KELOMPOK 3 :
SELVIRA FRANSISKA NOVIANTI
FRABELIA CECILIANA
FASZA NOVA YANITA
AMELIA RAHMANDANI
FAKULTAS TEKNIK
INDUSTRI
UMJ
KATA PENGANTAR
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan karya
ilmiah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat
dukungan dari berbagai pihak.
Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan
manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………….
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………
1.2 Rumus Masalah……………………………………………………………………..
1.3 Tujuan Peneliti……………………………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………..
2.1 Allah Maha Pencipta………………………………………………………….
2.2 Tujuan Penciptaan Alam Semesta……………………………………………….
2.3 Kedudukan Alam Semesta…………………………………………………………..
2.4 Proses Penciptaan Alam Menurut……………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
ُهَو ُهّٰللا اْلَخ اِلُق اْلَباِر ُئ اْلُمَصِّو ُر َلُه اَاْلْس َم ۤا ُء اْلُحْس ٰن ۗى ُيَس ِّبُح َلٗه َم ا ِفى الَّسٰم ٰو ِت َو اَاْلْر ِۚض َو ُهَو اْلَع ِزْيُز اْلَحِكْيُم
"Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Dia memiliki
nama-nama yang indah. Apa yang di langit dan di bumi bertasbih kepada-Nya. Dan Dialah
Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana." (QS. Al-Hasyr ayat 24)
Allah Maha Pencipta disebut Al-Khaliq, yang menggambarkan-Nya sebagai Pencipta paling
agung. Dalam asmaul husna, Al-Khaliq adalah salah satu nama Allah yang menunjukkan
kekuasaan dan kebijaksanaan-Nya dalam menciptakan alam semesta beserta isinya.
Kementerian Agama atau Kemenag RI menjelaskan Allah menciptakan segala sesuatu
dengan sempurna, mengatur setiap rincian dengan akurat, dan memberikan keindahan yang
tak terhingga.
Dalam Mufradat Alfadz Al-Qur'an, Allah Maha Pencipta disebut Al-Khaliq diartikan sebagai
Dzat yang mampu menciptakan sesuatu tanpa menggunakan bahan. Ini menunjukkan bahwa
Allah memiliki kekuasaan yang mutlak untuk menciptakan segala sesuatu dari ketiadaan
menjadi ada, tanpa memerlukan unsur-unsur material. Allah adalah sumber penciptaan yang
tiada tanding, dan tak ada yang mampu menandingi-Nya dalam kekuasaan-Nya untuk
menciptakan dan membentuk alam semesta ini.
Allah sebagai Al-Khaliq adalah sumber dari segala keberadaan dan kehidupan di alam
semesta ini. Tidak ada yang mampu menciptakan seperti Allah, dan segala yang ada dalam
alam semesta ini adalah bukti kekuasaan dan kebijaksanaan-Nya sebagai Maha Pencipta.
ُﻪَّﻠﻟﺍ ﺍَّﻟِﺬ ﻱ َﺧ َﻠَﻖ َﺳ ْﺒَﻊ َﺳ َﻤ ﺎَﻭ ﺍٍﺕ َﻭِﻣ َﻦ ﺍﻷْﺭ ِﺽ ِﻣ ْﺜَﻠُﻬَّﻦ َﻳَﺘﻨﺰُﻝ ﺍﻷْﻣ ُﺮ َﺑْﻴَﻨُﻬَّﻦ ِﻟَﺘْﻌ َﻠُﻤ ﻮﺍ َﺃَّﻥ َﻪَّﻠﻟﺍ َﻋ َﻠﻰ ُﻛ ِّﻞ َﺷ ْﻲ ٍﺀ َﻗِﺪ ﻳٌﺮ َﻭ َﺃَّﻥ َﻪَّﻠﻟﺍ َﻗْﺪ َﺃَﺣ ﺎَﻁ ِﺑُﻜ ِّﻞ
َﺷ ْﻲ ٍﺀ ِﻋ ْﻠًﻤ ﺎ
"Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku
padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha kuasa atas segala sesuatu; dan
sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu." (QS. Ath Thalaq ayat
56)
Kesimpulannya, Allah Maha Pencipta disebut Al-Khaliq dalam asmaul husna. Allah
menciptakan alam semesta dan segala isinya dengan sempurna, tanpa memerlukan bahan
dan dengan keindahan yang tak terhingga. Maka, sebagai umat Islam harus meyakini bahwa
Allah menciptakan segala sesuatu dengan sebaik-baiknya dan memperindahnya sesuai
dengan kehendak-Nya. Ketika setiap umat Muslim mau mengamati ciptaan-Nya, akan
diperoleh sebuah pemahaman tentang kebesaran, kebijaksanaan, dan keindahan Allah
sebagai Maha Pencipta yang tiada tara.
