Anda di halaman 1dari 10

PAPER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

QUR’AN DAN SAINS


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengampu: Drs. Kuswadi, M.Ag

Disusun Oleh :
Nama : Nur Aulia Nugraheni
Kelas : PAP ( C )
NIM : K7522071

Pendidikan Administrasi Perkantoran


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
2022
QUR’AN DAN SAINS
Proses Pembentukan Hujan Menurut Al-Qur’an dan Sains

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an merupakan kitab suci yang berisikan ayat-ayat
tanziliyyah, mempunyai fungsi utama sebagai petunjuk bagi seluruh umat
manusia baik dalam hubungannyadengan Tuhan, manusia, maupun alam raya.
Dengan begitu yang dipaparkan Al-Qur’an tidak hanya masalah-masalah
kepercayaan (akidah), hokum, ataupun pesan-pesan moral, tetapi juga di
dalamnya terdapat petunjuk memahami rahasia-rahasia alam raya. Ulama yang
juga seorang dokter bernama panjang Zakir Abdul Karim Naik itu
mengungkapkan bahwa banyak sekali ayat yang bisa dikaitkan dengan sains
dalam Qur'an, salah satunya soal penciptaan alam semesta. Ayat yang disebutnya
terkait penciptaan itu antara lain adalah Qur'an surat Al Anbiyaa (21) ayat 30 yang
menyatakan bahwa alam semesta dahulu merupakan suatu yang padu yang
kemudian dipisahkan antara masing-masingnya.
Ilmuwan modern memang telah membuktikan bahwa alam semesta 13,7 miliar
tahun lalu hanyalah suatu massa padat yang kemudian memuai dan dikenal
sebagai Big Bang.
Alam semesta awal ini berbentuk gas panas yang disebutnya sebagai "primary
nebula" yang kemudian hari membentuk berbagai benda langit, galaksi, matahari,
planit, bulan dan lain-lain, ujarnya dalam bukunya "Science in Qur'an". Konsep
bahwa alam semesta dahulu adalah sesuatu yang padu dibuktikan oleh ilmuwan
peraih nobel Arno Penzias yang menemukan  radiasi latar belakang sinar kosmik.
Sisa radiasi ledakan besar (Big Bang) itu luar biasa seragam dan tersebar merata
di seluruh penjuru alam semesta.
Hubungan antara Alquran dan sains ibarat dua sisi mata uang
yang tidak bisa dipisahkan. Alquran menghormati kedudukan ilmu dengan
penghormatan yang tidak ditemukan bandingannya dalam kitab kitab suci yang
lain. Di dalam Alquran terdapat beratus-ratus ayat yang menyebut tentang ilmu
pengetahuan dan sains yang merupakan salah satu isi pokok kandungan kitab suci
Alquran. Bahkan kata ‘ilm dan turunannya (tidak termasuk al alam, al alamin, dan
alamatyang disebut 76 kali) disebut sebanyak 778 kali. Selain itu sains juga
merupakan salah satu kebutuhan agama Islam, hal ini dibuktikan dengan fakta
setiap kali umat Islam melaksanakan ibadah memerlukan penentuan waktu yang
tepat. Contohnya dalam melaksanakan shalat, menentukan awal bulan Ramadan,
pelaksanaan haji semuanya memiliki waktu tertentu dan untuk menentukan waktu
yang tepat diperlukan ilmu astronomi yang memang termasuk dalam sains.  
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi hujan dalam islam ?
2. Bagaimana terjadinya hujan dalam pandangan islam menurut al-qur’an
dan sains ?
3. Apakah hikmah dan manfaat hujan bagi manusia ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui proses terjadinya hujan menurut pandangan Al-Qu’an
dan sains
2. Untuk mengetahui manfaat hujan bagi seluruh manusia dalam pandangan
islam

