Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

ALLAH DAN PENCIPTA ALAM SEMESTA

DOSEN : Drs. IMAM MUJTABA M. Pd

KELOMPOK 3

Deskia Nur Ramadhani (22080200109)

Destira Ayu Permana (22080200116)

Dheliza Sivana Salam (22080200123)

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2022
Kata Pengantar

Puji syukur Alhamdulillah, kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahNya, kepada kami sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah “ALLAH DAN PENCIPTA ALAM SEMESTA”.

Allah SWT telah menciptakan alam semesta ini untuk kesejahteraan umat manusia.
Sebagai hamba Allah SWT yang telah dikaruniai akal dan pikiran maka manusia harus bisa
mengelola dan melestarikan alam semesta dengan bijaksana, Allah SWT berfirman dalam Al-
Quran surah Ali-Imran [3]:190 sebagai berikut :

        


  

Artinya : “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam
dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal”(Q.S. Ali-Imran [3]:190)

Menurut Ath-Thabari (2008), makna ayat tersebut adalah dalam penciptaan langit dan
bumi, serta silih bergantinya siang dan malam, terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berakal, yakni orang-orang yang mengingat Allah SWT sambil berdiri, duduk, atau berbaring
dan mereka sepenuhnya menyadari bahwa alam semesta beserta isinya tidak diciptakan
secara sia-sia, tetapi senantiasa memiliki fungsi.
Daftar Isi

KATA PENGANTAR............................................................................................................................I

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................................1
1.3 Tujuan Penelitian.....................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................................3
2.1 Allah Maha Pencipta................................................................................................................3
2.2 Tujuan Pencipta Alam Semesta...............................................................................................6
2.3 Kedudukan Alam Semesta.......................................................................................................7
2.4 Proses Penciptaan Alam Menurut Al-Quran...........................................................................8

BAB III PENUTUP..............................................................................................................................11


3.1. Kesimpulan............................................................................................................................11
3.2. Pertanyaan..............................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Al-Quran merupakan sumber segla ilmu. AL-Quran menyebutkan


tentang kejadan alam semesta dan berbagai proses lainnya., tentnag
penciptaan manusia, termasuk manusia yang didorong hasrat ingin
taunyadan dipacu akhlaknya untuk menyelidiki segala apa yang ada
disekitarnya seperti keingintahuan tentang rahasia alam semesta.

Alam semesta merupakan sebuah bukti kebesaran Tuhan, karena


penciptaan alam semesta dari ketiadaan memerlukan adanya sang pencipat
Yang Maha Kuasa. Tuhan telah menciptakan alam semesta ini dengan
segala isinya untuk manusia dan telah menyatakan tentang penciptaan alam
semesta dalam ayat-ayat Nya. Meskipun demikian Al-Quran bukan buku
kosmologi atau biologi, sebab ia hanya menyatakan bagian-bagian yang
sangat penting saja dari ilmu-ilmu yang dimaksud.

Keingintahuan manusia tentang alam semesta tidak hanya membaca


Al-Quran saja, akan tetapi juga melakukan perintah Tuhan. Sehingga ia
dapat menemukan kebenaran yang dapat dipergunkan dalam pemahaman
serta penafsiran Al-Quran, berdasarkan surat Yunus ayat 101. Oleh karena
itu tidak dapat diragukan lagi bahwa penciptaan alam semesta bukanlah
produk dari hasil pemikiran manusia, akan tetapi produk dari hasil Tuhan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud Allah maha pencipta ?


2. Apa tujuan Pencipta menciptakan alam semesta ?
3. Bagaimana proses-proses terciptanya alam menurut Al-Quran ?
1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah pendidikan agama Islam


2. Untuk mengetahui bahwa Allah maha pencipta
3. Untuk mengetahui tujuan pencipta alam semesta
4. Proses penciptaan Alam menurut Al-Quran
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Allah Maha Pencipta

Islam dibangun di atas satu dasar, yaitu akidah. Akidah menjelaskan


bahwa di balik alam semesta, manusia, dan hidup, terdapat Pencipta (Al-
Khaliq) yang telah menciptakan ketiganya, serta yang telah menciptakan
segala sesuatu lainnya. Dialah Allah SWT. Bahwasanya Pencipta telah
menciptakan segala sesuatu dari tidak ada menjadi ada. Ia bersifat wajibul
wujud, wajib adanya. Sebab, kalau tidak demikian, berarti Ia tidak mampu
menjadi Kaliq. Ia bukanlah mahluk, karena sifat-Nya sebagai Pencipta
memastikan bahwa diri-Nya bukan mahluk. Pasti pula bahwa Ia mutlak
adanya, karena segala sesuatu menyandarkan wujud atau eksistensinya
kepada diri-Nya, sementara Ia tidak bersandar kepada siapapun.

