Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH AL-QUR’AN DAN SAINS

“Kemukjizatan Ayat-Ayat Tematik Sainstik Al-Qur’an Berkaitan dengan Penciptaan


Langit dan Bumi”
Dosen : Abdul Hadi, Lc, M.Pd

Oleh :
Diah Puspita Ayu (1120200012)
Siti Muthi’ah Aulia (1120200036)
Muhammad Wildan (6120200003)

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM DAN PERBANKAN SYARIAH


UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.
Terimakasih.

Jakarta, 14 April 2022

Penyusun

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................I


DAFTAR ISI ...........................................................................................................................II
BAB I ....................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...................................................................................................................1
a) Latar Belakang .........................................................................................................1
b) Perumusan Masalah ................................................................................................2
c) Tujuan ......................................................................................................................2
BAB II ...................................................................................................................................3
PEMBAHASAN .....................................................................................................................3

a) Al-Qur’an surat Fushsilat ayat 11 (proses pembentukkan langit dan bumi serta
langit yang berupa asap) .........................................................................................3
b) Al-Qur’an surat Fushshilat ayat 12 (masa penciptaan tujuh langit) ........................9
BAB III ............................................................................................................................... 15

PENUTUP .......................................................................................................................... 15
a) Kesimpulan ........................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 16

II
BAB I
PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Alam semesta merupakan ruang kosong mahaluas tanpa batas, tanpa sinar terang,
tanpagaya apapun, tanpa gravitasi apapun, tidak ada pengertian atas dan bawah, juga tidak
ada pengertian utara-selatan, timur dan barat, yang di dalamnya berisi 1 miliar galaksi dan
tiap-tiap galaksi terdiri dari 100 miliar bintang, dimana tiap-tiap bintang adalah matahari
dengantata suryanya sendiri-sendiri.Pandangan mengenai asal-usul alam mulai dapat
dikoreksi dari berbagai pemikiran parasaintis berabad-abad yang lalu. Dalam era fisika klasik
(abad XVII-XVIII), Isaac Newtonmenggagas bahwa alam semesta ini bersifat statis. Tidak
berubah status totalitasnya dari waktutidak terhingga lamanya yang telah lampau, sampai
waktu tidak terhingga lamanya yang akandatang. Gagasan tentang alam tersebut secara tidak
langsung menggambarkan bahwa alam tidak berawal dan tidak berakhir, atau dengan kata
lain, alam ada tanpa adanya proses penciptaan.
Pandangan klasik Newton ini didasarkan pada pengalaman para fisikawan dilaboratorium,
bahwa materi itu bersifat kekal. Pandangan ini kemudian dikukuhkan oleh Lavoisier pada
akhir abad XVIII dengan “Hukum Kekekalan Materi”. Pandangan bahwa alam ini kekal,
kemudian dikenal sebagai Pandangan Klasik Newtonian.Awal abad XX, muncullah Albert
Einstein, yang berusaha melukiskan bahwa alam benar-benar statis dalam bentuk rumus
matematika yang rumit. Namun, Friedman menyatakan bahwa rumusan Einstein itu justru
menggambarkan bahwa alam ini dinamis dan hal inilah yangtepat sehingga dikenal sebagai
Model Friedman tentang alam.
Dari gagasan-gagasan di atas, maka lahirlah konsepsi, bahwa sekitar 15 miliar tahunyang
lampau di dalam ruang kosong luas tanpa batas terdapat sebongkah besar inti atom
padatmeledak sangat dahsyat melepaskan zat hydrogen ke segala arah menjadi galaksi-
galaksi bintang, dengan proses pembentukan atom yang lebih berat, sehingga di bumi kita ini
terdapat106 unsur atom. Dan kini sisa energi ledakan itu mengakibatkan materi alam (galaksi-
galaksi)saling menjauh. Gagasan mengenai asal-usul alam ini kemudian dikenal sebagai Teori
Big Bang.
Allah telah menciptakan berbagai kejadian ajaib dan menakjubkan, yang tidak akan bis
akita terka dan pahami dengan otak kecil kita ini, dan hal ini dibuktikan oleh Al-Qur’an itu
sendiri. Banyak bukti nyata baik secara ilmiah ataupun sejarah didalam Al-Qur’an, dan inilah
menjadikan Al-Qur’an menjadi kitab yang paling mulia dan banyak dipelajari bahkan
dikalangan no muslim, dan menjadikannya keaajaiban.

1
b. Perumusan Masalah
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan perumusan masalah menjadi sebagai berikut :
1. Bagaimana proses pembentukkan langit dan bumi serta langit yang berupa asap?
2. Dan bagaimana masa penciptaan tujuh langit?

c. Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Al-Qur’an dan Sains, serta menambah wawasan tentang Al-Qur’an dalam pandangan sains
maupun para ahli ulama.

2
BAB II
PEMBAHASAN

a. Al-Qur’an surat Fushsilat ayat 11 (proses pembentukkan langit dan bumi serta
langit yang berupa asap)

Surat fushilat Ayat 11, berikut ayatnya:

َ ‫ال َل َها َول ْ َْل ْرض ٱ ْئت َيا َط ْو ًعا َأ ْو َك ْر ًها َق َال َت ٓا َأ َت ْي َنا َط ٓائع‬
‫ي‬ َ ‫ه ُد َخان َف َق‬
َ ِ ‫ُثم ٱ ْس َت َوى إ َل ٱلس َم ٓا ِء َو‬
ِِ ِ ِ ِ
Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia
berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan
suka hati atau terpaksa”. Keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati”. (surat Fushilat
Ayat 11).

