Anda di halaman 1dari 21

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian sampel (Mahendra,2015)

1. Sarang Burung Walet (Collocolia fuciphaga)

a. Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Class : Aves

Ordo : Apodiformes

Family : Apodidae

Genus : Collocolia

Spesies : Collocolia fuciphaga

6
7

2. Morfologi

Sarang burung walet dibuat dari air liurnya yang

mengering dan dibuat saat musim kawin. Sarang walet

berbeda dengan sarang lainnya sarang yang berbentuk

seperti mangkuk ini mempunyai beberapa bagian yaitu kaki

sarang terletak dikedua sisi bagian atas sarang jarak antara

kaki sekitar 6-10 cm. Fondasi sarang merupakan yang

menghubungkan antara kaki sarang dan menempel pada

papan sirip. Dinding sarang berbentuk mangkuk yang

berfungsi menampung dan menjaga telur tinggi dingding

sarang berkisar 2-5 cm. Bibir sarang bagian tepi sarang yang

berbentuk setengah lingkaran (huruf U) atau tidak terlalu

cekung umumnya tipis 2-5 mm. Dasar sarang adalah bagian

alas, bentuknya cekung seperti dasar mangkuk fungsinya

sebagai tempat telur, mengeram, dan alas bayi wallet.

3. Kandungan Sarang Burung Walet

Sarang burung wallet mengandung protein, lemak,

karbohidrat, zat besi, kalsium, fosfor, garam anorganik, serat

dan air. Glyconutriens yang terdapat pada sarang burung

wallet diantaranya adalah siallyc acid, N-

acetylgalactosamine, N-asetilglucosamine, galaktosa, dan

fruktosa.
8

4. Manfaat

Sarang burung wallet memiliki sifat anti aging, anti

kanker, peningkat daya tahan tubuh, peningkat poliferasi sel,

dan mempercepat penyembuhan luka.

B. Uraian Tentang Kalsium

Mineral esensial diklasifikasikan ke dalam mineral makro dan

mineral mikro. Termasuk mineral makro adalah kalsium, fosfor,

kalium, sulfur, natrium, khlor, dan magnesium, sedangkan mineral

mikro adalah besi, seng, selenium, mangan, tembaga, iodium,

cobalt, silikon, chromium, vanadium, nikel, arsen, dan flour. Mineral

merupakan unsur esensial bagi fungsi normal sebagian enzim.

Komponen-komponen anorganik tubuh manusia terutama adalah

natrium, kalium, kalsium, magnesium, besi, fosfor, klorida, dan

sulfur. Sebagian dari unsur-unsur tersebut adalah mineral-mineral

tulang dan ion-ion dapat sebagai cairan tubuh (Proverawati A., Wati

K.A, 2011).

Ada tiga fungsi mineral, yaitu :

1. Sebagai komponen terutama tubuh (structural element) atau

penyusun kerangka tulang, gigi dan otot-otot. Ca, P, Mg, Flour

dan Si untuk pembentukan tulang dan gigi sedang P dan zat

inorganik untuk penyusunan protein jaringan.


9

2. Merupakan unsur dalam cairan tubuh atau jaringan sebagai

elektrolit yang mengatur tekanan osmosis (Fluid balance),

mengatur keseimbangan asam dan basa dan permeabilitas

membran. Contohnya adalah Na, K, Cl, Ca dan Mg.

3. Sebagai aktivator atau terkait dalam peranan enzim dan

hormon (Proverawati A., Wati K.A, 2011).

Mineral merupakan zat gizi yang cukup penting bagi tubuh

manusia, sekitar 4% dari tubuh manusia terdiri atas mineral. Yang

dalam analisa bahan makanan tertinggal sebagai kadar abu, yaitu

sisa yang tertinggal bila suatu sampel bahan makanan dibakar

sempurna di dalam suatu tungku (muffle fumace). Kadar abu ini

menggambarkan banyaknya mineral yang tidak terbakar menjadi

zat yang dapat menguap.