Dia-lah yang menciptakan, yang mengadakan, yang membentuk rupa,


yang mempunyai nama-nama yang paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa
yang ada di Langit dan di Bumi. Dan dialah yang maha perkasa lagi maha
bijaksana.

Al-Khaliq secara bahasa berasal dari kata “Khalq” atau “khalaqa”


yang berarti mengukur atau memperhalus, kemudian, makna ini
berkembang dengan arti menciptakan tanpa contoh sebelumnya. Kata
khalaqa dalam berbagai bentuknya memberikan penekanan tentang
kehebatan dan kesabaran Allah dalam ciptaan-Nya. (Q.S. Ar-Rum : 7 )

Allah Al-Khaliq, artinya Allah pencipta semua mahluk dan segala


sesuatu. Malaikat, jin , manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, matahari,
bulan, bintang, dan segala yang ada di alam ini diciptakan oleh Allah. Allah
menciptakan setiap mahluk secara sempurna dan dalam bentuk yang sebaik-
baiknya dengan ukuran yang paling tepat. Al-Quran menegaskan, “Yang
memperindah segala sesuatu yang Dia ciptakan dan yang memulai
penciptaan manusia dari tanah.” (Q.S. As-Sajdah : 7)
Dalam ayat lain ditegaskan, “Sungguh, kami telah menciptakan
manusia dam bentuk yang sebaik-baiknya.” (Q.S. At-tin : 4)

Jadi untuk membutikan adanya Al-Khaliq Yang Maha Pengatur,


sebenarnya cukup hanya dengan mengarahkan perhatian manusia terhadap
benda-benda yang ada di alam semesta, fenomena hidup, dan diri manusia
sendiri. Dengan mengamati salah satu planet yang ada di alam semesta, atau
dengan merenungi fenomena hidup, atau meneliti salah satu bagian dari diri
manusia, akan kita dapati bukti nyata dan meyakinkan akan adanya Allah
SWT.

Karena itu dalam Al-Quran terdapat ajakan untuk mengalihkan


perhatian manusia terhadap benda-benda yang ada, seraya mengajaknya
turut mengamati dan memfokuskan perhatian terhadap benda-benda tersebut
dan segala sesuatu yang ada di sekelilingnya, atau yang berhubungan
dengannya, agar dapat membuktikan adanya Allah SWT. Dengan
mengamati benda-benda tersebut, bagaimana satu dengan yang lain, saling
membutuhkan, akan memberikan suatu pemahaman yang meyakinkan dan
pasti, akan adanya Allah Yang Maha Pencipta lagi Maha Pengatur.

Al-Quran telah membeberkan ratusan ayat berkenan dengan hal ini,


anatar lain firman-frman Allah SWT :

       


        
         
       
      
 

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam


dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi
manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan
air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di
bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang
dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda
(keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan”. (Q.S. Al-
Baqarah [2]:164)

       


   

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya


malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berakal,”(Q.S.Ali ’Imran [3]:190)
2.2 Tujuan Pencipta Alam Semesta

Allah menegaskan bahwa Dia tidak menciptakan langit, bumi dan apa
yang ada diantara keduanya secara main-main, kecuali dengan Al-Haq 1 itu
berarti bahwa tidak ada ciptaan Allah, sekecil apapun ciptaan itu, yang tidak
memliki arti dan makna, apa lagi alam semesta yang terbentang luas ini.