ُﻪَّﻠﻟﺍ َﺧ ﺎِﻟُﻖ ُﻛ ِّﻞ َﺷ ْﻲ ٍﺀۖ َﻭ ُﻫَﻮ َﻋ َﻠٰﻰ ُﻛ ِّﻞ َﺷ ْﻲ ٍﺀ َﻭِﻛﻴٌﻞ
"Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu." (QS. Az Zumar ayat
62).
Alam semesta ini diciptakan Allah SWT bukanlah dengan sia-sia, atau bukannya tanpa
tujuan. Adanya alam semesta ini sebagai ciptaan-Nya ini memiliki beberapa tujuan yang
besar. Pertama, sebagai sarana (media) untuk menunjukkan adanya Tuhan Yang Maha Besar,
Maha Besar dan Maha Pencipta. Keluasan, keindahan serta ketaraturan alam semesta ini
merupakan bukti nyata akan adanya Allah SWT. Tidak ada yang mahakuasa untuk
menciptakan alam semesta yang begiu besar ini selain Allah SWT. (QS. Al-Anbiya’, 21:56).
Kedua, sebagai tempat hidup dan berlangsungnya kehidupan bagi semua makhluk-Nya,
khususnya untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Seberapapun kepandaian dan
kekayaan manusia, niscaya tidak akan mampu untuk membuat ataupun membeli alam
semesta ini.
Dan betapa Allah Maha Pemurah, manusia tinggal memakainya saja, tidak perlu membeli
atau membayarnya. Firman Allah SWT: “Dialah (Allah) yang menciptakan segala apa yang
ada di bumi untukmu kemudian Dia menuju ke langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi
tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS. Al-Baqarah; 2:29).
Firman Allah SWT: “Dialah (Allah) yang menciptakan segala apa yang ada di bumi untukmu
kemudian Dia menuju ke langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit. Dan Dia
Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS. Al-Baqarah; 2:29).
Dalam perspektif filsafat pendidikan Islam, alam semesta adalah guru bagi manusia. Kita
semua wajib belajar dari sikap alam semesta yang tunduk pada hukum-hukum yang telah
ditetapkan Allah SWT. Tidak terbayangkan oleh kita semua apabila alam semesta berperilaku
diluar hukum-hukum Allah. Matahari terbit dan turun ke bumi, bintang-bintang berjatuhan,
lautan meluap, ombak menghantam dan bumi berhenti berputar. Dari fenomena tersebut
pelajaran apa yang bisa kita diambil?
Alam semesta ini dapat dijadikan guru yang bijaksana, ombak di lautan yang dapat menjadi
energi bagi peselancar, angin dimanfaatkan untuk terjun payung, air yang deras dapat
dijadikan sebagai energi pembangkit listrik, begitu pula seterusnya yang dapat kita ambil
sebagai bahan pelajaran bagi kehidupan manusia. Belajar dari alam semesta adalah tujuan
hidup manusia dan secara filosofis, kedudukan alam semesta bagaikan guru dengan
muridnya, bahkan alam semesta bagaikan literatur yang sangat luas dan kaya akan informasi
yang aktual. Alam semesta memperlihatkan kepada Manusia yang berkeinginan untuk
belajar sepanjang hidupnya.
