Anda di halaman 1dari 10

Makrifat Jawa

Pengenalan Amalan Dzat Menurut Tasawuf Jawa


Ini adalah isi wirid yang menjadi bekal bagi murad/guru
serta maksudnya, sebagai pembuka Hidayat yang menjadi
petunjuk untuk memahami ilmu makrifat. Berasal dari
dalil, hadist, ijma dan qiyas.
Dalil maksudnya penjelasan tentang firman Allah. hadist
berisi tentang keteladanan Rasulullah. Ijma adalah
kumpulan wejangan para wali. Qiyas adalah penyebaran
ajaran para pandhita/ulama.
Kesemuanya ini menjadi pembuka dalam proses
penjelasan rahasia ghaib tentang kesejadian hidup, agar
hidupnya tentram, lestaru dari awal sampai akhir.
Setidak-tidaknya, sebagai hamba apabila sudah sampai
ajal yang telah di tentukan mudah-mudahan bahagia
dalam kesempurnaan hakikat, mulia keadaanya di alam
baka jangan sampai jatuh kedalam alam kesesatan.
Adapun yang menjadi intisari ilmu makrifatini bersumber
dari hadist sabda kanjeng Nabi Muhammad, yang beliau
wejangkan kepada sayyidina Ali. Yakni tentang adanya
Dzat sebagaimana tersebut dalam dalil utama, dari firman
Tuhan yang maha suci, dibidikkan melalui telinga kiri.
Bunyinya sbb: Sesungguhnya tidak ada apa-apa, karena
ketika masih awung-awung/kosong belum ada
sesuatupun. Yang ada saat itu hanyalah Aku. Tidak ada
Tuhan selain Aku, dzat sejati yang maha suci, yang
meliputi sifat-ku, menyertai namaku, dan menandai
perbuatanku.
Pengertiannya sebagai berikut: Sesungguhnya yang
mengatakan bahwa Dzat adalah maha suci itu tiada lain
adalah hidup kita sendiri, karena ketitipan rahasia Dzat
yang agung. Yang meliputi sifat ini tiada lain adalah rupa
kita sendiri, karena ketambahan warna Dzat yang elok.
Yang menyertai nama itu tiada lain adalah nama kita
sendiri, karena telah diakui sebagai sebutan bagi Dzat
yang mahakuasa.
Buktinya bisa dilihat bahwa tingkah laku kita sendiri
benar-benar mencerminkan perbuatan Dzat yang
sempurna. Bisa dikatakan, Dzat itu mengandung sifat,
sifat menyertai nama, nama memberikan tanda bagi
perbuatan, dan perbuatan menjadi wahana bagi Dzat.
Hubungan antara Dzat dan sifat ini bisa diumpamakan
seperti madu dan manisnya. Jelas keduanya tidak bisa
dipisahkan. Sifat menyertai nama ini dapat diumpamakan
seseorang yang bercermin dengan bayangan dalam
cermin tersebut. Tentu, apa saja yang dilakukan
seseorang tadi akan diikuti oleh bayanganya.
Jadi sebenarnya, yang di sebut Dzat itu adalah tajjali/
penampakan muhammad. Sedangkan yang bernama
muhammad itu adalah wahana cahaya yang meliputi
badan. Ia berada dalam hidup kita. Hidup itu sendiri
mandiri tanpa ada yang menghidupkan , oleh karena itu ia
berkuasa, mendengar, mencium, berbicara dan
merasakan rasa. Semua itu berasal dari kodrat Dzat kita
sendiri.
Maksudnya, Dzat Tuhan yang maha suci melihat dengan
mata kita, mendengar dengan telinga kita, mencium
dengan hidung kita, bersabda dengan mulut kita, dan
merasakan semua rasa dengan alat perasa kita. Tidak
perlu khawatir dalam pikiran karena wahana wahya
dyatmiko ada dalam diri kita. Maksudnya, lahir batinya
Allah sudah ada dalam hidup kita pribadi. Jika
diperibahasakan, lebih tua Dzat manusia dari pada sifat
Allah, karena kejadian Dzat itu lebih terdahulu pada