Dalam tafsir Jalalain dijelaskan makna dari ayat tersebut :

(Kemudian Dia menuju) bermaksud kepada (penciptaan langit dan langit itu masih merupakan
asap) masih berbentuk asap yang membumbung tinggi (lalu Dia berfirman kepadanya dan kepada
bumi, "Datanglah kamu keduanya) menurut perintah-Ku (dengan suka hati atau terpaksa") kedua
lafal ini berkedudukan sama dengan Hal, yakni baik dalam keadaan senang hati atau terpaksa
(keduanya menjawab, "Kami datang) beserta makhluk yang ada pada kami (dengan suka hati")
di dalam ungkapan ini diprioritaskan Dhamir Mudzakkar lagi Aqil; atau khithab kepada keduanya
disamakan dengan jamak.
Sedangkan dalam pandangan Ibnu Katsir ayat tersebut dapat dimaknakan menjadi :
Firman Allah Swt.: Kemudian Dia menuju ke langit dan langit itu masih merupakan asap.
(Fushshilat: 11) Yaitu asap air yang naik membumbung saat bumi diciptakan. lalu Dia berkata
kepadanya dan kepada bumi :
"Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa. (Fushshilat:
11)”
Artinya, turutilah perintah-Ku dan tunduklah kepada kemauan-Ku dengan taat atau terpaksa.
Ats-Tsauri telah meriwayatkan dari Ibnu Juraij, dari Sulaiman ibnu Musa, dari Mujahid dan Ibnu
Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi,
"Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa. (Fushshilat:
11)

3
Allah Swt. berfirman kepada langit, "Munculkanlah matahari, rembulan, dan bintang-bintang
(ciptaan)-Ku!" Dan berfirman kepada bumi, "Belahlah kamu untuk sungai-sungaimu dan
keluarkanlah buah-buahanmu!" Keduanya menjawab, "Kami datang dengan suka
hati.(Fushshilat: 11) Pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir rahimahullah.
Keduanya menjawab, "Tidak, bahkan kami datang dengan suka rela penuh ketaatan kepada-
Mu bersama semua makhluk yang hendak Engkau ciptakan, yaitu malaikat, jin, dan manusia yang
ada pada kami, semuanya taat kepada Engkau." Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari sebagian ahli
bahasa yang telah mengatakan bahwa suatu pendapat ada yang menakwilkan bahwa keduanya
diperlakukan sebagaimana perlakuan terhadap makhluk yang berakal berikut dengan
pembicaraan keduanya.
Menurut pendapat lain, sesungguhnya yang berkata demikian dari bagian bumi ialah tempat
Ka'bah berada, dan dari langit ialah bagian yang berada di atas Ka'bah (Baitul Ma'mur). Hanya
Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa seandainya keduanya
menolak, tidak mau datang, niscaya Allah memerintahkan agar keduanya diazab dengan suatu
azab yang keduanya dapat merasakan rasa sakitnya. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan
oleh Ibnu Abu Hatim.

Pada tafsir al-Misbah karya Prof. Quraish Shihab, menuliskan penafsiran ayat di atas adalah,
ketika itu kekuasaan Allah tertuju kepada penciptaan langit yang pada saat itu berujud asap, dan
langit itu pun tercipta. Penciptaan langit dan bumi menurut kehendak-Nya itu adalah mudah,
yaitu seperti orang yang mengatakan kepada sesuatu, “Datanglah, suka atau tidak suka!” Sesuatu
itu pun kemudian menurut.”
kehendak Allah kemudian terbentuklah langit sebagaimana yang sesuai dengan kehendak
Allah, hal ini membuktikan bahwa alam semesta berupa langitpun patuh kepada Allah. Dan masih
ada bukti kekuasaan Allah lainnya tentang kepatuhan alam semesta kepada Allah SWT. Yakni
ketika pada peristiwa pembakaran nabi Ibrahim as, api menyala-nyala, namun Nabi Ibrahim tetap
terselamatkan.
Tidak Ada Keraguan, Bahwa Alam Semesta Memang Patuh Kepada Allah
Ayat yang menceritakan tentang peristiwa tragis pembakaran Nabi Ibrahim as, sungguh benar
adanya, dari kisah tersebut kita bisa mengambil benang merahnya bahwa api yang termasuk
golongan alam, mampu bersahabat dengan manusia. Sehingga Nabi Ibrahim yang dibakar hidup
selama seminggu tidak merasakan panasnya api yang membara. Semua ini terjadi atas kehendak
Allah, yang mana api patuh dengan perintah Allah, untuk memberikan perlindungan kepada Nabi
Ibrahim.

4
Berikut kisah pembakaran Nabi Ibrahim yang tertera pada surat al-Anbiya’ ayat 68-69:

ً ‫ ) ُق ْل َنا َيا َن ُار ُكون َب ْر ًدا َو َس‬68( ‫ي‬


َ ‫الما َع َل إ ْب َراه‬ َ ‫ُصوا آل َه َت ُك ْم إ ْن ُك ْن ُت ْم َفاعل‬
ُ ْ َ ُ ُ َ ُ َ
‫يم‬ ِ ِ ِِ ِِ ِ ِ ُ ‫قالوا ح ِّرقوه وان‬
Mereka berkata: “Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak
bertindak”. Kami berfirman: “Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi
Ibrahim”
Kitab Taisirul Karimir Rahmani fi Tafsiri Kalamil Manan atau Tafsir As Sa’di karangan Syaikh
Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di menceritakan, ketika itu, orang-orang mengumpulkan kayu
bakar yang banyak sekali, sampai-sampai ada seorang wanita yang sakit, lalu ia bernazar bahwa
jika ia sembuh dari penyakitnya, ia akan membawakan kayu bakar itu buat membakar Nabi
Ibrahim.

