Anda di halaman 1dari 23

Detoksifikasi Tubuh Dengan Fungsi Hati Ginjal Kulit Dan

Usus
Sistem Alamiah Detoksifikasi Tubuh Anugrah Sang Pencipta

Tubuh kita sesungguhnya memiliki mekanisme detoksifikasi sendiri. Sistem detoksifikasi yang
utama adalah mengacu kepada fungsi hati, ginjal, kulit dan usus:

Kulit mengeluarkan keringat


Usus mengeluarkan feces dan cairan lambung
Ginjal mengeluarkan urin
Hati mengeluarkan proses enzimatik agar toksin bisa lebih larut dan efek toksinnya
berkurang / hilang.

Untuk melakukan pengecekan terhadap adanya toksin tubuh, diperlukan pemeriksaan fisik oleh
dokter. Dokter juga akan melihat sejarah penyakit seperti obesitas, diabetes, batu ginjal,
psoriasis, penggunaan hormone, keterpaparan terhadap zat kimia dan logam, penggunaan anti
biotic, hepatitis virus dan penggunaan alkohol. Jika perlu sampel urin, feces, darah, atau bahkan
rambut bisa jadi diperlukan untuk analisis laboratorium.

Detoksifikasi Oleh Hati

Kondisi hati yang normal memiliki fungsi yang penting untuk melindungi tubuh dari bahaya
kanker, karena hampir 90% penyakit kanker disebabkan oleh karsinogen lingkungan, seperti air,
makanan, udara, dan kekurangan gizi. Namun fungsi hati manusia ini juga dapat dipengaruhi
oleh faktor-faktor seperti usia, kurangnya aktifitas, kurangnya gizi. Fungsi hati sebenarnya dapat
ditingkatkan secara nyata dengan makan makanan yang bergizi, dan minum obat tradisional atau
obat herbal, yang berfungsi meningkatkan fungsi hati. Dengan fungsi hati yang normal, sekitar
99% toksin dan toksin bakteri dapat disingkirkan .

Sekali toksin telah diubah menjadi bentuk menjadi yang tidak toksik, maka toksik tersebut harus
segera dibuang. Empedu menyediakan cairan empedu untuk mengangkut zat-zat toksik dan
kolesterol. Diusus, cairan ini akan diserap oleh serat, dan dibawa dan dibawa bersama serat
untuk dibuang melalui feses. makanan rendah serat mengakibatkan sedikitnya toksin yang
dibuang, dan akibatnya banyak toksin yang tertinggal didalam tubuh. Lebih buruk lagi, bakteri
diusus akan mengubah toksin-toksin tersebut menjadi bentuk yang lebih berbahaya.

Proses enzimatik hati bekerja menetralisir senyawa-senyawa kimia yang tidak diinginkan seperti:
obat, pestisida, dan toksin dari perut. Proses ini menghasilkan radikal-radikal bebas yang bisa
merusak hati, kecuali tubuh memiliki cukup antioksidan, Vitamin, dan mineral. Karena itu
banyak makan buah-buahan segar, sayur-sayuran, whole grain , polong-polongan, biji-bijian dan
kacang-kacangan merupakan cara ideal untuk memberikan gizi yang diperlukan tubuh. Jika
tubuh kita terlalu banyak maka dapat menyebabkan gangguan fungsi hati dikarenakan hati
bekerja melebihi beban yang seharusnya.
Ketika seseorang mengalami kerusakan pada proses enzimatik hati, orang tersebut akan mudah
menjadi lelah, dan cenderung lebih mudah mengalami gangguan pencernaan dan alergi. Semua
ini bisa dihindari apabila orang tersebut memiliki gaya hidup sehat dan selalu makan makanan
yang sehat dan bergizi, menghindari lemak, gula yang dimurnikan (refined sugar) adalah salah
satu cara bijak menghindari kerusakan hati.

Mengkonsumsi multivitamin sangatlah penting bersama-sama dengan vitamin C, E, dan


Betakaroten. Kelompok vitamin B bersifat esensial, dan obat herbal seperti silymarin, telah
terbukti efektif menjaga kesehatan hati.

Sebenarnya kita bisa membantu tubuh melakukan detoksifikasi sendiri, namun detoksifikasi ini
memerlukan rencana yang matang dan idealnya harus dilakukan pada waktu-waktu tertentu
/berkala, rutin dan dibawah pengawasan medis/dokter. Mengadopsi gaya hidup sehat dan
melakukan aktifitas fisik yang rutin juga membantu pencernaan dan proses detoksifikasi.

1. DIET

Idealnya adalah tipe diet rendah lemak, tinggi karbohidrat kompleks. Cobalah hindari gula,
alcohol, obat-obat terlarang, lemak, dan zat-zat lain yang sifatnya merusak. Fokuslah pada
makanan-makanan buah untuk diet yang bergizi yang banyak mengandung air dan serat larut
seperti apel, pear, dan juga kacang-kacangan, brokoli, dan kubis. Makanan yang kaya akan
kandungan selnya juga sangat berguna, contohnya bawang Bombay. Secara umum, makanan
segar, sayuran, whole grains, polong-polongan, biji-bijian dan kacang-kacangan adalah pilihan
terbaik untuk diet yang sehat.

1. Pembersihan dan detoksifikasi

Jamu-jamuan dapat digunakan untuk membersihkan parasit dan bakteri pada usus dan juga
organisme-organisme lain.

2. Puasa

Cara yang cepat untuk membuang zat-zat beracun dan meningkatkan proses pemuliahan hati
adalah dengan berpuasa. Jumlah hari dan jenis puasanya bervariasi, boleh berpuasa tiga hari
hanya dengan jus dan buah, tapi pastikan anda mendapatkan nasehat dari yang lebih
professional. Selama berpuasa hindari kafein dan minuman bersoda. Istirahat juga penting,
setelah berpuasa, perlahan lahan biasakan kembali tubuh anda dengan makanan padat.

3. Suplemen

Selain menggunakan suplemen untuk kebutuhan nutrisi secara umum, gunakan pula suplemen
herbal untuk menunjang fungsi hati.

Yang lebih penting dari poin-poin diatas adalah program detoksifikasi jangka panjang yang
terukur melalui perubahan gaya hidup, dan minun suplemen untuk membantu membersihkan
saluran pencernaan dan menunjang fungsi hati. Puasa rutin yang dilakukan secara periodic
adalah cara yang baik untuk membantu menghindari akumulasi zat-zat toksik dalam tubuh. Jika
anda mencoba mengikuti program detoksifikasi yang diberikan oleh lembaga profesioanal,
sebaiknya anda perlu mengetahui bahwa tiap lembaga memang memiliki cara masing-masing
namun semuanya berdasar pada prinsip-prinsip diatas.

