Anda di halaman 1dari 7

KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA

Pendahuluan:

Kebutuhan manusia terhadap agama adalah kebutuhan yang sejatinya benar-benar


diluar atau melebihi dari semua kebutuhan-kebutuhan manusia terhadap perkara-perkara
dunia yang lainnya. Oleh karena itu kalau kita gambarkan bahwa kebutuhan manusia yang
penuh kekurangan, seperti yang tercantum pada surah Al-fathir ayat 15

‫ هَّلل ِ ا إِلَى ْالفُقَ َرا ُء أَ ْنتُ ُم النَّاسُ أَيُّهَا يَا‬,ُ ‫ْال َح ِمي ُد ْال َغنِ ُّي هُ َو َوهَّللا‬

Wahai sekalian manusia kamu sekalian adalah orang-orang yang fuqro butuh kepada rahmat
Allah swt butuh kepada kebaikan-kebaikan darinya. Inilah sifat manusia Al-fuqro (Butuh),
artinya kalau mereka tidak diberikan rahmat oleh Allah swt maka mereka tidak akan
merasakan kebaikan dalam hidupnya, mereka tidak akan merasakan ketenangan yang hakiki
dalam hidupnya, karena Allah yang menciptakan mereka maka butuh aturan darinya dan
butuh petunjuk darinya agar manusia bisa menjalankan kehidupan yang hakiki bagi mereka.
Ini yang di butuhkan bagi kita bahwa agama dibutuhkan untuk memperbaiki diri kita masalah
masalah yang kita hadapi di kehidupan, kendala-kendala yang tidak bisa kita pecahkan
sebabnya karena kita berpaling dari Allah swt yang menciptakan kita.

Pada zaman dahulu manusia mencari tempat bersandar untuk menenangkan diri dan
memohon untuk sesuatu hal yang diinginkan, pada akhirnya muncul lah yang namanya
“Agama” sebagai tempat bersandar manusia seperti : Yahudi, Kristen, Iluminati, Animisme
bahkan ada agama yang menyembah sebuah benda mati yaitu berhala. Dan disinilah peran
nabi dan rasul dalam menyempurnakan sebuah agama.

Teori Evolusi Kepercayaan dalam Antropologi


Budaya

1. Herbert Spencer
Seorang ahli filsafat dari Inggris bernama H. Spencer memfokuskan perhatian terhadap
masalah evolusi masyarakat dengan mempergunakan bahan etnografi dan etnografika dimana
ruang lingkupnya yang sangat luas dan sangat sistematis dalam karya-karyanya. Karya-karya
H. Spencer berdasarkan konsepsi dimana seluruh isi alam baik itu organik, non organik, dan
superorganis (kebudayaan) berevolusi karena didorong oleh kekuatan mutlak dimana disebut
sebagai evolusi universal. Perkembangan masyarakat dan kebudayaan di dunia hampir sama,
yang membedakan hanyalah tingkatan evolusi tiap sub-sub bagian masyarakat.

Menurut H. Spencer tingkat evolusi yang lebih kompleks dan berdiferensiasi dalam bentuk
religi yaitu penyembahan terhadap dewa-dewa. Dewa-dewa yang menjadi pusat orientasi dan
penyembahan manusia dalam tingkat evolusi religi memiliki ciri yang khas dalam pandangan
umatnya, karena tercantum dalam mitologi yang tercantum dalam bentuk tulisan. Namun
walaupun religi dari semua bangsa di dunia pada garis besar evolusi universal akan
berkembang dari tingkat penyembahan roh nenek moyang ketingkat penyembahan dewa-
dewa.