Kayu-kayu bakar itu kemudian dikumpulkan di tanah yang legok dan mereka menyalakannya
dengan api sehingga terjadilah api yang sangat besar yang belum pernah ada api sebesar itu.
Nyala api itu mengeluarkan percikan-percikan yang sangat besar, dan nyalanya sangat tinggi.
Ibrahim dimasukkan ke dalam sebuah alat pelontar batu besar atas saran seorang Badui dari
kalangan penduduk negeri Persia berbangsa Kurdi. Menurut Syu’aib Al-Jiba’i, nama lelaki itu
adalah Haizan; maka Allah membenamkannya ke dalam bumi, dan ia tenggelam terus ke dalam
bumi sampai hari kiamat.
Setelah mereka melemparkan Nabi Ibrahim ke dalam nyala api itu, Nabi Ibrahim pun merasa
gentar dan tak henti-hentinya mengucapkan dzikir:

‫حسب هللا ونعم الوكيل‬


ِ
(hasbunallah wa nikmal wakiil)

Pada Tafsir Jalalain karya Syeckh Jalaluddin As-suyuti dan Jalaluddin Mahalli menuliskan,
bahwa setelah Nabi Ibrahim dilemparkan pada api yang membara, Allah berfirman demikian:
(Kami berfirman, “Hai api! Menjadi dinginlah dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim”)
maka api itu tidak membakarnya selain pada tali-tali pengikatnya saja dan lenyaplah panas api
itu, yang tinggal hanyalah cahayanya saja, hal ini berkat perintah Allah, ‘Salaaman’ yakni menjadi
keselamatan bagi Ibrahim, akhirnya Nabi Ibrahim selamat dari kematian karena api itu dingin.
Jadi seluruh benda alam semesta ini tunduk kepada Allah, patuh kepada kekuasaanNya,
berjalan menurut kehendak dan perintahNya. Tidak satu pun makhluk yang mengingkariNya.
Semua menjalankan tugas dan perannya masing-masing.

5
Pada ayat ini Allah menerangkan keadaan langit. Setelah Allah menciptakan bumi Dia menuju
ke langit, waktu itu langit berupa asap. Bagaimana keadaan asap itu dan apa hakikatnya, hanya
Allah sajalah yang mengetahui-Nya.

Sekalipun ada yang mencoba menerangkan keadaan asap yang dimaksud, baik yang
dikemukakan oleh pendeta-pendeta Yahudi, maupun oleh para ahli yang telah mencoba
menyelidikinya, namun belum ada keterangan yang pasti yang menerangkan keadaan dan
hakikat asap itu. Sehubungan dengan tidak adanya Alquran menjelaskan apa sesungguhnya yang
dimaksud dengan kata dukhan, karena itu beberapa referensi berusaha menafsirkan kata
inisedemikian rupa. Bucaille memahami kata ini sebagai asap yang terdiri dari stratum
(lapisan)gas dengan bagian-bagian yang kecil yang mungkin memasuki tahap keadaan keras atau
cairdan dalam suhu rendah atau tinggi. Ibnu Katsir menafsirkan dengan sejenis uap air. Al-Raghib
melukiskan kehalusan dan keringanan sifat dukhan. Menurut Hanafy Ahmad, karena sifat
sedemikian, Ia dapat mengalir dan beterbangan di udara seperti mengalir dan beterbangan al-
sahab"
proses penciptaan alam semesta, maka seharusnya kata ini dipahami dengan hasil temuan
sains yang telah dihandalkan kebenarannya secara empiris. Tentu saja merupakan
suatukesalahan bagi yang mengatakan bahwa ruang alam (al- sama’ ) berasal dari materisejenis
dukhan. Berdasarkan dalam surat Al-Fusilat ayat 11, Dukhan tidak menunjukkan suatumateri asal
ruang alam (al- sama’ ), akan tetapi ia menjelaskan tentang bentuk alam semestaketika
berlangsungnya fase awal penciptaannya. Hal ini diperkuat dengan hasil temuan ilmuwan bahwa
pada suatu ketika dalam penciptaan terjadinya ekspansi yang sangat cepat
sehingga timbul “kondensasi” proses dimana pemuaian dan gas kehi langan panas dan akan
berubah bentuk menjadi cair. Saat pemuaian dan gas naik ke tempat lebih tinggi,
temperaturudara lingkungan sekitar akan semakin turun menyebabkan terjadinya proses
kondensasi dankembali ke bentuk cair dan energi berubah menjadi materi. Sebagaimana
Dukhan.
Alquran juga menunjukkan bahwa zat alir atau sop kosmos (al-ma’ ) telah ada sebagai salah
satu kondisi terwujudnya alam semesta. Dengan kata lain, sebelumalam semesta terbentuk
seperti sekarang, ia mengalami bentuk atau sifat semacam zat alir atau sop kosmos
Menurut teori ilmu pengetahuan hal tersebut menggambarkan mengenai permulaan alam
semesta. Peristiwa tersebut ditandai dengan terjadinya peristiwa yang oleh para ilmuwan
disebut Big Bang.
Peristiwa tersebut sangat jelas terlihat pada surah al-Anbiya’/21 ayat 30 yang penggalannya
berbunyi demikian: “….bahwa langit dan bumi keduanya dahulu adalah satu yang padu,
kemudian Kami pisahkan…” .

