Pendidikan
Agama Islam
Alam Semesta
-----------------
__
Secara umum, alam semesta dapat dipahami sebagai mikro-kosmos beserta keseluruhan
yang tersedia di dalamnya, dan berbagai keteraturan atau regularitas dan stabilitas yang terjadi
dalam keberlangsungannya. Secara sederhana, alam semesta terdiri dari langit dan bumi,
keduanya mewakili ciptaan Tuhan di dunia. Berbagai bentuk rupa bumi seperti; dataran tanah,
laut, kutub, pegunungan, gurun dan pantai. Rupa langit yang terdiri dari planet-planet juga
bintang-bintang yang hidup di atas bumi sana. Al-Qur`an yang diturunkan kepada Rasulullah
bukanlah omong kosong, murni firman dari Allah. Al-Qur`an sudah menjelaskan bagaimana
asal muasal alam semesta tercipta, dan penelitian abad 19 menunjukkan kesamaan hasil
penelitian dengan yang termaktub dalam Al-Qur`an yang diturunkan sekitar 610 Masehi.
Dalam salah satu teori mengenai terciptanya alam semesta (teori big bang), disebutkan
bahwa alam semesta tercipta dari sebuah ledakan kosmis sekitar 10-20 miliar tahun yang lalu
yang mengakibatkan adanya ekspansi (pengembangan) alam semesta. Sebelum terjadinya
ledakan kosmis tersebut, seluruh ruang materi dan energi terkumpul dalam sebuah titik.
Sekarang, mari kita gali bagaimana Al-Qur`an menjelaskan tentang terbentuknya alam semesta
ini. Tidak ada kesulitan bagi Allah untuk mencipta juga menghancurkan alam semesta ini.
Ungkapan kesyukuran atas segala nikmat alam semesta ini dibuktikan dengan sikap
bersahabat dengan alam yang lebih baik. Ayat-ayat kosmologis dalam Al-Qur'an merupakan
petanda lain dari fakta alam semesta.
Sistematika Modul
Modul ini terdiri dari:
1. Bagian Muka
Berisi identitas mata kuliah dan tema bahasan.
2. Latar Belakang
Berisi mengeni Alam Semesta.
3. Bagian Isi
Berisi mengenai pokok bahasan tentang Alam Semesta.
4. Daftar Pustaka
Berisi mengenai sumber rujukan.
A. Pengertian
Alam adalah seluruh makhluk dalam kata lain alam adalah segala sesuatu selain Allah.
Allah adalah khalik (pencipta), sedangkan selain-Nya adalah ciptaan-Nya (makhluk). Karena
itu, alam sama dengan mahkluk. Karena itu pula, tak ada alam yang mendahului Allah dan tak
ada alam di luar ciptaan Allah. Dalam Al-Qur`an, alam disebut dengan berbagai istilah yaitu
al-alam (bentuk tunggal) atau al-alamin (bentuk jamak), kullu syai’in (segala sesuatu), khalqun
(ciptaan) atau makhluqun (yang diciptakan). Dalam bahasa latin, alam disebut cosmos yang
berarti teratur.
Dikenal ada dua alam, yaitu: mikrokosmos (adalah benda-benda alam yang mempunyai
ukuran yang sangat kecil, misalnya atom, elektron, sel, amuba, dan sebagainya dan
makrokosmos (adalah benda-benda alam yang ukurannya sangat besar, misalnya bintang,
planet, galaksi, dan sebagainya).
B. Sifat Alam
1. Karena alam itu diciptakan, maka ia baru. Karena baru, maka ia senantiasa mengalami
perubahan (perubahan pertamanya adalah dari tak ada menjadi ada). Selanjutnya,
perubahan senantiasa terjadi. Karena itu, karakteristik yang melekat pada alam adalah
perubahan. Alam tidak tetap dan satu-satunya yang tetap pada alam adalah perubahan itu
sendiri.
“Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang
mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” (QS. Ar-Rahman: 26-27)
2. Alam diciptakan dengan sesungguh-sungguh ( ) ِب ْال َحق, dengan sengaja, bukan dengan main-
main seperti dalam Firman Allah swt:
“Dia menciptakan langit dan bumi dengan haq (sungguh-sungguh). Dia membentuk
rupamu dan dibaguskan-Nya rupamu itu dan hanya kepada Allah-lah kembali(mu).”
