Ayat-Ayat Kosmologi
Abstrak
Pembahasan ayat-ayat tentang penciptaan alam semesta terkait
dengan ayat-ayat kauniyah. Penafsirannya dibantu dengan
pendekatan ilmu pengetahuan agar makna ayat-ayat tersebut dapat
diselami. Para mufassir klasik maupun modern mencoba
menjelaskannya dengan ulum at-tafsir juga didekati dengan
pendekatan ilmu pengetahuan yang tentu saja sesuai dengan
perkembangannya pada masa itu. Kebenaran ilmiah yang dipaparkan
al-Qur’an, tujuan pemaparan ayat-ayat tersebut untuk menunjukkan
kebesaran Allah dan ke-Esaan-Nya. Serta mendorong manusia
seluruhnya untuk melakukan observasi dan penelitian demi lebih
menguatkan iman dan kepercayaan kepada-Nya. Kata kunci:
kosmologi, penciptaan alam semesta, penafsiran, dan ilmu
pengetahuan
A. Pendahuluan
2. QS. Adz-Dzariyat/51: 47
Dan langit itu kami bangun dengan kekuasaan (kami) dan
Sesungguhnya kami benar-benar berkuasa. QS. Adz-Dzariyat/51: 47
Tema utama QS Adz-Dzariyat adalah uraian tentang hari kiamat yang
dibuktian antara lain dengan membuktikan keesaan Allah. Ayat di
atas termasuk kelompok ayat 38- 51 QS. Adz-Dzariyat) yang
membuktikan keesaan Allah dengan tokoh sentralnya nabi Musa[18].
3. QS. Al-Fush-shilat/41: 9.
Katakanlah: "Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada yang
menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu
bagiNya? (yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam".
QS. Al-Fush-shilat/41: 9
Tema utama QS. Al-Fush-shilat adalah pembuktian tentang kebenaran
al-Qur’an, bantahan terhadap kepercayan kaum musyrikin serta
ancaman terhadap mereka. Dan tuntunan kepada nabi bagaimana
menghadapi mereka[22]. Ayat sebelumnya berisikan kecaman terhadap
orang musyrikin, baik karena sikap mereka menyekutukan Allah,
keniscayaan kiamat dan kedurhakaan lainnya. Ayat ini menjelaskan
betapa buruknya sikap tersebut sekaligus memaparkan betapa
kuasanya Allah[23]. Firman-Nya latakfuruwna/ kamu kafir terkait
dengan beberapa persoalan, antara lain: pernyataan mereka bahwa
Allah tidak sanggup membangkitakan kembali orang yang telah
meninggal, mempertanyakan tentang kerasulan nabi Muhammad dan
pernyataan mereka bahwa Allah punya anak[24]. Dan Perbuatan
menyekutukan Allah itu merupakan perbuatan aniaya yang besar
(zulmun kabiirun)[25].
4. QS. Al-Fush-shilat/41: 10
Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di
atasnya. dia memberkahinya dan dia menentukan padanya kadar
makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu
sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. QS. Al-Fush-
shilat/41: 10
Allah menciptakan bumi serta memperindahnya. Juga menciptakan
gunung yang kukuh di atasnya agar bumi yang terus berotasi itu
tidak oleng[26]. Dan ia melimpahkan aneka kebajikan sehingga ia
berfungsi sebaik mungkin da dapat menjadi hunian yang nyaman buat
manusia dan hewan. Serta menentukan kadar makanan- makanan untuk
para penghunyinya. Semua itu telaksana dalam empat hari; dua hari
untuk penciptaan bumi dan dua hari untuk pemberkahan dan
penyiapan makanan bagi para penghuninya[27].Kata qaddara berarti
memberi kadar, yakni kualitas, kuantitas cara dan sifat-sifat
tertentu sehingga dapat berfungsi dengan baik. Dapat juga berarti
memberinya potensi untuk menjalankan fungsi yang ditetapkan Allah
bagi masing-masing. Kata aqwat merupakan bentuk jama’ dari kata
qut yang pengertiannya mencakup makna pemeliharaan dan pengawasan
Allah, sehingga penentuan kadar qut ini tidak hanya menyangkut
makanan jasmani tetapi mencakup pengaturan Allah terhadap bumi
yang menjadi hunian manusia. Sebagai contoh terkait gaya
Gravitasi Bumi sehingga ia berputar/rotasi pada garis edarnya
dan. Gaya Gravitasi benda-benda langit ini melindunginya juga
untuk tidak melenceng dari garis edarnya sehingga tidak saling
bertabrakan[28]. Dan wa qaddara fiyhaa menurut Muhammad ibn Ka’ab
menentukan makanan bagi tubuh sebelum penciptaannya. Mujahid
mengatakan Allah menentukan makanan dari hujan, yang dimaksud di
sini makan untuk Bumi bukan untuk penduduknya[29].
