Anda di halaman 1dari 17

KEAJAIBAN ANGIN DALAM AL-QUR’AN DAN

SAINS

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


I’jaz Ilmi dalam al-Qur’an dan Hadis
Pada Program StudiHukum Keluarga Konsentrasi Tafsir Hadits

OLEH:

Muhammad Isa Rizkya Rahman


Nim: 2290214671

Dosen Pengampu:
Dr.H. Hidayatullah Ismail, Lc, MA

FAKULTAS PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI


SULTANSYARIF KASIM RIAU 1444 H/2023 M
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur`an merupakan mukjizat Allah yang abadi dan mukjizatnya selalu di
perkuat oleh perkembangan ilmu pengetahuan, yang di berikan kepada Rosulullah
untuk dijadikan pegangan hidup manusia supaya mendapatkan keselamatan di dunia
dan akhirat. Al- Qur`an hadir dengan penjelasan dan konsep, secara global maupun
detail dalam berbagai persoalan. Dari sekian banyak yang di terangkan dalam al-Qur`an
penulis tertarik mengangkat tema mengenai angin, yang mana angin adalah fenomena
alam semesta yang dapat di rasakan manusia tetapi kasap mata. Ini merupakan tanda-
tanda kekuasaan Allah dan tidak ada yang mampu menandingi-Nya.
Angin adalah pergerakan udara dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah
yang bertekanan rendah. Pembentukan arah angin terjadi karena perbedaan tekanan
udara di dua tempat berbeda. Aliran angin berasal dari tempat yang memiliki tekanan
udara tinggi menuju ke tempat yang bertekanan udara rendah. Terjadinya angin
dipengaruhi oleh rotasi bumi bersamaan dengan proses pemanasan suatu wilayah oleh
matahari. Angin diberi nama berdasarkan asal datangnya, seperti angin darat, angin
lembah, dan angin gunung. Angin mempunyai peran penting bagi semua makhluk
Allah. 1 Angin juga mempunyai peran besar dalam terwujudnya awan, membentuknya,
mengumpulkannya dengan awan-awan yang lain, dan menaikkannya ke ketinggian
tertentu.
Demikian tugas angin sendiri telah di tetapkan oleh penelitian ilmiah modern,
dan dijelaskan dalam ayat-ayat al-Qur`an sejak lima belas abad yang lalu sebelum
dibuktikan dengan ilmu pengetahuan kita. Kesesuaian antara ayat al-Qur`an dan temuan
ilmu pengetahuan modern merupakan suatu yang mengagumkan. Dalam literatur Islam,
angin menjadi salah satu contoh menarik untuk menggambarkan hubungan harmonis
antara al-Qur’ān dan Ilmu Pengetahuan Modern atau Sains. Bagaimana Sains
membantu memahami ayat al-Qur’ān. Pengamatan tentang alam ini tidak lain adalah
untuk membuktikan tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah melalui ayat-ayat
kauniyah-Nya, serta untuk meningkatkan kadar ketakwaan dan keimanan seseorang
kepada Allah dengan menyaksikan tanda-tanda tersebut.2
Angin mempunyai peran besar dalam pengadaan awan dan mendung. Ia
membantu proses awal pembentukan awan, pengakumulasiannya, menaikkannya ke
lapisan atas atmosfer, mengawinkannya dengan partikel-partikel yang berbeda- beda,
dan menjadikannya ion-ion listrik.3

1
Muslim, Perspektif al-Qur`an Tentang Angin, al-Misykah: Jurnal Kajian al-Qur`an dan Tafsir 1, no. 1 (2020):
67.
2
Mohammad Nor Ichwan, Tafsīr Ilmī: Memahami al-Qur’ān Melalui Pendekatan Sains Modern (Yogyakarta:
Menara Kudus, 2004), hlm. 188.
3
Nadiah Thayyarah, Buku Pintar Sains dalam al-Qur’ān, (Jakarta: Zaman, 2013), hlm.
506.
Peran besar angin ini telah berhasil diungkap oleh penelitian-penelitian ilmiah
modern, bahkan sudah dikatakan oleh ayat-ayat al-Qur’ān 14 abad silam, jauh sebelum
ilmu geologi dan meteorologi menyingkapnya. Salah satu ayat yang membahas tentang
angin ialah surah Al-Rūm ayat 48:

‫س ٗفا فَت ََرى ۡٱل َو ۡدقَ يَ ۡخ ُر ُج‬


َ ‫شا ٓ ُء َويَ ۡجعَلُ ۥهُ ِك‬ ‫س َحابٗ ا فَيَ ۡبسُطُ ۥهُ فِي ٱل ه‬
َ ‫س َما ٓ ِء َك ۡي‬
َ َ‫ف ي‬ َ ‫ير‬ ِ ‫ٱَّللُ ٱلهذِي ي ُۡر ِس ُل‬
ُ ِ‫ٱلر َٰيَ َح فَتُث‬ ‫ه‬
َ‫شا ٓ ُء ِم ۡن ِعبَا ِد ِٓۦه ِإذَا ه ُۡم يَسۡ ت َۡبش ُِرون‬
َ َ‫اب ِبِۦه َمن ي‬َ ‫ص‬ َ َٰ
َ ‫ِم ۡن ِخلَ ِل ِۖۦه فَإِذَآ أ‬
“Allah-lah yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan
dan Allah membentangkannya di langit menurut kehendak-Nya, dan
menjadikannya bergumpal-gumpal, lalu engkau melihat hujan keluar dari
celah-celahnya, maka apabila Dia menurunkannya kepada hamba-hamba-
Nya yang Dia kehendaki, mereka langsung gembira.”

Ayat tersebut di atas adalah salah satu ayat yang membuktikan bahwa penelitian
ini memang menarik untuk dikaji lebih dalam, terlebih dalam ayat lain juga ditemukan
bahwa Allah bersumpah atas nama angin. Hal ini membuktikan bahwa peran angin
tersebut sangatlah penting bagi keberlangsungan hidup makhluk yang ada di bumi.
Tanpa angin bisa dibayangkan, betapa kacaunya siklus yang ada. Tak ada hujan, tak ada
tumbuhan, tak ada makanan, dan akhirnya takkan ada kehidupan.
Angin adalah salah satu dari tanda kekuasaan Allah. Sudah sepantasnya manusia
mengambil pelajaran dan hikmah apa yang ada di balik kekuasaan Allah melalui angin.
Dengan mempelajari dan melihat gerak angin manusia dapat belajar tentang kekuasaan
dan keagungan Allah. Diaturnya angin adalah nikmat dari Allah yang sangat besar
teruntuk manusia. sebab jika angin tidak diatur oleh Allah tentu tidak akan ada
kehidupan bagi manusia di bumi ini.
Dari pemaparan di atas, menurut hemat penulis sudah cukup menjadi bukti
bahwa penelitian ini menarik untuk dikaji lebih dalam. Oleh karena itu diperlukan
penelitian lebih lanjut tentang Angin dalam al-Qur„an (studi analisis tafsir al-Qur„an
dengan pendekatan sains modern).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Macam Macam Angin dalam al-Qur’an ?