(QS. At-Taghabun: 3)
3. Alam diciptakan dengan baik, indah, tertib, teratur, tidak cacat, seperti dalam Firman-Nya:
“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu
Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang
belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami
jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang
Paling Baik.” (QS. Al-Mu’minun: 14)
5. Alam semesta tunduk dan patuh tanpa syarat kepada aturan-aturan dan hukum-hukum
Tuhan, seperti dalam firman Allah swt:
“Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan
asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya
menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". Keduanya menjawab: “Kami
datang dengan suka hati.” (QS. Fushshilat: 11).
6. Alam semesta bersujud menyembah Allah swt dengan cara dan bahasa masing-masing,
seperti dalam firman Allah swt:
“Dan guruh itu bertasbih dengan memuji Allah, (demikian pula) para malaikat
karena takut kepada-Nya, dan Allah melepaskan halilintar, lalu menimpakannya
kepada siapa yang Dia kehendaki, dan mereka berbantah-bantahan tentang Allah,
dan Dialah Tuhan Yang Maha keras siksa-Nya. Hanya bagi Allah-lah (hak
mengabulkan) doa yang benar. Dan berhala-berhala yang mereka sembah selain
Allah tidak dapat memperkenankan sesuatupun bagi mereka, melainkan seperti
orang yang membukakan kedua telapak tangannya ke dalam air supaya sampai air
ke mulutnya, padahal air itu tidak dapat sampai ke mulutnya. Dan doa (ibadat)
orang-orang kafir itu, hanyalah sia-sia belaka. Hanya kepada Allah-lah sujud
(patuh) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri ataupun
terpaksa (dan sujud pula) bayang-bayangnya di waktu pagi dan petang hari.” (QS.
Ar-Ra’du: 13-15).
7. Alam semesta ini diperuntukan bagi manusia, Allah berfirman:
“Dan Dialah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat
memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari
lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya,
dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu
bersyukur. Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak
goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar
kamu mendapat petunjuk dan (Dia ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan
dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat petunjuk. Maka apakah (Allah)
yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan (apa-apa)?. Maka
mengapa kamu tidak mengambil pelajaran. Dan jika kamu menghitung-hitung
nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menghitungnya. Sesungguhnya Allah benar-
benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nahl: 14-18).
Dr. Thomas Djamaluddin, ahli astrofisika, dengan spesialisasi peneliti matahari. Pada saat
dia menjabat sebagai kepala laboratorium peneropongan bintang Boscha, Lembang, Bandung,
memaparkan bahwa teori yang kini diyakini bukti-buktinya menyatakan bahwa alam semesta
ini bermula dari ledakan besar (big bang) sekitar 13,7 milyar tahun yang lalu. Semua materi
dan energi kini ada di alam terkumpul dalam satu titik tak berdimensi yang berkerapatan tak
berhingga. Tetapi ini jangan dibayangkan seolah titik itu berada di suatu tempat di alam yang
kita kenal sekarang ini. Akan tetapi, baik materi, energi, maupun ruang yang ditempatinya
seluruhnya bervolume amat kecil, hanya satu titik tak berdimensi. Tidak ada suatu titik pun di
alam semesta yang dapat dianggap sebagai pusat ledakan. Dengan kata lain, ledakan besar alam
semesta tidak seperti ledakan bom yang meledak dari satu titik ke segenap penjuru, karena pada
hakekatnya seluruh alam turut serta dalam ledakan itu. Tepatnya, seluruh alam semsta mengem-
bang tiba-tiba secara serentak. Ketika itulah mulainya terbentuk materi, ruang, dan waktu.
Materi alam semesta yang pertama terbentuk adalah hidrogen yang menjadi bahan dasar
bintang dan galaksi generasi pertama. Dari reaksi fusi nuklir di dalam bintang terbentuklah
unsur-unsur berat dalam komposisi materi bintang merupakan salah satu “akte” lahir bintang.
Bintang-bintang yang mengandung unsur berat berarti bintang itu “generasi muda” yang
memanfaatkan materi-materi sisa ledakan bintang-bintang tua. Materi pembentuk bumi pun
diyakini berasal dari debu dan gas antarbintang yang berasal dari ledakan bintang di masa lalu.
