1. Pendahuluan
Alam semesta yang meliputi semua yang ada merupakan ciptaan Allah Yang
Mahakuasa. Makhluk Tuhan ini secara garis besar terbagi menjadi dua: benda hidup dan
benda mati. Yang pertama meliputi semua makhluk yang mengalami pertumbuhan
dalam eksistensinya, misalnya yang berawal dari sesuatu, kemudian tumbuh menjadi
benda yang berbeda dari sebelumnya, berkembang menjadi besar, hingga pada akhirnya
hancur dan punah. Jenis ini dapat disaksikan dalam kehidupan sehari-hari, seperti
tumbuhan, hewan, dan manusia. Adapun yang kedua adalah benda-benda yang tidak
berkembang atau tidak mengalami pertumbuhan dalam keberadaannya.
Ragam dari kelompok ini sangat banyak, seperti bebatuan, tanah, dan sebagainya.
Informasi tentang keberadaan alam semesta tidak saja bersumber dari ilmu pengetahuan
dan pengamatan, tetapi juga dari ajaran agama. Benda-benda mati tidak memerlukan
persyaratan rumit bagi keberadaan dan keadaannya di alam raya ini. Fenomena tersebut
berbeda dari benda hidup, yang tentu membutuhkan berbagai hal yang mendukung
eksistensinya di jagat ini. Karena itu, sangat wajar bila diperlukan berbagai kondisi
yang mesti ada agar makhluk hidup ini dapat ada.
Pada umumnya manusia menganggap bahwa bumi ini, yang mencakup daratan,
lautan, dan udaranya, merupakan wilayah yang memungkinkan adanya makhluk hidup.
Penilaian ini didasarkan pada penelitian bahwa hanya di planet ini terdapat air yang
merupakan syarat utama untuk kehidupan. Dengan adanya air, pepohonan akan tumbuh
dan dengan aktivitas fotosintesisnya pepohonan akan menghasilkan oksigen yang
merupakan unsur kedua yang diperlukan semua makhluk hidup. Sementara itu, sejauh
ini di planet-planet lain belum ditemukan tanda-tanda keberadaan air.
Sumber ajaran agama adalah Allah yang memberi pengetahuan ini melalui Kitab
Suci yang diwahyukan kepada para nabi dan rasul. Dalam Islam, sumber itu adalah Al-
Qur‟an yang dikenalkan sebagai petunjuk bagi manusia (hudanlin-nās). Dari kitab
inilah manusia mendapat berbagai informasi tentang hal-hal yang terkait dengan
kehidupan di jagat raya. Di antara yang diberitakannya adalah persoalan yang terkait
kehidupan di alam semesta. Tulisan ini membahas tentang upaya untuk mengetahui
adanya ayat-ayat Al-Qur‟an yang mengisyaratkan tentang adanya kehidupan di alam
semesta.
2. Pembahasan
Keberadaan makhluk di jagat raya ini merupakan kehendak Allah Yang Mahakuasa.
Dialah satu-satunya pencipta semua yang ada. Kita mesti memahami bahwa penciptaan
itu berlangsung secara bertahap dan bukannya sekaligus, atau yang dalam bahasa Arab
disebut daf„ah wāĥidah. Dalam terminologi sains penciptaan atau keberadaan makhluk
dalam kondisi seperti itu dinamakan evolusi.
Ayat ini menjelaskan penciptaan langit, bumi, matahari, bulan, dan bintang serta
silih bergantinya siang dan malam. Disebutkan pula bahwa penciptaan itu tidak secara
sekaligus, namun bertahap. Penyebutan enam masa dalam penciptaan langit dan bumi,
seperti diungkapkan ayat ini, menunjukkan adanya pentahapan dalam penciptaan;
keberadaan langit dan bumi serta semua yang ada di alam semesta terjadi secara
bertahap atau evolutif. Informasi tentang bertahapnya penciptaan juga dapat kita
temukan pada Surah al-Baqarah/2: 29 berikut:
“Dialah (Allah) yang menciptakan segala apa yang ada di bumi untukmu kemudian
Dia menuju ke langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit. Dan Dia
Maha Mengetahui segala sesuatu”. (Qs. al-Baqarah/2: 29)
Melalui ayat ini Allah menjelaskan bahwa Dia-lah Pencipta apa saja yang ada di
bumi. Usai menciptakan semua itu, Dia berkehendak menciptakan langit. Pada mulanya
—melihat redaksi ayat—yang Allah ciptakan hanya satu langit, sebelum Dia
menyempurnakannya menjadi tujuh langit yang terbentang di ruang angkasa. Ungkapan
tersebut lagi-lagi mengisyaratkan adanya pentahapan dalam penciptaan langit.
