Anda di halaman 1dari 150

KEJADIAN 1:1-2:4a

ALLAH MENCIPTAKAN LANGIT DAN BUMI SERTA ISINYA


Pokok Pikiran:
Kej. 1:1-5
Hari ke-1 (keseluruhan penciptaan dan pemberian
nama)
Kej. 1:6-8

Hari ke-2 (penciptaan cakrawala dan pemberian

nama)
Kej. 1:9-13

Hari ke-3 (penciptaan daratan dan pemberian

nama)
Kej. 1:14-19
Kej. 1:20-23
Kej. 1:24-2:1
Kej. 2:2-4

Hari ke-4 (penciptaan alat-alat penerang)


Hari ke-5 (penciptaan binatang laut dan udara)
Hari ke-6 (penciptaan binatang darat dan manusia)
Hari ke-7 (perhentian dan pengudusan hari

ketujuh)
Tafsiran:
Kejadian 1:1-5
Pada mulanya pada ayat 1 bukan menandakan suatu
permulaan dalam waktu tetapi permulaan waktu itu sendiri, juga
berhubung dengan keterangan rencana 7 hari. Ayat pertama
bukan

judul

pengumuman

riwayat
pokok.

melainkan
Seluruh

isi

sebuah
riwayat

sebutan
pertama

dan
boleh

disimpulkan dengan: Allah menjadikan langit dan bumi. Ini


berarti bahwa Allah telah ada sebelumnya, telah ada di atas
dunia dan sejarah. Allah bukanlah sebagian dari semesta alam,
tetapi Ia berlainan dengan buatan tanganNya. Allah sama sekali
terpisah dari dunia. Kita tidak boleh mencari, mendapati atau
menjumpai Allah dalam semesta alam atau dalam bagiannya.
Allah terpisah dari dunia, bukanlah berarti bahwa tidak ada
hubungan antara Allah dan dunia. Allah bukanlah transenden
dalam pengertian mutlak. Dia berdiri sendiri dan Dia tidak
memerlukan dunia. Tapi Dia sendiri yang menjadikan dunia. Tidak
ada dasar dan sumber yang lain selain kemauan bebas Allah. Dia
menjadikan melalui perantaraan firman.
Kata menjadikan (menciptakan) melebihi immanensi dan
transendensi. Menjadikan dalam bahasa aslinya adalah kata

kerja (bara) yang tidak pernah dipakai untuk pekerjaan manusia.


Kata kerja tersebut dikhususkan untuk perbuatan dan penciptaan
oleh Allah saja. Menjadikan tidak serupa dengan membentuk dan
mengerjakan yang dilaksanakan manusia. Kata menjadikan tidak
menerangkan dengan setara bagaimana terjadi (seperti teori
filsafat dan mitos mengenai theogoni dan kosmogoni), melainkan
menyatakan dan melahirkan suatu rahasia.
Langit dan bumi kedua istilah ini tidak dikenal dalam
Perjanjian Lama. Istilah-istilah tersebut berasal dari filsafat
Yunani dan berarti bahwa segala makhluk merupakan suatu
kesatuan, suatu rangkaian dan rencana yang beraturan dan
berkedaulatan

(kosmos).

Kesatuan

dunia

terletak

didalam

penciptanya. Menciptakan langit dan bumi terjemahan dalam


Bahasa Inggris berbunyi God created the heaven (not sky) and
the earth (King James Version). Ini berarti bahwa tidak ada satu
pun juga yang tidak di dalam tangan dan kuasa Allah. Yang
dimaksudkan dalam kalimat pertama pada ayat 1 bukanlah
hanya dunia dan semesta alam yang dapat dialami oleh
pancaindra, pengamatan dan penyelidikan manusia, melainkan
segala

apapun

juga

yang

diseberang

itu

dikuasai

Allah.

Pembedaan antara langit dan surga adalah suatu pembedaan


yang

dilakukan

dalam

zaman

modern

ini.

Manusia

kuno,

termasuk bangsa Israel belum membuat perbedaan antara


keduanya, melainkan surga adalah diatas langit dan sangat erat
berhubungan dengan pun seringkali sama.
Ayat 2, penulis hendak menyatakkan bahwaa kejadian yang
baik dan beres dari Allah itu selalu diancam oleh kekacauan.
Keadaan dunia yang rapi dan yang beraturan(kosmos) tidak
terjadi dengan sendirinya, melainkan memerlukan tindakantindakan pemberesan dan penyusunan dari Allah. Dunia yang
beraturan

ini

adalah

akibar

dari

penciptaan

yang

terus

berkembang (creation continuatra) dari Allah.Kata ibrani (tehom)

yang diterjemahkan dengan samudera raya berarti: bukan


samudera atau air dalam arti imu kima (HO), melainkan dalam
arti mitologi, yaitu seperti musuh segalah kehidupan yang
membanjiri tanah tanaman dan menelan manusia. Gelap
gulitaadalah gejala dunia yang jauh daru pada Allah. Kelompok
penafsir

yang

pertama

berpendapat

bahwa

kalimay

itu

menyatakan kesudian dan keinginan Allah akan memberi rupa


dan bentuk kepada kekacauan itu. Melayang-layang diartikan
sebagai mengeram.Roh Allah melayang-layang seperti seekor
burung mengerami telurnya, supaya terjadi hidup yang baru.
Kelompok penafsir yang kedua mengartikan Roh Allah seperti
angin yang rebut yang merupakan sebagian dari kekacauan.
Pada ayat 3 dimulailah pekerjaan hari pertama.Allah
menjadikan dengan perantaraan firmanNya.Berfirmanlah adalah
keterangan

selanjutnya

menegenai

bara.Penciptaan

dengan

perantaraan firman tidaklah sukar sedikitpun.Hanya dengan


kalimat yang pendek maka perintah Allah dilaksanakan dengan
lekas dan dengan tiada kesukaran sedikitpun.Buatan yang
pertama adalah terang.Penulis menekankan bahwa terang itu
bukanlah ALLAH melainkan termasuk ciptaan.Hanaya terang saja
yang memperoleh sebutan baik bukan gelap gulita walaupun
gelap gulita juga dibawah kekuasaan Allah.Terang menjadi tanda
dan ibarat bagi ALLAH, gelap gulita untuk lawannya.Karena
firman Tuhan maka terang yang pertama itu telah bersinar,
menerangi kelam-kabut.Terang dan gelap masih bercampur baur,
lalu dipisahkanlah terang itu dari gelap. Allah menamai gelap itu
malam dan terang itu siang, memberi nama merupakan suatu
hak yang istimewa. Jika ia menamai gelap dna terang maka ia
melakukan

hak

diterjemahkan

ketuhanan

dengan

yang

menamai

mulia.
dapat

Kata
juga

Ibrani

yang

diterjemahkan

dengan menamai dapat juga diterjemahkan dengan memanggil.


Artinya Allah memanggil terang itu.

Kejadian 1:6-8
Pengarang mengambil alih pandangan ilmiah bangsa Babel
termasuk susunan dan keadaan semesta alam yang pada masa
itu maju dan mutakhir. Bagi para ahli Babel, bumi ini merupakan
suatu bulatan tanah yang tipis dan bundar yang ditetapkan
mengapungdiatas samudera raya. Diatas bulatan bumi itu
naiklah lengkung langit seperti kubah yang jernih dan yang
tembus cahaya. Lengkung langit atauu cakrawala itu berwarna
biru.

Kaki

langit

adalah

benteng

dan

kubu

besar

yang

memecahkan deru ombak samudera raya (air bah) yang hendak


membanjiri bulatan bumi. Anggapan bangsa Babel tentabg
susunan semesta alam merrrupaka latar belakang ayat 6 dst.
Yang lain masih dalam keadaan kacau. Lalu Allah berfirman jadi
cakrawala. Dialah yang berkuasa memisahkan dan membagi.
Pemisahan dan pembagian Allah itu ialah mengatur satu dunia
yang teratur. Pada ayat 7 ALLAH sendiri yang memisahkan air
dari

air.Biasanya

melalui

perantaraan

firman.

Lalu

ALLAH

menamai, memanggil, mengangkat ciptaan yang baru in menjadi


pengabdi kepadaNya, menjadi pelayanNya dan perbuatan ALLAH
ini menciptakan waktu dan sejarah. Tetapi tanah yang kering itu
bukanlah tanah pertanaman melainkan padang tandus dan gurun
belantara.
Kejadian 1:9-13
Tingkat demi tingkat ALLAH menyediakan syarat-syarat
untuk kehidupan. Untuk pertama kalinya dikemukakan disini
(ayat 9) daratan, tanah yang kering yang menjadi tempat dan
medan utama kehidupan dan sejarah. Tetapi tanah yang kering
itu bukanlah tanah pertanaman, melainkan padang tandus dan
gurun belantara, atau gurun pasir yang lokos yang hangus ddan
yang hampa (kosong). Karena pemberian nama maka tanah yang
kering dan kumpulan air itu ditempatkan dan ditaruh dalam tat

penciptaan Allah. Bumi atau tanah itu menuruti firman sakti dari
ALLAH dan melaksanakan kemauan Allah. Dan untuk ketiga
kalinya dikemukakan bahwa waktu itu bukanlah suatu mesin
yang berjalan dengan sendirinya, melainkan bahwa iiap-tiap hari
dan tiap-tiap malam adalah hasil tambahan dari kegiatan dan
tindakan-tindakan ALLAH dengan perantaraan firmanNya.
Kejadian 1:14-19
Sampai pada saat ini pun benda-benda langit seperti
bintang-bintang dan matahari selalu di kagumi dan ada yang
menyembahnya. Dengan sengaja pengarang tidak memakai
nama matahari atau bulan, oleh karena kata-kata Ibrani yang
diberikan dalam tanda kurung mengandung arti nama dewa sang
surya dan dewa bulan. Pada ayat 16 dapat melihat penulis
dengan gaya bahasa teknik: Matahari (yang lebih besar), bulan
(penerang yang lebih kecil) dan semua bintang diuraikan seperti
daftar bagian-bagian pengganti untuk semua mesin baru. Pada
penciptaan tumbuh-tumbuhan tidak dinyatakan maksud dan
tujuan tumbuhan itu, tapi bintang-bintang diberikan suatu tugas
tertentu yaitu untuk memisahkan siang dari malam, tanda-tanda
petunjuk waktu dan untuk menerangi waktu. Bintang-bintang
diberikan kuasa memisahkan dan menguasai waktu. Perkatanperkataan itu nampaknya berasal dari mitologi dimana bintangbintang berkuasa. Teks kita menitik-beratkan bahwa kuasa itu
diberikan oleh ALLAH. Kata menaruh mengutamakan sekali lagi,
bahwa bintang, termasuk matahari adalah seluruhnya dalam
tangan dan kuasa Allah, mereka melaksanakan tugas yang
berguna dan bermakna. Waktu yang diukur dan ditunjukkn oleh
bintang-bintang itu dengan kepastian yang sebesar-besarnya,
bukanlah waktu ilmu fisika yang mengalir dengan sendirinya
melainkan suatu kejadian, suatu peristiwa yang disebabkan oleh
tindakan-tindakan yang tersembunyi dari pencipta.

Kejadian 1:20-23
Pada tiga hari yang pertama Allah mengatur setiap ruangan
dunia

yaitu

dunia

bawah

(samudera

raya),

dunia

atas

(cakrawala) dan dunia tengah (bumi/daratan). Pada hari yang


keempat ALLAH menciptakan penduduk dunia atas, tapi pada
hari yang kelima tentang penciptaan penduduk-penduduk dunia
bawah. Semua yang ada didunia itu dikuasai oleh firman Allah,
bahkan lingkunan juga ada pada kuasa Allah. Untuk pertama
kalinya ditemui dalam kalimat ini istilah makhluk yang hidup
yang sangat penting itu. Orang Ibrani kuno menganggap
tumbuh-tumbuhan seperti bagian kejadian yang tidak termasuk
hayat. Istilah kehidupan vegetatif tidak diakui oleh mereka. Hal
yang baru pada hari yang kelima adalah makhluk hidup. Si
pengarang

memulai

dengan

kehidupan

animalis.

Yang

mengherankan ialah bahwa si pengarang telah menginsafi


bahwa kelas burung tidak begitu jauh dari kelas ikan. Disini juga
memakai kata menjadikan (bara) yang hanya enam kali dipakai
dalam riwayat penciptaan yang pertama ini.
Dengan tidak sangsi-sangsi ayat 21 meyatakan bahwa
makhluk yang hidup itu berada dalam hubungan yang lebih
langsung dengan Allah dibandingkan dengan tumbuh-tumbuhan,
yang berada dalam hubungan langsung dengan tanah. Pertamatama disini dinamakan disini binatang-binatang laut yang besar.
Kata Ibrani (Titanium) berarti makhluk dahsyat yang mengerikan.
Lalu dikemukakan segala binatang yang lain yang berkeriapan
(dalam KBBI: berkerumun) dalam air dan yang bersayap dalam
udara. Disini bukan hanya binatang yang berguna, terkenal tapi
juga yang dahsyat dan mengerikan ada dalam kuasa ALLAH.
Menurut jenisnya tidak ada satupun yang tidak dikenal oleh
Allah. Juga binatang yang memegang peranan besar dalam
mitologi-mitologi bukanlah berdiri sendiri, melainkan adalah
ciptaan Allah.

Pada ayat yang ke 22 ada sepatah kata berkat Allah yang


belum ada pada penciptaan tumbuh-tumbuhan. Berkat Allah itu
ialah

ditegakkannya

pembiakkan

yang

diamanatkan

Allah

dengan titiahNya dalam ayat 22 kepada binatang laut dan udara.


Allah terus menjadikan dan memenuhi ruangan yang telah Ia
sediakan dalam hal pekerjaan mencipta. Hari kelima juga adalah
hanya disebabkan perbuatan Allah, yakni tindakan-tindakan dan
kesibukan Allah yang menjadikan sejarah.
Kejadian 1:24-2:1
Pada hari yang keenam dibagi atas dua bagian, yaitu
penciptaan binatang-binatang daratan dan penciptaan manusia.
Tidak semua jenis binatang di ciptakan bersamaan. Para imam
Israel yang bertanggung jawab atas bentuk berita ini, dengan
sengaja mempersatukan binatang daratan dengan manusia pada
hari yang keenam.

Penciptaan binatang daratan, disini mau dinyatakan bahwa


alam hewan juga berhubungan langsung dengan bumi.
Kemampuan bumi itu sangat nisbi, lagipula kemampuan itu
hanyalah berdasarkan dan disebbakan oleh firman Allah
yang menjadikan. Istilah semesta alam (nature) oleh istilah
kejadian (creation). Alam hewan itu bergantung sama
sekali pada bumi atau bisa juga dikatakan bahwa binatang
itu sepenuhnya termasuk alam. Binatang tidak langsung
berhubungan dengan Allah. Dengan ini maka ditiadakan dan
disangkal suatu kedudukan ilahi binatang-binatang yang
kitaa jumpai dalam Totenisme. Bukan karena kebetulan
diperbedakkan tiga macam binatang (binatang liar, ternaak,
melata). Istilah yang pertama berarti binatang yang dihutan
dan ladang, baik yang buas maupun yang tidak berbahaya.
Tetapi istilah yang kedua ialah semua binatang yang telah
dijinakkan

untuk

dipergunakan

manusia.

Pengarang

memisahkan lagi binatang yang melata yaitu seluruh alam

binatang

reptil.

Yang

ditekankan

pada

ayat

24

ialah

kesempurnaan alam hewan yang aada dalam tangan Tuhan.


Bisa dilihat betapa hebat sang pencipta yang tak pernah
kekurangannn gagasan dan rupa baru. Mungkin permulaan
ayat 25 itu merupakan bagian dari naskah lain, dimana Allah
menjadikan dengan langsung bukan dengan pertantaraan
firmanNya. Alam hewan daratan ditandai juga dengan istilah
makhluk yang hidup(dalam bahasa Ibrani dipakai kata
Indonesia nafsu dan alhayat). Disatu pihak, istilah tsb
menghubungkan bianatang muka bumi dengan segala
binatang air (20, 21) dilain pihak dengan manusia juga (30,

2:7).
Penciptaan manusia, pada ayat 26-31 klimaks riwayat yang
pertama mencapai puncaknya. Manusia adalah tujuan dan
mahkota segala makhluk. Walaupun manusia dijadikan juga
dengan perantaraan firman Allah (dan dengan disangkal
keilahian manusia yang manapun juga) toh penciptaan
manusia itu sangat diasingkan dari penciptaan sebelumnya.
Selama ini hanya terdengar perintah pendek dari Allah.
Selama ini kita mendengar bhanya perintah yang netral,
dalam bentuk orang ketiga. disini untuk pertama kalinya
Allah berbicara dalam bentuk orang pertama, dalam bentuk
orang pertama jamak yaitu baiklah kita. Alam tumbuhan
dan alam binatang berhubungan langsung dengan tanah
(bumi) dan hanya dengan perantaraan bumi berhubungan
dengan

Allah,

tetapi

manusia

berhubungan

langsung

dengan Allah. Kata kita dahulu dianggap sebagai nas bukti


untuk ketritunggalan Allah. Tetapi pendapat itu sangat
menyimpang dari corak yang dibayangkan Perjanjian Lama.
Keterangan yang kedua ialah bahwa kita itu merupakan
suatu jamak kehormatan (pluralis maiestaticus). Manusia
(bahasa Ibrani: Adam) adalah istilah kolektif. Adam disini

bukanlah nama perseorangan seperti nanti dalam pasal


kandung

kesatuan

dititikberatkan.

manusia,

Menurut

meskipun

rencana

dijadikan segambar dan

Allah,

hal

itu

tidak

manusia

akan

serupa dengan Allah. Ini tidak

pernah digunakan pada waktu penciptaan makhluk yang


lain. Kata Ibrani untuk gambar (tselem) berarti gambar
atau buah ukiran, yaitu patung. Dengan kata lain tselem
(gambar) adalah suatu hal yang jasmani, yang wujud dari
yang kelihatan. Itu berarti bahwa kesegambaran manusia
dengan Allah itu tidak boleh dimenegerti hanya mengenai
kerohanian saja, melainkan harus dimengerti juga mengenai
kejasmanian manusia. Tselem itu berarti gambaran yang
wujud dan kelihatan, tetapi kata Ibrani untuk serupa
(demut) adalah suatu istilah keserupaan. Ini berarti bahwa
manusia adalah gambaran Allah yang seluruhnya ditiru
meniru aslinya. Manusia adalah tiruan dari Allah, seperti
anak adalah tiruan dari bapaknya. Sebetulnya isi istilah
segambar dan serupa ini tidak di terangkan. Tapi teks kita
sekali-kali tidak berhenti sampai pada mengenai keadaan
manusia, tetapi juga tugasnya. Akibat yang kelihatan dan
yang nyata dari kesegambaran itu ialah bahwa manusia
ditetapkan dan didudukan sebagai wakil dan gubernur Allah
dalam dunia. Kata Ibrani untuk berkuasa berarti menurut
huruf

menginjak/memijak/mengirik.

Dalam

perintah

itu

terkandung suruhan untuk memelihara, mengindahkan,


menguasai,

menyelidiki

dipekerjakan.

Dapat

dunia.

dikatakan

Manusia
bahwa

diangkat

dan

kesegambaran

manusia dengan Allah (imago dei) bukanlah suatu sifat,


keadaan

atau

tabiat

yang

immanen

pada

manusia,

melainkan kedudukannya diperolehnya karena berhadapan


dengan Allah dan karena persangkutannya dengan Allah.
Kesegambaran

itu

adalah

persekutuan

dan

perpautan

dengan Allah, yang disebabkan oleh anugerah dan karunia


Allah. Dan yang mengakibatkan juga suatu sikap dan
kelakuan pada manusia yaitu kepercayaan. Pada ayat 27
memberitahukan pelaksanaanya. Dengan segala upacara,
ayat itu menyebutkan pelaksanaan penciptaan manusia.
Maka dijadikan Allah, manusia
Segambar dengan Allah dijadikan-Nya dia
Laki-laki dan perempuan dijadikan-Nya mereka
Ada 3 kali kata kerja menjadikan (bara) diulangi. Bukan
cara bagaimana menciptakan manusia yang penting tapi
kenyataan bahwa Allah menjadikan manusia yang penting.
Perkelaminan manusia adalah suatu corak yang baik.
Perkelaminan

diterima

sebagai

suatu

karunia

Allah.

Persekutuan Allah dengan manusia juga dipantulkan oleh


persekutuan antara laki-laki dan perempuan. Kesegambaran
manusia dengan Allah itu terdiri dari persekutuan Allah
dengan manusia yang dikiaskan dalam persekutuan suami
dan

isteri.

Disini

dapat

dilihat

bahwa

kesegambaran

manusia dengan Allah itu sekali-kali tidaklah terjadi dengan


kemampuan beranak. Kata Ibrani asli nyang diterjemahkan
dengan taklukanlah dan berkuasalah berarti sebetulnya
memijak dan menindas, menundukkan.

Ini menyerahkan

kepada manusia hak pemerintahan dan pemeliharaan atas


bumi dan isinya. Manusia ditetapkan sebagai kuasa-kuasa
dan pelaksana dari Allah dan kepadanya diberikan tugas
kebuadayaan. Pada ayat 29 dan 30 menguraikan perihal
Allah memelihara makhluknya, menyatakan sekali lagi
perhubungan antara manusia dan binatang. Keduanya
hidup dari tangan Allah. Walupun pada ayat 11 pengarang
mengakui bahwa bumi itu berdiri sendiri secara nisbi, tapi
bukan bumi yang memberikan makanan kepada manusia
dan

binatang,

tetapi

Allah

sendiri.

Perbedaan

antara

manusia dan binatang ialah bahwa buah atau hasil tumbuh-

tumbuhan

ditentukan

rumputan

diperuntukkan

kekurangan

dan

bagi

manusia,
bagi

kenajisan

sedang

binatang.

dalam

seluruh

rumput-

Tidak

ada

lingkungan

penciptaan. Seperti pada ay 4, 10, 12, 18, 21 dan 25


diucapkan juga disini penilaian dan penghargaan Allah
mengenai
amatlah

makhluknya
baik

yang

telah

dibuatnya

semuanya.Pekerjaan

dengan

menjadikan

diselesaikan dalam 6 hari dengan diciptakannya manusia.


Kesaksian tentang penciptaan Allah mengakui ketuhanan
Allah dan menyangkal keilahian ruangan, tempat, binantang
serta manusia secara mutlak dan radikal.
Kejadian 2:2-4
Tetapi riwayat pertama tentang penciptaan dunia itu beum
berakhir dengan selesainya pembangunan semesta alam dan
manusia. Penjelasan penciptaan itu diikuti oleh hari yang ketujuh
dan pada hari inilah Ia berhenti dari segala pekerjaan membuat
itu. Dengan ini dinyatakan bahwa penciptaan bukan hanya
bermula, melainkan juga berakhir. Penulis memakai dua istilah
untuk

menerangkan

keistimewaan

hari

ketujuh

yaitu

memberkatidan menguduskan. Memberkati berarti bahwa


Allah melimpahkan kuasa kehidupan yang diperlukan manusia
itu, atas perhentian dan bukan atas pekerjaan. Menguduskan
menyatakkan bahwa perhentian itu
Allah.

Menguduskan

berarti

adalah perhentian dimuka

menyita.

Dengan

ini

Allah

memproklamirkan hak miliknya atas hari itu. Manusia dipanggil


untuk bersekutu dengan Allah. Ayat 4a merupakan rumus
penutup untuk riwayat pertama tentang penciptaan itu.
Inti Teologi:
Sejarah penciptaan merupakan kepercayaan tentang Allah
sebagai pencipta alam semesta yang rumit, kompleks, namun
sangat tertata rapih dan sistematis. Umat Kristen mengaku dan
mengikrarkan pengakuan iman Aku percaya kepada Allah

Bapa, Pencipta langit dan bumi pengakuan ini mengasumsikan


dunia ciptaan sebagai buah karya Allah yang transendence.
Lewat

dunia

ciptaan,

Tuhan

menyingkapkan

jati

diri-Nya

sekaligus membuat-Nya dapat dikenal. Dengan dunia ciptaan


yang pada dasarnya baik, terlebih manusia yang sungguh amat
baik

membuat

manusia

sebagai

penanggungjawab

yang

langsung kepada Allah, bertanggungjawab penuh untuk dunia ini,


apakah menjadi lebih baik atau lebih buruk. Pemahaman bahwa
dunia ini baik, teratur, dan tidak chaos, dapat menolong umat
ketika dunia kehidupannya porak-poranda dan mengalami krisis
iman.
Penulis

perikop

ini

menggunakan

keindahan

yang

mempesona untuk menegaskan bahwa segala sesuatu ada


semata-mata karena perintah dan kuasa Allah, sebab pada
zaman

dahulu

orang

memandang

alam

dan

kekuatan-

kekuatannya sebagai makhluk-makhluk ilahi.

Segala bangsa kuno mengenal Allah tertinggi sebagai Khalik


alam semesta. Dengan memuji Tuhan sebagai Pencipta, maka
pada satu segi dewa-dewi alam ditolak dan pada segi lain

peran universal Tuhan diakui.


Tuhan menciptakan langit dan bumi dengan sempurna.
Tuhan mengatasi kuasa-kuasa kegelapan dan kekacauan.
Tuhan menciptakan dengan perantaraan Firman, Roh, dan
Hikmat

KEJADIAN 2:8-25 MANUSIA DAN TAMAN EDEN


Pokok Pikiran:
Ay. 8-9 Tuhan Allah membuat taman Eden beserta isinya
Ay. 10-14 4 sungai di taman Eden
Ay. 15-17 Tugas untuk manusia pertama
Ay. 18-20 Pengharapan manusia pertama akan penolong yang
sepadan
Ay. 21-23 Penciptaan penolong yang sepadan bagi manusia
pertama
Ay. 24-25 Kesimpulan penulis mengenai hubungan suami-istri
Analisis Historikal:
Kejadian 2 ditulis oleh sumber Yahwist, sebab Allah selalu
disebut dengan YHWH. Sumber Y ditulis kira-kira pada abad ke10, antara tahun 900-800 SM, pada zaman pemerintahan Daud
dan Salomo. Peristiwa exodus (keluaran) menjadi saat dimana
bangsa

Israel

mengeluarkan

menyadari
mereka

dari

bahwa
tanah

TUHANlah
Mesir,

yang

sehingga

telah
merea

menyangkutpautkan kehadiran TUHAN sampai pada masa awal


penciptaan. Cerita mengenai Allah ini terus berkembang melalui
tradisi lisan secara turun temurun, barulah pada sekitar abad ke10 mulai ditulis oleh sumber Y. Secara umum perikop ini hendak
menjelaskan bahwa mengenai pernikahan yang dikehendaki
Allah melalui Adam dan Hawa. Pada zaman kejaannya, Raja
Salomo memiliki banyak selir. Melalui hal inilah secara tidak
langsung

Salomo

melanggar

ketetapan

Allah

mengenai

pernikahan yang mengharuskan adanya satu laki-laki dan satu


perempuan. Hal inilah yang memicu penulis untuk menulis cerita
Adam dan Hawa, pasangan manusia pertama di bumi yang
kemudian menikah
Tafsiran:
Kejadian 2:8-9
Selanjutnya:Perikop ini merupakan suatu penjabaran dimana
Allah menciptakan manusia sehigga menjadi makhluk yang

hidup. Kata pertama dalam perikop ini merujuk pada lanjutan


cerita mengenai manusia yang diciptakan Allah itu.
Taman di Eden, di sebelah timur: Allah menempatkan
manusia yang diciptakan-Nya itu pada sebuah taman di sebelah
timur, tepatnya di daerah Eden, sehingga dinamakan Taman
Eden. Menurut Kamus Alkitab Brownning, Eden merupakan
daerah

di

(kesukaan,

sebelah
keriangan)

selatan
sering

(Mesopotamia).
dibayangkan

Taman

sebagai

Eden
Firdaus

(surga) sebab disana terdapat kegirangan dan sukacita (Yes.


51:3). Allah menempatkan manusia dalam taman yang sangat
mempesona itu, sebab Ia begitu mengasihinya sebagai ciptaan
yang serupa dengan Allah. Taman di Eden bukanlah surga, tetapi
tempat khusus yang disediakan Allah untuk manusia dalam ia
menjalani kehidupan dalam persekutuan dengan Allah.
Pohon kehidupan: Merupakan suatu metafora dari sesuatu
yang baik dan berguna serta mendatangkan sukacita dan
kebahagiaan, juga untuk mencegah terjadinya kematian jasmani.
Dalam Wahyu 22:2 dikatakan bahwa dalam Yerusalem yang baru
terdapat pohon kehidupan yang berbuah 12 kali tiap bulan dan
daun-daun pohon itu dipakai untuk menyembuhkan bangsabangsa, dan yang berhak atas pohon kehidupan adalah mereka
yang membasuh jubahnya. Siapa yang makan buah dari pohon
ini akan mendapat hidup abadi. Pohon kehidupan melambangkan
hidup kekal yang akan dialami manusia jika tetap hidup damai
dengan Allah.
Pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat:
Pohon ini tentu merupakan sumber dari pengetahuan yang
kemudian membuat manusia teringat pada pencipta-Nya yang
Mahatahu, sehingga hanya Allah saja yang memiliki hak untuk
menentukan apa yang baik atau jahat. Siapa yang memakan
buahnya

akan

memiliki

pengetahuan

yang

tak

terbatas,

sedangkan pengetahuan yang seperti ini hanya dimiliki oleh

Allah saja. Pohon ini juga untuk menguji iman dan ketaatan Adam
kepada Allah dan firman-Nya.
Kejadian 2:10-14
Sungai mengalir dari Eden: Eden digambarkan sebagai satu
daerah yang sangat subur, sebab memiliki berbagai pohon yang
menarik dan baik, terlebih karena Eden mempunyai air yang
berlimpah-limpah dan juga baik sebab mengairi taman yang
ditempati manusia. Bisa jadi sungai di daerah Eden ini mengairi
seluruh bagian bumi (mengingat cabangnya melewati daerah
yang bukan Eden).
Pison: Sungai yang mengalir di Eden tetapi berada di luar
tamab. Sampai sekarang belum ditemukan keberadaan sungai
tersebut. Menurut Kejadian 2:11, sungai ini mengelilingi tanah
yang ada emas.
Tanah Hawila: Diperkirakan terletak di daerah Sinai dan
Arabia Barat Laut. Dalam Kejadian 25:18 dituliskan Hawila
sampai ke Syur didiami oleh orang-orang Ismael. Di tanah ini
terdapat banyak emas yang baik serta damar bedolah (logam
berharga: kristal dan mutiara) dan batu Kisopras (intan/permata
yang sangat elok berwarna merah tua, pertama intan yang jernih
sekali. Batu ini juga digunakan pada lapisan ke-10 dari Kota
Yerusalem yang turun dari sorga, dari Allah; bdk. Wahyu 22).
Gihon: Mata air di Yerusalem yang menyediakan air untuk
kota itu dan tempat pengurapan Salomo. Sungai ini mengalir
mengelilingi seluruh tanah Kush yang sekarang dinamakan
Sudan Utara dan oleh para penulis klasik disebut Etiopia.
Tigris: Sungai ini terletak di Irak Modern. Salah satu dari dua
sungai utama yang menyuburkan kebudayaan Timur Tengah
Kuno, dimana terletak kota-kota Niniwe dan Asyur (Kejadian
2:14).
Efrat: Sungai ini menjadi batas paling utama wilayah Israel
pada zaman pemerintahan Daud. Airnya mengairi daerah hingga
sungai Tigris dan tanah disana menjadi rahim dari peradaban.

Kejadian 2:15-17
Mengusahan dan memelihara taman itu: Manusia diberikan
kekuasaan dari Allah untuk mengusahakan dan memelihara
Taman Eden sebab Allah menciptakan manusia serupa denganNya agar dapat menjadi wakil Allah di bumi dan mengekpresikanNya dalam bentuk memerintah dan menjadi tuan kedua atas
ciptaan-ciptaan Allah lainnya. Kedudukan lainnnya manusia disini
mengandung tanggungjawab yang langsung kepada Allah.
Semua pohon dalam taman ini boleh kau makan buahnya
dengan bebas: Allah memberikan kehendak bebas pada manusia
dengan mengizinkan memakan semua buah, sebab semua yang
diciptakan-Nya itu baik.
Tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan jahat itu
janganlah kau makan buahnya: Kehendak bebas manusia masih
berlaku sampai disini, Allah memberikan larangan tetapi semua
tergantung pada manusia, apakah dia taat atau tidak.
Sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau
mati: Allah memberi suatu larangan yang keras kepada manusia.
Tetapi arti kata mati disini bisa mengacu pada dua hal, yang
pertama mati secara jasmani/fisik dan yang kedua citra Allah
dalam diri manusia menjadi mati. Sehingga manusia yang
diciptakan Allah secara sempurna, kehilangan kesempurnaannya.
Tetapi kecaman yang keras ini harus diterima dengan iman,
karena manusia pertama belum pernah melihat kematian. Maksud
dari disatuhkannya antara tugas pekerjaan dan hokum larangan disini diiartikan
bahwa: Kebebasan hanya ada ketika perintah Allah. Hukum Allah inilah yang
mendasari kebebasan dan pertanggung-jawaban manusia. Perintah yang diberi
oleh Allah bukanlah sesuatu hal yang merugikan dan mengurangi kebebasan
manusia itu larangan yang didahului oleh pemberian kuasa (16b) melainkan
merupakan bandingan dan akibat dari kuasa penuh (kebebasan yang diterimanya).
Larangan itu menjadi batu ujian bagi manusia untuk mengetahui apakah ia
mempergunakan kuasanya secara layak, ataukah mala menyalagunakan
kedudukannya.

Kejadian 2:18-20
Tidak baik, kalau manusia itu seornag diri saja: Allah
menyadari bahwa manusia ciptaan-Nya tidak memiliki teman
hidup, mengingat bahkan binatang dalam laut/air dan segala
jenis burung memiliki pasangan (Kejadian 1:22 berkembang
biaklah). Maka ide mencari pasangan pada manusia akhirnya
ada.
Aku akan menjadikan penolong baginya: Penolong berfungsi
untuk meningkatkan pekerjaan Adam sehingga harus memiliki
kekuatan dalam segi-segi tertentu agar fungsi menolonnya dapat
terlaksanakan.
Yang sepadan dengan dia: Penolong Adam haruslah sepadan
dengannya agar fungsi menolongnya dapat sesuai dengan apa
yang Adam harapkan. Kodrat dan perannya harus sesuai.
TUHAN Allah membentuk dari tanah segala binatang hutan
dan segala burung di udara: Kegiatan penciptaan binatang hutan
dan burung telah terjadi pada hari penciptaan ke-5 dan ke-6
sebelum manusia diciptakan (Kejadian 1:21-25). Dari nats ini
timbul pertanyaan apakah binatang-binatang yang keluar dari
dalam bumi berbeda dengan binatang yang dibentuk oleh Allah
dari tanah? Disini kata kuncinya ada pada perbedaan dari kata
diciptakan

dan

dijadikan/dibentuk.

Dijadikan

berarti

menghasilkan sesuatu dari yang belum ada, dijadikan/dibentuk


berarti menghasilkan sesuatu dari yang sudah ada.
Dibawa-Nyalah semuanya kepada manusia untuk melihat
bagaimana ia menamainya: Allah menghendaki agar manusia
memberi

nama

kepada

binatang-binatang.

Melalui

proses

penamaan ini, manusia sudah menentukan sifat binatang itu


agar mudah dikuasainya. Kejadian 1:22 ditulis semua binatang
yang Allah ciptakan baiknya berkembang biak dan bertambah
banyak, sehingga tentu saja binatang-binatang yang dibawa
Allah kepada Adam mempunyai pasangannya masing-masing.

Hal inilah yang memicu Adam untuk berpikir bahwa seharusnya


ia juga memiliki pasangan. Lantas binatang air ada dimana?
Baginya sendiri ia tidak menjumpai penolong yang sepadan
dengan dia: Diam-diam dalam diri Adam sudah timbul kebutuhan
akan seorang pasangan yang sepadan dengannya. Tetapi sambil
memberi nama, ia mencoba melihat apakah ada figur pasangan
yang sepadan dengannya di antara makhluk-makhluk itu, tetapi
ia tidak menemukannya.
Kejadian 2:21-23
TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu
menutup tempat itu dengan daging: Allah membuat manusia
tidur nyenyak saat membuat penolongnya supaya tidak ada yang
menyaksikan karya penciptaan itu. Karya penciptaan tetap
merupakan suatu misteri ilahi. Allah lalu memilih rusuk karena
untuk membuat penolong yang sepadan untuk manusia haruslah
memiliki kodrat yang sama, sederajat. Sebab jika mengambil
tulang di bagian kepala, bisa saja penolong tersebut akan
menjadi sombong. Atau tulang kaki, bisa saja penolong tersebut
diinjak-injak. Bahasa Sumeria: Tulang rusuk berarti kehidupan.
Sebab dewi kehidupan adalah Puteri Tulang Rusuk. Juga dalam
bahasa Ibrani, Hawa berarti kehidupan.
Dibangun-Nyalah seorang perempuan,

lalu

dibawanya

kepada manusia itu: Kehadiran perempuan sudah dalam rencana


TUHAN sejak mula karena proses ini sudah disengaja. Allah
menunggu dan membiarkan Adam membutuhkan pasangan yang
sepadang sebab jika pasangan itu diberikan tanpa Adam merasa
butuh,

penolong

itu

akan

kehilang

fungsinya.

Perempuan

memiliki kodrat yang sama dengan laki-laki, yakni serupa dengan


Allah. Sehingga ia bukan saja penolong, tetapi juga sebagai
sesama penyandang gambar Allah.
Apa yang menyebabkan sehingga hanya perempuan yang
dapat

menolong

laki-laki?

Penolong

yang

sepadan

tidak

menunjuk pada jati diri perempuan, melainkan secara fungsional

melengkapi kekurangan Adam yang kemampuannya terbatas. 3


tugas Adam, yakni mengusahakan dan memelihara taman
(Kejadian 2:15), menamakan segala binatang hutan dan burung
di udara (Kejadian 2:19), dan beranak cucu dan bertambah
banyak (Kejadian 21:28). Tugas Adam yang ketiga inilah yang
tidak bisa dikerjakan sendirian sampai kedatangan Hawa.
Inilah dia tulang dari tulangku dan daging dari dagingku:
Pola

kalimat

pasangannya

yang

Adam

merupakan

gunakan
tradisi

untuk

Ibrani

mendeskripsikan

mengenai

keadaan

sedarah sedaging yang berarti satu kaum. Sebab orang Ibrani


menyebut sanak-saudara sekaum sebagai darah daging atau
daging dan tulang. Suami dan isteri merupakan suatu kesatuan
yang

mutlak.