Mengenal Proses Detoksifikasi

Posted by Ilawati Pristiani on Mar 7th, 2013

Di dalam tubuh terdapat toksin atau racun. Toksin


tersebut adalah ampas dari makanan yang kita makan, makanan-makanan yang tidak tercerna, zat
aditif, udara tercemar, bahan kimia seperti pestisida, bahan residu dari obat-obatan, dan lain-lain.
Toksin juga diproduksi secara alamiah oleh tubuh, ini merupakan proses metabolisme sehingga
tidak dapat kita hindari. Semua ampas atau zat yang tidak diperlukan tubuh akan diperlakukan
sebagai toksin atau penyakit. Toksin juga bisa diakibatkan dari makanan yang tidak dapat
dicerna. Makanan yang tidak dapat dicerna ini akan berubah menjadi ampas dan akan
mengendap disepanjang dinding usus halus sehingga menyebabkan terjadinya sembelit dan
penyumbatan usus besar. Tentu saja ini sangat berbahaya sekali. Lama kelamaan kotoran akan
membusuk dan menghasilkan gas beracun yang lebih mudah diserap melalui pori-pori halus pada
dinding usus, mengalir dalam darah, masuk ke sel-sel tubuh hingga akhirnya menimbulkan
berbagai macam penyakit berbahaya. Banyak penyakit yang bisa di hubungkan dengan adanya
timbunan racun dalam usus ini. Karena sebagaimana kita ketahui, semua jaringan dalam tubuh
mendapatkan sari-sari makanan dari darah, dimana darah mendapatkannya dari usus. Setiap zat
yang masuk kedalam tubuh akan terserap kedalam darah melalui dinding usus. Artinya toksin
yang berada dalam usus juga akan di bawa oleh darah keseluruh tubuh. Dan toksin inilah yang
menimbulkan berbagai macam penyakit. Sebenarnya, dalam kondisi yang normal, toksin tadi
akan dikeluarkan secara teratur dari tubuh setiap hari melalui sistem pembuangan tubuh. Sistem
pembuangan itu termasuk buang air besar, buang air kecil, dan keringat. Namun, sistem
pembuangan ini tidak menjamin bahwa proses pembuangan kita normal. Jika salah satu saja
bermasalah berarti pengeluaran ampas dari tubuh anda belum optimal. Bahkan jika buang air
besar normal sekalipun itu juga tidak menjamin kalau seluruh toksin terbuang sempurna. Akan
ada sisa-sisa toksin dalam tubuh yang tidak dapat terbuang. Ada berbagai macam penyakit yang
akan muncul dengan adanya toksin tersebut. Toksin ini akan merusak organ vital (organ penting)
dalam tubuh. Dalam sejumlah hasil penelitian disebutkan kondisi toksin berlebihan erat
hubungannya dengan penuaan dini, menyebabkan terjadinya penyakit-penyakit seperti liver,
jantung, diabetes, penyakit kanker, dan menurunkan sistem imunitas atau kekebalan tubuh.
Selain itu, penyakit-penyakit seperti demam, flu, kelebihan berat badan, kolesterol tinggi,
gangguan kulit, penyakit infeksi yang tak sembuh-sembuh juga disebabkan oleh adanya
timbunan toksin dalam tubuh. Untuk itu perlu adanya proses yang namanya detoksifikasi atau
proses pengeluaran toksin atau racun yang ada dalam tubuh manusia. Detoksifikasi adalah suatu
tindakan mengeluarkan toksin dalam tubuh seseorang dengan cara mengkonsumsi makanan
tertentu sepenuhnya untuk mengeluarkan racun dalam tubuh. Karena adakalanya sistem ekskresi
manusia tidak bertindak secara sempurna, sehingga masih ada sisa-sisa metabolisme yang
tertinggal didalam tubuh dan menjadi toksin.

Cara detoksifikasi Dengan Buah dan Sayur


Biasanya orang melakukan detoksifikasi dengan terapi buah dan sayur. Selain sebagai
detoksifikasi terapi ini juga dapat menjaga metabolisme tubuh dengan baik. Selain itu berat
tubuh anda akan lebih terjaga, kulit akan lebih bersih dan mulus, meningkatkan sistem imun
tubuh, membuat tubuh menjadi lebih segar sehingga tidur menjadi lebih nyenyak dan berkualitas.
Cara ini sangat mudah dilakukan, meskipun akan memerlukan proses yang cukup panjang.
Semua orang juga bisa melakukan terapi ini kecuali wanita hamil dan menyusui atau penderita
penyakit kronis. Waktu yang diperlukan selama 3 hari sebagai terapi awal, Caranya dengan
hanya mengkonsumsi buah atau sayuran dan air putih selama 3 hari detoksifikasi. Tentu saja
anda akan merasa lemas dan sakit kepala, karena sebagian besar energi terpusat pada fungsi
pembuangan. Untuk mengatasi lemas berlebihan anda bisa lebih banyak istirahat dan tidak
melakukan kegiatan berat saat melakukan proses detoksifikasi ini. Proses ini bisa diteruskan
hingga tujuh hari.

Cara Detoksifikasi Dengan Obat Herbal Alami


Cara yang lebih mudah lagi adalah dengan menggunakan obat herbal alami. Karena cukup anda
meminum obat ini tanpa harus melakukan diet ketat dengan buah dan sayur. Anda bahkan masih
bisa mengkonsumsi makanan lainnya jika anda menggunakan obat herbal alami sebagai
detoksifikasi. Tanpa mengganggu kegiatan anda yang lain. Ini adalah solusi terbaik untuk anda
yang sibuk namun tetap ingin melakukan detoksifikasi. Adapun obat herbal alami yang saya
sarankan adalah obat herbal alami dari produk Halal Network HPAI yaitu Green Palapa, Info
selengkapnya bisa klik di sini. Obat Herbal Alami ini sudah terbukti berkualitas, halal, dan
sangat berkhasiat. Selain sebagai detoksifikasi juga bisa di gunakan untuk mencegah penyakit
kanker.

Kesimpulan
Detoksifikasi sangat penting, baik proses detoksikasi yang dilakukan secara alami oleh tubuh
maupun yang dilakukan secara sengaja. Pastikan proses detoksifikasi secara alami berjalan
lancar. Selain itu, lakukan juga proses detoksifikasi tambahan agar kita selalu sehat dan terhindar
dari berbagai penyakit karena adanya racun dalam tubuh. Demikian artikel saya tentang
bagaimana mengenal proses detoksifikasi ini, semoga bermanfaat!

BAB I
PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Pada zaman sekarang ini, sumber minyak sudah semakin menipis. Bahan bakar semakin sulit
ditemukan , karena itu telah banyak penemuan penemuan yang baik untuk menanggulangi
keadaan ini. Seperti ditemukannya bio diesel,biosolar, dan lain sebagainya.

Kita tentu perlu tahu bagaimana semua proses pembuatan terjadi, dimana semua biomasa itu
diciptakan dengan bahan bahan alami yang biasanya berupa ampas ampas tumbuhan dan lain
sebagainya. Biomassa sangatlah menguntungkan bagi kita semua, selain menjaga kelestarian
minyak bumi serta barang barang yang tak dapat diperbaharui lainnya, namun juga dengan kita
menggunakan energi dan produksi biomassa kita juga dapat turut andil dalam pelestarian
lingkungan.

Selain itu dalam makalah ini kami juga membahas tentang proses detoksikasi yang mana banyak
pada era globalisasi ini udara dan lingkungan sudah tercemar. Sehingga tubuh kita telah banyak
mengendap berbagai penyakit dari racun yang masuk kedalam tubuh kita. Detoksikasi
merupakan proses pengeluaran racun dari dalam tubuh, dimana kita kan membahas apa saja cara
cara penanganannya.

B.TUJUAN

Tujuan penulisan makalah ini yaitu :

Pengenalan tentang energi biomassa


Penggunaaan biomassa sebagai alternatif pelestarian lingkungan
Memahami proses detoksikasi dalam tubuh
Mengerti dan memahami langkah langkah dalam proses detoksikasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Apa Itu Detok?

Detoksifikasi (detoks) adalah proses pengeluaran racun atau zat-zat yang bersifat racun dari
dalam tubuh. Puasa merupakan salah satu metode efektif detoksifikasi. Pembersihan dan detoks
meningkatkan proses alamiah pengeluaran toksin dari dalam tubuh kita. Organ vital yang
menjadi target dalam program pembersihan racun yang efektif adalah susu besar (pengeluaran)
dan liver (detoksifikasi).

Hampir semua penyakit degeneratif dapat dihubungkan dengan kondisi keracunan dalam saluran
usus (intestinal toxemia). Mengapa? Karena setiap jaringan dalam tubuh mendapatkan makanan
dari darah, dan darah mendapatkannya dari usus. Setiap zat yang masuk ke dalam tubuh kita
akan terserap ke dalam darah melalui dinding-dinding usus. Artinya, toksin yang berada usus
juga akan ikut beredar bersama aliran darah sampai ke sel-sel di seluruh penjuru tubuh kita.
Toksin-toksin inilah yang menyumbangkan terjadinya berbagai kondisi penyakit kronis, akut,
dan degeneratif. Begitu juga menurunnya tingkat energi dan penuaan dini.

2.2 Mengapa Perlu Detoks?

Salah satu penyebab terbesar terjadinya tokxemia pada usus adalah kebiasaan mengkonsumsi
makanan yang dimasak secara berlebihan atau diproses, yaitu makanan-makanan yang tidak
memiliki enzim lagi. Juga kebiasaan lebih banyak makan makanan pembentuk asam, yaitu
protein (hewani), pati, lemak. Terlalu banyak menyantap makanan sumber protein (hewani), pati,
dan lemak mengakibatkan tubuh mengalami asidosis, yakni kondisi keasaman darah dan jaringan
tubuh berlebihan.