Dalam perspektif Islam, tujuan penciptaan alam semesta ini pada


dasarnya adalah sarana untuk menghantarkan manusia pada pengetahuan
dan pembuktian tentang keberadaan dan kemahakuasaan Allah. Secara
ontologies, adanya alam semesta ini mewajibkan adanya zat yang
mewujudkannya. Keberadaan langit dan bumi mewajibkan adanya sang
pencipta yang menciptakan keduanya. Keberadaan alam semesta merupakan
petunjuk yang sangat jelas, tentang adanya keberadaan Allah sebagai Tuhan
Maha Pencipta. Karenanya, dengan mempelajari alam semesta, manusia
akan sampai pada pengetahuan bahwa Allah adalah zat yang menciptakan
Alam semesta.

Al-Quran secara tegas menyatakan bahwa tujuan penciptaan Alam


semesta adalah untuk memperlihatkan kepada manusia tanda-tanda
keberadaan kekuasaan Allah. Disamping sebagai sarana untuk
menghantarkan manusia akan keberadaan dan keMaha kekuasaan Allah,
dalam perspektif islam, alam semesta beserta segala sesuatu yang berada
didalamnya diciptakan untuk manusia2. Dan fungsi konkret alam semesta
adalah fungsi Rubbubiyah yang diciptakan Allah kepada manusia, sehingga
alam ini akan marah manakala manusia bertindak serakah dan tidak
bertanggung jawab3.

3
2.3 Kedudukan Alam Semesta

Allah sebagai pencipta, pemilik kasih dan saying untuk segenap


mahluk-Nya alam ini sebagai bukti dari kasih sayang Allah untuk manusia.
Karena alam semesta diciptakan untuk manusia, maka Allah telah
menundukkan bagi mereka untuk kepentingan manusia. Allah menundukkan
apa yang ada dilangit dan bumi. Dialah yang memudahkan alam ini bagi
manusia dan menjadikannya sebagai tempat tinggal yang layak untuk
didiami4. Agar manusia mudah memahami alam semesta, maka Allah
menciptakan ukuran atau ketentuan yang pasti ( sunnah Allah ).

Pada alam semesta, sehingga ia bersifat fredichtable. Kemudian, agar


manusia mudah memahami dan berinteraksi dengan alam semesta in, maka
Allah menciptakan dengan derajat yang lebih rendah dibanding manusia.
Untuk itu, manusia tidak boleh tunduk kepada alam semesta, tetapi harus
tunduk kepada Allah, Tuhan yang telah menciptakan dan menundukkan
alam ini buat mereka.

Meskipun alam semesta ini diciptakan untuk manusia, namun bukan


berarti manusia dapat berbuat sekehendak hati di dalamnya. Hal ini
bermakna bahwa kekuasaan manusia pada alam semesta ini bersifat terbatas.
Manusia hanya boleh mengolah dan memanfaatkan alam semesta ini sesuai
dengan iradah atau keiginan Tuhan yang telah mengamanahkan alam
semesta ini kepada manusia. Memang, sebagai khalifah Allah telah
memberikan mandat kepada manusia untuk mengatur bumi dan segala
isinya. Demikianpun, kekuasaan seorang kahlifah tidaklah bersifat mutlak,
sebab kekuasaannya dibatasai oleh pemberi amanah kekhalifahan itu, yakni
Allah5.

5
Dalam persepektif pendidikan Islam, alam adalah guru manusia. Kita
semua wajib belajar dari sikap alam semesta yang tunduk mutlak pada
hukum-hukum yang telah ditetapkan Allah. Tidak terbayangkan oleh kita
semua manakala alam berprilaku diluar hukum-hukum Allah, alam
melanggar sunahnya. misalnya Gunung meletus menyemburkan api,
matahari terbit dan turun ke bumi, bintang-bintang berjatuhan, pohon-pohon
tumbang, lautan meluap, ombak menghantam, terjadi badai, dan bumi
berhenti berputar. Pelajaran apa yang dapat diambil dari kejadian demikian

Demikian pula, manusia yang tidak mau belajar dari konsistensi


kehidupan alam, sifatnya berubah bagaikan binatang, saling menipu dan lain
lain. Rusaknya kehidupan alam disebabkan oleh prilaku manusia yang tidak
mau belajar dari alam semesta. Alam semesta ini dapat dijadikan guru yang
bijaksana. Belajar dari alam semesta adalah tujuan hidup manusia dan
secara filosofis, dimana kedudukan alam semesta bagaikan guru dengan
muridnya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kedudukan alam semesta dalam
perspektif filsafat pendidikan islam adalah sebagai guru yang mengajar
kepada manusia untuk bertindak sesuai dengan hukum yang telah digariskan
Tuhan.