5. QS. Al-Fush-shilat/41: 11
Kemudian dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih
merupakan asap, lalu dia Berkata kepadanya dan kepada bumi:
"Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati
atau terpaksa". keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka
hati". QS. Al-Fush-shilat/41: 11 Kata tsumma/kemudian dipahami
sementara ulama bukan dalam arti jarak waktu karena Allah tidak
membutuhkan jarak waktu untuk menciptakan sesuatu. Tetapi
mengisyaratkan kehebetan ciptaan langit jauh melebihi penciptaan
Bumi. Memang Bumi kita kecil dalam samudera alam semesta yang
luas. Dan kata istawa digunakan dalam arti menguasai. Pada ayat
di atas ia merupakan ilustrasi kehendak dan kuasa Allah
menciptakan langit. Ini sama sekali bukan berarti Allah menuju ke
satu tempat dan berpindah ke sana karena ia Maha Suci dari tempat
dan waktu[30]. ‘Arsy Allah berada di atas air sebelum penciptaan
langit dan Bumi. Lalu Allah menjadikan air itu panas sehingga
menimbulkan buih dan asap. Adapun buih yang berada di atas air
lalu Allah menjadikannya kering maka terciptalah Bumi. Adapun
asap maka ia naik dan tinggi, Allah menjadikannya bahan dasar
langit [31] Kata dukhan biasanya diterjemahkan asap. Para
ilmuan--di antaranya Zaghlul an-Najjar-- memahaminya dalam arti
satu benda yang terdiri pada umumnya dari gas yang mengandung
benda-benda yang sangat kecil namun kukuh. Berwarna gelap atau
hitam dan mengandung panas[32] ada juga yang mengartikannya
dengan kabut[33].Firman-Nya I’tiyaa thau’an au karhan/ datanglah
kamu berdua suka atau terpaksa. Ini ilustrasi yang mengibaratkan
langit dan bumi sebagai satu sosok yang diperintah. Sayyid Quthub
menyatakan sungguh ia adalah isyarat yang mengagumkan tentang
kepatuhan alam raya kepada ketentuan Allah serta hubungan yang
erat menyangkut hakikat alam ini dengan penciptanya—yakni
hubungan penyerahan diri terhadap kalimat dan kehendak-Nya[34].
6. QS. Al-Fush-shilat/41: 12
Maka dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. dia
mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. dan kami hiasi langit
yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan kami
memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan yang
Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. QS. Al-Fush-shilat/41: 12 Kata
auha terambil dari kata wahyu yakni isyarat yang cepat yang
menginformasikan sesuatu yang disembunyikan. Agaknya penggunaan
kata ini yang mengandung makna kecepatan dan kerahasiaan
mengesankan bahwa kerahasiaan yang menyelubungi langit jauh lebih
banyak dan kompleks daripada bumi[35]Allah menyempurnakan
ciptaan-Nya dan menciptakan langit pada dua hari yang lain
sehingga sempurnalah penciptaan alam kauniyah ini dalam enam
hari. Allah lalu menciptakan dan menyiapkan segala sesuatu yang
dibutuhkan alam semesta ini. Menghiasi langit dunia dengan
bintang gemintang yang tunduk pada garis edarnya selamanya,
sehingga datang kiamat[36]. Fiman Allah wa awhaa fii kuli samain
amraha, menurut Muqatil, Allah memerintahkan peraturan yang
dikehendaki-Nya bagi tiap-tiap langit. Qatadah mengatakan Allah
menciptakan di langit berupa Mata hari, Bulan dan bintang. As-
Saddi Allah menciptakan pada tiap-tiap langit itu malaikat dan di
Bumi berupa samudera, gunung-gunung dan sungai. Pada tiap langit
itu terdapat ‘rumah”(seperti Ka’bah) dan para malaikatitu
senantiasa thawaf padanya. Yang lain menafsirkannya bahwa Allah
menetapkan bagi masing-masing lagit itu peraturan/ ketentuannya
sendiri-sendiri[37].
8. QS. as-Sajdah/ : 4
Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di
antara keduanya dalam enam masa, Kemudian dia bersemayam di atas
'Arsy tidak ada bagi kamu selain dari padanya seorang penolongpun
dan tidak (pula) seorang pemberi syafa'at. Maka apakah kamu tidak
memperhatikan? QS. as-Sajdah/ : 4
9. QS. Hud/11: 7
Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan
adalah singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air, agar dia menguji
siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan jika kamu
Berkata (kepada penduduk Mekah): "Sesungguhnya kamu akan
dibangkitkan sesudah mati", niscaya orang-orang yang kafir itu
akan berkata: "Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata". QS.
Hud/11: 7
QS. Hud membicarakan tentang kedudukan, keistimewaan serta
tantangan al-Qur’an, larangan mempersekutukan Allah. Dan
Rasulullah bertugas penyampai berita gembira dan peringatan
khususnya menyangkut hari kebangkitan. Surah ini juga menguraikan
tentang pengetahuan Allah, penciptaan, pengaturan, pengendalian-
Nya terhadap alam semesta dan semua makhluk. Serta uraian tentang
kebinasaan para pembangkang dan aneka tuntunan bagi yang
taat[49].
