfungsi lagi untuk membicarakannya
dan tidak ada apapun lagi kecuali Allah SWT. Ini adalah alam yang sepi dari apapun selain Allah
SWT(alam tajrid). Allah SWT berfirman :” menyendirilah ( bersihkanlah hatimu dari selain aku) maka
engkau akan sampai kepada Ku.”

Maksud menyendiri adalah leburnya sifat-sifat manusiawi dari dirinya dan di dalamnya ia menyifati
dirinya dengan sifat-sifat Allah SWT. Rasulallah SAW bersabda “berakhlak lah kamu dengan Akhlak
Allah.” Artinya sifatilah diri kalian dengan sifat-sifat Allah SWT.

MENJELASKAN TENTANG ZAKAT SYARI’AT DAN ZAKAT TAREKAT

Zakat syari’at adalah zakat yang diberikan seseorang dari hasil usaha duniawinya bagi asnaf yang telah
ditentukan, pada waktu yang tertentu,setiap tahun dan dengan nisab yang telah ditentukan pula.
Sedangkan zakat tarekat adalah zakat yang diberikan seseorang di jalan Allah dari usaha ukhrawi kepada
orang-orag fakir dalam maslah agama dan miskin dari nilai-nilai ukhrawi.

Dalam Al-Qur’an zakat syari’at disebut juga dengan shadaqah. Ia disebut shadaqah karena
pahalanya(penerimaan Allah) lebih dahulu sampai kepada Allah SWT daripada kepada orang fakir dan
yang dimaksudkan. Sdangkan zakat tarekat sifatnya ini abadi(tidak terbatas waktu dan jumlah). Zakat
tarekat diberikan kepada ahli maksiat dari hasil amalan ukhrawi sang muzaki untuk mendapat ridha dari
Allah SWT, lalu Allah mengampuni para ahli maksiat itu. Amalan ukhrawi yang dimaksud adalah sedekah
shalat,puasa,zakat,haji,bacaan tasbih,tahlil,bacaaan Al-Qur’an,kepedulian social dan amalan-amalan
baik lainnya.

Dengan begitu tidak ada pahala bagi orang yang berzakat tarekat(karena sudah diberikan kepada orang
fakir). Maka jadilah dia orang yang pailit ( bangkrut dalam arti kata ia tidak memiliki lagi pahala ibadah
bagi dirinya). Dan Allah SWT mencintai hamba Nya yang pailit akibat kepeduliaanya. Sayyidina Rabi’ah Al
adawiyah berucap dalam doanya, “ ya Allah, semua harta dunia yang menjadi jatahku, berikanlah
kepada orang fakir, dan semua pahala akhirat yang menjadi jatahku berikanlah kepada orang mukmin.
Karena yang kuinginkan di dunia ini hanyalah mengingat MU, dan yang kuinginkan di akhirat hanyalah
bertemu dengan MU.” Termasuk pula makna zakat tarekat adalah membersihkan qolbu dari sifat-sifat
yang mendorong hawa nafsu.

MENJELASKAN TENTANG PUASA SYARI’AT DAN PUASA TAREKAT

Puasa syariat ialah menahan diri dari makan, minum, dan bersetubuh di siang hari. Sedangkan puasa
tarekat adalah menahan seluruh anggota tubuh secara lahir maupun batin, siang ataupun malam dari
segala perbuatan yang diharamkan. Yang dilarang dari sifat-sifat tercela seperti ujub, sombong, bakhil,
dan sebagainya.

Menurut ahli syariat yang dimaksud berbuka adalah makan pada saat matahari tenggelam. Sedangkan
ru’yah yang mereka maksud adalah melihat hilal untuk menentukan jatuhnya hari raya idul fitri. Adapun
pengertian menurut ahli tarekat, berbuka adalah kebahagiaan saat masuk surga saat mencicipi semua
keni’matan surga. Semoga Allah SWT memberikannya kepada kita. Kedua yang dimaksud dengan ru’yah
menurut ahli tarekat ialah melihat Allah SWT secara nyata pada hari kiamat dengan pandangan sirri.
Semoga dengan kemuliaan dan keutamaan Allah SWT, Dia menganugrahkan kepada kita semua untuk
bisa melihatnya.