2. Apa Fungsi Angin Dalam al-Qur’an ?
3. Bagaimana korelasinya dengan sains modern ?

C. Tujuan Penilitian
1. Mengetahui apa saja macam-macam angin dalam al-Qur’an.
2. Mengetahui fungsi Angin dalam al-Qur’an.
3. Mengetahui bagaimana Korelasinya dengan Sains.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Angin Dalam al-Qur’an

I. Pengertian Angin
Menurut Soekardi Wisnubroto angin adalah pergerakan udara pada arah horizontal
atau hampir horizontal. Sedangkan pergerakan arah vertical dinamai aliran udara.
Angin selalu bertiup dari tempat yang bertekanan tinggi ke tempat yang bertekanan
rendah dengan mengikuti hukum Buys-Ballot yaitu di belahan bumi utara angin
membelok ke kanan dan di sebelah selatan angin membelok ke kiri. Penyimpangan ini
disebabkan oleh perputaran bumi pada porosnya (rotasi). Kekuatan penyimpangan
tersebut disebut kekuatan coriolis. Besarnya pengaruh kekuatan coriolis tergantung
pada kecepatan angin dan letak geografis suatu tempat. Makin cepat pergerakan angin
dan makin ke utara atau ke selatan dari katulistiwa makin besar kekuata coriolis yang
berarti penyimpangan angin makin besar. Kekuatan coriolis adalah nol di katulistiwa
dan besar di kutub.4
Menurut seorang ahli ilmu cuaca dari Prancis Buys Ballot mengemukakan dua
pernyataan yang dikenal dengan Hukum Buys Ballot. Menurut Buys Ballot angin
adalah massa udara bergerak dari daerah yang bertekanan tinggi (maksimum) ke daerah
bertekanan rendah (minimum), di belahan bumi utara (BBU) arah gerakan angin
dibelokkan ke kanan, sedangkan di belahan bumi selatan (BBS) arah angin dibelokan
ke kiri, Pembelokan arah angin dikarenakan adanya gaya corriolis akibat dari rotasi
bumi.
Angin adalah massa udara yang bergerak akibat adanya perbedaan tekanan udara
dengan arah aliran angin dari tempat yang memiliki tekanan tinggi ke tempat yang
bertekanan rendah atau dari daerah yang memiliki suhu / temperatur rendah ke wilayah
bersuhu tinggi. Selain itu menurut Pariwono dan Manan, angin didefinisikan sebagai
gerakan udara mendatar (horizontal) yang diakibatkan oleh rotasi bumi dan juga karena
adanya perbedaan tekanan udara ( tekanan tinggi ke tekanan rendah) di sekitarnya.
Gradien tekanan disebabkan oleh adanya perbedaan suhu udara maka imiplikasinya
adalah semakin besar pula angin yang bertiup atau massa udara yang bergerak menuju
satu lokasi tertentu.
Secara umum angin terbentuk karena gradien tekanan atau slope tekanan udara
paada dua wilayah yang berbeda. Hal ini berkaitn dengan besarnya energi panas
matahari yang diterima oleh bumi. Jika suatu wilayah menerima radiasi matahari lebih
besar maka suhu udara yang dimilikinya akan lebih panas dan tekanan udara yang
terbentuk akan lebih rendah. Perbedaan kerapatan massa udara akan terjadi antara
daerah yang menerima energi panas lebih besar dari daerah yang lain yang lebih sedikit
menerima energi panas, sehingga mengakibatkan terbentuknya aliran udara pada
wilayah tersebut dari tekanan yang lebih tinggi (antilsiklonik) menuju pusat tekan yang
lebih rendah (siklonik). Dengan kata lain bahwa pada pusat tekanan rendah, tekanan
udara di sekitarnya akan menurun karena udara di sekitarnya berkuarang akibat dari

4
Soekardi Wisnubroto dkk. Asas-asa meteorologi pertanian. Ghalia, Jakarta, 1986. h 62
pemanasan implikasinya adalah udara dingin yang memiliki massa lebih tinggi (padat)
dan yang bertekanan tinggi akan mengalir menuju daerah yang memiliki tekanan lebih
rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tekanan dan suhu udara sangat penting
dalam proses terjadinya angin. 5

II. Term Angin dalam al-Qur’an


Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya bahwa angin adalah
pergerakan udara pada arah horizontal atau hampir horizontal. Sedangkan pergerakan
arah vertikal di namai aliran udara. Dalam al-Qur‟an terdapat beberapa kata yang
digunakan untuk mengungkapkan makna angin.

1. Dalam al-Qur’an angin disebutkan dalam dua bentuk yaitu bentuk mufrad (riih) dan
jamak (riiyah). Al-Riyāh (‫ )الرياح‬dan aryāh (‫ )ارياح‬adalah lafaz jama‟ taksir. sedangkan
bentuk tunggalnya adalah ar-Rīh (‫)الريح‬. Untuk angin kencang di ungkapkan dengan ar-
Rayihu (sedangkan untuk angin sepoi-sepoi di ungkapkan dengan ar-Rauhu.
Bentuk mufrad disebutkan sebanyak 19 kali, sedangkan dalam bentuk jamak sebanyak
10 kali. Di antaranya terdapat dalam surat ali-Imran ayat 117:
‫س ُه ۡم فَأ َ ۡهلَ َك ۡت ُۚهُ َو َما‬
َ ُ‫ظلَ ُم ٓواْ أَنف‬
َ ‫ث قَ ۡو ٖم‬ َ َ‫ص ٌّر أ‬
َ ‫صا َب ۡت َح ۡر‬ ۡ َٰ
ٖ ‫َمث َ ُل َما يُن ِفقُونَ فِي َه ِذ ِه ٱل َح َي َٰوةِ ٱلد ُّۡن َيا َك َمثَ ِل ِر‬
ِ ‫يح فِي َها‬
َ‫س ُه ۡم يَ ۡظ ِل ُمون‬َ ُ‫ٱَّللُ َو َٰلَ ِك ۡن أَنف‬ َ
‫ظلَ َم ُه ُم ه‬
Artinya: “Perumpamaan harta yang mereka nafkahkan di dalam kehidupan dunia ini,
adalah seperti perumpamaan angin yang mengandung hawa yang sangat dingin, yang
menimpa tanaman kaum yang menganiaya diri sendiri, lalu angin itu merusaknya.
Allah tidak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka
sendiri”.

Dan yang kedua dalam bentuk jamak seperti dalam surat al-Kahfi ayat 45 :
ُ‫ض فَأَصۡ بَ َح َه ِش ٗيما ت َۡذ ُروه‬
ِ ‫ط ِبِۦه نَبَاتُ ۡٱۡل َ ۡر‬ ‫ٱض ِر ۡب لَ ُهم همث َ َل ۡٱل َحيَ َٰوةِ ٱلد ُّۡنيَا َك َمآءٍ أَنزَ ۡل َٰنَهُ ِمنَ ٱل ه‬
ۡ َ‫س َما ٓ ِء ف‬
َ َ‫ٱختَل‬ ۡ ‫َو‬
‫علَ َٰى كُ ِل ش َۡي ٖء ُّم ۡقتَد ًِرا‬ َ ُ‫ٱَّلل‬ ُۗ
‫ٱلر َٰ َي ُح َو َكانَ ه‬
ِ
Artinya “Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia
sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, Maka menjadi subur karenanya
tumbuhtumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang
diterbangkan oleh angin. dan adalah Allah, Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Kata riyāh dan rīh dalam al-Qur‟an terulang sebanyak 29 kali yan tersebar di dalam 25
surah, 21 surah Makiyah dan 5 surah Madaniyah. Dan pada umumnya kosa kata rīh dan
riyāh digunakan alQur‟an dengan arti “angin” kecuali firman Allah dalam surah Yusuf
(12):94, yang mengunakan kata ini sebagai “aroma atau bau” yang terpancar dari tubuh
seseorang. Ayat ini mengungkapkan tentang bau Nabi Yusuf yang tercium oleh
ayahnya.
2. Selain menggunakan kata riih, al-Qur’an juga menggunakan istilah-istilah yang
menggambarkan tentang angin, contohnya kata al-Mursalat, al-Dzariyat, I’shar, dan
al-Thufan. Di antaranya terdapat dalam surat al-Baqarah ayat 266:

5
Sandro Wellyanto Lubis, Angin. Laboratorium Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan Fakultas perikanan
dan Ilmu kelautan Istitut Pertanian Bogor pdf https://www.scribd.com/mobile/doc/85019707/angin. h 4-5
ُ‫صا َبه‬َ َ‫ت َوأ‬ ِ ‫َاب ت َۡج ِري ِمن ت َۡحتِ َها ۡٱۡل َ ۡن َٰ َه ُر لَهۥُ فِي َها ِمن ُك ِل ٱلث ه َم َٰ َر‬ ٖ ‫يل َوأ َ ۡعن‬ٖ ‫ة ِمن نه ِخ‬ٞ ‫أَيَ َودُّ أ َ َحدُكُ ۡم أَن تَكُونَ لَ ۥهُ َجنه‬
َ‫ت لَ َعلهكُ ۡم تَتَفَ هك ُرون‬ ‫ٱحت ََرقَ ۡ ُۗت َك َٰذَلِكَ يُبَ ِينُ ه‬
ِ َ‫ٱَّللُ لَكُ ُم ۡٱۡل ٓ َٰي‬ ُ ‫هة‬ٞ ‫ۡٱل ِكبَ ُر َولَ ۥهُ ذ ُ ِري‬
َ َ ‫ض َعفَا ٓ ُء فَأ‬
َ ‫صابَ َها ٓ ِإ ۡع‬
ۡ َ‫َار ف‬ٞ ‫ار فِي ِه ن‬ٞ ‫ص‬
Artinya: “Apakah ada salah seorang di antaramu yang ingin mempunyai kebun kurma
dan anggur yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dia mempunyai dalam kebun
itu segala macam buah-buahan, Kemudian datanglah masa tua pada orang itu sedang
dia mempunyai keturunan yang masih kecil-kecil. Maka kebun itu ditiup angin keras
yang mengandung api, lalu terbakarlah. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-
Nya kepada kamu supaya kamu memikirkannya”.