Kita bedakan dua kelompok besar mineral (elemen,unsur) yang

terdapat pada analisa tubuh kita, berdasarkan kuantumnya, ialah.

1. Makro elemen, yang terdapat dalam kwantum yang relatig

besar seperti K, NA, Ca, Mg, dan P, S serta Cl.

2. Mikro elemen, yang terdapat dalam kwantum yang relatif

sedikit. Mikro elemen dapat dikelompokkan lagi menurut

kegunaannya di dalam tubuh:


10

a. Mikro elemen esensial, yaitu yang betul-betul

diperlukan oleh tubuh, jadi harus ada seperti Fe, Cu,

Co, Se, Zn, dan J serta F.

b. Mikro elemen yang mungkin esensial, belum pasti

betul di perlukan atau tidak di dalam struktur atau

fisiologi tubuh, seperti Cr, Mo.

c. Mikro elemen yang tidak diperlukan, atau non-

esensial. Jenis ini terdapat terdapat di dalam tubuh

karena terbawa tidak senggaja bersama bahan

makanan, jadi sebagai kontaminan (pencemar).

Termasuk di dalam kelompok ini ialah Al, As, Ba, Bo,

Pb, Cd, Ni, Si, Sr, Va dan Br.

3. Ada lagi kelompok yang disebut trace elements, yang

sebenarnya sudah termasuk kelompok mikro elemen, tetapi

diperlukan dalam kwantum yangg lebih kecil lagi. Ke dalam

kelas ini termasuk Co, Cu, dan Zn (Sediaoetama D.A,

2012).

Tubuh manusia mengandung sekitar 22 gram kalsium per

kg berat badan tanpa lemak. Kira-kira 99% kalsium terdapat dalam

tulang dan gigi. Komposisi belum diketahui secara jelas, namun

diperkirakan menyerupai suatu hidroksiapatit Ca10 (PO4)6 (OH)2.

Peranan kalsium tidak saja pada pembentukan tulang dan gigi


11

tersebut diatas namun juga memegang peranan penting pada

berbagai proses fisiologis dan biokimia di dalam tubuh

(Proverawati A., Wati K.E, 2011).

Kalsium merupakan mineral terbesar yang diperlukan tubuh.

Sekitar 2,2% dari bobot tubuh orang dewasa berasal dari kalsium

dan 95 persen dari kalsium tersebut disimpan di tulang, terutama

pada jaringan tulang trabekula. Selain sebagai materi pembentuk

tulang, kalsium juga mendukung sebagian besar sistem dan proses

tubuh, termasuk kontraksi otot, pembekuan darah, aktivitas otak,

irama jantung, dan fungsi ginjal (Salma, 2013).

Perlu diketahui bahwa rata-rata orang Indonesia hanya

mengomsumsi paling tidak 254 mg kalsium. Jumlah ini tentunya

jauh dari kebetuhan kalsium sebenarnya. Kalsium dalam tubuh

manusia berbanding terbalik dengan kandungan fosfor. Kandungan

kalsium yang lebih baik adalah dua kali jumlah fosfor. Kandungan

fosfor yang berlebihan malah menyebabkan pembuangan kalsium

tersebut melalui urin (Tjahjadi V, 2009).

Fungsi dan metabolisme zat kapur (Ca) dan Phosphor (P)