Adapun puasa hakikat ialah menjaga kalbu dari mencintai selain Allah SWT dan menjaga rasa agar tidak
mencintai musyahadah pada selain Allah SWT. Sirri itu berasal dari cahaya Allah SWT, sehingga tidak
mungkin condong kepada selain Allah SWT. Bagi orang yang berpuasa tarekat, di dunia ini maupun di
akhirat tiada yang dicintai atau diingini, dan dicari selain Allah SWT. Jia kalbu dan sirri terjatuh untuk
mencintai selain Allah SWT, maka batalah puasa tarekatnya dan ia harus melakukan qodho dengan
Kembali mencintai Allah SWT dan menemui Nya. Pahala dari puas tarekat ini adalah bertemu dengan
Allah SWT.

MENJELASKAN TENTANG HAJI SYARI’AT DAN HAJI TAREKAT

Haji itu ada dua, haji syariat dan haji tarekat. Haji syariat ialah melakukan ibadah haji kebaitullah dengan
melaksanakan syarat-syarat dan rukun-rukunnya, sehingga menghasilkan pahala haji. Bila ada yang
kurang syaratnya maka kurang juga pahala hajinnya. Syarat-syarat haji syariat adalah pertama ihram,
kemudian memasuki kota mekah, lalu tawaf qudum, wukuf di arafah, menginaf di mudzalifah,
menyembelih hewan qurban di mina, masuk ke tanah haram, tawaf keliling ka’bah tujuh kali, minum air
zam-zam, shalat sunah tawaf di makam Ibrahim kekasih Allah SWT, kemudian melakukan tahalul dari
pekerjaan yang dilarang pada waktu ihram seperti berburu dan lainnya. Pahala bagi haji syariat adalah
selamat dari neraka dan aman dari siksa Allah SWT. Selanjutnya melakukan tawaf wada dan Kembali ke
negrinya masing-masing. Semoga Allah SWT menganugrahkan kita kemampuan untuk
melaksanakannya.

Mengenai penjelasannya haji tarekat maka bekal dan kendaraanya adalah kecenderungan kalbu kepada
ahli talqin, lalu mengambil talqin darinya. Selanjutnya memulazamahkan dzikir dengan lisan serta
menghayati maknanya. Yang dimaksud dzikir disini ialah mengucapkan kalimat Laa Ilaaha Illallah dengan
lisan hingga hatinya hidup. Selanjutnya menyibukan diri dengan berdzikir kepada Allah SWT dalam batin,
hingga hatinya menjadi bersih.

Tata cara dzikir tersebut adalah pertama-tama dengan memulazamahkan asma as shifat ( nama-nama
sifat Allah ). Tujuannya adalah agar dengan cahaya-cahaya asma ash shifat muncul ka’bah sirri. Ka’bah
lahiriah ini dibersihkan bagi orang-orang yag bertawaf dari kalangan makhluk. Sedangkan ka’bah
batiniah (ka’bah sirri) dibersihkan dari semua hal selain Allah SWT agar dapat melihat Nya. Selanjutnya ,
memakai pakaian ihram dari cahaya ruh al qudsi kemudian masuk ke dalam ka’bah hati, lalu tawaf
qudum dengan memulazamahkan nama yang kedua, yaitu lafadz jalalah. “Allah”.