Dalam ayat ini, Allah SWT menjelaskan sifat angin, yaitu mengandung udara panas dan
membakar. Ayat ini sekaligus menjelaskan tentang kewaspadaan terhadap generasi
yang lemah dan harta pusaka yang ditinggalkan tidak bisa dimanfaatkan.

3. Di sisi lain pengungkapan angin itu diiringi dengan sifat, contohnya riihun ‘ashif,
riihun sharshar,riihun ‘aqiim, dll. Di antaranya terdapat dalam surat Yunus ayat 22:
‫ط ِي َب ٖة َوفَ ِر ُحواْ ِب َها َجا ٓ َء ۡت َها‬
َ ‫يح‬ ۡ ۡ ۡ ۡ َ ُ‫ه َُو ٱلهذِي ي‬
ٖ ‫س ِي ُركُ ۡم فِي ٱل َب ِر َوٱل َب ۡح ۖ ِر َحت ه َٰ ٓى ِإذَا كُنت ُ ۡم فِي ٱلفُل ِك َو َج َر ۡينَ ِب ِهم ِب ِر‬
‫صينَ لَهُ ٱلدِينَ لَئِ ۡن‬ ‫ع ُواْ ه‬
ِ ‫ٱَّللَ ُم ۡخ ِل‬ َ ‫ظنُّ ٓواْ أَنه ُه ۡم أ ُ ِحي‬
َ َ‫ط بِ ِه ۡم د‬ ٖ ‫ف َو َجا ٓ َءهُ ُم ۡٱل َم ۡو ُج ِمن كُ ِل َم َك‬ٞ ‫اص‬
َ ‫ان َو‬ ِ ‫ع‬َ ‫ِري ٌح‬
٢٢ َ‫ش ِك ِرين‬ َٰ َٰ
‫أَن َج ۡيتَنَا ِمن َه ِذِۦه لَنَكُون هَن ِمنَ ٱل ه‬
ۡ
Artinya: “Dialah Tuhan yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan, (berlayar)
di lautan. sehingga apabila kamu berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera
itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan
mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai, dan (apabila) gelombang dari
segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka Telah terkepung
(bahaya), Maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-
Nya semata-mata. (mereka berkata): "Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan kami
dari bahaya ini, Pastilah kami akan termasuk orang-orang yang bersyukur".

4. Pengungkapan angin dengan menyebutkan masa angin berhembus. Di antaranya


terdapat dalam surat Ibrahim ayat 18:
َ ‫ف هَّل يَ ۡقد ُِرونَ ِم هما َك‬
َ ْ‫سبُوا‬
‫علَ َٰى‬ ٖۖ ‫اص‬
ِ ‫ع‬ ۡ ‫همث َ ُل ٱلهذِينَ َكفَ ُرواْ بِ َربِ ِه ۡ ۖم أ َ ۡع َٰ َملُ ُه ۡم َك َر َما ٍد‬
ِ ‫ٱشتَد ۡهت بِ ِه‬
َ ‫ٱلري ُح فِي يَ ۡو ٍم‬
١٨ ُ ‫ض َٰلَ ُل ۡٱلبَ ِعيد‬ ‫ش َۡي ٖ ُۚء َٰذَلِكَ ه َُو ٱل ه‬
“Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti
abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. mereka
tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang Telah mereka usahakan (di
dunia). yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh”.
Dari ayat di atas dapat diketahui bahwa penngungkapan angin dalam alQur’an
bermacam-macam, tidak hanya menggunakan kata riih saja, namun juga menggunakan
istilah-istilah lain yang menunjukkan masa dan sifat angin itu berhembus.

III. Hidayah al-Qur’an tentang Macam-macam Angin


Mencermati penyebutan kata angin (riih dan riyah) dalam al-Qur’an, maka dapat
diklasifikasi macam-macam angin sebagai berikut:
1) Angin Aqiim
Terdapat dalam surat al-Dzariyat ayat 41:
َ ‫ٱلري َح ۡٱل َع ِق‬
٤١ ‫يم‬ َ ‫س ۡلنَا‬
ِ ‫علَ ۡي ِه ُم‬ َ ‫عا ٍد ِإ ۡذ أ َ ۡر‬
َ ‫َوفِي‬
Artinya: “Dan juga pada (kisah) Aad ketika kami kirimkan kepada mereka angin yang
membinasakan”.
Dalam Tafsir al-Maraghiy dijelaskan yang dimaksud dengan al-‘Aqiim adalah angin
yang tidak mengandung keberkahan maupun kebaikan di dalamnya, serta tidak dapat
membantu penyerbukan tumbuhan dan tidak membawa hujan. Angin ini bergerak
dengan kecepatan 80 km/jam. Angin seperti ini disebut ‘Aqiim (membinasakan) karena
dalam ayat ini dijelaskan bahwa Allah SWT telah mengirim kepada kaum ‘Ad angin
yang sangat dingin lagi amat kencang, tidak membiarkan seorang pun di antara mereka
yang berkeliaran maupun menyalakan api. Dan juga tidak membiarkan satu bangunan
atau istana kecuali dijadikan Allah SWT binasa dan hancur luluh. 6
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa al-Riih al-‘Aqiim adalah angin yang
tidak mendatangkan kehidupan bagi manusia, namun ia membawa kehancuran dan
kematian. Pengertian angin ini bermakna negatif sesuai dengan konteks yang diguakan
yaitu menggunakan bentuk tunggal (‫ )ريح‬untuk angin yang membawa bencana.
2) Angin Sharshar
Terdapat dalam surat al-Qamar ayat 19:
١٩ ‫ص ٗرا فِي َي ۡو ِم ن َۡح ٖس ُّمسۡ ت َِم ٖر‬
َ ‫ص ۡر‬
َ ‫يحا‬ َ ‫س ۡلنَا‬
ٗ ‫علَ ۡي ِه ۡم ِر‬ َ ‫ِإنها ٓ أ َ ۡر‬
Artinya: “Sesungguhnya kami Telah menghembuskan kepada mereka angin yang
sangat kencang pada hari nahas yang terus menerus”.

Dalam Tafsir Jalalain yang dimaksud dengan angin Sharshar adalah angin yang
sangat keras suaranya, tetapi tanpa hujan. Sedangkan dalam Tafsir al-Azhar, angin yang
sangat keras dan kencang bercampur dengan udara yang dingin, terdengar suaranya
yang menderu dan sangat kencang. Kadang-kadang pohon yang besar bisa tumbang
karena sangat kerasnya tiupan angin itu. Orang yang berpakaian bisa lepas pakaiannya
karena ditarik oleh angin. 7
Menurut Ahmad Musthafa al-Maraghiy dalam tafsirnya, tatkala kaum ‘Ad terus
menerus dalam kedurkahaan dan kekafiran kepada Allah SWT, kemudian Allah
mengirimkan kepada mereka angin yang sangat kencang dan sangat dingin. Angin itu
bertiup sehingga membinasakan mereka.8
Kecepatan dan kekuatan angin ini berkisar 120 km/jam yang dapat meluluhkan kota
yang mengakibatkan kerusakan sangat parah pada bangunanbangunan serta
membinasakan penduduk sekitarnya. Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa
angin sharshar itu bersifat kencang dan sangat dingin. Angin ini akan menghancurkan,
merenggut dan melumat siapa saja yang dilaluinya. Pengertian angin ini bermakna
negatif sesuai dengan konteks yang digunakan yaitu menggunakan bentuk tunggal (‫)ريح‬
untuk angin yang membawa bencana.