2. E.B. Tylor

Ahli arkeolog dari Inggris bernama E.B. Tylor menganut cara berpikir evolusionisme. Beliau
berpendapat bahwa asal mula religi adalah adanya kesadaran manusia akan adanya jiwa yang
disebabkan oleh dua hal yaitu perbedaan yang tampak pada manusia antara hal-hal yang
hidup dengan hal-hal yang mati, dan peristiwa mimpi. Pada saat tidur atau pikiran melayang
hubungan jiwa dan raga akan tetap ada. Tetapi jika manusia mati hubungan jiwa dan raga
akan terputus. Jiwa yang terputus dari raga akan bebas mengisi alam yang akan menjadi
makhluk halus yang akan hidup berdampingan dengan manusia, ditempatkan pada posisi
yang penting yaitu dijadikan obyek penghormatan dan penyembahan. E.B Tylor juga
berpendirian bahwa bentuk religi paling tua adalah penyembahan kepada roh-roh yang
merupakan personifikasi dari jiwa-jiwa orang-orang yang telah meninggal, terutama nenek
moyangnya. Penyembahan terhadap makhluk halus menurut E.B Tylor disebut sebagai
animisme yang pada akhirnya merupakan bentuk religi tertua. Makhluk halus penghuni alam
sering disebut sebagai Dewa. Semua Dewa pada hakekatnya merupakan penjelmaan dari satu
dewa yang tertinggi. Dewa memiliki tingkatan dan tingkat tertinggi para dewa menurut
keyakinan terhadap satu Dewa atau Tuhan dan akan timbul religi yang bersifat monotheisme
sebagai tingkat yang terakhir dalam evolusi religi manusia.
Teori yang lain tentang kebudayaan, E.B Tylor beranggapan bahwa kebudayaan merupakan
keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat
seseorang sebagai anggota masyarakat.

3. J.G. Frazer

James Frazer adalah murid Tylor, telah menulis The Golden Bough (1890) yang isinya adalah
perbandingan yang sangat luas tentang agama dan ritus, serta berbagai bentuk penelitian
etnografis yang rinci dan sangat penting. Usaha utama Frazer dalam teorinya bertujuan
membuktikan bagaimana pemikiran manusia itu berkembang, mula-mula dari tahap magis,
kemudian ke tahap keagamaan, dan seterusnya ke tahap sains.

Teori Frazer mengenai asal mula ilmu gaib dan religi yaitu manusia memecahkan soal-soal
hidupnya dengan akal dan sistem pengetahuannya. Namun sistem pengetahuan manusia
terbatas. Teori Frazer dikenal dengan teori batas akal. Menurut Frazer manusia memecahkan
masalah-masalah hidupnya dengan akal dan sistem pengetahuannya. Tetapi akal dan sistem
pengetahuan itu ada batasnya, makin maju kebudayaan manusia makin luar biasa akal itu,
tetapi dalam banyak kebudayaan batas akal manusia masih sangat sempit. Masalah hidup
yang tidak bisa dipisahkan dengan akal dan pengetahuan akan dipecahkan secara magic dan
ilmu gaib. Sesuai perkembangan magis dan ilmu gaib tidak semuanya bisa memecahkan
masalah hidup manusia sehingga lahirlah religi. Magis adalah segala sistem dan perbuatan
dan sikap manusia untuk mencapai suatu maksud dengan menguasai dan mempergunakan
kekuatan-kekuatan dan hukum-hukum gaib yang ada didalam alam. Religi adalah segala
sistem perbuatan manusia untuk mencapai suatu maksud dengan cara menyandarkan diri
kepada keamanan dan kekuasaan dari makhluk-makhluk halus seperti roh-roh dan dewa-
dewa. Magic dan religi harus dibedakan dalam kehidupan sehari-hari manusia.

 Teori Informasi Kitab-kitab Suci Agama Samawi

1. Pengertian Kitab Samawi


Kata “samawi” berasal dari bahasa Arab yang artinya adalah langit. Yang dimaksud dengna
kitab samawi adalah kitab-kitab yang ditulis berdasarkan wahyu dari Allah SWT kepada para
Nabi dan Rasul melalui malaikat Jibril.