Asidosis dapat menimbulkan peradangan pada berbagai jaringan dalam tubuh, menyebabkan
butir-butir darah melekat satu sama lain, atau terbentuknya jejaring serabut-serabut halus (fibrin)
dalam darah. Jejaring serabut-serabut ini yang memberi kesan seolah-olah darah menjadi pekat.
Serabut-serabut ini mengakibatkan peredaran sel-sel darah terganggu, sehingga pasokan zat
makan dan oksigen ke sel-sel jaringan tubuh lainnya terhambat.

Tubuh kita dikaruniai enzim-enzim yang diperlukan oleh berbagai fungsi metabolisme dalam
tubuh dalam jumlah terbatas, termasuk proses pencernaan. Tubuh tidak akan menggunakan
enzim-enzim ini apabila makanan yang kita makan masih memiliki enzim. Terus-menerus
menggunakan enzim tubuh akan menghabiskan energi dan menyebabkan peradangan pada
pankreas. Pankreas adalah organ vital yang memproduksi enzim-enzim pencernaan pada usus
kecil. Gangguan pada pankreas menyebabkan pencernaan tidak lancar dan tubuh semakin banyak
memproduksi ampas.

Usus besar tidak memiliki kemampuan untuk mencerna makanan. Tubuh akan memadatkan
makanan yang tidak tercerna ke sepanjang dinding usus halus. Secara alami proses ini akan
mengundang pengeluaran lendir dari sistem kekebalan tubuh yang ada pada dinding-dinding
usus. Kondisi ini akan mengakibatkan sembelit (sulit buang air besar) dan penyumbatan pada
saluran usus besar. Setelah beberapa waktu, kotoran ini akan membusuk dan menghasilkan gas
beracun. Gas lebih mudah terserap melalui pori-pori halus pada dinding usus, mengalir dalam
darah dan masuk ke sel-sel tubuh dan sewaktu-waktu siap menimbulkan penyakit.

Pembersihan besar-besaran alias detoksifikasi yang dilakukan secara berkala, perlu bagi tubuh
kita. Selain untuk mengurangi ampas-ampas beracun dari dalam tubuh, tidak ada organisme
pembawa penyakit atau virus yang tahan dalam tubuh yang bersih. Terapi detoks paling tuadan
sudah ratusan tahun dilakukan oleh manusia adalah puasa. Dengan pola makan yang lebih
sederhana dan alami saja, manusia dahulu sudah mengerti bahwa sekali waktu tubuh perlu
detoks. Detoks seharusnya menjadi lebih penting bagi manusia modern dengan pola makan yang
cenderung menimbulkan ampas lebih banyak dan penyumbatan-penyumbatan pada sistem tubuh

Toksin mengakibatkan proses penuaan dan kerusakan lebih cepat pada seluruh sel tubuh. Waktu
tidak ada hubungannya dengan penuaan. Penuaan atau proses degenerasi semata-mata adalah
karena toksin dan dehidrasi yang kita tabung selama bertahun-tahun.

Manfaat detoks bagi tubuh dan kesehatan:


Meremajakan sel-sel sehingga kulit pun menjadi bersih, sehat, kencang, dan lembut.
Menurunkan kelebihan berat badan.
Meningkatkan energi.
Peningkatan indera penciuman, perasa, dan pendengaran.
Pengeruta tumor (jika ada).
Peradangan pada kelenjar getah bening hilang.
Melancarkan peredaran darah dan getah bening.
Memperbaiki daya ingat.
Menghilangkan gejala-gejala penyakit seperti alergi, sakit kepala, kembung, dsb.
Memperbaiki kadar gula darah dan tekanan darah.
Memperbaiki fungsi liver dan ginjal.
Meningkatkan daya tahan tubuh.

2.3 Bagaimana Melakukan Detoks?

Ada beberapa metode detoks yang sering dilakukan saat ini. Mulai dari yang alami seperti puasa
hingga yang menggunakan suplemen herba atau obat-obatan tertentu. Program detoks yang baik
harus dapat:
menormalkan pH (kadar keasaman) pencernaan
meringan beban fungsi enzim di pankreas
melancarkan kerja empedu dan mencairkan cairan empedu
mengurangi lemak dan penyumbatan pada liver
membangun flora usus
melancarkan pembuangan lendir dan ampas dari dinding usus agar penyerapan zat makanan
menjadi lebih baik
membuang kotoran yang menyumbat saluran usus (catatan: penyumbatan pada usus dapat
mengakibatkan kanker usus)
merangsang peristaltik usus agar pembuangan lebih lancar
membersihkan darah
membersihkan saluran kencing dan memperbaiki keseimbangan cairan tubuh
melancarkan peredaran getah bening
membuka pori-pri kulit
mengeluarkan lendir dari paru-paru serta melancarkan pernapasan

Biasanya perlu waktu 6 12 bulan untuk mencapai semua itu, dan juga sangat bergantung pada
kondisi keracunan dan kedisiplinan setiap individu.
Metode detoks yang paling mudah dan aman adalah juice fasting, yaitu puasa menghindari
makanan padat dan pembentuk asam, dan hanya mengkonsumsi jus buah segar sepanjang hari
dalam porsi tertentu. Puasa ini aman bagi semua orang. Mereka yang menderita kanker stadium
lanjut, diabetes, atau gagal ginjal harus di bawah pengawasan ahli.

Istirahat dan relaksasi sangat penting dalam program detoks. Jika masih sibuk dengan pekerjaan
dan aktivitas lainnya, sebaiknya tidak melakukan detoks. Laju metabolisme tubuh selama detoks
akan menurun, begitu pula suhu tubuh, tekanan darah, nadi, dan saluran pernapasan. Ini
merupakan proses alamiah karena tubuh akan melakukan penghematan energi dan sebagian
besar energi akan lebih dikonsentrasikan untuk proses pembuangan racun.

Proses keluarnya racun juga menimbulkan reaksi tidak nyaman pada tubuh, yang secara medis
dikenal sebagai gejala kemunduran (withdrawal symptoms). Beberapa gejala mirip dengan gejala
sakit atau sakaw pada pemakai narkoba yang sedang menjalani program pembersihan.
Sebaliknya, dalam paham pengobatan alami, gejala ini disebut krisis penyembuhan (healing
crisis). Gejala ini biasanya muncul pada hari ke-3 sejak dimulainya program detoks. Gejala yang
terasa biasanya hanya muncul satu hari saja. Kecuali gejala seperti flu (pengeluaran lendir
melalui saluran pernapasan) biasanya berlangsung lebih lama.

Beberapa hari setelah itu kita mulai merasa tidak kelaparan lagi, walaupun adakalanya muncul
gangguan seperti memikirkan makanan-makanan tertentu padahal perut sedang tidak lapar.

Krisis Penyembuhan

Gejala demam atau flu


Diare atau sebaliknya, malah mengalami sembelit (sulit buang air besar). Jika terjadi sembelit,
bisa dibantu dengan enema atau kolonhidroterapi/cuci usus.
Nyeri otot atau sendi
Sakit kepala atau migrain (umumnya pada perokok dan peminum alkohol)
Mual-mual atau kembung
Lesu
Banyak mengeluarkan riak atau lendir
Gatal-gatal atau berjerawat (jika sebelumnya mempunyai masalah dengan kulit
Napas bau dan muncul lapisan tebal pada permukaan lidah (dapat dikerok dan dibersihkan
dengan sendok atau alat khusus pengerok lidah)
Mudah merasa kedinginan (karena suhu tubuh menurun)
Gangguan emosional (uring-uringan atau emosional)

2.4 Mekanisme Detoks


Ada 2 mekanisme yang digunakan liver untuk mengeluarkan racun. Bagian pertama pada detoks,
disebut fase 1, adalah mengubah toksin menjadi entuk yang larut lemak. Secara alamiah lemak
akan segera mengikat toksin yang masuk ke dalam tubuh. Karena itu, toksin harus dilepaskan
dulu dari jaringan lemak.

Bagian kedua, disebut fase 2, mengubah toksin menjadi bentuk yang larut air agar toksin dapat
dikeluarkan melalui saluran usus dan urine. Dengan mekanisme ini, tidak akan ada racun yang
tersangkut atau tertinggal pada jaringan, termasuk jaringan otak dan saraf pusat. Toksin akan
keluar perlahan melalui aliran darah. Pada saat inilah biasanya gejala-gejala yang terasa seperti
penyakit, yakni gejala krisis penyembuhan (healing crises) itu muncul.