Selanjutnya berangkat ke arafah kalbu sebagai tempatnya munajat. Disana, lantas wukuf dengan
memulazamahkan nama yang ketiga yaitu “Huwa” ( Dia Allah) dan nama yang ke empat yaitu Al Haqqu
( yang maha benar). Selanjutnya berangkat ke mudzalifah al Fuad dengan memulazamahkan sifat yang
kelima dan keenam yaitu “al Hayyu” (yang maha hidup) dan Al Qayyum ( yang ada dengan sendirinya)
lalu berangkat ke mina sirri (rasa) yang terletak antara dua haram (dua daerah) lalu wukuf disana.

Selanjutnya, menyembelih nafsu muthma’innah dengan memulazamahkan nama yang ketujuh, yaitu Al-
Qohar (yang maha memaksa) karena Al-Qahar adalah ismul fana(nama peleburan) yang mengangkat
hijabul kufri(penghalang yang Bernama kekufuran). Selanjutnya, memotong ramput sifat basyariah
(kesenangan manusiawi) dari kepala ruh Al-Qudsi dengan menggunakan asma Allah yang kedelapan (AL-
Wahhab)

Selanjutya, masuk ke haram sirri dengan memulazamahkan asma Allah yang kesembilan(Al-Fattah)
hingga sampailah pada tempat dimana ia bisa melihat orang-orang yang sedang beriktikaf dihamparan
alam qurbah, dan disana ia bermesraan(unsiyah) dengan memulazamahkan kan asma Allah yang
kesepuluh(Al-Wahid). Lalu ia melihat keindahan Allah yang maha suci dan maha agung tanpa bisa
ditanyakan kondisinya bagaimana?dan tidak pula dapat diumpamakan.

Selanjutnya, melakukan tawaf batin tujuh putaran dengan memulazamahkan nama yang kesebelas ( Al-
Ahad). Nama yang kesebelas ini disertai dengan enam nama-nama cabang dan selanjutnya meminum
minuman batin dari tangan Al-Qurbah. Allah SWT memberi minum dari gelas Asma Nya yang kedua
belas (As Shamad). Kemudian orang itu akan diangkat dzat yang maha kekal dan maha suci dari
perumpamaan, hingga ia melihat kepada Allah dengan nur Allah.

Selanjutnya, bertahallul dari yang diharamkan Allah SWT. Artinya menukar sifat buruk dengan sifat yang
baik dengan selalu mengulang-ngulang asma tauhid. Lalu melepaskan diri dari melakukan perbuatan
yang bersifat hawa nafsu. Setelah itu seseorang seseorang tidak akan merasa khawatir dan bersedih
hati. Semoga Allah SWT menganugrahkan kita kemampuan untuk mendapatkannya dengan keutamaan
Nya dan kasih saying serta kemuliaan Nya. Selanjutnya, melaksanakan tawaf shadri dengan mengulang-
ulang seluruh asma tauhid. Lalu pulang ke negri asal masing-masing yang ada di alam Al Qudsi dalam
rupa yang sebaik-baiknya dengan memulazamahkan asma Allah SWT yang kedua belas. Nama yang
kedua belas ini sangat berkaitan dengan alam Al Yaqin.
Ini adalah takwil yang beredar di sekitar lisan dan akal saja. Adapun hal-hal lain yang ada di balik itu.
Tidak akan dapat diberitakan karena tidak akan terkejar oleh pemahaman, kalbu dan tidak akan dapat
dibahas. Seorang ahli makrifat hanya akan menyampaikan hal-hal yang lebih rendah dari yang
disebutkan tadi. Sedangkan orang alim akan berbicara lebih tinggi dari yang dibicarakan tadi.karena ilmu
makrifat adalah sirrullah, selain Allah tidak ada yang mengetahuinya.

MENJELASKAN TENTANG GETARAN KALBU DAN BERSIHNYA KALBU

Getaran kalbu itu ada dua macam yaitu getaran kalbu jasmani dan getaran kalbu ruhani. Getaran kalbu
jasmani adalah getaran kalbu yang didorong oleh hawa nafsu yang muncul dari kekuatan jasad, bukan
dari tarikan dahsyat ruhani. Contohnya seperti riya (ingin diketahui orang) dan sum’ah ( ingin dibesarkan
atau dikenal orang). Ini semua hal yang batil karena keberadaannya masih berkisar pada diri dan tidak
menyeluruh. Getaran kalbu seperti ini tidak boleh diikuti.