sanggat erat saling berhubungan, sehingga akan dibicarakan

bersama sekaligus. Sebagian besar kedua unsur ini terdapat

sebagai garam Calsium, Phosphat di dalam jaringan keras tubuh,

ialah tulang dan gigi sehinga memberikan sifat keras kepada kedua
12

jenis jaringan tersebut dari 1200 gram Ca yang terdapat di dalam

tubuh, sekitar 90% terdapat di dalam jaringan keras (tulang dan

gigi), sedangkan jaringan lunak hanya mengandung sebanyak

10%. Dalam hal ini mineral Phosphor, 80% terdapat di dalam

jaringan keras, dan 20% di dalam jaringan lunak, terutama sebagai

gugus asam phosphat. Kadar P di dalam tubuh sekitar 8% berat

badan. Ikatan Ca dan P di dalam tulang dan gigi terdapat sebagai

kristal anorganik dengan rumus CO3 2Ca3 Ca3(PO4)2. Plasma

darah mengandung 10 mg/dl di plasma (9-11 mg/dl) unsur Ca 40%

terikat pada protein, 60% sebagai Ca bebas dan unsur P terdapat

dalam konsentrasi 4 mg setiap 100 ml darah lengkap, sebagian

besar terdapat di bagian selular darah tersebut. Ca di dalam tulang

mudah dimobilisasikan ke dalam cairan tubuh dan darah, bila

diperlukan untuk di teruskan kepada sel-sel jaringan yang lebih

memerlukannya. Terutama trabeculae dari struktur tulang

merupakan tempat penimbunan Ca yang mudah sekali melepaskan

Ca untuk dipergunakan dalam keperluan lain (Sediaoetama D.A,

2012).

Dalam keadaan normal sebanyak 30-50% kalsium yang

dikonsumsi diabsorpsi tubuh. Kemampuan absorpsi lebih tinggi

pada masa pertumbuhan, dan menurun pada proses menua.

Kemampuan absorpsi pada laki-laki lebih tinggi dari pada

perempuan pada semua golongan usia. Absorpsi kalsium terutama


13

terjadi di bagian atas usus halus yaitu duoduneum. Kalsium

membutuhkan pH 6 agar dapat berada dalam keadaan terlarut

(Marmi, 2013).

Kekurangan dan kelebihan kalsium memiliki dampak atau

efek yang berbdeda misalnya kekurangan kalsium pada masa

pertumbuhan dapat menyebabkan gangguan tulang. Bila terjadi

luka pembekuan sangat lambat dan pada orang dewasa terjadi

osteoporosis dan osteomalasia. Sedangkan kelebihan kalsium

dapat menyebabkan sulit BAB (konstipasi) dan mengganggu

penyerapan zat besi, seng dan tembaga. Kelebihan Ca dalam

jangka panjang akan mengakibatkan hypercalcemia, pembentukan

batu ginjal dan gangguan fungsi ginjal (Marmi, 2013).

Dianjurkan mengomsumsi kalsium sebanyak 1.200-1.500 mg

per hari. Menurut Robert and William (1993) suplementasi kalsium

pada ibu hamil sebanyak 1.200 mg setiap hari akan meningkatkan

massa tulang bayi sekitar 15%. Selain untuk tulang kalsium juga

dibutuhkan untuk mencegah preeklamsia atau tekanan darah tinggi

pada ibu hamil yang dapat menyebabkan kejang pada ibu,

prematuritas bahkan kematian (Badriah L.D, 2011).


14

Fungsi kalsium bagi tubuh, yaitu :

1. Pembentukan tulang

Matriks tulang terbentuk dari kolagen dan karbohidrat

yang merupakan sepertiga bagian tulang. Kepada matriks

tersebut ditempelkan kalsium (prosesnya disebut klasifikasi

atau osifikasi) dalam bentuk kristal Ca-fosfat dan Ca-hidroksida.

Selain kalsium fosfat bagian tulang yang keras juga

mengandung Mg, Zn, Na, karbonat dan fluorida. Selama masa

pertumbuhan, bagian tulang yang keras memanjang melalui

cara matriks kolagen yang diikuti dengan klasifikasi.

Selama hidup orang dewasa, tulang mengalami

pembaharuan dan pembentukan kembali, disesuaikan untuk

menahan berat badan, untuk itu dilakukan deposisi dan resopsi

tulang yang dilaksanakan oleh sel-sel osteoblast (pembentuk

tulang) dan osteoclasis (penghancur tulang). Sel-sel tersebut

bekerja terhadap matriks tulan dan Ca-fosfat.

2. Pembentukan gigi

Gigi terdiri dari dua lapisan, yaitu enamel merupakan

lapisan sangat keras dengan mineral utamanya berupa

kalsium –fosfat dan lapisan dentin yang tidak sekeras email.

