Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENCIPTAAN ALAM SEMESTA

KELOMPOK 3 :
SELVIRA FRANSISKA NOVIANTI
FRABELIA CECILIANA
FASZA NOVA YANITA
AMELIA RAHMANDANI

FAKULTAS TEKNIK
INDUSTRI
UMJ
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa
menyelesaikan karya ilmiah tentang “Penciptaan Alam Semesta”.

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan karya
ilmiah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat
dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan,


baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya
ilmiah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran
dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki karya ilmiah ini.

Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan
manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

Jakarta, 6 Oktober 2023

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………….
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………
1.2 Rumus Masalah……………………………………………………………………..
1.3 Tujuan Peneliti……………………………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………..
2.1 Allah Maha Pencipta………………………………………………………….
2.2 Tujuan Penciptaan Alam Semesta……………………………………………….
2.3 Kedudukan Alam Semesta…………………………………………………………..
2.4 Proses Penciptaan Alam Menurut……………………………………………….

BAB III PENUTUP………………………………………………………………….


3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………………..
3.2 Saran…………………………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Alam semesta adalah fana. Pengertian dari alam semesta adalah ruang dimana di dalamnya
terdapat kehidupan biotik maupun abiotik serta segala macam peristiwa alam yang dapat
diungkapkan maupun yang belum dapat diungkapkan oleh manusia.
Ada penciptaan, proses dari ketia-daan menjadi ada, dan akhirnya hancur. Di antaranya ada
pen-ciptaan manusia dan makhluk hidup lainnya. Di sana berlang-sung pula ribuan, bahkan
jutaan proses fisika, kimia, biologi dan proses-proses lain yang tak diketahui. Sebenarnya
seluruh kejadian di alam semesta ini, sudah terjadi dan kejadiannya mengikuti segala
rencana dan konsep yang sudah tertera di dalam Al Qur’an. Gambaran jelasnya, bahwa
semua proses alam semesta ini mengikuti dan mengekor pada segala yang tertuang dalam Al
Qur’an, apakah diketahui atau tidak tabir rahasianya oleh manusia.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud Allah maha pencipta ?
2. Apa tujuan Pencipta menciptakan alam semesta ?
3. Bagaimana proses-proses terciptanya alam menurut Al-Qur’an ?

1.3 TUJUAN PENELITI


1. Memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam
2. Mengetahui konsep alam semesta
3. Mengetahui proses kejadian alam semesta
4. Mengetahui hubungan manusia dengan alam
BAB II
PEMBAHASAN

21. ALLAH MAHA PENCIPTA


Dalam asmaul husna, Allah Maha Pencipta disebut Al-Khaliq. Ini sifat Allah yang
menunjukkan kemampuan-Nya dalam menciptakan segala sesuatu dengan sempurna dan
pasti indah. Ulama menafsirkan Allah memiliki kekuasaan yang mutlak untuk menciptakan
segala sesuatu dari ketiadaan menjadi ada, tanpa memerlukan unsur-unsur material.

‫ُهَو ُهّٰللا اْلَخ اِلُق اْلَباِر ُئ اْلُمَصِّو ُر َلُه اَاْلْس َم ۤا ُء اْلُحْس ٰن ۗى ُيَس ِّبُح َلٗه َم ا ِفى الَّسٰم ٰو ِت َو اَاْلْر ِۚض َو ُهَو اْلَع ِزْيُز اْلَحِكْيُم‬
"Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Dia memiliki
nama-nama yang indah. Apa yang di langit dan di bumi bertasbih kepada-Nya. Dan Dialah
Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana." (QS. Al-Hasyr ayat 24)

Allah Maha Pencipta disebut Al-Khaliq, yang menggambarkan-Nya sebagai Pencipta paling
agung. Dalam asmaul husna, Al-Khaliq adalah salah satu nama Allah yang menunjukkan
kekuasaan dan kebijaksanaan-Nya dalam menciptakan alam semesta beserta isinya.
Kementerian Agama atau Kemenag RI menjelaskan Allah menciptakan segala sesuatu
dengan sempurna, mengatur setiap rincian dengan akurat, dan memberikan keindahan yang
tak terhingga.
Dalam Mufradat Alfadz Al-Qur'an, Allah Maha Pencipta disebut Al-Khaliq diartikan sebagai
Dzat yang mampu menciptakan sesuatu tanpa menggunakan bahan. Ini menunjukkan bahwa
Allah memiliki kekuasaan yang mutlak untuk menciptakan segala sesuatu dari ketiadaan
menjadi ada, tanpa memerlukan unsur-unsur material. Allah adalah sumber penciptaan yang
tiada tanding, dan tak ada yang mampu menandingi-Nya dalam kekuasaan-Nya untuk
menciptakan dan membentuk alam semesta ini.