Disini

nyata

anggapan

yang

sangat

tinggi

mengenai perkawinan. Kalimat Adam ini juga merupakan ikrar


atau janji atau sumpah yang biasa digunakan masyarakat kuno
dalam perkawinan. Dimana ketika dua orang hendak menikah,
mereka

mengumpulkan

beberapa

orang

sebagai

saksi

perkawinan mereka dan simbol bahwa mereka sudah kawin


adalah kalimat yang diucapkan laki-laki yang menandakan
bahwa perempuan ini adalah isterinya.
Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki:
Kesendirian Adam diselesaikan dengan cara menghadirkan
pasangan sepadan yang tak sesuai. Hawa tidak berasal dari
tanah seperti Adam, namun dari salah satu rusuknya, sehingga ia
sederajat dengan Adam.
Kejadian 2:24-25
Keduanya menjadi satu daging: Untuk menjalin keintiman
yang

baru

dengan

isteri,

suami

perlu

meninggalkan

lingkungannya yang lama dan nyaman selama ia hidup. Hal ini


memperlihatkan bahwa cerita masa lalulah yang menjelaskan
kenyataan masa sekarang. Cerita ini mengemukakan mengapa
laki-laki dan perempuan saling tertarik secara seksual dan

menikah. Ayat ini menggunakan istilah-istilah dalam perjanjian


dan mengisyaratkan bahwa pernikahan disini dilihat sebagai
suatu hubungan yang bersifat perjanjian. Adam sekarang harus
membentuk lingkungan intim yang baru dan mandiri bersama
isterinya sendiri. Pasangan ini tidak boleh bergantung terus pada
orang tua mereka, sebab mereka kini menjadi orang tua baru
yang punya tanggung jawab atas keluarga dan keturunan.
Mereka telanjang...tetapi mereka tidak merasa malu:
Hubungnya antara manusia dan sesamanya masih murni, seperti
antara manusia dan Allah sebab manusia masih dalam lingkup
yang

taat

pada

perintah

Tuhan

tidak

memakan

buah

pengetahuan yang baik dan jahat. Tetapi apabila hubungan


dengan Allah rusak, maka akan rusak juga hubungan antara
manusia dan manusia.
Inti Teologi:
Manusia digambarkan sebagai objek perhatian Allah yang
khusus. Hubungan Allah dengan manusia sangat pribadi dan
langsung. Penekanan manusia adalah kerapuhan, kefanaan, dan
ketergantungan sepenuhnya kepada Allah. Hanya dari sudut
pandang inilah orang dapat menyadari betapa tidak layaknya
kedudukan manusia yang istimewa dalam Taman Eden dan
betapa jahatnya keinginan untuk menjadi seperti Allah.
Pusat penciptaan ini tidak terletak pada penciptaannya
sendiri,

melainkan

perempuan,

dan

pada

hubungan

hubungan

mereka

antara
dengan

laki-laki
dunia.

dan
Disini

kedudukan wanita adalah untuk menolong suami. Cerita ini


bukan mengenai hakikat wanita, melainkan tentang martabatnya
dalam lembaga perkawinan. Wanita dimaksudkan untuk menjadi
tempat dimana laki-laki memperoleh dukungan dan kekuatan.
Perempuan berasal dari laki-laki, maka ia tergantung padanya.
Tetapi

bukan

berarti

kedudukan

perempuan

lebih

rendah

daripada laki-laki dan tunduk padanya. Dia diciptakan secara

misterius oleh Allah memakai bahan dari manusia. Hal ini


menggarisbawahi ikatan yang ada di antara mereka, bahwa ia
adalah penolong yang sepadan.
Perikop ini dapat disimpulkan bahwa penciptaan perempuan
menerangkan mengapa seorang laki-laki memutuskan hubungan
dekatnya dengan orang tuanya untuk menjadi satu dengan
isterinya, sama seperti asal mulanya. Yang ditekankan adalah
keutuhan dan keteraturan dunia yang diciptakannya.

KEJADIAN 3:1-24 MANUSIA JATUH KE DALAM DOSA


Pokok Pikiran:
Ay. 1-5 Dialog antara ular dan perempuan
Ay. 6-7 Manusia jatuh ke dalam dosa
Ay. 8-19 Penghukuman Allah terhadap orang berdosa
Ay. 20
Pemberian nama manusia kepada perempuan
Ay. 21
Kepedulian Allah terhadap manusia berdosa
Ay. 22-24 Pengusiran manusia oleh Allah
Analisis Historikal:
Perikop ini hendak mengutarakan keadaan manusia pada
masa kini dengan peristiwa yang terjadi di masa lalu. Penulis
Kejadian 3 yang adalah sumber Yahwist hidup di zaman dimana
orang-orang mulai mempertanyakan banyak hal dan tidak
mampu untuk menemukan jawaban yang tepat. Pertanyaan yang
muncul

diantaranya,

mengapa

ular

dan

manusia

saling

bermusuhan? Mengapa perempuan harus mengalami susah


melahirkan? Mengapa laki-laki harus bekerja keras? Mengapa
ular berjalan dengan perut? dan bagaimana kematian menjadi
bagian dari manusia? Pertanyaan-pertanyaan ini timbul dari
dunia tempat penulis hidup. Mereka mencerminkan keadaan
lingkungan dan sosial yang ada di Palestina kuno.
Kejadian 3 mencerminkan kehidupan seorang tani/petani
yang miskin, berkediaman di daerah pegunungan yang gersang,
penuh dengan batu, duri, onak, dan ular yang mempersulit
perjuangan

seorang

tani

sehari-hari.

Untuk

menjawab

pertanyaan-pertanyaan tersebut, penulis mengumpulkan mitosmitos atau legenda/cerita yang beredar pada masyarakat di
masa lampau, kemudian menambahkan sisi teologis dari cerita
itu untuk ditulis sebagai jawaban kepada masyarakat. Penulis
memperhatikan latar belakang budaya dan tradisi sastra pada
waktu penulisan, untuk melukiskan kejadian-kejadian zaman
purba yang unik. Ini menyampaikan kebenaran teologis tentang
peristiwa-peristiwa yang pada umumnya digambarkan dalam
jenis sastra simbolis.

Kisah Alkitab bergerak dalam lingkungan pemikiran dimana


penulis mendapat ilham Allah dan menulis riwayat zaman
permulaan. Penulis juga mengetahui serta menimba bahan dan
cara bercerita yang menjadi bagian kebudayaan dan tradisi
sastranya.
Kritik Teks:
Cerita ini bukanlah mitos tetapi bukan juga sejarah dalam
pengertian modern, berupa laporan obyektif oleh saksi mata.
Cerita ini digambarkan dengan jenis sastra simbolis dimana
penulis menggunakan sastra antropomorfisme seperti binatang
yang digambarkan layaknya manusia yang dapat berpikir dan
berbicara. Gaya bahasa seperti dongeng atau fabel inilah yang
memicu kecenderungan orang unuk berpikir bahwa perikop ini
hanyalah mitos.
Tafsiran:
Ayat 1-5
Ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang: Alasan
dipilihnya ular sebagai pencoba manusia dikarenakan oleh latar
belakang kondisi dan situasi geografis Palestina kuno, dimana
pekerjaan penduduknya adalah petani. Ketika petani bekeja di
ladang/sawah, musuh terbesarnya adalah tikus sebagai hama
yang merusak tanaman padi dan ular merupakan binatang yang
menguntungkan sebab memakan tikus. Tapi kerugian bagi
manusia sendiri adalah ketika sedang bekerja bisa saja manusia
dipatok ular. Ular hanyalah binatang ciptaan TUHAN dan tidak
bisa disamakan dengan iblis. Ular baru dianggap sebagai
setan pada abad ke-1 SM. Meskipun demikian, ular adalah
binatang yang paling cerdik, dengan konotasi cerdas dan licik.
Dikatakan demikian sebab ketika para petani hendak menangkap
ular, mereka kesusahan sebab sikap ular yang cepat, ulet, dan
lincah. Inilah yang membuat penulis beranggapan bahwa ular
adalah cerdik.

Perikop ini tidak mengatakan alasan ular untuk untuk


menggoda laki-laki dan perempuan, tetapi bahwa kehadiran
manusia untuk menentang perintah Allah. Ayat ini mengatakan
bahwa ular berbicara kepada manusia, cerita ini memang mirip
fabel (antropormofisme) tetapi harus diperhatikan bahwa sejak
diciptakan ular tidak bisa berbicara dan bukan setelah dikutuk
oleh Allah barulah ia tidak bisa bicara. Ini hanya bagaimana cara
penulis

bercerita

agar

dapat

lebih

mudah

dipahami

oleh

pembaca (narasi).
Perempuan itu menambah sendiri apa yang tidak TUHAN
katakan guna memperkeras larangan dari Allah. Sambil membela
firman Allah dia pun memalsukannya. Tetapi, firman penyesat itu
lebih kuat daripada roh manusia yang telah lepas dari firman
Allah. Hanya firman Allah yang dapat menentangi firman
penyesat

itu.

Sebagaimana

firman

Allah

berkuasa

untuk

menciptaka, demikian pula firman penyesat dan penipu itu


berkuasa untuk menghancurkan.
Hanyalah merupakan suatu kiasan dengan arti bahwa
manusia akan tersadar pada sesuatu. Ular melancarkan serangan
terhadap kedaulatan Allah dalam hati perempuan dimana
menurutnya kikir hati Allah yang mengepung dan mempersempit
kemampuan manusia. Diluar Allah dan tanpa hukumnya ada
suatu kehidupan dalam kemerdekaan penuh dengan tidak lagi
bergantung kepada apapun dan kepada siapapun juga, dimana
manusia menjadi seperti Allah. Manusia dibuat menjadi orang
yang

bergantung

mengambil

tindakan

menganjurkan

pada

kebijaksanaannya

menurut

manusia

kehendak

menjadi

pengukur

sendiri,

hatinya.
segala

yang

Ular

itu

sesuatu,

memproklamirkan manusia unggul yang tidak bergantung tetapi


mengikuti kehendak untuk berkuasa.
Ayat 6-7

Ular

sama

perempuan

sekali

untuk

tidak

menasihati

mengambil

buah

atau
itu.

mendorong
Dia

hanya

mengemukakan firman-Nya yang menyangkal kebenaran firman


Allah, keputusan itu diambil dengan bebas. Seluruh kedudukan
Allah sebagai TUHAN dan penguasa, disangkal dan ditiadakan.
Dalam dosa ini nyatalah betapa hebatnya dan dahsyatnya
pemberontakan dan pengkhianatan manusia terhadap Allah,
pemberontakan yang diakhiri dengan perbuatan.
Nats ini menyadarkan kita bahwa ternyata manusia itu
sudah bersama dengan isterinya sejak ular itu menggoda
perempuan ini. Mengapa ular tidak menghasut manusia saja?
Mengapa harus perempuan? Perempuan ini tidak langsung
mendapat perintah yang bersifat pencobaan dari Allah, tetapi
dengan perantaraan laki-laki, karena perintah itu telah diberikan
sebelum perempuan dijadikan. Sehingga kekuatan perintah itu
tidak seberapa dirasakan perempuan dibandingkan manusia. Dan
sesudah perempuan memakan buah itu, ia dipakai lagi untuk
menggoda manusia, sehingga lebih mudah dipengaruhi daripada
jika ular itu langsung datang kepadanya.
Banyak yang menganggap perempuan itu sebagai penyebab
manusia jatuh ke dalam dosa. Tetapi yang sering dilupakan
adalah mengapa manusia itu pasif atau mengapa penulis
menggambarkan manusia itu sebagai sosok yang tidak berani
menegur

ketika

perempuan

itu

mengambil,

makan,

dan

memberikan buah terlarang itu kepadanya. Kita kembalikan teks


ini pada konteks Yahwist, yaitu pada masa pemerintahan Salomo
dan membebaskan dari pemikiran dikotomistis (gender). Salomo
mencintai banyak perempuan asing yang menyembah berhala
sehingga ia pun turut terjerumus dalam hal ini; penyembahan
berhala. Dalam konteks ini kita memahami mengapa perempuan
dianggap sebagai pembawa dosa. Pada masa pemerintahan

Salomo dan sesudahnya, pohon, ular, dan perempuan selalu


dikaitkan dengan berhala
Dosa membuat orang merasa sepi dan sebatangkara, sebab
dosa mencari persekutuan. Orang yang sesat menjadi penyesat,
itulah reaksi rantai dari dosa tidak mau sendirian dan
sebatangkara

melainkan

membangkitkan

dosa

baru

dan

berkembang biak.
Nas ini membawa kita dalam permasalahan unde malum
(dari manakah datangnya kejahatan) dan apakaha dosa pertama
manusia? Kejahatan timbul karena pemberontakkan terhadap
Allah dan pemberontakkan ini disebabkan oleh manusia sendiri
dengan ular sebagai penggodanya, sehingga manusialah yang
membawa dosa atau kejahatan masuk ke dalam dunia.
Suatu pertanda bahwa keselarasan manusia telah terganggu
dan kacau dan kebenaran Allah telah hilang dari manusia.
Keselamatan manusia, yaitu persekutuan dengan Allah telah
pecah sekaligus. Manusia terpisah dari Allah, kesempurnaan
mereka hilang, manusia merasa bahwa ia tidak lagi seperti yang
dikehendaki Allah dan perasaan bersalah itu menjelma mulamula sebagai perasaan malu karena telanjang. Bukan keilahian,
bukan uebermensch (manusia unggul) melainkan untermensch
(manusia bawahan) yang diperolehnya sebagai upah yang
sangat pahit dan yang mengecewakan serta memalukan. Allah
yang memutuskan apa yang terbaik bagi manusia tetapi manusia
mengambil pengetahuan itu dan menentukan apa yang baik bagi
dirinya. Ini berarti pemberontakan terhadap Sang Pencipta.
Efek yang ditimbulkan oleh buah pengetahuan nanti muncul
ketika

manusia

dan

perempuan

itu

telah

memakannya.

Masalahnya, perempuanlah yang lebih dahulu memakan buah


itu, jadi seharusnya dialah yang lebih dahulu merasakan efeknya,
yakni telanjang.
Ayat 8-19

Dosa mengakibatkan perasaan malu dan takut. Perasan


malu adalah tanda dari perpecahan persekutuan dengan sesama
manusia, tetapi takut adalah tanda dari perpisahan dengan
pencipta-Nya. Kehadiran dan kedatangan Allah yang sebenarnya
menjadi alasan untuk kegirangan utama, kini menjadi alasan
untuk takut dan khawatir. Dosa memecahkan dan memusnahkan
persekutuan.
Allah tidak membiarkan dan meluluskan dosa melainkan Ia
mendakwa

dan

kedaulatan-Nya.

memeriksa
Allah

tiap-tiap

tidak

kejahatan

mengetahui

terhadap

persembunyian

manusia, tetapi itu adalah bagian pertama dari pemeriksaanNya. Persembunyian yang dilakukan manusia membuktikan
bahwa hubungan ketaatan mereka kepada Allah telah terputus
tetapi Allah pun masih memberikan kesempatan kepada manusia
untuk mengaku dosanya.
Manusia tidak lagi percaya akan kemurahan hati Allah dan
menjadi takut kepada tindakan pembalasan Allah. Kehadiran
Allah memang mengkhawatirkan dan mencemaskan manusia,
tetapi dengan alasan yang diberikan manusia itu maka ia menipu
dirinya serta mencoba membenarkan dirinya serta mencoba
membenarnkan dirinya dihadapan Allah. Dengan jawabannya,
manusia membersihkan dan membenarkan dirinya, namun
mempersalahkan Allah. Manusia tidak mempunyai kerelaan lagi
untuk mengakui pemberontakkannya.
Pengetahuan baru yang diperoleh manusia merupakan
pengetahuan yang tidak dapat diperoleh sama sekali dari
mempelajari teori melainkan hanya dari pengalaman yang hakiki.
Oleh karena manusia
sehingga

mereka

membuka pakaian kebenaran Allah,

menjadi

telanjang.

Perasaan

malu

dan

ketakutan adalah tanda bukti dari kesalahan manusia. Ketika


Allah bertanya, seharusnya dijawab dengan pengakuan dosa dan
penyerahan diri dari pihak manusia.

Dosa adalah pemberontakkan dan pengkhianatan, suatu


coup

detat

(pemberontakkan)

terhadap

kedaulatan

dan

kekuasaan Allah dan pengangkatan manusia menjadi Allah, serta


ketidakpatuhan yang berdasarkan ketidakpercayaan kepada
Allah.
Manusia menolak pertanyaan Allah yang hendak menolong
dia mempersalahkan dirinya dan yang membuka jalan baginya
untuk mendapat hukuman yang menyelamatkan. Meskipun
manusia mengakui perbuatannya tetapi ia tidak menerima dan
mengakui tanggungjawabnya atas perkara tersebut. Dia menolak
pengaduan Allah dan melepaskan diri dari kejahatan itu dengan
mempersalahkan dan menggeser tanggungjawabnya kepada
perempuan itu. Perempuan yang diciptakan sebagai penolong
bagi manusia itu dan yang disambutnya sekarang dipersalahkan.
Dengan

mempersalahkan

sesamanya

maka

manusia

itu

mempersalahkan Allah sendiri. oleh karena sikap kehidupan di


luar Allah dan tanpa Allah adalah kehidupan melawan Allah maka
manusia yang melepaskan diri dari Allah menjadikan dirinya
musuh dan lawan Allah.
Allah hendak menyadarkan perempuan itu akan kenyataan
dan hakikat perbuatan yang ia lakukan, tetapi perempuan itu
memakai

dalih

terhadap

Allah.

Meskipun

diakui,

tanggungjawabnya disangkal. Seekor binatang yang sebenarnya


patut takluk di bawah kedaulatan dan kekuasaan manusia diakui
perempuan sebagai yang lebih kuat. Perempuan mengakui
bahwa manusia meenjadi hamba dibawah suatu penguasa asing
disamping Allah.
Ketika perempuan menyalahkan ular, TUHAN tidak meminta
pertanggungjawaban dari dia, sebab ular tidak diciptakan serupa
dengan Allah sehingga ia meresa tidak perlu berdialog kecuali
menghukummnya.
Hukuman yang diterima ular berarti bahwa ular dulunya
berkaki. Anggapan ini berdasarkan pengamatan yang tepat

secara ilmiah melalui teori evolusi ular. Sekitar 112 juta tahun
yang lalu, menyesuaikan dengan kehidupan masa itu, Ophidia
(reptil menjalar) terdiri dari ular, kadal, dan cicak. Kemudian
karena adanya evolusi perubahan anggota gerak selama zaman
Pleistosen hingga menjadi seperti ular yang kita kenal saat ini
yang kemudian masuk dalam kelas reptilia.
Kembali ke konteks bahwa perikop ini berlatar belakang
pekerjaan manusia sebagai seorang petani, dimana ketika
manusia mengusahakan sawah, bisa jadi secara tidak sengaja
menginjak ular. Dan ketika ular hendak melewati manusia yang
sedang bekerja, bisa jadi ular akan mematok atau menggigit
tumit petani. Seumur hidup manusia dan selama ada manusia di
atas bumi, tidak akan ada lagi perdamaian dan sejahtera, tetapi
manusia dan selama ada manusia di atas bumi, tidak akan ada
lagi pedamaian dan sejahtera, tetapi manusia ditempatkan di
medan pertempuran melawan kuasa yang jahat tanpa harapan
akan kemenangan. Manusia ditempatkan dalam perjuangan
hebat antara yang baik dan yang jahat, dan perjuangan ini tak
dapat diputuskan sekaligus.
Penggenapan dan tujuan
keibuan.

Tetapi

dengan

kehidupan

menggenapi

perempuan

tujuan

dan

ialah

puncak

kehidupannya ini, maka perempuan itu sendiri diliputi oleh susah


payah mengandung dan bahaya maut beranak. Soal keibuan
diartikan

sebagai

hukuman

Allah.

Kedudukannya

sebagai

penolong kepada manusia digantikan dengan kerinduan, hasrat,


dan kedambaan hatinya kepada suaminya.
Suami yang berkuasa atas perempuan

mencerminkan

kedudukan perempuan dalam masyarakat kuno yang masih


menggunakan sistem patriarkhal, yang menempatkan laki-laki
sebagai

sosok

otoritas

utama

yang

sentral

dalam

suatu

masyarakat. Meskipun demikian, perempuan tidak dikutuk.


Perempuan diturunkan derajatnya dari seorang yang bebas dan

yang sepadan dengan laki-laki, menjadi hamba suaminya. Dan


dengan tidak kawin, perempuan dapat dipandang rendah.
Dalam Kejadian 1 dituliskan bahwa Allah menciptakan
segala sesuatu baik adanya. Kejadian 2:5-6 dijelaskan bahwa
kabut naik ke atas bumi dan membasahi seluruh permukaan
bumi itu, sehingga dapat disimpulkan bahwa tanah pada waktu
diciptakan masih sangat subur. Manusia diciptakan Allah untuk
mengusahakan tanah yang Ia ciptakan, sehingga pekerjaan
manusia dapat disimpulkan sebagai seorang petani. Tanah yang
merupakan medan pekerjaan dan usaha bagi manusia (petani)
dikutuk oleh Allah. Sedikit sekali hasil yang diperoleh dengan
bekerja susah payah itu dan bahwa banyak sekali hasil yang siasia, itulah yang mengecewakan semangat laki-laki. Kesia-siaan
kehidupan dan kesusahan itulah yang diartikan pengarah sebagai
kutuk

Allah.

Kutukan

yang

menyebabkan

laki-laki

bekerja

memberi kesaksian tentang keadaan tanah Palestina yang


berbatu-batu dan seperti padang gurun, yang menyebabkan
bertani di daerah itu sangat susah.
Tumbuh-tumbuhan yang akan menjadi makanan merupakan
gambaran kehidupan seorang gembala pengembara yang sangat
sempit. Tanah kuburannya bukanlah tanah yang lembab dan
subur, melainkan gurun pasir yang berdebu dan kering. Kedua
ungkapan

ini

mementingkan

susah

payah

kehidupan

dan

mengutamakan kemiskinan dan kepapaan kehidupan. Ungkapan


ini memberikan hukuman pada cara kehidupan yang ada di
Palestina masa itu, dimana petani dan gembala dikenai kutuk
Allah. Dalam ungkapan itu dikemukakan kematian sebagai akhir
kehidupan. Kematian disini diartikan sebagai akibat. Siksa yang
sebenarnya ialah susah payah dan kesia-siaan kehidupan itu
sendiri.
Apakah sebelum berdosa manusia tidak dapat mati? Nas ini
tidak memberi jawab. Tetapi kematian adalah penjelmaan dan
perwujudan yang terakhir dari kesia-siaan sementara kesia-siaan

itu menguasai seluruh kehidupan manusia di bumi. Oleh karena


dosa manusia, maka kehidupannya ditentukan menuju kematian.
Ketika makan buah pengetahuan, manusia tidak segera mati
karena oleh kesabaran Allah berkuasa atas kehidupan manusia
itu sesudah berdosa.
Manusia dihukum dengan suatu pencarian rezeki yang
penuh darah, keringat dan air mata, di atas tanah ladang yang
terkutuk oleh karena dia. Hari demi hari hingga pada saatnya ia
kembali kepada tanah dari mana ia diambil. Karena tidak dapat
disangkal bahwa upah dosa adalah kematian. Cerita inilah yang
beredar di Israel, dimana ketika manusia berdosa pastilah ia
mati. Hal inilah yang menyatakan kematian manusia sebagai
hukuman.
Disini

TUHAN

tidak

mengutuk

manusia

tetapi tempat

manusia bekerja. Bagian ini berhubungan dengan konteks


Salomo (zaman pengarang hidup). Salomo ikut menyembah
berhala tetapi TUHAN mengutuk tanah tempat Salomo bekerja
dengan

membangkitkan

musuh

dari

bangsanya

untuk

menentang dia karena Salomo pernah diberkati oleh TUHAN.


Ayat 20
Manusia sudah dihukum, terasing dari sumber kehidupan.
Dalam keadaan ini manusia berhadapan dengan isterinya.
Diberinya

nama

Hawa,

ibu

semua

yang

hidup.

Akhirnya

perempuan itu memiliki nama, Hawa berarti kehidupan. Di dalam


perempuan

itu

melanjutkan

kehidupannya

isterinya

sambil

manusia
berharap

mengenali
Bapanya.
bahwa

kemungkinan
Dia

dia

berpaut

dapat

untuk
kepada

memulihkan

kehilangan yang dideritanya, yaitu kehidupan. Manusia setuju


melanjutkan kehidupannya dengan tidak beserta Allah dan
dengan melawan Allah sambil berharap bahwa kehidupan yang
akan dilahirkan itu dapat mengatasi kematian. Hasrat bersetubuh
untuk

melahirkan

kehidupan

baru

adalah

berdasarlan

pengetahuan manusia tentang kematiannya. Ini menyatakan


hasrat manusia melawan perintah Allah sehingga inilah yang
mengakibatkan segala macam penderitaan dan kesengsaraan.
Allah menghukum manusia dengan mengabadikan dosa.
Ayat 21
Allah

menghadapi

manusia

sebagai

pelindung

dan

pemeliharaan dengan membuatkan mereka pakaian dari kulit


binatang.

Nas

ini

mengartikan

pakaian

sebagai

suatu

pertolongan Allah yang melanjutkan penciptaan-Nya terhadap


manusia

yang

pemberontak
Pakaian

telah

itu

jatuh

dengan

itu.

Allah

anugerah-Nya

tidaklah menyingkapkan dosa

menyertai
yang

manusia

memelihara.

manusia,

melainkan

menyembunyikan dan menyelubungi sehingga dengan demikan


timbullah suatu kemungkinan persekutuan dan hidup bersama
yang sederhana sifatnya dan yang untuk sementara. Membuat
dan mengenakan pakaian kepada manusia merupakan tanda dari
kasih setia TUHAN yang tak terhingga.
Ayat 22-24
Manusia melepaskan dirinya dari Allah, ia tidak menuruti
hukum Allah tetapi hanya menuruti kemauan sendiri. Sekarang
manusia

otonom

(menetapkan

hukum

sendiri),

ia

tidak

menyerahkan dirinya lagi kepada Allah. Manusia mengangkat


dirinya

menjadi

memastikan

TUHAN

ukuran

yang

dan
baik

menetapkan
dan

jahat.

sendiri
Hasrat

untuk
kepada

kehidupan yang mengatasi kematian akan mendorong dia untuk


mengambil buah dari pohon kehidupan supaya diperolehnya
kehidupan kekal tanpa Allah dan diluar Allah. Manusia diusir dari
taman Eden dan menjalani kehidupan dengan tugas untuk
mengerjakan bumi. Dengan memisahkan manusia dari sumber
kehidupan kekal, maka Allah menjaga dan memelihara manusia
pemberontak itu terhadap kehilangan dan kebinasaan kekal oleh
karena pemberian kehidupan kekal dalam keadaan jatuh itu

meniadakan keperluan untuk bertobat. Mengapa memakan buah


yang membuat mereka sama dengan Allah itu dilarang? Itu
karena kesetaraan dengan Allah bertentangan dengan paham
monotheistik Israel.
Perintah pengusiran dari taman Eden itu mengandung juga
perintah untuk mengusahakan tanah. Ini bukanlah pekerjaan
yang

diartikan

sebagai

kutuk,

tetapi

untuk

mengingatkan

mengenai kesia-siaan pekerjaan manusia.


Menurut tanggapan mitologi umum di Asia-muka dulunya,
daerah di sebelah timur itu tempat pintu gerbang surga.
Disitulah Allah menempatkan beberapa kerub. Kerub adalah
tokoh surgawi yang bersayap, setengah manusia, setengan
binatang. Barangsiapa yang mencoba memasuki taman Eden
dan merampas buah pohon kehidupan pastilah disesah oleh
kerub-kerub.
Manusia sudah bercerai dari Allah. Tidak ada lagi sesuatu
kekuasaan dari pihak manusia untuk memulihkan persekutuan
tersebut. Meskipun manusia tidak dapat meluputkan diri dari
kekuasaan Allah, bahkan tetap tinggal dalam pemeliharaan Allah.
Manusia

bukan

lagi

anak

keturunan

Allah,

melainkan

pemberontak yang dikucilkan dan yang sedang dipelihara


dibawah murka Allah.
Dua pohon di tengah taman Eden (pengetahuan dan
kehidupan) itu terkait dengan mitos penciptaan Mesir. Dalam
mitos itu, dewa pencipta Atum mempunyai dua anak, Shu
(kehidupan) dan Tefnut (pengetahuan baik dan jahat). Atum
menyuruh Shu supaya memakan saudaranya, Tefnut, karena
hanya dengan begitu ia bisa diberi hidup kekal. Dengan latar
belakang itu, kita bisa memaklumi mengapa TUHAN melarang
Adam dan Hawa untuk makan dari pohon pengetahuan tentang
baik

dan

jahat

dan

mengapa

TUHAN

melindungi

pohon

kehidupan dengan cara mengusir mereka dari taman Eden,

sebab

monotheisme

Israel

tidak

menghendaki

kesetaraan

manusia dengan Allah.


Inti Teologi:
Sebelum kejatuhan manusia ke dalam dosa, semuanya
berada dalam keadaan harmonis dan intim, tetapi sekarang
timbul rasa malu atas ketelanjangan mereka. Manusia mengaku
bahwa mulai dari saat hidupnya yang pertama, setiap manusia
memberontak terhadap rencana dan maksud baik Allah, dan
membawa pemberontakkan itu (dosa) semakin menghebat dan
meluas, betapapun besarnya kemajuan umat manusia di dalam
hal jumlah, kebudayaan, dan kuasa. Sebagai akibat dari sikapnya
itu, manusia harus menderita kesukaran dan penyakit, dan
hidupnya di bumi berakhir dengan susah kematian yang bersifat
penghukuman.
Perikop ini bukan suatu pengakuan bahwa derajat laki-laki
lebih tinggi dari perempuan, tetapi justru adalah celaan terhadap
pola relasi yang telah rusak akibat ketidaksetiaan mereka.
Hubungan yang tidak setara ini justru merusak keharmonisan
dan derajat ciptaan Tuhan, dan tidak sesuai dengan kehendak
Allah. Perbedaan yang seharusnya menciptakan keharmonisan
dan

persamaan,

kemudian

berubah

menjadi

pembedaan,

ketidakpatuhan dan bencana.


Situasi ini tidak hanya merusak relasi antara laki-laki dan
perempuan, tetapi juga merusak relasi antara manusia dengan
hewan, ibu dengan anak, manusia dengan tanah, dan manusia
dengan Allah. Karena itu dibutuhkan adanya sebuah pertobatan
untuk melihat perempuan sebagai manusia yang utuh dan
mengembalikan relasi yang ada ke arah kederajatan laki-laki dan
perempuan.
Namun demikian, Allah memelihara kesetiaan-Nya terhadap
segala makhluknya sejak permulaan, atas pemberontakkan
manusia dan atas segala kuasa

kegelapan akan menjadi

kenyataan. Perhatian Allah terhadap manusia tidak berhenti

karena dosa. Ia tetap memelihara manusia. Atas prakarsa Allah,


hubungan yang rusak oleh dosa diperbaiki.
Tema yang mendasar dalam perikop ini anugerah Allah yang
menopang dengan tidak berkesudahan. Anugerah itu ada di
dalam dan sepanjang setiap penghakiman kecuali penghakiman
terakhir. Dalam peristiwa ini, Allah menunjukkan kesabaran-Nya
sehingga kematian itu, sekalipun sudah pasti akan dialami,
ditunda hingga waktu yang tertentu pada masa yang akan
datang. Selanjutnya Allah sendiri memberi pakaian kepada
mereka yang berdosa supaya mereka dapat hidup beserta rasa
malunya. Ini merupakan bukti dari anugerah Allah yang tidak
berkesudahan.

KEJADIAN 4:1-16 KAIN DAN HABEL


Pokok Pikiran:
Ay. 1-2 Lahirnya keturunan Adam
Ay. 3-5 Persembahan Kain dan Habel
Ay. 6-7 Percakapan satu arah dari Tuhan kepada Kain
Ay. 8
Pembunuhan saudara
Ay. 9-10 Tuhan menuntut tanggungjawab Kain
Ay. 11-16 Kutukan dan tanda selamat (jaminan keselamatan)
Analisis Historikal:
Latar belakang

cerita

pengalaman

Israel

bangsa

Kain
dengan

dan
suku

Habel
Keni

merupakan
atau

Kaini.

Dikatakan demikian sebab dalam perikop ini terdapat beberapa


aspek kehidupan budaya yang ditonjolkan seperti, kehidupan
para pengembara yang tinggal di kemah-kemah. Suku bangsa
Keni dianggap sebagai keturunan Kain, sebab suku ini juga
merupakan suku Nomad purba, yang tinggal terus menerus
setengah pengembara. Mereka tidak memiliki tanah untuk diolah
dan tetap tinggal dalam cara kehidupan orang pengembara.
Israel bersanak saudara dengan suku Keni dan oleh sebab itu
bangsa Israel menjalin cerita tentang Kain. Kisah suku Keni ini
dipandang Israel sebagai akibat dari suatu kutuk yang menimpa
seluruh kehidupan dan adat-istiadat suku tersebut. Sehingga
cerita ini aslinya adalah suatu cerita suku. Disini penulis (sumber
Y) memperluas cerita ini menjadi cerita mansuai pada umumnya.
Israel dan Keni menjadi ibarat dan kiasan untuk seluruh sejarah
kemanusiaa, yaitu pembunuhan terhadap manusia.
Kritik Teks:
Cerita ini jika diperhatikan memiliki kejanggalan-kejanggalan
alur naratif sehingga perikop ini dapat disimpulkan bukan satu
kesatuan naratif yang utuh, tetapi lebih merupakan narasi yang
dibangun dari beberapa sumber yang berbeda. Narator/penulis
mempersempit penceritaan dengan tokoh tertentu dan cerita
sepertinya dipersingkat. Karakteristik tokohnya masing-masing

yang masih menyisahkan persoalan-persoalan teks yang belum


benar-benar terjawab (sifat khas tokoh utama). Sehingga tokohtokoh personal bisa dipastikan bukanlah tokoh-tokoh historis
yang pernah hidup di bumi ini dan hanyalah merupakan tokohtokoh simbolik yang dipakai oleh penulis untuk menyampaikan
maksud dari ceritanya, yaitu pembunuhan saudara. Misalnya,
tokoh

utama

Habel

tidak

pernah

menceritakan

kisah

ini

dengan

personifikasi

sebagai

Contohnya,

ayat

10

bagian
darah

berbicara.

Penulis

menggunakan

dari

majas

berteriak

juga

bahasa

perbandingam.

dari

tanah.

Melalui

pembacaan perikop ini dapat diketahui bahwa penulis seperti


tergesa-gesa atau tidak menguasai tokoh-tokoh yang akan
berperan untuk menceritakan kisah ini dan seolah-olah fokus
penceritaan ada pada adegan selanjutnya. Dalam pasal 2-4,
maksud penulis dari cerita ini berupa relasi kebergantungan
antara

manusia

dengan

TUHAN,

alam,

dan

sesama,

lalu

kemudian menyebabkan terciptanya relasi yang timpang antara


satu sama lain.
Tafsiran:
Ayat 1-2
Meskipun Adam dan Hawa telah menjadi suami isteri
sewaktu masih di taman Eden, proses persetubuhan barulah
terjadi ketika mereka diusir dari taman Eden. Hal ini disebabkan
hukuman terhadap

Hawa

yang akan

bersusah-payah saat

beranak nanti diberikan Allah sesaat sebelum mereka diusir


keluar dari taman Eden. Dalam proses kehamilan pun yang
terjadi

bukanlah

karena

kuasa

manusia

melainkan

atas

pertolongan Allah. Ketika Hawa melahirkan, apa yang ia ucapkan


pertama merupakan hal yang sangat penting. Nama Kain sendiri
merupakan permainan kata yang bunyinya berhubungan dengan
kata Ibrani yang artinya mendapat, memperoleh.

Perikop ini membahasakan, tak lama setelah Kain lahir Hawa


melahirkan adik Kain, yaitu Habel. Habel berasal dari kata Ibrani
yang berari asap atau sementara, percuma. Nama yang
sesuai dengan hidupnya yang tidak akan lama.
Kisah kelahiran Kain dan Habel dinarasikan secara pintas
saja tanpa memberi penjelasan apakah mereka adalah anak
kembar dikarenakan kelahiran Habel terjadi sesudah Kain.
Ataukah rentang waktu lahirnya Habel memang cukup panjang
tapi tidak dituliskan sehingga Habel benar-benar merupakan adik
Kain dengan jarak umur yang tidak terlalu panjang. Hipotesis
mengenai

Kain

dan

Habel

kembar,

ditunjang

dengan

penulis/narator yang tidak lagi menceritakan bahwa manusia


bersetubuh lagi untuk kedua kalinya dan langsung menceritakan
kehadiran Habel sesudah Kain.
Habel menjadi gembala dan Kain menjadi petani. Dua tipe
pekerjaan ini merupakan perwujudan dari tugas yang Allah
berikan untuk mengusahakan bumi. Dari sudut pandang sosial
ekonomi

agraris,

perseteruan

antara

petani

dan

gembala

bukanlah perkara yang baru. Cerita yang sejajar dengan cerita


pertentangan antara Kain dan Habel ditemukan di kepustakaan
Sumer yang memuat percekcokan antara kerabat petani dan
peternak. Perselisihan semacam ini hanya memantulkan keadaan
sejarah di Mesopotamia dari zaman pra-sejarah.
Ayat 3-5
Harus

diperhatikan

bahwa

persembahan

yang

mereka

berikan sesuai dengan pekerjaan masing-masing. Disini penulis


tidak berkata apa-apa mengenai persembahan yang baik atau
buruk, melainkan Allah sendiri yang bebas menilai apakah
persembahan itu dapat diterima atau tidak.
Relasi yang berbeda dari Kain dan Habel bisa jadi terjadi
karena

keduanya

mewakili

dua

lapisan

masyarakat

yang

berbeda. Kain mewakili masyarakat tani yang menghasilkan hasil


pertanian, semata-mata untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari

dan bukan untuk memperoleh keuntungan. Sebaliknya, Habel


sebagai gembala menghasilkan daging yang memiliki nilai
ekonomi tinggi dan tidak terbatas hanya dalam konteks rumah
tangga. Daging juga dikonsumsi pada peristiwa-peristiwa penting
maka dalam relasi dengan Allah, daging memegang peranan
untuk dipersembahkan sebagai korban yang dianggap baik dan
benar. Dan kita merujuk pada lemak-lemak dimana perjanjian
lama kental dengan persembahan daging dan lemak pada setiap
persembahan mezbah bagi TUHAN. Habel mempersembahkan
buah sulung kambing dombanya yang dulu dianggap sebagai
hasil panen terbaik. Sehingga bukanlah kebetulan apabilan istilah
korban

dalam

kitab

Ibrani

adalah

zabah

yang

berarti

menyembelih binatang untuk diambil dagingnya.