BAB 2 PEMBAHASAN
1. Definisi Hujan
Hujan adalah proses pengembalian air yang telah diuapkan ke
atmosfer menuju ke permukaan bumi. Pengembalian ini akibat dari udara
yang naik hingga melewati ketinggian kondensasi dan berubah menjadi
awan. Di dalam awan terjadi proses tumbukan dan penggabungan antar
butir-butir air yang akan meningkatkan massa dan volume butir air, jika
butiran air akan turun dalam bentuk hujan. Agar terjadi hujan terdapat tiga
faktor utama yang penting, yaitu: massa udara yang lembab, inti
kondensasi (seperti partikel debu, kristal garam), dan suatu sarana sebagai
tempat berlangsungnya proses pendinginan akibat udara. Pengangkatan
massa ke udara ke atmosfer dapat berlangsung dengan cara-cara
pendinginan siklonik, orografis, dan konvektif (Iskandar, 2012).
Di dalam al Quran terdapat ungkapan bahwa hujan adalah berkah, yaitu
ayat yang berbunyi, "Dan Kami turunkan dari langit air yang penuh
keberkahan lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji
tanaman yang diketam." (QS: Qaaf (50) : 9).

2. Proses terjadinya turun hujan dalam pandangan sains dan Al-Qur’an


Air hujan tidak sesederhana air yang turun dari langit. Proses
terjadinya hujan tidak terlepas dari proses siklus air. Tahapan terjadinya
hujan secara umum terbagi menjadi tiga tahap: evaporasi, kondensasi, dan
presipitasi.
1. Evaporasi
Tahapan pertama adalah evaporasi. Evaporasi adalah proses
penguapan air. Panasnya suhu bumi dari matahari akan membuat air
yang ada di sungai, danau, dan laut akan menguap menjadi butiran
atau uap air. Uap air ini akan naik ke atmosfer dan menggumpal
menjadi awan. Semakin panas suhu udara, maka semakin banyak air
yang akan menguap ke udara. Sehingga menyebabkan kemungkinan
terjadinya hujan.
2. Kondensasi
Tahapan kedua adalah kondensasi. Uap air dari proses penguapan
atau evaporasi akan naik ke atmosfer dan mengalami kondensasi atau
pengembunan. Pada proses ini, uap air akan berubah menjadi partikel
yang sangat kecil. Perubahan uap air menjadi es ini dipengaruhi
perbedaan suhu pada perbedaan ketinggian awan di udara. Semakin
tinggi awan yang terbentuk, makin suhu akan semakin dingin. Begitu
pula dengan uap air akan dingin dan berubah menjadi es.
3. Prespitasi
Proses yang ketiga adalah presipitasi. Presipitasi adalah proses
mencairnya butiran es di awan, lalu turun menjadi titik-titik hujan ke
bumi. Awan yang sudah terbentuk pada proses sebelumnya mungkin
tertiup angin dan terbawa sehingga menjadi turun hujan di tempat yang
lain dari proses sebelumnya. Awan yang sudah terlalu padat dengan
uap air dan tidak sanggup lagi menahan beban air akan jatuh ke
daratan menjadi titik-titik hujan. Titik-titik hujan bervariasi ukurannya
dari 0,5 milimeter atau lebih besar. Sedangkan gerimis berukuran
kurang dari 0,5 milimeter. Ukuran ini biasanya bervariasi berdasarkan
lokasi awan yang menurunkan hujan. Gerimis diturunkan oleh awan
dangkal, sedangkan hujan deras diturunkan oleh awan dengan tinggi
menengah atau sangat tinggi. Karena posisi hujan yang sangat tinggi,
udara di tempat awan berada sangat dingin dan biasanya hujan akan
jatuh sebagai salju atau es. Semakin menurun mendekati daratan, es
tersebut akan mencair menjadi air hujan. Hal ini disebabkan karena
semakin mendekati daratan, suhu akan semakin menghangat dan
mencairkan titik-titik es.