Proses pembentukan tulang hampir sama dengan gigi, tetapi

dibandingkan dengan tulang, gigi lebih keras karena kadar


15

airnya lebih rendah. Di samping itu, pergantian kalsium pada

gigi lebih lambat dibandingkan tulang.

3. Untuk pertumbuhan

Kalsium merupakan faktor kontribusi pada pertumbuhan

badan, karena selain kalsium untuk pertumbuhan diperlukan

juga protein.

4. Pembentukan darah

Kalsium merupakan salah satu faktor (Factor IV) yang di

perlukan dalam pembentukan thromboplastin aktif dari

thromboplastin plasma, yang selanjutnya berfungsi dalam

proses pembekuan darah.

5. Katalis untuk Reaksi Biologis

Beberapa reaksi biologis yang memerlukan peranan

kalsium antara lain : (a) proses penyerapan vitamin B 12 dalam

usus; (b) aktivitas lipase pankreas; (c) sekresi insulin oleh

pankreas; (d) pembentukan dan pemecahan asetikolin

(senyawa yang diperlukan untuk transmisi impuls syaraf, pada

serat-serat syaraf). Untuk keperluan tersebut, kalsium di suplai

dari tulang (Muchtadi D, 2009).


16

C. Uraian Spektrofotometri Serapan Atom

Spektroskopi serapan atom (SSA) pertama kali digunakan

pada tahun 1955 oleh Walsh. Sesudah ini tidak kurang dari 65

unsur diteliti dan dapat dianalisis dengan cara tersebut SSA

digunakan untuk analisis kuantitatif unsur-unsur logam dalam

jumlah kelumit (trace) dan ultra kelumit (ultratrace). Cara analisis ini

memberikan kadar total unsur logam dalam suatu cuplikan dan

tidak tergantung pada bentuk molekul dari logam dalam suatu

cuplikan tersebut. Cara ini cocok untuk analisis kelumit logam

karena mempunyai kepekaan yang tinggi (batas deteksi kurang

dari 1 ppm), pelaksanaanya relatif sederhana, dan gangguannya

sedikit (Rohman A., Sumantri, 2007).

Untuk banyak atom, perbedaan energi antara orbital

keadaan dasar dan keadaan tereksitasinya terlalu besar agar

eksitasi ternal banyak elektron dapat berlangsung. Jika perbedaan

energi terlalu besar untuk menghasilkan pembacaan emisi, SSA

dapat digunakan. Atom-atom logam diuapkan dalam suatu nyala

dan radiasi dilewatkan melalui nyala tersebut. Dalam hal ini, atom-

atom yangg diuapkan, yang sebagian besar terdapat dalam

keadaan dasarnya sehingga tidak memancarkan energi, akan

menyerap radiasi dengan energi yang berkaitan dengan perbedaan

antara keadaan dasar dan keadaan tereksitasinya. Jumlah atom-

atom pada keadaan dasar yang tersedia untuk eksitasi jauh lebih
17

banyak daripada fraksi kecil yangg menjadi tereksitasi dan

memancarkan energi dalam SEA. Jadi, SSA merupakan teknik

yang jauh lebih peka daripada SEA. Karena lebar garis-garis

serapan atau emisi dalam spektrum atom sangat sempit, satu-

satunya sumber cahaya ketika serapan yang signifikan dapat

diamati, setelah melewati sampel, adalah tempat cahaya itu

dihasilkan oleh eksitasi atom-atom unsur yang sedang dianalisis.

Lampu yang digunakan tersebut lampu katoda rongga dan katode

tersebut dilapisi dengan logam yangg akan dianalisis. Sebagai

contoh dalam analisis Zink (Zn), digunakan suatu katode yang

dilapisi dengan Zn dan eksitasi atom-atom Zn menghasilkan pita

radiasi yang sempit pada 214 nm, yang dapat diserap secara

efisien oleh atom-atom di dalam nyala tersebut. Kerugian teknik ini

adalah bahwa lampu harus selalu diganti tiap kali suatu unsur yang

berbeda sedang dianalisis dan hanya satu unsur yang dapat

dianalisis pada sewaktu-waktu. Instrumen-instrumen modern

memiliki 12 lampu yang tersusun seperti suatu korsel, yang dapat

secara otomatis berputar ke dalam garis dengan nyala tersebut dan

meningkatkan kecepatan analisis multiunsur (Watson D.G, 2009).