3) Angin A’shif

6
Al-Maraghiy, Ahad Musthafa, (1989), Tafsir al-Maraghiy, Penerj. K. Anshori Umar Situnggal, Semarang: Toha
Putra. Hal.9
7
Hamka, (1981), Tafsir al-Azhar, Surabaya: Bina Ilmu. Hal.206
8
Al-Maraghiy, Ahad Musthafa, (1989), Tafsir al-Maraghiy, Penerj. K. Anshori Umar Situnggal, Semarang: Toha
Putra. Hal.219
Dalam Tafsir al-Maraghiy dijelaskan yang dimaksud dengan al-‘Asif adalah yang
meniup keras segala sesuatu dan merusakkannya. Riihun ‘Ashif adalah angin yang
bertiup kencang . Dalam surat al-Mursalat ayat 2 juga dijeaskan makna dari ‘ashif.
٢ ‫عصۡ ٗفا‬ ِ َ‫ص َٰف‬
َ ‫ت‬ ِ َ‫فَ ۡٱل َٰع‬
Artinya: “Dan (Malaikat-malaikat) yang terbang dengan kencangnya”
Nabi Sulaiman dikaruniakan oleh Allah SWT dapat menguasai angin, sehingga
angin itu dapat bertiup menjadi ‘ashifah. Berdasarkan firman Allah SWT dalam surat
al-Anbiya’ ayat 81:
Artinya: “Dan (telah kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang sangat kencang
tiupannya yang berhembus dengan perintahnya ke negeri yang kami Telah
memberkatinya. dan adalah kami Maha mengetahui segala sesuatu”.
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa dengan izin Allah SWT Nabi Sulaiman dapat
mengendalikan angin, sesuai perintah dan izinnya. Jika Nabi Sulaiman menghendaki
bersegeranya perahu-perahu yang mengangkut barang dan pasukan, maka beliau
berdoa kepada Allah SWT, sekiranya angin itu bisa berhembus keras guna mendorong
lajunya perahu. Apabila beliau menghendaki angin segar yang menghembus sepoi,
maka terjadi atas izin Allah SWT. Angin yang ditundukkan kepada Nabi Sulaiman pada
dasarnya angin yang baik, yang tidak merusak. Walaupun angin tersebut dalam keadaan
‘ashifah yakni sangat kencang, namun dia tetaptidak menghancurkan sesuatu.
Dalam Tafsir al-Wasith dijelaskan bahwa Allah SWT menjadikan angin yang bertiup
kencang tunduk dan patuh meskipun angin itu sepoi-sepoi, lembut dan halus. Angin itu
berhembus sesuai dengan perintah Sulaiman dan mengangkutnya ke negeri yang
diberkati oleh Allah SWT. Sulaiman bisa naik di atas hembusan angin yang terhampar
seperti pesawat pada saat ini.
Kecepatan dan kekuatan angin ini berkisar antara 40-50 km/jam yang dapat
mematahkan dahan-dahan pepohonan dan dapat menimbulkan ombak besar di lautan.
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa jenis angin yang ditundukkan dan
dimanfaatkan Nabi Sulaiman ini memiliki kekuatan yang dahsyat yang telah dijelaskan
dalam surat al-Anbiya’ ayat 81 sebagai riih ‘ashifah (angin yang sangat dahyat
tiupannya).

4) Angin Qashif
Terdapat dalam surat al-Isra’ ayat 69:
‫يح فَي ُۡغ ِرقَكُم بِ َما َكفَ ۡرت ُ ۡم ث ُ هم ََّل ت َِجد ُواْ لَ ُك ۡم‬ ِ َ‫اص ٗفا ِمن‬
ِ ‫ٱلر‬ َ ‫َارة ً أ ُ ۡخ َر َٰى فَي ُۡر ِس َل‬
ِ َ‫علَ ۡيكُ ۡم ق‬ َ ‫أ َ ۡم أ َ ِمنت ُ ۡم أَن يُ ِعيدَكُ ۡم فِي ِه ت‬
٦٩ ‫يعا‬ ٗ ‫علَ ۡينَا ِبِۦه ت َ ِب‬
َ
Artinya: “Atau apakah kamu merasa aman dari dikembalikan-Nya kamu ke laut
sekali lagi, lalu dia meniupkan atas kamu angin taupan dan ditenggelamkan-Nya kamu
disebabkan kekafiranmu. dan kamu tidak akan mendapat seorang penolongpun dalam
hal Ini terhadap (siksaan) kami”.
Dalam Tafsir al-Maraghiy dijelaskan yang dimaksud al-Qashif adalah angin laut
yang dapat menghancurkan dan menenggelamkan kapal, serta dapat menumbangkan
dan merusak pepohonan. Angin kencang yang menghempaskan apa saja yang
dilaluinya. Angin badai ini bergerak dengan kecepatan yang mencapai 100 km/jam,
yang dapat menghancurkan rumah-rumah dan menenggelamkan kapal-kapal yang
tengah berlayar.
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa sifat angin Qashif ini kencang dan
juga menghancurkan apa saja yang dilaluinya dengan izin Allah SWT.

5) Angin Thayyibah
Terdapat dalam surat Yunus ayat 22 :
‫ط ِي َب ٖة َوفَ ِر ُحواْ ِب َها َجا ٓ َء ۡت َها‬
َ ‫يح‬ ۡ ۡ ۡ ۡ َ ُ‫ه َُو ٱلهذِي ي‬
ٖ ‫س ِي ُركُ ۡم فِي ٱل َب ِر َوٱل َب ۡح ۖ ِر َحت ه َٰ ٓى ِإذَا كُنت ُ ۡم فِي ٱلفُل ِك َو َج َر ۡينَ ِب ِهم ِب ِر‬
‫صينَ لَهُ ٱلدِينَ لَئِ ۡن‬ ‫ع ُواْ ه‬
ِ ‫ٱَّللَ ُم ۡخ ِل‬ َ ‫ظنُّ ٓواْ أَنه ُه ۡم أ ُ ِحي‬
َ َ‫ط بِ ِه ۡم د‬ ٖ ‫ف َو َجا ٓ َءهُ ُم ۡٱل َم ۡو ُج ِمن كُ ِل َم َك‬ٞ ‫اص‬
َ ‫ان َو‬ ِ ‫ع‬
َ ‫ِري ٌح‬
٢٢ َ‫ش ِك ِرين‬ َٰ َٰ
‫أَن َج ۡيتَنَا ِم ۡن َه ِذِۦه لَنَكُون هَن ِمنَ ٱل ه‬
Artinya: “Dialah Tuhan yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan,
(berlayar) di lautan. sehingga apabila kamu berada di dalam bahtera, dan
meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan
angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai, dan
(apabila) gelombang dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa
mereka Telah terkepung (bahaya), Maka mereka berdoa kepada Allah dengan
mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya semata-mata. (mereka berkata): "Sesungguhnya
jika Engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini, Pastilah kami akan termasuk orang-
orang yang bersyukur".
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Allah SWT yang membuat manusia dapat
mengadakan perjalanan dan menempuh jarak-jarak perjalanan di darat dan di laut.
Sarana transportasi yang digunakan berupa hewan kendaraan, perahu, mobil, peswat
terbang dan kereta. Allah SWT mengirim tiupan angin yang baik dan nyaman untuk
menggerakkan perahu layar, sehingga bisa berlayar di atas permukaan air. 9
Kecepatan dan kekuatan angin jenis ini berkisaran antara 13-20 km/jam. Angin ini
bisa menggerakkan daun-daun, ranting-ranting dan dahan-dahan bergerak. Pada batas
kecepatan maksimalnya 40 km/jam.
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa sifat angin thayyibah ini baik dan
menyenangkan. Jenis angin ini membawa keberkahan bagi manusia terutama bagi
nelayan, serta dapat menggerakkan pohon-pohon sehingga kapal layar dapat bergerak
di lautan.
6) Angin Sakinah
Allah SWT berfirman dalam surat al-Syura ayat 33:
ٍ ُ‫شك‬ ٖ َ‫ظهۡ ِر ُۚ ِٓۦه ِإ هن فِي َٰذَلِكَ َۡل ٓ َٰي‬ َ َ‫ٱلري َح فَيَ ۡظ َل ۡلنَ َر َوا ِكد‬
َ ‫علَ َٰى‬ ۡ
٣٣ ‫ور‬ َ ‫ت ِلكُ ِل‬
َ ‫صب ٖهار‬ ِ ‫ِإن يَشَأ يُسۡ ِك ِن‬