Allah SWT berfirman dalam surah Al-Mulk ayat 3 :
اَّلِذ ۡى َخ َلَق َس ۡب َع َس ٰم ٰو ٍت ِطَباًقاؕ َم ا َتٰر ى ِفۡى َخ ۡل ِق الَّر ۡح ٰم ِن ِم ۡن َتٰف ُو ٍتؕ َفاۡر ِج ِع اۡل َبَص َۙر َهۡل َتٰر ى ِم ۡن ُفُطۡو ٍر
Artinya: "Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu sekali-kali tidak melihat
pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah
berulang-ulang, Adakah kamu Lihat sesuatu yang tidak seimbang?"
Ayat diatas menegaskan bahwa ciptaan Allah yang sangat indah dan sempurna. Alam
semesta ini dengan tujuh lapis langit dan planet-planet yang diciptakan dengan hukum yang
pasti. Teori equilibrium atau keseimbangan telah berlaku pada semua alam ini.
Selanjutnya dipertegas lagi dalam surah Nuh ayat 15:
Artinya: "Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit
bertingkat-tingkat?"
Adakah dari kita semua telah belajar tentang tujuh langit yang bertingkat-tingkat?
sepantasnya kita sebagai muslim merasa malu, karena setiap hari membaca al-Qur'an, bisa
jadi ayat tersebut sering kita baca, tetapi mengapa kita tidak pernah mengetahui rumus
tentang keajegan planet, tentang langit yang berlapis-lapis, sebagaimana yang sering kita
ucapakan bahwa "di atas langit masih ada langit". Betapa al-Qur'an menjadi sumber penting
bagi perkembangan ilmu pengetahuan alam yang secara filosofis, ayat-ayat tentang
penciptaan langit merupakan hakikat dari pendidikan Islam tentang benda-
benda angkasa raya.
Kedudukan alam semesta dalam perspektif pendidikan Islam adalah sebagai guru yang
mengajar kepada manusia untuk bertindak sesuai dengan hukum-hukum yang telah
digariskan Tuhan. Kemudian fungsi konkrit alam semesta adalah fungsi rubbubiyah yang
dicitrakan Allah SWT kepada manusia sehingga alam ini akan marah apabila manusia
bertindak serakah dan tidak bertanggungjawab bahkan merusaknya.
Manusia dapat mengambil pelajaran dari alam semesta ini. Manusia harus memanfaatkan
akalnya untuk berpikir tentang pemberdayaan alam bagi manusia. Akal yang dimiliki
manusia merupakan kecakapan untuk menciptakan alat-alat kerja bagi dirinya dan secara
bebas mengubah-ubah pembuatan alat kerja tersebut. Akal timbul karena penyesuaian
manusia. Dengan akalnya, manusia dapat menyesuaikan diri dengan dunia sekitarnya. Oleh
karena itu, akal memiliki fungsi praktis. Itulah sebabnya akal tidak dapat menyelami hakikat
yang sebenarnya dari segala kenyataan. Akal hanya sangat berguna bagi pemikiran ilmu fisika
dan mekanika, akan tetapi akal tidak bisa berguna bagi penyelaman kedalam
hakikat segala sesuatu.
َء َاۡن ُتۡم َاَشُّد َخ ۡل ًقا َاِم الَّس َم ٓاُءؕ َبٰن ٮَها
Artinya : Apakah penciptaan kamu yang lebih hebat ataukah langit yang telah dibangun-
Nya? (QS. An Naziat : 27)
Ayat ini menerangkan bahwa permulaan alam semesta dimulai dengan ledakan besar
BIG BANG. Berdasarkan analisis astronomi kosmologi, ledakan BIG BANG terjadi 13,7
milyar tahun yang lalu.
Allah telah menciptakan langit dalam 7 lapisan seperti firmannya :
اَّلِذ ۡى َخ َلَق َس ۡب َع َس ٰم ٰو ٍت ِطَباًقاؕ َم ا َتٰر ى ِفۡى َخ ۡل ِق الَّر ۡح ٰم ِن ِم ۡن َتٰف ُو ٍتؕ َفاۡر ِج ِع اۡل َبَص َۙر َهۡل َتٰر ى ِم ۡن ُفُطۡو ٍر
Artinya : “Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat
pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah
berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?” (Q.S. Al Mulk : 3)
Manusia mengira tujuh lapisan langit adalah tujuh lapisan atmosfer, padahal lapisan yang
dimaksud lebih luas dari itu. Hal ini juga dibuktikan oleh hadis nabi yang menceritakan
perjalanan beliau bertemu zat Allah SWT di langit ketujuh. Dalam perjalanannya beliau SAW
bertemu nabi dalam setiap lapisan langit, hingga akhirnya sampai di hadapan Allah SWT.