6
Ilmu kosmologi modern, baik dari pengamatan maupun teori, secara jelas mengindikasikan
bahwa pada suatu saat, seluruh alam semesta terdiri hanya dari awan dari “asap” yang terdiri
atas komposisi gas yang padat dan sangat panas.

Kumpulan ini terdiri atas sejumlah besar kekuatan atom yang saling berkaitan dan berada di
bawah tekanan yang sangat kuat. Jari-jari kumpulan yang berbentuk bola ini diperkirakan sekitar
5 juta kilometer. Cairan atom pertamanya berupa ledakan dahsyat (yang biasa disebut Big Bang),
dan mengakibatkan terbentuk dan terpencarnya berbagai benda langit. Hal ini sudah menjadi
prinsip yang teruji dan menjadi dasar dalam kosmologi modern.
Dengan semakin majunya ilmu pengetahuan, para peneliti saat ini dapat menyaksikan
“kelahiran” bintang dengan menggunakan teleskop yang sangat canggih. Teori mengenai
bentukan “asap” sebagai asal-muasal suatu bintang, juga telah disebutkan dalam Surah
Fussilat/41: 11 di atas.
Karena bumi dan langit di atasnya (matahari, bulan, bintang, planet, galaksi, dan sebagainya)
terbentuk dari “asap” yang sama, maka para pakar menyimpulkan bahwa bumi dan isi langit
seluruhnya adalah satu kesatuan sebelumnya. Dari material “asap” yang sama ini, kemudian
mereka terpisah satu sama lain. Hal yang demikian ini juga telah diungkapkan oleh Al-Qur’an
dalam Surah al-Anbiya’/21: 30 tersebut di atas.
Pada ayat ini, seolah-olah Allah menerangkan bahwa bumi lebih dahulu diciptakan dari langit
dengan segala isinya, termasuk di dalamnya matahari, bulan, dan bintang-bintang. Ayat yang lain
menerangkan bahwa Allah menciptakan langit lebih dahulu dari menciptakan bumi.

Oleh karena itu, ada sebagian mufasir yang mencoba mengompromikan kedua ayat ini.
Menurut mereka, dalam perencanaan, Allah lebih dahulu merencanakan bumi dengan segala
isinya. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya, Allah menciptakan langit dengan segala isinya lebih
dahulu, kemudian sesudah itu baru menciptakan bumi dengan segala isinya.

Setelah selesai menciptakan langit dan bumi beserta segala isinya, Allah memerintahkan
keduanya untuk datang kepada-Nya, baik dalam keadaan senang maupun terpaksa. Langit dan
bumi mengatakan bahwa mereka akan datang dengan tunduk dan patuh. Kemudian Allah
bertitah kepada langit, “Perhatikanlah sinar mataharimu, cahaya bulanmu, cahaya gemerlap dari
binatang-bintang, hembuskanlah anginmu, edarkanlah awanmu, sehingga dapat menuru nkan
hujan.”
Allah berfirman pula kepada bumi, “Alirkanlah sungai-sungaimu, serta tumbuhkanlah
tanaman-tanaman dan pohon-pohonmu.” Keduanya menjawab, “Kami penuhi segala perintah-
Mu dengan patuh dan taat.”

Sebagian ahli tafsir menafsirkan “datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka
atau terpaksa” dengan “jadilah kamu keduanya menurut Sunnah-Ku yang telah Aku tetapkan,
jangan menyimpang sedikit pun dari ketentuan-Ku itu, ikutilah proses-proses kejadianmu sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan.”
7
Dengan kata lain dapat dipahami bahwa Allah memerintahkan kepada langit dan bumi untuk
menyempurnakan kejadiannya sesuai dengan ketetapan yang telah ditentukan, seperti bumi
akan tercipta pada saatnya, demikian pula gunung-gunung, air, udara, binatang-binatang,
manusia, dan tumbuh-tumbuhan.
Semuanya akan terjadi pada waktu yang ditentukan-Nya, tidak ada satu pun yang
menyimpang dari ketentuan-Nya.Dari ayat ini dapat dipahami bahwa kejadian langit dan bumi
itu, mulai dari terjadinya sampai kepada bentuk yang ada sekarang, melalui proses-proses
tertentu sesuai dengan sunah Allah. Segala sesuatu yang ada di bumi dan di langit akan ada pada
waktunya, dan akan hilang atau musnah pada waktunya pula, sesuai dengan keadaan langit dan
bumi pada waktu itu.

8
b. Al-Qur’an surat Fushshilat ayat 12 (masa penciptaan tujuh langit)
Surah Fussilat Ayat 12 berbicara mengenai hikmah penciptaan langit. Selain itu juga dijelaskan
mengenai masa penciptaannya. Langit tidak hanya dibiarkan sendiri, ia dihiasi dengan bintang-
bintang dan setiap bintang mengentahui tugasnya masing-masing.

