Anda di halaman 1dari 12

KARYA ILMIAH

PENUMBUHAN KARAKTER PEKERJA KERAS DAN MANDIRI MELALUI


KETELADANAN TOKOH/IDOLA

DISUSUN OLEH :

MUTIA TRI BONITA

PUTRI DWI HATI IMANI

XI MIPA 5

SMAN 9 PADANG

TA. 2017/2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan karakter kini memang menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi
bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa, pendidikan karakter ini pun
diharapkan mampu menjadi pondasi utama dalam mensukseskan Indonesia Emas
2025. Di lingkungan Kemdiknas sendiri, pendidikan karakter menjadi fokus pendidikan
di seluruh jenjang pendidikan yang dibinanya (Yoggi Herdani, 2010). Tidak kecuali di
pendidikan tinggi, pendidikan karakter pun mendapatkan perhatian yang cukup besar.
Saat ini permasalahan karakter menjadi masalah yang urgen untuk diselesaikan.Permasalahan ini
juga merupakan tanggung jawab pendidik (guru/dosen), Pembelajaran di dalam kelas diharapkan
dapat menjadi wadah bagi penanaman nilai-nilai karakter secara tepat.

Menurut Simon Philips dalam bukunya Mansur Muslich (2010:70) mendefinisikan karakter
adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem yang melandasi pemikiran, sikap dan
perilaku yang digunakan sebagai landasan cara pandang, berpikir, bersikap dan bertindak seperti
jujur, berani, bertindak dan hormat kepada orang lain. Sedangkan pengertian karakter menurut
Tadkiroantum Musfiroh dalam buku Character Building yang disunting oleh Arismantoro (2008:
27) karakter mengacu pada serangkaian sikap (attitudes) perilaku (behaviors) , motivasi
(motivasions), dan keterampilan (skills) .

Pendidikan karakter bukanlah sekedar pengetahuan yang harus di hafal namun sebuah
pengalaman moral selama proses pendidikan dilaksanakan. William Damon dalam Tully
Susannah (2009:14) menyatakan pendidikan karakter sebagai berikut:

Character education is a term that covers a broad range of efforts to promote positivevalues and
virtues in student throught explicit instruction. Of course just being in school has some effect on
character development. For example, almost all schools require that student attend classes, do
homework, sit quietly in class, and respect their teachers. But school are not always aware of
the developmental implications of what they are doing or not doing. When a school launsches
special programs dedicate to promoting positive values and virtues, that school isengaged in
character education.

“Pendidikan karakter adalah istilah yang mencakup berbagai upaya untuk mempromosikan nilai
positif dan kebajikan pada siswa melalui pengajaran eksplisit. Tentu saja hanya di sekolah
memiliki beberapa efek pada pengembangan karakter. Misalnya, hampir semua sekolah
mengharuskan siswa menghadiri kelas, melakukan pekerjaan rumah, duduk tenang di kelas, dan
menghormati guru mereka. Tapi sekolah tidak selalu sadar akan implikasi perkembangan dari
apa yang sedang mereka lakukan atau tidak lakukan. Ketika sebuah sekolah menggunakan
program khusus yang didedikasikan untuk mempromosikan nilai-nilai positif dan kebajikan,
sekolah tersebut terlibat dalam pendidikan karakter.”

Pendapat di atas mengisyaratkan bahwa pendidikan karakter bukan hanya usaha untuk
mengembangkan nilai-nilai positif melalui mata pelajaran secara eksplisit , namun lebih penting
adalah proses dilaksanakannya pendidikan untuk pengembangan karakter itu sendiri. Artinya
pelaksanaan pendidikan karakter dalam prosesnya justru harus bisa memberikan pengalaman riil
dan bermakna dengan memberikan kesempatan individu untuk mengalami sendiri nilai-nilaiyang
diajarkan.

