Anda di halaman 1dari 5

TAFSIRAN KEJADIAN 1:20-23

NAMA : - Aldi Rodison Pasaribu (20.3625)

- Judika Rivaldy Simamora (20.3641)

- Mahanaem Jolanda Williem Manik (20.3643)

MATA KULIAH : Hermen PL 1

DOSEN PENGAMPU : Pdt. Dr. Hulman Sinaga

1. Pengantar
Kitab kejadian adalah kitab pertama di dalam PL dan kitab Kejadian masuk kedalam
kitab Taurat. Kitab Kejadian terdiri dari 50 pasal, Kejadian 1 yang menceritakan
Penciptaan Allah akan langit dan bumi beserta isinya yang dimulai dari penciptaan
hari pertama sampai kepada hari yang keenam. Namun kami tidak membahas secara
keseluruhan kitab Kejadian 1, namun kami akan membahas ayat 20 sampai 23.

Kitab Kejadian diakui sebagai Firman Allah, dan ditulis oleh manusia. Dapat
dikatakan, bahwa kitab Kejadian merupakan sebuah dokumen yang memuat tulisan
manusia dari jaman kuno, namun kita tidak dapat mengetahui secara pasti kapan kitab
ini ditulis. Sebuah pandangan tradisional menyatakan bahwa kitab Kejadian ditulis
oleh Musa. Penerima pertama kitab Kejadian adalah bangsa Israel yang baru keluar
dari Mesir, mereka dipimpin oleh Musa untuk masuk ke tanah Kanaan.