Artinya: “Jika dia menghendaki, dia akan menenangkan angin, Maka jadilah kapal-
kapal itu terhenti di permukaan laut. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat
tanda-tanda (kekuasaannya) bagi setiap orang yang banyak bersabar dan banyak
bersyukur”.
Dalam Tafsir al-Maraghi yang dimaksud dengan ‫ يسكن الريح‬adalah Allah SWT
menjadikan angin tenang yang tidak bergelombang. Di antara tanda kekuasaan Allah
SWT adalah dijalankannya kapal di atas lautan, baik kapal layar, kapal uap, kapal nuklir
ataupun kapal listrik. Jika Allah SWT hendak menghentikan kapal yang berlayar, maka
Allah SWT menjadikan angin itu diam, tenang dan energi tidak berfungsi, sehingga
kapal menjadi diam di permukaan laut. Kapal yang berlayar di atas gulungan ombak

9
Az-Zuhaili, Wahbah, (2013), Tafsir al-Wasith, Jakarta: Gema Insani, Jil. III. Hal.20
yang tinggi terdapat petunjuk akan kekuasaan Allah SWT bagiorang-orang yang
bersabar dan bersyukur.
Gerakan angin jenis ini sangat tenang sehingga asap yang keluar dari cerobong
pabrik tetap tegak jika bertemu angin jenis ini, karena kekuatannya hanya 0-1 km/jam.
Oleh karena itu, angin jenis ini tidak membuat riak-riak di permukaan air dan tidak
dapat menggerakkan perahu/ kapal layar. Dalam keadaan ini, laut akan seperti kaca
ketika angin ada di kawasan laut ini dan tetap menjadi tenang. Demikian beberapa
macam jenis angin yang diinformasikan oleh alQur’an, suatu informasi yang
kebenarannya mendahului ilmu pengetahuan modern. Informasi tentang jenis angin ini
telah disebutkan al-Qur’an 1400 tahun yang silam, ternyata baru ditemui pada awal
abad ke-19 lalu.

B. Fungsi Angin Dalam AL-Qur’an

1. Membantu Proses Penyerbukan


Sebagaimana yang terdapat dalam surat al-Hijr ayat 22 :
‫ٱلر َٰيَ َح لَ َٰ َوقِ َح فَأَنزَ ۡلنَا ِمنَ ٱل ه‬
٢٢ َ‫س َما ٓ ِء َما ٓ ٗء فَأَسۡ قَ ۡي َٰنَكُ ُموهُ َو َما ٓ أَنت ُ ۡم لَ ۥهُ بِ َٰ َخ ِزنِين‬ ِ ‫س ۡلنَا‬
َ ‫َوأ َ ۡر‬
Artinya: “Dan kami Telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuhtumbuhan)
dan kami turunkan hujan dari langit, lalu kami beri minum kamu dengan air itu, dan
sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya”
Disebutkan dalam Mukhtar as-Shihah dalam menjelaskan kata “laqaha”, bahwa
(unta) jantan membuahi (alqaa) unta betina. Angin adalah udara yang bergerak dan
angin itu memindahkan benih (lawaqih).
Istilah mengatakan angin menyerbuki (malaqih) tersebut tidaklah tepat. Telah
dikatakan bahwa dasarnya adalah mulhiqatun (sebuah suplemen/ zat), sesuatu tidak
dapat membuahi kecuali jika sesuatu tersebut merupakan suplemen/ zat (untuk
membuahi). Angin adalah perantara pembawa suplemen / zat. Saat angin bergerak
melintasi bumi, dia membawa suplemen/ zat dari hasil perjalanannya tersebut.
Abdullah bin Abbas mengomentari penjelasan firman Allah SWT, dan Kami telah
mengirimkan angin sebagai lawaqih, maksudnya adalah membentuk awan dan
menyuburkan tumbuhan. Dalam tafsir al-Qurtubi juga dikatakan lawaqih (bentuk jamak
dari menyuburkan) adalah jamak dari laqih, yang berarti membawa awan dan kebaikan.
Berdasarkan posisi yang pertama, lawaqih adalah jamak dari mulhiqatun, dan yang
kedua, merupakan jamak dari laqih. Tidak ada perbedaan antara keduanya. Ini
disebabkan angin membawa air dan menyuburkan tanaman. Dengannya, dia juga
membawa zat (polen). Dengan begitu, dirinya sendiri merupakan suplemen.
Telah disebutkan dalam penjelasan ayat di atas bahwa angin adalah penyubur
pepohonan sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Ibnu Abbas, para ahli botani telah
mengatakan bahwa penyerbukan adalah fenomena awal untuk pembuahan dan produksi
biji. Mengingat bahwa butir polen ditransfer dari struktur jantan suatu tanaman ke
struktur betina, sehingga terjadi pembuahan. Penyerbukan dapat terjadi antar polen
yang ditransfer dari serbuk sari ke putik dalam satu bunga yang disebut sebagai
penyerbukan sendiri. Namun ada juga antar tanaman yang berbeda dalam satu spesies
yang disebut sebagai penyerbukan silang.
Allah SWT menghembuskan angin yang menerbangkan tepung sari dari beragam
bunga. Hinggaplah tepung sari jantan pada putik bunga, sehingga terjadi perkawinan
yang memunculkan bakal buah. Pada tumbuhan berbiji terbuka maka penyerbukan atau
persarian adalah jatuhnya serbuk sari pada liang bakal biji yang berhubungan langsung
dengan bakal biji. Sedangkan pada jenis tumbuhan berbiji tertutup, maka
penyerbukannya atau persariannya adalah peristiwa jatuhnya serbuk sari dari benang
sari ke kepala putik. Penyerbukan kemudian diikuti dengan pembuahan. Inilah proses
penyerbukan di dunia tumbuh-tumbuhan. Sarana transfer serbuk sari dari satu tanaman
ke tanaman lain bisa bermacam-macam, di antaranya:
a) Serbuk sari ditransfer oleh polinator, misalnya lebah, kupu-kupu, serangga,
burung dan lainnya.
b) Serbuk sari ditransfer oleh air
c) Serbuk sari ditransfer oleh angin
d) penyerbukan dengan bantuan tangan manusia.

2. Menggerakkan Awan sehingga turun Hujan


Angin mempunyai peran besar dalam pengadaan awan dan mendung. Ia membantu
proses awal pembentukan awan, pengakumulasiannya, menaikkannya ke lapisan atas
atmosfer dan mengawinkannya dengan partikel-partikel yang berbeda-beda. Peran
besar angin ini telah berhasil di ungkap oleh penelitian-penelitian ilmiah modern,
bahkan dalam al-Qur’an pun sudah dijelaskan sebelum ilmu geologi dan meteorologi
menyingkapnya. Sebagaimana yang terdapat dalam surat ar-Rum ayat 48:
‫س ٗفا فَت ََرى ۡٱل َو ۡدقَ يَ ۡخ ُر ُج ِم ۡن‬
َ ‫شا ٓ ُء َويَ ۡج َعلُ ۥهُ ِك‬ ‫س َحابٗ ا فَيَ ۡبسُطُ ۥهُ فِي ٱل ه‬
َ ‫س َما ٓ ِء َك ۡي‬
َ َ‫ف ي‬ َ ‫ير‬ ِ ‫ٱَّللُ ٱلهذِي ي ُۡر ِس ُل‬
ُ ِ‫ٱلر َٰيَ َح فَتُث‬ ‫ه‬
َٰ
٤٨ َ‫شا ٓ ُء ِم ۡن ِع َبا ِد ِٓۦه ِإذَا ه ُۡم َيسۡ ت َۡبش ُِرون‬َ ‫اب ِبِۦه َمن َي‬ َ ‫ص‬َ َ ‫ِخلَ ِل ِۖۦه فَإِذَآ أ‬
Artinya: “Allah, dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan
Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendakiNya, dan menjadikannya
bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, Maka apabila
hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendakiNya, tiba-tiba mereka
menjadi gembira”.
Hasil penelitian modern menyatakan ada beberapa jenis angin dan kaitannya dengan
awan dan mendung diantaranya: 10
a. Angin yang tugasnya hanya sebatas merangsang permukaan air untuk
menciptakan titik-titik air di atas gelombang air.
b. Angin yang bertugas membawa dan mengangkat awan dan uap air ke lapisan atas
atmosfer.
c. Angin yang bertugas menurun dan menjalankan awan, lalu
mengakumulasikannya.
d. Angin yang bertugas mengurangi awan mendung menjadi hujan dan membaginya
ke tempat-tempat di bumi.
Empat tugas ini menunjukkan jenis angin, rangkaian tugasnya dalam pembentukan
awan dan tahapan-tahapan pembentukannya. Mulai dari merangsang permukaan air,
membawa awan, mengangkatnya ke lapisan atas atmosfer, menjalankannya dengan
lembut, hingga mengatur distribusinya kepada siapa saja yang dikehendaki Allah SWT
dalam bentuk hujan. Dalam surat al-Dzariyat ayat 1-4 Allah SWT membagi menjadi
jenis angin seperti yang dikenal oleh ilmu modern.