Generasi sekarang tampak kesulitan menemukan dan membentuk karakter yang sesuai dengan
nilai-nilai moral seperti karakter bekerja keras dan mandiri Membangun karakter anak dengan
demikian dibutuhkan upaya serius dari berbagai pihak. Kerja keras merupakan sikap seseorang
yang dapat dibentuk melalui proses pembelajaran serta muncul dari sikap kesadaran seorang
individu, Kerja keras mempunyai sifat mampu kerja atau selalu berusaha mencapai sasaran
yang ingin dicapai. Selalu dapat memanfaatkan waktu yang optimal sehingga terkadang tidak
mengenal waktu, jarak serta kesulitan yang 5 dihadapi. Sikap kerja keras ini tentunya juga harus
dibarengi dengan sikap mandiri, Pemuda Indonesia memerlukan karakter mandiri. Rakyat
Indonesia yang mencita-citakan derajat yang sama dengan dengan bangsa lain di dunia ini, lebih
butuh pemimpin yang mempunyai karakter. Sebab itu pendidikan karakter mandiri perlu
diupayakan secara optimal.

Ada berbagai cara membangun karakter pekerja keras dan mandiri yang dilakukan di sekolah
salah satunya dengan mengenalkan tokoh lokal, regional, nasional, dan internasional melalui
biografi dan autobiografinya. Mengenalkan Bung Hatta dengan kesahajaannya, Mengenalkan
Jendral Sudirman dengan perjuangannya bersama rakyat. Mahatma Gandhi, Nelson Mandela,
Bunda Teresa, Bill Gate, Steve Jobs mengenalkan Tjut Nyak Dien, R.A. Kartini, Christina
Martha T, Imam Bonjol, Pangeran Diponegara, dsb. Dengan mengenalkan tokoh-tokoh siswa
dapat belajar keteguhan hati, pemaafan, pengorbanan, dst.
1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah pengertian pendidikan karakter?

1.2.2 Apa yang dimaksud karakter pekerja keras ?

1.2.3 Apa yang dimaksud dengan karakter mandiri ?

1.2.4 Bagaimana cara menumbuhkan karakter pekerja keras melalui keteladanan tokoh/idola ?

1.2.5 Bagaimana cara menumbuhkan karakter mandiri melalui keteladan tokoh/idola ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran.

1.3.2 Untuk mengetahui pengertian pendidikan karakter.

1.3.3 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan karakter pekerja keras.

1.3.4 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan karakter mandiri.

1.3.5 Untuk mengetahui cara menumbuhkan karakter pekerja keras dan mandiri melalui
keteladanan tokoh/idola.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penyusunan karya ilmiah ini adalah mengetahui cara menumbuhkan karakter
pekerja keras siswa SMA NEGERI 9 PADANG XI MIA 5 melalui keteladanan tokoh/idola.
Serta menumbuhkan karakter mandiri siswa SMA NEGERI 9 PADANG melalui keteladanan
tokoh/idola.

BAB II
KERANGKA TEORI

Menurut Suyanto via Suharjana (2011: 26) mendefinisikan karakter sebagai cara berpikir dan
berperilaku yang menjadi ciri khas setiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam
lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Lebih lanjut dikatakan, terdapat sembilan
pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal, yakni: (1) karakter cinta Tuhan dan
segenap ciptaan-Nya, (2) kemandirian dan tanggung jawab, (3) kejujuran/amanah, diplomatis,
(4) hormat dan santun, (5) dermawan, suka tolong-menolong dan gotong royong/kerjasama, (6)
percaya diri dan pekerja keras, (7) kepemimpinan dan keadilan, (8) baik dan rendah hati, dan (9)
karakter toleransi, kedamaian dan kesatuan.

Pendidikan karakter menurut Sa’dun (Novan Ardy, 2012:57) adalah menginternalisasikan


menghadirkan menyemaikan dan mengembangkan nilai-nilai kebaikan pada diri peserta didik.
Dengan internalisasi nilai nilai kebajikan tersebut, diharapkan dapat mewujudkan peserta didik
berprilaku baik. Pendidikan karakter menurut Zainal Aqib (2011:38) adalah merupakan
keseluruhan dinamika relasional antarpribadi dengan berbagai macam dimensi baik dari dalam
maupun dari luar dirinya. Agar pribadi itu semakin bertanggung jawab atas perkembangan orang
lain dalam hidup mereka. Secara singkat pendidikan karakter bisa diartikan sebagai sebuah
bantuan social agar kebebasan itu dapat bertmbuh dalam menghayati lain dalam dunia.