Metode ini sangat tepat untuk analisis zat pada konsentrasi

rendah. Teknik ini mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan

metode spektroskopi emisi konvensional. Pada metode

konvensional, emisi tergantung pada sumber eksitasi. Bila eksitasi


18

dilakukan secara ternal, maka ia bergantung pada temperatur

sumber. Selain itu eksitasi ternal tidak selalu spesifik, dan eksitasi

secara serentak pada berbagai spesies dalam suatu campuran

dapat saja terjadi. Sedangkan dengan nyala, eksitasi unsur-unsur

dengan tingkat energi eksitasi yang rendah dapat dimungkinkan.

Tentu saja perbandingan banyaknya atom yang tereksitasi

terhadap atom yang berada pada tingkat dasar harus cukup besar,

karena metode serapan atom hanya tergantung pada perbandingan

ini dan tidak bergantung pada temperatur. Metode serapan

sangatlah spesifik. Logam-logam yang membentuk campuran

kompleks dapat dianalisis dan selain itu tidak selalu diperlukan

sumber energi yang besar (Khopkhar S.M, 2008).

Teknik AAS menjadi alat yang canggih dalam analisis. Ini

disebabkan di antaranya oleh kecepatan analisisnya, ketelitiannya

sampai tingkat runut, tidak memerlukan pemisahan pendahuluan.

Kelebihan kedua adalah kemungkinannya untuk menentukan

konsentrasi semua unsur pada konsentrasi runut. Ketiga, sebelum

pengukuran tidak selalu perlu memisahkan unsur yang ditentukan

karena kemungkinan penentuan suatu unsur dengan kehadiran

unsur lain dapat dilakukan asalkan katoda berongga yang

diperlukan selalu tersedia (Khopkhar S.M, 2008).

Spektroskopi serapan atom (SSA dan spektoskopi dan

spektoskopi emisi atom (SEA), disebut juga dengan fotometri nyala,


19

merupakan 2 metode pengukuran analitik yang mendasarkan pada

proses spektroskopi eksitasi dan emisi. Pada analisis kuantitatif,

metode ini digunakan untuk mengukur kurang lebih 70 elemen

(logam atau non logam). Dengan beberapa model instrumen

fotometer nyala ini, dimungkinkan untuk melakukan pengukuran

dengan kedua teknik ini (serapan atom dan emisi atom), meskipun

prinsip-prinsip fungsinya berbeda. Kedua teknik ini digunakan pada

bidang analisis yang luas yang mana analit tertentu dengan

konsentrasi µg/L atau bagian permilyar dapat diukur

(Gandjar G.I., Rohman A ,2013).

Prinsip penetapan kadar mineral dengan SSA, setelah

bahan organik dalam sampel dimusnahkan melalui pengabuan

kering atau pengabuan basah, sisa abu dilarutkan dalam asam

encer. Logam yang diatomisasi dalam nyala akan menyerap energi

tertentu yang diemisikan oleh lampu katoda. Jumlah energi

terserap oleh logam sebanding dengan konsentrasi mineral dalam

sampel. Logam–logam tertentu seperti Na, K dan Ca dapat

ditetapkan dengan pengukuran emisi yang terjadi setelah logam

tersebut terdeteksi dalam nyala (Rohman A., Sumantri, 2007).

Metode spektroskopi serapan atom (SSA) mendasarkan

pada prinsip absobsi cahaya oleh atom, sementara spektroskopi

emisi atom mendasarkan pada prinsip emisi atom yang telah

menyerap cahaya. Atom-atom akan menyerap cahaya pada


20

panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya.