10
Tharayyah, Nadiah, Buku Pintar Sains Al-Qur`an Mengerti Mukjizat Ilmiah Firman Allah, (Jakarta:2013) hal
507.
Allah berfirman :
ِ ‫ فَ ۡٱل ُمقَ ِس َٰ َم‬٣ ‫ت يُسۡ ٗرا‬
٤ ‫ت أ َ ۡم ًرا‬ ِ ‫ فَ ۡٱل َٰ َج ِر َٰ َي‬٢ ‫ت ِو ۡق ٗرا‬ ِ ‫َوٱل َٰذه ِر َٰ َي‬
ِ َ‫ فَ ۡٱل َٰ َح ِم َٰل‬١ ‫ت ذَ ۡر ٗوا‬
Artinya: “Demi (angin) yang menerbangkan debu dengan kuat. Dan awan yang
mengandung hujan. Dan kapal-kapal yang berlayar dengan mudah. Dan (Malaikat-
malaikat) yang membagi-bagi urusan”.
Allah SWT bersumpah atas angin yang menerbangkan debu dan merangsang
bembentukan titik-titik air, lalu angin yang membawa awan dan uap air menuju ke
lapisan atas atmosfer. Kemudian angin yang menjalankan awan dan mendung dengan
kelembutan dan angin ke tempat yang dikendaki Allah SWT mendapat hujan dan
rahmat atau mendapat bencana dan kemusnahan.
Fakta ilmiah tentang hakikat terbentuknya awan dari uap-uap air yang dibawa dan
dikawinkan oleh angin sehingga menghasilkan hujan, telah diisyaratkan dalam al-
Qur’an dalam surat al-Hijr ayat 22:
‫ٱلر َٰيَ َح لَ َٰ َوقِ َح فَأَنزَ ۡلنَا ِمنَ ٱل ه‬
٢٢ َ‫س َما ٓ ِء َما ٓ ٗء فَأَسۡ قَ ۡي َٰنَكُ ُموهُ َو َما ٓ أَنت ُ ۡم لَ ۥهُ بِ َٰ َخ ِزنِين‬ ِ ‫س ۡلنَا‬
َ ‫َوأ َ ۡر‬
Artinya: “Dan kami Telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuhtumbuhan)
dan kami turunkan hujan dari langit, lalu kami beri minum kamu dengan air itu, dan
sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya”.

Menurut Quraish Shihab dalam tafsirnya, ayat ini menunjukan pernah mengawinkan
dati angin dalam pembentukan hujan, bukan fungsi angin dalam mengawinkan tumbuh-
tumbuhan. Karena kata lawaqih (mengawinkan) dalam ayat tersebut berhubungan
dengan ayat sesudahnya (Kami menurunkan hujan dari langit), Adanya hubungan sebab
akibat sebagaimana dipahami dari penggunaan huruf ‫ )ف‬maka).11
Fungsi mengawinkan yang dimaksud dari ayat di atas sebagaimana berikut:
a) Di atas permukaan laut dan samudera, gelombang udara yang tak terhitung
jumlahnya terbentuk akibat pembentukan buih. Pada saat gelombanggelombang ini
pecah, ribuan partikel kecil terlempar ke udara. Partikel tersebut terbawa oleh angin ke
lapisan atas atmosfer.
b) Partikel-partikel ini dibawa naik lebih tinggi dan bertemu uap air sehingga
mengembundi sekitar partikel dan berubah menjadi butiran air.
c) Butiran –butiran air ini berkumpul dan membentuk awan dan jatuh ke bumi dalam
bentuk hujan.
Angin mengawinkan uap air yang melayang di udara dengan partikelpartikel yang
dibawanya dari laut dan akhirnya membantu pembentukan awan hujan. Apabila angin
tidak memiliki sifat ini, maka butiran air di atas atmosfer bagian atas tidak pernah
terbentuk dan hujan tidak akan pernah terjadi.

3. Angin mempengaruhi terbentuknya gelombang laut


Allah SWT berfirman dalam suratYunus ayat 22:
‫ط ِيبَ ٖة َوفَ ِر ُحواْ ِب َها َجا ٓ َء ۡت َها‬
َ ‫يح‬ ۡ ۡ ۡ ۡ َ ُ‫ه َُو ٱلهذِي ي‬
ٖ ‫س ِي ُركُ ۡم فِي ٱلبَ ِر َوٱلبَ ۡح ۖ ِر َحت ه َٰ ٓى ِإذَا كُنت ُ ۡم فِي ٱلفُل ِك َو َج َر ۡينَ ِب ِهم ِب ِر‬
‫صينَ لَهُ ٱلدِينَ لَئِ ۡن‬ ‫ع ُواْ ه‬
ِ ‫ٱَّللَ ُم ۡخ ِل‬ َ ‫ظنُّ ٓواْ أَنه ُه ۡم أ ُ ِحي‬
َ َ‫ط بِ ِه ۡم د‬ ٖ ‫ف َو َجا ٓ َءهُ ُم ۡٱل َم ۡو ُج ِمن كُ ِل َم َك‬ٞ ‫اص‬
َ ‫ان َو‬ ِ ‫ع‬َ ‫ِري ٌح‬
٢٢ َ‫ش ِك ِرين‬ َٰ ُ َ َٰ
‫أَن َج ۡيتَنَا ِمن َه ِذِۦه لنَكون هَن ِمنَ ٱل ه‬
ۡ

11
Shihab, M. Quraish, (2002), Tafsir al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian alQur’an, Jakarta: Lentera Hati.
h.113
Artinya: “Dialah Tuhan yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan, (berlayar)
di lautan. sehingga apabila kamu berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu
membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan
mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai, dan (apabila) gelombang dari
segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka Telah terkepung
(bahaya), Maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-
Nya semata-mata. (mereka berkata): "Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan kami
dari bahaya ini, Pastilah kami akan termasuk orang-orang yang bersyukur".
Ayat ini mengisyaratkan adanya hubungan langsung antara tiupan angin dan
terbentuknya gelombang laut. Para ahli ilmu kelautan mengatakan terbentuknya
gelombang laut disebabkan oleh tiga hal yang mempengaruhi iklim, yaitu angin,
pergerakan pasang surut air dan gempa.
Angin yang berhembus secara terus menerus di permukaann menyebabkan
terjadinya ombak dan gelombang. Hal ini juga akan mengakibatkan adanya gerakan air
laut atau disebut arus.
Faktor yang menentukan besarnya gelombang disebabkan kuatnya hembusan,
lamanya hembusan dan jarak tempuh angin. Gelombang bermula dari pergerakan air ke
atas dan ke bawah yang disebabkan oleh angin yang mendorongnya menuju suatu gerak
berputar shingga menghasilkan gelombang. Kemudian gelombangpecah dan rebah saat
memasuki perairan yang dangkal.
Sepintas ayat di atas hanya berbicara tentang perahu yang masih menggunakan dan
memerlukan angin untuk menggerakkannya. Tetapi ِ‫ ح ْري‬kata ,sebenarnya juga
digunakan untuk makna kekuatan dan energi, sebagaimana firman Allah SWT dalam
surat al-Anfal ayat 46:
ُۚ
‫ٱَّلل َم َع ٱل َٰ ه‬
٤٦ َ‫ص ِب ِرين‬ َ ‫شلُواْ َوت َۡذه‬
َ ‫َب ِري ُحكُ ۡ ۖم َوٱصۡ ِب ُر ٓواْ ِإ هن ه‬ َ ‫ٱَّلل َو َرسُولَ ۥهُ َو ََّل ت َ َٰنَزَ عُواْ فَت َۡف‬
َ ‫َوأ َ ِطيعُواْ ه‬
Allah berfirman : “Dan taatlah kepada Allah dan rasul-Nya dan janganlah kamu
berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu
dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”.
Dan firman allah si surat al syura ayat 33:
ٍ ُ‫شك‬ ٖ ‫ظهۡ ِر ُۚ ِٓۦه ِإ هن فِي َٰذَلِكَ َۡل ٓ َٰ َي‬ َ َ‫ٱلري َح فَ َي ۡظ َل ۡلنَ َر َوا ِكد‬
َ ‫علَ َٰى‬ ۡ
٣٣ ‫ور‬ َ ‫ت ِلكُ ِل‬
َ ‫صب ٖهار‬ ِ ‫ِإن َيشَأ يُسۡ ِك ِن‬
Artinya: “Jika dia menghendaki, dia akan menenangkan angin, Maka jadilah kapal-
kapal itu terhenti di permukaan laut. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat
tanda-tanda (kekuasaannya) bagi setiap orang yang banyak bersabar dan banyak
bersyukur”.
Ayat ini juga mengisyaratkan bahwa gelombang laut tidak akan muncul ketika angin
dalam keadaan tenang. Para ilmuan menyimpulkan bahwa gelombang laut tidak akan
ditemukan di daerah-daerah khatulistiwa sehingga membuat kapal layar tidak bergerak.
Hal itu juga disebabkan oleh tingginya tekanan udara di daerah tersebut.