Pada bagian kisah ini, penulis tidak menceritakan kronologi
bagaimana kedua kakak-adik ini mempersembahkan korban
bakaran mereka. Apakah persembahan itu berada di suatu
tempat dan mezbah mereka berjauhan atau tidak? Namun yang
pasti, adegan korban yang dipersembahkan kepada TUHAN itu
dengan cara membuat korban bakaran.
Kalau dikatakan bahwa Allah mengindahkan korban Habel
dan tidak mengindahkan korban Kain, justru karena Habel
mempersembahkan korban binatang yang menyertakan darah
(blood offering) yang diambil dari binatang pilihan, sementara
Kain hanya mempersembahkan korban hasil tanaman. Dalam
relasi masyarakat Israel secara luas sejak periode yang paling
awal, korban binatanglah yang dipandang sebagai korban yang
layak di hadapan Allah.
Ayat 5 menyatakan lagi hubungan antara jasmani dan
rohani manusia. Kebencian yang hanyalah suatu gerak hati
akhirnya mempengaruhi badan yang nampak dari wajah yang
tertunduk.
Ayat 6-7

Allah tidak menerima persembahan Kain bukan karena


bentuknya,

tetapi

Allah

mengetahui

apa

yang

dilakukan,

dipikirkan, dikatakan oleh Kain dan Ia menganggap bahwa itu


tidak baik sehingga Ia tidak menerima persembahan Kain. Ini
terbukti dari percakapan antara Allah dan Kain ketika Allah
mengatakan apakah mukamu tidak berseri jika engkau berbuat
baik?
Allah telah memperingatkan Kain sebelum dosa itu terjadi.
Disini terbukti bahwa walaupun persembahannya tidak diterima
oleh Allah, Ia tidak membuang Kain begitu saja. Allah menyertai
orang

berdosa

juga,

tetapi

Ia

juga

menyerahkan

dan

menanamkan tanggung jawab orang berdosa itu agar ia juga


harus menguasai dosa itu.
Ayat 8
Kain yang marah pada TUHAN akhirnya mencari korban
untuk dikambinghitamkan. Kain tidak lagi memandang Habel
sebagai adiknya, melainkan sebagai musuhnya. Dengan ini
terjadilah pembunuhan pertama karena Allah. Kain melakukan
pembunuhan bersaudara (fratricide) atas kehendaknya sendiri
yang memilih untuk tidak termotivasi pada ajaran memberdayai
dirinya berbuat baik dan mengangkat wajahnya untuk berseri.
Kain mengajak Habel pergi ke ladang, sebab mereka sudah
biasa pergi kesana. Di ladang merupakan tempat dimana Kain
mengenal persis seluk beluk latarnya dan membuatnya gampang
untuk membunuh.
Ayat 9-10
Pertanyaan yang dilontarkan Allah pertama kali belum
membuat hukuman, tetapi membuka sekali lagi kesempatan bagi
Kain

untuk

mengakui

kesalahannya.

Tetapi

jawaban

yang

diberikan Kain tidak dapat menipu Allah sekaligus menyatakan


bahwa ia menolak tanggung jawabnya atas perbuatannya. Dosa
Kain ialah bahwa dia menyangkal dan menolak kehidupan dalam

persaudaraan itu. Kain telah menolak tanggung jawab sosialnya,


dimana hubungan dengan Allah telah diputuskan, disanalah juga
akan putus hubungan dengan sesama manusia. Kain menyangkal
solidaritasnya

dengan

sesama

perseorangan atau individu egois.


Perkataan
Allah
selanjutnya

manusia

dan

membuktikan

menjadi
bahwa

pembunuhan itu tidak dilihat oleh orang lain dan mayatnya


sudah tidak kelihatan lagi. Narator membuat TUHAN tidak tahu
mengenai peristiwa itu terbukti dari pertanyaan. Padahal Allah
bersifat omnipoten dan omniscience, tetapi pada peristiwa ini,
TUHAN tidak tahu dan harus menanyakannya sendiri pada Kain.
Kehidupan adalah milik mutlak Allah dan sekali-kali tidak
dapat dirampas oleh manusia. Kata asli yag dipakai untuk
meraung-raung adalah zaaq, ini merupakan terminus technicus
(istilah-istilah) dalam hukum acara, yang merupakan seruan dan
teriakan minta tolong pada hakim. Allah mendengar dan
memperhatikan teriakan itu. Ia sebagai TUHAN segala kehidupan,
menjaga dan menjamin hidup manusia supaya jangan diambil
begitu saja oleh manusia.
Ayat 11-16
Membunuh adalah tindakan yang ikut campur dalam hak
dan kedaulatan Allah, sehingga pembunuh dikutuki oleh Allah.
Kutuk yang menimpa Kain adalah dia diusir keluar dari tanah
petanaman. Ia diusir dari wilaya kedaulatan Allah dan tidak lagi
tinggal dalam kesejahteraan daerah kekuasaan Allah. Ia menjadi
orang asing di tanah perantauan dimana tidak ada perlindungan
dan jaminan Allah dan juga kehilangan semua haknya serta tidak
lagi dilindungi hukum. Dengan ini dia dianggap sudah mati
menurut bangsa Israel.
Penulis mendekatkan pembaca pada penokohan Kain yang
dekat dengan tanah. Adam yang terbuat dari debu dan tanah,
pekerjaannya mengolah tanah, begitu juga Kain yang bekerja
sebagai penggarap tanah. Kini darah telah berteriak dari tanah

oleh karena pembunuhan oleh Kain. Maka tanah itu sudah


termakan kutuk dan dinajiskan sehingga tidak akan memberi
hasil sepenuhnya lagi. Oleh karena pembunuhan itu dilakukan
terhadap sekeluarga, maka tidak ada penuntutan balas. Kain
menjadi pengembara dan pelarian terus menerus. Bukan hanya
pengucilan tetapi juga jiwanya tidak tenang.
Untuk pertama kalinya Kain menginsyafi kebesaran karunia
Allah yang telah meliputi dia, si orang berdosa. Hubungan antara
Kain dan Allah sudah terputus, dan dengan demikian ia
kehilangan semua hak dan perlindungan. Kain menghadapi nasib
seorang buangan dan diancam untuk dibunuh orang yang
bertemu dengannya.
Lantas siapakah yang hendak membunuh Kain jika turunan
Adam dan Hawa hanyalah dirinya sendiri dan Habel yang sudah
mati. Kita kembali pada prinsip bahwa cerita-cerita dalam Alkitab
ditulis dengan satu tujuan tertentu. Pada waktu Adam dan Hawa
diciptakan, Allah memberi mereka tugas untuk beranak cucu,
bertambah banyak, dan penuhi bumi (Kejadian 1:28). Sehingga
tentulah anak Adam dan Hawa tidak hanya Kain dan Habel,
tetapi semuanya tidak dicatat karena tidak memiliki kisah
tertentu. Sedangkan Kain dan Habel mewakili kisah pembunuhan
manusia pertama. Maka jelaslah orang-orang yang hendak
membunuh Kain adalah keluarganya sendiri.
Untuk mencegah keadaan yang saling membunuh, Allah
melindungi pembunuh dengan suatu peraturan darurat. Allah
meneguhkan Kain bahwa kehidupan manusia tetap dikuasai dan
dijaga Allah. Siapa yang membunuh Kain akan dibalaskan tujuh
kali lipat. Hal ini berhubungan erat dengan hukum penuntut
balas darah di antara suku dan marga yang merupakan suatu
perlindungan dan jaminan tertentu terhadap pembunuhan yang
terjadi dalam masyarakat. Pemilihan angka 7 merupakan simbol
umum untuk segala hubungan dengan Allah dan merupakan
angka religius favoritekalangan Yahudi, melambangkan perjanjian

kekudusan dan pengudusan. Menghindari terbunuhnya Kain,


Allah memberikan tanda kepadanya untuk menyatakan bahwa
yang empunya tanda itu adalah hamba Allah. Agar barangsiapa
yang menyerang Kain, ia menyerang Allah sendiri. Dalam teks
asli Ibrani, tanda itu ditulis dengan huruf yang pada masa itu
berbentuk seperti sebuah salib atau x. Mungkin salib adalah
tanda YHWH pada masa purbakala yang menjadi materai
perlindungan Allah. Allah mendirikan tata pelindung di antara
manusia pembunuh sehingga Kain diterima dalam perlindungan.
Dalam

Yudaisme,

hukuman/kutukan

terhadap

Kain

hendak

menyatakan belas kasihan Allah.


Ada juga penafsiran yang mengatakan bahwa tanda Kain
diyakini mulanya berasal dari suatu tanda yang membedakan
suku Keni, seperti rambut merah atau berupa tato ritual tertentu
yang kemudian dihubungkan dengan eponim suku tersebut,
dimana Kain digambarkan sebagai pembunuh dengan tanda
jaminan selamat dari Tuhan.
Kain meninggalkan lingkungan pandangan Allah. Dia hidup
tanpa Allah, tetapi dijamin oleh Allah. Letak tanah Nod tidak
dikenal, tetapi orang Israel mengartikan kata itu sebagai tanah
dimana tidak ada perhentian.
Tidak hanya tentang pembunuhan oleh Kain maupun
hukuman dari Tuhan. Tetapi juga menekankan bagaimana krisis
Kain dan sikap TUHAN dalam menanggapi rasa bersalah, telah
bertemu dengan penghakiman daripada TUHAN. Bahwa dosa dan
rasa bersalah yang besarpun dapat terpulihkan dengan rahmat
yang mengejutkan. Hanya dengan cara rekonsiliasi TUHAN agar
pembunuhan tidak terus terjadi bahkan atas diri Kain, yakni
bukan memberikan tanda kutukan padanya melainkan tanah
selamat kemanapun Kain mengembara.
Penafsir Torah Rashi menjelaskan bahwa setelah tujuh
keturunan (Kain, Henokh, Irad, Mehuyael, Metusael, Lamekh,
Tubal-Kain), Kain akhirnya dibunuh oleh keturunan Lamekh.

Inti Teologi:

Tidak akan terjadi kehamilan dan kelahiran diluar pertolongan Allah. Aku
telah mendapat seorang anak laki-laki dengan pertolongan TUHAN.
Pemberian

TUHAN

Allah

dalam

kehidupan

manusia

menghasilkan

kebahagiaan, dalam kehidupan seorang wanita, Allah menganugerahkan


sebuah rahim dalam tubuhnya. Keberlanjutan keturunan manusia mendiami
rahimnya. Ia mengalami kesusahan dan kesakitan adalah proses dalam
menemukan anugerah Allah, yakni buah hati. TUHAN Allah tidak
menyematkan kutuk yang menyambuk badan, namun sakit yang menghentar

kaum perempuan pada anugerah.


Kecemburuan menghalau manusia untuk menerima dan memandang
pandangan Allah. Oleh karena pandangan TUHAN tidak sesuai keinginan hati
manusia. Manusia cenderung menundukan wajahnya, tidak menatap ke arah
Allah

ataupun

sesama

yang

dicemburuinya.

Manusia

memutuskan

hubungannya dengan TUHAN dan sesamanya. Manusia memandang keinginan


diri sendiri dengan membunuh aturan TUHAN bagi manusia dan sesamanya.
Dalam posisi ini manusia menyingkir dari TUHAN, namun TUHAN senantiasa
memanggil manusia bahkan dalam masa masa keterpurukannya. Namun
demikian, TUHAN adalah Allah yang memerhatikan mereka yang lemah dan
dibayang bayangi kegelapan maut. Seperti yang diperbuat TUHAN kepada si
bungsu, dan kepada si sulung yang dibayang bayangi kegelapan maut. Allah
memberikannya dengan keterkejutan seperti Ia menerima persembahan Habel,
begitu pula ia mengejutkan Kain dengan jaminan keselamatan yang

diberikannya.
Persembahan sejati berasal dari hati yang bersih, bersih dari prasangka buruk
dan kecemburuan. Hati yang dipenuhi dengan ketulusan dan keiklasan.

KEJADIAN 12:1-9 ABRAM DIPANGGIL ALLAH


Pokok Pikiran:
Ay. 1-3 Perintah dan pemanggilan Allah kepada Abram
Ay. 4-6 Abram melaksanakan perintah Allah
Ay. 7-9 Penampakkan Allah dan pendirian mezbah
Analisis Historikal:
Perikop ini merupakan campuran dari sumber Yahwist dari
Priester Codex. Masing-masing sumber sebenarnya melanjutkan
cerita-cerita yang sudah ada sebelumnya. Cerita-cerita itu sudah
lama diketahui dan beredar secara lisan dari generasi ke
generasi.

Peredaran

secara

lisan

itu

berlangsung

sampai

beberapa abad sebelum pada akhirnya cerita-cerita tersebut


mencapai bentuk tertulis. Pada akhirnya semua cerita itu
menjadi satu kesatuan cerita yang besar dan sekaligus menjadi
milik bersama seluruh bangsa Israel.
Secara historis budaya dan sosial, cerita nenek moyang
Israel sangat cocok dengan keadaan umum Timur Tengah pada
tahun 2000-1500 SM. Abram berasal dari Haran. Haran adalah
suatu tempat di wilayah Mesopotamia barat laut. Oleh karena itu,
Abram aslinya berasal dari salah satu kelompok orang Amori
atau orang Aram. Pada waktu itu, orang Amori memang sudah
tersebar hampir di seluruh Timur Tengah Kuno. Sebab pada kirakira

tahun

1950

SM,

Raja

Ur

III

baru

saja

kehilangan

kekuasaannya sehingga Mesopotamia di bagian barat laut


diperintah oleh dinasti Amori dan dipenuhi oleh orang Amori.
Abram menganut agama yang diterima dari leluhurnya yang
bersifat politheis. Yosua 24:2 menuliskan bahwa leluhur Abram
beribadah kepada allah lain. Praktek-praktek agama mereka
adalah berdoa dengan bersujud (merupakan alat yang lazim di
timur

tengah),

membuat

mezbah,

dan

mengadakan

persembahan tetapi tidak pada tempat khusus dan tanpa imam


yang resmi.Ibadah bukanlah soal upacara dan ritus yang tepat,
tetapi soal hubungan antara Allah dan manusia. Jadi, bentuk

lahiriah agama bapak-bapak leluhur tidak jauh berbeda dengan


bentuk yang lazim pada zaman mereka, tetapi berbeda dalam
pengertian mereka tentang Allah dan hubungan pribadi yang
erat antara Allah dan orang-orang yang dipanggil-Nya.
Tafsiran:
Ayat 1-3
Berfirmanlah TUHAN, dalam Alkitab Ibrani wayomer YHWH
diterjemahkan perkayaan yang keluar dari mulut Allah. Pada
bagian ini tidk dijelaskan bahwa Allah nampak dalam bentuk
apapun seperti semak menyala atau dalam wujud dan simbol
apapun, tetapi hanya suara yang berbicara kepada Adam.
Sehingga ini merupakan rencana Allah kepada Abram. Alla
memilih orang-orang yang mendapat perkenanan-Nya. Mengapa
justru

Abram

keterangan

dan

apapun

bukan

Nahor

mengenai

atau

Haran?

mengapa

Tidak

ada

panggilan

itu

ditunjukkan kepada Abram. Panggilan yang ditujukan untuk


Abram bersifat kontingent(kebetulan). Hal ini merupakan rahasia
yang berasal dari inisiatif Allah. Panggilan ini adalah panggilan
Allah yang memerlukan jawaban ketaatan. Panggilan ini datang
kepada Abram bukan karena sesuatu dalam kehidupannya
melainkan semata-mata karena kehendak Allah saja.
Apakah Abram dipanggil oleh Allah waktu ia masih tinggal di
Ur-Kasdim atau di Haran? Kejadian 12 memberi kesan bahwa
Abram mendapat panggilan di Haran, tetapi Kejadian 15:7
menuliskan Abram mendapat panggilan di Ur-Kasdim (Neh. 9:7,
Kis. 7:2-3). Ada kemungkinian bahwa Allah dua kali memanggil
Abram, mula-mula di Ur-Kasdim dimana Allah memerintahkan dia
meninggalkan negeri dan sanaknya. Abram memenuhi perintah
ini waktu ia berangkat dari Ur-Kasdim ke Haran, kemudian dia
dipanggil lagi di Haran untuk meninggalkan rumah ayahnya.
Penyembahan keluarga Terah kepada Allah lain (berhala)
harus ditinggalkan dan ketaatan harus dipersembahkan kepada
ketuhanan YHWH. Itulah pengaruh dan kepentingan daya dan

kuasa negeri asal, tanah air, tanah tumpah darah. Tiap-tiap


negeri, tanah, daerah mempunyai dewa-dewa, cita-cita, adat
istiadat,

filsafat,

yang

berupa

sifat

alamiah,

watak,

dan

kecenderungannya sendiri. Sehingga Abram diminta untuk pergi


dari negerinya.
Negeri mewakili pengaruh-pengaruh dunia sekitar, tetapi
dari sanak saudara menguraikan lingkungan manusia yang
sedarah-sedaging, semarga, sekeluarga. Tiap orang mengetahui
bagaimana

kuatnya

meninggalkan
mendengarkan,

pertalian

sanaknya,
dan

tidak

yang

darah.
berarti

mematuhi

Abram

dipanggil

menyangkal,
saudara

dan

tidak
hanya

mematui vox dei (suara Allah).


Tiap orang wataknya dibentuk oleh suasana yang ada di
dalam rumah tangga orang tuanya, tetapi juga oleh tabiat dan
pembawaan batin itu sendiri. itulah ruang dan wilayah dimana
kuasa bapa (patria potestas) berlaku dan berlangsung. Abram
dipanggil meninggalkan ruang itu. Dengan ini makan Abram
dilepaskan dari segala hak dan perlindunngan dan dari segala
kewajiban, baik secara tanah (ius et lex soli) maupun secarah
darah (ius et lex sanguinis) dan diserahkan serta dipautkan
kepada panggilan Allah (ius et lex gratiae; ius ex lex fidei).
Sebagai pengganti negeri asalnya yang harus ditinggalkan
Abram, maka Alllah menjanjikan kepadanya suatu negeri yang
baru. Allah menuntut Abram, tidak hanya penyangkalan dan
peniadaan kehidupan saja, tetapi juga jalan dan tujuan kepada
kehidupan dan tanah yang baru. Tujuan dan akhir perjalanan itu
tersembunyi dalam perjanjian Allah. Abram tidak diberitahu
kemana arah jalannya, tujuannya, sehingga ia tidak dapat
mengambil keputusan. Tetapi dia diundang mempercayai Allah,
bahwa tawaran Allah bukanlah omong kosong atau kabar angin
saja. Allah menjanjikan negeri yang baru kapan, dimana, dan
dengan apa dia akan sampai ke sana masih tetap rahasia Allah.

Abram diikat kepada kesetiaan Allah yang tidak kelihatan. Ia


terikat oleh kepatusan kepada firman Allah.
Dalam perjanjian lama, isi berkat Allah sangat dekat
berhubungan dengan keturunan. Orang yang isterinya mandul
yang tidak punya harapan lagi akan keturunan dijanjikan
keturunan

yang

besar.

Sanak

saudara

yang

ditinggalkan

digantikan Allah dengan keturunan baru. Tidak hanya itu saja,


Abram kemudian dijadikan berkat, diubah menjadi orang baru
(pembawa kehidupan, pemikul keselamatan, pemberi sejahtera,
dan pembina kebenaran). Dalam kata berkat itu terkandung
keselamatan yang terakhir dan tertinggi, yang diberi Allah
kepada manusia. Nama Abram dibuat Allah menjadi masyur,
menjadi seorang yang kenamaan dan berpengaruh pada banyak
orang. Ketiga karunia inilah yang akan memenuhi negeri baru
yang akan ditunjukkan Allah kepada Abram. Tetapi berkat
(keselamatan) itu tidak terbatas pada dirinya sendiri. Sehingga ia
harus berjalan ke luar dari negerinya, supaya ia membawa
berkat Allah kepada semua negeri dan tanah yang dilewatinya
dan kepada segala bangsa yang dijumpainya. Melalui Abram
segala macam manusia akan mengenali dan mengakui berkat
dan keselamatan dari Allah, TUHAN semesta alam. Banyak orang
akan menerima baik dan menyambut Abram sebagai pembawa
berkat. Keselamatan dari Allah tidak terbatas dan universal,
ditunjukkan kepada seluruh manusia tetapi dengan perantaraan
Abram. Tetapi tidak semua orang akan memberkati Abram. Ada
manusia yang tidak menerima rencana keselamatan Allah, yaitu
tidak

mengikuti

dan

terpengaruh

oleh

Abram.

Mereka

menganggap bahwa dia hanyalah pengacau dan pengganggu.


Sehingga mereka mengutuk Abram. Mereka bukan hanya tidak
menerima berkat Allah, melainkan juaga akan dikenali hukuman
Allah (kutuk). Melalui Abram semua manusia akan mendapat

berkat. ini adalah kemauan Alllah. Berkat itu diberikan dengan


perantaraan Abram dan keturunannya.
Ayat 4-6
Abram menjawab panggilan Allah melalui perginya dia
bersama Lot. Disini apakah Abram telah mengenal Allah yang
memanggilnya ini? Melihat latar belakang agama Abram dan
leluhurnya yang menyembah allah lain di tepi sungai Efrat, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa kepercayaan bapa leluhur
bersifat monotheisme. Allah pasti diyakini oleh bapa leluhur
sebagai Allah yang esa. Allah yang disembah di seblah Efrat
sama dengan Allah yang memanggil Abram.
Abram mematuhi panggilan Allah

tanpa

bertanya,

menunggu, jaminan, di samping janji Allah sendiri. kepercayaan


adalah ketaatan, kepatuhan terhadap firman Allah. Dengan ini
manusia durhaka kembali mengakui ketuhanan Sang Pencipta
dengan perantaraan Abram.
Lot turut serta dalam perjalanan Abram dimaksudkan
sumber Y untuk memperkenalkan Lot serta mempersiapkan
pembaca untuk cerita Lot dan Sodom Gomora.
Sumber P menyelipkan umur Abram dalam perikop ini.
Catatan umur Abram ini tidak dimaksudkan secra biografis,
melainkan

harus

dipahami

sebagai

mata

rantai

dalam

perhitungan tahun oleh Priest.


Abram memulai perjalanannya bersama isteri, keponakan,
harta, dan hambanya. Penulis asli mungkin tidak meletakkan
makna tertentu pada ayat ini, sebab sumber P memiliki gaya
bahasa demikian yang juga digunakan pada cerita Nuh. Isteri,
keponakan, harta, dan hamba berhubungan dengan tuan rumah,
yakni Abram. Tibanya mereka di Kanaan menyatakan bahwa
disini ada dua naskah, yakni sumber P dan Y. Tanah Kanaan
merupakan

tanah

yang

dijanjikan

Allah,

meskipun

tidak

dikatakan secara jelas. Alasan pemilihan tanah Kanaan sebagai


tanah yang dijanjikan mungkin karena Kanaan merupakan suatu

negeri yang subur sebab melimpah susu dan madunya (bdk. Ul.
26:5-10)
Abram tidak langsung menduduki tanah yang dijanjikan
kepadanya. Sebagai orang asing, ia hanya dapat mengelilingi
tanah itu. Tanah itu tidak kosong sehingga dapat langsung diisi,
melainkan penduduk asli (orang Kanaan) masih diam dan
berkuasa di dalam negeri itu, sehingga nyatalah bahwa janji
Allah

tidak

langsung

ditepati

melainkan

ditangguhkan.

Kepercayaan adalah kesabaran yang tidak memandang barang


yang kelihatan melainkan yang tidak kelihatan. Kenyataan bahwa
tanah Kanaan itu dikuasai oleh orang Kanaan dengan agamanya
yang

berpusatkan

darah,

tanah-air,

kesuburan

adalah

bertentangan dengan apa yang dijanjikan Allah kepadanya.


Abram mungkin kecewa sebab harapannya berbeda tetapi suara
Allah hadir untuk memperingatkan Abram bahwa janji Allah tetap
berlaku di tengah kesulitan yang menghalangi pelaksanaan
firman Allah itu.
Abram tiba di Sikhem yang diartikan sebagai suatu tempat
suci atau pusat sembayang. Istilah pohon Tarbantin tidak
menyatakan

jenis

pohon

menurut

ilmu

tumbuh-tumbuhan,

melainkan menyatakan sebuah pohon suci. Di Palestina, pohonpohon yang besar dianggap pohon suci dan dibawah naungannya
diadakan ibadat.
More artinya petunjuk, dapat dipahami bahwa pohon suci itu
pada mulanya diberikan wahyu dan ramalan. Tetapi More
sekarang telah menjadi nama tempat suci sekeliling pohon
Tarbantin. Sehingga Abram pergi kepada salah satu tempat suci
di daerah suku Utara yang terkuat, yakni Manasye (keturunan
Yusuf).
Ayat 7-9
Hampir semua tempat dimana Allah menyatakan diri adalah
tempat-tempat yang luar biasa, bahkan tempat-tempat yang
terkenal keramat. Sikhem merupakan tempat ibadah yang

berabad-abad lamanya dihormati oleh umat Israel. Hal yang


kurang

dikenal

adalah

kenyataan

bahwa

bangsa-bangsa

penduduk Kanaan telah lama menghormati tempat-tempat itu,


yakni sebelum para bapa leluhur Israel datang menginjaknya
untuk pertama kali.
TUHAN menampakkan diri kepada Abram (theophani) diiringi
oleh firman. Isi firman Allah itu ialah janji tentang tanah dan
keturunannya. Janji Allah melengkapi hidup perseorangan. Abram
tidak melihat penggenapan janji itu. Allah mulai dengan satu
orang dimaksudkan dan direncanakan untuk banyak orang.
Bahkan keturunan Abram bukan hanya akan melihat itu,
melainkan Allah akan memberikan tanah itu kepada mereka
sebagai milik pusaka.
Abram lalu mendirikan mezbah di tempat Allah menyatakan
diri. Pembangunan mezbah adalah tanda penyerahan diri kepada
Allah yang telah memperkenalkan diri kepadanya. Mezbah ini
juga tanda bahwa Allah Israel adalah pemilik yang sah dan
mutlak dari tanah Kanaan.
Disini corak pengembara yang tidak memiliki tempat tinggal
tetap dimunculkan sangat kuat. Sumber Y menyadari bahwa
Yakub adalah pendiri tempat suci Betel, sebab itu tidak
diberitahukan suaut wahyu (theophani), melainkan Abram hanya
berkunjung kesana.
Abram lalu mendirikan mezbah dan memanggil nama
TUHAN. Istilah ini haruslha dimengerti sebagai seruan kepada
Allah (ibadah). Hal ini dimengerti sebagai pengakuan dan
maklumat. Ibadah dimuka umum bukanlah hanya pujian kepada
Allah melainkan pujian kepada Allah di hadapan manusia.
Kepercayaan adalah pemujaan dan ibadat kepada YHWH dan doa
serta pembicaraan dengan Allah merupakan jawaban dan
balasan atas firman Allah.
Abram melanjutkan perjalanannya ke selatan. Ia berpindah
sedikit demi sedikit. Negeb merupakan wilayah selatan Palestina,

di antara Kadesh dan Barnea dan merupakan negeri yang kering.


Pada musim panas, wilayah tersebut cukup kering sehingga
menjadi gurun tanpa air dan tumbuhan. Dengan seluruh
ternaknya, Abram memerlukan air dan rumput dalam jumlah
besar. Negeb tidak memberikan apa yang diperlukan oleh Abram
sehingga

dalam

ayat-ayat

selanjutnya

Abram

melanjutkan

perjalanan ke Mesir.
Inti Teologi:

Allah memilih orang-orang-Nya atas perkenanan-Nya sendiri

dan bukan karena jasa atau bakat orang tersebut.


Allah memanggil orang-orang-Nya dan menyuruh mereka
meninggalkan segala jaminan dan menuju tempat dimana Ia

akan menemui mereka.


Allah memberkati orang yang dipilih-Nya
Dengan memilih orang-orang tertentu Allah tidak menolak
orang lain.
Tuhan berkuasa memilih dan memakai Abram sebagai

alatnya. Pemanggilan Abram memberikan pandangan teologi


bahwa berkat yang dari Allah tidaklah terbatas, tapi bersifat
universal. Janji universal ini adalah kata anugerah dan menjadi
hubungan Allah dengan manusia yang tercerai-berai akibat dosa.
Pada awal sejarah keselamatan ini sudah terdapat pernyataan,
yakni keselamatan yang dijanjikan Allah kepada Abram akhirnya
akan mencakup umat manusia. Allah dalam murka-Nya tidak
menyingkirkan umat manusia untuk selamanya, melainkan Ia
bertindak lagi untuk memulihkan hubungan yang terputus antara
Dia dan dunia-Nya sebagai akibat kejatuhan manusia ke dalam
dosa.

KEJADIAN 16:1-16 HAGAR DAN ISMAEL


Pokok Pikiran:
Ay. 1-3 Karena kemandulan Sarai maka Abram menikah dengan
Hagar
Ay. 4-6 Hagar mengandung lalu ditindas Sarai
Ay. 7-14 Pelarian Hagar dan pemberian janji dari Allah
Ay. 15-16 Hagar melahirkan Ismael
Analisis Historikal:
Perikop ini merupakan suatu cerita aitiologi (cerita-sebab).
Pertama, cerita ini hendak menerangkan nama Ismael dan
seluruh sangkut pautnya mengenai hubungan antara orang Israel
(keturunan Ishak) dan orang Arab (keturunan Ismael). Kedua,
perikop ini memuat cerita pengesahan tempat sembayang LaharRoi dan bermaksud untuk membenarkan tempat suci ini sebagai
tempat penyataan diri Allah kepada Hagar. Pandangan orangorang Yahudi pada umumnya menempatkan tempat tinggal dan
identitas keturunan Ismael sebagai bangsa Arab yang tinggal di
tanah Arab.
Tafsiran:
Ayat 1-3
Pengulangan keterangan mengenai Sarai yang mandul
menerangkan keadaan hati Abram. Janji Allah dengan keadaan
yang

terjadi

sangat

berlawanan.

Abram

telah

menunggu

penepatan janji Allah mengenai kebutuhan tetapi penepatan janji


itu belum juga muncul.
Hagar merupakan hamba yang diperoleh Sarai dan Abram
waktu mereka di Mesir mungkin adalah pemberian Firaun
sewaktu Sarai hendak diambil sebagai isterinya. Nama Hagar
bukanlah nama Mesir, melainkan nama Semit. Nama ini mungkin
diberikan Abram kepadanya saat mereka meninggalkan Mesir.
Nama Hagar berarti melarikan diri (A Hebrew and English
Lexicon of the Old Testament by Brown, Driver, Briggs). Nama ini
berhubungan dengan kata Arab hijrah (hegira pelarian). Dalam

kitab Tawarikh dan Mazmur, orang Hagri merupakan keturunan


Hagar.
Kemandulan merupakan suatu penghinaan dan kesedihan
luar biasa bagi seorang isteri pada waktu itu. Sebab, dialah orang
yang tidak menerima berkat Allah. Tujuan utama dari perkawinan
adalah untuk mempunyai dan membesarkan anak, khususnya
anak laki-laki. Tetapi kemandulan Sarai ini menimbulkan suatu
persoalan yang lebih besar dari penghinaan biasa terhadap
seorang

isteri

mandul,

yakni

karena

kemandulan

ini

bertentangan dengan janji Allah. Sarai berumur 75 tahun (Kej.


17:17, 16:3) dan tidak bisa beranak sehingga ia melihat bahwa
janji Allah itu tidak akan digenapi.
Dalam keadaan kecewa itu, Sarai mengambil inisiatif dan
mencari jalan untuk memperoleh keturunan yang sah, agar janji
Allah itu jangan gagal sama sekali. Sarai mengambil jalan lain
yang diperbolehkan oleh adat pada waktu itu yang berasal dari
undang-undang Hammurabi yang ditemukan di daerah Nuzu di
Mesopotamia selatan sekitar abad ke-18 SM. Penemuan di Nuzu
memuat tulisan-tulisan mengenai adat dan kebiasan sosial yang
hampir sama dengan adat dan kebiasaan para nenek moyang
Israel. Di Nuzu terdapat kebiasaan bahwa seorang isteri yang
mandul harus menyediakan hamba atau gundik bagi suaminya,
dan anak yang lahir dari hamba itu akan diambil menjadi
anaknya sendiri. Hukum ini pun sesuai dengan undang-undang
Hammurabi yang memiliki 282 alinea hukum.
Melalui upacara pengangkatan anak ini, anak hamba itu
menjadi anak isteri pertama dengan kedudukan ahli waris yang
sah. Melalui jalan yang diusulkan ini, nyatalah ketidakpercayaan
Sarai yang tidak lagi menunggu tindakan Allah dan mencari jalan
keluar menurut kemampuan manusia. Akhirnya Abram pun
mendengarkan perkataan Sarai dan tidak mempedulikan firman
Allah.

Melalui

hal

ini,

Abram

juga

menyatakan

ketidakpercayaannya terhadap janji Allah. Ide monogami dari

ciptaan asli telah hilang secara mengejutkan dalam upaya untuk


membantu Allah.
Ayat ini merupakan selipan dari karangan sumber P
sehingga seolah-olah mengukur Abram dengan aturan-aturan
kesucian seorang imam atau imam besar (Im. 21:7, 21:13-14).
Secara harafiah, para imam pengarang hendak menuliskan
bahwa Sarai, isteri Abram, memberi hambanya seorang Mesir
yang bangsa dan agamanya asing, kepada Abram suaminya,
menjadi isterinya. Ini merupakan keyakinan para imam sesudah
pembuangan. Tetapi imam itupun tidak menghardik Abram
karena Taurat Musa tidak melarang perkawinan dua isteri dan
perkawinan dengan hamba (Ul. 21:10-14) dan karena Abram
masih hidup sebelum Taurat diberikan dengan perantaraan Musa.
Ayat 4-6
Dengan pengamatan juwa yang sangat halus, pengarang
melukiskan kebanggaan hati hamba yang mengandung itu yang
menganggap dirinya lebih tinggi daripada nyonyanya. Jika
memperhatikan faktor-faktor sosial masyarakat di balik sikap
Hagar yang langsung berubah, kita dapat menyimpulkan bahwa
kehidupan Hagar sebagai perempuan yang tidak hanya miskin
bahkan juga tidak memiliki kemerdekaan karena kedudukannya
sebagai

seorang

hamba

perempuan

Sarai

sangatlah

menyedihkan. Sehingga tidur dengan tuan rumah dan kemudian


mengandung, bagi seorang hamba seperti Hagar memiliki status
di dalam masyarakat karena anak laki-lakinya akan menjadi ahli
waris Abram. Pandangan masyarakat tentang anak inilah yang
kemudian

membuat

Hagar

memandang

rendah

Sarai,

nyonyanya.
Meskipun Sarai yang mengusulkan untuk Abram mengambil
Hagar, kini ia mempersalahkan Abram karena perlakuan Hagar
yang memandang rendah Sarai. Abram dipersalahkan bahwa dia
yang mendatangkan kemalangan dan harus bertanggungjawab

untuk

memulihkan

kehormatan

isteri

pertamanya.

Sarai

menuntut bantuan hukum dari Abram sebab suami adalah


pembela isterinya. Tetapi Hagar telah menjadi milik Abram
melalui perkawinan. Disini Sarai mencoba membenarkan diri, dia
tidak dapat melihat bahwa dia adalah causa prima (penyebab
utama)

yang

mengakibatkan

keributan

yang

mengganggu

perdamaian rumah tangga mereka, dan Hagar hanyalah causa


secunda

(penyebab

kedua).

Sehingga

Sarao

sadar

akan

kedudukannya sekarang dan memanggil hakim dan pembantu


hukum tertinggi di Israel, YHWH.
Hagar yang telah menjadi milik Abram karena perkawinan
kini dikembalikan lagi ke dalam tangan Sarai dan berarti kembali
pada kekuasaan Sarai yang penuh dengki dan iri hati. Sarai
kemudian

menindas

Hagar.

Hagar

adalah

korban

dari

kebijaksanaan dan penggunaan tata hukum yang ada oleh


pemiliknya. Kedudukan Hagar yang tidak sejajar dengan Sarai,
membuat Hagar tidak bisa mengadakaan perlawanan. Apalagi
setelah Abram menyerahkannya di bawah kekuasaan Sarai.
Disini terjadi polycoity, yakni isteri sah memiliki kekuasaan lebih
dibandingkan

isteri

kedua.

Sarai

mendapat

kekuasaan

domestiknya dari Abram, sehingga ia leluasa menindas Hagar. Ini


merupakan

hal

yang

sangat

menyedihkan

dimana

Hagar

mengalami pengasingan karena ditindas oleh Sarai dan lebih dari


itu.
Ayat 7-14
Hagar melarikan diri tanpa mempedulikan bahaya yang
mengancam dirinya dan anak yang di dalam kandungannya.
Yang

menjadi

hasratnya

hanyalah

merdeka,

lepas

dari

nyonyanya itu. Jalan ke Syur adalah jalan kafilah dari KadeshBarnea ke arah barat, menuju perbatasan timur Mesir. Disana
Hagar menjumpai suatu mata air. Mata air yang memberi air
sejuk berarti kehidupan. Hagar menerima kesempatan baru

untuk hidup daripada mati kehausan. Allah mempedulikan nasib


orang

yang

tertindas.

Ia

tetap

memelihara

dan

menjaga

hidupnya di padang gurun. Hagar ditindas oleh Abram dan Sarai,


tetapi

diindahkan

oleh

Allah.

Malaikat

TUHAN

merupakan

penjelmaan dan pewujudan anugerah Allah. Ia tidak dapat


dibedakan dengan Allah sendiri, sebab ia bertindak dan berbicara
atas nama TUHAN sendiri. ayat ini mengesahkan tempat ibadah
mata air di padang gurun Syur. Allah berkuasa sampai di padang
gurun dan menyelamatkan kehidupan orang.
Pertanyaan yang diutarakan oleh malaikat pertama kali
memperlihatkan terlebih dahulu rasa perikemanusiaan terhadap
orang yang melarat itu. Dan dari pertanyaan ini Hagar menyadari
bahwa ilah yang memperlihatkan diri pada mata air itu telah
mengenali

dia

dan

telah

melihat

pelariannya.

Pertanyaan

malaikat itu hendak menyadarkan Hagar dan tujuannya. Sebab


Hagar tidak tahu kemana ia akan pergi bahkan belum ia pikirkan.
Hubungan antara majikan dan hamba pada masa itu
merupakan suatu tata hukum yang tidak dapat dilanggar begitu
saja. Meskipun kesalahan Sarai dan Abram adalah jauh lebih
besar, Hagar harus menyadari bahwa dia melanggar tata hukum
itu. Allah Israel adalah Allah keadilan sehingga pertemuan
dengan Allah berarti tobat. Hagar haurs kembali pulan dan
merendahkan diri serta tunduk pada nyonyanya. Melalui hal ini,
Allah menjamin perlindungan hukum bagi Hagar, sebab Allah
dapat menolong orang yang tidak dapat menolong dirinya
sendiri. Pada masa itupun Alllah berjanji kepada Hagar akan
datangnya masa depan yang akan mengangkat keturunannya
sederajat dengan keturunan Abram dari Sarai, dan sebuah
kemerdekaan.