Jadi, seisi alam ini memang berasal dari satu kesatuan.
Secara sederhana, keadaan awal alam semesta dan pengembangannya dapat diilustrasikan
dengan pembuatan roti. Materi pembentuk roti itu semua terkumpul dalam gumpalan kecil.
Kemudian mulai mengembang. Dengan kata lain “ruang” roti sedang berkembang. Butir-butir
di dalam roti itu (analogi dengan galaksi di alam semesta) saling menjauh sejalan dengan
Bukti lain adanya pengembangan alam semesta diperoleh dari pengamatan radio
astronomi. Radiasi yang terpancar pada saat awal pembentukan itu masih berupa cahaya.
Namun karena alam semesta terus mengembang, panjang gelombang radiasi itu pun makin
panjang, menjadi gelombang radio. Kini radiasi awal itu dikenal sebagai radiasi latar belakang
kosmik (cosmic backround radiation) yang dapat dideteksi dengan teleskop radio.
Menurut Al-Qur`an, alam (langit dan bumi) diciptakan Allah dalam enam masa, seperti
dalam firman-Nya:
“Katakanlah: "Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi
dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat) demikian itu
adalah Rabb semesta alam". Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang
kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-
makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi
orang-orang yang bertanya. Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit
itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah
kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". Keduanya
menjawab: "Kami datang dengan suka hati". Maka Dia menjadikannya tujuh langit
dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi
langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya
dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha
Mengetahui.” (QS. Fushshilat: 9-12).
Dua masa untuk menciptakan langit sejak berbentuk dukhan (campuran debu dan gas),
dua masa untuk menciptakan bumi, dan dua masa (empat masa sejak penciptaan bumi) untuk
memberkahi bumi dan menentukan makanan bagi penghuninya. Ukuran lamanya masa (hari
atau ayyam) tidak dirinci di dalam Al-Qur`an.
Belum ada penafsiran pasti tentang enam masa itu. Namun, berdasarkan kronologi
evolusi alam semesta, dipandu isyarat Al-Qur`an (QS. Fushshilat: 9-12 dan QS. An-Nazi’at:
27-32) dapat ditafsirkan bahwa enam masa itu adalah enam tahapan proses sejak penciptaan
alam sampai hadirnya manusia. Lamanya tiap masa tidak merupakan fokus perhatian.
Masa pertama dimulai dengan ledakan besar (big bang) seperti dalam firman Allah swt:
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu
keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya.
Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada
juga beriman?” (QS. Al-Anbiya: 30).
Masa yang kedua adalah pembentukan bintang-bintang yang terus berlangsung. Dalam
bahasa Al-Qur`an disebut penyempurnaan langit. Dukhan (debu-debu dan gas antar bintang)
seperti dalam firman Allah swt:
Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap
(dukhan), lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: Datanglah kamu keduanya
menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". Keduanya menjawab: "Kami
datang dengan suka hati” (QS. Fushshillat: 11).
Pada proses pembentukan bintang akan menggumpal memadat. Bila intinya telah cukup
panasnya untuk memantik reaksi fusi nuklir, maka mulailah bintang bersinar. Bila bintang mati
dengan ledakan supernova unsur-unsur berat hasil fusi nuklir akan dilepaskan. Selanjutnya,
unsur-unsur berat yang terdapat sebagai materi antarbintang bersama dengan hidrogen akan
menjadi bahan pembentuk bintang-bintang generasi berikutnya, termasuk planet-planetnya. Di
dalam Al-Qur`an penciptaan langit kadang disebut sebelum penciptaan bumi dan kadang
disebut sesudahnya karena prosenya memang berlajut.