Allah sebagai Al-Khaliq adalah sumber dari segala keberadaan dan kehidupan di alam
semesta ini. Tidak ada yang mampu menciptakan seperti Allah, dan segala yang ada dalam
alam semesta ini adalah bukti kekuasaan dan kebijaksanaan-Nya sebagai Maha Pencipta.

‫ُﻪَّﻠﻟﺍ ﺍَّﻟِﺬ ﻱ َﺧ َﻠَﻖ َﺳ ْﺒَﻊ َﺳ َﻤ ﺎَﻭ ﺍٍﺕ َﻭِﻣ َﻦ ﺍﻷْﺭ ِﺽ ِﻣ ْﺜَﻠُﻬَّﻦ َﻳَﺘﻨﺰُﻝ ﺍﻷْﻣ ُﺮ َﺑْﻴَﻨُﻬَّﻦ ِﻟَﺘْﻌ َﻠُﻤ ﻮﺍ َﺃَّﻥ َﻪَّﻠﻟﺍ َﻋ َﻠﻰ ُﻛ ِّﻞ َﺷ ْﻲ ٍﺀ َﻗِﺪ ﻳٌﺮ َﻭ َﺃَّﻥ َﻪَّﻠﻟﺍ َﻗْﺪ َﺃَﺣ ﺎَﻁ ِﺑُﻜ ِّﻞ‬
‫َﺷ ْﻲ ٍﺀ ِﻋ ْﻠًﻤ ﺎ‬
"Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku
padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha kuasa atas segala sesuatu; dan
sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu." (QS. Ath Thalaq ayat
56)
Kesimpulannya, Allah Maha Pencipta disebut Al-Khaliq dalam asmaul husna. Allah
menciptakan alam semesta dan segala isinya dengan sempurna, tanpa memerlukan bahan
dan dengan keindahan yang tak terhingga. Maka, sebagai umat Islam harus meyakini bahwa
Allah menciptakan segala sesuatu dengan sebaik-baiknya dan memperindahnya sesuai
dengan kehendak-Nya. Ketika setiap umat Muslim mau mengamati ciptaan-Nya, akan
diperoleh sebuah pemahaman tentang kebesaran, kebijaksanaan, dan keindahan Allah
sebagai Maha Pencipta yang tiada tara.
‫ُﻪَّﻠﻟﺍ َﺧ ﺎِﻟُﻖ ُﻛ ِّﻞ َﺷ ْﻲ ٍﺀۖ َﻭ ُﻫَﻮ َﻋ َﻠٰﻰ ُﻛ ِّﻞ َﺷ ْﻲ ٍﺀ َﻭِﻛﻴٌﻞ‬
"Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu." (QS. Az Zumar ayat
62).

2.2 TUJUAN PENCIPTAAN ALAM SEMESTA


Dalam perspektif Islam, tujuan penciptaan alam semesta ini pada dasarnya adalah sarana
untuk menghantarkan manusia pada pengetahuan dan pembuktian tentang keberadaan dan
kemahakuasaan Allah. Secara ontologies, adanya alam semesta ini mewajibkan adanya zat
yang mewujudkanya. Keberadaan langit dan bumi mewajibkan adanya sang pencipta yang
menciptakan keduanya. Keberadaan alam semesta merupakan petunjuk yang sangat jelas,
tentang adanya keberadaan Allah sebagai Tuhan Maha Pencipta. Karenanya, dengan
mempelajari alam semesta, manusia akan sampai pada pengetahuan bahwa Allah adalah zat
yang menciptakan alam semesta.