2
zaman azali serta kekal, paling dahulu di kala masih
hampa keadaan kita. Sedangkan kejadian sifat itu adalah
baru ketika berada di alam dunia.
Akan tetapi keduanya saling tarik-menarik menguatkan.
Semua Dzat pasti mengandung sifat dan semua yang
bersifat pasti memiliki Dzat. Tentang urutan kejadian
Dzat dan sifat ini disebutkan pada dalil kedua, dari firman
Tuhan yang maha suci sbb:
Sesungguhnya Aku adalah Dzat yang maha pencipta dan
maha kuasa, yang berkuasa menciptakan segala
sesuatu,terjadi dalam seketika, sempurna lantaran
kodrat-ku. Sebagai pertanda perbuatanku, sebagai
kenyataan kehendak-ku. Mula-mula aku menciptakan
hayyu bernama syajaratul yakin. Tumbuh dalam alam
adam makdum yang azali abadi. Setelah itu cahaya
bernama nur muhammad, cermin bernama mir’atul
haya’i, nyawa bernama roh idhafi, lampu bernama kandil,
permata bernama dharrah, dan dinding jalal bernama
hijab yang menjadi penutup hadirat-ku.
Maksudnya sebagai berikut:
1. Syajaratul Yakin
Tumbuh dalam alam hampa yang sunyi senyap azali
abadi. Ia adalah pohon kehidupan yang berada dalam
ruang hampa dan sunyi senyap selamanya, belum ada
sesuatupun. Ia merupakan Hakikat Dzat mutlak yang
qadim. Artinya, ia adalah hakikat yang pasti dan paling
dahulu, yaitu Dzat atma yang menjadi wahana bagi alam
ahadiyat.
2. Nur Muhammad
Artinya cahaya yang terpuji. Dikisahkan dalam hadist, ia
seperti burung merak, berada dalam permata putih dan
berada pada arah Syaratul Yakin. Itulah hakikat cahaya

3
yang diakui tajalli Dzat, berada dalam nukat ghaib,
merupakan sifat atma dan menjadi wahana bagi alam
wahdah.
3. Mir’atul Haya’i
Artinya adalah kaca wira’i. Dikisahkan dalam hadist, ia
berada di depan Nur Muhammad. Ia adalah hakikat
pramana yang diakui rahsa Dzatnya, sebagai nama bagi
atma serta menjadi wahana bagi alam wahidiyat.
4. Roh Idhafi
Artinya adalah nyawa yang jernih. Dikisahkan dalam
hadist, ia berasal dari Nur Muhammad. Ia adalah Hakikat
suksma yang diakui sebagai keadaan Dzat, serta
merupakan perbuatan atma. Ia menjadi wahana bagi alam
arwah.
5. Kandil
Artinya adalah lampu tanpa api. Dikisahkan dalam hadist,
ia berupa permata, cahaya berkilauan, serta bergantung
pada alat pengait. Itulah keadaan Nur Muhammad dan
tempatnya berkumpul semua ruh. Ia adalah Hakikat
angan-angan yang diakui sebagai bayangan Dzat, bingkai
bagi atma dan menjadi wahana alam misal.
6. Dharrah
Artinya adalah permata. Dikisahkan dalam hadist, ia
memiliki sinar yang beraneka warna, satu tempat dengan
para malaikat. Ia menjadi hakikat budi, yang diakui
sebagai perhiasan Dzat, pintu nama, dan menjadi wahana
alam ajsam.
7. Hijab
Artinya adalah dinding yang agung dan disebut sebagai
dinding jalal. Dikisahkan dalam hadist, ia adalah yang
timbul dari permata beraneka warna. Pada saat bergerak
akan menimbulkan buih, asap, dan air. Ia adalah hakikat

4
jasad, merupakan tempat bagi atma, dan menjadi wahana
bagi alam Insan Kamil .
Menurut keterangan dai ijma’ dan qiyas, dinding agung
yang berupa buih, asap, dan air tadi dibagi menjadi 3
bagian.
1.Buih,
mengeluarkan tiga hijab yaitua.
a.Hijab kisma, menjadi perwujudan jasad luar seperti
kulit, daging, dan sebagainya.
b.Hijab Rukmi, menjadi perwujudan jasad dalam, seperti
otak, manik, hati, jantung , dan sebagainya.
c.Hijab Retna, menjadi perwujudan jasad yang lembut
seperti mani, darah, sumsum, dan sebagainya.
2. Asap
a.Hijab kegelapan, menjadi perwujudan nafas dan yang
lainya
b.Hijab guntur, menjadi perwujudan panca indra
c. Hijab api, menjadi perwujudan nafsu.
3. Air
a. Hijab embun air hidup, menjadi perwujudan suksma
b. Hijab nur rasa, menjadi perwujudan rahsa
c. Hijab nur cahaya yang sangat terang, menjadi
perwujudan atma.
Semua itu merupakan dinding bagi Dzat yang berada pada
insan kamil atau manusia sempurna. Tidak perlu kuatir
karena keadaan Arsy, kursi, lauh mahfudz, kalam,
timbangan, jembatan shiratal mustaqim, surga, neraka,
bumi, langit, dan semua isinya ini sudah termasuk dalam
tabir yang diimbasi oleh Dzat kita yang maha agung. Ia
terpancar menjadi keelokan sifat kita yang tunggal,
menyertai nama kita yang berkuasa, menandai kekuasaan
perbuatan kita yang sempurna.