Allah

akan

bertindak

untuk

memutuskan

penindasan yang tidak layak dan yang tidak patut itu dan akan
mengaruniakan kepada Hagar keturunan dan ahli warisnya
sendiri. Di masa depan, keturunan Sarai dan Hagar akan terbit

kerajaan merdeka. Bersama janji itu Allah mengembalikan


perikemanusiaan Hagar dan memuaskan hatinya yang disakiti
oleh Sarai. Dikemudian hari, Hagar adalah ibu dari suku
pengembara di padang gurun, suatu suku yang merdeka dan
yang mempunyai kehormatan dan kebanggaannya sendiri.
Dewa-Mata-Air (YHWH) meramalkan bahwa Hagar dan
mendapat anak laki-laki. Kelahiran anak ini merupajan ganti
kerugian yang diberikan Allah untuk penindasan yang telah
diterimanya. Nama anak yang akan dilahirkan ini diberikan oleh
malaikat Allah, Ismael sebab TUHAN telah mendengar.
Tabiat manusia seringkali diumpamakan sebagai tabiat
binatang. Yang dimaksudkan disini adalah keledai liar, yang tidak
pernah dijinakkan. Orang yang miskin dan yang tahu harga diri,
yang tidak mau tunduk kepada siapapun juga dan yang
bermusuhan dengan semua orang, yang tak pernah bertempat
tinggal

tetap.

Itulah

lukisan

seorang

pengembara

dengan

permusuhan dan perseteruan yang kekal. Itulah nasih dan


untung-rugi Ismael, nenek moyang suku pengembara dengan
nama-nama Arab.
Teguran Allah menyinggung hati Hagar sehingga ia sekarang
menamakan TUHAN kepada malaikat yang berbicara kepadanya.
Allah Israel adalah Allah yang bernyawa, yang hidup, yang
berfirman

dan

menegur

manusia.

Hagar

merumuskan

pengalamannya dengan pengakuan, Engkau Allah yang melihat


El Roi. Hagar diperbolehkan melihat Allah sebab Allah lebih
dahulu telah melihat dan mengenali Hagar.
Theophani Allah kepada Hagar di

wilayah

sumur

itu

mensahkan tempat ibadah disana sebagai tempat yang sah


untuk penyataan Allah. Nama tempat suci itu juga diterangkan
dengan pengalaman Hagar, Sumur Lahai-Roi, yaitu sumur untuk
Dia yang melihat aku. Sumur ini tidak dapat dipastikan letaknya.
Orang Arab mempertahankan sumur Hagar dengan Oasis AinMuweileh yang terletak 19 km ke sebelah barat Kadesh-Barnea.

Ayat 15-16
Ayat ini menerangkan bahwa Hagar telah pulang ke rumah
tangga Abram dan ke dalam perhambaan Sarai. Jikalau demikan
maka, anak Hagar berhak mewarisi Abram, jikalau Abram tidak
menyatakan Hagar merdeka. Abram kemudian memberi nama
anak Hagar sehingga ia mengangkat dan mengakui anak itu
menjadi anaknya. Sehingga Sarai terpaksa mengakui akibat dari
anjurannya kepada Abram untuk kawin dengan Hagar: Ismael
menjadi ahli waris yang sah bersamaan dengan anak kandung
Sarai yang akan datang.
Ayat ini menitikberatkan bahwa Abram mengakui anak itu
sebagai ahli waris. Abram senang sekali jikalau Ismael menjadi
pengganti anak yang dijanjikan itu. Ismael sudah diwujudkan,
Ismael sudah kelihatan, Ishak sama sekali tidak, Ishak adalah
harapan kelak.
Inti Teologi:

Hingga saat ini kemandulan masih menjadi kesedihan bagi banyak


perempuan di dunia. Kemandulan Sarai di tengah sistem kebudayaan yang
menganggap hina perempuan yang tidak memiliki anak pasti menambah
pukulan batin bagi dirinya sendiri. Suaminya adalah seseorang yang
dijanjikan Allah suatu bangsa yang besar, namun keadaan membuat Sarai
meragukan bahkan melupakan janji Allah tersebut. Ketidakpercayaan kepada
Allah hanya akan mendatangkan ketakutan akan situasi yang sedang
dihadapi. Namun, dengan tetap menaruh kepercayaan kepada Allah akan
membawa manusia kepada ketenangan untuk menantikan terwujudnya janji

Allah dalam hidupnya.


Seringkali kegelisahan bahkan ketakutan untuk dianggap rendah oleh
lingkungan sekitar membuat manusia dengan cepat mencari jalan keluar tanpa
pertimbangan yang jelas. Keadaan membuat Sarai gegabah mengambil
keputusan, ia melihat dari cara pandang manusia untuk menilai situasinya:
Usia semakin menua, mustahil baginya untuk mengandung, penantian akan
janji Allah pun percuma. Sarai mencari solusi dengan pikirannya yang

terbatas! Mengambil budaknya dan diserahkan kepada suami seakan-akan


menjadi jalan keluar bagi pemasalahannya. Hak seorang manusia pun direbut

dengan mengatas namakan kedudukannya sebagai seorang majikan.


Allah telah memanggil Abraham untuk masuk dalam tata kehidupan dibawah
perintah Allah, namun Sarai yang adalah istri Abraham meragukan janji yang
telah Allah sampaikan. Keraguan itulah yang membawa maanusia kepada
kesalahan dalam bertindak, dan kesaalahan itu jugalah yang akan

mendatangkan kesaalahan yang mengangkut masalah berikutnya.


Sarai mandul kemudian mengambil budaknya untuk berssetubuh dengaan
suaminya, Hagar mengandung dan menganggap rendah majikannya Sarai!
Sarai menyalakan suaminya dan suaminya membiarkan Sarai menindas
Hagar. Ini adalah suatu urutan permasalahan yang kemudian diselesaikaan

dengan permasalahan juga.


Kepandaian manusia tidak menjamin manusia dapat dengan bijaksana
mengambil suatu keputusan. Karena, kebijaksanaan hanyalah daripada Allah
sendiri. Disaat manusia melakukan sesuatu dengan sekehendak hatinya
sendiri diluar dari kehendak Allah, semua masalah tidak akan terselesaaikan
malahan hanya akan menyeret permasaalahan yang baru yang akan

memperburuk keadaan semula.


Manusia sering memberikan perbedaan derajat pada sesamanya, tetapi
TUHAN Allah memberkati setiap manusia yang dibentuknya karena semua
adama tetaplah berasal dari erets yang digunakan Tuhan untuk menciptakan
manusia menurut gambar dan rupaNya. Dan Tuhan tidak membedahkan
antara manusia yang satu dan manusia yang lainnya. Tidak ada yang namanya

budak dan majikan dihadapan Tuhan.


Untuk mendapatkan kepercayaan Allah semua memiiki proses dan tidak
semua orang bisa merespon panggilan Tuhan dengan benar. Ada yang dipilih
untuk menjadi berkat namun ada juga yang tetap diberkati bahkan dikasihi
oleh Allah. Tetapi mengenai sebuah panggilan, Allah membutuhkan orang
yang dengan yakin dan tekun membangun komitmen di dalam perjanjiannya
dengan Allah.
KEJADIAN 17:1-27
SUNAT SEBAGAI TANDA PERJANJIAN ALLAH DENGAN ABRAHAM

Pokok Pikiran:
Ay. 1-8 Kewajiban
perjanjian)
Ay. 9-14 Kewajiban

Allah

dalam

Abraham

perjanjian

dalam

(pengikatan

perjanjian

(peresmian

penyunatan)
Ay. 15-22 Pemilihan Ishak oleh Allah melawan ketidakpercayaan
Abraham
Ay. 23-27 Ketaatan Abraham dengan melakukan penyunatan
Analisis Historikal:
Perikop ini semacam cerita-sebab (aitiologi) tetapi bukan
berasal dari masa kuno, tetapi hasil pertimbangan theologia dari
para imam Israel (sumber P). Selama masa pembuangan di
Babel, para imam Israel mendapat keyakinan bahwa bangsa
Israel (Yahudi) membutuhkan tanda atau ciri keanggotaanya. Hal
ini

penting

dilakukan

sebab

bangsa

Israel

perlahan-lahan

membuka pintunya untuk orang-orang dari keturunan dan


agama asing. Sehingga banyak bangsa Israel menyangkal
agamanya dan menganut agama lain. Dalam keadaan seperti ini,
para imam dan ahli Taurat menganggap bahwa daging kulup
adalah syarat mutlak dan sebagai bentuk pengakuan terhadap
YHWH,

Allahnya

Israel.

Untuk

memisahkan

diri

terhadap

penyunatan itu sebagai kewajiban agama yang mutlak, maka


para imam mengesahkan tradisi itu sebagai trasisi bapak leluhur,
yakni Abraham.
Namun, sunat berakar kuno di kelompok etnis Afrika sesuai
dengan bukti yang ditemukan 7000 SM di daerah Nigeria.
Meskipun demikian, sunat juga diklaim berasal dari Mesir Kuno
sebagai tanda kedewasaan dan persembahan kepada dewadewa, juga untuk memasukkan seorang anak laki-laki menjadi
prajurit. Sunat juga terdapat di Asia, Amerika, dan Astronesia
Kuno, sehingga adat ini tidak dapat dipandang sebagai akibat
perjanjian Allah dengan Abraham. Kita harus menganggap bahwa

Allah mengambil suatu adat yang telah lazim, menguduskannya


dan membuatnya menjadi tanda perjanjian.
Tafsiran:
Ayat 1-8
Untuk mengesahkan tradisi yang dibuat oleh para imam,
maka mereka menggunakan bentuk theophani sebagai bentuk
penyataan

dan

pengenalan

Allah

mengenai

kemauan-Nya

sebagai permulaan suatu tradisi dimulai. Allah memperkenalkan


diri dengan nama salah satu dewa Kanaan asli, yakni El-Shadday.
Dalam

terjemahan

Septuaginta,

Shadday

diartikan

dengan

Penguasa segala sesuatu atau Yang Mahakuasa. Disini Allah


membuat perjanjian yang mengikat dan mewajibkan penerimaan
wahyu,

yakni

Abraham.

Allah

menuntut

Abraham

untuk

menjalankan hidup dengan sempurna di hadirat Allah dan


membiarkan jalan hidupnya ditentukan oleh kehadiran Allah di
segala masa dan tempat. Sebutan umur Abraham termasuk
tarikh-perhitungan sumber P. Penulisan umur ini membuktikan
bahwa janji Allah kepada Sara mengenai Ishak akan ditepati
dengan pasti ketika Abraham berumur 100 tahun.
Perjanjian ini merupakan anugerah dan prakarsa dari pihak
Allah. Allah sebagai pemberi perjanjian dan Abraham menerima.
Sehingga ketentuan, penetapan adalah kepunyaan Allah. Sekali
lagi

janji

tentang

keturunan

disebutkan,

tetapi

tidak

menggunakan kiasan.
Sebagai tanda setuju dan menerima perjanjian itu dengan
baik, reaksi Abraham adalah sujud menyembah sebab inilah
sikap yang bersesuaian dan bersambutan dengan kebesaran
tawaran panggilan itu.
Allah memberi kepastian kepada Abraham bahwa ada
perjanjian

antara

Dia

dengan

Abraham

dan

Allah

telah

mewajibkan diri-Nya untuk menetapi janji terhadap Abraham,


yakni ia akan menjadi bapa sejumlah besar.

Perubahan

nama

berarti

perubahan

kehidupan

dan

eksistensi, oleh karena nama merupakan penyataan intisari


seluruh kehidupan. Perjanjian Allah telah memindahkan Abram ke
dalam hidup baru dan orde baru sebagai Abraham. Nama baru
menjadikannya

kejadian

baru.

Nama

itu

menghubungkan

kehidupan Abram dan Allah. Orang yang memberi nama baru,


mengikat si penerima nama itu kepada si pemberi nama. Dan
yang menerima, mengakui kedaulatan si pemberi nama. Nama
Abraham berarti bapa keramaian dan himpunan (sejumlah
besar) bangsa, keterangan ini merupakan suatu etimologi
populer, dimana para imam menganggap bahwa Israel, Ismael,
Esau, dan anak-anak Ketura adalah keturunan Abraham.
Ada kekaguman dan keheranan Israel atas bimbingan Allah
selama mereka menjadi pengembara di padang gurun yang
kemudian menjadi suatu negara dengan raja. Terbersit juga
suatu pengharapan Mesianis sebab kerajaan Daud telah lenyap
tapi janji TUHAN tetap kekal.
Perjanjian antara Allah dan Abraham adalah perjanjian kekal.
Para imam bersaksi tentang kesetiaan Allah kepada umat Israel
dan

menyadarkan

mereka.

Pembuangan

di

Babel

dan

berakhirnya kerajaan Daud membuktikan bahwa perjanjian Allah


itu kekal. Allahnya Abraham tetap teguh menjadi Allah pelindung
dan pemimpin, sumber kehidupan dan petunjuk kelakuan untuk
Israel.
Pengarang P berpegang teguh pada janji tentang tanah
Kanaan itu, ketika tanah itu bukan lagi milik pusaka bangsa Israel
dan tidak ada sedikitpun harapan bahwa tanah itu akan menjadi
milik bangsa Israel kembali. Namun istilah negeri yang kau diami
sebagai orang asing memperingatkan Israel bahwa janji Allah
dapat disembunyikan dan dikaburkan sehingga tampaknya
terbalik,

namun

menjadi

yang

sebaliknya.

Kerajaan

boleh

dihapuskan, tanah Kanaan diduduki oleh musuh, jumlah bangsa

boleh berkurang, semua tanda anugerah Allah yang lama boleh


hilang. Tetapi janji Allah untuk bersekutu dengan Israel tetap ada.
Ayat 9-14
Umat Israel selalu berada dalam keadaan bahaya untuk
melupakan dan menyangkal perjanjian Allah dan kewajibannya.
Sehingga

Allah

menetapkan

dan

mengesahkan

tanda

keanggotaan, tanda peringatan terhadap perjanjian-Nya. Setiap


laki-laki harus disunat. Ini merupakan keharusan, perjanjian yang
harus dipegang sebab merupakan tanda anugerah Allah yang
memperingatkan bangsa Israel terhadap kesetiaan Allah. Sunat
adalah suatu tanda dan cap. Tanda adalah sesuatu yang dapat
dilihat untuk menggambarkan apa yang tidak dapat dilihat, dan
cap adalah tanda yang menjamin ketulenan sesuatu. Sunat
mempunyai dua arti, yakni pengampunan dosa, pemotongan dan
pembuangan kulup adalah lambang pembuangan dosa dan
darah yang keluar itu menunjukkan bahwa perdamaian hanya
bisa terdapat dalam Allah. Dan sunat berarti lambang hidup baru
yang diberikan kepada orang beriman, suatu pertanda hati yang
bersunat, yakni hati baru yang diberikan kepada orang beriman.
Pembedahan itu sebagai tanda perjanjian, yaitu tanda
keanggotaan di dalam perjanjian itu. Bertentangan dengan
makna

yang

diberikan

oleh

bangsa-bangsa

lain

dimana

penyunatan itu merupakan persiapan untuk perkawinan atau


sebagai acara penerima pemuda pada masa remaja ke dalam
keanggotaan

suku,

maka

penyunatan

di

bangsa

Israel

merupakan suatu tanda penerimaan ke dalam keanggotaan


perjanjian Allah dan jemaat-Nya, yaitu suatu acara agama
semata-mata.
Penyunatan dilaksanakan pada hari kedelapan setelah
lahirnya anak itu yang menandakan penerimaan anak-anak ke
dalam perjanjian Allah dan ke dalam keanggotaan jemaat,
pemberian nama kepada mereka, dan penyerahan kepada Allah.

Penyunatan dibatasi pada anak bayi laki-laki. Hamba-hamba


yang masuk persekutuan rumah tangga harus disunat sehingga
dapat diterima dalam persekutuan ibadah keluarga dan menjadi
anggota umat Israel. Hamba-hamba itupun berada di kuasa
bapanya, sehingga menentukan juga agama mereka.
Perjanjian ini bercirikan dimateraikan ke dalam daging dan
tubuh manusia sedemikian rupa hingga bekasnya tidak pernah
dapat dilenyapkan, dihilangkan, dihapuskan. Tanda jasmani ini
menegaskan bahwa manusia seluruhnya dengan raga dan
jiwanya diterima ke dalam perjanjian itu.
Penyunatan ditetapkan menjadi syarat keanggotaan dalam
jemaat, bangsa keselamatan itu. Penyunatan itu merupakan
perantara keselamatan. Siapa yang menolak tanda keselamatan
itu, menghina keselamatan itu dan harus diusir atau dikucilkan.
Keselamatan bukanlah sebuah takdir, tapi merupakan tawaran
umum yang harus diterima dengan baik oleh manusia dengan
kemauan dan keputusannya sendiri. perjanjian Allah dengan
Abraham merupakan suatu perjanjian khusus yang berlaku untuk
golongan yang rela memasuki perjanjian serta syarat-syaratnya,
yakni kehidupan baru di hadirat Allah.
Ayat 15-22
Sara harus menjadi manusia baru, sebelum dia boleh
melahirkan ahli waris perjanjian Allah, sebelum ia boleh menjadi
ibu leluhur perempuan bangsa keselamatan itu. Allah sendiri
yang memberikan kepada isteri Abraham kehidupan baru yang
disimpulkan dan yang diartikan dalam namanya yang baru itu,
ratu, isteri merdeka.
Ibu yang berupa ratu dan yang bertabiat permaisuri
melahirkan keturunan yang berwatak raja dan yang bangsawan.
Penulis berpendapat mengenai sejarah perkembangan Israel dan
Edom (Esau) dan keturunan Daud, serta keturunan raja Israel
Utara. Berkat yang nyata Sara adalah terutama pertambahan
keturunan. Anak laki-laki ini adalah ahli waris berkat Allah. Si

penerima dan pemegang janji Allah. Seorang anak laki-laki yang


dibedakan dari keturunan lainnya.
Abraham kembali sujud menyembah

sebagai

tanda

penghormatannya terhadap apa yang telah didengarnya tetapi


juga

tertawa.

Inilah

tertawa

resignasi,

itulah

olok-olok

kekecewaan, gelak tawa ketidakpercayaan. Abraham berdiri di


hadapan

Allah

tetapi

ia

tidak

melihat

kesanggupan

dan

kemampuan Allah, melainkan kehidupannya sendiri. Hubungan


kalimat ini memperlihatkan permainan kata dengan nama anak
laki-laki yang lahir kelak, Ishak = tertawa. Ishak sebenarnya
merupakan jaminan bahwa Allah tersenyum dengan baik hati
atas kehidupan Abraham. Ishak sebenarnya adalah sukacita
orang tuanya, sehingga mereka dapat tertawa dengan sukacita.
Dari ketidakpercayaan itu lahirlah kebijaksanaan dan jalan
keluar manusia, Abraham yang mencintai Ismael, anaknya yang
sulung, mengusulkan kepada Allah supaya Ismael diangkat
menjadi pengganti Ishak. Seperti Abraham hidup di hadapan
Allah, ia memohon kepada Allah agar Ismael dapat hidup di
hadapan Allah, yaitu menjadi ahli warisnya.
Bukan jalan keluar ciptaan Abraham yang merupakan
jalannya janji Allah, melainkan jalan yang telah ditentukan oleh
Allah sendiri. Ishak akan menjadi ahli waris dan pemegang janji.
Sara akan menjadi ibu yang menyerupai ratu. Janji Allah
mengandung pilihan Allah yang bebas sama sekali dari cita-cita
dan hasrat manusia.
Allah mengenal hati seorang bapa terhadap anak sulungnya
yang laki-laki. Sehingga Allah mendengar permohonan Abraham
dan sepanjang rencana-Nya tidak diganggu oleh permohonan
tersebut. Ismael akan diberkati, menerima keturunan besar,
nama besar dengan orang terkemuka, yakni 12 raja akan timbul
di dalam keturunan Ismael. Seluruh keagungan dan kemegahan
alam masyarakat Ismael yang berkesan bagi bangsa Israel dan

tidak dijajah oleh Babel, tidaklah mempunyai suatu kepentingan


dalam rencana keselamatan yang dari Allah terhadap dunia.
Melalui Ishak, Allah memilih yang terkecil dan yang hina,
bukan anak sulung, malah anak bungsu. Nubuat dan janji
tentang kelahirannya menjadi agak konkret dan pasti. Bukan
hanya nama ahli waris yang dinubuatkannya, melainkan juga
ibunya dan jangka waktu kelahirannya.
Para imam Israel menggunakan pakaian theophani-kuno
kepada ajaran mereka mengenai pentingnya, kekalnya dan tekad
perjanjian itu dan mengenai perlunya penyunatan selaku tanda
pengakuan perjanjian tersebut.
Ayat 23-27
Abraham melaksanakan perintah Allah itu dengan segera
dan tanpa penundaan. Penyunatan itu berlaku juga di kalangan
suku yang diwakili oleh nama Ismael, tetapi dalam perikop ini
ketaatan dengan menyunat Ishak dan mewajibkan seluruh Israel
juga

berbuat

demikian.

Ini

memateraikan

perbuatan

dan

penyunatan oleh Abraham itu selaku kemauan mutlak Allah.


Umur 90 tahun ini disebutkan juga dengan maksud
membuktikan bahwa janji Allah ditepati menurut huruf, karena
Abraham berumur 100 tahun ketika Ishak lahir. Ismael berumur
13 tahun ketika penyunatan dilaksanakan. Sehingga penyunatan
di kalangan suku-suku Arab (Ismael) dilaksanakan sebagai sunat
pada masa keremajaan sebagai pelantikan menjadi anggota
dewasa dari suku-suku itu. Melukiskan ketaatan Abraham yang
cepat dan segera tanpa penundaan atau penangguhan. Pada hari
itu juga bapa dan anaknya menerima sunat tersebut. Semua
anggota rumah tangga Abraham, termasuk 12 hamba-hamba itu
turut masuk ke dalam perjanjian Allah dan Abraham.
Inti Teologi:

Allah yang adalah El-Shaddai menampakan diriNya (theophani) kepada


Abraham untuk mengikat suatu perjanjian kekal dengannya. Allahlah yang

menjadi Inisiator atas pemilihan yang merupakan suatu anugerah atau


pemberian (Ibr. natan) yang memungkinkan suatu kemustahilan bagi
anggapan manusia menjadi suatu wahyu yang menjajikan. Untuk mengikat
suatu kesetiaan yang tidak hanya terjadi sepihak ( =hanya Allah saja)
makadari itu para raja-datuk (nenek moyang) harus mengikat perjanjian
dengan Allah yang dilambangkan dengan acara keagamaan yakni sunat.
Dengan kepatuhan Abraham melakukan perjanjian yang telah diikatnya
bersama sang pemberi kehidupan baru, ia pun tinggal menantikan suatu janji

indah yang telah Tuhan sampaikan bahkan telah Ia tepati (Kej 21).
Manusia telah jatuh kedalam dosa karena kesombongan mereka. Dan karena
keberdosaan itu Hawa pun melahirkan keturunan dari rahim-nya yang telah
terkontaminasi dengan dosa, demikianlah dosa tetap berkembangbiak di
bumi. Sarai yang adalah istri dari Abraham yang mendapat panggilan dari
Allah untuk mendapatkan keturunan yang mencintai Allah harus beralih
menjadi manusia yang baru (= mengganti nama sesuai pemberian Allah)
sebelum melahirkan keturunan yang berasal dari rahimnya. Menjadi manusia
baru adalah penting untuk masuk dalam persekutuan yang erat dengan Tuhan
Allah, karena keberdosaan manusia tidak akan mungkin bisa menyeimbangi
kekudusan Tuhan Allah. Sehingga inisiatif untuk menjadikan Sarai sebagai
manusia baru diambil Tuhan Allah agar layaklah Sarai menjadi ibu dari
bangsa-bangsa yang senantiasa akan diberkati oleh Tuhan Allah.

KEJADIAN 19:30-38 LOT DAN KEDUA ANAKNYA PEREMPUAN


(ANALISIS LEKSIKAL-SINTAKSIS)
Pokok Pikiran:
Ay. 30-32 Rencana untuk menyambung keturunan dari Lot oleh
kedua putrinya
Ay. 33-35 Kedua putri Lot tidur dengan ayah mereka
Ay. 36-38 Kedua putri Lot menghasilkan keturunan melalui ayah
mereka
Analisis Historikal:
Cerita ini hendak menerangkan asal-usul dari kedua bangsa
tetangga Israel sekaligus musuh mereka yakni, bangsa Moab
dan

Amon.

Sebagai

keturunan

Lot,

bangsa

ini

masih

berhubungan darah (saudara) dengan Israel. Perkawinan di


antara saudara dilarang keras oleh Taurat para imam dikemudian
hari. Bagi Israel, seluruh adat perkawinan bangsa Moab dan
Amon adalah suatu kecemaran dan kejijikkan. Jadi, Israel
meskipun memiliki hubungan dengan kedua bangsa itu, tetaplah
begitu

terpisah

dan

berlainan

menurut

agamanya,

adat-

istiadatnya, dan hukum perkawinan.


Cerita ini mungkin juga merupakan cerita rakyat Moab dan
Amon yang bangga dengan tindakan nenek perempuannya, yang
membanggakan kemurnian darah orang Moab. Sebab kedua
bangsa ini berasal dari perkawinan antara Lot dan kedua anak
perempuannya. Inilah kemurnian darah yang tinggi, tidak ada
campuran darah dari ras/bangsa yang lebih rendah.
Cerita ini memperlihatkan kegagalan Lot yang sempurna,
bukan karena kejahatannya melainkan karena kelemahannya. Lot
yang menentang ideologi ras dan darah di Sodom dan Gomora,
sekarang dengan tak sengaja didorong menuju perlakuan yang
berat sebelah terhadap suku tertentu (rasionalisme). Lot tidak
boleh lagi membawa berkat Allah untuk semua bangsa, sebab
melalui dirinya terciptalah suatu adat istiadat yang diterapkan
oleh suku-suku tertentu, diluar kehendak Allah.

Penulis Yahwist memasukkan cerita ini untuk menghina


leluhur musuh tradisional mereka, Moab dan Amon.
Tafsiran:
Ayat 30-32
Lot dan kedua putrinya melarikan diri dari Sodom dan
Gomora lalu pergi menuju Zoar, salah satu kota kecil di lembah
Yordan. Kota Zoar diizinkan Allah sebagai tempat perlindungan
Lot dan kedua putrinya, tetapi karena letakknya sangat dekat
dengan tempat kebiasaan (Sodom dan Gomora), sehingga Lot
meninggalkan Zoar dan menetap di pegunungan. Ketakutanlah
yang mendorong mereka berjalan terus. Lot tidak percaya
terhadap jaminan perlindungan Allah dan meninggalkan tempat
perlindungan pemberian Allah itu. Perjalanan itu bukanlah
keberangkatan yang timbul dari kepercayaan, melainkan pelarian
karena ketakutan. Sehingga perjalanan keluar dari Zoar itu
merupakan petualangan yang mengeluarkan dia dari tanah
perjanjian. Dan pegunungan itu menjadi tujuan Lot karena
tempat itu adalah kediaman bangsa Moab dan Amon. Mereka
pun tinggal di suatu gua yang terdiri dari beberapa kamar yang
dipisahkan

oleh

serambi-serambi.

Gua

merupakan

tempat

pemukiman yang umum pada sekitar abad 34/33 SM bagi


masyarakat makmus (petani/tukang tembaga).
Dalam perlarian mereka, perlahan-lahan pun perasaan sedih
muncul di keluarga ini. Seorang suami yang kehilangan istri juga
anak-anak

perempuannya

yang

kehilangan

sosok

teladan,

sahabat, dan cinta sejati. Kematian istri Lot ini pastilah membuat
kedua anak perempuannya sangat kesepian. Di tengah kesepian,
pikiran kedua anak ini melayang pada sosok keturunan mereka.
Lot sudah semakin tua dan kedua anaknya belum juga menikah.
Tinggal di daerah pegunungan sebagai orang baru, membuat
keluarga ini tidak banyak dikenal sehingga tidak ada yang
hendak menikahi mereka. Kedua anak ini pun semakin sedih

sebab mereka sudah terbiasa melihat kebiasaan-kebiasaan di


Sodom dimana laki-laki pergi menghampiri perempuan dan
kemudian menikahinya. Mereka kemudian menyadari bahaya
yang mengancam mereka, yakni kehidupan keturunan Lot akan
lenyap.
Mereka

putus

asa

mengenai

masalah

keturunan

ini,

sehingga akhirnya solusi mengenai keturunan itupun timbul


dalam pikiran mereka. Melihat bahwa tidak ada kemungkinan
bagi mereka untuk beroleh ketutunan dari laki-laki lain, maka
mereka menaruh damba kepada satu-satunya laki-laki yang ada
di dekat mereka, yakni Lot, ayah mereka sendiri. Bagi mereka, ini
bukanlah

kejahatan

melainkan

hasrat

untuk

menyambung

keturunan. Melalui hal ini timbul rencana persetubuhan dengan


ayah

sendiri,

rencana

pembuatan

keturunan

ras

murni,

keturunan yang dihasilkan dari hubungan sedarah. Menurut adat


istiadat Moad dan Amon, hal ini tidaklah menyimpang sama
sekali, melainkan menyatakan penghormatan setinggi-tingginya
terhadap darah suci. satu-Satunya cara agar mereka dapat tidur
dengan
Minuman

Lot

adalah

anggur

dengan

membuatnya

memegang

peranan

menjadi

mabuk.

penting,

Alkitab

menggambarkan anggur sebagai awal hawa nafsu sehingga


dapat memberikan kegiatan luar biasa untuk mencipta. Hal inilah
yang menggambarkan pengaruh kemabukkan yang membawa
kehancuran.
Ayat 33-35
Rencana itu langsung dilaksanakan pada malam harinya.
Anggur telah diminum oleh Lot sehingga mabuklah dia. Kalau
Sem dan Yafet memberi selimut untuk menutupi aurat Nuh yang
tidur telanjang karena mabuk, si sulung ini justru menanggalkan
pakaian ayahnya dan memberikan dirinya dihamili oleh laki-laki
yang sedang mabuk itu. Dalam kemabukkan, Lot menjadi lupa
diri dan sangat berahi sehingga ia bertindak diluar kesadarannya.

Mengetahui bahwa si sulung telah tidur dengan ayah


mereka, maka sekarang giliran si bungsu. Lot pun dimabukkan
dan untuk kedua kalinya ia bertindak diluar kesadaran dan tidur
dengan si bungsu.
Ayat 36-38
Tujuan dari kedua putri Lot akhirnya tercapai. Mereka
mengandung anak dari ayah mereka. Penciptaan keturunan ras
murni berhasil. Lahirlah suatu keturunan yang besar dan
sombong. Andaikata Lot sadar, tentu saja ia tidak akan setuju
dengan hal ini. Lot yang jujur dan suci akhirnya menjadi begitu
lemah sehingga ia berada dalam kuasa kedua putrinya.
Si sulung melahirkan anak laki-laki, Moab namanya. Sebuah
nama yang memiliki permainan kata Ibrani, Moav yang artinya
berasal dari bapa. Dikemudian hari, dialah bapa dari bangsa
Moab. Bangsa yang menyembah berhala dan selalu bermusuhan
dengan orang Israel. Suatu bangsa yang tidak boleh masuk
jemaah Tuhan sampai selama-lamanya (Ul. 23:34, Neh. 13:1-2).
Si bungsu juga melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi
nama Ben-Ami. Masa depan nanti, dialah bapa Bani Amon.
Dalam kata Ibrani, Ben-Ami berarti anak laki-laki dari orangorangku (putra persaudaraanku). Bangsa inipun menjad musuh
Israel, meskipun mereka bertetangga.
Moab dan Amon adalah anak sekaligus cucu bagi Lot.
Berabad-abad kemudian, Ratu Syeba berkunjung kepada Raja
Salomo dan mengarang sebuah teka-teki. Seorang perempuan
berkata kepada anaknya, ayahmu adalah ayahku dan kakekmu
adalah

suamiku,

engkau

adalah

anakku

dan

aku

adalah

kakakmu. Siapakah perempuan itu? Raja Salomo menjawab,


Putri Lot.

KEJADIAN 19:30-38 LOT DAN KEDUA ANAKNYA PEREMPUAN


(KAJIAN NARATIF)
Tersisa mereka bertiga, keluarga kecil yang terdiri dari ayah
dan kedua puterinya. Tinggal di dalam liang besar di kaki gunung
Lot, putri sulungnya, dan putri bungsunya. Puteri kedua Lot,
sang kakak, melayangkan pandangannya ke sekeliling gua,
dihitungnya

jumlah

manusia

yang

bersama

dengannya.

Pikirannya melayang, membayangkan masa depan, tentang


sebuah garis keturunan. Benih sang ayah, berhenti padanya dan
adiknya. Ia tak mau menunggu kedatangan seorang lelaki,
rasanya mustahil untuk menemukan liang kaki gunung ini.

Si

sulung terisolasi oleh lingkungan dan harapan. Ketika Lot


mencari kayu bakar untuk perapian, si sulung berbisik,
Adikku, ayah sudah tak muda lagi, lihat dimana kita tinggal
(situasi gua pada umumnya, terlebih khusus di Palestina), tidak
ada laki-laki di negeri ini yang dapat mendekatkan diri denganku
atau dengan mu, kita tidak dapat merasakan kebiasaan anak
perempuan kota tempat ini pada umumnya. Aku mengajakmu
untuk mengikuti saranku, kita sajikan anggur untuk ayah,
dengannya ia akan menjadi mabuk, lalu kita memejamkan mata
dengannya, ingat adikku, supaya garis keturunan ayah tidak
terputus sampai disini, namun terus dilanjutkan, walaupun dari
rahim anaknya sendiri.
Setelah mencari kayu untuk perapian, Lot kembali ke gua.
Sang adik menuangkan anggur ke dalam cawan, sang kakak
mengantarnya pada sang ayah. Anggur merupakan minuman
pengganti air, sudah menjadi hal yang biasa di palestina untuk
meminum anggur setiap hari. Namun lazimkah kalau berkali-kali
hingga Lot mabuk?
Dengan
langkah yang tak teratur, Ayah dari kedua
perempuan itu beranjak menuju tempat peristirahatan. Dibalik
serambi

yang

mengantara

ruangan,

kedua

kakak

beradik

berunding siapa yang akan memasuki ruang peristirahatan sang

ayah terlebih dahulu. Tanpa kata, sang Kakak memelas pipi sang
adik,

sambil

tersenyum

ia

mengangguk,

kemudian

ditinggalkannya adiknya dan melangkah masuk ke tempat


peristirahatan. Yayin itu diteguk berkali-kali, sampai yayin itu
memabukan Lot sehingga masuk dan keluarnya si sulung dari
ranjangnya tak diketahuinya.
Ketika fajar menampakan diri dari langit timur, si sulung
keluar dari tempat peristirahatan ayahnya, rencananya berjalan
dengan lancar. Maka ditemuinya sang adik lalu berkata,
Rencana kita berjalan sempurna. Tadi malam aku telah
tidur dengan ayah, kali ini giliranmu untuk melakukannya.
Lakukanlah ini untuk menyambung keturunan dari ayah.
Ketika fajar membenamkan cahaya di langit barat, cawan
telah tersedia di atas meja, yayin telah siap untuk ditumpahkan.
Lot baru saja kembali dari kesibukkannya di desa dekat
pegungan tempat mereka tinggal. Dengan tangan kanannya,
sang kakak mengambil cawan itu, tangan kirinya mengambil
wadah

berisikan

anggur.

Makan

malam

pun

tiba,

kakak

menuangkan anggur perlahan sampai cawan hampir penuh. Adik


mengambil cawan itu, diserahkannya kepada Lot,
Minumlah anggur ini ayahku, setelah engkau berlelah
dengan kerjamu.
Lot terkesan dengan perlakuan anak anaknya, kembali
sang kakak menuang dan sang adik menyerahkannya pada Lot.
Kembali berulang-ulang sampai Lot menyandarkan kepadanya
dimeja makan, ia mabuk. Si bungsu mengiringnya ke tempat
peristirahatannya. Rencana itu berlanjut.
Seiring berjalannya waktu, rahim kedua perempuan itu
mengandung benih dari ayah mereka, Lot.
Beberapa abad kemudian, disebelah timur laut mati, antara
Wadi Arnon dan Wadi Zered, bahkan jauh ke utara. Sebuah
kerajaan berdiri dengan benteng-benteng kecil yang dibangun
strategis disekeliling perbatasannya. Kerajaan itu diorganisir
dengan sangat rapi, dengan pertanian dan peternakan yang baik,

ada bangunan-bangunan indah disana, banyak keramik yang


khas.
Dari ayahku Mo avi Begitulah nama yang terukir di
pintu gerbangnya.
Suatu kali, pernah

kerajaan

itu

cemburu

dengan

tetangganya, Israel. Bahkan sang Feodal, sang raja, Balak


namanya, menyuruh seorang bernama Bileam untuk mengutuki
tetangganya itu. Pernah juga ketika pasukan Israel berkemah di
dataran Moab, datang wanita penyembah berhala dari negeri itu
untuk menggoda (Bil 22:1; Yos 3:1, Bil 25; Hos 9:10), Kerajaan ini
lahir dari garis keturunan Lot, dari rahim puteri pertamanya.
Amon (ammon), dipandang sebagai sanak keluarga Israel,
yang diperlakukan mereka dengan baik (Ul 2:19) .Pada zaman
Israel keluar dari Mesir, Israel tidak meyerang Amon (Ul 12:19,
37, Hak 11: 15). Namun demikian , orang Amon dikutuk karena
ikut dengan Moab mengupah Bileam, dilarang masuk jemaat
TUHAN hingga generasi ke 10. Pada zaman hakim hakim, orang
Amon membantu Eglon raja Moab untuk menaklukan daerah
Israel. Agama mereka memengaruhi beberapa orang Israel (Hak
10:6). Beberapa orang Amon bersahabat dengan Daud, misalnya
Sobi anak Nahas, yang merawat Daud ketika lari dari Absalom (2
Sam 17:27, 29), dan Zelek, salah seorang dadri antara 30 orang
kuat Daud (2 Sam 23:37; 1 Taw 11.39).
Adapun sebuah bangsa, yang diperkenalkan Musa sebagai
saudara bangsa yang dipimpinnya (Ul 2 : 19) Ketika keluar dari
Mesir,

sang

saudara

(israel)

tidak

menyerang

saudaranya

(Amon). Namun sayang, bangsa yang diakui sebagai saudara,


turut bersekongkol dengan keturunan kakaknya yang suka
bersekongkol, untuk mengutiki bangsa yang menganggapnya
saudara (israel). Bahkan di zaman hakim hakim, bangsa yang
dianggap saudara ini, menyerang saudaranya bersama dengan
kakaknya (Moab). Namun ketika Daud dari Absalom, Sobi dan
Zelek (keturunan Amon) membantunya dalam kesukarannya.

Inti Teologi:

Zoar adalah salah satu kota di lembah Yordan. Atas permintaan Lot sendirilah
(ay 20) kota Zoar itu diizinkan Allah sebagai tempat pelindungannya (ay 21).
Namun karena ketakutannya Sebab ia tidak berani tinggal di Zoar ia pun

meninggalkan kota perlindungan yang Allah berikan padanya.