Pada setiap fase yang harus dilalui, pelaksanaan detoks ini sebaiknya dibantu dengan makanan
dan herba tertentu untuk menguatkan sel-sel organ vital dan kelenjar yang berperan pada proses
detoks.

2.5 Energi Biomassa

Berbicara tentang sumber energi, biomassa merupakan salah satu alternatif. Biomassa
mengandung energi tersimpan dalam jumlah cukup banyak Kenyataannya, pada saat kita makan,
tubuh kita mampu mengubah energi yang tersimpan di dalam makanan menjadi energi atau
tenaga untuk tumbuh dan berkembang. Pada saat kita bergerak, bahkan ketika kita berpikir pun,
energi dalam makanan akan terbakar. Dari latar belakang itulah kini mulai digali banyak
kemungkinan pemanfaatan biomassa sebagai sumber bahan bakar nabati (biofuel). Dari bahan
bakar nabati dapat dikembangkan biokerosene (minyak tanah), biodiesel, bioetanol bahkan
biopower (untuk listrik).

Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar untuk menghasilkan biofuel mengingat begitu
besarnya sumber daya hayati yang ada baik di darat maupun di perairan. Menurut hasil riset
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Indonesia memiliki banyak jenis tanaman
yang berpotensi menjadi energi bahan bakar alternatif, antara lain :
- Kelapa sawit, kelapa, jarak pagar, sirsak, srikaya, kapuk : sebagai sumber bahan bakar alternatif
pengganti solar (minyak diesel)
- Tebu, jagung, sagu, jambu mete, singkong, ubi jalar, dan ubi-ubian yang lain : sebagai sumber
bahan bakar alternatif pengganti premium.
- Nyamplung, algae, azolla : kemungkinan besar dapat dijadikan sebagai sumber pengganti
kerosene, minyak bakar atau bensin penerbangan.

Beberapa diantara tumbuhan penghasil energi dengan potensi produksi minyak dalam liter per
hektar dan ekivalen energi yang dihasilkan adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Jenis Tumbuhan Penghasil Energi

Jenis Tumbuhan Produksi Ekivalen


Minyak (Liter Energi (kWh
per Ha) per Ha)
Elaeis guineensis (kelapa sawit) 3.600-4.000 33.900-37.700
Jatropha curcas (jarak pagar) 2.100-2.800 19.800-26.400
Aleurites fordii (biji kemiri) 1.800-2.700 17.000-25.500
Saccharum officinarum (tebu) 2.450 16.000
Ricinus communis (jarak kepyar) 1.200-2.000 11.300-18.900
Manihot esculenta (ubi kayu) 1.020 6.600
Sumber : Business Week edisi 15 Maret 2006

Biomassa adalah satu-satunya sumber energi terbarukan yang dapat diubah menjadi bahan bakar
cair - biofuel untuk keperluan transportasi (mobil, truk, bus, pesawat terbang dan kereta api).
Di antara jenis biofuel yang banyak dikenal adalah biogas, biodiesel dan bioethanol.

a. Biodiesel

Biodiesel merupakan bahan bakar dari minyak nabati yang memiliki sifat menyerupai minyak
diesel atau solar. Bahan bakar ini ramah lingkungan karena menghasilkan emisi gas buang yang
jauh lebih baik dibandingkan dengan diesel/solar, yaitu bebas sulfur, bilangan asap (smoke
number) yang rendah; memiliki cetane number yang lebih tinggi sehingga pembakaran lebih
sempurna (clear burning); memiliki sifat pelumasan terhadap piston mesin; dan dapat terurai
(biodegradabe) sehingga tidak menghasilkan racun (non toxic). Menurut hasil penelitian BBPT,
biodiesel bisa langsung digunakan 100% sebagai bahan bakar pada mesin diesel tanpa
memodifikasi mesin dieselnya atau dalam bentuk campuran dengan solar pada berbagai
konsentrasi mulai dari 5%. Keuanggulan biodiesel diantaranya :

1. Angka Cetane tinggi (>50), yakni angka yang menunjukan ukuran baik tidaknya kualitas
Solar berdasarkan sifaf kecepatan bakar dalm ruang bakar mesin. Semakin tinggi
bilangan Cetane, semakin cepat pembakaran semakin baik efisiensi termodinamisnya.
2. Titik kilat (flash point) tinggi, yakni temperatur terendah yang dapat menyebabkan uap
Biodiesel menyala, sehingga Biodiesel lebih aman dari bahaya kebakaran pada saat
disimpan maupun pada saat didistribusikan dari pada solar.
3. Tidak mengandung sulfur dan benzene yang mempunyai sifat karsinogen, serta dapat
diuraikan secara alami
4. Menambah pelumasan mesin yang lebih baik daripada solar sehingga akan
memperpanjang umur pemakaian mesin
5. Dapat dengan mudah dicampur dengan solar biasa dalam berbagai komposisi dan tidak
memerlukan modifikasi mesin apapun
6. Mengurangi asap hitam dari gas asap buang mesin diesel secara signifikan walaupun
penambahan hanya 5% - 10% volume biodiesel kedalam solar
biodiesel membutuhkan bahan baku minyak nabati yang dapat dihasilkan dari tanaman yang
mengandung asam lemak seperti kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO), jarak pagar (Crude
Jatropha Oil/CJO), kelapa (Crude Coconut Oil/CCO), sirsak, srikaya, kapuk, dll. Indonesia
sangat kaya akan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku biodiesel.
Kelapa sawit merupakan salah satu sumber bahan baku minyak nabati yang prospektif
dikembangkan sebagai bahan baku biodiesel di Indonesia, mengingat produksi CPO Indonesia
cukup besar dan meningkat tiap tahunnya. Tanaman jarak pagar juga prospektif sebagai bahan
baku biodiesel mengingat tanaman ini dapat tumbuh di lahan kritis dan karakteristik minyaknya
yang sesuai untuk biodiesel.

Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pertanian, total kebutuhan biodiesel
saat ini mencapai 4,12 juta kiloliter per tahun. Sementara kemampuan produksi biodiesel pada
tahun 2006 baru 110 ribu kiloliter per tahun. Pada tahun 2007 kemampuan produksi diperkirakan
mencapai 200 ribu kiloliter per tahun. Produsen-produsen lain merencanakan juga akan
beroperasi pada 2008 sehingga kapasitas produksi akan mencapai sekitar 400 ribu kiloliter per
tahun. Cetak biru (blueprint) Pengelolaan Energi Nasional mentargetkan produksi biodiesel
sebesar 0,72 juta kiloliter pada tahun 2010 untuk menggantikan 2% konsumsi solar yang
membutuhkan 200 ribu hektar kebun sawit dan 25 unit pengolahan berkapasitas 30 ribu ton per
tahun dengan nilai investasi sebesar Rp. 1,32 triliun; hingga menjadi sebesar 4,7 juta kiloliter
pada tahun 2025 untuk mengganti 5% konsumsi solar yang membutuhkan 1,34 juta hektar kebun
sawit dan 45 unit pengolahan berkapasitas 100 ribu ton per tahun dengan investasi mencapai Rp.
9 triliun.

b. Bioetanol
Bioetanol (C2H5OH) adalah cairan biokimia dari proses fermentasi gula dari sumber
karbohidrat menggunakan bantuan mikroorganisme. Bioetanol merupakan bahan bakar dari
minyak nabati yang memiliki sifat menyerupai minyak premium. Untuk pengganti premium,
terdapat alternatif gasohol yang merupakan campuran antara bensin dan bioetanol. Adapun
manfaat pemakaian gasohol di Indonesia yaitu : memperbesar basis sumber daya bahan bakar
cair, mengurangi impor BBM, menguatkan security of supply bahan bakar, meningkatkan
kesempatan kerja, berpotensi mengurangi ketimpangan pendapatan antar individu dan antar
daerah, meningkatkan kemampuan nasional dalam teknologi pertanian dan industri, mengurangi
kecenderungan pemanasan global dan pencemaran udara (bahan bakar ramah lingkungan) dan
berpotensi mendorong ekspor komoditi baru. Untuk pengembangan bioetanol diperlukan bahan
baku diantaranya :

Nira bergula (sukrosa): nira tebu, nira nipah, nira sorgum manis, nira kelapa, nira aren,
nira siwalan, sari-buah mete
Bahan berpati : tepung-tepung sorgum biji, jagung, cantel, sagu, singkong/ gaplek, ubi
jalar, ganyong, garut, suweg, umbi dahlia.
Bahan berselulosa (lignoselulosa):kayu, jerami, batang pisang, bagas, dll.