Inilah dua masa penciptaan langit. Dalam bahasa Al-Qur`an, big bang dan pengembangan
alam yang menjadikan galaksi-galaksi tampak makin berjauhan (makin “tinggi” menurut
pengamat di bumi) serta proses pembentukan bintang-bintang baru disebutkan sebagai “Dia
meninggikan bangunannya (langit) lalu memnyempurnakannya”, seperti dalam firman-Nya:
Masa ketiga dalam penciptaan alam semesta adalah proses penciptaan tata surya termasuk
bumi. Proses pembentukan matahari sekitar 4,5 milyar tahun lalu dan mulai dipancarkannya
cahaya matahari itulah masa ke tiga penciptaan alam semesta. Proto-bumi („bayi’ bumi) yang
telah terbentuk terus berotasi yang menghasilkan fenomena siang dan malam di bumi. Itulah
yang diungkapkan dengan indah pada ayat selanjutanya:
Menurut analisis astronomi, pada masa awal umur tata surya gumpalan-gumpalan sisa
pembentukan tata surya yang tidak menjadi planet masih banyak bertebaran. Salah satu
gumpalan raksasa, 1/9 massa bumi, menambrak bumi menyebabkan lontaran materi yang kini
menjadi bulan. Akibat tabrakan itu sumbu rotasi bumi menjadi miring 23,5 derajat dan atmosfer
bumi lenyap. Atmosfer yang ada kini sebagian dihasilkan oleh proses-proses di bumi sendiri,
sebagian lainya berasal dari pecahan komet atau asteroid yang menumbuk bumi. Komet yang
berkomposisi terbesarnya adalah es air (20% massanya) diduga kuat merupakan sumber air
bagi bumi karena rasio Deutorium/Hidrogen (D/H) di komet hampir sama dengan rasio D/H
pada air di bumi, sekitar 0.0002. Hadirnya air dan atmosfer di bumi sebagai prasyarat kehidupan
merupakan masa ke lima proses penciptaan alam.
Pemanasan matahari menimbulkan fenomena cuaca di bumi dilengkapi dengan awan dan
halilintar. Melimpahnya air laut dan kondisi atmosfer purba yang kaya gas metan (CH4) dan
amonia (NH3) serta sama sekali tidak mengandung oksigen bebas dengan bantuan energi listrik
dari halilintar, diduga menjadi awal kelahiran senyawa organik. Senyawa organik yang
mengikuti aliran air akhirnya tertumpuk di laut. Kehidupan diperkirakan bermula dari laut yang
hangat sekitar 3,5 milyar tahun lalu berdasarkan fosil tertua yang ditemukan. Allah berfirman:
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu
keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya.
Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada
juga beriman?” (QS. Al-Anbiya:30).
Tersedianya air, oksigen, tumbuhan, dan kelak hewan pada dua masa terakhir itulah yang
agaknya dimaksudkan Allah memberkahi bumi dan menyediakan makanan bagi penghuninya
seperti dalam firman Allah Swt.:
“Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia
memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya
dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya.”
(QS. Fushshilat:10).
Di dalam Al-Qur`an hal ini diungkapkan sebagai penutup kronologis enam masa
penciptaan, yaitu:
“Ia memancarkan dari padanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-
tumbuhannya. Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh, (semua itu) untuk
kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu.” (QS. An-Nazi’at: 31-33).
Bagaimana akhir alam semesta? Kosmologi (cabang ilmu yang mempelajari struktur dan
evolusi alam semesta) masih menyimpan pertanyaan yang terbuka, belum ada jawabnya,
mungkin terus berkembang atau mungkin pula kembali mengerut. Namu Al-Qur`an
mengisyaratkan adanya pengerutan alam semesta, seperti terungkap dalam firman Allah swt:
”Pada hari Kami gulung langit seperti menggulung lembaran-lembaran kertas.
Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama kali begitulah Kami akan
mengulanginya. Itulah suatu janji yang akan Kami tepati, sesungguhnya Kamilah yang
akan melaksanakannya” (QS. Al-Anbiya: 104).
Daftar Pustaka
Nur, Tajudin dkk. (2018). Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi. Bandung: Unpad
Press.
_______. (1998). Al-Quran dan Terjemahannya. Jakarta: Departemen Agama RI.
Ahmad, Hanafi. (1995 ). Al-Tafsir al-Ilmi Ayat al-Kauniyat, Cet I. Kairo: Dar al-Ma’arif.
Rohman, Fazlur. (1983). Tema Pokok Al-Quran, cet. I. Bandung: Percetakan Salman Institut
Tehnologi Bandung.
Zar, Sirajuddin (1997). Konsep Penciptaan Alam dalam Pemikiran Islam, Sains Dan Al-
Quran, cet. II. Jakarta: Rajawali Press.