Adapun getaran kalbu ruhani terjadi Ketika kekuatan ruh bertambah karena tarikan (jadzbah) ruhani dari
Allah SWT. Ini seperti tarikan ruhani saat mendengar bacaan Al-Quran dengan suara yang indah atau
puisi yang memiliki rima yang mempesona atau suara dzikir yang penuh khusyuk. Terhadap tarikan
ruhani ini, jasad sendiri tidak memiliki kekuatan dan pilihan untuk menolaknya. Gambaran seperti ini
merupakan limpahan rahmat Allah SWT dan baik untuk diikuti.

Begitu pula getaran kalbu ruhani ini bisa muncul akibat mendengarkan suara-suara orang yang
menumpahkan kerinduannya pada ilahi. Juga suara burung-burung dan irama penuh makna. Semua itu
merupakan kekuatan ruhani. Di wilayah ini setan dan manusia tidak akan bisa masuk karena setan hanya
dapat masuk pada wilayah gelapnya nafsu, bukan paa cahaya ruhaniah. Bahkan setan bisa terkulai,
seperti terkulainya dia pada kalimah hauqalah. Bisa juga diumpakan dengan leburnya garam saat
dimasukan ke dalam air.

Pada bacaan ayat-ayat Al Quran, puisi-puisi bijak,cinta,rindu,dan keluh pilu terdapat kekuatan cahaya
yang mampu menerangi ruh. Tapi cahaya harus dipertemukan dengn cahaya lagi yakni ruh. Adapun
getaran kalbu yang muncul dari setan dan dari hawa nafsu makai a tidak mengandung cahaya, bahkan
sebaliknya, ia mengandung kegelapan, kekufuran , dan kesesatan. Maka gelap akan ketemu gelap yaitu
nafsu. Dan getaran nafsu akan semakin kuat karena keindahan yang menipu.

Adapun pada getaran kalbu ruhani menghasilkan dua Gerakan, Gerakan yang sifatnya opsional atau
pilihan(ikhtiyar) dan Gerakan yang bersifat memaksa(tanpa disadari) atau idhtirari. Gerakan yang
bersifat opsional ini contohnya Gerakan badan manusia yang sehat bukan disebabkan oleh rasa sakit
atau penyakit. Gerakan-gerakan seperti ini tidak disyariatkan. Adapun Gerakan yang memaksa biasanya
muncul karena sebab-sebab yang lain di luar kesadaran. Seperti kekuatan ruh yang tidak mungkin hawa
nafsu menciptakannya. Sebab Gerakan ini mengalahkan kesadaran Gerakan tubuh, seperti orang yang
menggigil saat demam tinggi. Jika demamnya memuncak, manusia tidak akan mampu menahannya.
Pada saat itu diri sudah tidak dapat memilih(untuk menerima atau menolaknya)lagi. Oleh karena itu,
getaran kalbu(al wajdu)itu jika sudah menguasai Gerakan ruhani, maka ia merupakan Gerakan hakiki
dan bersifat ruhaniah.
Getaran kalbu dan pendengaran pada suara keindahan( bacaan Al-Quran atau puisi rindu pada Allah
SWT) adalah dua alat untuk mendekatkan diri pada Nya. Yang menjadi gerak di kalbu orang-orang yang
sangat merindukan Allah SWT dan orang-orang ahli makrifat. Getaran kalbu dan pendengaran adalah
makanan ruhani bagi orang-orang yang mencintai Allah SWT dan kekuatan bagi orang-orang yang sangat
ingin dekat kepada Allah SWT.