Selama manusia tidak percaya akan kekuasaan Allah, ia akan selalu
meragukan bahkan takut menjalani kehidupannya. Jaminan perlindungan
telah Allah berikan kepada Lot, namun karena ketakutan-nya ia pun
meragukan kuasa Allah serta pergi mencari perlindungannya sendiri.
Memisahkan diri dari penyertaan Allah bukanlah pilihan yang benar, karena
diluar penyertaan Allah manusia hanya akan dikelilingi oleh dosa yang siap

membinasakannya.
Selain ketakutan, kegelisahanpun menghampiri keluarga Lot. Menyadari
bahwa di tempat itu tidak ada satu orang laki-laki pun yang akan
menghampiri mereka sebagai suami, kedua putrid Lot pun mencari jalan
keluar (=diluar kehendak Allah). Bersundal dengan ayahnya adalah satu-

satunya jalan yang dipilih untuk menyambung keturunan.


Memisaahkan diri dari perlindungan Tuhan, membuat manusia semakin
dangkal dalam mengambil keputusan.

KEJADIAN 22:1-19 KEPERCAYAAN ABRAHAM DIUJI


(ANALISIS LEKSIKAL-SINTAKSIS)
Pokok Pikiran:
Ay. 1-2 Perintah Allah bagi Abraham
Ay. 3-10 Abraham
melaksanakan
perintah

Allah

(Ishak

dipersembahkan)
Ay. 11-14 Abraham mengorbankan domba ganti Ishak
Ay. 15-19 Sumpah Allah akan janji berkat-Nya untuk Abraham
Analisis Historikal:
Perikop ini ditulis oleh sumber Elohist (E) sekitar abad ke-9,
antara tahun 800-700 SM. Cerita ini hendak menerangkan asalusul suatu nama tempat dan suatu upacara adat. Penamaan
tempat oleh Abraham mencirikan suatu tempat suci atau tempat
ibadah. Tempat tersebut adalah tanah Moria yang kemudian
disangka sebagai selipan, dengan maksud menyita cerita itu
untuk tempat suci Yerusalem. Sangat mungkin nama tempat suci
asli sengaja dihilangkan.
Cerita ini juga menerangkan penggantian korban manusia
(yang dilakukan di beberapa tempat suci Kanaan) dengan korban
binatang (kambing dan domba) dalam agama Israel. Taurat Musa
di kemudian hari menentang dengan keras pengorbanan anakanak Israel dan mencapnya sebagai upacara ibadah kafir.
Pengorbanan anak-anak yang kadang-kadang timbul juga di
Israel, selalu dinyatakan sebagai kekafiran yang utama.
Meskipun Israel menolak pengorbanan anak-anak, namun
masih ada kesadaran, bahwa anak sulung adalah kepunyaan
Allah. Suatu undang-undang yang sangat tua memerintahkan,
Yang

sulung

dari

anak-anakmu

lelaki

haruslah

kau

persembahkan kepada-Ku.
Dengan demikian, cerita ini bermaksud untuk membenarkan
bahwa di suatu tempat suci dimana seharusnya dikorbankan
anak-anak

manusia,

harus

diganti

dengan

domba

jantan.

Binatang menjadi wakil manusia dan mengalami kematian ganti


manusia.

Tafsiran:
Ayat 1-2
Setelah dalam KBBI berarti sesudah. Setalah semua ujian,
tantangan, dan janji yang diberikan kepada Abraham, Allah
menguji iman Abraham. Alkitab membedakan cobaan dan ujian,
sekalipun untuk cobaan sekali-kali dipakai perkataan ujian.
Cobaan adalah pekerjaan setan dengan maksud menggelincirkan
manusia ke dalam dosa. Ini tidak mungkin dilakukan Allah.
Menguji

adalah

pekerjaan

Allah

dengan

maksud

untuk

meneguhkan kepercayaan kita dan supaya kita yakin akan iman


kita dari hasil ujian itu. Kata Ibrani niss, mencoba, menunjuk
kepada ujian yang akan mengungkapkan iman Abraham dengan
cara yang tidak dapat dilakukan oleh bentuk ujian yang lain.
sebenarnya kalau di pikir kembali tidaklah mungkin karena Allah
memberikan janji kepada Abraham untuk mendapat keturunan
namun Dia sendiri yang mminta untuk mengorbankan anak
Abraham.
Pada ayat 2 Allah mengatakan untuk mengambil anaknya
yang tunggal. Padahal Abraham memiliki lagi seorang anak yaitu
Ismael. Namun Allah mengatakan bahwa anak Abraham yang
tunggal yang berarti hanya 1. Mungkin karena Ismael yang sudah
diusir dari Abraham bersama Hagar. Allah meminta Abraham
membawa

Ishak

ke

tanah

Moria.

Tanah

Moria

(erets

hammoriyya) letaknya kurang jelas. Anak tunggal, sulung atau


anak terkasih adalah korban tertinggi yang dipersembahkan
orang Kanaan untuk meredakan murka para dewa. Tapi, bentuk
perintah yang diberikan Allah untuk mengorbankan Ishak adalah
ujian kepada Abraham, setelah ia yang telah mendapatkan Ishak
sebagai anaknya seperti yang sudah dijanjikan Allah dalam 25
tahun lamanya dengan penantian yang sangat panjang. Anak
tunggal, sulung atau anak terkasih adalah korban tertinggi yang

dipersembahkan orang Kanaan untuk meredakan murka para


dewa.
Ayat 3-10
Tanpa

bertanya-tanya

akan

perintah

Allah,

Abraham

langsung pergi dan menaati perintah Allah kepada Nya. Ada


sikap yang begitu taat kepada Allah yang ia tunjukkan dan sikap
yang begitu mempercayai seutuhnya kepada rencana Allah. Ia
membawa serta bujangnya. Ini menandakan bahwa janji yang ia
terima juga termasuk dengan seluruh isi rumahnya yang
didalamnya

juga

ada

semua

bujangnya.

Abraham

mempersiapkan segala sesuatu yang ia butuhkan. Lalu dia pergi


ketempat yang Allah perintahkan.
Pada tiga hari perjalanan

Abraham,

ia

melayangkan

pandangannya dimana tempat yang akan dia tuju sudah


kelihatan dari jauh. Mungkin tempat itu ada di atas gunung atau
bukit.

Tidak

dikatakan

bahwa

Abraham

mengeluh

dalam

perjalanannya yang cukup jauh dan memakan beberapa hari.


Abraham

meminta

kedua

bujangnya

untuk

tetap

tinggal

ditempat itu dan berjanji akan kembali kepada mereka. Namun


Abraham tidak berkata bawha ia akan mengorbankan Ishak,
anaknya. Ishak membawa kayu dan ini menunjukkan bahwa ia
tidak besar lagi. Itu berarti bahwa Ishak sudah tahu apa tujuan
dari membawah kayu bakaran, pisau dan api yaitu untuk
melakukan korban bakaran namun selama di perjalanan Ishak
tidak bertanya siapa yang menjadi korban bakarannya. Disini
juga mungkin penulis ingin menunjukkan sikap Ishak yang taat
akan bapanya selaku orang tuanya. Tiba-tiba Ishak bertanya
siapa yang akan menjadi korban bakaran tersebut. Abraham
langsung menjawab bahwa Allah yang akang menyediakannya.
Abraham tidak mengatakan bahwa ishaklah yang akan menjadi
korban bakaran.

Disatu sisi dilihat bahwa Abraham berdusta, namun disini


juga menunjukkan bahwa Allah mampu menyediakan dan
mengurus

hal-hal

ini.

Abraham

belum

mengetahui

bahwa

nantinya bukan Ishak yang akan menjadi korban bakaran, namun


dia mengimani bahwa Allah akan menyediakan apapun yang
perlu dengan cara dan waktuNya. Setelah mereka sampai,
Abraham mendirikan mendirikan mezbah yang akan digunakan.
Putra yang sangat ia kasihi sudah terikat dan terlentang di atas
kayu api. Menandakan bahwa Ishak sudah sia dipersembahkan.
Sebenanrnya bisa saja Ishak yang sudah dewasa dapat dan
mampu melawan Abraham namun itu tidak ia lakukan. Anak
domba untuk korban bakaran: di zaman kuno, orang beribadat
dengan

mempersembahkan

kurban

yang

dibakar.

Dengan

persembahan ini, hubungan antara manusia dan Allah dipelihara,


dipulihkan, atau dirayakan. Dalam cerita ini, Abraham siap
mempersembahkan anak yang dijanjikan Tuhan sebagai kurban
bakaran. Kurban dipersembahkan oleh setiap kepala keluarga,
sebelum

adanya

Taurat

yang

memerintahkan

kurban

dilaksanakan oleh imam.


Ayat 11-14
Saat Ishak sudah siap untuk dikorbankan, Malaikat Tuhan
memanggil Abraham dan memerintahkan Abraham untuk jangan
membunuh anak itu.Malaikat (KBBI) adalah makhluk Allah yang
taat yang punya tugas khusus dari Allah.Malaikat adalah
pembawa pesan dari Allah kepada bapa-bapa leluhur, dari
Bahasa Ibrani Malakh, pesuru Allah lebih dari manusia. Malaikat
Allah, alat langsung dari kehendak-Nya tak bernama dan hampir
pribadi tak nampak.
Disini Allah telah melihat bahwa Abraham begitu taat
kepadaNya

dan

takut

akan

Allah

karena

dia

rela

mau

memberikan Ishak anaknya yang sangat ia kasihi untuk menuruti


perintah Allah. Dan tiba-tiba Abraham melihat domba jantan

setelah ia melayangkan pandangannya dan menjadikan domba


tersebut sebagai pengganti korban anaknya. Domba adalah
binatang jinak dan bersih.Sepertinya sebuah kebetulan namun
dipercayai bahwa itu disediakan Allah. Lalu Abraham menamai
tempat itu dengan Tuhan menyediakan. Diatas gunung Tuhan
akan disediakanteks

bagian terakhir ayat 14 ini tidak pasti.

Terjemahan Indonesia ini menurut terj Yunani. Dalam naskah


Ibrani terbaca: di atas gunung Tuhan Ia memperlihatkan diri.
Ayat 15-19
Untuk kedua

kalinya

Malaikat

Tuhan

berkata

kepada

Abraham. Allah bersumpah bahwa Ia akan memberkati Abraham


dengan berlimpah-limpah dan membuat keturunannya sangat
banyak dan akan menduduki kkota-kota musuh, dan melaluinya
semua bangsa akan mendapat berkat. Dan karena ketaatan
Abraham kepada Allah, maka Allah mengulangi janji-Nya dengan
sumpah untuk memberi keyakinan yang baru, yang lebih teguh
kepada Abraham. Janji yang diperbarui oleh Allah adalah janji
ketika Abraham dan keturunannya akan dipergunaka Allah
sebagai alat berkat bagi segala bangsa. Sumpah dalam KBBI
pernyataan yang diucapkan secara resmi, pernyataan disertai
tekad dan menguatkan kebenarannya dan janji ataur ikrar yang
teguh. Abraham kembali kepada bujang-bujangnya dan pergi ke
Bersyeba dan Abraham tinggal disitu. Namun penulis tidak
mengatakan kemana Ishak pergi, apakah bersama dengan
Abraham atau tidak.
KEJADIAN 22:1-19 KEPERCAYAAN ABRAHAM DIUJI
(KAJIAN NARATIF)
Setelah

keajaiban

itu

datang,

dikemudian

hari,

Allah

mengerjakan sesuatu untuk mengetahui keadaan Abraham, Ia


menguji kesetiaannya. Lalu Allah berfirman kepadanya,
Abraham.
Abraham mengenal suara itu, suara yang menyapanya kala
ia di Haran, suara yang menguatkannya kala ia takut akan

masalah keturunan, suara dari El- Shadai, suara yang pernah


didengarnya di dekat pohon Tarbantin di Mamre, suara yang
menyampaikan keluh kesah Sodom dan Gomora. Ia datang
kembali. Ada apa?
Ya Tuhan..
Jawaban Abraham bukan lagi seperti para penyembah
berhala dari barat Mesopotamia, jawabnya merupakan sebuah
pengakuan yang sederhana dan mendalam, bahwa suara itu
adalah El yang di sembahnya, suara yang dipanggilnya kala ia
mendirikan kemah antara Betel dan Ai. FirmanNya,
Pergilah ke tanah Moria dengan Ishak, anakmu yang
tunggal, yang sangat kaukasihi. Di situ, di sebuah gunung yang
akan Kutunjukan kepadamu, persembahkanlah anakmu sebagai
kurban bakaran kepada-Ku
Suara itu hilang, Abraham tak berani mengucapkan kata.
Suara yang lain terdengar dari arah belakang, suara tawa dari
seorang anak kecil. Abraham tak berani menoleh ke belakang
dan menatap wajah yang tertawa itu,
Ishak, anakku.
Langit malam menghempaskan bintang-bintang yang tak
terhitung jumlahnya. Abraham merenung.
Ishak adalah darah dagingku, satu dalam sebuah tempat
tinggal, keluarga kami punya adat kebiasaan dan hukum. Aku
bertanggungjawab atas suku-ku (sebet), puak-ku(mispakha),
bahkan keluargaku (bait). Kesatuan ini dapat kujaga, ketika aku
melindungi tiap-tiap pribadi dalam kemahku.
Aku tahu, aku bapa dari keluarga, punyai otoritas dalam
rumahtangga,

bahkan

lebih

dari

itu,

aku

mempunyai

tanggungjawab untuk melindungi dan menghidupi isteri dan


anakku. Aku go-el bagi mereka, bagi anakku Ishak, bisakah aku
bertanggungjawab sebagai go-el, sebagai bapa av , saat aku
mempersembahkan

Ishak?

Aku

semestinya

menjadi

go-el

haddam (penuntut darah), justru aku yang penumpahkan darah.


Ya TUHAN, bintang-bintang ini mengingatkanku akan janjiMu,

tentang keturunan. Bisakah itu terjadi tanpa Ishak, anak yang


kau janjikan?
Deru angin
penudung

malam

kemah.

sesekali

Abraham

mengangkat

duduk

terdiam,

lipatan
ia

tak

kain
ingin

membangunkan sarah ditenda sebelah, apakah reaksinya kala


mendengar ini semua? Tiba-tiba Abram mengingat kembali suara
TUHAN yang menyapanya beberapa waktu yang lalu, namun
seketika

itu

juga

ia

teringat

suara

tangisan

bayi

yang

membuatnya dan Sara tertawa kala pertama kali melihatnya.


Suara manakah yang harus diikutinya?
Janganlah takut, Abram, Akulah perisaimu upahmu akan
sangat besar.
Seketika itu juga Abraham terbangun dari tidurnya, tak
disadarinya, deru angin malam mengantarnya dalam tidur. Langit
berbintang,

berubah

menjadi

jingga.

Abraham

menangkap

cahaya mentari di kaki langit timur. Menyadari pagi hari telah


tiba, Ia menuju ke tempat ternak-ternaknya ketika bujangbujangnya memberi makan ternak-ternaknya. Langkah Abraham
terhenti

di

depan

seekor

keledai,

dipasangnya

lampik

di

punggung keledai. Ternak ini mampu menempuh perjalanan 30


km sehari, keledai merupakan alat transportasi bahkanpun alat
angkut utama bagi para kaum nomaden.
Panggilah Ishak untukku, dan kalian, tetaplah bersamaku.
Dibelahnyalah kayu untuk persiapan mezbah korban
bakaran, ketika kayu sudah selesai dibelah, mulai berjalanlah
mereka, bergerak maju menuju ketempat yang ditentukan Allah.
Sudah merupakan kebudayaan di Israel Kuno yang
dinamakan bet-ab rumah tangga leluhur rumah tangga Bapa.
Didalam rumah tangga ini, isteri, budak budak dan hewan
ternak dianggap merupakan benda bergerak, dan tak bisa
disalahkan lagi bahwa otoritas tertinggi ada pada sang ayah,
bapa keluarga. Keputusannya adalah sah, hanya bisa dibatasi
aturan dan adat. Adakah sumbangsi pikiran atau sedikitnya

salam perpisahan untuk Sarah? Sarah memilih untuk diam,


karena memang harus diam.
Hari ke tiga, tiga merupakan angka yang sering dipakai
dalam Perjanjian Lama, Banyak agama kuno yang menganggap
tiga sebagai angka Ilahi. Kepenuhan dan totalitas. Dihari ketiga
itu, setelah 80km ditempuh, ketika Abraham mengarahkan
penglihatannya dengan tetap dan kosisten, kelihatanlah

tanah

Moria (erets hammoriyya) itu dari jauh.


Tetaplah berada disini dengan keledai ini, aku beserta anak
ini akan pergi ke sana; kami akan sembahyang, sesudah itu kami
(kenapa harus menggunakan kata kami apabila nanti Abraham
mempersembahkan Ishak?) kembali kepadamu,ujar Abraham
kepada hamba-hambanya,
Ia tak ingin hamba-hambanya ikut serta bersamanya dan
anaknya Ishak

dan menjadi saksi atas pengorbanan tersebut

(Gunkel), sekalipun mereka ikut, sebagai seorang hamba, apalah


yang harus mereka perbuat? Melawan tuannya? Memberontak?
Mereka tak punya hak itu, selain tunduk dan diam. Abraham tak
perlu dibantu
Biarkan aku sendiri, perintah ini berlaku untukku, ujarnya
dalam hati.
Bahkan untuk menyembunyikan hal tersebut Abraham
menyertakan kata kami dalam kalimatnya kepada hambahambanya.
Disisi lain, nampak iman yang besar dari Abraham, bahwa
Allah yang telah membawa begitu banyak perkara yang ajaib di
dalam kehidupannya adalah Allah yang tak akan membiarkan
anak yang merupakan anak yang dijanjikanNya kepada Abraham,
terbunuh di Moria. Ia percaya kami atau mereka berdua akan
turun dari Moria dan menemui kembali kedua bujangnya.
Ketika Abraham membuka ikatan yang berisikan potonganpotongan kayu di punggung keledai itu, tergerak hati Ishak, lalu
katanya,
Bapa, bisakah aku membantumu ?

Keibahan hati sang anak, teresapi di hati sang ayah. Maka,


Abraham tersentuh dengan niat baik sang anak, ia pun
memikulkan potongan-potongan kayu itu di pundak Ishak.
(Seperti sebuah kisah legendaris di perjanjian baru, ketika Anak
Manusia memikul sebuah kayu salib di atas bahunya). Jalan yang
berbatu, merupakan medan yang harus dilalui, sesekali Ishak
tersandung, namun disaat itu pula Abraham menopangnya.
Ishak melihat sekelilingnya, hanya Bapanya disampingnya,
jalan berbatu, kayu-kayuan dipundaknya, api (semacam alat
penyulut api) dan pisau ditangan sang ayah. Ishak telah terbiasa
dengan berbagai macam alat ini. Ia teringat dengan pengajaran
ayahnya,

cerita-cerita

yang

menguatkan

hatinya,

tentang

keajaiban yang dilakukan TUHAN, dan tentang persembahan


kepada TUHAN. Sebagai ahli waris, ia tentu telah dipersiapkan
dengan

memberikan

pengajaran-pengajaran

yang

berkaitan

dengan hal-hal itu, ia harus belajar sedikit-demi sedikit agar


supaya ia makin siap, dan siap ketika Abraham tiada. Kayukayuan untuk mendirikan mesbah, pisau untuk menyembelih,
api untuk membakar.
Namun..
Bapa,
Sapaan itu merupakan sebuah pengakuan, gambaran sosok
Abraham
disamping

dalam

perspektif

Ibu ketika

ia

Ishak,

seorang

dilahirkan, sapaan

yang

berada

begitu sopan,

menggambarkan ketundukan Ishak kepada sang Bapa.


Ya anakku,
Jawaban itu merupakan pengakuan, gambaran sosok Ishak
dalam perspektif Abraham, bukti dari sebuah penantian yang
terbentuk oleh darah dan dagingnya. Sapaan itu begitu hangat,
menggambarkan kasih sayang seorang ayah kepada anaknya.
Di sini sudah ada api dan kayu, tetapi di mana kah anak
domba untuk korban bakaran itu?
Abraham menghentikan langkah

kakinya,

Ishak

ikut

berhenti. Di pandangnya puncak Moria yang makin terlihat,

sudah dekat, tak lama lagi. Kemudian, Abraham memalingkan


pandangannya kepada Ishak, matanya berkaca, ia tak mampu
menjelaskannya sementara Ishak masih menunggu sebuah
jawaban.
Ada apa Bapa? Mengapa matamu berkaca? Apakah aku
menyedihkan hatimu?
Abraham memandang ke atas, mengorek kembali peristiwaperistiwa yang dialaminya bersama El-Shadai, mengumpulkan
pengharapan dan kepercayaan. Di pandangnya Ishak, tangan
kanannya menyentuh pundak Ishak. Kemudian dengan iman
Abraham berkata,
Allah yang akan menyediakan anak domba untuk korban
bakaran bagi-Nya anakku.
Ishak tersenyum kagum, ia kagum akan kepercayaan
bapanya kepada Allah,begitu menginspirasi bahkan seperti
modal perilaku baginya sebagai pewaris.
Kemudian mereka kembali melangkah, berjalan bersama
menuju puncak Moria.
Ketika Abraham dan Ishak sampai ke tempat yang dikatakan
Allah kepadanya, dikumpulkannya batu batu disekitarnya untuk
membentuk fondasi mezbah, disusunnya beberapa kayu bakar
yang

disediakannya.Mezbah

yang

didirikannya

telah

jadi,dilayangkannya pandangannya pada Ishak yang sedang


duduk beristirahat, Ishak menangkap pandangan Abraham, ia
kemudian mengorek kantong perbekalan mereka, ia bangkit dan
menuju pada bapanya sambil membawa buyung (kad) air.
Engkau lelah bekerja membangun mezbah ini, minumlah
air ini bapa.
Abraham mengambil buyung itu, namun diletakannya di
tanah.
Anakku, Ishak, anakku yang tunggal, yang ku kasihi.
Didekapnya Ishak dalam pelukannya,
Bapa.. di manakah domba yang disedikan Allah?
Abraham diam sejenak, dipandangnya anaknya dan berkata,
Anakku, Allah memerintahkanku untuk mengorbankanmu.
Engkaulah yang akan dikorbankan.

Ishak belum sepenuhnya memahami hal yang dihadapinya,


namun ia sudah cukup besar untuk memahami

iman dari

ayahnya, ia memahami ketaatan bapanya kepada Allah melalui


cerita-cerita iman yang diceritakan sang bapa kepadanya.
Bapa, walau seharusnya domba yang engkau korbankan di
atas

mezbah,

namun

apabila

Allah

yang

memerintahkan

anakmulah, yakni aku yang engkau korbankan di atas mezbah,


lakukanlah. Aku belajar dari tentang ketaatan seperti cerita yang
sering engkau ceritakan, bahkan hari ini aku melihat secara
langsung bagaimana imanmu dan ketaatanmu itu, akupun
belajar untuk taat sepertimu, maka bapa korbankanlah aku.
Anakku yang kukasihi.
Inilah alasan mengapa Ishak tidak memberontak kala diikat
dan diletakan Abraham diatas mezbah. Ia belajar untuk taat,
seperti bapanya yang taat kepada Allah.
Ketika Abraham mengulurkan tangannya di atas Ishak,
menggambarkan sebuah kalimat kepada Allah,
Ya Allahku, inilah Ishak, anak tunggalku, yang kukasihi,
berkenanlah engkau atasnya.
Kemudian berabad-abad kemudian, kita melihat, bahwa
langkah ini merupakan langkah yang digunakan para imam untuk
sebelum menyembelih korban bakaran.
Setelah kedua tangan diulurkan, tibalah saatnya bagi sang
bapa

untuk

kanannya

menumpahkan

diletakan

diatas

darah
kepala

Ishak,
Ishak,

anaknya,

tangan

tangan

kirinya

menggenggam sebuah pisau. Ishak merasakan getaran tangan


sang ayah, Abraham merasakan linangan air mata dibawah
tangannya.
Ketika pisau itu hampir menyentuh

kulit Ishak, terdengar

sebuah suara, terdengar begitu nyaring, sehingga memalingkan


perhatian Abraham seakan-akan mencegat apa yang dilakukan
Abraham. Namun suara itu tak asing lagi baginya.
Abraham, Abraham , Ia berfirman lagi, El Shaddai.
Ya, Tuhan.

Jangan kau bunuh anakmu itu dan jangan kau apa-apakan


dia , sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan
Allah, dan

engkau

tidak

segan-segan

anakmu yang tunggal kepada-Ku


Tangan
Abraham
gemetar

untuk

menyerahkan

mendengar

suara

itu,

dipandangnya Ishak, anaknya itu, sang bapa segera membuka


ikatan-ikatan ditubuh anaknya, Ishak. Didekapnya erat putera
sulungnya itu, air matanya tak bisa ia tahan, sambil menadahkan
tangannya, ia memandang ke langit, dengan suara yang nyaring
Abraham mengucapkan kalimat-kalimat syukur kepada Allah,
sampai suatu suara mencuri perhatiannya, terdengar dari arah
belakang, suara ternak yang mengembing, ketika Abraham
menoleh ke belakang ia melihat domba
tumbuhan

kayu-kayuan

yang

kecil

itu terjebak diantara


dan

rendah.

Maka

diambilnyalah domba itu dan dipersembahkan kepada Allah.


Setelah ia mempersembahkan domba itu, dipandanginyalah
daerah itu, dan tentramlah hatinya ketika mengingat peristiwa
yang

baru

dialaminya,

bahwa

Allah

selalu

memerhatikan

ketaatannya dan menyediakan baginya domba ganti anak


tunggalnya.
TUHAN menyediakan. demikian nama tempat itu menurut
Abraham.
Kemudian didengarnya suara dari langit, sebuah rumusan
pembaharuan ikrar yang teguh tentang keturunannya bahwa
Ishak akan berkeluarga dan kembali mengahsilkan keturunan
seterusnya demikian, sehingga keturunan Abraham banyaknya
seperti bintang di langit, dan seperti pasir di laut, mereka akan
mengalahkan musuh dan mereka akan memperkenalkan berkat
di bumi, sehingga semua bangsa mengalaminya.
Dengan penuh kebahagiaan, Abraham turun dari puncak
Moria, ditemuinya kedua bujangnya dan bersama-sama mereka
tinggal di Bersyeba.
Inti Teologi:

Setelah semua ujian, tantangan, dan janji yang diberikan


kepada Abraham, Allah menguji iman Abraham. Cobaan adalah
pekerjaan setan dengan maksud menggelincirkan manusia ke
dalam dosa. Ini tidak mungkin dilakukan Allah. Menguji adalah
pekerjaan Allah dengan maksud untuk meneguhkan
kepercayaan kita dan supaya kita yakin akan iman kita dari
hasil ujian itu. Kata Ibrani niss, mencoba, menunjuk kepada
ujian yang akan mengungkapkan iman Abraham dengan cara

yang tidak dapat dilakukan oleh bentuk ujian yang lain.


Hasrat seorang ayah yang telah lama menantikan anak yang ia
idam-idamkan pasti sulit menerima kenyataan bahwa ia harus
kehilangan anak-nya kembali untuk memenuhi apa yang
diperintahkan oleh Tuhan Allah yang ia percayai. Namun
Abraham dengan penuh keyakinan tidak membantah perintah
Tuhan, ia benar-benar telah memahami siapa Tuhan Allah yang
menjadi sahabat karibnya itu, sehingga pengorbanan
terbesarpun rela ia berikan untuk memenuhi segala yang

diinginkan Tuhan.
Kepercayaan Abraham kepada Tuhan mendatangkan
ketenangan dalam batinnya. Sehingga hal yang sebenarnya

sukar dilakukan tetap dilaksanakannya tanpa keraguan.


Ketekunan manusia kepada Allah akan membuat manusia
melihat dengan jelas seberapa besar kuasa Allah yang nyata
dalam kehidupannya. Tanpa ragu Abraham melangkah untuk
menuruti perintah Tuhan, namun perintah tersebut hanyalah
berupa ujian bagi ketekunan Abraham. Allah yang adalah
pelindung umat manusia, melindungi Ishak yang akan
dikorbankan itu dan juga menggantikan anak itu dengan
seekor kambing domba. Mujizat-pun terjadi! Kuasa Allah jelas
menandingi batas pemikiran manusia. Dan Allah tetap
menyediakan semua kebaikannya bagi orang yang tetap
percaya dan setia kepadaNya.

KEJADIAN 24:1-67 RIBKA DIPINANG BAGI ISHAK


(KAJIAN NARATIF)
Pokok Pikiran:
Ay. 1-9 Abraham mengambil sumpah Eliezer
Ay. 10-27 Eliezer menemukan dan berkenalan dengan Ribka
Ay. 28-32 Ribka
membawa
Eliezer
bertemu
dengan
keluarganya
Ay. 33-60 Ribka dipinang Eliezer untuk Ishak
Ay. 60-67 Pertemuan pertama Ribka dan Ishak dan perkawinan
mereka
Analisis Historikal:
Cerita ini dianggap berasal dari zaman pencerahan Daud, di
waktu kepercayaan Israel dibebaskan dari pada belenggu ibadah.
Kepercayaan itu belajar menyadari dan mengenali Allah di dalam
bimbingan dan tuntunan riwayat hidup dan hati masing-masing
orang. Cerita ini dipengaruhi oleh roh dan gerakan kebijaksanaan
(hikmat).
Cerita
terhadap

ini

memperlihatkan

perkawinan,

juga

kesungguhan

tanggungjawab

bangsa
mereka

Israel
dalam

memilih anak gadis yang benar sebagai isteri yang cocok dan
sejodoh dengan seorang laki-laki
Tafsiran:
Abraham

sudah

berumur

140

tahun

dan

kejenuhan

memenuhi usianya yang terlampau tua. Di usianya yang sudah


lanjut ini, Abraham diberkati Tuhan dalam segala hal. Ia
menerima tanah tempat kuburan untuk isterinya, kepadanya
diberikan seorang anak ahli waris dan kekayaan yang begitu
melimpah. Perjalanan Abraham hampir berakhir. Namun, di masa
tuanya ini ia merasa sangat kesepian karena kepergian Sara.
Sudah beberapa tahun semenjak kematian Sara, tapi belum ada
yang mampu menghiburkan hatinya.
Tidak lama lagi aku akan mendampingimu, isteriku, Sara di
tempat peristirahatanmu yang sementara di dalam gua di
padang Makhpela, pikir Abraham.

Pikirannya kemudian melayang pada satu-satunya ahli


warisnya, Ishak. Ketika gilirannya tiba, Ishak akan kesepian dan
menjadi yatim piatu.
Ishak harus beristeri, kata Abraham spontan.
Sebelum itu menjadi kenyataan, Abraham tidak akan
meninggal dengan tenang. Sebelum Ishak mendapat seorang
isteri yang sepadan dengan hati Allah dan hati manusia, maka
disatu pihak Abraham belum boleh memenuhi kewajibannya
selaku bapa yang memelihara anaknya. Rencana pernikahan ini
harus dilakukan supaya Ishak memperoleh isteri dan supaya
perjanjian dengan Allah jangan dibatalkan dan digagalkan oleh
seorang ibu yang tidak layak untuk panggilan dan rencana Allah
mengenai Ishak.
Sesuai dengan kebiasaan Timur Tengah di zaman itu,
perkawinan diatur oleh orangtua dan anak-anak diharapkan
untuk mengikuti pilihan mereka. Dalam hal ini, perkawinan tidak
diperhitungkan sebagai ritus keagamaan, tetapi sebuah kontrak
perdata. Perkawinan adalah cara normal bagi kehidupan di
Israel selibat tidak punya status dan tidak menikah dianggap
sebagai sebuah penghinaan.
Abraham kemudian memanggil seorang hambanya yang
paling kompeten dan setia dalam rumah tangga, yang ditunjuk
sebagai pengawas atas hamba-hamba yang lain.
Eliezer! panggil Abraham.
Ya tuanku, hamba disini, sahut hamba itu.
Letakkan tanganmu di bawah pangkal pahaku, supaya aku
mengambil sumpahmu demi Tuhan, Allah yang empunya langit
dan empunya bumi, bahwa engkau tidak akan mengambil untuk
anakku seorang isteri di antara perempuan Kanaan yang di
antaranya aku diam. Tetapi engkau harus pergi ke negeriku dan
kepada sanak saudaraku untuk mengambil seorang isteri bagi
Ishak, anakku.
Eliezer bersumpah dengan menaruh tangannya di bawah
paha Abraham sebuah eufemisme untuk organ seks laki-laki.

Demi sumpah ini, Eliezer harus berangkat ke Haran, negeri dan


sanak saudara Abraham. Bertahun-tahun lamanya perjalanan itu
berawal dari Sana. Kini perjalanannya hampir berakhir dan katakata itu kembali terdengan diucapkan oleh Abraham. Pergilah
dari negerimu, dari sanak saudaramu, demikian Suara itu
berkata dulunya.
Sumpah seperti ini sesuai dengan adat yang sangat kuno
dimana ketika bersumpah seseorang harus memegang kemaluan
(auratnya) orang yang memegang sumpahnya. Dasar untuk
unsur adat sumpah itu adalah tanggapan bahwa kemaluan
merupakan barang yang suci dan yang berkuasa sakti, sehingga
dengan memegangnya terjaminlah kekuatan dan berlakunya
perkataan sumpah itu. Pada latar belakang adat-sumpah ini
terdapat kepercayaan akan kesucian dan kekuasaan sakti
perkelaminan (kesuburan), tetapi dalam hubungan janji Allah
mengenai keturunan Abraham.
Abraham tidak menginginkan seorang mantu dari Kanaan.
Sebab jikalau perbedaan antara si suami dan isteri terlalu besar
dalam hal adat dan kebiasaan, maka si suami tidak sanggup lagi
menyesuaikan si isteri ke dalam gaya kehidupan marganya.
Orang Kanaan beragama Baal. Perkawinan dengan seorang
perempuan dan persekutuan yang begitu rapat, sehingga dalam
perkawinan

dengan

seorang

perempuan

Kanaan

selalu

bertentangan tuntutan agama Yahwe dan Baal. Calon isteri


biasanya dicari di kalangan orang-orang kenalan yang ditemui
dalam kehidupan setiap hari, namun Abraham menghendaki
isteri Ishak berasal dari tanah asalnya, yaitu Haran. Larangan ini
bukanlah

rasdiskriminasi,

melainkan

merupakan

penjagaan

terhadap kebersihan perjanjian Allah dalam kehidupan Ishak.


Eliezer kaget. Abraham adalah orang yang terpanggil
seorang

pengembara

yang

meninggalkan

segalanya

untuk

mengikut kehendak Allahnya. Dengan mempercayakan diri


kepada Suara itu, dia melepaskan diri dari Haran dan berangkat

ke Kanaan. Tetapi apakah ada seorang perempuan yang juga


merasa terpanggil dan dengan penuh kepatuhan menempuh
jalan yang sama seperti yang ditempuh Abraham? Mungkinkah
ada seorang perempuan saja yang imanya sama besar seperti
Abraham? Atau mungkinkah perempuan ini masih berhubungan
darah dengan Abraham sehingga imannya juga sama dengan
Abraham?
Tuanku, mungkin saja perempuan itu tidak suka mengikut
aku ke negeri ini. Haruskah aku membawa anakmu itu kembali ke
negeri dari mana Tuanku keluar? tanya si hamba.
Keadaan kemudian tiba-tiba menjadi sepi.
Tidakkah hamba yang setia ini yang bahkan tidak bisa
kuhitung berapa lama sudah mengikut aku dan berbagi suka dan
duka bersamaku. Tidak tahukah ia apa yang didambakan
tuannya selama ini? Suara dari tempat yang tinggi, penglihatan
di kejauhan, adakah semuanya itu berlalu tanpa arti di hadapan
Eliezer? Adakah orang Damsyik itu melihatnya hanya sekedar
sebagai suatu perjalanan ke negeri yang tak bertuan? Adakah
dalam hati kecilnya dia beranggapan bahwa Ishak begitu mudah
menapaki ulang langkah-langkah Abraham untuk kembali dalam
suasana masa lampau di Haran? kata Abraham dalam hati.
Hati Abraham menjadi dingin membeku. Hanya karena sikap
Eliezer yang tidak tanggap, ataukah juga karena keraguannya
yang bangkit lagi? Kalau begitu, siapakah yang sudah gila disini?
Mungkin Eliezer benar juga, bahwa hal ini merupakan suatu
petualangan yang konyol. Adakah Allah yang memanggil?
Apakah mungkin ada satu jalan tertentu untuk dipatuhi dan
ditapaki, suatu peziarahan yang ada awalnya dan ada tujuannya?
Siapa yang mengatakan bahwa semua ini ada tujuannya?
Apakah sebaiknya aku membiarkan anak tuanku kembali
saja? ujar Eliezer.
Tidak, jangan kembali, Eliezer! Jangan sekali-kali ditempuh
jalan untuk kembali! tegas Abraham.

Bagus sekali. Hanya karena satu patah kata dari hambanya,


dan bapa orang beriman itu hampir kehilangan imannya. Pada
saat yang sama disadarinya juga bahwa bukan begitu caranya,
maka bertuturlah dia dengan tegas dalam hati.
Pujilah Tuhan, hai jiwaku, sebab kepada-Mu, ya Tuhan, aku
berharap! Jangalah lupakan segala kebaikan-Nya.
Sementara itu, dihitungnya segala kebaikannya, satu demi
satu. Sampai pada hitungan yang ketiga, bukankah itu bilangan
yang dikuduskan?
Dengarkan baik-baik Eliezer. Allah yang telah memanggil
aku dari rumah bapaku, dan dari negeriku, dan dari sanak
saudaraku, dan yang telah mengangkat sumpah demi aku: akan
Kuberikan tanah ini kepada keturunanmu. Ya, Allah itu, Eliezer
akan mengutus

malaikat-Nya

kepadamu,

supaya

dari

situ

seorang perempuan diberikan kepadamu bagi anakku.


Karena itu, Eliezer tidak perlu tawar hati. Abraham pun tidak
demikian. Dia yakin benar akan Allah. Begitu banyak kebaikan
Allah kepadanya pada masa lampau, dan itu pulalah titik tolak
masa depan. Percayalah, Eliezer!
Akan tetapi, di antara kedua perkara itu dituntut juga usaha
manusia, dalam hal ini, seorang perempuan: dia harus pergi.
Bagaimana jika dia tidak mau?
Jika gadis itu tidak mau ikut dengan engkau, maka engkau
bebas dari sumpah ini. Tapi bagaimanapun juga, jangan kaubawa
anakku itu kesana. Dan kini: selamat jalan. Kiranya Tuhan
memberkati

dan

menyertai

engkau.