Alam semesta ini diciptakan Allah SWT bukanlah dengan sia-sia, atau bukannya tanpa
tujuan. Adanya alam semesta ini sebagai ciptaan-Nya ini memiliki beberapa tujuan yang
besar. Pertama, sebagai sarana (media) untuk menunjukkan adanya Tuhan Yang Maha Besar,
Maha Besar dan Maha Pencipta. Keluasan, keindahan serta ketaraturan alam semesta ini
merupakan bukti nyata akan adanya Allah SWT. Tidak ada yang mahakuasa untuk
menciptakan alam semesta yang begiu besar ini selain Allah SWT. (QS. Al-Anbiya’, 21:56).
Kedua, sebagai tempat hidup dan berlangsungnya kehidupan bagi semua makhluk-Nya,
khususnya untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Seberapapun kepandaian dan
kekayaan manusia, niscaya tidak akan mampu untuk membuat ataupun membeli alam
semesta ini.
Dan betapa Allah Maha Pemurah, manusia tinggal memakainya saja, tidak perlu membeli
atau membayarnya. Firman Allah SWT: “Dialah (Allah) yang menciptakan segala apa yang
ada di bumi untukmu kemudian Dia menuju ke langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi
tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS. Al-Baqarah; 2:29).
Firman Allah SWT: “Dialah (Allah) yang menciptakan segala apa yang ada di bumi untukmu
kemudian Dia menuju ke langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit. Dan Dia
Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS. Al-Baqarah; 2:29).

2.3 KEDUDUKAN ALAM SEMESTA


Allah SWT sebagai pencipta (Khaliq) adalah pemilik kasih dan sayang untuk seluruh makhluk-
Nya. Oleh sebab itu, alam semesta ini tercipta sebagai bukti dari kasih sayang Allah SWT
untuk manusia. Apabila kita merenungi ayat yang berbunyi "Maaliki yaumiddiin", maka kita
akan tersadarkan sepenuhnya bahwa semua yang ada alam semesta ini adalah hamba Allah
yang secara mutlak harus tunduk pada hukum-hukum-Nya. Semua alam yang berjalan sesuai
dengan hukum-Nya menjadi subjek sekaligus objek pendidikan dan pembelajaran.
Bagaimana matahari konsisten untuk terbit dan terbenam sesuai dengan hukumnya,
bagaimana api, air, angin, lautan, daratan, gunung-gunung, dan seterusnya, yang semuanya
itu bergerak berjalan sesuai sunnatullah.

Dalam perspektif filsafat pendidikan Islam, alam semesta adalah guru bagi manusia. Kita
semua wajib belajar dari sikap alam semesta yang tunduk pada hukum-hukum yang telah
ditetapkan Allah SWT. Tidak terbayangkan oleh kita semua apabila alam semesta berperilaku
diluar hukum-hukum Allah. Matahari terbit dan turun ke bumi, bintang-bintang berjatuhan,
lautan meluap, ombak menghantam dan bumi berhenti berputar. Dari fenomena tersebut
pelajaran apa yang bisa kita diambil?

Alam semesta ini dapat dijadikan guru yang bijaksana, ombak di lautan yang dapat menjadi
energi bagi peselancar, angin dimanfaatkan untuk terjun payung, air yang deras dapat
dijadikan sebagai energi pembangkit listrik, begitu pula seterusnya yang dapat kita ambil
sebagai bahan pelajaran bagi kehidupan manusia. Belajar dari alam semesta adalah tujuan
hidup manusia dan secara filosofis, kedudukan alam semesta bagaikan guru dengan
muridnya, bahkan alam semesta bagaikan literatur yang sangat luas dan kaya akan informasi
yang aktual. Alam semesta memperlihatkan kepada Manusia yang berkeinginan untuk
belajar sepanjang hidupnya.
Allah SWT berfirman dalam surah Al-Mulk ayat 3 :

‫اَّلِذ ۡى َخ َلَق َس ۡب َع َس ٰم ٰو ٍت ِطَباًقا‌ؕ َم ا َتٰر ى ِفۡى َخ ۡل ِق الَّر ۡح ٰم ِن ِم ۡن َتٰف ُو ٍت‌ؕ َفاۡر ِج ِع اۡل َبَص َۙر َهۡل َتٰر ى ِم ۡن ُفُطۡو ٍر‬

Artinya: "Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu sekali-kali tidak melihat
pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah
berulang-ulang, Adakah kamu Lihat sesuatu yang tidak seimbang?"