Adapun konversi biomasa sebagian tanaman tersebut menjadi bioethanol adalah seperti
pada tabel dibawah ini.
Tabel 2 Konversi biomasa menjadi bioethanol
Biomasa (kg) Kandungan Jumlah hasil Biomasa
gula (Kg) bioethanol :
(Liter) Bioethanol
Ubi kayu 1.000 250-300 166,6 6,5 : 1
Ubi jalar 1.000 150-200 125 8:1
Jagung 1.000 600-700 400 2,5 : 1
Sagu 1.000 120-160 90 12 : 1
Tetes 1.000 500 250 4:1
Sumber data : Balai Besar Teknologi Pati-BPPT,2006

Pemanfaatan Bioetanol :

Sebagai bahan bakar substitusi BBM pada motor berbahan bakar bensin; digunakan
dalam bentuk neat 100% (B100) atau diblending dengan premium (EXX)
Gasohol s/d E10 bisa digunakan langsung pada mobil bensin biasa (tanpa mengharuskan
mesin dimodifikasi).

Pengujian pada kendaraan roda empat di laboratorium BPPT menunjukkan bahwa tingkat emisi
karbon dan hidrokarbon Gasohol E-10 yang merupakan campuran bensin dan etanol 10% lebih
rendah dibandingkan dengan premium dan pertamax. Pengujian karakteristik unjuk kerja yaitu
daya dan torsi menunjukkan bahwa etanol 10% identik atau cenderung lebih baik daripada
pertamax. Etanol mengandung 35% oksigen sehingga meningkatkan efisiensi pembakaran.

c. Biogas

Biogas dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik dengan bantuan bakteri anaerob
pada lingkungan tanpa oksigen bebas. Energi gas bio didominasi gas metan (60% - 70%),
karbondioksida (40% - 30%) dan beberapa gas lain dalam jumlah lebih kecil. Gas metan
termasuk gas rumah kaca (greenhouse gas), bersama dengan gas karbon dioksida (CO2)
memberikan efek rumah kaca yang menyebabkan terjadinya fenomena pemanasan global.
Pengurangan gas metan secara lokal ini dapat berperan positif dalam upaya penyelesaian
permasalahan global.

Pada prinsipnya, pembuatan gas bio sangat sederhana, hanya dengan memasukkan substrat
(kotoran ternak) ke dalam digester yang anaerob. Dalam waktu tertentu gas bio akan terbentuk
yang selanjutnya dapat digunakan sebagai sumber energi, misalnya untuk kompor gas atau
listrik. Penggunaan biodigester dapat membantu pengembangan sistem pertanian dengan
mendaur ulang kotoran ternak untuk memproduksi gas bio dan diperoleh hasil samping (by-
product) berupa pupuk organik. Selain itu, dengan pemanfaatan biodigester dapat mengurangi
emisi gas metan (CH4) yang dihasilkan pada dekomposisi bahan organik yang diproduksi dari
sektor pertanian dan peternakan, karena kotoran sapi tidak dibiarkan terdekomposisi secara
terbuka melainkan difermentasi menjadi energi gas bio.

Potensi kotoran sapi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan gas bio sebenarnya cukup
besar, namun belum banyak dimanfaatkan. Bahkan selama ini telah menimbulkan masalah
pencemaran dan kesehatan lingkungan. Umumnya para peternak membuang kotoran sapi
tersebut ke sungai atau langsung menjualnya ke pengepul dengan harga sangat murah. Padahal
dari kotoran sapi saja dapat diperoleh produk-produk sampingan (by-product) yang cukup
banyak. Sebagai contoh pupuk organik cair yang diperoleh dari urine mengandung auksin cukup
tinggi sehingga baik untuk pupuk sumber zat tumbuh. Serum darah sapi dari tempat-tempat
pemotongan hewan dapat dimanfaatkan sebagai sumber nutrisi bagi tanaman, selain itu dari
limbah jeroan sapi dapat juga dihasilkan aktivator sebagai alternatif sumber dekomposer.(efek
rumah kaca), sehingga upaya ini dapat diusulkan sebagai bagian dari program untuk
menanggulanginya.

2.6 Tantangan Ke Depan : Biofuel Vs Ketahanan Pangan


Untuk pengembangan biofuel, banyak hal harus dipertimbangkan antara lain :
1. Dibandingkan dengan minyak bumi dan gas yang ketersediaannya terbatas dan pengelolaannya
dikuasai oleh pihak-pihak yang sangat terbatas, biomassa sebenarnya relatif melimpah di
Indonesia dan masyarakat dapat memanfaatkannya secara langsung. Permasalahan yang dihadapi
adalah keterbatasan teknologi, keterbatasan lahan dan keterbatasan pasar atau penggunanya.
Selain itu, belum adanya aturan hukum yang jelas dalam industri ini dan standar penggunaan
bahan-bahan untuk biodiesel dan bioetanol menyulitkan masyarakat dan produsen biodiesel dan
bioetanol untuk memperoleh pembiayaan dan menjalankan bisnisnya. Kurangnya jaringan
distribusi dan infrastruktur menyulitkan pemasaran biodiesel dan bioetanol di pasar domestik.
Sebagai konsekuensi, sebagian besar biodiesel dan bioetanol yang diproduksi di Indonesia
sekarang digunakan untuk pasar ekspor.
2. Dibutuhkan motor penggerak dan modal yang besar untuk membiayai budi daya bahan baku
baik dari segi pengadaan lahan, bibit, pupuk maupun obat-obatan. Perusahaan-perusahaan besar
yang bergerak dibidang pertanian dan perkebunan diharapkan dapat menjadi motor penggerak
bagi usaha budi daya ini karena besarnya biaya budidaya dan pengembangan.
3. Adanya hambatan sosial dalam pengembangan beberapa komoditas tanaman sumber energi,
misalnya tanaman jarak, harus segera ditangani untuk membangun rasa saling percaya antara
petani jarak dengan pengusaha sebagai pengolah biji jarak. Meskipun tanaman jarak sangat
potensial dikembangkan sebagai energi terbarukan dengan harga murah, dapat ditanam di lahan
kritis, dan dapat meningkatkan pendapatan petani, tapi belum semua pihak menyadari potensi
tersebut.
4. Terkait dengan isu ketahanan pangan (food security), yang harus dilakukan adalah :

a. Meningkatkan produktivitas lahan melalui program intensifikasi yang meliputi pemilihan


bibit, peningkatan kualitas kultur teknis hingga pengelolaan pasca panen. Melalui
aktivitas diharapkan produktivitas tanaman meningkat signifikan, sehingga tidak ada lagi
kekhawatiran akan kekurangan bahan pangan.
b. Meningkatkan produksi melalui ekstensifikasi atau perluasan lahan dengan
memanfaatkan lahan-lahan kritis / marjinal. Beberapa tanaman sumber energi, misalnya
jarak, cantel, jagung dan jambu mete, merupakan tanaman yang cukup tahan kering dan
mampu beradaptasi pada lingkungan yang kurang menguntungkan. Oleh karena itu untuk
penanaman diusahakan agar jangan sampai menggeser peruntukan tanaman pangan.
Berbagai lahan marjinal yang dapat dimanfaatkan antara lain : lahan pantai, tanah karst,
bantaran sungai, atau lahan berkemiringan curam.
c. Perlu segera dilakukan diversifikasi untuk menemukan jenis-jenis tumbuhan baru
penghasil energi. Beberapa tumbuhan yang sedang diteliti dan dikembangkan di
Indonesia antara lain : jambu mete, widuri, kerandang, kacang-kacangan, nyamplung,
algae dan masih banyak lagi.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Proses Detoksikasi