4. Sebagai peringatan akan azab


Sebelum turunnya hujan, biasanya Allah SWT mengirimkan angin untuk membawa
awan mendung sebagai pertanda akan turunnya hujan dan membawa banyak kebaikan.
Namun Allah SWT mengirimkan angin yang kencang dan awan hitam untuk
membinasakan suatu kaum atau menguji umat manusia dengan angin mendung
tersebut. Diantaranya dikisahkan dalam al-Qur’an tentang hukuman yang diberikan
kepada kaum ‘Aad kaum Nabi Hud As.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Allah SWT menciptakan sesuatu
pasti ada hikmah dan faedahnya. Allah SWT menciptakan angin dengan dua jenis.
Pertama, angin yang bertiup biasa dan tidak menakutkan, namun memberi pengaruh
dan manfaat yang sangat banyak dan tak terhitung. Kedua, angin yang bertiup kencang
dan menakutkan. Terkadang Allah SWT mengirimkan angin tersebut sebagai siksaan
dan hukuman kepada suatu kaum yang dikehendaki-Nya.

C. Dimensi Sains

Sebagimana telah dipaparkan di atas bahwa angin dalam alQur„an jika kita melihat
ayat yang membahas tentang bentukbentuknya ternyata angin digambarkan dengan
berbagai macam dan memiliki fungsi serta peran yang bebeda-beda pula. Hal ini
menunjukan bahwa sebenarnya angin dalam al-Qur’an sendiri dikategorikan menjadi
dua yaitu angin yang baik dan angin yang membawa azab.
Dalam hal pengertian angin, ilmu meteorologi mengartikan sebagai gerakan
(biasanya horizontal) dari udara relative terhadap permukaan bumi. Sedangkan rih dan
riyah dalam al-Qur’an bermakna angin diartikan oleh pakar bahasa seperti Rahib
alAsfahani sebagai udara yang bergerak. Hal senada juga di sampaikan oleh
Muhammad Farid Wajdi adalah arus peredaran udara yang membawa rahmat serta
pertolongan. 12
Dari kedua pengertian tersebut terlihat jelas ada kesinambungan dan kesamaan
antara dua kajian ilmu diatas. Dalam ilmu sains angin diartikan secara lebih teoritis
yaitu sebagai gerakan udara yang bergerak secara horizontal ataupun hampir vertical.
Sedangkan dalam al-Qur’an pergertian angin hanya diartikan dengan singkat sebagai
udara yang bergerak.
Dari pengertian di atas kita bisa tahu bahwa angin itu memiliki macam-macam
tersendiri mengingat dari pengertiannya bahwa angin adalah udara yang bergerak,
tentunya angin yang bergerak memiliki tingkatan kekuatan hembusan masing-masing
tergantung terjadinya angin tersebut. Jika kita melihat penelitian yang dilakukan oleh
Francis Beufort mengenai kekuatan dan pengaruh hembusannya, beliau membaginya
ke dalam beberapa tingkatan serta serta memberikan table sesuai dengan keepatan angin
tersebut, juga pengaruhnya terhadap daratan. Sesuai dengan teori Beaufort scale yang
dijadikan standar oleh organisasi meteorologi dunia, ternyata penelitiannya ini sesuai
dan memiliki kesamaan dalam skalanya seperti apa yang diungkapkan oleh al-Qur’an,
yaitu sebagai berikut:
1) Tingkatan Nol
Pada tingkatan ini angin berhembus tenang dengan kecepatan 2 km/jam. Dalam
keadaan ini, laut seperti kaca ketikan angin ada pada kawasan ini. Hal ini sesuai
dengan firman Allah:
ٍ ُ‫شك‬ ٖ َ‫ظهۡ ِر ُۚ ِٓۦه ِإ هن فِي َٰذَلِكَ َۡل ٓ َٰي‬ َ َ‫ٱلري َح فَيَ ۡظ َل ۡلنَ َر َوا ِكد‬
َ ‫علَ َٰى‬ ۡ
٣٣ ‫ور‬ َ ‫ت ِلكُ ِل‬
َ ‫صب ٖهار‬ ِ ‫ِإن يَشَأ يُسۡ ِك ِن‬
Artinya: “Jika dia menghendaki, dia akan menenangkan angin, Maka jadilah kapal-
kapal itu terhenti di permukaan laut. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat
tanda-tanda (kekuasaannya) bagi setiap orang yang banyak bersabar dan banyak
bersyukur”.

12
M farid wajdi, Da’irat ma’arif al-Karn, Dar al-ma‟rifah,Beirut, Lebanon, jilid 4 1971, h 320
2) Tingkatan pertama
Angin yang berhembus adalah angin yang berkekuatan ringn dengan
berkecepatan 2-7 km/jam. Hal ini senada dengan apa yang dibicarakan oleh al-
Qur‟an sepertifirman Allah sebagai berikut:
٣٦ ‫اب‬
َ ‫ص‬َ َ‫ث أ‬
ُ ‫ٱلري َح ت َۡج ِري بِأ َ ۡم ِرِۦه ُر َخا ٓ ًء َح ۡي‬
ِ ُ‫س هخ ۡرنَا لَه‬
َ َ‫ف‬
Artinya: “kemudian Kami tundukkan kepadanya angin yang berhembus dengan baik
menurut ke mana saja yang dikehendakiNya”

3) Tingkatan kedua
Angin berhembus dengan sepoi-sepoi yang ringan dengan kekuatan kecepatan
7-13 km/jam, dapat dirasakan oleh wajah dan daun-daun pohon.
4) Tingkatan ketiga
Angin berhembus dengan sepoi-sepoi dan lembutnya dengan kecepatan antara
13-20 km/jam. angin ini bisa mengerak-gerakkan daun pepohonan dan membuat
bendera berkibar. Hal ini sama dengan firman Allah:
َ ‫يح‬ ۡ ۡ ۡ ۡ َ ُ‫ه َُو ٱلهذِي ي‬
....‫ط ِي َب ٖة‬ ٖ ‫س ِي ُركُ ۡم فِي ٱل َب ِر َوٱل َب ۡح ۖ ِر َحت ه َٰ ٓى ِإذَا كُنت ُ ۡم فِي ٱلفُل ِك َو َج َر ۡينَ ِب ِهم ِب ِر‬
Artinya: “Dialah Tuhan yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan, (berlayar)
di lautan. sehingga apabila kamu berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu
membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang
baik…(Yunus:22).

5) Tingkatan keempat
Angin sepoi-sepoi yang sedang, dengan kekuatan hembusan 20-30 km/jam.
angin ini bisa membuat rantingranting pohon kecil bergoyang.