Ayat diatas menegaskan bahwa ciptaan Allah yang sangat indah dan sempurna. Alam
semesta ini dengan tujuh lapis langit dan planet-planet yang diciptakan dengan hukum yang
pasti. Teori equilibrium atau keseimbangan telah berlaku pada semua alam ini.
Selanjutnya dipertegas lagi dalam surah Nuh ayat 15:

‫َاَلۡم َتَر ۡو ا َك ۡي َف َخ َلَق ُهّٰللا َس ۡب َع َس ٰم ٰو ٍت ِطَباًقا‬

Artinya: "Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit
bertingkat-tingkat?"
Adakah dari kita semua telah belajar tentang tujuh langit yang bertingkat-tingkat?
sepantasnya kita sebagai muslim merasa malu, karena setiap hari membaca al-Qur'an, bisa
jadi ayat tersebut sering kita baca, tetapi mengapa kita tidak pernah mengetahui rumus
tentang keajegan planet, tentang langit yang berlapis-lapis, sebagaimana yang sering kita
ucapakan bahwa "di atas langit masih ada langit". Betapa al-Qur'an menjadi sumber penting
bagi perkembangan ilmu pengetahuan alam yang secara filosofis, ayat-ayat tentang
penciptaan langit merupakan hakikat dari pendidikan Islam tentang benda-
benda angkasa raya.
Kedudukan alam semesta dalam perspektif pendidikan Islam adalah sebagai guru yang
mengajar kepada manusia untuk bertindak sesuai dengan hukum-hukum yang telah
digariskan Tuhan. Kemudian fungsi konkrit alam semesta adalah fungsi rubbubiyah yang
dicitrakan Allah SWT kepada manusia sehingga alam ini akan marah apabila manusia
bertindak serakah dan tidak bertanggungjawab bahkan merusaknya.
Manusia dapat mengambil pelajaran dari alam semesta ini. Manusia harus memanfaatkan
akalnya untuk berpikir tentang pemberdayaan alam bagi manusia. Akal yang dimiliki
manusia merupakan kecakapan untuk menciptakan alat-alat kerja bagi dirinya dan secara
bebas mengubah-ubah pembuatan alat kerja tersebut. Akal timbul karena penyesuaian
manusia. Dengan akalnya, manusia dapat menyesuaikan diri dengan dunia sekitarnya. Oleh
karena itu, akal memiliki fungsi praktis. Itulah sebabnya akal tidak dapat menyelami hakikat
yang sebenarnya dari segala kenyataan. Akal hanya sangat berguna bagi pemikiran ilmu fisika
dan mekanika, akan tetapi akal tidak bisa berguna bagi penyelaman kedalam
hakikat segala sesuatu.

2.4 PROSES PENCIPTAAN ALAM MENURUT AL-QUR’AN


Proses Penciptaan alam semesta telah lama diteliti oleh para ilmuan. Para ilmuan mencari
tahu tahapan-tahapan terbentuknya alam semesta dengan berbagai pendapat dan teori.
Manusia pada zaman sekarang pun memuji para ilmuan barat yang berhasil mengemukakan
proses terbentuknya alam semesta. Tidak hanya itu, hampir seluruh ilmu pengetahuan alam
berkiblat pada negeri barat. Para ilmuan mereka dipuji atas penemuan yang mereka
cetuskan. Padahal tidak perlu menunggu para ilmuan untuk memahami ilmu-ilmu, semua
ilmu telah tercangkup dalam Al Quran. Manusia membangga-banggakan para ilmuan barat,
padahal semua hal, ter terkecuali proses penciptaan alam semesta sudah tercangkup dalam
Al Quran. Al Quranlah yang seharusnya menuai banyak pujian dari seluruh umat manusia.
Semua sudah ada dalam Al Quran yang kita baca sehari-hari namun mengapa manusia tidak
menyadarinya? Karena manusia hanya membaca tanpa memahami maksudnya. Inilah
pentingnya untuk mengkaji tiap ayat dalam Al Quran.
Allah menyinggung penciptaan alam semesta dalam Al Quran bahwasan nya alam semesta
diciptakan dalam 6 masa. :

‫َو ُه َو اَّلِذْي َخ َلَق الَّس ٰم ٰو ِت َو اَاْلْر َض ِفْي ِس َّت ِة َاَّياٍم‬


Artinya : Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari” (QS Hud: 7).
Dalam ayat ini Allah menyebutkan bahwa penciptaan alam semesta terjadi dalam 6 masa.
Beberapa mufassir menerjemahkan kata ayyam sebagai hari, namun beberapa juga
menerjemahkan sebagai masa/periode1. Ayyam dimaksudkan dengan rentan masa atau
kejadian yang mana hanya Allah saja yang mengetahui berapa lamanya. Karena waktu di sisi
manusia dan sisi Allah berbeda. Ada ayat Al Quran yang mengatakan bahwa sehari di sisi
Allah sama dengan 1000 tahun dalam hitungan manusia, dan ada juga ayat yang
menjelaskan bahwa satu hari di sisi Allah 50 ribu tahun dalam pandangan manusia. Para
ulama berbeda pendapat dalam menafsirkan arti Ayyam.
Enam periode/proses itu di jabarkan dalam surah An Naaziat : 27-33. Dimulai sejak
penciptaan alam semesta alam semesta pertama kali sampai penciptaan manusia yang
adalah jenis makhluk terakhir yang Allah ciptakan di muka bumi.
1. Tahap Pertama