Kata arsy dari segi bahasa berarti tempat duduk raja atau
singgasana. Kata ini biasa juga difahami dalam arti kekuasaan
atau ilmu. Menggutip Thahir ibn Asyur dalam menafsirkan wa kaana
arsyuhu ala al-maa’ menyatakan bahwa air juga telah tercipta
sebelum langit dan bumi. Sementara pakar berpendapat bahwa air
dan uap merupakan bahan penciptaan langit dan bumi. Namun
demikian bahwa rincian atau kaifiyah/caranya tidak dapat
dijangkau oleh pemahaman kita[53]. As’ad Mahmud Humad menjelaskan
bahwa arsy Allah yang Maha pengasih yang Maha mengetahui hal-hal
ghaib yang tidak dapat dijangkau/ ketahui oleh panca indra, tidak
dapat diilustrasikan dengan fikiran. Dan tidak dapat dijelaskan
“duduk”-Nya di atas arsy tersebut[54]. Firman wa kaana ‘arsyuhu
‘ala al-maa’ menurut Abu Muslim al-Ashfahani, mendirikan langit
itu di atas air. Ia menjelaskan bahwa apabila Allah membangun
langit di atas air adalah sesuatu yang baru dan menakjubkan.
Karena bangunan sesuatu yang lemah (langit) jika tidak didirikan
di atas tanah yang padat tidak akan kokoh. Maka mengagumkan
mendirikannya di atas air[55].
Kata tazulaa dan zaalataa terambil dari kata zaala yang berarti
lenyap, binasa atau berpindah dari suatu tempat ke tempat lain.
Dan kedua pengertian itu dapat digunakan pada ayat di atas. Allah
Pengatur peredaran benda-benda langit sehingga tidak tidak saling
bertabrakan dan binasa. Serta mengatur rotasinya sehingga tidak
berpindah dan bergerak kecuali kecuali ke arah yang telah
ditetapkan-Nya.
Selama proses inflasi ini, ada kemungkinan bahwa tidak hanya satu
alam saja yang muncul, tetapi beberapa alam; berapa? duakah?
tigakah? atau berapa? para ilmuwan tidak tahu. Dan masing-masing
alam dapat mempunyai hukum-hukumnya sendiri; tidak perlu
aturannya sama dengan apa yang ada di alam kita ini. Karena
materialisasi dari energi yang tersedia, yang berakibat
terhentinya inflasi, tidak terjadi secara serentak, maka di
lokasi-lokasi tertentu terdapat konsentrasi materi yang merupakan
benih galaksi-galaksi yang tersebar di seluruh kosmos.
Ardh, bumi atau tanah; karena bumi baru terbentuk sekitar 4,5
milyar tahun lalu di sekitar matahari, dan tanah di bumi kita ini
baru terjadi sekitar 3 milyar tahun lalu sebagai kerak di atas
magma. Maka diartikan kata ardh dengan istilah "materi," yakni
bakal-bumi, yang sudah ada sesaat setelah Allah menciptakan
jagad-raya. Dan karena telah terbukti bahwa materi dan energi
setara dan dapat berubah dari yang satu menjadi yang lain, maka
saya akan mencakup keduanya dalam istilah energi-materi.
Dukhan, asap atau uap; pada saat awal penciptaan, atom-atom yang
belum berbentuk karena suhu alam masih sangat tinggi dan
elektron-elektron belum dapat ditangkap oleh inti-inti atom,
bahkan inti atom pun pada saat itu belum terbentuk. Oleh
karenanya, maka digunakan istilah embunan, yang kecuali
terkandung dalam asap dan uap juga lebih mengena bila
dipergunakan melukiskan gejala yang ditemukan pada suatu sistem
yang mendingin dari suhu yang sangat tinggi.
Ma', air atau zat alir; karena dalam fase penciptaan alam itu air
yang terdiri dari atom oksigen dan atom-atom hidrogen belum dapat
berbentuk, maka dipilih maknanya sebagai zat alir. Dan karena
pada saat itu isi alam semesta yakni radiasi dan materi pada suhu
yang sangat tinggi itu wujudnya lain daripada yang kita dapat
temui di dunia sekarang ini, maka penggunaan istilah "sop kosmos"
sebagai keterangan melukiskan zat yang sangat rapat tapi dapat
mengalir pada suhu yang amat tinggi, tidaklah terlalu aneh[83].
E. Penutup
Dari uraian penafsiran para mufassir di atas dan penjelasan
(tathbiq) para ilmuan dapat kita tarik benang merah berikut. Para
mufassir mencoba menjelaskan ayat-yat tentang penciptaan alam
semesta tersebut berdasarkan pada aspek kebahasaan al-Qur’an,
penjelasan hadis Rasulullah, penjelasan para sahabat nabi,
munasanah ayat, asbab an-nuzul, pendekatan ilmiah dan aspek-aspek
lainnya.
Daftar Pustaka
Kosmologi, www.geocities.comiq:TP,