Sebagai contoh, natrium menyerap pada panjang gelombang 330,2

nm, uranium pada 358,5 nm, sementara kalium menyerap pada

panjang gelombang 766,5 nm. Cahaya pada panjang gelombang

ini mempunyai cukup energi untuk mengubah tingkat elektronik

suatu atom, yang mana transisi elektronik suatu atom bersifat

spesifik. Dengan menyerap suatu energi sehingga suatu atom pada

keadaan dasar dapat ditingkatkan energinya ke tingkat eksitasi

(Gandjar G.I., Rohman A ,2013).

Dalam bentuk yang paling sederhana, spektrofotometer

serapan atom skema optiknya digambarkan. Spektrofotometer

serapan atom mengandung 4 komponen utama :

1. Sumber sinar

Sumber sinar yang lazim dipakai adalah lampu katoda

berongga (hollow cathode lamp). Lampu ini terdiri atass tabung

kaca tertutup yang mengandung katoda dan anoda. Katoda

sendiri berbentuk silinder berongga yang terbuat dari logam

atau dilapisi dengan logam tertentu yang akan dianalisis.


21

Tabung logam ini diisi dengan gas mulia (neon atau argon)

dengan tekanan rendah. Neon biasanya lebih disukai karena

intensitas pancaran lampu yang lebih rendah. Bila antara anoda

dan katoda diberi suatu selisih tegangan yang tinggi (600 volt),

maka katoda akan memancarkan berkas-berkas elektron yang

bergerak menuju anoda, yang mana kecepatan dan energinya

sangat tinggi. Elektron-elektron dan energi tinggi ini dalam

perjalanannya menuju anoda akan bertabrakan dengan gas-

gas mulia yang diisikan tadi.

Akibat dari tabrakan-tabrakan ini membuat unsur-unsur

gas mulia akan kehilangan elektron dan menjadi ion positif. Ion-

ion gas mulia yang bermuatan positif ini selanjutnya akan

bergerak ke katoda dengan kecepatan tinggi pula.

2. Tempat sampel (Atomizer)

Dalam tempat sampel inilah proses atomisasi terjadi.

Dalam analisis secara spektrofotometri serapan atom, sampel

yang akan dianalsis harus diuraikan menjadi atom-atom netral

yang masih dalam keadaan asas. Ada berbagai macam alat

yang dapat digunakan untuk mengubah suatu sampel menjadi

uap atom-atom yaitu denga nyala (flame) dan dengan tanpa

nyala (flameless).
22

a. Nyala (flame)

Nyala digunakan untuk mengubah suatu sampel yang

berupa padatan atau cairan menjadi bentuk uap, dan juga

berfungsi untuk atomisasi.

b. Tungku Graphite

Tungku graphite merupakan teknik atomisasi tanpa

nyala. Teknik atomisasi dengan nyala dinilai kurang peka

karena atom gagal mencapai nyala, tetesan sampel yang

masuk ke dalam nyala terlalu besar, dan proses atomisasi

kurang sempurna. Oleh karena itu, muncullah suatu teknik

atomisasi yang baru yakni atomisasi tanpa nyala.

Sejumlah sampel diambil sedikit (untuk sampel cair

diambil hanya beberapa µL, sementara sampel padat

diambil beberapa mg), lalu diletakkan dalam tabung grafit,

kemudia tabung tersebut dipanaskan dengan sistem

elektris dengan cara melewatkan arus listrik pada grafit.

c. Atomisasi Kimiawi

Beberapa unsur seperti arsen (As), bismut (Bi), timah

(Sn), atau selenium (Se) sulit tereduksi menjadi atom dalam

nyala ketika berada dalam keadaan oksidasi tinggi. Dengan

tujuan untuk mengukur unsur-unsur ini, sampel di reaksikan


23

dengan agen pereduksi yang terdiri atas natrium

borohidrida (NaBH4) atau SnCl2 dalam medium asam,

sebelum dilakukan analisis.