‫َء َاۡن ُتۡم َاَشُّد َخ ۡل ًقا َاِم الَّس َم ٓاُء‌ؕ َبٰن ٮَها‬
Artinya : Apakah penciptaan kamu yang lebih hebat ataukah langit yang telah dibangun-
Nya? (QS. An Naziat : 27)
Ayat ini menerangkan bahwa permulaan alam semesta dimulai dengan ledakan besar
BIG BANG. Berdasarkan analisis astronomi kosmologi, ledakan BIG BANG terjadi 13,7
milyar tahun yang lalu.
Allah telah menciptakan langit dalam 7 lapisan seperti firmannya :

‫اَّلِذ ۡى َخ َلَق َس ۡب َع َس ٰم ٰو ٍت ِطَباًقا‌ؕ َم ا َتٰر ى ِفۡى َخ ۡل ِق الَّر ۡح ٰم ِن ِم ۡن َتٰف ُو ٍت‌ؕ َفاۡر ِج ِع اۡل َبَص َۙر َهۡل َتٰر ى ِم ۡن ُفُطۡو ٍر‬
Artinya : “Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat
pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah
berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?” (Q.S. Al Mulk : 3)
Manusia mengira tujuh lapisan langit adalah tujuh lapisan atmosfer, padahal lapisan yang
dimaksud lebih luas dari itu. Hal ini juga dibuktikan oleh hadis nabi yang menceritakan
perjalanan beliau bertemu zat Allah SWT di langit ketujuh. Dalam perjalanannya beliau SAW
bertemu nabi dalam setiap lapisan langit, hingga akhirnya sampai di hadapan Allah SWT.
Penciptaan pertama kali adalah energi-energi dan partikel, seperti proton dan elektron.
Kemudian Allah menciptakan berbagai objek langit yang bisa kita lihat hingga hari ini.
Betapa naifnya manusia ketika dia bermaksiat kepada Allah, kemudian merasa bahwa ia
telah menyusahkan Allah SWT. Betapa naifnya pula manusia, merasa bahwa Allah akan
kesulitan membangkitkan manusia setelah kematian. Tidakkah ia melihat seberapa luas alam
semesta yang Allah bangun? Tidakkah manusia sadar betapa sangat kecil manusia
dibandingkan luasnya alam semesta? Tidakkah manusia perhatikan berapa banyak misteri
luar angkasa yang belum terpecahkan? Jangankan alam semesta, dunia dan seisinya pun, di
hadapan Allah SWT diibaratkan hanya sebuah koin yang dilempar di tengah gurun pasir.
Betapa kecil dan naifnya manusia. Kalau bukan Allah SWT yang menjadi Tuhan kita, maka
diketahui keberadaannya pun bahkan tidak oleh siapa pun. Lantas mengapa manusia masih
sombong.
2. Tahap Kedua

‫َر َفَع َسْم َك َها َفَس َّو اَها‬


Artinya : Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya, (QS. An Naziat : 28)

Dalam ayat ini menjelaskan alam semesta yang mengembang dari masa ke masa. Benda-
benda langit berjauhan satu sama lain yang mana ini adalah efek dari ledakan besar BIG
BANG. Dengan kata lain langit semakin meninggi, lalu Allah SWT menyempurnakannya,
kalimat ‘lalu menyempurnakannya‘ menunjukkan bahwa penciptaan semesta bukanlah
proses sekali jadi, namun proses bertahap.