Fenomena yang demikian ini dalam penciptaan disebut evolusi. Evolusi berlaku untuk
semua yang ada di alam semesta; semua makhluk mengalami proses ini.
Allah swt telah mengatur semua proses penciptaan bumi dan Allah telah
memberitahukan kepada umatnya mengenai penciptaan bumi dan alam semesta melalui
Al-quran. Kitab suci umat islam inilah sumber dari segala macam ilmu pengetahuan.
Di dalamnya semua ilmu pengetahuan tertulis untuk membantu kita mencari
pengetahuan dan terus mengimani isi-isinya.
“Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah
singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu
yang lebih baik amalnya, dan jika kamu berkata (kepada penduduk Mekah):
“Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah mati”, niscaya orang-orang yang kafir
itu akan berkata: “Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata”. (QS. Hud: 7)
Dalam menjelaskan “enam hari” Al-Thabary mengutip sebuah hadis dari Abu
Hurairah yang secara eksplisit dapat dipahami bahwa “enam hari‟ ini diuraikan dengan
penjelasan sebagaimana enam hari yang kita pahami hari ini yaitu nama-nama hari senin
sampai minggu. Lain halnya dengan Rahman (1996), proses “enam hari” ini menunjuk
pada eksistensi Allah dalam penunjukkan terhadap suatu proses berangsur-angsur di
luar dimensi ruang dan waktu.
Allah menciptakan alam semesta ini bukan untuk-Nya, tetapi untuk seluruh
makhluk yang diberi hidup dan kehidupan. Sebagai pencipta dan sekaligus pemilik,
Allahmempunyai kewenangan dan kekuasaan absolut untuk melestarikan dan
menghancurkannya tanpa diminta pertanggungjawaban oleh siapapun. Namun begitu,
Allah telah mengamanatkan alam seisinya dengan makhluk-Nya yang patutdiberi
amanat itu, yaitu manusia dan oleh karenanya manusia adalah makhluk Allah yang
dibekali dua potensi yang sangat mendasar, yaitu kekuatan fisi dankekuatan rasio,
disamping emosi dan intuisi. Ini berarti, bahwa alam seisinya iniadalah amanat Allah
yang kelak akan minta pertanggungjawaban dari seluruhmanusia yang selama hidupnya
di dunia ini pasti terlibat dalam amanat itu.
Manusia diberi hidup oleh Allah tidak secara otomatis dan langsung, akan
tetapimelalui proses panjang yang melibatkan berbagai faktor dan aspek. Ini tidak
berartiAllah tidak mampu atau tidak kuasa menciptakannya sekaligus. Akan tetapi
justrukarena ada proses itulah maka tercipta dan muncul apa yang disebut
“kehidupan”baik bagi manusia itu sendiri maupun bagi mahluk lain yang juga diberi
hidup olehAllah, yakni flora dan fauna.
Alam semesta merupakan ciptaan Allah yang diurus dengan kehendak dan
perhatian Allah. Allah menciptakan alam semesta ini dengan susunan yang teratur
dalam aspek biologi, fisika, kimia, dan geologi beserta semua kaidah sains. Definisi dari
alam semesta itu sendiri adalah segala sesuatu yang ada pada diri manusia dan di luar
dirinya yang merupakan suatu kesatuan sistem yang unik dan misterius.
Menurut pandangan Al Quran, penciptaan alam semesta dapat dilihat pada surat Al
Anbiya ayat 30. “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya
langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, Kemudian kami pisahkan
antara keduanya. Dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka
mengapakah mereka tiada juga beriman?”