5
Sesungguhnya Aku menciptakan Adam berasal dari empat
unsur yakni tanah, api, amgin dan air. Semuanya menjadi
perwujudan sifat-ku, untuk Aku masuki lima macam
mudah yaitu nur, rahsa, roh, nafsu, dan budi untuk
menjadi penutup wajah-ku yang maha suci.
Maksudnya, mudah itu adalah Dzat hamba, wajah itu
adalah Dzat gusti yang bersifat kekal. Dalam suatu hadist.
Disebutkan bahwa masuknya mudah kedalam jasad
melalui lima macam proses. Bermula dari ubun-ubun,
berhenti di otak, turun ke mata, turun ke telinga, turun ke
hidung, turun ke ulut, turun kedada, tersebar ke seluruh
tubuh, dan akhirnya sempurna menjadi insan kamil.
Inilah kehendak tambahan dari Dzat yang maha suci. Ia
menciptakan singgasana Dzat , diatur dalam baitullah
menjadi tiga susunan. Semua itu merupakan kenyataan.
Segala sesuatu merupakan ciptaan Dzat yang maha agung,
maha mulia, maha kekal tanpa ada perubahan.
Disebutkan dalam tiga buah firman Tuhan yang maha
suci.
1. Ayat pertama tentang susunan singgasana dalam Baitul
Makmur.
Sesungguhnya Aku mengatur singgasana dalam baitul
makmur, yaitu rumah tempat kesukaanku. Tempat itu
berada dalam kepala adam. Dalam kepala itu ada otak,
dalam otak itu ada manik, dalam manik itu ada budi,
dalam budi ada nafsu, dalam nafsu ada suksma, dalam
suksma ada rahsa, dalam rasa ada aku. Tidak ada Tuhan
selain aku,dzat yang meliputi semua keadaan.
2. Ayat kedua tentang susunan dalam baitul Muharram.
Sesungguhnya Aku mengatur singgasana berada dalam
baitul muharram, yaitu rumah tempat pingitanku. Tempat
itu berada di dalam dada adam, didalam dada adam ada

6
hati hati, didalam hati itu ada jantung, didalam jantung itu
ada budi, didalam budi itu ada jinem/angan-angan,
didalam jinem ada suksma, didalam suksma ada rahsa,
didalam rahsa ada Aku, tidak ada Tuhan selain Aku, Dzat
yang meliputi semua keadaan.
3.Ayat ketiga tentang susunan singgasana Baitul
Muqaddas.
Sesungguhnya Aku mengatur singgasana di dalam baitul
muqaddas. Itu adalah rumah, tempat yang Aku sucikan.
Berada dalam kontholnya adam. Dalam konthol itu ada
pringsilan/buah pelir, diantara pringsilan itu ada nutfah
yaitu mani, didalam mani ada itu ada madi, di dalam madi
ada wadi, didalam wadi itu ada manikem, dalam manikem
ada itu ada rahsa, dalam rahsa itu ada aku, tidak ada
Tuhan selainn Aku, Dzat yang meliputi semua keadaan,
bertakhta dalam nukat gaib, turun menjadi jauhar awal.
Disitulah alam ahadiyat berada /alam wahdah dan alam
wahidiyat, alam arwah, alam misal, alam ajsam, dan alam
insan kamil, menjadi manusia sempurna yaitu sifatku
yang sejati.
Setelah memahami firman Tuhan diatas, maka
bijaksanalah dalam hati sebagai perwujudan syukur
karena telah menerima anugerah. Anugerah itu adalah
pemahaman tentang Dzat Tuhan, yakni menerima sifat
sebagai hamba yang telah manunggal dengan Tuhan
tanpa batas dalam badan kita.
Penjelasan dari ayat di atas adalah sebagai berikut:
Pertama, tentang unsur-unsur yang terdapat dalam Baitul
Makmur, artinya rumah yang makmur.
Kepala adalah bentuk lahir dari Baitul Makmur.