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah
pendidikan yang bertujuan untuk membentuk karakter kepribadian manusia yang nantinya dapat
melahirkan perilaku-perilaku yang positif dan dapat diinternalisasikan dalam kehidupan sehari-
hari..

Menurut Hariyoto (2012:99) pengertian kerja keras adalah berusaha dengan gigih atau
sungguh-sungguh untuk mencapai kesuksesan dan tidak mengenal putus asa. Agama islam
memberi dorongan kepada kita untuk bekerja keras, tekun, rajin dan ulet karena dengan kerja
keras cita-cita dan tujuan hidup akan tercapai tetapi sebaliknya, apabila hanya berpangku tangan
maka cita-cita kita akan gagal. Islam menganjurkan umatnya agar mau bekerja keras dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya islam membenci umatnya yang hanya berpangku
tangan, malas-malasan dan tidak mau bekerja mencari nafkah. Selain bekerja keras, kita juga
harus berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa, agar apa yang diinginkan dapat terkabul.

Kerja keras bukan berarti bekerja sampai tuntas lalu berhenti istilah yang kami maksud adalah
mengarah pada visi besar yang harus dicapai untuk kebaikan/kemaslahatan manusia(umat) dan
lingkungannya (Kesuma, 2011:17). Menurut Gunawan (2012:33), kerja keras merupakan
perilaku yang menunjukan upaya sungguh-sungguh dalam mengatai berbagai hambatan guna
menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kerja keras adalah suatu sifat usaha
yang dilakukan seseorang dengan sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan sesuai dengan
kemampuan masing-masing orang dan tidak mudah putus asa.

Pengertian kata mandiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah dalam keadaan dapat
berdiri sendiri; tidak bergantung pada orang lain. Kata bendanya adalah kemandirian yang
artinya adalah halatau keadaan dapat berdiri sendiri tanpa bergantung pada orang lain sinonim
dari kata mandiri adalah berdikari, yaitu berdiri di atas kaki sendiri; tidak bergantung pada
bantuan orang lain.

Dari pengertian di atas, Suparman (2003:31) menyimpulkan bahwa pendidikan karakter


mandiri adalah pendidikan yang membentuk akhlak, watak, budi pekerti, dan mental manusia
agar hidupnya tidak tergantung atau bersandar kepada pihak-pihak lain, tidak bergantung pada
bantuan orang lain. Pendidikan karakter mandiri bertujuan untuk insan-insan yang percaya
kepada dirinya sendiri dalam mengerjakan sesuatu urusan. Karakter mandiri mendorong dan
memacu seseorang untuk memecahkan sendiri persoalan hidup dan kehidupannya, sehingga dia
termotivasi untuk berinisiatif, berkreasi, berinovasi, proaktif dsn bekerja keras. Pemdidikan budi
pekerti mandiri memacu keberanian seseorang untuk berbuat atau bereaksi,tidak pasrah dan
beku,tetap dinamis,energik dan selalu optimis menuju ke masa depan.

Pengertian keteladanan hendaknya diartikan dalamarti luas, yaitu menghargai ucapan,sikap dan
perilaku yang melakat pada pendidik (Aqib, 2011:86). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
pengertian keteladanan berasal dari kata “teladan” yang artinya hal yang dapat ditiru atau
dicontoh. Sedangkan menurut Ishlahunnisa’ (2010:42) pengertian keteladanan berarti penanaman
akhlak, adab, dan kebiasaan-kebiasaan baik yang seharusnya diajarkan dn dibiasakan dengan
memberikan contoh nyata. Keteladanan dalam pendidikan adalah pendeketan atau metode yang
berpengaruh dan terbukti paling berhasil dalam mempersiapkan dan membentuk serta
mengembangkan potensi peserta didik.