Detoksifikasi (detoks) adalah proses pengeluaran racun atau zat-zat yang bersifat racun
dari dalam tubuh. Hampir semua penyakit degeneratif dapat dihubungkan dengan kondisi
keracunan dalam saluran usus (intestinal toxemia). Mengapa? Karena setiap jaringan dalam
tubuh mendapatkan makanan dari darah, dan darah mendapatkannya dari usus. Salah satu
penyebab terbesar terjadinya tokxemia pada usus adalah kebiasaan mengkonsumsi makanan
yang dimasak secara berlebihan atau diproses, yaitu makanan-makanan yang tidak memiliki
enzim lagi. Asidosis dapat menimbulkan peradangan pada berbagai jaringan dalam tubuh,
menyebabkan butir-butir darah melekat satu sama lain, atau terbentuknya jejaring serabut-
serabut halus (fibrin) dalam darah. Tubuh kita dikaruniai enzim-enzim yang diperlukan oleh
berbagai fungsi metabolisme dalam tubuh dalam jumlah terbatas, termasuk proses pencernaan.
Tubuh kita dikaruniai enzim-enzim yang diperlukan oleh berbagai fungsi metabolisme dalam
tubuh dalam jumlah terbatas, termasuk proses pencernaan. Usus besar tidak memiliki
kemampuan untuk mencerna makanan. Tubuh akan memadatkan makanan yang tidak tercerna ke
sepanjang dinding usus halus. Secara alami proses ini akan mengundang pengeluaran lendir dari
sistem kekebalan tubuh yang ada pada dinding-dinding usus. Pembersihan besar-besaran alias
detoksifikasi yang dilakukan secara berkala, perlu bagi tubuh kita. Selain untuk mengurangi
ampas-ampas beracun dari dalam tubuh, tidak ada organisme pembawa penyakit atau virus yang
tahan dalam tubuh yang bersih. Terapi detoks paling tuadan sudah ratusan tahun dilakukan oleh
manusia adalah puasa. Toksin mengakibatkan proses penuaan dan kerusakan lebih cepat pada
seluruh sel tubuh. Waktu tidak ada hubungannya dengan penuaan. Penuaan atau proses
degenerasi semata-mata adalah karena toksin dan dehidrasi yang kita tabung selama bertahun-
tahun.

Manfaat detoks bagi tubuh dan kesehatan:


Meremajakan sel-sel sehingga kulit pun menjadi bersih, sehat, kencang, dan lembut.
Menurunkan kelebihan berat badan.
Meningkatkan energi.
Peningkatan indera penciuman, perasa, dan pendengaran.
Pengeruta tumor (jika ada).
Peradangan pada kelenjar getah bening hilang.
Melancarkan peredaran darah dan getah bening.
Memperbaiki daya ingat.
Menghilangkan gejala-gejala penyakit seperti alergi, sakit kepala, kembung, dsb.
Memperbaiki kadar gula darah dan tekanan darah.
Memperbaiki fungsi liver dan ginjal.

Metode detoks :
menormalkan pH (kadar keasaman) pencernaan
meringan beban fungsi enzim di pankreas
melancarkan kerja empedu dan mencairkan cairan empedu
mengurangi lemak dan penyumbatan pada liver
membangun flora usus
melancarkan pembuangan lendir dan ampas dari dinding usus agar penyerapan zat makanan
menjadi lebih baik
membuang kotoran yang menyumbat saluran usus (catatan: penyumbatan pada usus dapat
mengakibatkan kanker usus)
merangsang peristaltik usus agar pembuangan lebih lancar
membersihkan darah
membersihkan saluran kencing dan memperbaiki keseimbangan cairan tubuh
melancarkan peredaran getah bening
membuka pori-pri kulit
mengeluarkan lendir dari paru-paru serta melancarkan pernapasan

Biasanya perlu waktu 6 12 bulan untuk mencapai semua itu, dan juga sangat bergantung pada
kondisi keracunan dan kedisiplinan setiap individu. Metode detoks yang paling mudah dan aman
adalah juice fasting, yaitu puasa menghindari makanan padat dan pembentuk asam, dan hanya
mengkonsumsi jus buah segar sepanjang hari dalam porsi tertentu. Istirahat dan relaksasi sangat
penting dalam program detoks. Jika masih sibuk dengan pekerjaan dan aktivitas lainnya,
sebaiknya tidak melakukan detoks. keluarnya racun juga menimbulkan reaksi tidak nyaman pada
tubuh, yang secara medis dikenal sebagai gejala kemunduran (withdrawal symptoms).

Krisis Penyembuhan

Gejala demam atau flu


Diare atau sebaliknya, malah mengalami sembelit (sulit buang air besar). Jika terjadi sembelit,
bisa dibantu dengan enema atau kolonhidroterapi/cuci usus.
Nyeri otot atau sendi
Sakit kepala atau migrain (umumnya pada perokok dan peminum alkohol)
Mual-mual atau kembung
Lesu
Banyak mengeluarkan riak atau lendir
Gatal-gatal atau berjerawat (jika sebelumnya mempunyai masalah dengan kulit
Napas bau dan muncul lapisan tebal pada permukaan lidah (dapat dikerok dan dibersihkan
dengan sendok atau alat khusus pengerok lidah)
Mudah merasa kedinginan (karena suhu tubuh menurun)
Gangguan emosional (uring-uringan atau emosional)
Ada 2 mekanisme yang digunakan liver untuk mengeluarkan racun. fase 1, adalah mengubah
toksin menjadi entuk yang larut lemak. fase 2, mengubah toksin menjadi bentuk yang larut air
agar toksin dapat dikeluarkan melalui saluran usus dan urine. Pada setiap fase yang harus dilalui,
pelaksanaan detoks ini sebaiknya dibantu dengan makanan dan herba tertentu untuk menguatkan
sel-sel organ vital dan kelenjar yang berperan pada proses detoks.

3.2 Produksi Biomassa

Berbicara tentang sumber energi, biomassa merupakan salah satu alternatif. Biomassa
mengandung energi tersimpan dalam jumlah cukup banyak Kenyataannya, pada saat kita makan,
tubuh kita mampu mengubah energi yang tersimpan di dalam makanan menjadi energi atau
tenaga untuk tumbuh dan berkembang. Dari latar belakang itulah kini mulai digali banyak
kemungkinan pemanfaatan biomassa sebagai sumber bahan bakar nabati (biofuel). Dari bahan
bakar nabati dapat dikembangkan biokerosene (minyak tanah), biodiesel, bioetanol bahkan
biopower (untuk listrik).

Menurut hasil riset Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Indonesia memiliki
banyak jenis tanaman yang berpotensi menjadi energi bahan bakar alternatif, antara lain :
- Kelapa sawit, kelapa, jarak pagar, sirsak, srikaya, kapuk : sebagai sumber bahan bakar alternatif
pengganti solar (minyak diesel)
- Tebu, jagung, sagu, jambu mete, singkong, ubi jalar, dan ubi-ubian yang lain : sebagai sumber
bahan bakar alternatif pengganti premium.
- Nyamplung, algae, azolla : kemungkinan besar dapat dijadikan sebagai sumber pengganti
kerosene, minyak bakar atau bensin penerbangan.

Biomassa adalah satu-satunya sumber energi terbarukan yang dapat diubah menjadi bahan bakar
cair - biofuel untuk keperluan transportasi (mobil, truk, bus, pesawat terbang dan kereta api).
Di antara jenis biofuel yang banyak dikenal adalah biogas, biodiesel dan bioethanol.
Biodiesel merupakan bahan bakar dari minyak nabati yang memiliki sifat menyerupai minyak
diesel atau solar. biodiesel membutuhkan bahan baku minyak nabati yang dapat dihasilkan dari
tanaman yang mengandung asam lemak seperti kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO), jarak pagar
(Crude Jatropha Oil/CJO), kelapa (Crude Coconut Oil/CCO), sirsak, srikaya, kapuk, dll.
Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pertanian, total kebutuhan biodiesel
saat ini mencapai 4,12 juta kiloliter per tahun. Sementara kemampuan produksi biodiesel pada
tahun 2006 baru 110 ribu kiloliter per tahun

Bioetanol (C2H5OH) adalah cairan biokimia dari proses fermentasi gula dari sumber karbohidrat
menggunakan bantuan mikroorganisme. Bioetanol merupakan bahan bakar dari minyak nabati
yang memiliki sifat menyerupai minyak premium. Untuk pengembangan bioetanol diperlukan
bahan baku diantaranya :

Nira bergula (sukrosa): nira tebu, nira nipah, nira sorgum manis, nira kelapa, nira aren,
nira siwalan, sari-buah mete
Bahan berpati : tepung-tepung sorgum biji, jagung, cantel, sagu, singkong/ gaplek, ubi
jalar, ganyong, garut, suweg, umbi dahlia.
Bahan berselulosa (lignoselulosa):kayu, jerami, batang pisang, bagas, dll.