Dalam pandangan islam telah dijelaskan bagaimana proses turunnya


hujan dalam al-qur’an di dalam surat Ar-Rum ayat 48 yang berbunyi
sebagai berikut :

َ ‫هّٰللَا ُ الَّ ِذيْ يُرْ ِس ُل ال ِّر ٰي َح فَتُثِ ْي ُر َس َحابًا فَيَ ْب ُسطُهٗ فِى ال َّس َم ۤا ِء َك ْيفَ يَ َش ۤا ُء َويَجْ َعلُهٗ ِك َسفًا فَتَ َرى ْال َو ْد‬
‫ق‬
َ‫اب بِ ٖه َم ْن يَّ َش ۤا ُء ِم ْن ِعبَا ِد ٖ ٓه اِ َذا هُ ْم يَ ْستَ ْب ِشرُوْ ۚن‬
َ ‫ص‬َ َ‫يَ ْخ ُر ُج ِم ْن ِخ ٰللِ ٖ ۚه فَا ِ َذٓا ا‬

Artinya : “Allah-lah yang mengirimkan angin, lalu angin itu


menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut
yang Dia kehendaki, dan menjadikannya bergumpal-gumpal, lalu
engkau lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila Dia
menurunkannya kepada hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki tiba-
tiba mereka bergembira”

Menurut Ibnu Katsir yang menafsirkan ayat ini beliau menjelaskan


bahwa Allah Swt. menjelaskan bagaimana Dia menciptakan awan yang
menurunkan air hujan. Untuk itu Dia berfirman:

Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan


awan. (Ar Ruum:48)
Adakalanya awan itu datangnya dari laut, sebagaimana yang
disebutkan oleh bukan hanya seorang ulama, atau dari tempat yang
dikehendaki oleh Allah Swt.

dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-


Nya. (Ar Ruum:48)

Yakni membentangkannya, menjadikannya bertambah banyak dan


berkembang, lalu menjadikannya dari sedikit menjadi banyak. Pada
mulanya Dia menjadikan awan yang kelihatan di mata bagaikan
perisai, lalu Dia bentangkan sehingga memenuhi cakrawala langit.
Adakalanya pula awan datang dari arah laut yang mengandung air
yang sangat banyak, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain
melalui firman-Nya:

‫ت فَا َ ْن َز ْلنَا‬
ٍ ِّ‫ت َس َحابًا ثِقَااًل ُس ْق ٰنهُ لِبَلَ ٍد َّمي‬ ْ َّ‫َوهُ َو الَّ ِذيْ يُرْ ِس ُل الرِّ ٰي َح بُ ْشر ًۢا بَ ْينَ يَ َديْ َرحْ َمتِ ٖ ۗه َح ٰتّٓى اِ َذٓا اَقَل‬
َ‫ك نُ ْخ ِر ُج ْال َموْ ٰتى لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُوْ ن‬ َ ِ‫ت َك ٰذل‬ِ ۗ ‫بِ ِه ْال َم ۤا َء فَا َ ْخ َرجْ نَا بِ ٖه ِم ْن ُك ِّل الثَّ َم ٰر‬

Artinya : “Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa kabar


gembira, mendahului kedatangan rahmat-Nya (hujan), sehingga
apabila angin itu membawa awan mendung, Kami halau ke suatu
daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu. Kemudian
Kami tumbuhkan dengan hujan itu berbagai macam buah-buahan.
Seperti itulah Kami membangkitkan orang yang telah mati, mudah-
mudahan kamu mengambil pelajaran.” (Qur’an Surat Al-A’raf ayat
57).

Menurut tafsir Quraish Shihab beliau menjelaskan bahwa Allah Swt.


yang mengirimkan angin. Lalu angin itu bergerak dengan kuat dan
mendorong awan. Kemudian Allah membentangkan tempat dan
banyaknya awan itu di langit sebagaimana yang Dia kehendaki. Dia
juga menjadikannya bergumpal-gumpal sehingga kamu dapat melihat
hujan keluar dari celah-celahnya. Apabila Allah menurunkan hujan
kepada hamba-hamba yang dikehendaki-Nya, mereka pun segera
bergembira ria. Sebagaimana yang disebutkan pada firman-Nya :

‫ق يَ ْخ ُر ُج ِم ْن ِخ ٰللِ ٖ ۚه َويُن َِّز ُل‬ َ ‫اَلَ ْم تَ َر اَ َّن هّٰللا َ ي ُْز ِج ْي َس َحابًا ثُ َّم يَُؤ لِّفُ بَ ْينَهٗ ثُ َّم يَجْ َعلُهٗ ُر َكا ًما فَتَ َرى ْال َو ْد‬
‫صيْبُ بِ ٖه َم ْن يَّ َش ۤا ُء َويَصْ ِرفُهٗ ع َْن َّم ْن يَّ َش ۤا ۗ ُء يَ َكا ُد َسنَا بَرْ قِ ٖه‬ ِ ُ‫ِمنَ ال َّس َم ۤا ِء ِم ْن ِجبَا ٍل فِ ْيهَا ِم ۢ ْن بَ َر ٍد فَي‬
‫ار‬
ِ ‫ص‬ َ ‫ۗ يَ ْذهَبُ بِااْل َ ْب‬