Hal ini sesuai dengan teori ledakan Big Bang yang mengatakan bahwa alam semesta ini
adalah hasil dari sebuah ledakan besar, dan ledakannya masih kita rasakan sampai sekarang.
Karena para peneliti menemukan bahwa jarak antara satu planet dan planet lain semakin
menjauh dari waktu ke waktu. Bayangkan, ketika sebuah bom meledak, pasti ia akan
menghempaskan segala sesuatu yang ada di sekitarnya ke segala penjuru, semakin besar
ledakan semakin jauh jarak benda yang terhempas. Begitu pun dengan alam semesta,
bintang-bintang adalah benda-benda yang terhempas akibat ledakan yang semakin menjauh
dari sumber ledakan.
Alam semesta yang mengembang sesuai dengan firman Allah SWT yang berbunyi :

‫َو الَّس َم ٓاَء َبَنۡي ٰن َها ِبَاۡي ٮٍد َّو ِاَّنا َلُم ۡو ِس ُع ۡو َن‬
Artinya : Dan langit kami bangun dengan kekuasaan (Kami), dan kami benar- benar
meluaskannya (QS. Az Zariyat : 47)
3. Tahap Ketiga

‫َو َاۡغ َطَش َلۡي َلَها َو َاۡخ َر َج ُض ٰح ٮَها‬


Artinya : Dan Dia menjadikan malamnya (gelap gulita), dan menjadikan siangnya (terang
benderang) (QS. An Naziat : 29)
Ayat ini menceritakan masa penciptaan matahari yang bersinar, serta bumi, dan planet-
planet lain yang berotasi atau bisa kita sebut tata surya sehingga terjadi fenomena malam
dan siang. Dan Allah SWT menjadikan malamnya gelap gulita, sebagai waktu bagi manusia
untuk beristirahat dari lelahnya bekerja, dan menjadikan siangnya terang benderang sebagai
waktu untuk bekerja dan mencari rezeki di muka bum. Penciptaan siang dan malam perkara
yang mudah. Setelah langit sempurna, maka dihamparkanlah bumi sebagai tempat yang
sempurna bagi manusia untuk hidup.
4. Tahap Keempat

‫َو اَاۡلۡر َض َبۡع َد ٰذ ِلَك َد ٰح ٮَها‬


Artimya : Dan setelah itu bumi Ia hamparkan (QS. An Naziat : 30)
Ayat ini menjelaskan tentang proses evolusi yang terjadi di bumi. Lempeng benua besar
atau pangaea dihamparkan di bumi, berpecah menjadi lempengan- lempengan yang
membentuk lima benua.
Bumi dihamparkan dalam ayat tersebut bermaksud bergesernya lempengan bumi sedikit
demi sedikit dalam jangka waktu jutaan tahun.
Setelah Allah menciptakan langit dan bumi di mana terhampar dan rata untuk mereka
tinggal, Allah juga keluarkan (di bumi) mata air serta tumbuh-tumbuhan yang menjadi
konsumsi bagi manusia dan binatang. Setelah itu semua, Allah ciptakan gunung yang
menjadikan kokoh bumi, Allah menjadikannya sebagaimana pasak agar stabil dan untuk
tempat tinggal (makhluk-Nya).2

5. Tahap Kelima
‫َاۡخ َر َج ِم ۡن َها َم ٓاَء َها َو َم ۡر ٰع ٮَها‬
Artinya : Darinya dia pancarkan mata air, dan (ditumbuhkan) tumbuh- tumbuhannya
(QS. An Naziat : 31)
Ayat ini menjelaskan awal kehidupan di bumi dan juga planet lain yang di siapkan untuk
kehidupan dengan menyediakan air. Hidrogen terbentuk karena suhu panas
menciptakan awan panas yang kemudian menjadi air. Dengan hujan, Allah
menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang menjadi kehidupan pertama di
bumi. Berdasarkan fosil tertua di bumi, kehidupan bermula pertama kali di dalam laut
yang hangat. Allah SWT juga telah menyebutkan bahwa penciptaan makhluk dimulai dari
air.
Allah sudah menyiapkan bumi sebagai sebaik-baik tempat untuk kehidupan manusia.
Dari hujan, Allah menumbuhkan tumbuhan yang kemudian menghasilkan oksigen dan
atmosfer. Dengan begitu lengkaplah apa yang dibutuhkan manusia untuk hidup di bumi.

