Artinya : Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi sesudah (Allah)
memperbaikinya dan berdoalah kepadanya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan
(akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat
baik. Dan dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan
rahma Nya (hujan) hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, kami halau ke suatu
daerah yang tandus, lalu kami turunkan hujan di daerah itu. Maka kami keluarkan dengan sebab
hujan itu berbagai macam buah-buahan. Seperti itulah kami membangkitkan orang-orang yang
telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran. Dan tanah yang baik, tanam-
tanamannya tumbuh dengan seizin Allah, dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya
hanya tumbuh merana. Demikianlah kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami)bagi orang-
orang yang bersyukur. (QS Al Araf : 56-58)
2.Isi Kandungan
Bumi sebagai tempat tinggal dan tempat hidup manusia dan makhluk Allah lainnya sudah
dijadikan Allah dengan penuh rahmat Nya. Gunung-gunung, lembah-lembah, sungai-sungai,
lautan, daratan dan lain-lain semua itu diciptakan Allah untuk diolah dan dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya oleh manusia, bukan sebaliknya dirusak dan dibinasakan
Hanya saja ada sebagian kaum yang berbuat kerusakan di muka bumi. Mereka tidak hanya
merusak sesuatu yang berupa materi atau benda saja, melainkan juga berupa sikap, perbuatan
tercela atau maksiat serta perbuatan jahiliyah lainnya. Akan tetapi, untuk menutupi keburukan
tersebut sering kali merka menganggap diri mereka sebagai kaum yang melakukan perbaikan di
muka bumi, padahal justru merekalah yang berbuat kerusakan di muka bumi
Allah SWT melarang umat manusia berbuat kerusakan dimuka bumi karena Dia telah
menjadikan manusia sebagai khalifahnya. Larangan berbuat kerusakan ini mencakup semua
bidang, termasuk dalam hal muamalah, seperti mengganggu penghidupan dan sumber-sumber
penghidupan orang lain (lihat QS Al Qasas : 4).
Allah menegasakan bahwa salah satu karunia besar yang dilimpahkan kepada hambanya ialah
Dia menggerakkan angin sebagai tanda kedatangan rahmat Nya. Angin yang membawa awan
tebal, di halau ke negeri yang kering dan telah rusak tanamannya karena tidak ada air, sumur
yang menjadi kering karena tidak ada hujan, dan kepada penduduk yang menderita lapar dan
haus. Lalu dia menurunkan hujan yang lebat di negeri itu sehingga negeri yang hampir mati
tersebut menajdi subur kembali dan penuh berisi air. Dengan demikian, dia telah menghidupkan
penduduk tersebut dengan penuh kecukupan dan hasil tanaman-tanaman yang berlimpah ruah.
Keajaiban Proses Pembentukan Hujan
Dalam sebuah ayat, informasi tentang proses pembentukan hujan dijelaskan :
Artinya : "Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara
(bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan
keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu)
dari (gumpalan- gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-
butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang
dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan." (QS An-
Nuur : 43)
Para ilmuwan yang mempelajari jenis-jenis awan mendapatkan temuan yang mengejutkan
berkenaan dengan proses pembentukan awan hujan. Terbentuknya awan hujan yang mengambil
bentuk tertentu, terjadi melalui sistem dan tahapan tertentu pula. Tahap-tahap pembentukan
kumulonimbus, sejenis awan hujan, adalah sebagai berikut :
TAHAP - 1, Pergerakan awan oleh angin : Awan-awan dibawa, dengan kata lain, ditiup oleh
angin.
TAHAP - 2, Pembentukan awan yang lebih besar : Kemudian awan-awan kecil (awan kumulus)
yang digerakkan angin, saling bergabung dan membentuk awan yang lebih besar.
TAHAP - 3, Pembentukan awan yang bertumpang tindih : Ketika awan-awan kecil saling
bertemu dan bergabung membentuk awan yang lebih besar, gerakan udara vertikal ke atas terjadi
di dalamnya meningkat. Gerakan udara vertikal ini lebih kuat di bagian tengah dibandingkan di
bagian tepinya. Gerakan udara ini menyebabkan gumpalan awan tumbuh membesar secara
vertikal, sehingga menyebabkan awan saling bertindih-tindih. Membesarnya awan secara
vertikal ini menyebabkan gumpalan besar awan tersebut mencapai wilayah-wilayah atmosfir
yang bersuhu lebih dingin, di mana butiran-butiran air dan es mulai terbentuk dan tumbuh
semakin membesar. Ketika butiran air dan es ini telah menjadi berat sehingga tak lagi mampu
ditopang oleh hembusan angin vertikal, mereka mulai lepas dari awan dan jatuh ke bawah
sebagai hujan air, hujan es, dsb. (Anthes, Richard A.; John J. Cahir; Alistair B. Fraser; and Hans
A. Panofsky, 1981, The Atmosphere, s. 269; Millers, Albert; and Jack C. Thompson, 1975,
Elements of Meteorology, s. 141-142)
Kita harus ingat bahwa para ahli meteorologi hanya baru-baru ini saja mengetahui proses
pembentukan awan hujan ini secara rinci, beserta bentuk dan fungsinya, dengan menggunakan
peralatan mutakhir seperti pesawat terbang, satelit, komputer, dsb. Sungguh jelas bahwa Allah
telah memberitahu kita suatu informasi yang tak mungkin dapat diketahui 1400 tahun yang lalu.
Informasi ini, yang tidak mungkin diketahui manusia di zamannya, menunjukkan kepada kita
bahwa Al-Quran merupaka kalam Allah. Sekarang, mari kita kaji informasi-informasi tentang
hujan yang termaktub di dalam Al-Quran.