Allah SWT berfirman:

‫اآلخَر ِة ُه ْم يُوقِنُو َن‬


ِ ِ‫ك وب‬
َ
ِ‫والَّ ِذين يؤ ِمنو َن مِب ا أُنْ ِز َل إِلَيك وما أُنْ ِز َل ِمن َقبل‬
َ ْ ْ ََ َ ْ َ ُ ُْ َ َ
Dan mereka yang beriman kepada Kitab ( Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan
Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan)
akhirat. (Q.S Al-Baqarah: 4)

2. Contoh Kitab Samawi

Kitab samawi yang diturunkan Allah kepada Nabi dan Rasul-Nya tidak terhitung jumlahnya,
adapun yang tersebut di dalam Al Qur’an antara lain:

1. Shuhuf Ibrahim dan Musa, yaitu lembaran yang tertulis di dalamnya wahyu dari Allah
yang diturunkan kepada Nabi Ibrahim dan Nabi Musa. Allah berfirman di dalam surat Al
A’la:

‫ُف اأْل ُولَ ٰى‬


ِ ‫إِ َّن ٰهَ َذا لَفِي الصُّ ح‬
Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu,

‫ُف ِإب َْرا ِهي َم َو ُمو َس ٰى‬


ِ ‫صُ ح‬
(yaitu) Kitab-kitab Ibrahim dan Musa. (Q.S Al A’la:  18-19)

2. Kitab zabur, yaitu kitab yang diturunkan Allah kepada Nabi Daud as.

3. Kitab taurat, yaitu kitab yang diturunkan Allah kepada Nabi Musa.

4. Kitab Injil, yaitu kitab yang diturunkan kepada Nabi Isa.

5. Kitab Al Qur’an yaitu kitab yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW.

a. Kitab Zabur

Kitab zabur diturunkan kepada Nabi Daud AS berbahasa Qibti. Kata “Zabur”
berasal dari bahasa Arab yang dapat disamakan dengan “zimran” dalam bahasa
ibrani, dan diterjemahkan dalam bahasa inggris sebagai psalm dalam Mazmur.
Kata ini diartikan sebagai lagu ataupun musik. Kata ini juga dapat disetarakan
dengan kata zamir (lagu) dan mizmor (mazmur/psalm) yang merupakan turunan
dari kata “zamar” yang berarti “menyanyi, menyanyikan lagu pujian dan membuat
lagu”.

Dalam Al-quran, kitab zabur disebut sebanyak tiga kali :


- “Dan kami berikan zabur kepada Daud”. (An-Nisaa:163)
- “ Dan Tuhan-mu lebih mengetahui siapa yang (ada) di langit dan di bumi. Dan
sesungguhmya telah kami lebihkan sebagian nabi-nabi itu atas sebagian (yang lain),
dan kami berikan Zabur kepada Daud”. (Al-Israa:55)
- “Dan sungguh telah kami tulis di salam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh
Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hamba-Ku yang saleh”. (Al-
Anbiyaa:105)

Kitab Zabur diturunkan kepada Nabi Daud As dengan kandungan pelajaran :

- Berisi Tauhid untuk menyembah Allah dan tidak mensekutukannya.


- Perintah kepada kaum nabi Daud untuk berbuat kebaikan dan memenuhkan takaran.
- Kitab ini hanya digunakan dan berfungsi untuk umat nabi Daud as saja.

b. Kitab Turat

Kata Taurat berasal dari bahasa Arab untuk Torah (bahasa ibrani), biasanya
dimengerti sebagai hukum Musa (Hazrat Musa). Al-Quran memberikan
pernyataan yang cukup banyak mengenai taurat.

“ sungguh, kami yang menurunkan kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk


dan cahaya. Yang dengan kitab itu para nabi yang berserah diri kepada Allah
memberi putusan atas perkara orang Yahudi, demikian juga para ulama dan
pendeta-pendeta mereka, sebab mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab
Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut
kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu jual ayat-
ayat-Ku dengan harga murah. Barang siapa tidak memutuskan dengan apa
yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang kafir”. (Al-Maidah:
44).