Artinya : “Tidakkah engkau melihat bahwa Allah menjadikan awan


bergerak perlahan, kemudian mengumpulkannya, lalu Dia
menjadikannya bertumpuk-tumpuk, lalu engkau lihat hujan keluar dari
celah-celahnya dan Dia (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari
langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung,
maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran es) itu kepada siapa yang Dia
kehendaki dan dihindarkan-Nya dari siapa yang Dia kehendaki.
Kilauan kilatnya hampir-hampir menghilangkan penglihatan.”

1.3 Hikmah dan manfaat hujan bagi manusia


1. Hujan adalah berkah
Dalam Alquran terdapat ungkapan bahwa hujan adalah berkah. Hal ini
sebagaimana difirmankan dalam kitab suci, Alquran, yaitu ayat yang berbunyi:
ِ ‫ت َو َحبَّ ْال َح‬
‫صي ِد‬ ٍ ‫ار ًكا فََأ ْنبَ ْتنَا بِ ِه َجنَّا‬
َ َ‫َونَ َّز ْلنَا ِمنَ ال َّس َما ِء َما ًء ُمب‬
“Dan Kami turunkan dari langit air yang penuh keberkahan lalu Kami tumbuhkan
dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam.” (QS Qaaf ayat
9).
 
Dari ayat di atas, kita mengetahui bahwa Allah menurunkan hujan sebagai
rahmat-Nya sesuai dengan kebutuhan seluruh makhluk-Nya.
 
2. Rahmat Allah SWT yang selalu cukup bagi makhluk-Nya
Hujan turun sebagai bentuk dari keseimbangan alam yang Allah ciptakan. Dengan
turunnya hujan, air di bumi akan terpenuhi bagi seluruh makhluk-Nya. Dalam
surat Az Zukhruf ayat 11, Allah berfirman:
َ‫َر فََأ ْنشَرْ نَا بِ ِه بَ ْل َدةً َم ْيتًا ۚ َك ٰ َذلِكَ تُ ْخ َرجُون‬
ٍ ‫َوالَّ ِذي نَ َّز َل ِمنَ ال َّس َما ِء َما ًء بِقَد‬
“Dan yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu kami
hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan
(dari dalam kubur).”
 
3. Dunia diciptakan dengan penuh keseimbangan
Berkaitan dengan poin sebelumnya, dimana Allah Menurunkan hujan sesuai kadar
perhitungan-Nya, maka kita bisa mengambil hikmah bahwa dunia dan seisinya
diciptakan dengan seimbang. Tidak ada kelebihan atau kekurangan yang diberikan
Allah. Jika memang ketika hujan terjadi banjir atau bencana alam, bisa dipastikan
bahwa itu adalah hasil dari kerusakan yang dilakukan manusia itu sendiri.
 
4. Sebagai alat bersuci hamba-hamba Allah
َ‫ان َولِيَرْ بِط‬ ِ َ‫ب َع ْن ُك ْم ِرجْ َز ال َّش ْيط‬َ ‫اس َأ َمنَةً ِم ْنهُ َويُنَ ِّز ُل َعلَ ْي ُك ْم ِمنَ ال َّس َما ِء َما ًء لِيُطَهِّ َر ُك ْم بِ ِه َوي ُْذ ِه‬
َ ‫ِإ ْذ يُ َغ ِّشي ُك ُم النُّ َع‬
‫َعلَ ٰى قُلُوبِ ُك ْم َويُثَبِّتَ بِ ِه اَأْل ْقدَا َم‬
“(Ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu
penenteraman daripada-Nya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit
untuk mensucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu
gangguan-gangguan syaitan dan untuk menguatkan hatimu dan mesmperteguh
dengannya telapak kaki(mu).” (QS Al Anfal 11).
 