ْ ْ َْ َ ً ْ ْ ُّ ۤ َ َ َ ۤ ُ ْ ََْ َْ ْ َ ْ َ َ ْ َ ُ ََ
‫ف ك ِّل َس َماء ا ْم َرها ۗ َوزينا الس َما َء الدن َيا ِب َم َص ِاب ْي َح َو ِحفظا ۗذ ِلك تق ِد ْي ُر ال َعز ْيز ال َع ِل ْي ِم‬ ِ ِ ‫فقضىهن سبع سموت ِ ِف يومي واوح‬
Artinya :

Lalu diciptakan-Nya tujuh langit dalam dua masa dan pada setiap langit Dia mewahyukan urusan
masing-masing. Kemudian langit yang dekat (dengan bumi), Kami hiasi dengan bintang-bintang,
dan (Kami ciptakan itu) untuk memelihara. Demikianlah ketentuan (Allah) Yang Mahaperkasa,
Maha Mengetahui.

Dalam tafsir Jalalain ayat tersebut ditafsirkan menjadi :


(Maka Dia menjadikannya) dhamir yang ada pada lafal ayat ini kembali kepada lafal As-Samaa
atau langit, karena memandang dari segi maknanya (tujuh langit dalam dua hari) yakni hari Kamis
dan hari Jumat, Dia telah selesai dari menciptakan langit pada saat-saat terakhir dari hari
tersebut. Dan pada hari itu juga diciptakan Nabi Adam, oleh karena itu maka di sini tidak
dikatakan Fasawwaahunna tetapi Faqadhaahunna. Dan sesuai dengan makna ayat ini yaitu ayat-
ayat tentang penciptaan langit dan bumi dalam enam hari (dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap
langit urusannya) yang telah Dia perintahkan kepada penduduk yang ada di dalamnya, yaitu taat
dan beribadah kepada-Nya. (Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan pelita-pelita) yakni bintang-
bintang yang cemerlang (dan Kami memeliharanya) dinashabkan oleh Fi'ilnya yang
keberadaannya diperkirakan, Kami menjaganya dengan meteor-meteor dari setan yang mau
mencuri-curi pembicaraan para malaikat. (Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa) di dalam
kerajaan-Nya (lagi Maha Mengetahui) makhluk-Nya

Ayat ini menerangkan bahwa Allah menyempurnakan kejadian langit itu dengan menjadikan
tujuh langit dalam dua masa. Dengan demikian, lamanya Allah merencanakan penciptaan langit
dan bumi ialah selama enam masa. Firman Allah:
َ ْ ‫ض‬
‫ف ِست ِة ايام‬ َ َْ ْ َ َ َ َ ْ َّ ُ ٰ ُ ُ َ
ِ ِ ‫اِ ن ربكم اّلل ال ِذي خلق السمو ِت واْلر‬
Sungguh, Tuhanmu (adalah) Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa. (al-
A’raf/7: 54)
Diterangkan juga bahwa Allah menghiasi langit dengan bintang-bintang yang gemerlapan. Ada
bintang yang bercahaya sendiri dan ada pula yang menerima pantulan cahaya dari bintang yang
lain. Oleh karena itu, cahaya bintang-bintang itu terlihat tidak sama. Ketidaksamaan cahaya
bintang-bintang itu menimbulkan keindahan yang tiada taranya.

9
Allah menjadikan pada tiap-tiap langit sesuatu yang diperlukan, sesuai dengan hikmah dan
sunah-Nya. Seperti adanya memberi tarik pada tiap-tiap planet dan menjadikannya berjalan pada
garis edarnya, sehingga planet-planet itu tidak akan jatuh dan berbenturan antara yang satu
dengan yang lain.
Untuk setiap planet itu ditetapkan tugas-tugas tertentu, sesuai dengan keadaan dan sifatnya,
seperti tugas bulan tidak sama dengan tugas matahari, karena kejadian keduanya berlainan.
Semua yang diterangkan itu merupakan ciptaan Allah, Tuhan Yang Mahakuasa, dan mereka harus
tunduk kepada ketetapan-Nya. Tidak ada satu pun dari ciptaan Allah yang menyimpang dari
ketetapan-Nya. Dia mengetahui keadaan makhluk yang diciptakan-Nya itu, baik yang halus
maupun yang kasar, baik yang nyata maupun yang tersembunyi
Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. (Fushshilat: 12) Artinya, Allah selesai
menyempurnakan ciptaan langit menjadi tujuh langit dalam dua hari, yakni hari Kamis dan hari
Jumat. dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. (Fushshilat: 12) Yakni Dia mengatur
dan menetapkan pada tiap-tiap langit segala sesuatu yang diperlukannya berupa para malaikat
dan lain-lainnya yang tiada seorang pun mengetahuinya kecuali hanya Dia. Dan Kami hiasi langit
yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang. (Fushshilat: 12) Maksudnya, bintang-
bintang yang bercahaya yang tampak di mata penduduk bumi.
Dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. (Fushshilat: 12) Yaitu sebagai penjaga-
penjaga dari setan-setan yang bermaksud mencuri-curi dengar pembicaraan para malaikat.
Demikianlah ketentuan Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui. (Fushshilat: 12) Yakni
Mahaperkasa Yang mengalahkan segala sesuatu dan menundukkannya, lagi Yang Maha
Mengetahui tentang semua gerakan dan diamnya semua makhluk. ". ". [: 38] Ibnu Jarir
mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hanad ibnus Sirri, telah menceritakan kepada
kami Abu Bakar ibnu Iyasy, dari Abu Sa'id Al-Baqqal, dari Ikrimah dari Ibnu Abbas.