BAB III
METODE PENELITIAN

A.Metode Kualitatif.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Metode kualitatif dipilih,
dikarenakan permasalahan yang belum jelas, holistic, kompleks, dinamis dan penuh makna
sehingga tidak mungkin data pada situasi social tersebut dapat diungkapkan dalam metode
penelitian dengan instrument angket semata. Selain itu, penelitian bermaksud memahami situasi
social secara mendalam, menentukan pola, hipotesis dan teori (Wahyu,2009:2)

Bogdan dan Taylor (Moleong 2004:4) mendinifisikan metode kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data diskriftif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang dapat diamati. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian
kualitatif dengan menggunakan pendekatan diskriptif analisis dimana pendekatan ini adalah
suatu pengumpulan data secara kaya dari suatu fenomena yang ada untuk dianalisis, sehingga
diperoleh gambaran terhadap apa yang sudah diteliti.

B.Tempat Penelitian.

Tempat penelitian tersebut dilakukan di SMAN 9 Kelurahan Cupak Tangah Kecamatan Pauh.
Kenapa memilih tempat ini untuk dijadikan tempat penelitian karena melihat pendidikan yang
sekarang sudah menerapkan pendidikan karakter dalam pembelajaran hasil pengamatan peneliti
di sekolah bahwa banyak siswa yang kurang memiliki sikap kerja keras dalam belajar ,kurang
memiliki sikap mandiri dalam melakukan apapun ,bertentangan dengan perilaku siswa yang
bekarakter , maka peneliti disini ingin mengetahui bagaimana seorang guru dalam menanamkan
nilai-nilai pendidikan karakter sehingg dapat menjadikan siswa-siswi yang berkarakter pekerja
keras dan mandiri melalui keteladanan tokoh/idola.

C. Sumber Data

Penelitian ini, sumber data dipilih secara purposive Sampling. Penelitian sumber data masih
bersifat sementara, dan akan berkembang kemudian setelah penelitian di lapangan. Sumber data
pada tahap awal memasuki lapangan dipilih orang yang memiliki power dan otoritas pada obyek
yang diteliti, sehingga mampu membuka pintu kemana saja peneliti akan melakukan
pengumpulan data ( Wahyu,2007:69)

Data yang diperoleh dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok, yaitu :

1.Data Primer
Data primer dalam penelitian ini adalah guru Ppkn yang memiliki perbedaan latar belakang
yang berbeda, pengalaman, dan senioritas. Untuk mendapatkan data primer atau mengenai pola
penanaman nilai-nilai pendidikan karakter di SMAN 9 PADANG, maka sumber data yang
dipilih adalah Purposive sampling adalah teknik pengambilan sumber data yang dipilih atas
dasar peranan dan kekuatan pda objek yaitu memilih orang yang dianggap mempunyai
pengetahuan terhadap objek yang diteliti sebelum memasuki lapanngan.

2. Data Sekunder.

Di samping data primer juga dikumpulkan data sekunder,yaitu data yang bersifat umum dan
masih berhubungan dengan fenomena yang diteliti.misalnya keadaan sekolah,jumlah,guru,dan
pegawai/karyawan, keadaan jumlah siswa , profil sekolah,sarana dan prasarana sekolah. Data ini
diperoleh melalui kepala sekolah atau wakil kepala sekolah dan yang ada di sekolah.

D. Instrumen Penelitian.

Peneliti bertindak sebagai instrument sekaligus pengumpul data untuk mendukung lancarnya
proses penelitian peneliti menggunakan alat bantu seperti camera, alat perekam dll. Selain itu
juga peneliti menggunakan instrument pengumpul data berupa pertanyaan-pertanyaan (lembar
Observasi/pedoman wawancara) yang berhubungan dengan masalah yang diteliti yaitu pola
penanaman nilai-nilai karakter pekerja keras dan mandiri melalui keteladanan tokoh/idola di
SMAN 9 PADANG. Namun selanjutnya setelah focus penelitian menjadi jelas,maka
kemungkinan akan dikembangkan instrument penelitian sederhana, yang diharapkan dapat
melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditentukan melalui observasi dan
wawancara, menurut ( wahyu,2009:36).

E. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Wahyu (2006:22) tanpa mengetahui teknik pengumpulan data maka peneliti tidak
akan mendapatkan data yang memenuhi stabdar, sehingga teknik pengumpulan data merupakan
langkah yang penting dalam sebuah penelitian. Dilihat dari cara pengumpulan data,pengumpulan
data dilakukan dengan cara observasi(pengamatan), interview, dokumentasi atau golongan
ketiganya (Wahyu:2006).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 3 teknik pengumpulan data,yaitu :

1.Wawancara

Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi ide melalui tanya jawab
secara lisan dan tertulis. Teknik wawancara digunakan untuk memperkuat data dan fakta yang
diperoleh dari observasi lapangan. Peneliti menggunakan pedoman wawancara tertulis agar
proses wawancara dapat tersusun dan mendapatkan hasil yang jelas. Wawancara dilakukan
kepada responsden yaitu guru Ppkn dan siswa pelaksanaan pendidikan nilai-niai karakter di
SMAN 9 PADANG.

2. Observasi.

Observasi merupakan kegiatan pengamatan dan pencatatan objek yang diselidiki secara
sistematik dan langsung suatu kegiatan yang sedang berjalan melalui lembar pengamatan yang
sudah disusun peneliti. Kegiatan observasi diarahkan untuk mengamati secara akurat hal-hal
yang terjadi yaitu pelaksanaan penanaman nilai-nilai pendidikan karakter, baik yang dilakukan
oleh guru Ppkn , guru Sejarah maupun siswa di SMAN 9 PADANG.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah catatan peristiwa yang lalu dokumen ini berbentuk tulisan,gambar atau
karya-karya menumental dari seseorang. Dokumntasi ini digunakan peneliti untuk memperoleh
data gambaran mengenai kegiatan pembelajaran Ppkn di SMAN 9 PADANG seperti nilai hasil
belajar maupun informasi tentang profil sekolah.
.

DAFTAR PUSTAKA

Ardi W, Novan. (2012). Manajemen Pendidikan Karakter. Yogyakarta:Pedagogia.


Aqib, Zainal. (2011). Pendidikan Karakter Membangun Perilaku Positif Anak Bangsa. Bandung:
CV Yrama Widya.

Arismantoro. (2008). Character Building. Bagaimana Mendidik Anak Berkarakter?. Yogyakarta:


Lembaga Penelitian UNY dan Tiara Wacana.

Gunawan , Heri.2012. Pendidikan Karakter : Konsep dan Implementasi (p.33). Bandung :


Alfabeta.

Hariyoto . (2010). Pendidikan Agama Islam 3 dengan Implementasi Pendidikan Budi Pekerti.
Yogyakarta: PT Muria Baru.

Islahunnisa’.2010.Mendidik Anak Perempuan.Solo:PT Aqwam Medua Profetika.

KesumA, Dharma dkk 2011 Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah Bandung:
PT. Remaja Rondakarya.

Muslish, Mansur. (2011). Pendidikan Karakter:Menjawab Tantangan Mulitidimensional.


Jakarta: Gramedia Pusat Utama.

Suharjana. (2011). “Model Pengembangan Karakter melalui Pendidikan Jasmani dan Olahraga”
dalam Zuchdi (Ed), Pendidikan Karakter:dalam Perspektif Teori dan Praktik Yogyakarta: UNY
Press

Sumahamijaya, Suparman et all. (2003). Pendidikan Karakter Mandiri dan Kewiraswataan,


Bandung:Angkasa.

Yoggi Herdani 2010. Pendidikan Karakter Sebagai Pondasi Kesuksesan Peradaban


Bangsa.http://www.dikti.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id
=1540:pendidikan-karakter-sebagai-pondasi-kesuksesan-peradabanbangsa&catid=143:berita-
haria

Anda mungkin juga menyukai