Abraham

mengakhiri

pesannya.
Kemudian Eliezer meletakkan tangannya di bawah pangkal
paha Abraham, yaitu tempat benih yang diberkati.
Hamba bersumpah kepada tuanku kata Eliezer patuh.
Dengan sepuluh ekor unta dan berbagai barang berharga
kepunyaan tuannya berangkatlah ia. Unta-unta adalah kendaraan
yang paling cocok dan sesuai dengan maksud perjalanan di
gurun pasir, oleh karena unta-unta itu tahan berjalan sampai dua
puluh hari lamanya tanpa minum air. Seekor unta dapat

menempuh sampai 120 km sehari, juga kesanggupan untuk


mengangkut

beban-muatan

dari

200-250

kg.

Jika

Eliezer

berangkat dari Hebron atau Lahai-Roi yang letaknya di sekitar


Kadesh-Barnea, maka haruslah ia melewati kurang lebih 700 km
(Hebron-Paran) sampai ia tiba di Mesopotamia (Aram-Naharaim).
Dengan demikian Eliezer berada di tengah jalan antara tujuh
sampai

sepuluh

hari.

Ia

juga

membawa

barang-barang

kepunyaan tuannya, oleh karena ia berjalan mencari seorang


calon isteri tuannya maka ia pun turut membawa perhiasan
emas dan perak perempuan suka akan perhiasan.
Setibanya di Nahor, Mesopotamia pada suatu malam, Eliezer
membiarkan unta-untanya beristirahat di dekat sebuah sumur.
Tugas mengumpulkan dan mengangkut air umumnya dilakukan
oleh perempuan. Eliezer tahu hal ini bahwa pada waktu petang
hari biasanya kaum wanita dengan buyung di atas bahunya,
keluar dari kota akan menimba air di sumur itu. Sehingga ia
berhenti di dekat situ.
Tak ada seekor binatang pun yang dapat merunduk seperti
unta. Eliezer sendiri juga berlutut.
Ya Tuhan, Allah tuanku Abraham, tunjukkanlah kiranya
kasih setia-Mu. Aku berdiri disini di dekat mata air. Anak-anak
perempuan penduduk kota ini sebentar lagi akan keluar untuk
menimba air. Kiranya terjadilah begini, anak gadis kepada siapa
hambamu berkata, tolong miringkan buyungmu itu, supaya aku
minum. Dan yang menjawab, minumlah tuan dan unta-untamu
juga akan kuberi minum dialah kiranya yang Kau tentukan bagi
hamba-Mu, Ishak. Maka dengan begitu akan kuketahui bahwa
Engkau telah menunjukkan kasih setia-Mu kepada tuanku itu.
Demikian doa Eliezer kepada Allah tuannya, Abraham.
Eliezer bahkan belum sempat mengucapkan amin, lalu
datanglah seorang anak gadis, Ribka, cucu Nahor, saudara
Abraham. Dengan anggun dijunjungnya buyung itu di atas

bahunya, turunlah ia menuju sumber air dan mengisi buyungnya,


kemudian naik lagi ke atas. Eliezer lari mendapatkannya.
Miringkanlah buyungmu itu dan beri aku minum kata
Eliezer spontan.
Minumlah Tuan, dan juga unta-untamuu akan kuberi
minum sahut Ribka lembut.
Lihatlah semuanya itu!

Dengan

terampil

dibiarkannya

buyungnya itu meluncur dari lengannya dan memberikan Eliezer


minum. Dia bahkan bergegas pula untuk memberi unta-unta itu
minum. Dengan cepat turun lagi ke sumber air untuk mengisi
buyungnya lagi dengan air yang baru. Sumur di dekat Nahor ini
mempunyai

anak

tangga

di

sekitar

dindingnya

yang

menyediakan akses ke sumber air. Ribka turun ke dalam lubang


sumur untuk mengisi buyungnya, lalu bersusah payah kembali ke
atas dengan bebannya yang berat.
Karena kebaikan Ribka kepadanya,
menghadiahkannya

perhiasan

berupa

hamba

Abraham

anting-anting

emas

setengah syikal beratnya beserta sepasang gelang tangan emas


pula yang sepuluh syikal emas beratnya. Satu syikal sama
dengan 11,5 gram maka seluruh hadiahnya adalah 20,5 syikal
atau 235,75 gram emas. Anting-anting tersebut sebenarnya
adalah cincin hidung. Perempuan pada zaman Alkitab, pada
umumnya

memakai

cincin

hidung.

Cincin

ini

umumnya

berdiameter sekitar dua sampai lima sentimeter, terbuat dari


perak atau emas, dan sering bertatahkan batu mulia. Istilah
syikal menunjukkan berat emas atau perak pada cincin hidung
itu. Eliezer juga memberikan kepada Ribka dua buah gelang.
Gelang-gelang ini biasanya terbuat dari emas, perak, atau
perunggu. Kadang-kadang begitu banyaknya gelang-gelang yang
dipakai oleh seseorang sehingga menutupi hampir seluruh
bagian bawah lengannya.
Putri siapakah engkau, ceritakanlah kepadaku. Adakah
tempat bermalam bagi kami di rumah bapakmu? tanya Eliezer.

Namaku Ribka, putri Betuel. Di rumah kami banyak jerami


dan makanan unta, bahkan tempat untuk bermalam jawab
Ribka.
Ribka menawarkan rumah dan pekarangan orang tuanya
kepada

orang

asing

itu

untuk

menginap.

Disini

Ribka

menunjukkan sikap kerelaan menerima tamu secara luar biasa,


sebagaimana

terdapat

di

antara

orang-orang

pengembara

(Badui). Ada undang-undang yang tidak tertulis mengenai rumah


orang tuanya, undang-undang ini memerintahkan untuk memberi
penginapan kepada musafir dan pelancong yang lewat.
Kembali Eliezer berlutut, Terpujilah Tuhan, Allah Abraham,
yang tidak menarik kembali kasih setia-Nya dan yang telah
menuntun aku jalan menuju rumah saudara-saudara tuanku.
Eliezer begitu yakin pada Ribka, bahwa dialah perempuan
yang telah ditemukannya bagi Ishak. Kiranya kepada Ishak dan
Ribkalah diwariskan iman Abraham dan Sara, yaitu para perintis
jalan bagi keturunan yang akan datang.
Sementara itu, Ribka bergegas pulang ke rumah ibunya
ayah

Ribka

sudah

meninggal

untuk

menceritakan

pengalamannya. Dengan penuh sukacita diperlihatkannya cincin


dan gelang emas yang amat berharga itu, yang diberikan Eliezer
kepadanya.
Betapa baiknya laki-laki itu, yang kujumpai di dekat sumber
air! kata Laban.
Laban, saudaranya, yang sangat terkesan oleh perhiasan
emas dan berita kejutan itu, segera pergi ke sumber air itu.
Laban tidak pergi sebagai anak yang taat dan sopan-santun,
melainkan sebagai abang yang bertindak dan bermusyawarat
untuk adiknya perempuan selaku pengganti bapanya yang sudah
meninggal. Dengan penuh harapan dan semangat, selaku wakilbapanya dan selaku pelindung adiknya perempuan, Laban
mendekati Eliezer.

Marilah, engkau yang diberkati Allah, mengapa engkau


berdiri diluar saja, sementara aku telah menyiapkan rumah
bagimu dan juga tempat untuk unta-untamu?
Para pelayan membawakan bagi Eliezer air pembasuh kaki,
binatang-binatang itu dibebaskan dari pelananya dan mendapat
makanan

dan

jerami.

Laban

mengundang

Eliezer

untuk

bersantap malam, tetapi ditolak oleh sang tamu.


Aku tidak akan makan sebelum kusampaikan pesan yang
kubawa sahut Eliezer.
Katakanlah! jawab Laban singkat.
Eliezer mulai membuka bicara. Mula-mula diceritakannya
mengenai

perjalanan

kepadanya

sebuah

Abraham,
negeri

Diceritakannya

betapa

Diceritakannya

juga

diperolehnya

dan

dan

lama

sebidang
tentang

bahwa

Allah

seorang

dan

anak

jauh

tanah

laki-laki.

perjalanan

kecil

kelahiran

menjanjikan

yang

sang

itu.

akhirnya

anak

yang

membangkitkan tawa, yaitu Ishak. Seorang anak yang memang


kesepian, terutama setelah kematian ibundanya, Sara.
Kemudian diceritakannya lagi mengenai perjalanannya
sendiri.
mencari

Dia

berangkat

seorang

isteri

memenuhi
bagi

perintah

Ishak.

tuannya

Dituturkannya

untuk
seluruh

perjalanannya mulai dari Kanaan menuju Haran dan tentang


perjumpaan di dekat sumber air. Tak ketinggalan pula tentang
doanya

kepada

Allah

Abraham

dan

bahwa

sebelum

diucapkannya amin, doanya telah didengar, sebab seketika itu


juga Ribka datang kepadanya serta berkata dan berbuat tepat
seperti yang didoakannya perihal perkataan dan perbuatannya.
Karena itu, jikalau engkau berkenan menunjukkan setiamu
kepada Abraham, tuanku, katakanlah kepadaku dan jikalau tidak,
katakanlah juga kepadaku kata Eliezer mengalihkan ceritanya
kepada tujuan atau maksudnya.
Jikalau Allah sendiri menunjukkan begitu banyak kasih dan
setia-Nya kepada Abraham, maka sanak-saudaranya sebetulnya
dapat juga menunjukkan kasih dan setia kepada Abraham

dengan

memberi

anaknya

perempuan

menjadi

menantu

Abraham. Tetapi hal itu tetaplah menjadi keputusan mereka.


Eliezer menghormati dan mengakui hak kedaulatan keluarga itu.
Ia tidak dapat memaksa mereka, walaupun dengan sangat ia
membujuk dan mengajak dalam ceritanya tadi.
Kami mau, Allah pun mau. Maukah kamu juga? tutur
Eliezer.
Laban bertindak atas nama

keluarga

dan memegang

peranan yang penting. Orang tua dan abang Ribka dapat


mengenal bimbingan dan tuntunan Allah dalam peristiwaperistiwa yang terjadi. Laban tahu benar bahwa peristiwa ini
bukanlah sesuatu yang kebetulan, sebab pastilah campur tangan
Allah menyertainya. Yang diperbuat Allah dan yang dikatakan
oleh Eliezer adalah begitu hebat dan mengharukan hati.
Pastilah hal ini bersumber dari Tuhan. Siapakah aku untuk
dapat mengatakan baiknya dan buruknya? jawab Laban.
Mereka sendiri belum dapat mempertimbangkan baikburuknya, tetapi mereka mendapat kesan yang meyakinkan hati
mereka, bahwa itulah bimbingan Allah. Dan siapakah yang mau
menentang bimbingan Allah?
Akan kuberikan Ribka kepadamu. Biarlah dia menjadi isteri
bagi anak tuanmu, tutup Laban.
Itulah kata persetujuan resmi dari pihak yang berkuasa atas
gadis itu. Mendengar hal itu Eliezer sujud sampai ke tanah dan
menyembah Tuhan, Allah Abraham. Ia telah mencapai tujuan
perjalanannya. Allah telah membuatnya berhasil.
Masih adakah yang perlu dikatakan oleh Ribka? Sebenarnya,
tidak ada lagi. Ribka akan dinikahkan. Berdasarkan tradisi,
perkara-perkara seperti itu akan diselesaikan tanpa campur
tangan perempuan. Ya, tetapi bukankah di luar tradisi yang
penuh dan sempurna, tak dapat disangkal bahwa sesudah
Abraham ada seorang perempuan yang siap sedia berangkat
meninggalkan Haran? Sang penutur tidak menghendaki bahwa
hanya nenek moyang laki-laki saja yang meninggalkan rumah

bapanya dalam iman, tetapi nenek moyang perempuan juga


meninggalkan rumah ibundanya dalam iman.
Bagaimana sang penutur mencari

jalan

keluarnya?

Bagaimana perempuan itu dapat menjawab ya, sementara tidak


ditanyakan

sesuatu

apa

pun

kepadanya?

Maka

terjadinya

kesepakatan penikahan itu. Dengan penuh semangat Eliezer


membuka lagi barang bawaannya, berupa perhiasan dan busana
yang indah bagi mempelai perempuan dan keluarganya. Hadiah
yang diberikan ini adalah mas kawin atau mahar. Pada zaman
Alkitab,

ayah

mempelai

laki-laki

Abraham

memberi

kompensasi kepada ayah mempelai perempuan atas hilangnya


layanan

rumah

tangga

yang

seharusnya

dilakukan

anak

perempuan. Ayah Ribka sudah meninggal, sehingga pembayaran


ini diberikan kepada ibu dan kakaknya.
Pada hari beriktunya, Eliezer menyatakan maksudnya untuk
berangkat pulang. Namun, sang bunda Ribka belum juga mau
melepaskan

dan

berpisah

dengan

putrinya

secepat

itu.

Keberangkatan untuk seumur hidup membutuhkan waktu dan


adat perpisahan.
Biarkanlah anak gadis itu tinggal pada kami barang sepuluh
hari lagi, kemudian bolehlah engkau pergi, ungkap ibunda Ribka
dan abangnya Laban.
Tuhan telah membuat perjalananku berhasil, lepaslah aku
hari ini juga untuk pulang ke rumah tuanku, sahut Eliezer.
Perjanjian Allah mendahului kewajiban dan kenikmatan
perkariban

keluarga.

Jikalau

segala

kewajiban

dan

adat

perpisahan didahulukan daripada kepentingan perjanjian Allah,


maka rencana Allah tidak pernah dilaksanakan.
Baiklah kita tanyakan kepada Ribka sendiri.
Mereka memanggil Ribka.
Ribka, maukah engkau pergi beserta orang ini?
Aku mau.
Maka berangkatlah dia disertai semua orang yang setia
kepadanya.

Sangat

disayangkan,

mereka

tak

dapat

mengantarkannya sampai ke rumah mempelai laki-laki. Sebelum

mereka saling berpamitan pada tikungan jalan, berseralah


mereka kepada Ribka seraya memberikan ucapan berkat.
Adikku, kiranya engkau menjadi beribu-ibu laksa, dan
kiranya keturunanmu menduduki kota-kota musuhnya!
Maka berangkatlah dia bersama dengan inang pengasuhnya
dengan Eliezer.
Ribkan meninggalkan Mesopotamia dengan ditemani oleh inang
pengasuhnya. Dia adalah hamba yang telah menyusui Ribka
selagi ia masih bayi dan telah menjadi seperti ibu kandungnya
sendiri. Karena Ribka menikah dengan Ishak yang berasal dari
keluarga

yang

belum

pernah

ia

temui,

kehadiran

inang

pengasuhnya akan membuatnya nyaman dan tidak merasa


sendirian. Nama inang pengasuhnya ini adalah Debora. Dia
tinggal bersama Ribka di Kanaan sampai ia meninggal.

Nun di sana, dalam kemahnya dekat sumur Lahai-Roi, Ishak


telah menunggu. Kapankah gerangan Eliezer akan tiba? Janganjangan mereka kembali tanpa mencapai maksudnya. Malam pun
tiba. Pergilah ia keluar serta melayangkan pandangannya. Anak
yang

kesepian.

Haruskah

dia

hidup

dan

beriman

dalam

kesendiriannya? Bagaimana mungkin dia menjadi anak yang


diberkati tanpa satu bangsa?
Di kejauhan, tampaklah kafilah unta itu.
Ribka, di atas hewan tunggangannya yang menjulang tinggi,
melihat seorang laki-laki seorang diri di padang gurun. Adakah
dia akan menyambutnya? Adakah dia itu...?
Itulah Ishak, Tuanku, sahut Eliezer dengan tersenyum
kecil.
Mereka Ishak dan Ribka bertemu pandang. Suatu
pandangan pertama dari pertemuan mereka. Mereka belum
mengenal satu sama lain, tapi pandangan itu terasa berbeda.
Ribka meluncur turun dari untanya, dan menutup diri
dengan cadarnya. Tindakan Ribka yang menutupi wajahnya
dengan cadar ketika bertemu calon suaminya, Ishak, adalah
suatu tanda kesopanan dan hormat. Ia tidak memamerkan
keelokannya. Dalam upacara pernikahan saat ini, pengantin

perempuan mengenakan cadar di hadapan pengantin laki-laki.


Cadar baru disingkapkan di bagian akhir upacara pernikahan.
Malam itu, di sumber air Lahai-Roi, berceritalah Eliezer
tentang pengalamannya di sumber air di Haran.
Miringkanlah buyungmu supaya aku minum,

Eliezer

memulai cerita.
Minumlah, Tuan, dan semua untamu akan kuberi minum
juga.
Ishak memandang kepada Ribka, sungguh cantik dan
anggun. Sumber kehidupan.
Aku bersyukur kepada Allah, bahwa engkau berangkat,
Ribka. Marilah.
Ishak membawanya ke dalam kemah ibundanya, Sara, dia
mengambil

Ribka

mengasihinya.

menjadi

Tidak

ada

isterinya,

bukti

tentang

dan

dia

sangat

dilangsungkannya

upacara keagamaan dalam pernikahan Ishak dengan Ribka.


Perkawinan itu disahkan ketika Ishak membawa mempelainya
dari rumah ayah Ribka dan mengantarnya ke kemah ayah dan
ibunya.
Ribka kini menjadi isteri Ishak dan sekarang menempati
kedudukan sang ibunda, Sara. Bukan hanya dalam urusan rumah
tangga dan dapur, melainkan juga dalam hati Ishak. Ribka
sanggup mengobati dan menyembuhkan luka yang ditinggalkan
dalam

hati

suaminya

karena

wafatnya

Sara.

Persekutuan

perjanjian dan kesetiaan digenapi oleh persekutuan cinta-kasih.


Di Israel, tujuan utama dari perkawinan adalah untuk
mempunyai dan membesarkan anak, khususnya anak laki-laki.
Perkawinan bersifat patriakhal, dengan otoritas berada di tangan
ayah dan status sosial yang berbeda diberikan bagi laki-laki dan
perempuan. Namun, bagi Ishak dan Ribka, perkawinan mereka
tidak hanya untuk memperoleh keturunan. Perkawinan mereka
adalah suatu perkawinan yang bahagia. Selain dari Ribka, tidak
pernah Ishak mempunyai isteri lain atau bahkan seorang gundik.
Ishak dan Ribka saling mencintai satu sama lain.

Inti Teologi:

Manusia

harus

menyerahkan

seluruh

kekhawatirannya

kepada usaha dan pemeliharaan tuntunan Allah. Allah tidak


mungkin berdusta akan janjinya, asalkan manusia tidak
mundur dari imannya kepada Allah. Rencana Allah selalu
adalah yang terbaik, layaknya orang tua yang hendak

memberikan teman hidup yang terbaik untuk anaknya.


Allah turut bertindak dalam misi perjalanan seorang hamba.
Setiap orang pastilah diberkati, asalkan memiliki iman bahwa
Allah pasti menolong. Allah tetap beracara dalam kehidupan

tiap orang yang berpasrah kepadanya.


Perkawinan yang ditentukan Allah adalah seorang laki-laki
yang tidak hanya kawin untuk memperoleh anak, tetapi
kawin dengan seorang perempuan dengan berdasarkan cinta

layaknya cinta Allah untuk manusia.


Sebuah keluarga harus membimbing anak kepada pergaulan
yang kudus, oleh karena Allah adalah kudus. Seperti orang
tua

yang

menginginkan

yang

terbaik

untuk

anaknya,

demikianlah Allah menginginkan yang baik bagi umatnya,

Kekudusan dalam menjaga pergaulan.


Kasih yang sejati adalah kasih yang berasal dari Allah. Kasih
itu menembusi ketidaktahuan, kekhawatiran, paksaan tradisi,
dan pola pikir dalan masyarakat. Itu terbukti kala kita melihat
Ishak mempertahankan cintanya kepada gadis Haran yang

dahulu tak dikenalnya.


Monogami adalah hal yang ideal bagi Allah.
KEJADIAN 29:31-30:24 ANAK-ANAK YAKUB
(KAJIAN NARATIF)

Pokok Pikiran:
Ay. 31-35 Anak-anak laki-laki Lea
Ay. 1-8 Anak-anak laki-laki Rahel dari budaknya Bilha
Ay. 9-13 Anak-anak laki-laki Lea dari budaknya Zilpa
Ay. 14-21 Anak laki-laki ke-5, ke-6, dan seorang anak perempuan
dari Lea

Ay. 22-24 Rahel mengandung dan melahirkan seorang anak lakilaki


Analisis Historikal:
Kisah ini merupakan gabungan satuan-satuan yang lebih
kecil dari sumber Yahwis dan Elohis. Banyak etiologi populer
dikenalkan untuk menghubungkan nama-nama anak Yakub
dengan perjuangan yang menyakitkan antara Lea dan Rahel,
perjuangan untuk memperoleh cinta dan pengakuan dalam
rumah tangga Yakub
Hukum yang terdapat dalam undang-undang Lipit-Istar
(abad ke-20 SM) menyatakan bahwa seseorang yang beristeri
dua harus tetap memelihara isteri pertamanya. Dalam undangundang

Hammurabi

juga

merumuskan

apabila

seseorang

mempunyai lebih dari seorang isteri, maka semua anak mereka


itu

mendapat

hak

warisan,

termasuk

anak

dari

hamba

perempuan.
Tafsiran:
Dalam

perikop

sebelumnya

(Kejadian

29:1-30)

telah

dikatakan bagaimana Yakub ditipu oleh Laban dengan menikahi


kakak Rahel, yaitu Lea. Laban telah menciptakan suasana yang
memaksa Yakub harus mengawini kedua wanita itu, padahal ia
hanya mencintai salah seorang. Yakub mencintai Rahel begitu
pula Rahel mencintai Yakub dan tidak begitu mencintai Lea,
mungkin hanya sekedar menerima-nya karena telah ditipu Laban
untuk menikahinya. Alasan lain juga mengapa Yakub tidak
mencintai Lea adalah karena ketika terjadinya persetujuan
dengan Laban, upah bekerja Yakub adalah menikahi Rahel sebab
Yakub cinta kepada Rahel. Rahel itu elok sikapnya dan cantik
parasnya. Seorang gembala perempuan yang begitu cantik,
seakan tidak ada duanya di Haran. Namun, Lea tidak berseri
matanya. Frase mata yang tidak berseri sebenarnya berarti

suram atau tidak bersinar. Mata yang berseri dianggap sebagai


tanda kecantikan perempuan pada zaman Alkitab.
Paradoks cerita itu berpusat pada posisi kedua wanita itu.
Lea, sebagai anak sulung, isteri pertama, dan ibu pertama,
harusnya memperoleh cinta dan pengakuan suaminya. Akan
tetapi, pada kenyataannya Yakub lebih mencintai Rahel. Tetapi,
Allah masih ada dan lebih dari ada, pilihan-Nya selalu jatuh pada
yang paling kecil, paling lemah, paling hina. Mata Tuhan selalu
tertuju pada orang-orang yang disakiti, ditindas.
Seperti ibu leluhur Israel yang lain, Lea dan Rahel juga
mandul. Kalau di negeri-negeri kekafiran laki-laki dan perempuan
yang mandul bisa saja memiliki suatu kewenangan, tetapi tidak
demikian halnya di Israel. Di sana kewenganan itu mutlak di
tangan Allah. Lea dan Rahel mandul, tetapi Lea juga tidak dicintai
sehingga Allah melihat penderitaannya. Allah melindunginya dan
membuka rahimnya. Ia membuat Lea hamil. Tetapi Rahel masih
ditutup

kandungannya

(mandul).

Bangsa

Israel

dahulu

menganggap bahwa kemandulan dilakukan sendiri oleh Allah.


Lea mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki dan
menamai putera pertamanya, Ruben yang berarti Lihat! Seorang
putra! Bagi Lea, Tuhan telah melihat kesengsaraannya menjadi
isteri pertama yang tidak dianggap, yang tidak dicintai oleh
suaminya. Sehingga ketika melahirkan seorang anak laki-laki
yang pertama, ia berpikir bahwa hal itu mungkin akan mengubah
sikap Yakub terhadap dirinya. Yakub pastilah akan mencintai Lea.
Sebab kelahiran seorang anak laki-laki terutama anak sulung,
dianggap sebagai berkat istimewa.
Dalam masyarakat Israel yang mengenal poligami, anak
sulung dari pihak bapak harus dibedakan dari anak sulung pihak
ibu. Anak sulung dari pihak bapak dipandang sebagai awal
keperkasaan.

Orangtua zaman Alkitab sering memberi anak-anak mereka


nama-nama yang mewakili karakter mereka, keadaan kelahiran
mereka, atau harapan mereka.
Lea kembali mengandung dan melahirkan putranya yang
kedua, yakni Simeon yang berarti Allah telah mendengar. Melalui
kelahiran Simeon, Lea bersyukur sebab Tuhan telah mengetahui
bahwa ia tidak dicintai oleh suaminya. Mungkin kelahiran Ruben,
anak pertamanya tidak berdampak apa-apa bagi Yakub, sehingga
kelahiran Simeon akan membuat Yakub dapat mencintai Lea.
Lea melahirkan lagi puteranya yang ketiga, yaitu Lewi,
artinya

menggabungkan

diri.

Kelahiran

Simeon

berhasil

mengetuk hati Yakub sehingga ia mulai mencintai Lea. Sehingga


kelahiran Lewi dipandang Lea sebagai bentuk cinta Yakub
kepadanya yang akan semakin bertumbuh dan Yakub akan lebih
terikat kepadanya.
Lea melahirkan puteranya yang keempat, yaitu Yehuda yang
artinya

bersyukur

kepada

atau

memuji.

Kelahiran

Yehuda

membuat Lea sangat bersyukur karena empat putera telah ia


berikan bagi Yakub. Yakub pastilah jadi mencintai Lea. Lea
percaya bahwa keempat puteranya ini adalah anugerah dari
Tuhan yang melihat kesengsaraannya, sehingga ia sangat
bersyukur kepada Tuhan. Namun meskipun demikian, cinta Yakub
kepada Rahel tidak berkurang sedikitpun sekalipun dia belum
melahirkan anak baginya.
Seorang ibu Israel memelihara bayinya sampai usia tiga
tahun atau lebih, karena menyusui bisa menunda kembalinya
ovulasi setelah melahirkan, pemeliharaan alamiah kadangkadang dapat menjadi alat kontrasepsi yang efektif. Sebagai
akibat memelihara jabang bayi sampai umur tiga tahun, kaum
perempuan Israel rata-rata melahirkan empat orang anak.
Setelah kelahiran Yehuda, Lea tidak bisa melahirkan lagi.
Sebab tempat tinggal keluarga Israel zaman dulu adalah di
dalam kemah-kemah. Isteri dan selir-selir berada dalam kemah

masing-masing. Ketika melahirkan empat anak laki-laki, Yakub


meninggalkan kemah Lea dan tidak lagi tinggal disana. Ia pergi
menghampiri isteri keduanya, Rahel dan menetap disana.
Rahel itu mandul dan sebagai selir atau isteri kedua Yakub,
ia tentu merasa iri atau cemburu pada kakaknya sendiri.
Meskipun awalnya Yakub sungguh mencintai Rahel, tetapi melalui
kelahiran empat orang anak laki-laki oleh Lea, Yakub perlahanlahan pun mencintai Lea. Hal ini lebih membuat Rahel cemburu
terhadap Lea. Rahel nyaris putus asa dan akhirnya menyalahkan
Yakub lalu menyuruhnya untuk memberi Rahel anak, atau lebih
baik ia mati saja. Pikir Rahel, jalan hidupnya hanya untuk menuju
kematian belaka. Di dalam rumah tangga, di antara para isteri
dan budak-budak, otoritas
keluarga.

Sehingga

tertinggi ada pada sang bapa

ketika

Rahel

tidak

mengandung,

disalahkannyalah Yakub.
Sesungguhnya, teriakan Rahel yang penuh kesesakan itu
dirasakan

Yakub

sebagai

serangan.

Tetapi

jawabannya

menyimpulkan sesuatu yang indah. Dia memang bukan Allah


meskipun pada awalnya ia menyangka demikuan. Sehingga
melalui hal itu ada peluang untuk masuknya iman. Iman selalu
berawal pada saat manusia mengakui bahwa Allah tidak ada.
Bagi sebuah keluarga, tidak punya anak berarti kutukan.
Sebuah cap dilekatkan kepada seorang perempuan yang tidak
mampu melahirkan anak-anak. Dan dalam kasus seperti ini,
suaminya boleh mengambil isteri lain yang dapat melahirkan
anak-anak. Melalui hukum inilah Rahel memberikan Bilha,
budaknya perempuan yang diberikan ayahnya sewaktu ia
menikah

dengan

Yakub. Rahel

memberikan Bilha

agar

ia

melahirkan anak atau keturunan untuk Rahel. Sesuai dengan


hukum waktu itu (undang-undang Hammurabi, abad ke-18 SM),
seorang isteri yang mandul harus menyediakan hamba atau
gundik bagi suaminya dan anak yang lahir dari hamba itu akan
diambilnya

menjadi

anaknya

sendiri.

Yakub

kemudian

memperisteri Bilha, budak perempuan Rahel, sesuai dengan izin


Rahel sendiri, lalu kemudian menghampirinya.
Bilha kemudian mengandung dan melahirkan anak laki-laki
pertama (sulung) bagi Yakub yang juga menjadi anak Rahel
sehingga ia menamainya Dan, artinya menghakimi. Bagi Rahel,
Allah telah mendengarkan permohonannya untuk mendapat
anak laki-laki juga telah memberikan suatu keadilan baginya.
Sebab menurutnya, suatu ketidakadilan bagi kakaknya, Lea
memiliki empat orang putera sedangkan ia tidak memiliki satu
pun.
Kemudian, Bilha melahirkan anak laki-laki kedua bagi Yakub,
untuk Rahel. Rahel menamainya Naftali, artinya bergulat. Sebab
baginya, ia telah berjuang mati-matian melawan kakaknya, Lea,
dan melalui kelahiran Naftali Rahel merasa bahwa ia menang.
Lea tidak lagi bisa melahirkan, kemungkinan disebabkan
oleh

umurnya

yang

sudah

tidak

subur

atau

monopause.

Sehingga ia mengambil budaknya Zilpa yang diberikan oleh


Laban ayahnya ketika ia menikah dengan Yakub untuk menjadi
selir Yakub demi memperoleh anak lagi baginya.
Zilpa pun melahirkan seorang anak laki-laki

pertama

(sulung) bagi Yakub (dihitung dari sisi istri) dan anak ketujuh
Yakub (dihitung dari sisi suami), yang kemudian menjadi anak
Lea. Lea memberi nama anak itu, Gad yang artinya nasib baik.
Sebab bagi Lea, kelahiran Gad membawa keberuntungan bagi
Lea.
Kemudian, Zilpa melahirkan lagi anak laki-laki kedua bagi
Yakub sebagai anak Lea. Asyer namanya dengan arti berbahagia.
Putra Yakub yang kedelapan dan kedua dari Zilpa budak
perempuan
berbahagia.

Lea.
Dan

Kelahiran
mulai

Asyer

sekarang

membuat

Lea

semua

wanita

sangat
akan

mengatakannya berbahagia. Sebab pandangan semua wanita


mengenai nasib Lea yang tidak dicintai suaminya pastilah sangat
sedih dan merana. Dan melalui kelahiran Asyer inilah, paradigma

semua wanita bagi Lea akan berubah. Lea adalah seorang isteri
yang bahagia sekarang.
Anak sulung Rahel dan Yakub, Ruben, pergi ke padang pada
waktu musim panen gandum dan ditemukannya di sana sejenis
tanaman obat, buah dudaim namanya. Tanaman ini mengandung
zat narkotik dan sejak dahulu tanaman ini dianggap memiliki
daya rangsang birahi, dan juga diyakini dapat meningkatkan
kesuburan

seseorang.

Apakah

kebetulan

bahwa

buah

itu

ditemukan oleh anak Lea? Apa lagi gunanya itu bagi Lea? Yakub
telah

lama

tidak

tidur

bersama

dia,

jadi

perlukah

lagi

merangsang inderanya? Kesuburan Lea, itulah tahap terakhir


yang harus ditingkatkan.
Rahel belum mempunyai anak dari hasil kandungannya
sendiri, ia hanya memiliki anak hasil dari hubungan budaknya
dengan suaminya sehingga ia meminta Lea untuk memberikan
buah yang Ruben ambil di padang.
Mendengar permintaan Rahel itu, Lea pun menjawab
apakah belum cukup bagimu mengambil suamiku? Sekarang
engkau malah mencoba pula mengambil buah dudaim yang
ditemukan oleh anakku. Lalu akhirnya Rahel berkata kalau
begitu jika engkau memberikan kepadaku buah dudaim itu,
maka engkau boleh tidur dengan Yakub malam ini. Lea tidak
boleh menemui suaminya karena kecemburuan Rahel.
Yakub baru pulang dari padang pada waktu petang ketika
Lea menghampirinya. Lea meminta agar Yakub dapat tidur
dengannya malam ini karena ia telah disewa dengan buah
dudaim anak sulungnya, Ruben. Lea menukar sesuatu untuk
memperoleh haknya. Ia harus membayar agar bisa tidur bersama
suaminya. Yakub pernah menjadi hamba Laban demi upah,
kini menjadi hamba Lea demi upah yang sudah dibayarkan
ke Rahel. Lalu tidurlah Yakub dengan Lea pada malam itu juga.
Yakub menjadi laki-laki yang disewa bagi kedua isterinya.

Allah

mendengarkan

permohonan

Lea,

ia

akhirnya

mengandung lagi dan melahirkan anak laki-laki kelima bagi


Yakub (menurut sisi isteri), namanya Ishakar yang artinya pekerja
yang diupah atau semoga Tuhan menunjukkan kasih-Nya. Sebab
bagi Lea, Allah telah memberi upah baginya karena memberi
Zilpa, budak perempuannya kepada suaminya.
Kemudian Lea mengandung lagi dan melahirkan anak lakilaki yang keenam bagi Yakub. Lea menamainya Zebulon, yang
berarti

mengangkat

dan

memuliakan.

Sebab

Allah

telah

memberikan kepadanya hadiah yang indah sekali. Sekarang


Yakub,

suaminya

akan

menghargainya

dan

akan

tinggal

bersama-sama dengan dia sebab ia telah melahirkan enam anak


laki-laki bagi Yakub.
Kemudian, Lea melahirkan lagi, seorang anak perempuan. Ia
melahirkan anak bungsu perempuan dari keenam anaknya lakilaki. Lea menamainya Dina, artinya penghakiman atau dihakimi.
Setelah beberapa lama, Allah mengingat akan Rahel. Allah
yang selalu ada pada pihak yang kecil juga akan mengangkat
yang rendah, dan kini Dia juga memandang kepada keberadaan
yang

nista

dari

hamba-Nya,

Rahel.

Allah

mendengarkan

permohonannya. Dalam cerita ini, yang membuat Rahel hamil


bukanlah buah dudaim itu, melainkan karena campur tangan
Allah. Allah akhirnya membuka rahim Rahel. Menarik untuk
diperhatikan bahwa Allah mengingat Rahel, hanya setelah Rahel
mengizinkan Lea menemui Yakub dan tidur bersamanya.
Ia akhirnya mengandung dan melahirkan anak laki-laki
pertamanya (sulung). Sorakkan kegembiraannya ia luapkan
melalui kalimat

Allah telah menghapuskan aibku. Aib yang

dimaksudkan adalah kemandulan Rahel, karena pada zaman


Israel kuno kemandulan merupakan suatu penghinaan dan
kesedihan luar biasa bagi seorang isteri. Sebab, dialah orang
yang

tidak

menerima

berkat

Allah.

Kini

setelah

Allah

mengampuninya, Ia melahirkan seorang anak sulung laki-laki

dan menamainya Yusuf yang artinya kiranya ditambahkan-Nya


(Allah) lagi anak lelaki. Kelahiran Yusuf membuat Rahel berharap
semoga Tuhan menambah seorang anak lak-laki lagi bagiku.
Sebab kemandulan Rahel telah dihapuskan maka Ia berpikir
pastilah ia memiliki kesempatan untuk memperoleh seorang
anak laki-laki lagi.
Inti Teologi:

Tuhan tidak pernah melupakan atau membiarkan orang yang


ditindas dan dikucilkan, seorang isteri yang tidak dicintai
bahkan diinginkan suaminya. Ketabahan mengambil peran

penting. Allah menyatakan mujizat-Nya pada saat yang tepat.


Yakub dibohongi oleh mertuanya, tetapi melalui kebohongan
dan penipuan itu Tuhan tetap memenuhi rencana-Nya. Rahel
dan Lea memang saling besaing dalam kehidupan, tetapi

mereka juga turut membangun rumah bagi Israel.


Allah tidak mengindahkan rahim seorang perempuan menjadi
area perlombaan, yang disoraki oleh paradigma masyarakat
pada umumnya. banyak anak, banyak rezeki Rahim wanita
adalah tempat bagi karya Allah, yang seharusnya disoraki
oleh cinta dan kasih sayang.

KEJADIAN 34:1-31 DINA DAN SIKHEM


(ANALISIS LEKSIKAL-SINTAKSIS)
Pokok Pikiran:
Ay. 1-5 Dina dan Sikhem
Ay. 6-12 Perjanjian kawin antara Hemor dan Sikhem dengan
Yakub
Ay. 13-17 Sunat sebagai syarat pernikahan antara Sikhem dan
Dina
Ay. 18-24 Hemor dan Sikhem menyuruh semua rakyatnya laki-laki
untuk disunat
Ay. 25-29 Penyerangan di Sikhem oleh anak-anak lelaki Yakub
Ay. 30-31 Yakub marah kepada anak-anak lelakinya
Analisis Historikal:
Menurut para ahli, kisah Dina berasal dari dua sumber teks, 1) Elohis, yang
menceritakan pembelian tanah oleh Yakub di Sikhem dan pendirian Altar, 2)
Yahwis, yang menceritakan kisah pemerkosaan dan balas dendam. Cerita ini
sebenarnya

hendak

menunjukkan

bahwa

pernah

terjadi

peperangan antara suku Simeon dan Lewi yang menyerang


bangsa Sikhem.Sikhem adalah kota Kanaan yang kemudian menjadi kota
Israel dalam wilayah suku Manasye. Sikhem merupakan ibukota pertama kerajaan
Israel. Menurut Wellhausen, kisah ini disusun untuk memberikan nama buruk bagi
kerajaan Israel Utara yang menjadikan kota Sikhem sebagai ibukota pertama, dan
teks ini sendiri berasal dari Kerajaan Israel Selatan. Dua lapisan naratif dalam
kejadian 34 itu adalah, dimana riwayat yang lebih tua meliputi pembantaian
Sikhem oleh Simeon dan Lewi, dan riwayat tambahan (ayat 27-29) melibatkan
semua anak Yakub. Tradisi tentang usaha suku-suku Simeon dan Lewi
untuk merebut wilayah Sikhem awalnya mungkin merupakan
tradisi tersendiri, yang kemudian disisipkan ke dalam riwayat
Patriarkh.
Para ahli sukar menentukan perkara Sikhem itu, meskipun
dalam perikop ini terkesan bahwa perselisihan tersebut mulai
sebagai akibat balas dendam terhadap salah satu pelanggaran
ritual, atau pelanggaran terhadap hukum moral yang berlaku di
antara suku-suku Ibrani. Ada dugaan bahwa Kejadian 34 mencerminkan

gagasan setelah Pembuangan ke Babel tentang larangan perkawinan dan


hubungan dengan orang bukan Yahudi. Gagasan kemurnian ras ini mengacu pada
abad ke-5 atau 4 SM, ketika komunitas Yahudi di Yerusalem memurnikan diri dari
hubungan dengan orang Samaria.
Tafsiran:
Ayat 1-5
Kisah ini berada dalam iring-iringan cerita Yakub dan anak-anaknya yang
hidup sebagai kelompok masyarakatyang nomaden.Cerita ini menyambung kisah
pada perikop sebelumnya mengenai Yakub yang pindah dari rumah Laban dan
menetap di Shikem, berbeda dengan apa yang diperintahkan Tuhan bagi Yakub
untuk

pergi

ke

kekafirannya.Suatu

Betel
kali,

(31:13)

bukan

Shikem

satu-satunya

anak

yang

terkenal

karena

perempuan

yang

dilahirkan Lea bagi Yakub, Dina yang artinya penghakiman atau


dihakimi, pergi melihat-lihat kaum perempuan di sekitar Sikhem,
ketika Yakub sedang memasang tendanya di sana.Sebenarnya ini
adalah tindakan yang wajar bagi seorang gadis untuk mencari teman untuk
bersosialisasi. Tapi, ketidak hati-hatiannya ini membuatnya dalam situasi yang
sangat buruk. Dina yang memiliki paras yang sangat cantik dan
menawan, menghipnotis seorang anak Raja Hemor, orang Hewi,
raja di negeri Sikhem. Sikhem, begitu namanya disebutkan,
terpikat oleh kecantikan Dina. Hawa nafsu menguasai Sikhem
sehingga ia merampas harta yang dimiliki oleh Dina, harta yang
selalu dijaga Dina, keperawanannya. Sikhem memperkosa Dina.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, perkosa, memperkosa
berarti menundukkan dengan kekerasan, memaksa dengan
kekerasan. Namun menurut teks asli diterjemahkan dengan

ia

telah mengambil, membawa, dan ia telah membaringkan.