2.4 Proses Penciptaan Alam Menurut Al-Quran


Banyak terdapat penjelasan tentang proses terbentuknya langit dan
bumi di dalam Al-Quran, salah satunya :

       


     

“dan Sesungguhnya telah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada
diantara keduanya dalam enam masa, dan Kami sedikitpun tidak ditimpa
keletihan.”(Q.S. Qaaf [50]:38)

Dari ayat di atas sudah dapat dipahami bahwa pencipta langit dan
bumi beserta seluruh isinya ialah proses penciptaan tersebut terjadi dari
enam hari, anam masa, enam periode, dan enam tahapan. Satu hari bukan
berati 24 jam, dalam Al-Quran pun diumpamakan secara berbeda-beda, ada
yang 1.000 tahun (Q.S. Al-Hajj [22]:47) dan 50.000 tahun (Q.S. Al-Ma’aarij
[70]:4), belum ada penafsiran pasti tentang itu.

Dalam Q.S. An-Nazi’at ayat 27-33, para ahli mengambil kesimpulan


bahwa proses penciptaan langit dan bumi terjadi dalam enam masa atau
enam periode, urutan masa tersebut sesuai dengan urutan ayatnya, yang
artinya sebagai berikut :

“Apakah penciptaanmu yang lebih hebat ataukah langit yang telah


dibangun-Nya? [27], Dia telah meninggikan bangunannya lalu
menyemperunakannya [28], dan Dia menjadikan malamnya (gelap gulita)
dan menjadikan siangnya (terang benderang) [29], dan setelah itu bumi
Dia hamparkan [30], darinya Dia pancarkan mata air dan (ditumbuhkan)
tumbuhan-tumbuhannya [31], dan gunung-gunung Dia pancangkan dengan
teguh [32], (semua itu) untuk kesenanganmu dan hewan-hewan ternakmu.
[33]”.(Qs. An-Nazi’at [79]:27-33).

 Masa Pertama (Q.S. An-Nazi’at [79]:27)

Pada masa atau periode ini, alam semesta pertama kali terbentuk
dari ledakan besar yang disebut Big Bang, ledakan besar tersebut
sebagai awal lahirnya ruang dan waktu, termasuk materi.
Dari ledakan besar tersebut terbentuklah awan debu atau dukhan,
ketika dukhan berkhondensi sambil berputar dan memadat disitu
terbentuk unsur hidrogen, saat temperature dukhan menacapai 20 juta
derajat selsius, terbentuklah helium dari reaski inti sebagian atom
hydrogen, lalu sebagaian atom hidrogen yang lain berubah menjadi
energi berupa pancaran sinar infrared.

 Masa Kedua (Q.S. An-Nazi’at [79]:28)

Ayat ini menerangkan tentang proses pengembangan dan


penyempurnaan, dalam ayat ini terdapat kata “meninggikan bangunan”
yang memberi pengertian bahwa alam semesta mengembang, galaksi-
galaksi saling menjauh dan langit makin tinggi, sedangkan kata
“menyempurnakan” memiliki arti bahwa alam ini tidak semata-mata
terbentuk, melainkan sebuah proses evolutif atau bertahap.

 Masa Ketiga (Q.S. An-Nazi’at [79]:29)

Di ayat tersebut terdapat kalimat “Dia menjadikan malamnya


(gelap gulita) dan menjadikan siangnya (terang benderang)” Masa ini
adalah dimana terbentuknya matahari sebagai sumber cahaya dan bumi
berotasi sehingga terjadi siang dan malam.

 Masa Keempat (Q.S. An-Nazi’at [79]:30)

Pada masa ini daratan bumi muncul, dahulu kala terjadi tumbukan
antara matahari dengan sebuah komet yang menyebabkan sebagian
massa matahari terpental ke luar. Massa yang terpental ini menjadi
planet diantaranya adalah Bumi. Penghamparan yang dimaksudkan
adalah pembentukan superkontinen pangaea di permukaan Bumi.
Ketika bumi baru terbentuk belum ada daratan yang ada hanyalah
batuan-batuan yang berpijar dengan suhu ratusan derajat selsius.