Hanad mengatakan bahwa ia telah membaca semua hadis (yang antara lain menceritakan)
bahwa orang-orang Yahudi datang kepada Nabi Saw., lalu menanyainya tentang penciptaan
langit dan bumi. Maka Rasulullah Saw. menjawab, bahwa Allah Swt. menciptakan bumi pada hari
Ahad dan Senin; menciptakan gunung-gunung pada hari Selasa berikut semua manfaat dan
kegunaan yang ada di dalamnya; dan menciptakan pepohonan, air, perkotaan, bangunan-
bangunan, dan tanah-tanah yang tak berpenghuni pada hari Rabu; inilah yang dimaksud dengan
masa empat hari. Katakanlah, "Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan
bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat) demikian itulah
Tuhan semesta alam.

Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya
dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)wya dalam empat masa
genap. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. (Fushshilat: 9-10) Yakni
bagi orang yang menanyakannya. Dia menciptakan langit pada hari Kamis; dan pada hari Jumat
Dia menciptakan bintang-bintang, matahari, rembulan, dan para malaikat sampai waktu tinggal

10
tiga saat lagi. Kemudian pada saat waktu tinggal dua saat lagi Allah menimpakan malapetaka
terhadap segala sesuatu yang digunakan oleh manusia, dan pada saat yang terakhir Dia
menciptakan Adam, lalu menempatkannya di dalam surga.

Dia memerintahkan kepada iblis untuk bersujud kepada Adam, dan Allah mengusir Adam dari
surga di saat yang terakhir. Kemudian orang-orang Yahudi berkata, "Kemudian bagaimanakah
kisah selanjutnya, hai Muhammad?" Nabi Saw. bersabda bahwa kemudian Allah Istiwa di atas
'Arasy. Orang-orang Yahudi berkata, "Engkau benar, sekiranya saja engkau sempurnakan."
Mereka mengatakan, "Kemudian Allah beristirahat (sesudah itu)." Maka Nabi Saw. marah dengan
lalu turunlah firman Allah Swt.: Dan sesungguhnya telah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa
yang ada antara keduanya dalam enam masa, dan Kami sedikit pun tidak ditimpa keletihan.
Maka bersabarlah kamu terhadap apa yang mereka katakan. (Qaf: 38-39) Hadis ini
mengandung garabah. Adapun mengenai hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Juraij dari Ismail ibnu
Umayyah dari Ayyub ibnu Khalid, dari Abdullah ibnu Rafi', dari Abu Hurairah r.a. yang
menceritakan bahwa Rasulullah Saw. memegang tangannya, lalu bersabda: Allah menciptakan
bumi pada hari Sabtu dan menciptakan padanya gunung-gunung pada hari Ahad, dan
menciptakan pepohonan pada hari Senin, dan menciptakan hal yang tidak disukai pada hari
Selasa,dan menciptakan cahaya pada hari Rabu, dan menyebarkan hewan-hewan padanya pada
hari Kamis, dan menciptakan Adam pada hari Jumat sesudah ashar, yang merupakan makhluk
terakhir, diciptakan pada saat yang terakhir dari waktu hari Jumat, yaitu dalam waktu antara
ashar sampai malam.

Maka hadis ini telah diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Imam Nasai di dalam kitabnya
masing-masing melalui hadis Ibnu Juraij dengan sanad yang sama, dan hadis ini merupakan salah
satu dari hadis-hadis garib yang ada dalam kitab sahih. Imam Bukhari di dalam kitab Tarikhnya
telah menganalisisnya, untuk itu ia mengatakan bahwa sebagian dari mereka meriwayatkannya
melalui Abu Hurairah r.a. dan Ka'bul Ahbar, dan ini adalah yang paling sahih."
“Maka Dia melaksanakannya tujuh langit dalam dua hari."
Yaitu setelah Allah memulai tujuannya ke langit dan telah diberi ingat kepada langit dan bumi
agar tunduk, taat atau terpaksa, diatur langit dalam tujuh tingkat dalam dua hari. Tentang tujuh
tingkat ini pun, yang paling baik bagi kita ialah menyerahkan maksud dan tafsirnya kepada Allah
juga. Ilmu manusia tidak akan mencapai bagaimana hakikat yang dikatakan tujuh itu. Ada orang
yang mencoba menafsirkan bahwa tujuh langit ialah tujuh satelit! Lalu mereka hitung bintang-
bintang satelit itu sampai tujuh. Tetapi bumi sendiri pun termasuk di dalamnya, matahari sendiri
pun ada penafsir yang memasukkan di dalam yang tujuh itu pula. Sekarang tafsir yang demikian
sudah dianggap kolot. Ada yang menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan tujuh langit ialah
tujuh galaksi, kumpulan berjuta-juta bintang yang berada di sekeliling mataharinya sendiri-
sendiri. Kemudian ternyata bahwa galaksi itu tidak tujuh, bahkan beribu-ribu.

11
Ada pula yang mengatakan bahwa bulan terletak di langit yang pertama dan matahari di langit
yang keempat.
Semua tafsir yang demikian tidak ada pegangannya. Lebih baik diterima keseluruhan apa yang
difirmankan Allah bahwa langit tujuh. Yang mana dia, kita tidak di-beritahu secara terperinci.
Bahkan dengan jelas dikatakan bahwa hujan turun dari langit. Setelah manusia naik kapal udara
sekarang ini, kerap kali jelas bahwa hujan itu turun dari dalam awan yang berada di bawah kapal
terbang yang sedang terbang itu.