Penciptaan pertama kali adalah energi-energi dan partikel, seperti proton dan elektron.
Kemudian Allah menciptakan berbagai objek langit yang bisa kita lihat hingga hari ini.
Betapa naifnya manusia ketika dia bermaksiat kepada Allah, kemudian merasa bahwa ia
telah menyusahkan Allah SWT. Betapa naifnya pula manusia, merasa bahwa Allah akan
kesulitan membangkitkan manusia setelah kematian. Tidakkah ia melihat seberapa luas alam
semesta yang Allah bangun? Tidakkah manusia sadar betapa sangat kecil manusia
dibandingkan luasnya alam semesta? Tidakkah manusia perhatikan berapa banyak misteri
luar angkasa yang belum terpecahkan? Jangankan alam semesta, dunia dan seisinya pun, di
hadapan Allah SWT diibaratkan hanya sebuah koin yang dilempar di tengah gurun pasir.
Betapa kecil dan naifnya manusia. Kalau bukan Allah SWT yang menjadi Tuhan kita, maka
diketahui keberadaannya pun bahkan tidak oleh siapa pun. Lantas mengapa manusia masih
sombong.
2. Tahap Kedua
Dalam ayat ini menjelaskan alam semesta yang mengembang dari masa ke masa. Benda-
benda langit berjauhan satu sama lain yang mana ini adalah efek dari ledakan besar BIG
BANG. Dengan kata lain langit semakin meninggi, lalu Allah SWT menyempurnakannya,
kalimat ‘lalu menyempurnakannya‘ menunjukkan bahwa penciptaan semesta bukanlah
proses sekali jadi, namun proses bertahap.
Hal ini sesuai dengan teori ledakan Big Bang yang mengatakan bahwa alam semesta ini
adalah hasil dari sebuah ledakan besar, dan ledakannya masih kita rasakan sampai sekarang.
Karena para peneliti menemukan bahwa jarak antara satu planet dan planet lain semakin
menjauh dari waktu ke waktu. Bayangkan, ketika sebuah bom meledak, pasti ia akan
menghempaskan segala sesuatu yang ada di sekitarnya ke segala penjuru, semakin besar
ledakan semakin jauh jarak benda yang terhempas. Begitu pun dengan alam semesta,
bintang-bintang adalah benda-benda yang terhempas akibat ledakan yang semakin menjauh
dari sumber ledakan.
Alam semesta yang mengembang sesuai dengan firman Allah SWT yang berbunyi :
َو الَّس َم ٓاَء َبَنۡي ٰن َها ِبَاۡي ٮٍد َّو ِاَّنا َلُم ۡو ِس ُع ۡو َن
Artinya : Dan langit kami bangun dengan kekuasaan (Kami), dan kami benar- benar
meluaskannya (QS. Az Zariyat : 47)
3. Tahap Ketiga
5. Tahap Kelima
َاۡخ َر َج ِم ۡن َها َم ٓاَء َها َو َم ۡر ٰع ٮَها
Artinya : Darinya dia pancarkan mata air, dan (ditumbuhkan) tumbuh- tumbuhannya
(QS. An Naziat : 31)
Ayat ini menjelaskan awal kehidupan di bumi dan juga planet lain yang di siapkan untuk
kehidupan dengan menyediakan air. Hidrogen terbentuk karena suhu panas
menciptakan awan panas yang kemudian menjadi air. Dengan hujan, Allah
menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang menjadi kehidupan pertama di
bumi. Berdasarkan fosil tertua di bumi, kehidupan bermula pertama kali di dalam laut
yang hangat. Allah SWT juga telah menyebutkan bahwa penciptaan makhluk dimulai dari
air.