Kisah ini bukan semata-mata kesalahan anak-anak, tapi juga para orang tua
punya andil dalam kejadian buruk ini. Kesalahan Yakub, bahwa ia yang terlalu
sibuk dengan urusan-urusan duniawi, melalaikan pengajaran nilai-nilai rohani
kepada anak-anaknya, dapat dilihat bagaimana Dina yang ingin bergaul dengan
perempuan-perempuan yang tidak mengenal Allah di Sikhem. Yakub yang lebih

memilih tinggal di Sikhem yang penuh dengan orang-orang jahat dibandingkan


mengikuti perintah Allah untuk pergi ke Betel.
Setelah tragedi menjijikkan itu terjadi, tidak berlangsung
lama akhirnya Sikhem pun jatuh cinta kepada Dina. Kebaikan hati
Dina disertai parasnya yang cantik menyentuh hati Sikhem.
Sikhem

pun

berencana

untuk

menikahi

Dina

dan

menyampaikannya kepada ayahnya, Raja Hemor. Biasanya,


perkawinan diatur oleh orangtua dan anak-anak diharapkan
untuk

mengikuti

pilihan

mereka.

Kadang-kadang

seorang

pemuda meminta izin untuk menikahi seorang gadis pilihannya


sendiri.

Namun,

orang

tuanya

masih

harus

memberikan

persetujuan mereka dan membuat rencana yang diperlukan


untuk melaksanakan perkawinan. Demikian halnya terjadi pada
Sikhem yang meminta izin ayahnya untuk menikahi Dina,
seorang nomaden yang bukan berasal dari bangsanya sendiri.
Niat untuk menikahi Dina ini mungkin tidak hanya
berdasarkan rasa cinta Sikhem terhadap Dina, tetapi dalam
hukum Israel dikatakan bahwa apabila seseorang membujuk
seorang anak perawan yang belum bertunangan dan tidur
dengan dia, maka haruslah ia mengambilnya menjadi isterinya
(Kel. 22:16-17).
Mendengar bahwa Dina diperkosa oleh Sikhem, reaksi Yakub
tidaklah seperti seorang bapa pada umumnya. Pada umumnya,
ketika seorang bapa mendengar bahwa anak perempuan satusatunya

diperkosa

responnya

pastilah

sangat

marah

dan

meluapkan amarahnya itu, entah langsung mencari siapa yang


melakukan hal kejijikkan itu pada anaknya atau mencurahkan
sakit hatinya dengan sang isteri sambil menghibur si anak.
Bertahun-tahun kemudian, ketika Yusuf tampaknya dibunuh oleh
binatang

liar,

kesedihan

Yakub

sangatlah

mengerikan,

ia

menangis, meraung, dan menolak untuk dihibur. Namun, dalam


situasi ini dimana putri satu-satunya diperkosa, Yakub terlihat

sangat tenang dan hanya mendiamkan berita itu sembari


menunggu keduabelas putranya pulang dari ladang.
Reaksi Yakub yang seakan tidak peduli ini

mungkin

dikarenakan Yakub yang memang terlihat pilih kasih. Ia lebih


menyayangi

anak-anak

yang

dilahirkan

Rahel

baginya,

sedangkan anak-anak Lea tidak mendapat cukup perhatian.


Peran dari ibu Dina, Lea juga tidak dikemukakan dalam perikop
ini.
Ayat 6-12
Ayah Sikhem, Hemor kemudian pergi mendatangi Yakub
untuk melamar anak perempuannya, Dina. Lamaran perkawinan
biasanya diprakarsai oleh ayah mempelai perempuan. Disini
terdapat kesalahan lain yang dilakukan oleh Hemor. Dengan tidak tahu malu, ia
datang kepada Yakub untuk berbicara tentang mengambil Dina sebagai istri
anaknya, tanpa meminta maaf akan perbuatan bejat anaknya. Hemor tak
mengetahui bahwa pada keluarga Yakub, mereka sangat anti terhadap perkawinan
campur.Namun sementara dalam perundingan perkawinan antara
Hemor dan Yakub, datanglah anak-anak lelaki Yakub dari ladang.
Mereka pun mendengar kabar yang sangat mengerikan terjadi
pada satu-satunya saudara perempuan mereka. Perasaan sakit
hati dan marah kemudian muncul dalam hati mereka. Kata kerja
sangat marah yang digunakan untuk menggambarkan emosi
mereka adalah sama dengan kata yang digunakan untuk
menggambarkan kesedihan Allah, ketika ia melihat apa yang
manusia lakukan sesaat sebelum air bah (Kejadian 6:6). Sikhem
telah menodai orang Israel, noda yang tidak bisa dihapuskan lagi
sekali dilakukan. Dalam cerita penciptaan dikatakan bahwa Allah
menciptakan laki-laki dan perempuan serupa dengan gambar
Allah. Sehingga pelecehan terhadap perempuan harus dipandang
sebagai dosa, pemberontakan terhadap Sang Pencipta.
Dalam kesepakatan tersebut, Hemor berbicara dengan
hormat dan hati-hati. Ia mengatakan penawaran yang sangat
murah hati kepada Yakub, ia akan memberikan kepada Yakub dan

keluarganya hak kewarganegaraan penuh di negeri itu agar


mereka dapat tinggal dan menetap disana dengan bebas, juga
kesepakatan kawin-mawin dengan bangsa mereka. Sikhem juga
membujuk Yakub dengan mengatakan bahwa berapapun mahar
yang dimintanya akan diberikan sebab begitu besarnya cinta
Sikhem terhadap Dina. Melalui hal inilah Sikhem menunjukkan
kejantanannya

sebagai

seorang

laki-laki,

yakni

bertanggungjawab. Pemberian mahar atau mas kawin kepada


orang tua mempelai perempuan biasanya untuk mengganti
hilangnya pelayanan rumah tangga yang seharusnya dilakukan
oleh putri mereka. Tetapi pemberian mahar dari Sikhem kepada
Dina, tidak sekedar untuk mengganti pelayan rumah tangga
tetapi juga sebagai permohonan agar Yakub mengampuni
perbuatan Sikhem terhadap Dina, dan merestui pernikahannya
dengan Dina. Pemberian mahar yang begitu banyak ini juga
dipengaruhi oleh adat waktu itu dimana jika seseorang bertemu
dengan seorang gadis perawan dan memaksa gadis itu tidur
dengan dia, maka haruslah laki-laki yang sudah tidur dengan
gadis itu memberikan 50 syikal perak kepada ayah gadis itu, dan
gadis itu haruslah menjadi isterinya, sebab laki-laki telah
memperkosa dia (Ulangan 22:28-29).
Tetapi melalui hal ini, Sikhem dan Hemor melakukan apa
yang sebenarnya tidak harus dilakukan, mereka tampaknya
menawarkan
pemerkosaan

untuk

memberi

saudari

mereka.

keuntungan
Sikhem

finansial

dan

Hemor

melalui
telah

membuat situasi menjadi semakin buruk.


Ayat 13-17
Mahar yang ditawarkan Sikhem dan Hemor tidak mampu
meluluhkan hati saudara-saudara laki-laki Dina. Mereka begitu
marah

dan

membenci

Sikhem

atas

perbuatan

yang

dilakukannya. Yang mereka inginkan adalah keadilan dan bukan


kompensasi. Sehingga, mereka pun hendak menipu Hemor dan

Sikhem dengan mengajukan sunat bagi seluruh bangsa Sikhem


sebagai syarat perkawinan Sikhem dan Dina. Dan jikalau syarat
ini

tidak

dilakukan,

saudara-saudara

laki-laki

Dina

akan

mengambilnya kembali dari Sikhem.


Ayat 18-24
Hemor dan Sikhem menyetujui syarat dari saudara-saudara
Dina. Sikhem rela melakukan apapun juga demi cintanya kepada
Dina. Mereka kemudian pergi ke pintu gerbang kota untuk
membuat persetujuan dengan penduduk lainnya. Pintu gerbang
adalah

tempat

pengumuman

yang

sebab

di

strategis
pintu

untuk
gerbang

menyampaikan
adalah

tempat

berkumpulnya masyarakat umum dan juga pusat dari bisnis


perdagangan dan jantung interaksi semua lapisan masyarakat,
bahkan ada sebuah tradisi bahwa dipintu gerbanglah diputusan
suatu peristiwa atau bermufakat, perundingan. Hemor dan
Sikhem lalu menyampaikan maksud mereka dan membujuk agar
masyarakat dapat setuju dengan syarat yang sudah diberikan
oleh

saudara-saudara

Dina.

Namun,

Hemor

menggunakan

pernikahan ini sebagai ajang untuk mendapat untung. Ia


mengatakan kepada seluruh rakyatnya bahwa keluarga Yakub
dapat hidup dengan mereka agar mereka dapat mengambil
gadis-gadis dari keluarga Yakub untuk dijadikan isteri, dan begitu
sebaliknya. Ternak, harta benda, dan segala hewan mereka pun
akan menjadi milik rakyat Sikhem. Dengan syarat, semua lakilaki harus disunat. Usul Hemor dan Sikhem didengar oleh seluruh
rakyat Sikhem lalu mereka memberi diri untuk disunat. Semua
orang dewasa di kota itu disunat.
Ayat 25-29
Tiga hari kemudian, ketika semua laki-laki dewasa yang baru
disunat masih sakit. Dua kakak lelaki Dina, Simeon dan Lewi
beserta hamba-hamba atau orang-orang upahan mereka pergi ke
kota dan menyerang orang-orang yang baru saja disunat. Mereka

tahu ini adalah saat yang tepat, karena ketika baru disunat rasa
sakit yang ditimbulkan belumlah terlalu sakit. Namun, pada hari
ketiga setelah sunat adalah saat yang paling menyakitkan dan
waktu timbulnya demam bagi mereka yang disunat. Laki-laki
yang disunat tidak dapat melakukan apa-apa selain merintih
kesakitan sembari menunggu lukanya sembuh. Sehingga orangorang kota itu tidak akan bisa membalas apa yang akan
dilakukan oleh Simeon dan Lewi. Simeon dan Lewi juga
membunuh calon suami dan mertua adik mereka, Sikhem dan
Hemor. Dan membawa pergi Dina dari negeri itu.
Kemudian, saudara-saudara laki-laki Dina yang lain datang
dan menjarah orang-orang yang terbunuh itu karena adik mereka
telah dicemari. Segala yang ada di dalam dan di luar kota itu
dibawa mereka, segala kekayaannya serta anak-anak dan
perempuan-perempuan juga ditawan oleh mereka. Ini semua
mereka lakukan untuk membalaskan dendam mereka terhadap
Raja negeri itu yang telah mencemari mereka. Sebab menurut
pemahaman mereka, jika salah satu dari saudara-bersaudara
mereka dilecehkan, maka orang tersebut sama saja melecehkan
semua dari mereka. Dan terlebih penting karena Simeon dan
Lewi adalah saudara kandung Dina, mereka lahir dari rahim yang
sama.
Melalui

hal

inilah

nasib

Dina

menjadi

samar-samar.

Kehidupannya untuk berumah tangga tinggal angan-angan


belaka. Sebenarnya, tragedi yang terjadi pada Dina ini dapat
memicu kesadaran bagi ayah serta saudara-saudaranya bahwa
ia juga harus menikah, meskipun dengan suku yang berbeda
(kawin campur). Tragedi ini harusnya menjadi titik balik supaya
Dina dihargai sebagai manusia seutuhnya dan mempunyai
kehendak bebas sebab dalam cerita ini suara Dina seperti tidak
dipedulikan. Dina yang tugasnya hanya tinggal di rumah untuk

menyiapkan makanan serta merawat orang tuanya juga memiliki


perasaan dan pilihan sendiri untuk hidupnya.
Ayat 30-31
Peristiwa pembantaian di Sikhem ini tidak disetujui oleh
Yakub. Yakub menyalahkan Simeon dan Lewi karena telah
menyulitkan

dirinya

dengan

membusukkan

namanya

pada

orang-orang Kanaan dan orang-orang yang tinggal dekat dengan


orang Kanaan di Sikhem, yakni orang Feris. Sekarang, semua
orang akan membenci mereka dan mencoba untuk membunuh
mereka sekeluarga. Kemarahan Yakub dipicu oleh rasa takut
bahwa ia dan keluarganya akan diburu oleh sekutu dari kota
yang telah diserang anak-anaknya.
Mendengar bahwa Yakub tidak menyetujui akan perbuatan
anak-anak lelakinya, Simeon dan Lewi pun membela diri dengan
mengatakan

haruskah

adik

kita

diperlakukannya

sebagai

seorang perempuan sundal? Melalui pernyataan dari kedua kakak


Dina ini, timbullah pertanyaan apakah Dina telah diperkosa?
Sebab dalam kalimat terakhir Simeon dan Lewi mengatakan
perempuan sundal (pelacur).
Setelah tragedi ini, tindakan Simeon dan Lewi ini menyebabkan Yakub
meninggalkan daerah sekitar Sikhem dan pindah ke Betel.

KEJADIAN 34:1-31 DINA DAN SIKHEM


(KAJIAN NARATIF)
Diam-diam gadis itu melangkah keluar dari kemah, ia
melangkah dengan hati-hati. Bosan ia di kemah, hanya ada
ayahnya, Yakub, ibunya, Lea dan Rahel, kemudian para hambahamba, kalaupun saudara-saudaranya ada di kemah ia merasa
diasingkan

dengan

pembicaraan-pembicaraan

yang

mereka

angkat, berburu, buruan, kambing-domba, memperbaiki kemah,


memerintah dan peribadatan. Ah, tak ada gadis seusianya yang
dapat diajak berbincang, tentang kebiasaan muda-mudi kala itu,
bagaimana bersolek, anting-anting hidung, gelang-gelang kaki,
cara untuk menari, pakaian yang indah, dan lelaki. Yang ada
hanya menimba air untuk ternak-ternak ayahnya, membantu ibu
untuk membuat adonan roti, menganyam keranjang, memintal,
merajut permadani dan keset, menyalakan api, memeras susu
domba

dan

kambing,

menggiling

beras

gandum

dan

menumbuknya dalam lesung. Lalu apa lagi?


Aku akan mengunjungi perempuan-perempuan di negeri
itu.. melihat cara mereka berpakaian, bersolek, menari, memakai
anting hidung, gelang kaki, semua hal yang tidak diketahui
perempuan muda yang berdiam diri di kemah.
Langkahnya terhenti di sebuah kota, beberapa kilometer
dari

kemah ayahnya,

rupanya

ada

perayaan

di

kota

itu

kemasahannya seperti pesta mewah (marzeakh), disana ada


para

penyanyi

(sarim),

terdengar

petikan

kecapi

(nogen),

ketukan rebana (top), ada bunyi kecapi (kinnor) pula, berpadu


dengan bunyi gambus (nabel), ceracap yang berdenting (stilsyele-sama). Bunyi-bunyian (kele-sir) yang indah ini lebih enak
didengar dari suara kambing dan domba. Perempuan-perempuan
itu menari (mekholot) mengukuti bunyi, mereka meloncat (rqd),
berjingkrat (krr), melompat (pzz), dan berputar (hwl). Warganya
ada di pinggiran jalan memakai baju yang indah-indah, dan lihat

perempuan-perempuan itu bersolek. Kota itu bersukaria ramairamai, sampai seakan-akan bumi terbelah oleh suara mereka.
Pria itu melayangkan pandangannya, dilihatnya gadis kemah
itu, cantik parasnya meskipun tanpa bersolek, calak tidak ada
dipinggiran matanya. Tak ada anting di hidung, gelang indah di
tangan atau kakinya, anting pun tak ada, bahkan manik-manik.
Rambutnya

bergelombang

turun

sampai

ke

bawah

bahu.

Pakaiannya sederhana hanya simla yang menutupi pundak, turun


sampai ke mata kaki. Penampilannya begitu kontras dengan
gadis-gadis kota dalam perayaan itu.
Anak siapakah dia?
Pria itu berjalan mendekat melewati kerumunan orang yang
sedang bersukaria. Tujuannya satu, gadis yang tak bersolek
namun jelita itu. Mengherankan ketika perempuan-perempuan
itu melirik pria itu, dan ke arah ia melangkahkan kakinya. Seperti
pria itu telah memikat hati perempuan kota. Siapakah dia
sebenarnya sehingga langkahnya pun menarik perhatian?
Siapakah nama Ayahmu, jelita, dan dimanakah engkau
tinggal?
Ayahku Yakub, tinggal di kemah, di luar kota ini. Lantas,
tuanku, siapakah engkau ?
Sikhem namaku, anak Hemor, orang Hewi, raja negeri ini.
Ikutlah aku, akan ku tunjukan kepadamu keindahan kota.
Pergilah gadis kemah itu, dengan anak penguasa kota.
Siapakah yang sanggup menolak ajakannya? Ia punya kuasa,
penjaganya terdelegasi di segala penjuru kota, kaburpun tak ada
gunanya. Ia terhormat, tak sopan untuk menghindar. Ingat gadis
kemah itu orang asing di sebuah kota, tak ada yang ia kenal
disana, tak ada pembela, tidak ada yang mengawasi. Kuncinya
tunduk saja. Mereka berkeliling menyusuri jalan raya dan
setapak kota. Putera penguasa kota itu menjadi hamba nafsu,
tujuannya bukan berjalan-jalan, namun mendapatkan gadis itu.
Di perkosanyalah gadis kemah itu.

Tuanku berbohong, kau tadi berkata hanya akan berjalanjalan, lantas baru saja engkau cemari aku.
Seperti cerita romantik dilembar sebelumnya, ketika Ishak
mencintai Ribka ia berdoa untuk isterinya, sebab isterinya
mandul (24:67; 25:20); karena cinta kepada Rahel, Yakub rela
bekerja pada Laban tujuh tahun lagi (29:30). Cinta mendorong
pribadi yang merasakannya untuk melakukan sesuatu demi yang
dicintai. Demikian pula Sikhem kepada Dina, ia cinta kepada
gadis itu, lalu menenangkan gadis itu.
Tenanglah, janganlah kau takut anak Yakub, ayahku akan
membicarakan pernikahan kita, ia dan hamba-hambanya akan
meninggalkan kota dan pergi ke kemah ayahmu, dan berbicara
dengannya, hanya tenanglah.
Maka, dibawalah Dina ke rumahnya dan berkata pada
Hemor, ayahnya.
Ambilah bagiku gadis ini untuk menjadi isteriku.
****
Yakub,
dimanakah Dina,
anak perempuanmu satusatunya? Tak pernah kudengar suaranya, kenapa ia tak kunjung
pulang, ucap Lea.
Dina menjadi buah bibir masyarakat kota itu, terlebih
perempuan-perempuan kota itu. Kabar itu tersebar sampai keluar
kota, sampai ke kemah Yakub. Ayah manakah yang rela anaknya
dicemari? Seharusnya, ia yang mencarikan seorang lelaki bagi
Dina, lelaki yang bersunat, bukan lelaki yang tidak bersunat.
Kakeknya mencarikan perempuan diluar Kanaan bagi ayahnya
Ishak,

lantas

belum

sempat

ia

menjodohkan

Dina,

anak

perempuan itu telah kebablasan dengan pria Kanaan. Sebagai


seorang ayah, Yakub gagal menjalankan sebuah kewajiban.Yakub
yang sabar itu menyimpan kepedihan dan kekesalannya, ia
memilih untuk mendiamkan perkara itu, sampai ke-11 anak lakilakinya pulang dari padang.
Beberapa langkah dari

kemah,

Ruben

menangkap

kejanggalan di kemahnya. Milik siapa unta-unta dan keledai di

depan kemah itu? Juga orang-orang di dalam kemah, siapakah


mereka? Dan apakah isi kantong-kantong di atas pundak untaunta itu? Apakah perbekalan ? atau?
Saudara-saudara Dina itu, mendekat

di

kemah

lalu

terdengarlah pembicaraan seorang pria dan ayahnya, Yakub.


Dina.. dircemari.. anakku, Sikhem.
Terjawablah semua hal yang membingungkan mereka. Pria
itu, adalah Hemor, penguasa kota di Kanaan; unta dan keledai di
depan kemah adalah miliknya; orang-orang di dalam dan di
sekitaran kemah adalah rombongannya; kantong-kantong diatas
punggung unta dan keledai itu adalah mohar, maka masyghullah
mereka atas perbuatan putera penguasa itu, Sikhem. Namun
kesedihan mereka hanyalah terfokus pada kehormatan keluarga,
mengapa peristiwa memalukan ini terjadi di dalam keluarga
Israel? Berasal dari kemah Yakub? di mana Allah dikenal dan
disembah?
Di luar kemah, seorang ibu menangis tersedu-sedu. Ia tidak
sedih karena malu, ia sedih mengingat kejahatan dan aib yang
tertempel atas anak perempuannya. Lea berpikir, bagaimanakah
masa depannya? Masihkah ia dihormati? Masihkah ayahnya
menganggapnya anak, setelah peristiwa yang menodai kemah
Yakub?

Lea

sedih

mengingat

Dina.

Simeon

mendengar

rintihannya.
Ibu.. kata Simeon mendapati Lea.
Makin menjadi-jadilah tangis perempuan itu. Simeon melihat
ibu yang masygul itu, ia merasakan sakit hati yang tak
terperikan. Ia

kemudian mengerti

sebuah kesedihan yang

sesungguhnya.
Saudara bersaudara itu bergabung dan berbaur bersama
rombongan si penguasa Kanaan di dalam Kemah. Wajah yang
berkerut itu menyimpan kekecewaan yang tak terdefinisikan.
Dahinya mengerut seakan-akan berkata
Mengapa ini terjadi?

Matanya penuh khayal tak mampu menatap fokus manusiamanusia Kanaan di depannya. Tangannya dilipatnya kebelakang,
berusaha menyembunyikan kepalan tangan yang merekat erat.
Hati Sikhem anakku mengingini anakmu; kiranya kamu
memberikan dia kepadanya sebagai isterinya dan biarlah kita
ambil-mengambil: berikanlah gadis-gadis kamu kepada kami dan
ambilah gadis-gadis kami. Tinggalah pada kami: negeri ini
terbuka untuk kamu; tinggallah di sini dan menetaplah disini.
Yakub menundukankan kepalanya,
Apa katamu? Aku tak percaya anakmu benar-benar
menginginkan anakku. Dan, tinggal dalam kotamu itu? Tempat
dimana anak daraku dicemari? Apa kau mau mempermalukan
aku dan keluargaku setelah seisi kotamu telah mengetahui noda
keluargaku? Mencemari anakku, sama saja dengan mencemari
keluargaku. Lagi memberikanmu gadis-gadisku (apakah itu
hamba-hamba atau Lea dan Ribka?) dan kau berikanku gadisgadismu? Hai pengusa Kanaan, aku tak memerlukan gadisgadismu. kemahku tak menerima gadis-gadis dan dewa-dewi
mereka untuk meracuni anak-anakku, batinnya.
Apakah ia sudah tak mampu lagi? Diam-diam, si sulung
membaca siratan air dari setiap gerak Yakub. Namun bukan
hanya, Ruben yang memerhatikan gerak dan air wajah ayahnya,
ada pula Sikhem. Keduanya gelisah. Ruben menyentuh pundak
sang ayah. Dengan tajam dipandangnya Sikhem.
Biarlah kiranya aku mendapatkan kasihmu, walaupun kamu
bebankan kepadaku uang mahar seberapa banyak pun, aku akan
memberikan apa yang kamu minta; tetapi berilah gadis itu
kepadaku menjadi isteriku..
Hai Sikhem, sadarkah engkau ketika mengatakannya? aku
berikan apa yang kamu minta; perkataanmu menggiringmu ke
gua singa. Sebegitu besarkah cintamu kepada Dina, sehingga
cinta itu mampu mengoyakan rasa takut dan akal sehatmu?
Tidakkah engkau memerhatikan sekelompok pria yang berjejer
didepanmu? Tatapan itu dan kepalan tangan itu? Tidakkah

engkau melihatnnya? Tidakkah engkau berpikir betapa marahnya


mereka kepadamu? Kau sendiri yang membuka cela, dengan
berani bernegosiasi dengan saudara-bersaudara yang pintar
bersilat lidah dan memainkan tak tik. Apa yang kamu minta,
tidak

berpikirkah

engkau,

bahwa

sebagian

dari

mereka

menginginkan nyawamu?
Ruben mengangkat setengah keningnya, dipandangnya kiri
dan kanannya.
Saudaraku, bukankah ini saatnya? bisik Simeon.
Saatnya membalas dan kita dapatkan kuasa dan harta.
Namun
dalam
hatinya
Simeon
berkata
dan
nyawanya.Sebagai wakil sang ayah, dan sebagai yang sulung,
majulah Ruben dan mengatakan sebuah tak-tik gelap.
Kami tidak dapat berbuat demikian, memberikan adik kami
kepada orang yang tak bersunat, sebab hal itu aib bagi kami.
Hanyalah

dengan

syarat

ini

kami

dapat

menyetujui

permintaanmu: kamu harus sama seperti kami, yaitu setiap lakilaki

di

antara

kamu

harus

disunat,

barulah

kami

akan

memberikan gadis-gadis kami kepada kamu dan mengambil


gadis-gadis kamu; maka kami akan tinggal padamu, dan kita
akan menjadi satu bangsa. Tetapi jika kamu tidak mendengarkan
perkataan kami dan kamu tidak disunat , maka kami akan
mengambil kembali anak itu lalu pergi.
Bagi Hemor dan Sikhem, ini bukan hal yang mudah,
butuhkan pertimbangan khusus. Dan segala keputusan meiliki
konsekuensi. Sunat. Pindah agama bukan merupakan hal yang
mudah bagi seorang yang duhormati. Bisa saja, keputusan ini
membalikan kehormatan itu. Melalui sunat mereka mempunyai
arti kebangsaan, yang mencirikan keanggotaan bangsa Israel,
yang tidak dapat disangkal. Namun hal tersebut hanyalah
dampak dari penyerahan gerakan kasih karunia Allah kepada
manusa, dan penyerahan manusia kepada Allah. Dengan kata
lain, ketika Hemor dan Sikhem mengalami sunat, dua orang pria
ini harus melepaskan ikatan dengan El, Baal, Asyera, Anat,

bahkan dewa-dewi yang dikenal dan disembah di Kanaan. Dan


meyerahkan diri pada TUHAN yang disembah Abraham.
Dengan penuh kerendahan dan tanpa mengenal resiko,
Hemor dan Sikhem sepakat. Bagi saudara-bersaudara itu,
sungguh

mudah

untuk

membuat

ayah

dan

anak

ini

menggangukan kepala. Mudah sekali menipu si penguasa dan


anak lelakinya itu. Tanpa berpikir panjang, mereka tak melihat
kepercayaan yang total dari Sikhem yang tak bertangguh,
bahkan pun akal bulus mereka.Kejujuran pria Kanaan itu, jauh
lebih berharga dari pada tipuan pria-pria Israel itu.
****
Kumpulan manusia itu telah berkumpul di pintu gerbang
ketika nampak dari kejauhan khafilah Hemor dan Sikhem.
Menyambut

penguasa

dan

khafilahnya

yang

baru

saja

berkunjung di sebuah kemah milik seorang nomaden bernama


Yakub. Di mata masyarakat yang menetap, merupakan

kaum

yang liar dan agresif, kuat dan bebas. MerekaKaum ningrat yang
menguasai kaum lemah, apalagi seperti mereka, para kaum tani
yang menetap. orang-orang yang mengandalkan kekerasan,
hanya sedikit kebaikan yang dipikirkan. Fokus mereka adalah
memiliki banyak ternak, menjajah dan menebas. Mereka sering
tidak mempunyai tanah namun mengklaim tanah yang mereka
gunakan waktu itu atau bahkan mengambil alih dengan paksa,
sehingga

mendatangkan

kecemasan

bagi

masyarakat

di

dekatnya. Gembala nomad dianggap kelompok sosial yang


rendah dan menyebalkan (13: 5-18). Namun paradigma itu
sedikit berubah ketika kedua pria itu menyampaikan kabar di luar
kota, tentang kesepakatan yang tercipta di kemah Yakub, si
nomaden itu.
Orang-orang itu mau hidup berdamai dengan kita,
biarlah mereka tinggal di negeri ini dan menjalaninya
dengan bebas; bukankan negeri ini cukup luas untuk mereka?
Maka kita dapat mengambil gadis-gadis mereka menjadi isteri

kita dan kita dapat memberikan gadis-gadis kita kepada mereka.


Namun hanya dengan syarat ini orang-orang itu setuju tinggal
bersama-sama dengan kita, yaitu setiap laki-laki diantara kita
harus disunat seperti mereka bersunat. Ternak mereka, harta
benda, dan segala hewan mereka, bukankah semuanya
itu akan menjadi milik kita? Hanya biarlah kita menyetujui
permintaan mereka , sehingga mereka tetap tinggal pada kita.
Masing-masing kerumunan orang itupun berpikir keras.
Rupanya si nomaden yang mendirikan kemah di luar kota itu
merupakan seorang yang kaya-raya. Di mana ada gula di situ
ada semut. Lihat ternak-ternak disekeliling kemahnya, bahkan
dalam kemahnya ada banyak perabotan emas. Siapa yang tak
tergiur?
Alhasil, demi teknak dan tembikar emas, penduduk kota itu
membelokan kesucian sunat. Malah palah artinya sunat itu?
Demi kebutuhan ekonomis, rasanya itu terlalu rendah dan penuh
nafsu. Jauh lebih baik sunat bangsa-bangsa lain yang memaknai
sunat

sebagai

tanda

kedewasaan

dan

kewibawaan.Demi

kesejahteraan keluarga, para ayah dan anak lelaki di potong kulit


khatannya. Batu api dan pisau batu menjadi saksi darah yang
menetes.
****
Perspektif Dina..
Tepat di hari ketiga, ketika Sikhem, dan mertuaku Horem
masih terbaring lemas karena luka penyunatan itu. Ketika aku
hendak pergi menimba air. Kehidupan kota berjalan dengan
lancar, anak-anak di pekarangan rumah, para ibu yang membuat
adonan roti di dapur, bahkan ada yang akan menimba air
bersamaku. Hanya para ibu dan anak kecil yang terlihat sama
seperti suamiku dan mertuaku suami, ayah dan anak lelaki
mereka pun masih lemas akibat luka penyunatan itu.
Sampai dua orang lelaki masuk ke kotaku, masing-masing
membawa pedang. Semua perempuan dan anak kecil menangis
dan meraung ketakutan, termasuk aku. Saat Sikhem keluar dari

pintu rumah untuk melihat keadaaan kota, itulah terakhir kali ku


melihatnya.
Aku hendak lari, tapi seorang dari para pemberontak itu,
menahan

erat

tanganku.

Serasa

nafasku

terhenti

kala

melihatnya,
Itu Simeon kakakku.
Dan yang menghabisi pria dirumahku, adalah Lewi, kakakku
juga.
Mengapa mereka seberingas ini? Tanpa takut mereka
membunuh

suamiku,

mertuaku,

suami

dan

anak

laki-laki

perempuan kotaku.
Aku tahu besarnya tanggungan atas pundakmu saudarasaudaraku, kalian go-el bagiku, penebusku. Sejak kecil, ayah
selalu mengajarkan kita tentang perasaan sedarah, kesatuan
dalam sebuah kemah, bahkan kepentingan bersama di tengahtengah anggota keluarga. Aku mengingatnya saudara. Sudahku
laksanakan tuntutan tradisi dengan mengawini Sikhem, agar
malumu sedikit mengurang. Aku tahu Simeon, kaulah yang
mengusap air mata ibu karena aib yang kubuat. Aku tahu
seberapa besar kasihmu terhadapku Lewi. Tapi haruskah darah
menjadi balasannya?
Siapa lagi yang datang? Bukankah itu Ruben? Naftali?
Ishakar?

Zebulon?

Dan?

Mau

kalian

apakan

kota

ini?

Menjarahnya? Tak cukupkah dan domba di pekarangan kemah


kita? Perabotan-perabotan emas dalam kemah? Tak cukupkah
hamba-hamba yang kita miliki sehinggga perempuan dan anakanak di kota ini kau tawanan?Cukup saudara-saudaraku, begitu
berat aib yang ku tanggung. Bahkan untuk melangkah di kemah
keluargaku sendiri, aku sangat malu. Aku ingin bertanya,
berikanlah jawaban: Masihkah Ayah menganggapku sebagai
anaknya setelah aib yang ku buat? Pikirkanlah perasaanku.
Dan setelah aku di terima di kota ini, setelah aku
mendapatkan tetangga, dan teman-teman yang menerimaku dan
mengaburkan

pandangan

terhadap

aibku,

engkau

membinasakan kota ini. Dan sekarang, beberapa perempuan


yang kau tawan melewatiku sambil menyumpahiku suamiku,
anakku, rumahku, semuanya binasa karena engkau, enyahlah!
Ah, kalau memang ini yang kalian inginkan, baiklah aku
menjadi penjaga kemah itu kembali. Baiklah ceritaku dikenang
Israel, sebagai noda di kemah Yakub.
Inti Teologi:

Pernikahan dengan bangsa yang tidak percaya kepada Tuhan


(bangsa
mungkin

kafir)

sama

bangsa

sekali

terang

tidak

akan

diperbolehkan.

bersatu

dengan

Tidak
bangsa

kegelapan. Tidak mungkin Israel bersatu dengan bangsa kafir.


Dan tidak mungkin Dina dipersatukan dengan Sikhem,

seorang dari bangsa kafir itu.


Tanda perjanjian dengan Tuhan yang sangat sakral tidak
boleh disalahgunakan

hanya

demi kepentingan pribadi.

Karena itu merupakan simbol ketaatan terhadap perintah. Jika


disalahgunakan dengan berbagai kepentingan duniawi, Allah

akan murka dan menimbulkan bencana.


Setiap laki-laki haruslah menghargai perempuan sebagai
perwujudan dari amanat Tuhan, yakni bermitra dengan
perempuan dan menganggapnya sebagai penolong yang
sepadan terhadap laki-laki dan bukannya sebagai barang
yang harus dijaga dan hanya disimpan untuk kalangan

terbatas.
Kekerasan secara fisik maupun non-fisik terhadap perempuan
merupakan kejahatan dan pemberontakan terhadap Sang
Pencipta, sebab perempuan juga adalah sesama ciptaan

Tuhan yang dibuat segambar dengan-Nya.


Jangan menjadikan perempuan sebagai objek atau benda
mati, namun berpikirlah juga pada perasaan perempuan.
Perempuan juga memiliki suara yang ingin didengarkan.

KEJADIAN 39:1-23 YUSUF DI RUMAH POTIFAR


(ANALISIS LEKSIKAL-SINTAKSIS)
Pokok Pikiran:
Ay. 1-6 Yusuf di rumah Potifar
Ay. 7-12 Istri Potifar menggoda Yusuf
Ay. 13-19 Tuduhan palsu terhadap Yusuf
Ay. 20-23 Yusuf di dalam penjara
Analisis Historikal:
Perikop ini ditulis oleh sumber Y. Yusuf datang ke Mesir
diperkirakan pada zaman Firaun Hyksos sekitar tahun 1900 SM. Ini
hampir 200 tahun setelah panggilan Abraham. Alasan ini diperkuat ketika
Yusuf di Mesir menjadi budak di rumah Potifar, pegawai istana
Firaun. Dengan tegas disebutkan bahwa Potifar itu adalah orang
Mesir, hal ini mungkin dapat dianggap sebagai petunjuk bahwa
cerita ini berlaku di zaman Firaun-firaun Hyksos, karena adalah
aneh pangkat itu dipegang oleh seorang Mesir. Alasan ini juga
semakin diperkuat bahwa dari zaman Hyksos ada ditemukan satu
kuburan pegawai orang Mesir yang membuktikan bahwa raja
Hyksos mengambil tindakan-tindakan untuk pengumpulan dan
pembagian gandum kepada rakyat berhubung dengan adanya
kelaparan. Semua ini menunjukkan, bahwa Yusuf hidup di zaman
Hyksos. Firaun-firaun dari Wangsa Hyksos ini bersemayam di
Avaris, sebuah kota yang letaknya di timur laut delta (muara)
sungai Nil. Orang belum sepaham tentang lama dan waktu
pemerintahan

mereka.

Ada

yang

menerangkan

permulaan

pemerintahan mereka itu pada tahun 1900 SM.