Nabi SAW pernah menjelaskan bahwa mendengarkan atau as-sima’ (pada suara yang indah) itu bagi
suatu golongan adalah fardhu, bagi golongan yang lain adalah sunnah, bahkan bagi golongan yang lain
adalah bid’ah. Fardhu bagi orang-orang yang khusus, sunnah bagi orang-orang yang sudah mencapai
mahabbah, dan bid’ah bagi orang-orang yang masih sering melalaikan Allah SWT. Nabi SAW
bersabda :”orang yang tidak tergerak karena mendengar suara indah dan puisi-puisi dengan bunga kata-
katanya, kayu dengan suara taluannya, maka itu adalah percampuran yang rusak, tdak ada obatnya.
Bahkan ini lebih rendah daripada sapi dan kerbau. Nabi SAW bersabda “ orang yang tidak punya getaran
kalbu berarti kurang beragama.”

Getaran kalbu itu ada dalam sepuluh bentuk. Sebagian jelas dan tampak nyata wujudnya di dalam
Gerakan. Sebagian lagi samar, bekasnya tidak terlihat di dalam jasad, seperti cenderungnya kalbu pada
dzikrullah, membaca Al-Quran, menangis, rintihan sakit, rasa takut, rasa sedih, keputusasaan, dan
kebungungan Ketika melaksanakan dzikrullah. Termasuk pula, diantaranya ialah perasaan menanggung
beban,penyesalan,perubahan, pada lahiriah dan batiniah. Bentuk dari Gerakan kalbu yang lain adalah
ratapan saat mengaharap ridha Allah SWT dan merindukan Nya. Getaran kalbu ini terkadang juga terihat
dari suhu badan yang tinggi atau keluar keringat dingin.

MENJELASKAN TENTANG KHLWAT DAN UZLAH

Khalwat dan uzlah itu terbagi dua, khalwat lahir dan khalwat batin. Khalwat lahir ialah Ketika seorang
manusia mengasingkan diri dan menahan fisiknya dari bertemu dengan manusia agar tidak menyakiti
orang lain dengan akhlaknya yang buruk lalu meninggalkan kesenangan-kesenangan nafsu dan
meninggalkan amal buruknya yang lahir dengan niat yang ikhlas agar indra batinnya terbuka. Mati dan
masuk kubur dengan pasrah juga termasuk uzlah atau khawat lahir, semua itu harus dengan niat
mencari ridha Allah SWT dan menjauhkan kaum muslimin dari keburukan dirinya. Menjaga lidah dari
kata-kata yang tidak berguna, juga termasuk khalwat lahir. Termasuk juga menjaga dua matanya dari
khianat dan melihat yang diharamkan serta menjaga kedua kaki dan telinganya.

Perzinahan anggota badan ini akan menghasilkan sosok yang buruk dalam rupa yang jelek. Sosok itu
kelak pada hari kiamat akan berdiri Bersama pelakunya dan menjadi saksi di hadapan Allah SWT dan
sosok akan menjadi pelaku sebagai temannya untuk Bersama-sama di siksa di neraka. Jika ia bertobat
dan menjaga dirinya, maka dia akan digantikan rupanya dengan rupa yang elok dan manis. Seelok
pemuda-pemuda surga. Lalu pemuda itu akan menjadikannya sebagai teman di surga dan selamatlah ia
dari segala keburukannya. Semua bentuk khalwat lahir itu, kelak menjadi benteng bagi seorang manusia
dari maksiat, dan amalannya menjadi amalan yang saleh, bahkan dia dapat mencapai derajat manusia
yang baik.
Adapun dalam khalwat batin (1) seseorang berusaha agar pikiran-pikirannya tidak dimasuki sejenis nafsu
dan setan, seperti menyenangi makanan,minuman,pakaian, mencintai keluarga,binatang seperti kuda,
dan sebagainya, juga dari riya,sum’ah dan kemasyhuran. Nabi SAW bersabda “ kemasyhuran dan angan-
angan yang mengarah kepadanya itu berbahaya. Sedangkan tidak menginginkan kemasyhuran dan
segala sesuatu yang mengarah kepadanya adalah kesenangan.