Kadar Hujan
Di dalam ayat kesebelas Surat Az-Zukhruf, hujan dinyatakan sebagai air yang diturunkan dalam
ukuran tertentu. Sebagaimana ayat di bawah ini:
Dan yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu kami hidupkan
dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur). (QS.
Az-Zukhruf : 11)
Kadar yang disebutkan dalam ayat ini merupakan salah satu karakteristik hujan. Secara umum,
jumlah hujan yang turun ke bumi selalu sama. Diperkirakan sebanyak 16 ton air di bumi
menguap setiap detiknya. Jumlah ini sama dengan jumlah air yang turun ke bumi setiap detiknya.
Hal ini menunjukkan bahwa hujan secara terus-menerus bersirkulasi dalam sebuah siklus
seimbang menurut ukuran tertentu.
Pengukuran lain yang berkaitan dengan hujan adalah mengenai kecepatan turunya hujan.
Ketinggian minimum awan adalah sekitar 12.000 meter. Ketika turun dari ketinggian ini, sebuah
benda yang yang memiliki berat dan ukuran sebesar tetesan hujan akan terus melaju dan jatuh
menimpa tanah dengan kecepatan 558km/jam. Tentunya, objek apapun yang jatuh dengan
kecepatan tersebut akan mengakibatkan kerusakan. Dan apabila hujan turun dengan cara
demikian, maka seluruh lahan tanaman akan hancur, pemukiman, perumahan, kendaraan akan
mengalami kerusakan, dan orang-orang pun tidak dapat pergi keluar tanpa mengenakan alat
perlindungan ekstra. Terlebih lagi, perhitungan ini dibuat untuk ketinggian 12.000 meter,
faktanya terdapat awan yang memiliki ketinggian hanya sekitar 10.000 meter. Sebuah tetesan
hujan yang jatuh pada ketinggian ini tentu saja akan jatuh pada kecepatan yang mampu merusak
apa saja.
Namun tidak demikian terjadinya, dari ketinggian berapapun hujan itu turun, kecepatan rata-
ratanya hanya sekitar 8-10 km/jam ketika mencapai tanah. Hal ini disebabkan karena bentuk
tetesan hujan yang sangat istimewa. Keistimewaan bentuk tetesan hujan ini meningkatkan efek
gesekan atmosfer dan mempertahankan kelajuan tetesan-tetesan hujan krtika mencapai batas
kecepatan tertentu. (Saat ini, parasut dirancang dengan menggunakan teknik ini).
Tak sebatas itu saja pengukuran tentang hujan. Contoh lain misalnya, pada lapisan atmosferis
tempat terjadinya hujan, temperatur bisa saja turun hingga 400oC di bawah nol. Meskipun
demikian, tetesan-tetesan hujan tidak berubah menjadi partikel es. (Hal ini tentunya merupakan
ancaman mematikan bagi semua makhluk hidup di muka bumi.) Alasan tidak membekunya
tetesan-tetesan hujan tersebut adalah karena air yang terkandung dalam atmosfer merupakan air
murni. Sebagaimana kita ketahui, bahwa air murni hampir tidak membeku pada temperatur yang
sangat rendah sekalipun.
Pembentukan Hujan
Bagaimana hujan terbentuk tetap menjadi misteri bagi manusia dalam kurun waktu yang lama.
Hanya setelah ditemukannya radar cuaca, barulah dapat dipahami tahapan-tahapan pembentukan
hujan. Pembentukan hujan terjadi dalam tiga tahap. Pertama, bahan mentah hujan naik ke
udara. Kemudian terkumpul menjadi awan. Akhirnya, tetesan-tetesan hujan pun muncul.
Tahapan-tahapan ini secara terperinci telah tertulis dalam Al-Quran berabad-abad tahun lalu
sebelum informasi mengenai pembentukan hujan disampaikan:
Allah, dialah yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah
membentangkannya di langit menurut yang di kehendakinya, dan menjadikannya bergumpal-
gumpal: lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai
hamba-hambanya yang di kehendakinya, tiba-tiba mereka menjadi gembira. (QS. Ar-Rum : 48)
Sekarang, mari kita lihat pada tiga tahapan yang disebutkan dalam Al-Quran:
Tahap Kedua : ..lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit
menurut yang di kehendakinya, dan menjadi bergumpal-gumpal..
Awan terbentuk dari uap air yang mengembun di sekitar kristal-kristal garam atau partikel-
partikel debu di udara. Karena tetesan-tetesan air di sini sangat kecil (dengan diameter antara
0,01-0,02 mm), awan mengapung di udara dan menyebar di angkasa. Sehingga langit tertutup
oleh awan.
Tahap Ketiga : .lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu
turun.
Partikel-partikel air yang mengelilingi kristal-kristal garam dan partikel-partikel debu mengental
dan membentuk tetesan-tetesan hujan. Sehingga, tetesan-tetesan tersebut, yang menjadi lebih
berat dari udara, meninggalkan awan dan mulai jatuh ke tanah sebagai hujan.
Setiap tahap dalam pembentukan hujan disampaikan dalam Al-Quran. Terlebih lagi, tahapan-
tahapan tersebut dijelaskan dalam runtutan yang benar. Seperti halnya fenomena alam lain di
dunia, lagi-lagi Al-Quran lah yang memberikan informasi yang paling tepat tentang fenomena
ini, selain itu, Al-Quran telah memberitahukan fakta-fakta ini kepada manusia berabad-abad
sebelum sains sanggup mengungkapnya.