 Masa Kelima (Q.S. An-Nazi’at [79]:31)

Dalam ayat 31 ini menunjukan bahwa dimana terjadi evolusi bumi


dari tidak ada air menjadi ada air, air tersebut berasal dari komet yang
menghantam bumi, hidrogen yang terdapat pada komet bereaksi dengan
unsur-unsur yang terdapat di bumi dan terbentuk uap air, uap air ini
kemudian turun sebagai hujan. Bukti air berasal dari komet ialah rasio
deuterium dan hidrogen pada air laut sama dengan rasio pada komet,
semua kehidupan berasal dari air, setelah air muncul kehidupan seperti
tumbuhan-tumbuhan pun bermunculan.

 Masa Keenam (Q.S. An-Nazi’at [79]:32)

Gunung-gunung dipancangkan artinya, gunung terbentuk setelah


penciptaan daratan, pembentukan air dan munculnya tumbuhan.
Gunung memiliki akar di dalam tanah atau bisa disebut juga pasak,
fungsi gunung ialah menyetabilkan kerak bumi mencegah goyangnya
tanah. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat 33, setelah
terbentuknya gunung, terciptalah hewan dan manusia.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Allah menciptakan alam semesta ini bukan untukNya, tetapi untuk


seluruh makhluk yang diberi hidup dan kehidupan. Sebagai pencipta dan
sekaligus pemilik, Allah mempunyai kewenangan dan kekuasaan absolut
untuk melestarikan dan menghancurkannya tanpa diminta
pertanggungjawaban oleh siapapun. Namun begitu, Allah telah
mengamanatkan alam seisinya dengan makhlukNya yang patut diberi
amanat itu, yaitu manusia. Dan oleh karenanya manusia adalah makhluk
Allah yang dibekali dua potensi yang sangat mendasar, yaitu kekuatan fisi
dan kekuatan rasio, disamping emosi dan intuisi. Ini berarti, bahwa alam
seisinya ini adalah amanat Allah yang kelak akan minta
pertanggungjawaban dari seluruh manusia yang selama hidupnya di dunia
ini pasti terlibat dalam amanat itu.

Manusia diberi hidup oleh Allah tidak secara otomatis dan langsung,
akan tetapi melalui proses panjang yang melibatkan berbagai faktor dan
aspek. Ini tidak berarti Allah tidak mampu atau tidak kuasa menciptakannya
sekaligus. Akan tetapi justru karena ada proses itulah maka tercipta dan
muncul apa yang disebut “kehidupan” baik bagi manusia itu sendiri maupun
bagi mahluk lain yang juga diberi hidup oleh Allah, yakni flora dan fauna.

Kehidupan yang demikian adalah proses hubungan interaktif secara


harmonis dan seimbang yang saling menunjang antara manusia, alam dan
segala isinya utamanaya flora dan fauna, dalam suatu “tata nilai” maupun
“tatanan” yang disebut ekosistem. Tata nilai dan tatanan itulah yang disebut
pula “moral dan etika kehidupan alam” yang sering dipengaruhi oleh
paradigma dinamis yang berkembang dalam komunitas masyarakat
disamping pengaruh ajaran agama yang menjadi sumber inspirasi moral dan
etika itu.

Kedudukan alam semesta dalam perspektif filsafat pendidikan Islam


adalah alam sebagai guru bagi manusia, dan sebagai tanda dari kekuasaan
Allah. Sedangkan kedudukan manusianya adalah sebagai khalifah yang
akan mengatur atau mengelola alam ini, yang tentunya harus dibarengi
dengan ilmu dan iman. Tanpa adanya ilmu dan iman, bagaimana bisa
manusia dapat mengatur dan mengelola alam ini untuk kebutuhan hidup
manusia sesuai dengan ketentuan-ketentuan atau hukum Allah. Dimana di
dalam Al-Quran dan Hadist, banyak menjelaskan datangnya dari Allah
SWT. Sehingga dengan adanya ilmu, manusia dapat mencari kebenaran,
dapat membedakan antara baik dan buruk, dan juga dapat membedakan
derajat manusia.

3.2. Pertanyaan

1. “Apakah perlu untuk menciptakan mahluk atau tidak ?”


2. “Bagaimana proses terciptanya alam semesta ?”
3. “Apa tujuan Allah menciptakan alam semesta ini?”

Anda mungkin juga menyukai