6) Tingkatan kelima
Angin segar berhembus dengan rata-rata kecepatan 32- 41 km/jam yang bisa
menjadikan pohon-pohon kecil semak belukar bergoyang-goyang.
7) Tingkatan keenam
Angin berhembus kencang yang kecepatanya mencapai 41-52 km/jam dan bisa
mengakibatkan cabangcabang pohon yang besar bergoyang-goyang.
8) Tingkatan ketujuh
Angin yang berhembus hampir menjadi topan yang kecepatanya sampai 52-63
km/jam yang membuat seseorang sulit berjalan apabila melawan arah angin. Ini
sama dengan firman Allah:
Artinya: “atau Apakah kamu merasa aman dari dikembalikanNya kamu ke laut
sekali lagi, lalu Dia meniupkan atas kamu angin taupan dan ditenggelamkan-
Nya kamu disebabkan kekafiranmu. dan kamu tidak akan mendapat seorang
penolongpun dalam hal ini terhadap (siksaan) kami” (QS Al Isra’:69)
9) Tingkatan kedelapan
Angin topan dengan kencang hembusan sampai 63-76 km/jam dan bisa membuat
kita sulit untuk berjalan melawan arah angin.
10) Tingkatan kesembilan
Angin topan kuat dengan kecepatan 76-89 km/jam dan bisa membuat papan-
papan kayu berterbangan.
11) Tingkatan kesepuluh
Angin topan dengan kecepatan sampai 89-104 km/jam yang mana sampai bisa
menumbangkan dan merusak pohonpohon besar yang dilewatinya. Ini sejalan
dengan firman Allah:
ُ َ‫اب ۡٱل ِخ ۡزي ِ فِي ۡٱل َحيَ َٰوةِ ٱلدُّ ۡن َي ۖا َولَعَذ‬
‫اب ۡٱۡل ٓ ِخ َر ِة‬ َ َ ‫عذ‬
َ ‫ات ِلنُذِيقَ ُه ۡم‬
ٖ ‫س‬َ ‫ي أَي ٖهام نه ِح‬ َ ‫ص ۡر‬
ٓ ِ‫ص ٗرا ف‬ َ ‫يحا‬ َ ‫س ۡلنَا‬
ٗ ‫علَ ۡي ِه ۡم ِر‬ َ ‫فَأ َ ۡر‬
١٦ َ‫ص ُرون‬ َ ‫أ َ ۡخزَ َٰ ۖى َوه ُۡم ََّل يُن‬
Artinya: “Maka Kami meniupkan angin yang Amat gemuruh kepada mereka
dalam beberapa hari yang sial, karena Kami hendak merasakan kepada mereka
itu siksaan yang menghinakan dalam kehidupan dunia. dan Sesungguhnya siksa
akhirat lebih menghinakan sedang mereka tidak diberi pertolongan”
(fusshilat:16)
12) Tingkatan kesebelas
Angin badai besar yang keuatan serta kecepatan hembusanya mencapai 104-119
km/jam yang bisa mengakibatkan kerusakan sangat parah pada
bangunanbangunan yang kokoh. Ini sesuai dengan firman Allah:
‫ا َّ َمأَو‬ ‫ٍةَيتاَع ٍرَصْرَص ٍحيرب اوُكل ْ ُهأَف ٌداَع‬
Artinya:”Adapun kaum 'Aad Maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang
sangat dingin lagi Amat kencang. (al haqqah:6)
Dalam ayat selanjutnya dijelaskan bahwa hembusan angin yang terjadi sampai
tujuh hari tujuh malam yang mana musibah ini adalah musibah paling lama
melanda suatu daerah.
13) Tingkatan keduabelas
Angin yang berhembus sudah menjadi badai yang membinasakan apapun yang
dilewati yang mana kecepatanya sampai 119 km/jam badai ini sangat dahsyat
yang sangat sering menyebabkan kehancuran yang merata tehadap bangunan
bangunan karena kecepatanya. Ini sesuai dengan firman Allah:
٢٦٦ َ‫ت لَعَلهكُ ۡم تَتَفَ هك ُرون‬ ‫ٱحت ََرقَ ۡ ُۗت َك َٰذَلِكَ يُبَيِنُ ه‬
ِ َ‫ٱَّللُ لَكُ ُم ۡٱۡل ٓ َٰي‬ َ َ ‫فَأ‬
َ ‫صابَ َها ٓ إِ ۡع‬
ۡ َ‫َار ف‬ٞ ‫ار فِي ِه ن‬ٞ ‫ص‬
Artinya: Maka kebun itu ditiup angin keras yang mengandung api, lalu
terbakarlah. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu
supaya kamu memikirkannya. (QS Al Baqarah:266)

Kecocokan yang menakjubkan antara ilmu modern dan materi-materi


yang disebutkan oleh Al Qur’an ini tidaklah bersumber kecuali dari satu sumber
ilmu. Metode khusus tentang pembagian tingkatan dan keterangan dalam setiap
tingkatanya sesuai dengan kekuatan dan efek yang ditimbulkanya, tidak akan
ditemukan pada kitab suci lainya kecualin hanya al-Qur’an. 13

13
Hisyam Thalbah, Ensiklopedia mukjiyat Al Quran dan Hadis, (PT Sapta Sentosa,Bekasi,2008). h 154
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Angin merupakan unsur penting dalam kehidupan di muka bumi, baik kehidupan manusia,
hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Angin merupakan udara yang digunakan untuk bernafas.
Sekiranya udara tidak ada, maka manusia dan hewan akan mati. Ini merupakan perkara yang
tidak mampu dilakukan oleh siapapun kecuali Allah SWT.
2. Di dalam al-Qur’an banyak terdapat pengungkapan kata angin seperti: kata angin bentuk
mufrad (riih) dan jamak (riiyah), kata al-Mursalat, al-Dzariyat, I’shar, dan al-Thufan, diiringi
dengan sifat seperti riihun ‘ashif, riihun sharshar,riihun ‘aqiim, dan disebutkan masa angin
berhembus.
3. al-Qur’an juga menerangkan tentang klasifikasi macam-macam angin yang terdapat di alam
seperti: Angin ‘Aqiim, angin Sharshar, angin ‘Ashif, angin Qashif, angin Thayyibah dan angin
Sakinah.
4. Fungsi angin yang telah dijelaskan dalam al-Qur’an diantaranya: membantu proses
penyerbukan, menggerakkan awan sehingga turun hujan, menggerakkan awan sehingga turun
hujan untuk menyuburkan tanah, angin mempengaruhi terbentuknya gelombang laut dan
Sebagai pembawa peringatan azab.
5. kandungan ayat-ayat dalam al-Qur‘an selalu relevan dengan kajian ilmu pengetahuan
modern. Seperti angin yang mana jauhjauh hari telah diinformasikan oleh al-Qur‘an tentang
berbagai peran penting yang dimiliki oleh angin. Angin dalam kajian sains modern memiliki
berbagai macam tingkatan kecepatan seperti yang dijelaskan oleh Francis Beufort dalam teori
yang biasa dikenal dengan Beaufort scale, dalam teorinya Francis Beufort membagi kecepatan
angin dari tingkatan 0 sampai 12. Apa yang disebutkan oleh Francis Beufort sejalan dengan
kandungan ayat dalam al-Qur‘an. Angin juga memiliki fungsi lain seperti angin sebagai alat
bantu proses penurunan hujan, sebagai sarana transportasi laut, dan membantu pembuahan
tumbuh-tumbuhan

Daftar Pustaka
Al-Maragi, Ahmad Mustafa, Tafsir Al Maragi, Terj. Anshori Umar Sitanggal, dkk., PT. Karya
Toha Putra, Semarang, 1994.
Az-Zuhaili, Wahbah, Tafsir Al-Munir, terj. Abu Hayyi Al Kattani, dkk., Gema Insani, Jakarta,
2013.
Buya Hamka, (1981), Tafsir al-Azhar, Surabaya: Bina Ilmu.
Departemen Agama RI, (2009), al-Qur’an dan Tafsirnya, Jakarta: Departemen Agama RI
Shihab, M. Quraish, (2002), Tafsir al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian alQur’an, Jakarta:
Lentera Hati
Tayyarah, Nadiah. Buku Pintar Sains Dalam al-Qur’an Jakarta: Zaman, 2013.
Al-Mahalli, Jalaluddin dan Jalaluddin As-Suyuti, (2006), Tafsir Jalalain, Bandung: Sinar Baru
Algensido

Anda mungkin juga menyukai