(2) Hatinya secara sadar tidak dimasuki sifat sombong,ujub,kikir,dan sifat-sifat yang tercela lainnya. Jika
salah satu sifat-sifat tercel aitu masuk ke dalam kalbu orang yang sedang khalwat, maka batallah
khalwatnya. Rusaklah hatinya dan rusaklah segala amala saleh dan keikhlasannya. Maka kalbunya
menjadi kalbu yang tiada bermanfaat. Setiap orang yang dalam hatinya terdapat sifat-sifat seperti ini,
makai a termasuk mufsidin (orang-orang yang merusak) walaupun pada lahirnya ia termasuk orang yang
saleh.

Tujuan tasawuf pada tahap awal adalah membersihkan kalbu dari semua itu, mengekang hawa nafsu
dari pangkalnya yakni dengan khalwat, riyadhah, banyak diam, da melanggengkan dzikir dengan iradah,
cinta, ikhlas, tobat, dan I’tikad yang baik yang sesuai dengan sunnah demi mengikuti jejak-jejak orang
sholeh pada masa dahulu, para tabi’in, para masyaikh para al ulama al amylin. Jika seseorang
menyendiri berkhalwat dengan tobat dan talqin serta menjalankan syareat-syareat tersebut, maka akan
menjadi orang yang ikhlas kepada Allah SWT. Ikhlas ilmu dan amalnya, sehingga Allah SWT akan
menerangi hatinya, melembutkan kulitnya, membersihkan lidahnya, menyatukan indra lahir dan indra
batinnya. Lalu Allah SWT akan mengangkat amal ibadahnya ke hadirat NYA dan menerima di sisi Nya.
Doanya akan didengar. Yakni menerima doanya, puji-pujian, serta ibadah nya. Allah SWT akan memberi
pengganti bagi hamba Nya itu berupa pahala Al-Qurbah dan surga.

Bilamana derajat-derajat tadi telah dicapai oleh orang yang berkhalwat, maka hatinya akan seperti laut
yang tidak akan berubah oleh sikaf buruk manusia kepadanya. Dimana segala tuntutan nafsu mati,
tenggelam di dalamnya, seperti tenggelamnya fir’aun dan keluarganya tanpa sedikitpun merusak
keindahan laut. Jadilah sperti laut, dimana kapal syariat berlayar dengan selamat di atasnya tanpa
halangan. Lalu ruh Al Qudsi akan menyelam higga ke dasarnya dan mengambil permata hakikat, Mutiara
makrifat dan intan lathifah. Karena laut ini diperoleh oleh orang yang mampu memadukan lautan lahir
dan lautan batin, maka tidak aka nada kerusakan yang menetap di dalam hatinya. Tobatnya akan
menjadi nasihat baginya, ilmunya menjadi bermanfaat, dia tidak akan condong pada hal-hal yang
dilarang secara sengaja. Sedangkan yang ia lakukan akibat lupa akan dimaafkan karena istighfar, rasa
sesal dan keyakinannya. Insya Allah.

MENJELASKAN TENTANG WIRID WIRID KHALWAT

Sebaiknya orang yang sedang khalwat itu, bila mampu hendakya ia berpuasa dan melaksanakan shalat
lima waktu berjamaah di masjid pada waktunya, beserta sunnah-sunnahnya syarat-syarat dan rukunnya
dengan sempurna. Kemudian shalat sunnah 12 rakaat pada tengah malam atau sepertiga malam dengan
niat tahajud yang tiap dua rakaatnya salam, karena Rasulullah SAW bersabda shalat malam itu dua
rakaat dua rakaat. Selanjutnya shlata sunnah witir tiga rakaat. Selanjutnya shalat sunnah dua rakaat
setelah matahari terbit yaitu shalat isyraq. Setelah itu shalat isti’adzah rakaat pertama surah al falaq dan
surah annas. Selanjutnya shalat istikharah dua rakaat dengan membaca ayat kursi sekali, al ikhlas tujuh
kali pada rakaat pertama dan kedua. Selanjutnya shalat duha 6 rakaat dengan membaca ayat dan surah
sesuai kemaampuan. Dilanjutkan dengan dua rakaat shalat kafaratul baul setiap rakaat setelah al fatihah
membaca surah al kausar 7 kali. Shalat ini juga merupakan shalat yang menyelamatkan manusia dari
siksa kubur.