Allah sudah menyiapkan bumi sebagai sebaik-baik tempat untuk kehidupan manusia.
Dari hujan, Allah menumbuhkan tumbuhan yang kemudian menghasilkan oksigen dan
atmosfer. Dengan begitu lengkaplah apa yang dibutuhkan manusia untuk hidup di bumi.
6. Tahap Keenam
َو اۡل ِج َباَل َاۡر ٰس ٮَهاَم َتاًعا َّلـُك ۡم َو َاِلۡن َع اِم ُك ؕۡم
Artinya : Dan gunung-gunung, Dia pancangkan dengan teguh, (semua itu) untuk
kesenanganmu dan untuk hewan-hewan ternakmu (QS. An Naziat : 32-33)
Ayat ini menjelaskan terbentuknya gunung-gunung akibat evolusi geologi. Gunung-gunung
dipancangkan agar bumi tidak mudah berguncang dan kokoh. Kemudian hewan-hewan dan
manusia mulai diciptakan di atas muka bumi.
Setelah terpenuhinya syarat utama kehidupan yaitu air dan oksigen, manusia dan hewan
pun diciptakan. Selain itu gunung-gunung juga terbentuk demi tegaknya dan kuatnya
permukaan bumi.
Bayangkan, jika bumi tanpa adanya pegunungan, maka bumi akan dengan mudah
terguncang dan hancur. Jadi memang benar bahwa Allah SWT sudah menciptakan
permukaan bumi sebaik-baiknya agar manusia, hewan dan tumbuhan hidup dan
berkembang biak di dalamnya.
Setelah semua tahapan besar itu, alangkah manusia seharusnya menjaga dengan baik apa
yang telah Allah SWT anugerahkan. Maka tidak salah, ketika manusia merusak ekosistem
alam demi untuk kepentingan pribadi, alam pun akan marah, Allah SWT pun membiarkan
alam semesta ciptaannya untuk balas dendam terhadap apa yang dilakukan manusia.
Hikmah Penciptaan Alam Semesta Berangsur-angsur
Kita telah mengetahui bahwa Allah SWT menciptakan seluruh alam semesta dalam enam
masa. Semua diciptakan dengan detail dan sempurna sehingga pantas dihuni oleh jutaan
makhluk hidup di dalamnya.
Namun, dibalik penciptaannya yang enam masa, muncul pertanyaan mengapa harus enam
masa? Bukankah apabila Allah ingin berkehendak, hanya tinggal ucapkan kun fayakun?
Lantas kenapa Allah SWT butuh enak masa untuk ciptakan alam semesta? Bukankah Allah
SWT sendiri yang berfirman :
َبِد ۡي ُع الَّسٰم ٰو ِت َو اَاۡلۡر ِضؕ َو ِاَذ ا َقٰٓض ى َاۡم ًر ا َفِاَّنَم ا َيُقۡو ُل َلٗه ُكۡن َفَيُك ۡو ُن
Artinya : “Allah pencipta langit dan bumi, dan bila Dia ingin berkehendak (Untuk
menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan “Jadilah!” Lalu jadilah ia”
(QS. Al Baqoroh : 117)
Yang harus kita sadari bahwa di balik keagungan Allah SWT ada hikmah yang bisa kita petik,
termasuk alasan diciptakannya alam semesta dalam enam masa.
Hikmah Allah SWT adalah sesuatu yang tersembunyi, namun dibalik tersembunyinya hal
tersebut, menjadikan manusia menyimpulkan berbagai hikmah yang membuat manusia
semakin yakin dengan keagungan kuasa Allah SWT. Para ulama rohimahumullah pun telah
menyimpulkan berbagai hikmah mengenai penciptaan alam semesta selama enam masa.