5. Sebagai pengingat bagi manusia
Dalam hadits dikatakan, bahwa Nabi Muhammad SAW begitu khawatir pada saat
muncul mendung, jangan-jangan akan datang adzab dan kemurkaan Allah SWT.
Hal ini sebagaimana riwayat yang dinukilkan Aisyah RA, dia berkata:

‫ َر َجا َء َأ ْن‬، ‫اس ِإ َذا َرَأ ُوا ْال َغ ْي َم فَ ِرحُوا‬


َ َّ‫ت يَا َرسُو َل هَّللا ِ ِإ َّن الن‬ ْ َ‫ قَال‬. ‫ُرفَ فِى َوجْ ِه ِه‬ ِ ‫َو َكانَ ِإ َذا َرَأى َغ ْي ًما َأوْ ِريحًا ع‬
ُ ‫َأ‬ ُ ُ
‫ فَقَا َل « يَا عَاِئ َشة َما يُْؤ ِمنِّى ْن يَكونَ فِي ِه‬. ‫ك ال َك َرا ِهيَة‬ ْ َ ‫ُرفَ فِى َوجْ ِه‬ ‫َأ‬ َ ‫ َوَأ َرا‬، ‫يَ ُكونَ فِي ِه ْال َمطَ ُر‬
ِ ‫ك ِإ َذا َر ْيتَهُ ع‬
‫َارضٌ ُم ْم ِط ُرنَا‬ِ ‫اب فَقَالُواهَ َذا ع‬ َ ‫ َوقَ ْد َرَأى قَوْ ٌم ْال َع َذ‬، ‫ِّيح‬ ِ ‫ب قَوْ ٌم بِالر‬َ ‫َع َذابٌ ُع ِّذ‬
“Jika Rasulullah SAW melihat mendung atau angin, maka raut wajahnya
pun berbeda.” ‘Aisyah berkata, “Wahai Rasululah, jika orang-orang
melihat mendung, mereka akan begitu girang. Mereka mengharap-harap
agar hujan segera turun. Namun berbeda halnya dengan engkau. Jika
melihat mendung, terlihat wajahmu menunjukkan tanda tidak suka.”
Beliau pun bersabda, “Wahai ‘Aisyah, apa yang bisa membuatku merasa
aman? Siapa tahu ini adalah azab. Dan pernah suatu kaum diberi azab
dengan datangnya angin (setelah itu). Kaum tersebut (yaitu kaum ‘Aad)
ketika melihat azab, mereka mengatakan, “Ini adalah awan yang akan
menurunkan hujan kepada kita.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari hadits tersebut, kita bisa mengambil hikmah bahwa hujan bisa bermakna
bahwa kita harus selalu takut dan memohon perlindungan Allah dari murka-
Nya. (Nina Nurjanah/ Nashih).
BAB 3 KESIMPULAN

Proses terjadinya hujan telah dituliskan secara rinci dalam Al-Qur’an dalam
ajaran Islam, hujan disebut sebagai berkah yang diturunkan oleh Allah. Namun,
hujan juga bisa berubah menjadi bencana jika turun dengan intensitas tinggi dalam
waktu cepat yang mengakibatkan banjir atau longsor. Ketakutan akan hal tersebut
membuat ada sebagian orang yang mengeluh ketika musim hujan mulai datang.
Dalam Islam, itu adalah sesuatu yang dilarang. Islam mengajarkan bahwa air
hujan adalah rahmat dan rezeki yang diberikan Allah kepada hamba-Nya.
Dengan hujan, kondisi bumi yang semula tandus dan gersang menjadi subur.
Dengan hujan pula, kebutuhan makhluk hidup akan air dapat terpenuhi. Oleh
karena itu, sudah sepantasnya manusia bersyukur jika hujan turun. Karena hujan
merupakan rahmat bagi manusia
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur'an, L. P. (2010). Air dalam perspektif Al-Qur'an dan Sains. In L. P. Al-


Qur'an, Tafsir 'Ilmi (hal. 19). Jakarta: Badan Litbang & Diklat.

Anda mungkin juga menyukai