Bagi kita manusia pun pernah juga disebut apa yang dikatakan langit."Langit ialah yang di atas
kita".
Maka apabila kita telah mendengar dari ilmu alam, ahli geologi, dan ahli perbintangan tentang
alam raya ini dan kita dengar pula tentang apa yang disebut perhitungan tahun cahaya, ingatlah
kita memahamkan apa yang dimaksud dengan ucapan Allahu Akbar. Allah Mahabesar atau Allah
Mahaagung. Dan saat kita pahamkan bahwa jika tersebut bahwa sesudah Allah menjadikan bumi,
Allah pun berpindah ke langit, maksudnya buka berpindah sebagai kita berpindah. Melainkan
semata-mata memindahkan urusan belaka. Karena di hadapan kebesaran Allah, ketujuh petala
langit dan bumi dan bintang-bintang tidak ada yang berjarak jauh. Dan kalau Allah berfirman pula
bahwa Dia melaksanakan ketujuh langit itu dalam dua hari, saat pula kita pahamkan apa yang
dimaksud dengan hari, yaitu sebagai kita memikirkan dua hari mulai penyempurnaan kejadian
bumi tadi pula.
“Dan Dia mewahyukan kehendak-Nya pada tiap-tiap langit." Yaitu menyampaikan perintah
kepada tiap-tiap langit itu tentang tugasnya masing-masing, supaya berjalan pula dengan teratur
menurut jalan yang telah digariskan Allah, tidak boleh berubah barang satu detik pun. Itulah yang
terkadang dinamai sunnatullah dan terkadang dinamai Namus al-Akbar.
“Dan Kami perhiasi langit dunia dengan pelita-pelita dan pemeliharaanPerhiasan langit dunia,
yaitu langit yang masih saat dicapai oleh penglihatan mata kita, entah berapa pun jaraknya, itulah
bintang-bintang yang berkelap kelip indah di waktu malam itu. Dalam ayat ini dianya disebut
pelita-pelita saja dan dia disebut perhiasan. Pada kalimat perhiasan dan pelita tergabunglah rasa
keindahan. Atau rasa keharuan melihat betapa cantiknya dan cahayanya di malam hari. Semua
orang tahu bahwa semuanya itu adalah bintang-bintang.
Dengan sebab pelita hiasan alam di malam hari itu, tertariklah perasaan buat mengagumi
alam, meskipun orang yang menjuruskan perhatiannya kepada ilmu astronomi mengatakan
bahwa bintang-bintang itu adayangbesarnya seratus kali bumi, seribu kali bumi atau sekian juta
kali bumi. Karena tempatnya yang sangat jauh, hanya cahayanya saja yang sampai ke bumi kita
ini. Kemudian dikatakan pula oleh ahli penyelidik bahwa ada di antara pelita alam itu yang jauh
jaraknya dari bumi 1.000 tahun cahaya atau satu juta tahun cahaya atau seratus juta tahun
cahaya. Sehingga ada kemungkinan, menurut teori relatif Einstein, bahwa bintang yang kelihatan
sebagai pelita itu, ada yang telah satu juta tahun tidak ada di tempatnya itu lagi dan yang kita
lihat itu hanya tinggal cahayanya saja.
12
Kemudian dikatakan pula bahwa di samping dia semuanya itu adalah pelita penghias langit,
yang telah ditiru orang di waktu malam dengan menghiasi kota-kota besar dengan lampu neon
warna-warni, ada lagi hal yang lain yang patut diperhatikan, yaitu bahwa bintang-bintang itu
bukan saja pelita indah dari alam, melainkan mempunyai juga tugas lain yang lebih berat, yaitu
pemeliharaan.
Dalam ayat-ayat yang lain dalam Al-Qur'an ada juga diterangkan bahwa ada di antara bintang-
bintang itu yang menjadi pengawal dan pengawas terhadap setan dan jin yang hendak mencoba
mengacau peredaran namus tadi; mencoba hendak mendengar-dengar rahasia langit, mencuri
pendengaran. Namun bila saja mereka mendekat, mereka telah dipanah hingga tersungkur jatuh
terbakar atau lari.
Dan boleh pula kita ingat bagaimana pentingnya pertalian di antara satu bintang dengan
bintang yang lain, karena perseimbangan jarak yang membawa perseimbangan jalan putaran
alam, yang satu berkait dengan yang lain, sehingga tempat tiap-tiap bintang itu telah tetap. Itulah
yang dinamai falak. Sehingga edaran bumi mengelilingi matahari pun tidak boleh berkisar
daripada dua belas gugusan bintang-bintang, Februari gugusan bintang anu, sampai kepada
Desember, sehingga ukuran waktu terbit dan terbenamnya matahari saat dipastikan, atau tengah
harinya, Zhuhur dan Asharnya, Maghrib dan Isyanya.
“Demikianiah takdir dari Yang Mahaper-kasa." Keperkasaan Allah itu tampak pada kepatuhan
alam itu sendiri menaati aturan, sehingga tidak ada satu pun yang saat membangkang ataupun
membuat aturan sendiri. Karena membuat aturan sendiri di luar aturan Allah adalah kehancuran.

“Lagi Yang Mahatahu."