1. At Thabari menjelaskan bahwa Allah mampu saja menciptakan alam semesta ini
dalam sekejap tanpa perlu menunggu enak masa. Namun, Allah SWT ingin
menunjukkan kepada seluruh hambanya sisi kelembutan dan ketetapan dalam
segala urusan. Allah SWT juga hendak memperlihatkan para hambanya seperti
malaikat kemampuan-Nya dalam menciptakan secara perlahan dan teratur. Hikmah
lainnya menurut At Thabari adalah menyinggung masalah pertaubatan. Bahwa
segala sesuatu sudah ditentukan tenggang waktunya. Selama ajal masih ada, taubat
masih diterima. Namun ketika ajal datang, maka taubat sudah tidak diterima.
2. Menurut ibnu Al Qoyyim Al Jauzi dalam kitabnya yang berjudul Zadul Masir ada lima
hikmah Allah ciptakan alam semesta dalam enam masa. Hikmah pertama, karena
Allah SWT ingin menunjukkan ketetapan atas semua perkara yang mana disaksikan
oleh para malaikat. Hikmah kedua adalah Allah SWT ingin menunjukkan kasih
sayangnya kepada nabi Adam AS dan keturunannya betapa rincinya penciptaan
sebelum penciptaan mereka. Hikmah ketiga, memang sesuatu yang cepat tampak
lebih hebat, namun dengan perlahan-lahan akan lebih cermat dan tepat. Allah SWT
ingin mengajarkan hal ini kepada manusia. Karena tidak sedikit manusia yang
termakan oleh sifat terburu-buru. Hikmah keempat, Allah hendak mengajarkan para
hamba-Nya bahwa sesuatu yang tepat dilakukan oleh orang yang tak pernah
tergelincir. Hikmah kelima, agar terhindar dari prasangka bahwa alam semesta
hanyalah kebetulan, maka dari itu diciptakan secara perlahan-lahan.
Allah menciptakan alam semesta ini bukan untukNya, tetapi untuk seluruh makhluk yang
diberi hidup dan kehidupan. Sebagai pencipta dan sekaligus pemilik, Allah mempunyai
kewenangan dan kekuasaan absolut untuk melestarikan dan menghancurkannya tanpa
diminta pertanggungjawaban oleh siapapun. Namun begitu, Allah telah mengamanatkan
alam seisinya dengan makhlukNya yang patut diberi amanat itu, yaitu MANUSIA. Dan oleh
karenanya manusia adalah makhluk Allah yang dibekali dua potensi yang sangat mendasar,
yaitu kekuatan fisi dan kekuatan rasio, disamping emosi dan intuisi. Ini berarti, bahwa alam
seisinya ini adalah amanat Allah yang kelak akan minta pertanggungjawaban dari seluruh
manusia yang selama hidupnya di dunia ini pasti terlibat dalam amanat itu.
Manusia diberi hidup oleh Allah tidak secara outomatis dan langsung, akan tetapi melalui
proses panjang yang melibatkan berbagai faktor dan aspek. Ini tidak berarti Allah tidak
mampu atau tidak kuasa menciptakannya sekaligus. Akan tetapi justru karena ada proses
itulah maka tercipta dan muncul apa yang disebut “kehidupan” baik bagi manusia itu sendiri
maupun bagi mahluk lain yang juga diberi hidup oleh Allah, yakni flora dan fauna.
Kehidupan yang demikian adalah proses hubungan interaktif secara harmonis dan seimbang
yang saling menunjang antara manusia, alam dan segala isinya utamanaya flora dan fauna,
dalam suatu “tata nilai” maupun “tatanan” yang disebut ekosistem. Tata nilai dan tatanan
itulah yang disebut pula “moral dan etika kehidupan alam” yang sering dipengaruhi oleh
paradigma dinamis yang berkembang dalam komunitas masyarakat disamping pengaruh
ajaran agama yang menjadi sumber inspirasi moral dan etika itu.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/document/361516104/Allah-Dan-
Pencipta-Alam-Semesta
https://www.liputan6.com/hot/read/5313989/allah-maha-
pencipta-disebut-al-khaliq-begini-cara-meneladaninya
https://www.harianmerapi.com/cermin/pr-407396787/
tujuan-allah-swt-menciptakan-alam-semesta?page=2
https://masjunayd.blogspot.com/2021/02/kedudukan-
alam-semesta-dalam-perspektif.html