6. Tahap Keenam
‫َو اۡل ِج َباَل َاۡر ٰس ٮَهاَم َتاًعا َّلـُك ۡم َو َاِلۡن َع اِم ُك ؕۡم‬
Artinya : Dan gunung-gunung, Dia pancangkan dengan teguh, (semua itu) untuk
kesenanganmu dan untuk hewan-hewan ternakmu (QS. An Naziat : 32-33)
Ayat ini menjelaskan terbentuknya gunung-gunung akibat evolusi geologi. Gunung-gunung
dipancangkan agar bumi tidak mudah berguncang dan kokoh. Kemudian hewan-hewan dan
manusia mulai diciptakan di atas muka bumi.
Setelah terpenuhinya syarat utama kehidupan yaitu air dan oksigen, manusia dan hewan
pun diciptakan. Selain itu gunung-gunung juga terbentuk demi tegaknya dan kuatnya
permukaan bumi.
Bayangkan, jika bumi tanpa adanya pegunungan, maka bumi akan dengan mudah
terguncang dan hancur. Jadi memang benar bahwa Allah SWT sudah menciptakan
permukaan bumi sebaik-baiknya agar manusia, hewan dan tumbuhan hidup dan
berkembang biak di dalamnya.
Setelah semua tahapan besar itu, alangkah manusia seharusnya menjaga dengan baik apa
yang telah Allah SWT anugerahkan. Maka tidak salah, ketika manusia merusak ekosistem
alam demi untuk kepentingan pribadi, alam pun akan marah, Allah SWT pun membiarkan
alam semesta ciptaannya untuk balas dendam terhadap apa yang dilakukan manusia.
Hikmah Penciptaan Alam Semesta Berangsur-angsur
Kita telah mengetahui bahwa Allah SWT menciptakan seluruh alam semesta dalam enam
masa. Semua diciptakan dengan detail dan sempurna sehingga pantas dihuni oleh jutaan
makhluk hidup di dalamnya.
Namun, dibalik penciptaannya yang enam masa, muncul pertanyaan mengapa harus enam
masa? Bukankah apabila Allah ingin berkehendak, hanya tinggal ucapkan kun fayakun?
Lantas kenapa Allah SWT butuh enak masa untuk ciptakan alam semesta? Bukankah Allah
SWT sendiri yang berfirman :

‫َبِد ۡي ُع الَّسٰم ٰو ِت َو اَاۡلۡر ِضؕ‌ َو ِاَذ ا َقٰٓض ى َاۡم ًر ا َفِاَّنَم ا َيُقۡو ُل َلٗه ُكۡن َفَيُك ۡو ُن‬
Artinya : “Allah pencipta langit dan bumi, dan bila Dia ingin berkehendak (Untuk
menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan “Jadilah!” Lalu jadilah ia”
(QS. Al Baqoroh : 117)
Yang harus kita sadari bahwa di balik keagungan Allah SWT ada hikmah yang bisa kita petik,
termasuk alasan diciptakannya alam semesta dalam enam masa.
Hikmah Allah SWT adalah sesuatu yang tersembunyi, namun dibalik tersembunyinya hal
tersebut, menjadikan manusia menyimpulkan berbagai hikmah yang membuat manusia
semakin yakin dengan keagungan kuasa Allah SWT. Para ulama rohimahumullah pun telah
menyimpulkan berbagai hikmah mengenai penciptaan alam semesta selama enam masa.

1. At Thabari menjelaskan bahwa Allah mampu saja menciptakan alam semesta ini
dalam sekejap tanpa perlu menunggu enak masa. Namun, Allah SWT ingin
menunjukkan kepada seluruh hambanya sisi kelembutan dan ketetapan dalam
segala urusan. Allah SWT juga hendak memperlihatkan para hambanya seperti
malaikat kemampuan-Nya dalam menciptakan secara perlahan dan teratur. Hikmah
lainnya menurut At Thabari adalah menyinggung masalah pertaubatan. Bahwa
segala sesuatu sudah ditentukan tenggang waktunya. Selama ajal masih ada, taubat
masih diterima. Namun ketika ajal datang, maka taubat sudah tidak diterima.
2. Menurut ibnu Al Qoyyim Al Jauzi dalam kitabnya yang berjudul Zadul Masir ada lima
hikmah Allah ciptakan alam semesta dalam enam masa. Hikmah pertama, karena
Allah SWT ingin menunjukkan ketetapan atas semua perkara yang mana disaksikan
oleh para malaikat. Hikmah kedua adalah Allah SWT ingin menunjukkan kasih
sayangnya kepada nabi Adam AS dan keturunannya betapa rincinya penciptaan
sebelum penciptaan mereka. Hikmah ketiga, memang sesuatu yang cepat tampak
lebih hebat, namun dengan perlahan-lahan akan lebih cermat dan tepat. Allah SWT
ingin mengajarkan hal ini kepada manusia. Karena tidak sedikit manusia yang
termakan oleh sifat terburu-buru. Hikmah keempat, Allah hendak mengajarkan para
hamba-Nya bahwa sesuatu yang tepat dilakukan oleh orang yang tak pernah
tergelincir. Hikmah kelima, agar terhindar dari prasangka bahwa alam semesta
hanyalah kebetulan, maka dari itu diciptakan secara perlahan-lahan.