Pemanfaatan Bioetanol :

Sebagai bahan bakar substitusi BBM pada motor berbahan bakar bensin; digunakan
dalam bentuk neat 100% (B100) atau diblending dengan premium (EXX)
Gasohol s/d E10 bisa digunakan langsung pada mobil bensin biasa (tanpa mengharuskan mesin
dimodifikasi). Biogas dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik dengan bantuan
bakteri anaerob pada lingkungan tanpa oksigen bebas. Energi gas bio didominasi gas metan
(60% - 70%), karbondioksida (40% - 30%) dan beberapa gas lain dalam jumlah lebih kecil. Pada
prinsipnya, pembuatan gas bio sangat sederhana, hanya dengan memasukkan substrat (kotoran
ternak) ke dalam digester yang anaerob. Dalam waktu tertentu gas bio akan terbentuk yang
selanjutnya dapat digunakan sebagai sumber energi, misalnya untuk kompor gas atau listrik.
Potensi kotoran sapi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan gas bio sebenarnya cukup
besar, namun belum banyak dimanfaatkan.

Untuk pengembangan biofuel, banyak hal harus dipertimbangkan antara lain :

keterbatasan teknologi, keterbatasan lahan dan keterbatasan pasar atau penggunanya. belum
adanya aturan hukum yang jelas dalam industri ini dan standar penggunaan bahan-bahan untuk
biodiesel dan bioetanol menyulitkan masyarakat dan produsen biodiesel dan bioetanol untuk
memperoleh pembiayaan dan menjalankan bisnisnya. Dibutuhkan motor penggerak dan modal
yang besar untuk membiayai budi daya bahan baku baik dari segi pengadaan lahan, bibit, pupuk
maupun obat-obatan. hambatan sosial dalam pengembangan beberapa komoditas tanaman
sumber energi.
Terkait dengan isu ketahanan pangan (food security), yang harus dilakukan adalah :

Meningkatkan produktivitas lahan melalui program intensifikasi yang meliputi pemilihan bibit,
peningkatan kualitas kultur teknis hingga pengelolaan pasca panen. Meningkatkan produksi
melalui ekstensifikasi atau perluasan lahan dengan memanfaatkan lahan-lahan kritis / marjinal.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN

Toksin adalah segala bentuk zat yang memiliki efek destruktif bagi fungsi sel dan struktur sel
tubuh. Beberapa jenis toksin bersifat fatal, dan beberapa jenis lain bersifat lebih ringan.

Sumber-sumber toksin antara lain adalah :


1. Logam berat
Contohnya raksa (Mercury, Hg), timbal atau dalam bahasa Inggris lead (Plumbum, Pb), serta
aluminium (Al). Orang yang tinggal di perkotaan dan di daerah industri sangat rentan
tercemar logam-logam ini.
Tubuh kita sesungguhnya memiliki mekanisme detoksifikasi sendiri. Sistem detoksifikasi
tubuh yang utama adalah :

Kulit, melalui keringat

Usus, melalui feces dan cairan lambung

Ginjal, melalui urin

Hati, melalui proses enzimatik agar toksin bisa lebih larut dan efek toksiknya
berkurang/hilang

Manfaat detoks bagi tubuh dan kesehatan:


Meremajakan sel-sel sehingga kulit pun menjadi bersih, sehat, kencang, dan lembut.
Menurunkan kelebihan berat badan.
Meningkatkan energi.
Peningkatan indera penciuman, perasa, dan pendengaran.
Pengeruta tumor (jika ada).
Peradangan pada kelenjar getah bening hilang.
Melancarkan peredaran darah dan getah bening.
Memperbaiki daya ingat.
Menghilangkan gejala-gejala penyakit seperti alergi, sakit kepala, kembung, dsb.
Memperbaiki kadar gula darah dan tekanan darah.
Memperbaiki fungsi liver dan ginjal.

Sedangkan biomasa adalah energy alternative terbaru yang dapat menggantikan bahan bakar cair.
Biomassa adalah pillihan tepat di era sekarang ini dalam langkah menanggulangi masalah
habisnya cadangan minyak bumi di dunia.

Menurut hasil riset Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Indonesia memiliki
banyak jenis tanaman yang berpotensi menjadi energi bahan bakar alternatif, antara lain :
- Kelapa sawit, kelapa, jarak pagar, sirsak, srikaya, kapuk : sebagai sumber bahan bakar alternatif
pengganti solar (minyak diesel)
- Tebu, jagung, sagu, jambu mete, singkong, ubi jalar, dan ubi-ubian yang lain : sebagai sumber
bahan bakar alternatif pengganti premium.
- Nyamplung, algae, azolla : kemungkinan besar dapat dijadikan sebagai sumber pengganti kerosene,
minyak bakar atau bensin penerbangan.

Biomassa adalah satu-satunya sumber energi terbarukan yang dapat diubah menjadi bahan bakar
cair - biofuel untuk keperluan transportasi (mobil, truk, bus, pesawat terbang dan kereta api).
Di antara jenis biofuel yang banyak dikenal adalah biogas, biodiesel dan bioethanol.

4.2 SARAN
Beberapa saran yang dapat kami ambil dari makalah ini adalah :
1. Jagalah kelestarian lingkungan kita dari berbagai macam polusi
2. Mulailah melakukan proses detoksikasi agar toksin dalam tubuh keluar dan tubuh menjadi sehat
3. Mulailah kita mengembangkan energy energy alternative untuk menyelamatkan cadangan
minyak bumi yang telah kritis
4. Belajar bagaimana menciptakan ide ide baru sebagai gerakan menyelamatkan lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Amaru, Kh.; M. Abimayu; D. Yunita-Sari, dan I. Kamelia. 2004. Teknologi digestergas bio skala
rumah tangga. Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Penerapan Teknologi XVII, Fakultas
Pertanian, Universitas`Padjadjaran, Bandung.
Arsana, I.M.Y. 2005. Pemanfaatan biogas sebagai energi alternatif. Bali Post, 10 Juli 2005.
Astuti, A., 2002, Aktivitas Proses Dekomposisi Berbagai Bahan Organik Dengan Aktivator Alami dan
Buatan, Makalah Seminar Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
Yogyakarta.
Dahuri, D. 2003. Sampah organik, kotoran kerbau sumber energi alternatif. Media Indonesia. Senin,
02 Juni 2003.
Higa, T., 1992. Zymogenic and Synthetic Soil Crop, University of The Ryukyus, Okinawa, Japan, 133p
Nike-Triwahyuningsih; P.E. Tiara-Putri dan S. Khoiriyah. 2006a. Isolasi dan Karakterisasi Mikrobia
Pendegradasi dari Kotoran Gajah sebagai Sumber Inokulum untuk Pengolahan Sampah. Fakultas
Pertanian UMY (tidak dipublikasikan)
Nike-Triwahyuningsih; D. Nurhasyahna; D. Erika; Supriyadi. 2006b. Pengomposan Bahan Organik Jerami
Padi dengan Isolat Jamur dari Kotoran Gajah . Fakultas Pertanian UMY (tidak dipublikasikan.)
Setiawan,I.; Nike-Triwahyuningsih; dan SS. Dewi. 2005. Kajian Pengaruh Macam Aktivator Alami dan
Buatan Terhadap Kualitas dan Kecepatan Pengomposan Limbah Padat Kelapa Sawit. Skripsi
Fakultas Pertanian UMY.
Wididana, G.N. dan Wibisono, A.H., 1996, Pertanian Akrab Lingkungan Kyunsei dengan Teknologi EM4.
Seminar Nasional Penerapan Teknologi Pertanian Organik, Tasikmalaya, p.1-16

PENGERTIAN DETOKSIFIKASI

Detoksifikasi adalah proses menghilangkan racun (zat narkotika atau adiktif lain) dari tubuh
dengan cara menghentikan total pemakaian semua zat adiktif yang dipakai atau dengan
penurunan dosis obat pengganti. Detoksifikasi bisa dilakukan dengan berobat jalan atau dirawat
di rumah sakit. Biasanya proses detoksifikasi dilakukan terus menerus selama satu sampai tiga
minggu, hingga hasil tes urin menjadi negatif dari zat adiktif.
Detoksifikasi merupakan langkah awal proses terapi ketergantungan opioida dan merupakan
intervensi medik jangka singkat. Seperti telah disebutkan di atas, terapi detoksifikasi tidak dapat
berdiri sendiri dan harus diikuti oleh terapi rumatan. Bila terapi detoksifikasi diselenggarakan
secara tunggal, misalnya hanya berobat jalan saja, maka kemungkinan relaps lebih besar dari 90
%.