“ Kami telah menetapkan bagi mereka di dalamnya (Taurat) bahwa nyawa


(dibalas) dengan nyawa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga
dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka-luka (pun) ada qisasnya (balasan
yang sama). Barang siapa melepaskan (hak qisas)nya, maka itu (menjadi)
penebus dosa baginya. Barang siapa tidak memutuskan perkara menurut apa
yang diturunkan Allah, maka ,mereka itulah orang-orang mukmin”. (Al-
Maidah : 45)

Dari arti surat (Al-maidah:44-45) tersebut dapat disimpulkan pokok


ajaran taurat adalah :
- Ajaran Tauhid kepada Allah
- Kitab ini untuk bangsa Yahudi, Bani Israil, Nasrani atau kaum nabi Musa as.
- Berisi ajaran Qisas yaitu pembalasan hukuman yang setimpal dengan perbuatannya.
- Berisi kisah-kisah umat atau bangsa Bani Israil mulai dari perjuangan melawan Firaun
sampai menetap di daerah Jerusalem Palestina (Israel).
- Tata cara taubat umat nabi Musa As adalah dengan membunuh dirinya sendiri (bunuh
diri) baru diterima taubatnya.

c. Kitab Injil

Inji merupakan kata dari bahasa Arab yang setara dengan kata Yunani
“euaggelion”, evangel atau “gospel” dalam bahasa inggris.

“kemudian kami susulkan rasul-rasul kami mengikuti jejak mereka dan kami
susulkan (pula) Isa putra Maryam. Dan kami berikan injil kepadanya dan kami
jadikan rasa santun dan kasih sayang dalam hati orang-orang yang
mengikutinya. Mereka mengada-adakan rahbaniyyah, padahal kami tidak
mewajibkannya kepada mereka ( yang kami wajibkan hanyalah) mencari
keridhaan Allah, tetapi tidak mereka pelihara dengan semestinya. Maka
kepada orang-orang yang beriman di antara mereka kami berikan pahalanya,
dan banyak di antara mereka yang fasik”. (Al-Hadid: 27)

Isi ajaran dalam injil adalah:

- Injil yang dimaksud dalam kitab samawi adalah Injil yang diterima oleh nabi Isa dari
Allah sebelum adanya interfensi dan campur tangan dari manusia seperti saat ini.
- Di dalam Injil berisi ajaran Tauhid kepada Allah.
- Injil merupakan penyempurnaan dari Zabur dan Taurat.
- Berisi tentang nilai-nilai kasih sayang kepada sesama.

d. Kitab Al-Quran

Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang diturunkan oleh Allah SWT
kepada Nabi Muhammad saw melalui malaikat Jibril as, memiliki berbagai
keistimewaan/keutamaaan dibandingkan dengan kitab-kitab suci lainnya
sebagaimana berikut:

- Memberi pedoman dan petunjuk hidup lengkap beserta hukum-hukum untuk


kesejahteraan dan kebahagiaan manusia seluruh bangsa di manapun berada serta
segala zaman/periode.
- Memiliki ayat-ayat yang mengagumkan sehingga pendengar ayat suci Al-quran dapat
dipengaruhi jiwanya.
- Memberi gambaran umum ilmu alam untuk merangsang perkembangan berbagai
ilmu.
- Menyamakan manusia tanpa pembagian strata, kelas, golongan, dan lain sebagainya.
Penentu perbedaan manusia di mata Allah adalah Taqwa.
- Melepas kehinaan pada jiwa manusia agar terhindar dari penyembahan terhadap
makhluk serta menanamkan tauhid dalam jiwa.

Koentjaraningrat, SejarahTeori Antropologi 1, Jakarta, Universitas Indonesia, 1987, p. 35


Koentjaraningrat, Beberapa Pokok Antropologi Sosial, Dian Rakjat, 1967, p.210

Anda mungkin juga menyukai