Kitab Kejadian ditulis untuk memberikan jawaban mengenai kebutuhan bangsa Israel
yang sudah terlalu lama berada di negeri asing dan diperbudak selama ratusan tahun.
Pemahaman mereka mengenai Allah dan kebenaran Allah sudah tercemar oleh
berbagai paham kafir yang ada di Mesir. Tidak menutup kemungkinan, hal inilah
yang menjadi alasan untuk Musa agar memperkenalkan kepada mereka siapa Allah
yang sesungguhnya yang selama ini disembah oleh bangsa Israel.
2. Analisa
Kejadian 1:20-23 menjelaskan bahwa semua ada oleh karena DIA, dimana binatang
yang ada di laut dan binatang yang ada di darat merupakan ciptaan Tuhan. Menurut
Kejadian 1:20 menceritakan bahwa binatang laut dan unggas lebih dulu diciptakan
Tuhan daripada binatang darat karena binatang laut diciptakan Tuhan pada hari
keenam. Menurut kitab Kejadian 1:1-31 dan penciptaan tersebut satu masa dengan
penciptaan manusia, dengan demikian menurut ayat tersebut, binatang laut dan
unggas lebih tua dari binatang darat.
Dalam ayat 20 berisi Berfirmanlah Allah: “Hendaklah dalam air berkeriapan makhluk
yang hidup, dan hendaklah burung beterbangan di atas bumi melintasi cakrawala.”
Kata “berkeriapan” diterjemahkan dari bahasa Ibrani ‫י ְִׁש ְר ֣צּו‬, yang mempunyai akar kata
kerja "‫"ָׁשרץ‬,
ַ "sha-ra-ts", yang mengandung makna yaitu “keriap" yang berarti yaitu
berkeliaran dalam jumlah banyak sampai memenuhi suatu ruang yang ditempati
( dalam bahasa Inggris yaitu swarm). Istilah makhluk", di sini adalah "yang
berkeriapan dalam air", diterjemahkan dari bahasa Ibrani: ‫ֶׁש ֖ ֶרץ‬, sherets, dibentuk dari
akar kata kerja "‫"ָׁשרץ‬,
ַ "keriap". (yang) "hidup" diterjemahkan dari dua kata bahasa
Ibrani: ‫חיה‬ ‫נפש‬, ne-p̄ esh ("nafas", "bernafaskan") kha-yāh; ("hayat", "hidup",
"kehidupan"). "burung" diterjemahkan dari bahasa Ibrani: ‫עוף‬, ‘ō-wp̄ , dari akar kata
kerja "‫"עּוף‬, "uwp atau uwf", yang berarti "melambai-lambai" atau "mengepak-epak"
(bahasa Inggris: brandish). Jadi sebenarnya hal tersebut mencakup semua makhluk
yang dapat terbang dengan mengepakkan sayapnya.
Istilah "beterbangan" diterjemahkan dari bahasa Ibrani: ‫עוף‬, ‘ō-wp̄ , dari akar kata kerja
"‫"עּוף‬, "uwp atau uwf", "melambai-lambai" atau "mengepak-epak" (bahasa
Inggris: brandish). Dalam ayat ini kata Berfirmanlah Allah, kata yang bersifat sebagai
pengantar atau pemberitahuan. Dilanjut dengan kata hendaklah dalam air berkeriapan
makhluk yang hidup, dan hendaklah burung beterbangan di atas bumi melintasi
cakrawala. Dalam ayat ini Allah belum bertindak atau melakukan penciptaan tersebut,
melainkan Allah masih merencanakan penciptaan tersebut.
Pada ayat ini diberi definisi dari dua jenis makhluk yaitu yang dapat "berkeriapan" di
air, dan yang dapat "beterbangan" di cakrawala. Masing-masing jenis makhluk
dinamai dari bentukan kata kerjanya. Dengan demikian, makhluk yang berkeriapan di
air tidak terbatas pada "ikan" saja dan makhluk yang "beterbangan" di cakrawala tidak
terbatas pada kata "burung" saja. Kata benda jamak untuk "makhluk yang
berkeriapan" yaitu "sheretzim", digunakan pada bagian Alkitab lain untuk mencakup
makhluk air kecil yang berkaki pendek atau tanpa kaki, jadi ternyata termasuk pula
"semua jenis makhluk hidup yang menghuni baik daratan atau perairan
yang oviparous (berkembang biak melalui telur) dan luar biasa tingkat berbiaknya
(fecundity)". Dengan demikian dapat dipahami bahwa penciptaan pada hari kelima ini
termasuk dalam proses penciptaan serangga (Imamat 11:20-23 didefinisikan sebagai
"sheretzim yang beterbangan"), hewan-hewan laut (sheretzim air, Imamat 11:9, 10),
dan jenis hewan melata/reptil maupun binatang yang ada di laut dan di darat
(sheretzim darat, Imamat 11:41, 42).
Melalui ayat ini, demikian Firman yang telah diterima oleh Musa dari Tuhan sebagai
informasi asal mula adanya segala jenis mahluk yang hidup, baik ternak dan binatang
melata dan segala jenis binatang liar. Hal ini sekaligus memberitahukan bahwa segala
yang ada di bumi ini dimiliki oleh pencipta-Nya. Ayat ini memberikan interpretasi
bahwa bumi akan berpartisipasi dalam kelanjutan hidup seluruh binatang yang telah
diciptakan-Nya, tentu hal tersebut dapat diartikan setelah binatang diciptakan akan
ada terbentuk keragaman jenis binatang yang merupakan hasil siklus alam
membentuknya melalui kawin silang sehingga pada gilirannya dapat dilihat bawa baik
binatang darat maupun unggas sangat beraneka ragam jenisnya maupun bentuknya.

Dalam ayat 21 berisi Maka Allah menciptakan binatang-binatang laut yang besar dan
segala jenis makhluk hidup yang bergerak, yang berkeriapan dalam air, dan segala
jenis burung yang bersayap. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. Di dalam ayat
ini, Allah telah melakukan seluruh proses perciptaan, dan Tuhan memandang
semuanya itu baik dan kemudian Tuhan menguduskan segala hasil karya-Nya
tersebut.

Dalam ayat 22 berisi lalu Allah memberkati semuanya itu, firman-Nya:


“Berkembangbiaklah dan bertambah banyaklah serta penuhilah air dalam laut, dan
hendaklah burung-burung di bumi bertambah banyak.” Dalam ayat ini penciptaan
telah terlaksana, kemudian Allah memberi berkatnya kepada ciptaanya tersebut. Di
ayat ini juga Allah memberikan perintah yaitu untuk berkembangbiak, agar
ciptaannya ini bertambah banyak. Allah begitu senang dengan hasil karya-Nya dan
menghargainya. Demikian pula orang percaya seharusnya menganggap alam dan
keindahannya serta seluruh binatang sebagai hal yang baik untuk dinikmati dan
memiliki nilai yang tinggi. Sekalipun alam kini sudah tercemar oleh dosa, seluruh
binatang ini juga memiliki nilai yang tinggi sebagai ungkapan kemulian Allah dan
kasih-Nya kepada manusia (bdk. Mazmur 19:2). Pada ayat ini juga dikatakan bahwa
orang percaya harus selalu berdoa agar ciptaan dibebaskan dari perbudakan kepada
dosa dan kebinasaan (Roma 8:21)
Dalam ayat 23 berisi Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari kelima. Di ayat ini
Allah telah menyelesaikan penciptaan di hari yang ke lima.

2.1. Alur
Di dalam kitab kejadian 1: 20-23 Alur yang terjadi ialah alur maju. Dapat dilihat
dari setiap ayatnya. Seperti di ayat 20 dalam ayat ini kata Berfirmanlah Allah,
kata yang bersifat sebagai pengantar atau pemberitahuan. Dilanjut dengan kata
hendaklah dalam air berkeriapan makhluk yang hidup, dan hendaklah burung
beterbangan di atas bumi melintasi cakrawala. Dalam ayat ini Allah belum
bertindak atau melakukan penciptaan tersebut, melainkan Allah masih
merencanakan penciptaan tersebut.
Pada ayat 21 di dalam ayat ini, Allah telah melakukan penciptaan tersebut.
Pada ayat 22 dalam ayat ini penciptaan telah terlaksana, kemudian Allah memberi
berkatnya kepada ciptaanya tersebut. Di ayat ini juga Allah memberikan perintah
yaitu untuk berkembangbiak, agar ciptaannya ini bertambah banyak.
Pada ayat 23 Allah telah menyelesaikan penciptaan di hari yang ke lima.
Jadi urutan alurnya yaitu: perencanaan penciptaan, penciptaan telah dilakukan,
memberi berkat-Nya kepada ciptaannya, dan terakhir Allah telah selesai
melakukan penciptaan di hari yang kelima. Dari urutan ini dapat dilihat bahwa
alur dalam nats ini berupa alur maju.

2.2. Karakter
Dalam nats ini hanya terdapat 1 tokoh yaitu Allah sendiri. Karakter Allah sendiri
pada nats kejadian 1:20-23 ialah Allah itu Mahakuasa, dimana Tuhanlah yang
bekerja secara aktif dalam kisah penciptaan.

2.3. Setting
Di dalam nats Kejadian 1: 20-23 ini tempat Allah dalam menciptakan ciptaan hari
ke 5 tidak diketahui atau tidak tertulis di dalam Alkitab. Sedangkan tempat
makhluk ciptaan itu ada di air yaitu untuk mahluk ciptaan ikan. Udara untuk
mahluk ciptaan burung-burung dapat dilihat di ayat 21. Air yang dimaksud di
dalam nats ini ialah Lautan dan udara yang dimaksud dalam nats ini ialah Bumi.
Setting waktu di dalam nats ini tidak ada atau tidak tertulis di dalam Alkitab.
3. Kesimpulan
Dalam nats ini dapat kami ambil kesimpulan yaitu:
1. Ayat 20 Allah belum bertindak atau melakukan penciptaan tersebut, melainkan
Allah masih merencanakan penciptaan tersebut.
2. Ayat 21 Allah telah melakukan penciptaan tersebut.
3. Ayat 22 Penciptaan telah terlaksana, kemudian Allah memberi berkatnya kepada
ciptaanya tersebut. Allah juga memberikan perintah yaitu untuk berkembangbiak,
agar ciptaannya ini bertambah banyak.
4. Ayat 23 Allah telah menyelesaikan penciptaan di hari yang ke lima.

Ayat ini menggunakan alur maju, dan karakter Allah sebagai Mahakuasa dan
Mahapencipta. Allah menciptakan ikan dan kemudian menempatkannya di laut dan
burung-burung ditempatkan di udara. Hal ini dapat dikatakan sebagai setting tempat
yang terdapat pada nats Kejadian 1: 20-23 tersebut.

Anda mungkin juga menyukai