Ayat ini menerangkan bahwa Allah menyempurnakan kejadian langit itu dengan menjadikan
tujuh langit dalam dua masa. Dengan demikian, lamanya Allah merencanakan penciptaan langit
dan bumi ialah selama enam masa. Firman Allah:
َْ َ ْ ً ُ َّ ْ ۗ ْ َ َ ْ ُ َ َْ َ ََ َّ ُ ٰ ُ ُ َ
‫س َوالق َم َر‬‫استوى َعل ال َع ْرش ُيغ ِش ال ْي َل الن َه َار َي ْطل ُبه َح ِث ْيثا والشم‬ ‫ف ِست ِة ايام ثم‬ ْ ‫ض‬
ِ ِ
َ ‫اْل ْر‬‫اّلل ال ِذ ْي خل َق السمو ِت و‬ ‫اِ ن ربكم‬
َ‫اّلل َر ُّب ْالع َلم ْي‬ َ ْ َ ُ ْ َ ْ ُ َ ََ ْ َ
ُ ٰ ‫اْل ْم ُ ۗر َت َب َك‬ ُّ
ِ ‫ َوالن ُجوم مسخرت ِبامره ال له الخلق و‬.
َ ُ َ ْ

“Sungguh, Tuhanmu (adalah) Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia
bersemayam di atas ‘Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan
cepat. (Dia ciptakan) matahari, bulan dan bintang-bintang tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah!
Segala penciptaan dan urusan menjadi hak-Nya. Mahasuci Allah, Tuhan seluruh alam.” (al-
A'raf/7: 54)
Diterangkan juga bahwa Allah menghiasi langit dengan bintang-bintang yang gemerlapan. Ada
bintang yang bercahaya sendiri dan ada pula yang menerima pantulan cahaya dari bintang yang
lain. Oleh karena itu, cahaya bintang-bintang itu terlihat tidak sama. Ketidaksamaan cahaya
bintang-bintang itu menimbulkan keindahan yang tiada taranya.

13
Allah menjadikan pada tiap-tiap langit sesuatu yang diperlukan, sesuai dengan hikmah dan
sunah-Nya. Seperti adanya memberi tarik pada tiap-tiap planet dan menjadikannya berjalan pada
garis edarnya, sehingga planet-planet itu tidak akan jatuh dan berbenturan antara yang satu
dengan yang lain. Untuk setiap planet itu ditetapkan tugas-tugas tertentu, sesuai dengan
keadaan dan sifatnya, seperti tugas bulan tidak sama dengan tugas matahari, karena kejadian
keduanya berlainan.
Semua yang diterangkan itu merupakan ciptaan Allah, Tuhan Yang Mahakuasa, dan mereka
harus tunduk kepada ketetapan-Nya. Tidak ada satu pun dari ciptaan Allah yang menyimpang
dari ketetapan-Nya. Dia mengetahui keadaan makhluk yang diciptakan-Nya itu, baik yang halus
maupun yang kasar, baik yang nyata maupun yang tersembunyi.

14
BAB III
PENUTUP

a. Kesimpulan
Tidak hanya manusia yang tunduk kepada Allah SWT, akan tetapi, alam semesta juga tunduk
kepada Allah. Ketundukan alam semesta ini bisa dirasakan, bahkan dilihat kasap mata manusia
ketika Allah melakukan sesuatu untuk hambaNya yang sedang membangun kemaslahatan dunia.
Karena dengan begitu terjalin hubungan persahabatan antara manusia dengan alam semesta.
Suka atau tidak, manusia itu harus bersahabat dengan alam karena alam raya adalah tempat
manusia hidup untuk menjalankan apa yang diperintahkan Allah.
Pada surat Fussilat ayat 12 masih menjelaskan tentang penciptaan langit. Lalu diciptakan-Nya
tujuh langit dalam waktu dua masa, dan pada setiap langit Dia mewahyukan dan menetapkan
urusan masing-masing. Kemudian langit yang dekat dengan bumi, Kami hiasi dengan bintang-
bintang yang bersinar cemerlang, dan Kami ciptakan bintang-bintang itu untuk memelihara langit
dengan pemeliharaan yang sempurna.

Allah menjadikan pada tiap-tiap langit sesuatu yang diperlukan, sesuai dengan hikmah dan
sunah-Nya. Seperti adanya memberi tarik pada tiap-tiap planet dan menjadikannya berjalan pada
garis edarnya, sehingga planet-planet itu tidak akan jatuh dan berbenturan antara yang satu
dengan yang lain. Untuk setiap planet itu ditetapkan tugas-tugas tertentu, sesuai dengan
keadaan dan sifatnya, seperti tugas bulan tidak sama dengan tugas matahari, karena kejadian
keduanya berlainan.
Semua yang diterangkan itu merupakan ciptaan Allah, Tuhan Yang Mahakuasa, dan mereka
harus tunduk kepada ketetapan-Nya. Tidak ada satu pun dari ciptaan Allah yang menyimpang
dari ketetapan-Nya. Dia mengetahui keadaan makhluk yang diciptakan-Nya itu, baik yang halus
ma upun yang kasar, baik yang nyata maupun yang tersembunyi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Tafsir Jalalain
Tafsir Ibnu Katsir
https://kalam.sindonews.com/ayat/12/41/fussilat-ayat-12

https://www.merdeka.com/quran/fussilat/ayat11-12
Academia.Edu
https://tafsir.learn-quran.co/id/surat-41-fussilat/ayat-11
Quthb Sayyid, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, Penrj, As’ad Yasin dkk,(Jakarta: Gemma

Insani Press, 2001)


Ar-Rifa’iMuhammad Nasib, Tafsir Ibnu Katsir, (Jakarta: Gemma Insani, 2008)
Depertemen. Agama RI, Al-Qur’anAl-Karim dan Terjemahnya, Pen.CV. Toha
Putra, Semarang, 1996

16

Anda mungkin juga menyukai