3. Thantawi Jauhari seorang mufassir saintifik berpendapat bahwa keputusan Allah


SWT dimaksudkan dalam rangka memberi aturan dan kesempurnaan dalam
penciptaan. Wujud dari hikmah dan kasih sayang Allah sangat nyata. Salah jika
manusia berpikir bahwa Allah SWT duduk santai-santai saja di atas Arsy-Nya, namun
Allah terus menerus mengatur alam semesta dengan memberikan hikmah dan
pelajaran. Dan masih banyak pendapat para ulama mengenai alasan Allah
menciptakan alam semesta dalam enam masa dan hikmah dibaliknya. Kita sebagai
hamba Allah manusia yang lemah, tidak patut semata-mata berpikiran bahwa Allah
SWT lemah dan butuh istirahat. Secara tidak langsung dengan penciptaan alam
semesta ini, Allah SWT menguji keimanan para hamba-Nya. Apakah dengan fakta
tersebut justru melemahkan keyakinan atau menguatkan keyakinan terhadap kuasa
Allah SWT. Tidak ada yang mustahil bagi Allah SWT, bahkan janin yang sebelumnya
tidak bernyawa, kemudian Allah SWT berikan ruh, lantas lahir menjadi manusia yang
tumbuh, Allah SWT atur rezekinya selama ia hidup. Semua itu atas kehendak Allah
SWT, tak terhitung jumlah manusia yang telah Allah SWT ciptakan namun Allah
mengetahui perjalanan hingga ia meninggal. Pantaslah apabila Allah SWT disebut
sebagai pencipta skenario terbaik. Allah mampu mengatur semua ciptaannya, setiap
hari, setiap detik dan tak pernah berpaling apalagi tak pernah tertidur.
BAB III
PENUTUPAN
3.1 KESIMPULAN

Allah menciptakan alam semesta ini bukan untukNya, tetapi untuk seluruh makhluk yang
diberi hidup dan kehidupan. Sebagai pencipta dan sekaligus pemilik, Allah mempunyai
kewenangan dan kekuasaan absolut untuk melestarikan dan menghancurkannya tanpa
diminta pertanggungjawaban oleh siapapun. Namun begitu, Allah telah mengamanatkan
alam seisinya dengan makhlukNya yang patut diberi amanat itu, yaitu MANUSIA. Dan oleh
karenanya manusia adalah makhluk Allah yang dibekali dua potensi yang sangat mendasar,
yaitu kekuatan fisi dan kekuatan rasio, disamping emosi dan intuisi. Ini berarti, bahwa alam
seisinya ini adalah amanat Allah yang kelak akan minta pertanggungjawaban dari seluruh
manusia yang selama hidupnya di dunia ini pasti terlibat dalam amanat itu.

Manusia diberi hidup oleh Allah tidak secara outomatis dan langsung, akan tetapi melalui
proses panjang yang melibatkan berbagai faktor dan aspek. Ini tidak berarti Allah tidak
mampu atau tidak kuasa menciptakannya sekaligus. Akan tetapi justru karena ada proses
itulah maka tercipta dan muncul apa yang disebut “kehidupan” baik bagi manusia itu sendiri
maupun bagi mahluk lain yang juga diberi hidup oleh Allah, yakni flora dan fauna.

Kehidupan yang demikian adalah proses hubungan interaktif secara harmonis dan seimbang
yang saling menunjang antara manusia, alam dan segala isinya utamanaya flora dan fauna,
dalam suatu “tata nilai” maupun “tatanan” yang disebut ekosistem. Tata nilai dan tatanan
itulah yang disebut pula “moral dan etika kehidupan alam” yang sering dipengaruhi oleh
paradigma dinamis yang berkembang dalam komunitas masyarakat disamping pengaruh
ajaran agama yang menjadi sumber inspirasi moral dan etika itu.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/361516104/Allah-Dan-
Pencipta-Alam-Semesta

https://www.liputan6.com/hot/read/5313989/allah-maha-
pencipta-disebut-al-khaliq-begini-cara-meneladaninya

https://www.harianmerapi.com/cermin/pr-407396787/
tujuan-allah-swt-menciptakan-alam-semesta?page=2

https://masjunayd.blogspot.com/2021/02/kedudukan-
alam-semesta-dalam-perspektif.html

Anda mungkin juga menyukai