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi
dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas „Arsy. Dia menutupkan malam kepada
siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan
bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan
dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.
Bumi sebelumnya adalah planet yang mati dan Allah menghidupkannya dengan
menurunkan air dari langit. “Dan Allah menurunkan dari langit air dan dengan air itu
dihidupkannya bumi sesudah matinya.” (QS`An Nahl: 65).
Ibnu „Abbās, mufasir kenamaan dari generasi sahabat menjelaskan bahwa yang
dimaksud dari frasa “langit dan bumi keduanya dahulunya menyatu” adalah bahwa
langit merupakan sesuatu yang padu karena tidak menurunkan hujan, dan bumi juga
sesuatu yang padu karena tidak menumbuhkan tanaman. Keduanya kemudian
dipisahkan dalam arti pemisahan langit yang kemudian menyebabkan turunnya hujan,
dan pemisahan bumi yang tersirami air hujan sehingga menjadi subur dan dapat
menumbuhkan tanaman. (Abdul-„Ažīm az-Zarqāniy, 1988)
Keterangan di atas mengisyaratkan bahwa air merupakan sesuatu yang sangat
penting dalam kehidupan makhluk. Air memang merupakan unsur utama dalam kaitan
ini. Kenyataan tersebut juga diisyaratkan pada penggalan selanjutnya ayat ini, yaitu
“dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air.” Tafsiran Ibnu „Abbās
yang menjelaskan pemisahan itu dengan adanya hujan atau air bagi langit dan
tumbuhnya tanaman di bumi tampaknya disarikan dari frasa ini.
Di kalangan ilmuwan, ada tiga pendapat mengenai penciptaan kehidupan dari air.
Pertama, kehidupan makhluk berawal dari air, dalam hal ini yang dimaksud adalah laut.
Dengan demikian, teori ini mengisyaratkan bahwa makhluk hidup berasal dari air dan
muncul pertama kali dari laut. Kedua, semua makhluk hidup berasal dari air dalam arti
semuanya berasal dari cairan sperma. Ketiga, air merupakan bagian terpenting agar
suatu makhluk tetap hidup. Pada kenyataannya, sebagian besar tubuh makhluk hidup
memang terdiri atas air. Misalnya saja manusia; 70% dari bagian tubuhny adalah air.
Manusia tidak akan dapat bertahan lama bila 20% saja dari cairan tubuhnya hilang.
Manusia dapat bertahan lama tanpa makan, tetapi tidak demikian bila tanpa minum.
(Departemen Agama RI. 2006)
Pertanyaannya adalah darimana air ini berasal? Padahal waktu itu belum ada awan
yang bisa menghasilkan hujan, belum ada langit yang bisa menahan uap air. Maka satu-
satunya kemungkinan asal air adalah dari Arasynya Allah.
“Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu
menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar kuasa menghilangkannya.” (QS
Al- Mu‟minun: 18)
“Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup, Maka mengapakah mereka tiada
juga beriman“ (QS. Al-Anbiya: 30).
“Maka Kami tumbuhkan dengan air itu berjenis-jenis tumbuhan yang bermacam-macam
“ (Qs. Thaha: 53)
“ Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air … (QS An Nur ; 45).
Ayat-ayat tersebut makin menjelaskan kepada kita bahwa setelah air diturunkan ke
bumi, maka sebelum Allah ciptakan hewan, tentunya yang terlebih dahulu Allah
cipakan adalah tumbuh-tumbuhan sebagai cadangan makanan hewan. Kemudian
hewan-hewan ada juga yang menjadi cadangan makanan untuk hewan-hewan predator.
Semua jenis hewan, baik burung maupun hewan darat, ternyata menurut ilmu
pengetahuan memang asal-usulnya dari hewan air.
Rahman, Fazlur. 1996. The Themes of The Qur‟an, Anas Muhyiddin, (terj) Tema
Pokok Al-Qur‟an. Bandung: Pustaka
Harun Yahya, 2003.Penciptaan Alam Raya. Bandung: Ta-Ha Publisher Ltd
Al-Thabary, Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir, Jami al-Bayan an Ta‟wil al-Qur‟an.
HTML. info@omelketab.net