Motif dominan dalam cerita ini adalah seorang wanita yang
tidak sopan, memfitnah pria yang menolak bujukannya, biasa
ditemukan dalam karya-karya sastra. Salah satu cerita yang
sangat mirip dengan cerita ini berasal dari Mesir yang berjudul
cerita dua bersaudara. Kecuali pada bagian akhir, cerita itu mirip
dengan cerita dalam Kejadian. Namun, tidak terlalu berarti

bahwa ada hubungan langsung antara kedua cerita itu. Intinya,


kedua cerita ini bersumber pada cerita-cerita rakyat.
Tafsiran:
Ayat 1-6
Adapun Yusuf (KBBI: mengenai, tentang hal) menyambung cerita sebelumnya
tentang bagaimana Yusuf yang dijual oleh saudara-saudaranya ke Mesir karena iri hati.
Potifar dalam bahasa mesir kuno: dia yang diberi oleh Ra (dewa matahari mesir) adalah
seorang laki-laki Mesir. Yusuf dibawa ke mesir pada usia 17 tahun (37:1) dan tinggal di
rumah tuannya Potifar. Satu kehidupan yang berbeda dengan kehidupannya sebelumnya,
dimana ketika ia tinggal bersama dengan ayahnya Yakub, ia menjadi anak kesayangan
(anak emas) tapi sekarang Yusuf dijual sebagai budak kepada Potifar. Ini adalah satu
kejatuhan yang berat bagi Yusuf. Di rumah potifar, meski mengalami kejatuhan yang
berat tapi ia disertai Tuhan (ay2). Hal itu menimbulkan kemajuan dalam hidup Yusuf di
rumah Potifar. Ia segara menduduki tempat terpercaya di rumah tuannya. (ay6) semua
milik Potifar dipercayakan kepada Yusuf kecuali makannya sendiri. Alasan dikatakan
bahwa Potifar mengurus makannya sendiri adalah karena orang Mesir tidak boleh makan
dengan orang Ibrani karena bagi mereka itu adalah kekejian. Jadi, ada pemisah yang besar
antara orang Mesir dan orang Ibrani khususnya dalam hal makanan, sehingga Potifar
tetap mengurus makanannya sendiri. Melihat dari perantara antara Mesir dan orang
Ibrani, menandakan betapa percayanya Potifar pada Yusuf sehingga membiarkan Yusuf
yang seorang Ibrani mengurus rumahnya sebagai orang Mesir. Dalam pandangan Yahwis,
keberhasilan Yusuf itu seluruhnya tergantung pada YHWH. Dibalik layar kesuksesan
Yusuf adalah YHWH. Rupanya, pemenuhan janji Allah kepada Abraham juga
keturunannya diterima juga oleh Yusuf, dimana Allah yang memberikan janji kepada
Abraham dan keturunannya akan mendapatkan berkat bagi bangsa-bangsa lain juga
(12:2-3, 30:27-30).
Ayat 7-12
Pada ayat 6b dikatakan bahwa Yusuf itu manis sikapnya dan elok parasnya. Istilah
ibrani yang sma digunakan terhadap Rahel (kej 29:17) ibu Yusuf. Perawakan Yusuf yang
ganteng membuat dapat menarik perhatian para wanita-wanita di mesir. Dikatakan bahwa
istri potifar melihat Yusuf dengan berahi (KBBI: perasaan cinta kasih antar laki-laki dan
perempuan, ketertarikan). Begitu juga dengan apa yang dialami oleh istri Potifar yang
juga mulai tertarik kepada Yusuf. Ayat sebelumnya mempersiapkan adegan usaha
menggona Yusuf yang dilakukan oleh istri Potifar. Mungkin sekali istri potifar bukan
hanya terpana dengan paras Yusuf yang elok, tapi ia juga melihat keberhasilan Yusuf

dalam segala apa yang ia lakukan, melihat betapa Yusuf yang terus diberkati YHWH
sehingga ia juga ingin menjadi bagian dari kesuksesan itu yang tak ia dapatkan dari
Potifar. Sikap nyonya rumah yang seperti perempuan sundal dengan berkata merayu
meminta Yusuf yang hanya seorang hamba untuk tidur dengannya, adalah sikap yang
paling memalukan dan rendahan.keinginan berzinah istri Potifar datang melalui mata.
Kenyataannya adalah bahwa istri Potifar itu sudah melakukan zinah dalam hatinya, sudah
berdosa. Rayuan Potifar ditolak mentah-mentah oleh Yusuf. Ternyata Yusuf masih
memiliki rasa hormat kepada tuannya yang dengan menerimanya dan menaruh percaya
padanya. Tidak terpikir baginya untuk menghianati tuannya itu.
Berbuat dosa terhadap Allah,mengingini istri atau suami orang lain dilarang dalam
hukum Taurat. Yusuf tahu, jika dia berbuat zina berarti ia berbuat dosa pada tuannya
yang telah mempercayainya dan berdosa melawan Allah. Meski sudah bertahun-tahun
hidup dan tinggal di tengah-tengah orang-orang yang tidak mengenal Allah, iman Yusuf
kepada Allah tetap terjaga. Karena kesetiaannya kepada Allah dan Potifar, tetap melawan
dosa.. Rumah potifar yang kaya, tidak mudah mendapati rumah itu kosong tanpa ada
hamba-hamba lain yang bekerja di situ, dan menurut cerita di situ hanya ada tersisa Yusuf
dan istri Potifar. Mungkin itu bagian siasat dari istri Potifar untuk mengosongkan rumah,
membiarkan waktu berdua dengan Yusuf karena rasa yang sudah tak bisa lagi ditahannya.
Hal yang menarik adalah ketika istri Potifar tekun mengajak, Yusuf pun tekun menolak.
Hal terakhir yang bisa dilakukan Yusuf untuk menolak ajakan itu adalah dengan lari dari
rumah itu, menjauhi dosa.
Ayat 13-19
Takut, gugup mungkin adalah yang terlintas dalam pikiran istri Potifar. Jalan keluar
untuk tidak disalahkan adalah dengan memberikan saksi palus atau fitnah. Yusuf yang
mengelak tapi pakaiannya tertinggal. Pakaian itu yang kemudian digunakan sebagai bukti
palsu ketika Yusuf dituduh mencoba memperkosa wanita itu. munkin alasan kenapa dia
menghina Yusuf adalah karena merasa marah. Orang Ibrani: Abram adalah orang
pertama yang disebut orang Ibrani. Ia menyebut Yusuf sebagai orang Ibrani karena orang
Mesir punya perasaan anti Ibrani (Kej. 43:32). Perempuan itu mengatakan bahwa Yusuf
mempermainkan kita bukan mempermainkan saya. Bentuk cara perempuan itu untuk
mencari teman atau cari sekutu.

Dalam bahasa Ibrani, kata mempermainkan

menggunakan kata yang sama dalam Kej. 26:8 (bercumbu-cumbuan). Jelas maksud
perempuan itu bahwa Yusuf mempermainkannya adalah bahwa Yusuf mencoba
memperkosanya. Selain memfitnah Yusuf, ia juga mencoba menyalahkan Potifar yang
membawa Yusuf ke rumah mereka (ayat 14, 17) supaya Potifar menjadi marah.

Ayat 20-23
Potifar yang marah langsung menangkap Yusuf dan dimasukkan dalam penjara.
Sekalipun demikian, kendati tuduhan yang dilancarkan itu sangat serius, rupanya di
dalam hati Potifar meragukan kesalahan Yusuf, sebab dia tidak membunuh Yusuf.
Sebaliknya dia bergegas mengirim Yusuf ke dalam penjara. Menurut Wenham, hukuma
mati biasanya dilakukan untuk kasus pemerkosaan, tetapi Yusuf tidak dihukum mati,
menandakan bahwa Potifar meragukan cerita istrinya. Dalam ayat 19 dikatakan bahwa
bangkitlah amarah

Potifar Banyak penafsir yang berpikir bahwa amarah ini juga

ditujukan kepada istrinya. Hal-hal yang menjanggal dari fitnahan istrinya adalah, jika
ketika akan diperkosa ia berteriak-teriak mengapa tidak ada orang yang mendengarnya,
malahan dia yang memanggil orang-orang dan menceritakan masalahnya. Kedua, kalau
memang ia akan diperkosa masakan Yusuf yang keluar tanpa baju sedang bajunya ada di
tangan perempuan itu, bukan sebaliknya. Mungkin hal-hal ini terlintas dalam pikiran
Potifar yang juga diketahui bukan orang yang cukup bodoh untuk tidak memikirkan halhal tersebut. Sekali lagi, Yusuf yang ada dalam puncak kesuksesan kembali masuk
kedalam jurang permasalahan. Walaupun demikian, tetap YHWH menyertai Yusuf dan
memberkatinya, dimanapun dia berada dan apapun yang ia lakukan.

KEJADIAN 39:1-23 YUSUF DI RUMAH POTIFAR


(KAJIAN NARATIF)
Yusuf diperdagangkan. Dia diperdagangkan di pasar Mesir
dalam keadaan setengah telanjang, sementara orang-orang kaya
berjalan mondar-mandir untuk melihat barang dagangan apa
yang dibawa oleh kafilah orang Ismael yang baru memasuki kota.
Tetapi Yusuf yang satu ini sangat berbeda dengan Yusuf yang
berangkat dari Dotan. Yusuf masa lalu yang angkuh dan
berprasangka telah menyamai Allah, telah mati di tengah jalan.
Kini bangkit Yusuf yang lain. Para kafilah itu telah berprasangka
di tengah jalan, pasti ada sesuatu dengan anak ini. Dia mampu
mengatasi penderitaannya. Dari caranya bertanya,
Ke manakah engkau membawaku?
Menyatakan seakan-akan dia percaya dan juga berpikir akan
adanya satu tujuan serta maksud tertentu. Pemuda yang aneh
memang. Pada waktu malam, melalui percakapan yang panjang
lebar di sekitar api unggun, tiba-tiba dia begitu terharu dan
dengan penuh hormat yang luar biasa disebutkannya nama Allah
yang asing, yang mereka sendiri tidak mengenal-Nya.
Pada suatu hari, terdengarlah aba-aba dari barisan terdepan
kafilah

itu.

Di

kejauhan

tampak

puncak-puncak

piramida,

menandakan bahwa mereka akan segera memasuki wilayah


Mesir. Akhirnya, kini Yusuf akan menyaksikan sendiri makammakam raja yang belum pernah dibicarakan orang sehingga ia
mendengarnya dengan penuh kekaguman.
Hebat sekali, bukan? cetus mereka seorang kepada yang
lain.

Tetapi

Yusuf

diam

saja.

Apa

gerangan

yang

harus

dilakukannya di tanah Mesir ini sebagai keturunan Abraham,


Ishak, dan Yakub?
Ya, Allah leluhurku, sertailah aku.
Yusuf berdiri saja di pasar untuk diperdagangkan. Apakah
yang akan diteliti ketika membeli budak? Kakinya, lengannya,
lehernya,

seperti

mencari

seorang

tukang

pukul?

Potifar,

panglima pengawal istana Firaun, mencari seorang pelayan


rumah. Yang diteliti ialah tangan, mata, dan lehernya.
Dari mana kalian dapatkan ini?
Dari Kanaan, Tuan. Dia bukan budak sembarang budak,
hamba berani bersumpah.
Kubeli dia! ungkap Potifar yakin.
Tidak, pemuda Ibrani ini bukan budak sembarang budak. Dia
sungguh

diberkati.

Semuanya

bermula

pada

Adam.

Allah

memberkati dia. Allah menyebutnya manusia.


Aku akan bersama dengan engkau supaya engkau boleh
menjadi manusia dan berkembang. Segala sesuatu yang kau
kerjakan akan berhasil. Engkau akan menjadi manusia. Engkau
tidak lebih kecil dari ukuran yang biasa, juga tak ada seorang
pun yang akan melebihi engkau.
Allah tidak menghendaki manusia menjadi kecil, bahkan
akan menjadikannya besar.
Abraham, Aku akan membuat namamu besar dan engkau
akan diberkati dan bersamamu semua bangsa akan mendapat
berkat.
Apa yang telah dimulai dengan Adam dan Abraham,
berlanjut pula dengan Ishak, dia menjadi besar dan sementara
itu lebih besar, sampai dia menjadi sungguh sangat besar. Begitu
juga seterusnya dengan Yakub, dimana Yakub tinggal, disitulah
Allah memberikan berkat-Nya.
Kini giliran Yusuf yang diberkati itu untuk menjadi berkat.
Memang, bukan budak sembarang budak. Mula-mula jauh di
kedalaman sumur itu tempatnya, sampai dia boleh bertumbuh.
Benih gandum yang jatuh di tanah dan mati akan berbuah.
Pekerjaan Yusuf selalu berhasil. Di mana pun kakinya berpijak,
disitulah

tumbuh

kedamaian.

Juga

Yusuf

menjadi

besar,

sementara itu lebih besar, sampai dia menjadi amat sangat


besar.
Yusuf, kemarilah, coba perbaiki lampu minyak itu.
Potifar sudah lama tahu, bahwa barang itu sudah lama rusak
dan tak mungkin diperbaiki lagi. Tetapi dia sangat ingin tahu

bagaimana pelayanannya yang baru, dapat melepaskan diri dari


masalah itu.
Tuan, lampunya telah menyala lagi.
Apa katamu? tanya Potifar heran.
Ya, lampu itu telah menyala lagi, jelas Yusuf.
Sungguh menakjubkan, pekerjaan apa pun yang diberikan
kepada pemuda itu, dia mampu melaksanakannya. Sungguh
sepasang tangan emas. Dan akal budi yang cerdas. Selang
beberapa waktu, Potifar tidak pernah menanyakan lagi pendapat
Yusuf.

Sedemikian

percaya

sehingga

segala

miliknya

dipercayakan kepada Yusuf. Segala miliknya diserahkannya


kepada kekuasaan Yusuf. Baik di rumah maupun di padang,
semuanya

berjalan

tanpa

hambatan,

orang

tertawa

dan

berdendang dan setiap orang melakukan tugasnya dengan


sukacita.
Pada masa lalu, kedamaian rumah tangga sangat sukar
dicapai, tetapi kini tidak lagi demikian. Keadaan Yusuf sangat
baik, dia benar-benar orang yang penuh berkat, besar, menjadi
lebih besar, sampai dia menjadi amat sangat besar. Segalanya
ada di tangannya.
Yusuf duduk bersila di kamar kerja juru tulis, sembari
membaca

bagian

akhir

dari

beberapa

laporan

mengenai

kekayaan Potifar. Inventaris dilakukan sekali setahun; ia telah


menyusun daftar kekayaan majikannya.
Di samping istana dekat sungai, Potifar memiliki dua
perkebunan, beberapa ekor kuda dan ternak lainnya. Pertanian
dan peternakannya menghasilkan sebagian besar dari keperluan
rumah tangganya yang besar. Laporan terakhir mencatat semua
budak, yang oleh Yusuf diperinci menjadi pembantu rumah
tangga,

pekerja

ahli,

pengawal,

dan

buruh

pertanian.

Ia

memeriksa daftar itu secara teliti, lalu menyimpannya.


Sekarang ia sudah mengetahui kekayaan Potifar. Telah
berlalu tujuh tahun sejak majikan itu membelinya di pasar budak.

Yusuf menggelengkan kepala saat membayangkan kekayaan


pribadinya dalam waktu yang singkat.
Ia mulai sebagai pembantu rendahan juru tulis yang bahkan
tidak

bisa

bahasa

setempat.

Segera

setelah

menguasai

bahasanya, ia mendapat perintah-perintah secara tertulis. Dalam


dua tahun ia mempelajari tulisan Mesir yang relatif mudah, yang
diikuti secara fonetis oleh bunyi-bunyi bahasa itu. Ia pun sudah
menguasai tulisan-tulisan Mesir kuno yang sulit, naskah gambar
dari monumen-monumen klasik.
Kemudian Potifar mengangkat Yusuf menjadi pembantu sang
Bendahara, seorang tua yang pertama-tama dikenalnya di rumah
Potifar. Suti-met adalah pembantu yang pintar dan kebolehannya
yang utama ialah dapat memerintah orang. Ia mempergunakan
keahlian Yusuf dengan baik. Dalam perjalanan waktu Yusuf
memperoleh tanggung jawab yang semakin besar.
Saat Suti-met semakin tua, ia menjadi penyakitan dan
kurang mampu memusatkan perhatian. Tanggung jawab Yusuf
pun semakin bertambah. Dalam dua tahun ia menjadi pengelola
rumah tangga Potifar yang sesungguhnya. Ketika orang tua itu
meninggal tiga tahun sebelumnya, Potifar sudah mengangkat
Yusuf menjadi sang Bendaharanya.
Betapa indahnya berkat Allah atas dirinya. Adalah sifat Yusuf
untuk memberikan pujian kepada Allah atas kejayaan pribadinya
dalam bentuk ketaatan. Ia bukan lagi orang yang sombong
seperti dulu saat di Kanaan. Tidak terpikir baginya untuk
menerima apa yang diyakini orang-orang di lingkungannya,
bahwa

kepintaran,

kerajinan,

dan

kepribadiannya

yang

menyejukkan, digabungkan dengan kepuasan Potifar atas dirinya


sebagai

budak

kesayangannya

menjadi

penyebab

keberhasilannya. Bagi Yusuf, semua keberhasilan itu adalah


berkat dari Allah.
Ia teringat akan pertanyaan kritis yang diajukan Potifar
kepadanya beberapa tahun lalu.
Apakah sekarang Allahmu bersamamu?

Jawaban

Yusuf

yang

terbata-bata

paling

tidak

memperlihatkan bahwa ia jujur.


Aku tidak tahu. Semoga demikian.
Sekarang jawabannya pasti akan berbeda.
Ia semakin menyayangi tuannya. Potifar adalah kepada
kejaksaan Firaun, tetapi sebenarnya ia kurang cocok dengan
pekerjaannya. Orangnya peka dan selalu sakit bila menjatuhkan
hukuman mati kepada terdakwa. Ia murah hati dan baik sebatas
tidak menyalahi jabatannya. Yusuf menyayanginya karena alasan
itu.
Yusuf hormat kepada Potifar juga disebabkan oleh hal lain. Ia
telah mendengar cerita mengenai perkawinan pertama Potifar
sekitar 20 tahun lalu, sewaktu istri pertamanya meninggal dunia
saat melahirkan. Ia benar-benar merasakan apa yang bergolak
dalam hatinya. Hal ini mungkin dapat menjelaskan perhatian
istimewa Potifar terhadapnya. Hati Potifar barangkali telah
menerima Yusuf sebagai ganti putranya yang sudah meninggal
dunia itu.
Potifar menikah lagi. Istri yang kedua, istri Potifar, cantik.
Yusuf merasa tidak nyaman berada di dekatnya. Sikapnya selalu
memperlihatkan ajakan yang tidak diucapkan, suatu sikap halus
yang mengisyaratkan hubungan yang lebih dalam ketimbang
hanya pergaulan majikan dan budak. Ia mencoba menjauhkan
diri dari istri Potifar, tetapi tugasnya beberapa tahun belakangan
ini mengharuskannya sering berada di dekat istri Potifar. Yusuf
selalu berusaha bersikap resmi terhadapnya.
Ah, kamu rupanya, Yusuf!
Kehadiran wanita tersebut seolah diwujudkan oleh apa yang
ada dalam alam pikirannya. Ia berpaling sewaktu wanita tersebut
keluar dari rumah. Istri Potifar berarti anak yang cantik. Namanya
memang

cocok.

Sebagai

seorang

wanita

dewasa,

ia

menakjubkan.
Tinggi, langsing dan anggun sangat sesuai dengan dirinya
yang berusia 25 tahun. Yusuf tidak tahu apakah istri Potifar

memiliki rambut asli, karena di kepalanya selalu terdapat rambut


palsu dengan kerucut berminyak di atasnya. Pada sore yang
panas, parfum yang banyak di permukaan kerucut itu mencair
dan menetes ke permukaan wajah serta tubuhnya, memberikan
kemilau yang cemerlang pada kulitnya yang halus.
Ia mengenakan kalasaris, pakaian sutra putih dan tembus
pandang. Sudah sejak lama Yusuf berusaha tidak melihat ke
arahnya secara langsung. Bahkan sekarang ia menjauhkan
pandangannya, sehingga ia tidak akan melihat tubuh yang tanpa
malu-malu dipertontonkan oleh pemiliknya. Terutama sekali
kepada dirinya.
Sejak tiba di Mesir, ia sudah terbiasa dengan ketelanjangan.
Sedari awal ia telah membiasakan diri untuk mengalihkan
pandangannya ke arah lain. Bahkan saat dipertontonkan secara
sengaja,
memaksa

sebagaimana
dirinya

yang

untuk

dilakukan

istri

mengabaikannya.

Potifar,

Yusuf

Sungguh

suatu

perjuangan, tetapi ia puas lantaran ia dapat menguasai dirinya.


Dengan pertolongan Allah, ia mengingatkan dirinya sendiri.
Yusuf, kemarilah, tidurlah bersamaku.
Itulah rayuan nyonya Potifar. Lihatlah matanya, tangannya,
lehernya. Nyonya Potifar jatuh cinta kepadanya, pemuda asing di
rumahnya itu. Dia juga sedang kesepian. Bukankah panglima
pengawal istana itu sering bepergian?
Tidurlah bersamaku, Yusuf.
Apa jawab Yusuf? Yusuf menolak dan berkata, Tuanku telah
menyerahkan segala miliknya pada kekuasaanku, bahkan di
rumah in dia tidak lebih besar kuasanya dari padaku, dan tidak
ada yang tidak diserahkannya kepadaku, kecuali engkau, sebab
engkau adalah isterinya.
Yusuf menjadi besar. Amat sangat besar. Tetapi sampai
sejauh mana manusia dapat menjadi besar dan tetap manusa?
Apakah batas-batas menjadi besar itu?
Tidak lebih dari Potifar, kata Yusuf.
Hak miliknya yang terakhir, yang masih dimilikinya bahkan
dapat menjadi milikku. Semuanya mungkin. Tetapi tidak dapat

terjadi. Sebab justru disinilah letak batas pertumbuhan dari


orang yang diberkati itu. Dengan membuat langkah itu, Yusuf
akan melampaui batas keberadaannya.
Perkara ini tidak hanya berhubungan dengan sikap dan
kehidupan

dari

Yusuf.

pelecehan

hawa

Perkara

nafsu

yang

ini

bukanlah

gagal,

semata-mata

melainkan

sungguh

berhubungan dengan peristiwa upaya pencobaan yang telah


melampaui dinding pembatas kamar hias wanita. Manusia
mesianik itu telah dicobai lebih dari kebajikannya bertata susila
dengan keberanian yang dapat dikendalikan. Muncullah lagi
pertanyaan yang menakutkan itu: dapatkah yang diberkati itu
yang jauh dari rumah tetap setia dan bertahan dalam
panggilannya? Mungkinkah Israel yang dalam keterasingan dan
dalam pembuangan itu, dan dalam kehadirannya di tengah
bangsa-bangsa,

tetap

menjadi

umat

yang

diberkati

Allah,

ataukah akan diserahkannya dirinya kepada kekafiran?


Perkara ini sungguh berhubungan dengan penciptaan. Ke
arah itulah telah ditentukan batas-batas bagi manusia. Batasbatas

itu

sedang

bertumbuh.

Apabila

manusia

tidak

menghormati batas-batas itu, maka kehancuranlah yang akan


menunggunya.
Istri Potifar kemudian menghampiri Yusuf yang sedang sibuk
dengan pekerjaannya.
Pekerjaan apa yang harus aku laksanakan, Bu? seperti
biasanya Yusuf bersikap resmi.
Mari masuk bersamaku, Yusuf.
Senyumnya ramah. Terlalu ramah.

Mereka

berjalan

memasuki ruangan yang besar. Mereka berjalan memasuki


ruangan yang besar. Yusuf mengikuti dengan hormat sambil
berharap menemukan pembantu yang lain. Rasanya tidak ada
orang lain di rumah ini.
Bagaimana masalah inventarisasi itu? tanyanya.
Semuanya telah rapi, Bu.
Sudah beres semuanya? Bukan main, hebat juga kau ini.

Istri Potifar semakin mendekatkan diri kepadanya. Yusuf


menjauh.
Ada apa, Yusuf? Kau tidak suka padaku? Kenapa kau tidak
bisa tenang dan santai bersamaku? Aku takkan menyakitimu.
Aku hanya ingin menjadi temanmu. Kau lebih dari sekedar
budak,

Yusuf.

Kau

adalah

kepada

rumah

tangga

di

sini.

Kedudukan yang terhormat. Bukankah karena itu kau berhak


menjadi sahabatku?
Cara mengucapkan

kata

sahabat

menakutkan

Yusuf.

Perkataan tadi mempunyai banyak pengertian dalam bahasa


Mesir. Sahabat bisa juga berarti seorang kekasih yang tidur
seranjang dengan Anda.
Tidurlah bersamaku, Yusuf.
Yusuf tidak mengindahkan

perkataannya,

dia

tidak

memberikan perhatinannya. Yusuf merasa terdesak lagi. Dia


harus menentukan pilihannya.
Istri Potifar yang hasrat hawa nafsunya begitu besar dan
tidak

terbiasa

kepada

prilaku

seorang

pelayan

yang

membangkang, menarik jubah Yusuf ke arahnya, dengan maksud


untuk memeluknya. Tetapi Yusuf melepaskan diri dengan paksa
dan lari sehingga jubahnya tertinggal dalam tangan perempuan
itu.
Bagaimana sang nyonya melepaskan diri dari prilaku sepert
ini?
Tolong! Tolong! Aku diserang!
Nyonya Potifar berteriak-teriak seperti orang gila. Sebab
tanpa berbuat begitu, tentu orang tidak akan percaya bahwa dia
diserang.
Tolong! teriaknya lagi, seraya masih memegang jubah itu.
Tolong!
Budak-budak laki-laki dan perempuan berlarian tunggang
langgang.
Orang itu, orang Ibrani itu, dia mau tidur bersamaku.. dan
aku.. aku.. dia berteriak sekeras mungkin.
Dia kemudian lari dan meninggalkan jubanya di sini, di
sisiku.

Di sisiku, kata nyonya Potifar dengan licik. Ya, dia sungguh


tidak berbuat salah, sebab tidak dikatakannya dalam tanganku.
Sang nyonya terkejut dan bingung, para pelayan juga.
Semua orang terkejut dan bingung. Demikianlah peristiwa itu
tersiar di seluruh istana. Tetapi jangan sangka bahwa para
pelayan percaya akan ocehannya. Mereka telah lama melihat
gerak-gerik sang nyonya yang menaruh hati kepada Yusuf. Tetapi
mereka semua turut berperan dalam sandiwara itu sehingga
setiap orang turut dalam tipu muslihat itu.
Ah, Nyonya betapa kurang ajar orang Ibrani itu!
Ketika Nyonya Potifar hendak memperdayakannya, dia tahu
benar siapa namanya, tetapi setelah ternyata dia gagal dalam
tipu dayanya, disebutnya dia orang Ibrani.
Setelah kejadian itu, Yusuf menjadi sangat takut. Ia hanya
tinggal di rumahnya sambil pikirannya melayang kepada Istri
Potifar. Apa yang dilakukannya dapat juga dimengerti. Suaminya
20 tahun lebih tua daripada Istri Potifar dan sebagian besar
waktunya digunakan suaminya di istana. Ia kesepian. Kebutuhan
seksualnya tidak terpenuhi. Perpaduan kebosanan dan persoalan
seksual yang menyebabkan semuanya itu.
Hal ini bukan sesuatu yang luar biasa. Sebagian besar
wanita

bangsawan

Mesir

melakukan

perselingkuhan

yang

diperbolehkan oleh suami mereka. Bukan rahasia lagi bahwa Istri


Potifar mempunyai banyak penggemar diperlihatkannya secara
terang-terangan.
Bagaimanakah perasaan Potifar apabila Yusuf menerima
ajakan permaisurinya? Kebencian, pengkhianatan atau menerima
dengan tenang dan sabar?
Setelah hidup di dalam kebudayaan Mesir selama tujuh
tahun, Yusuf masih belum dapat menerima moralitas kebudayaan
setempat yang berbeda dari apa yang dipelajarinya selama ini.
Orang tuanya

mempunyai pendapat yang jelas

mengenai

persetubuhan dan perzinahan. Saat Sikhem menggoda kakak


tirinya, Dina, saudara-saudaranya bersumpah akan membalas

dendam. Mereka tidak hanya membunuh orang itu, melainkan


juga seluruh keluarganya.
Kesusilaan dihormati dan dipertahankan secara tegas dalam
keluarga Yusuf. Ajaran itu tertanam kokoh dalam pergaulannya.
Bahkan setelah hidup selama tujuh tahun di Mesir dengan sikap
moral yang longgar, ia tidak setuju melakukan perselingkuhan
dengan istri majikannya karena merupakan dosa besar.
Allah, di manakah Engkau?
Sejam lalu, Allah rasanya sangat dekat. Selama tujuh tahun
Allah telah memberkatinya dan memberikannya kehidupan yang
berkecukupan. Apakah semuanya tidak ada gunanya?
Di manakah Engkau, ya Allah? Apakah Engkau benar-benar
bersamaku? Atau hanya bayangan saja, suatu keseimbangan
antara tujuh tahun kesuksesan dan tujuh tahun kegagalan?
***
Potifar datang dan mencium suatu keanehan.
Apa yang sedang terjadi? tanyanya kepada seorang budak
kecil yang membasuh kakinya.
Istri tuan berkata bahwa Yusuf..
Gadis itu bercerita dengan gaya seakan-akan dia tidak
percaya kepada nyonyanya. Sementara Potifar takut kalau-kalau
gadis itu memang berkata benar.
Potifar, budak yang kau bawah ke rumah ini telah menodai
aku, pelayan Ibrani itu, ya.. engkau tak akan percaya, tetapi..
begitulah sang nyonya menuduh Yusuf dengan perbuatan yang
dia sendiri sangat dambakan.
Bukan Yusuf yang menodai dia, melainkan dia sendiri yang
telah berprilaku demikian!
Sungguh berbeda sekali

cerita

ini

dengan

peristiwa

mengenai Yehuda dan Tamar! Yehuda bermasalah jauh dari


rumah dan pergi, Yusuf bermasalah jauh dari rumah, tetapi tetap
tinggal. Tamar mendapatkan cincin materai Yehuda, juga kalung
dan tongkatnya dengan jujur, istri Potifar mencuri jubah Yusuf
dengan paksa. Nama Tamar dibenarkan dengan hormat, nama
istri Potifar tidak berkutik terhadap sang penutur.
Potifar, budak Ibrani itu..

Potifar, kepada siapa dia berpihak, kepada istrinyakah atau


kepada pelayannya? Potifar seorang politikus. Dia tidak berpihak
pada siapa pun. Dia tidak hendak mencemarkan nama istrinya,
tetapi tidak juga nama budak kesayangannya.
Sungguh memalukan! katanya kepada istrinya.
***
Yusuf.
Suara yang tidak asing itu merenggut pikirannya dari
perasaannya yang putus asa. Ia mengalihkan pandangannya dan
melihat Potifar berdiri di pintu masuk. Ia tidak tahu bahwa
majikannya telah kembali.
Ia berdiri, kemudian

dengan

sendirinya

berlutut

dan

mengangkat tangannya setinggi lutut. Inilah sikap patuh seorang


budak

terhadap

majikannya,

tetapi

Potifar

tidak

pernah

mengharuskan budak-budaknya bersikap demikian. Khusus Yusuf


hubungan mereka sudah hampir seperti ayah dan anak
sehingga tidak mengharuskan sikap hubungan budak-majikan.
Berdiri, Yusuf.
Yusuf pun berdiri. Kata-katanya lembut. Wajahnya ramah,
meskipun suram. Yusuf lebih tinggi dibanding tuannya. Namun,
saat itu ia merasa lebih pendek. Untuk pertama kai dalam
beberapa tahun, ia merasa seperti seorang budak.
Yusuf, kau melakukannya?
Pertanyaan
sederhana.
Yusuf
mengerti

apa

yang

dimaksudkannya. Istri Potifar pasti sudah menceritakan kepada


suaminya, bahwa ia telah dipaksa oleh budak kesayangannya
dan para pembantu rumah tangga pasti akan membenarkan
ceritanya. Baju Yusuf berada di tangannya, kelihatannya pasti
seperti perkosaan.
Tidak, Tuan. Aku tidak berbuar apa-apa.
Mata Potifar memandangi Yusuf, Aku percaya padamu,
katanya.
Aku telah mengenalmu tujuh tahun lamanya. Aku tidak
akan dibodohi. Aku kenal istriku. Ia menggelengkan kepalanya
dengan sedih.

Yusuf menarik napas perlaha. Perhatian Yusuf terpusat pada


orang tua di depannya yang sangat dihormatinya itu.
Tuan, katanya perlahan. Tuan harus berbuat sesuatu.
Lebih baik Tuan mengusir aku saja. Sekarang aku tidak dapat
tinggal serumah dengan Tuan. Hal yang sama mungkin akan
terjadi lagi.
Aku mengerti,
dibanding

yang

Yusuf.

kau

Tetapi

pikirkan.

keadaannya
Masalahnya

lebih

serius

tidak

dapat

diselesaikan hanya dengan mengusirmu. Ia minta agar kau


dihukum mati.
Rasa takut menyelimuti diri Yusuf. Tentu istri Potifar berhak
memintanya. Tidak akan dipersoalkan apakah Yusuf bersalah
atau tidak. Ia tetap budak, sekalipun menjabat sebagai sang
Bendahara. Tetapi istri Potifar adalah majikannya, ibu rumah
tangga.
Tuan, laksanakan saja kewajiban Tuan.
Aku tahu, Yusuf, keluh Potifar. Pergilah dengan segera ke
penjara kerajaan. Di sana kau harus menemui Kepala Penjaga
Penjara.

Jelaskan

keadaanmu

kepadanya

dan

biarlah

menangkapmu. Tak ada yang dapat kita lakukan.


Aku mengerti, Tuan.
Apa yang ia pahami adalah bahwa Potifar
mempercayainya.

Sesungguhnya

ia

akan

ia

sangat

memanggil

para

penjaga dan menyuruh Yusuf dirantai sebagai orang besalah.


Tetapi perintah langsung sudah diberikan kepada Yusuf supaya
menyerahkan

dirinya

sendiri

ke

penjara.

Kepercayaan

mencerminkan perhatian Potifar terhadap dirinya.


Maaf, Yusuf. Wajah ramah Potifar terlihat

ini

sungguh-

sungguh. Sulit bagiku. Aku harus memilih antara istriku atau


sang bendahaku.
Yusuf yakin bahwa ia ingin mengucapkan nak, namun hal
itu mustahil. Tuannya menangkap budaknya karena berusaha
memperkosa

istrinya.

Perkataan

Nak

tidak

keadaan itu, tidak peduli bagaimana perasaannya.

cocok

dalam

Yusuf segera mengenakan kalasaris yang terbuat dari linen,


yang merupakan pakaian lebih formal ketimbang scherti yang ia
kenakan di sekitar rumahnya.
Tatkala Yusuf meninggalkan rumahnya dan melewati jalanjalan Avaris menuju rumah tahanan, ia sekali lagi sadar akan
pertanyaan

yang

sungguh-sungguh

membayanginya,
oleh

tuannya

yang

tujuh

diajukan

tahun

lalu,

secara
Apakah

Allahmu sekarang besertamu?


Yusuf dipenjarakan.
Apakah Engkau sungguh bersamaku, Allah? Apakah ini akhir
dari suatu mimpi yang indah?Apakah segala sesuatu yang terjadi
selama tujuh tahun silam merupakan suatu kebohongan? Di
manakah Engkau, ya Allah?
Pernah dia kehilangan jubah kebesarannya dan harus turun
menyusuri Mesir. Kini dia kehilangan jubah pelayannya dan harus
turun lebih dalam lagi, dalam penjara di bawah tanah Yusuf
menghilang dari pemandangan.
Bersyukurlah, dia selamat. Dalam penjara Mesir, yang pada
saat itu adalah penjara juga, manusia mesianik ini akan
membebeerkan

sebagian

dari

tabir

surgawi.

Dia

dapat

memenangkan hati para penjaga penjara dan juga mereka


sesama terpenjara. Kedamaian yang lenyap dari rumah Potifar
ditumbuhkembangkan dalam rumah pengasingan. Jauh di bawah
tanah sana, orang yang diberkati itu bertumbuh dan berkembang
dengan

subur.

Panglima

dari

rumah

pengasingan

itu

mempercayakan semua tahanan ke dalam tangannya dan segala


pekerjaan

yang

harus

dilakukan

mengurusnya.
Yusuf menjadi besar.
Dan menjadi lebih besar.
Akhirnya, dinding-dinding
menahan kebesarannya.
Inti Teologis:

di

penjara

situ

itu

dialah

tak

dapat

yang

lagi

Keberhasilan

Yusuf

seluruhnya

tergantung

pada

Allah.

Sepanjang kisah ini, kehadiran Allah di balik layar itu terasa


dan memberi sifat teologis tertentu. Dimana Allah secara
nyata menjadi Allah yang meskipun tidak kelihatan, tetap
berpengaruh pada kehidupan orang benar. Allah menyatakan
kemahakuasaan-Nya melalui keberhasilan orang yang hidup

benar di hadapan-Nya.
Yusuf membangun citra yang dalam mengenai Allah yang
disembahnya. Ketaatannya pada Allah membuat dia diberkati
sehingga

Yusuf

yang

sangat

diberkati

ini

mempesona

tuannya, Potifar. Dapat dirumuskan bahwa ketaatan kepada


Allah yang ditonjolkan dan telah meresap menjadi citra diri
seorang manusia, akan berdampak sebagai suatu penginjilan.
Orang lain yang tidak mengenal Allah akan terpukau ketika
kita menonjolkan ciri khas diri kita yang menyembah Allah.
Sehingga mereka pun akan terpanggil untuk mengenal Allah

yang kita sembah.


Bagaimanakah penyertaan Tuhan itu? Penyertaan Tuhan
selalu memiliki solusi yang tepat yang paling benar dan
yang paling adil. Allah yang menyelesaikan perkara-perkara
orang

percaya,

memberi

solusi

ditengah
dan

ketidakberdayaannya.

membuka

pandangan

Tuhan

orang

lain

terhadap orang benar.


Keputusan yang hendak diambil oleh sebuah keluarga,
haruslah

didiskusikan

dahulu

dan

mencapai

suatu

kesepakatan bersama. Janganlah menjadi egois dengan


mengambil keputusan sendiri, karena dapat menimbulkan
malapetaka. Potifar tidak meminta pendapat istrinya ketika
mengangkat Yusuf menjadi orang kepercayaannya, sehingga
istri Potifar salah mengartikan maksud Potifar ini dan

terjerumus ke dalam dosa.


Kuasa Allah sangat nyata melalui perikop ini. Kuasa Allah
mampu merubah pemikiran seorang penguasa zaman Firaun

waktu itu, Potifar. Kuasa Allah yang membuka hati Potifar


untuk percaya kepada seorang budak dari Kanaan, Yusuf dan
menjadikannya tangan kanan Potifar. Dan kuasa Allah juga
yang membuat Yusuf mengalami rayuan istri Potifar sehingga
ia dimasukkan dalam penjara. Namun, kuasa Allah juga yang
membuat Yusuf

disayangi kepala

penjara

dan menjadi

kesayangan sang kepala penjara.


Manusia berpikir bahwa keuntungan adalah jalan keluar,

tetapi justru membawa bencana dan kemalangan.


Orang yang bersaksi dusta adalah orang yang

tidak

mengenal Tuhan sehingga jangan orang mengenal Tuhan ikut


bersaksi dusta.

Anda mungkin juga menyukai