Selanjutnya shalat tasbih 4 rakaat, jika ia bermadzhab Hanafi dilaksanakan 4 rakaat sekaligus, dan bila
bermadzhab syafi’I dilaksanakan 2 rakaat 2 rakaat. Itu jika shalat tasbihnya dilakukan pada siang hari.
Bila dilaksanakan pada malam hari semuanya dilaksankan 2 rakaat 2 rakaat. Niatnya menurut madzhab
Hanafi “nawaitu an ushalliya lillahi ta’ala arba’a rakaatin shalatat tasbihi” (aku niat shalat karena Allah,
empat rakaat shalat tasbih). Kemudian takbiratul ihram, membaca tawajuh, dan bertasbih 15 kali yaitu
subhanallah walhamdulillah wa laa ilaaha illallah wallahu akbar. Laa haula walaa quwwata illa billahil
‘aliyyil ‘adziim. Kemudian membaca Al Fatihah dan membaca satu surah atau ayat dari surah yang
Panjang, lalu membaca tasbih 10 kali, lalu ruku dan membaca subhana rabbiyal ‘adziimi wabihamdihi
tiga kali dan tasbih 10 kali. Kemudian bersujud dan membaca subhana rabbiyal a’la wabihamdihi 3 kali
dan tasbih 10 kali, lalu duduk diantara dua sujud dan membaca tasbih 10 kali, lalu sujud lagi bertasbih 10
kali dan duduk dengan bertasbih 10 kali. Lalu berdiri masuk pada rakaat ke dua. Pada rakaat ini bacaan
nya sama dengan rakaat pertama tinggal ditambah attahiyyat. Selanjutnya melaksanakan rakaat ketiga
dan keempat dengan bacaan tasbih yang sama pada rakaat pertama. Total bilangan tasbih pada setiap
rakaat adalah 75 kali dan jumlah tasbih 4 rakaat 300 kali.

Adapun tata cara shalat tasbih menurut madzhab syafi’I baik dilaksanakan pada siang maupun malam
hari adalah sebagai berikut. Pertaam niat “nawwaitu an ushalliya lillahi ta’ala rak’ataini sunnata tasbihi
( aku berniat karena Allah dua rkaat shalat shalat tasbih), kemudian takbiratul ihram, membaca iftitah,
membaca surah Al Fatihah, membaca surah lalu bertasbih 15 kali, Ketika ruku bertasbih sebnyak 10 kali,
Ketika I’tidal bertasbih 10 kali, Ketika sujud bertasbih 10 kali,Ketika duduk diantara dua sujud bertasbih
10 kali,Ketika sujud ke dua bertasbih 10 kali, Ketika duduk istirahat bertasbih 10 kali, kemudian
melanjutkannya pada rakaat ke dua hingga akhir dengan duduk terakhir membaca tasbih 10 kali dan
membaca tahiyyat hingga akhir dan bertasbih 10 kali, lalu salam. Begitu pula pada dua rakaat
selanjutnya. Shalat tasbih ini wajib dilaksanakan bagi orang yang berkhlawat, sekali dalam sehari
semalam, kalua tidak mampu satu jum’at sekali, kalau masih tidak mampu sebuan sekali, setahun sekali
kalau masih tidak mampu sekali seumur hidup

Anda mungkin juga menyukai