3. Monokromator

Pada fotometer nyala (spektrofotometer serapan atom

dan emisi atom), monokromator dimaksudkan untuk

memisahkan dan memilih panjang gelombang yang

digunakan dalam analisis. Di samping sistem optik, dalam

monokromator juga terdapat suatu alat yang digunakan

untuk memisahkan radiasi resonansi dan kontinyu yang

disebut dengan chopper.

4. Detektor

Detektor digunakan untuk mengukur intensitas

cahaya yang melalui tempat pengatoman. Biasanya

digunakan tabung pengandaan foton (photomultiplier tube).

Ada 2 cara yang dapat digunakan dalam sistem deteksi yaitu

: (a) yang memberikan respon terhadap radiasi kontinyu dan

(b) yang hanya memberikan respon terhadap rediasi

resanansi.

Pada cara pertama, output yang dihasilkan dari

radiasi resonansi dan radiasi kontinyu dislurkan pada sistem

galvanometer, dan setiap perubahan yang disebabkan oleh


24

radiasi resonansi akan menyebabkan perubahan output.

Pada cara kedua, output berasal dari radiasi resonansi dan

radiasi kontinyu yang dipisahkan. Dalam hal ini, sistem

penguat (amplifer) harus cukup selektif untuk membedakan

radiasi. Cara terbaik adalah dengan menggunakan detektor

yang hanya peka terhadap radiasi resonansi dan

termodulasi.

5. Readout

Readout merupakan alat penunjuk atau juga dapat

diartikan sebagai sistem pencatatan hasil. Pencatatan hasil

dilakukan dengan suatu alat yang telah terkalibrasi untuk

pmbacaan transmisi atau absorbsi. Hasil pembacaan dapat

berupa angka atau berupa kurva dari recorder yan

menggambarkan absorbansi atau intensitas emisi

(Gandjar G.I., Rohman A ,2013).

Pelebaran spektrum serapan atom, melebarnya garis-garis

spektrum atom (menjadi lebih besar dari 10-5 nm) disebabkan oleh

dua peristiwa, yaitu (1) pelebaran Dopler dan (2) pelebaran

tekanan. Pelebaran Dopler disebabkan oleh atom-atom yang

menyerap sinar itu (dalam nyata) bergerak dengan cepat terhadap

sumber sinar (lampu katoda berongga). Atom-atom yang bergerak

ke arah sumber sinar menyebabkan panjang gelombang yangg


25

masuk secara efektif akan diperkecil. Akibatnya, atom-atom juga

menyerap pada panjang gelombang yang lebih besar daripada

panjang gelombang puncak serapan. Hal ini menyebabkan

terjadinya pelebaran garis puncak serapan. Sebaliknya, atom-atom

yang bergerak menjauhi sumber sinar maka panjang gelombang

yang masuk secara efektig akan diperbesar. Akibatnya panjang

gelombang-panjang gelombang yang lebih kecil daripada panjang

gelombang puncak serapan juga akan diserap sehingga juga akan

terjadi pelebaran garis puncak serapan. Pada pelebaran tekanan

peristiwa yang terjadi adalah tabrakan antar atom sehingga

menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan dalam tingkat

energi azas atom-atom yang bersangkutan, akibatnya akan terjadi.

Pelebaran garis puncak serapan (Gandjar G.I dan Rohman A,

2013).

Pengukuran absorbansi pada spektrofotometri serapan

atom, karena garis-garis spektrum serapan atom sanggat sempit

dan juga energi-energi transisi atom itu khas (untuk masing-masing

unsur) maka metode analisis yang berdasarkan pada pengukuran

serapan (absorbansi) atom juga mempunyai sifat spesifik yang

tinggi. Kecilnya lebar garis spektrum serapan atom menimbulkan

masalah pada pengukuran absorbansinya. Sebagaiman diketahui,

lebar rata-rata garis puncak serapan atom adalah antara 0,002

sampai 0,005 nm sehingga diperlukan monokromator yang dapat


26

memberikan sinar dengan lebar pita panjang gelombang yang

lebih sempit daripada 0,002-0,005 nm (Gandjar G.I dan Rohman A,

2013).

Anda mungkin juga menyukai