TUJUAN TERAPI DETOKSIFIKASI

Tujuan terapi detoksifikasi opioida adalah.

Untuk mengurangi, meringankan, atau meredakan keparahan gejala-gejala putus opioida.

Untuk mengurangi keinginan, tuntutan dan kebutuhan pasien untuk mengobati dirinya
sendiri dengan menggunakan zat-zat illegal.

Mempersiapkan proses lanjutan yang dikaitkan dengan modalitas terapi lainnya seperti
therapeutic community atau berbagai jenis terapi rumatan lain.

Menentukan dan memeriksa komplikasi fisik dan mental, serta mempersiapkan


perencanaan terapi jangka panjang, seperti HIV/AIDS, TB pulmonum, hepatitis.

LAMA DETOKSIFIKASI

Berdasarkan lamanya proses berlangsung, terapi detoksifikasi dibagi atas:

o Detoksifikasi jangka panjang (3-4 minggu) seperti dengan menggunakan metadon

o Detoksifikasi jangka sedang (3-5 hari) : naltrekson, mida-zolam, klonidin

o Detoksifikasi cepat (6 jam sampai 2 hari): rapid detox

METODE DETOKSIFIKASI

Variasi dan pilihan terapi detoksifikasi napza cukup banyak. Di Indonesia, sebagian
dokter/psikiater masih menggunakan terapi detoksifikasi opioida konservatif seperti penggunaan
obat simptomatik (analgetika, anti-insomnia, dan lainnya). Bahkan beberapa psikiater masih
menggunakan berbagai bentuk neuroleptika dosis tinggi, yang di negara maju sudah lama
ditinggalkan.

OBAT-OBAT YANG DIGUNAKAN UNTUK TERAPI DETOKSIFIKASI


Metadon: adalah substitusi opioida yang bersifat agonis dan long-acting, merupakan pilihan
utama dalam terapi detoksifikasi opioida secara gradual. Sejak tahun 1960an di Amerika dan
Eropa, penggunaan metadon dianggap sebagai terapi baku untuk pasien ketergantungan
opioida. Klinik-klinik Metadon berkembang di beberapa tempat dengan berbagai variasi
program. Kelemahan terapi metadon yaitu harus datang ke fasilitas kesehatan sekurang-
kurangnya sekali sehari, terjadinya overdosis, ketergantungan metadon, dan kemungkinan
terjadinya peredaran ilegal metadon.. Proses detoksifikasi berlangsung relatif lama (>21 hari)
Selama proses terapi detoksifikasi metadon berlangsung, angka relaps dapat ditekan. Setelah
detoksifikasi berhasil, kemudian dilanjutkan dengan terapi rumatan : Methadone Maintenance
Treatment Program. Dewasa ini dikembangkan suatu bentuk derivat metadon,
levacethylmethadol, yang mempunyai masa aksi lebih lama (72 jam) sehingga pasien tidak
perlu tiap hari datang ke fasilitas kesehatan.

Klonidin: adalah suatu central alpha-2-adrenergic reeptor agonist, yang digunakan dalam
terapi hipertensi. Klonidin mengurangi lepasnya noradrenalin dengan mengikatnya pada pre-
synaptic alpha2 receptor di daerah locus cereleus, dengan demikian mengurangi gejala-gejala
putus opioida. Karena terbatasnya substitusi opioida lain di Indonesia, beberapa dokter
(termasuk penulis) telah menggunakan kombinasi klonidin, kodein dan papaverin untuk terapi
detoksifikasi. Klonidin digunakan dalam kombinasi untuk mengurangi gejala putus opioida
ringan seperti: menguap, keringat dingin, air mata dan lainnya. Clocopa method tersebut dapat
digunakan untuk berobat jalan maupun rawat inap. Namun karena klonidin sendiri tidak dapat
memperpendek masa detoksifikasi, maka diperlukan kombinasi dengan naltrekson. Naltrekson
adalah suatu senyawa antagonis opioida. Cara tersebut dikenal dengan nama Clontrex Method
yang dapat dilakukan untuk pasien berobat jalan maupun pasien rawat inap. Umumnya
program detox dengan cara Clontrex method ini berlangsung selama 3-5 hari dan kemudian
diikuti dengan terapi rumatan: Opamat-ED Program.

Lofeksidin dan Guanfasin: Lofeksidin adalah analog klonidin tetapi mempunyai keuntungan
bermakna karena tidak banyak mempengaruhi tekanan darah (Washton et al 1982). Guanfasin
adalah senyawa alpha-2 adrenergic agonist yang juga mempunyai kemampuan untuk
mengurangi gejala putus opioida.

Buprenorfin: adalah suatu senyawa yang berkerja ganda sebagai agonis dan antagonis pada
reseptor opioida. Gejala putus opioida pada terapi buprenorfin sangat ringan dan hilang dalam
sehari setelah pemberian buprenorfin sublingual. Pemberian buprenorfin juga digunakan
sebagai awal dari terapi kombinasi Clontrex Method. Buprenofrin dapat juga digunakan untuk
terapi rumatan. Seperti levacethylmethadol, hanya diberikan 2 atau 3 kali dalam seminggu
karena masa aksinya yang panjang. Karena kemungkinan penyalahgunaan, kombinasi
buprenorfin dan naltrekson juga telah dipelajari dan dicoba untuk terapi ketergantungan opioida.

Midazolam-Naltrekson: kombinasi midazolam-naltrekson juga telah digunakan untuk


memperpendek waktu terapi detoksifikasi. Selama dalam pengaruh sedasi midazolam
intravena, pasien diberi nalokson intravena, suatu antagonis opioida.

Disulfiram: Disulfiram, suatu alcohol antabuse yang diketemukan di Denmark tahun 1948.
Disulfiram sangat efektif jika diberikan kepada pasien ketergantungan alkohol secara
ambulatory di bawah supervise. Disulfiram dibuat sebagai tablet buih yang mudah larut dalam
air, sehingga mudah diminum. Terapi disulfiram tanpa pemantauan hasilnya kurang
menguntungkan. Hasil yang memuaskan justru diperoleh melalui kombinasi disulfiram dengan
terapi perilaku kognitif.

TERAPI RUMATAN

Terapi rumatan adalah terapi yang dilakukan untuk perawatan setelah detoksifikasi dalam jangka
waktu tertentu.

Terapi rumatan ketergantungan opioida bertujuan antara lain untuk :

Mencegah atau mengurangi terjadinya craving terhadap Opioida

Mencegah relaps (menggunakan zat adiktif kembali).

Memperbaiki fungsi fisiologi organ yang telah rusak akibat penggunaan opioida

Tujuan farmakoterapi rumatan pasca detoksifikasi adalah:

Menambah holding power untuk pasien yang berobat jalan sehingga menekan biaya
pengobatan

Menciptakan suatu window of opportunity sehingga pasien dapat menerima intervensi


psikososial selama terapi rumatan

Mempersiapkan kehidupan yang produktif selama menggunakan terapi rumatan.


DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2007, Pengobatan Narkoba http://nusaindah.tripod.com/pengobatannarkoba.htm
diakses pada tanggal 19 April 2008

Hukom, I., 2008, Tahap-Tahap Mengatasi Adiksi Narkoba,


http://www.mediaindonesiaonline.com diakses pada tanggal 20 April 2008.
Husin, A.B., 2002, Penatalaksanaan Mutakhir dan Komprehensif Ketergantungan Napza,
Cermin Dunia Kedokteran No. 136, 2002.

http://yosefw.wordpress.com/2008/05/15/terapi-detoksifikasi/

Anda mungkin juga menyukai