7
*Otak adalah keadaan kontha, yang dapat menarik
terangnya cahaya dan merupakan pembuka bagi
pemahaman tentang Dzat.
*Manik adalah keadaan pramana, memperjelas warna,
dan menjadi pangkal penglihatan.
*Budi adalah keadaan pranawa, memperjelas kehendak,
dan menjadi pangkal dalam berbicara.
*Nafsu adalah keadaan hawa, memperjelas suara, dan
menjadi pangkal bagi pendengaran.
*Suksma adalah keadaan nyawa, memperjelas cipta, dan
menjadi pangkal penciuman.
*Rahsa adalah keadaan atma, memperjelas kuasa, dan
menjadi pangkal bagi perasaan.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka para guru yang
mengajarkan tentang susunan singgasana dalam baitul
makmur ini berpesan agar tidak makan otak dan manik.
Bahkan jangan sampai ada keinginan untuk makan
kesuanya. Manfaatnya, menurut pengalaman yang sudah-
sudah, ilmunya akan diterima.
Kedua, tentang unsur-unsur yang terdapat dalam baitul
muharram, artinya rumah tempat bagi hal-hal yang
dilarang.
*Dada adalah bentuk lahir keadaan baitul muharram.
*Hati adalah keadaan panca indra,memperjelas nafsu, dan
menjadi pangkal munculnya nafas.
*Jantung adalah keadaan panca maya, memperjelas rasa
birahi, dan menjadi pangkal timbulnya denyutan.
*Budi adalah keadaan pranawa, memperjelas kehendak,
dan menjadi pangkal munculnya pembicaraan.
*Jinem adalah keadaan angan-angan, memperjelas suara,
dan menjadi pangkal munculnya pendengaran.

8
*Suksma adalah keadaan nyawa, memperjelas cipta, dan
menjadi pangkal bagi timbulnya penciuman.
*Rahsa adalah keadaan atma, memperjelas kekuasaan,
dan menjadi pangkal munculnya perasaan.
Guru yang mengajarkan ilmu tentang susunan singgasana
dalam baitul muharram ini juga berpesan agar tidak
makan hati dan jantung. Bahkan jangan sampai ada
keinginan untuk memakan keduanya. Manfaatnya,
menurut pengalaman yang sudah-sudah, sering di terima
ilmunya.
Ketiga, tentang unsur-unsur yang terdapat dalam baitul
muqaddas, artinya rumah yang disucikan.
*Konthol adalah bentuk lahir dari baitul muqaddas.
*Buah pelir adalah keadaan purba, diresapi rasa birahi,
serta menimbulkan asmaranala yakni tertariknya hati.
*Mani adalah keadaan kontha, diresapi hawa nafsu, serta
menimbulkan asmaratura yakni tertariknya penglihatan
*Madi adalah keadaan warna, diresapi oleh kehendak,
serta menimbulkan asmaraturida yakni tertariknya
pendengaran.
*Wadi adalah keadaan rupa, diresapi daya
pemikiran,serta menimbulkan asmaradana yakni
tertariknya kesamaan pembicaraan.
*Manikem adalah keadaan suksma, diresapi oleh
perasaan, serta menimbulkan asmaratantra, yakni rasa
tertarik karena bersinggungan.
*Rahsa adalah keadaan atma, diresapi rasa kuasa, serta
menimbulkan asmaragama, yakni kesenangan yang
timbul dalam bersenggama.
Guru yang mengajarkan tentang ilmu susunan singgasana
dalam baitul muqaddas ini berpesan agar tidak makan
daging buah pelir dan semacamnya. Setidaknya jangan

9
sampai mengobral kata mani. Manfaatnya menurut
pengalaman yang sudah-sudah, akan diterima ilmunya.
Setelah paham, sebaiknya ia mengamalkan amalan yang
dapat memperteguh kekuatan iman, yakni syahadat jati
yang dibaca di dalam hati. Bunyi syahadat tersebut
adalah:
Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Aku. Dan Aku
bersaksi bahwa sesungguhnya muhammad itu adalah
utusanku.
Setelah memahami makna syahadat jati ini, kemudian
mengangkat janji terhadap sanak saudara kita, yaitu
semua makhluk yang tersebar di penjuru dunia seperti
langit, bumi, matahari, bintang, bulan, api, angin, air dan
sebagainya. agar semuanya menjadi saksi bahwa kita
telah mengaku menjadi Dzat Tuhan yang maha suci.
Menjadi sifat Allah yang sesungguhnya, menyebut dalam
batin seperti berikut:
Aku bersaksi kepada Dzatku sendiri bahwa sesungguhnya
tidak ada Tuhan selain Aku. Dan Aku bersaksi bahwa
sesungguhnya Muhammad itu adalah utusan-
ku.sesungguhnya yang bernama Allah itu adalah badanku
rasul itu adalahrahsaku, muhammad itu adalah cahayaku.
Akulah yang senantiasa hidup dan tidak akan pernah
mati. Akulah yang selalu ingat dan tidak akan pernah lupa.
Akulah yang kekal abadi dan tidak pernah mengalami
perubahan dalam keadaan apapun. Akulah yang
bijaksana. tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi dari-
ku. Akulah yang maha kuasa, berkuasa lagi bijaksana,
tidak ada kekurangan dalam pengertian, sempurna terang
benderang, tidak dapat diraba, tidak kelihatan, hanya aku
yang meliputi alam semesta karena kodrat-ku.

10

Anda mungkin juga menyukai