Istilah kiai merupakan kata yang tak asing lagi bagi kita. Kiai menjadi suatu
sebutan bagi seseorang yang dimuliakan dalam adat pergaulan orang Jawa. Pada
umumnya kata kiai digunakan untuk menyebut guru pesantren, sebagai orang tua
(sesepuh) yang dihormati atau guru agama yang ‘alim serta berkharisma. Sedangkan
kata kampung sendiri secara terminologis merujuk pada suatu teritori yang
mencakup desa ataupun pedukuhan.
H. Sukur atau yang biasa dipanggil pak Abdul Sukur adalah seorang guru
ngaji sekaligus sebagai seorang tokoh yang sangat berperan di Desa Gemaharjo,
Kecamatan Watulimo terutama di lingkungan Rt 02 Rw 01. Meskipun beliau sudah
berstatus sebagai orang yang bersuami istri serta disibukkan dengan banyak
pekerjaan, beliau tetap bisa membagi waktu, baik untuk keluarga maupun
pekerjaanya sebagai seorang guru dengan planning yang begitu tepat.
Beliau ini bukan hanya sebagai guru ngaji saja, akan tetapi beliau ini ternyata
juga merupakan seorang pengajar di salah satu sekolah swasta. Menurut
penuturannya, beliau sudah lebih dari 15 tahun mengajar di SMP Islam Watulimo.
Selain bergelut dalam dunia pendidikan, H. Sukur juga menggeluti dunia pertanian
disela-sela waktunya yang begitu padat.
Awal mulanya, hanya sekitar beberapa anak saja yang datang untuk mengaji.
Seiring berjalanya waktu, jumlah muridnya kian bertambah, bahkan ada juga yang
berasal dari kampung sebelah. Selain itu, juga ada orang-orang tua seumuran beliau
yang masih belum lancar membaca al-Qur,an juga ikut belajar mengaji kepada
beliau. Meskipun begitu, tak sedikit beberapa celotehan keluar dari para tetangga
terhadap dirinya. Namun, hal itu tidak lantas membuat surut tekat bulatnya dalam
memberikan ilmu kepada murid-muridnya.
Pekerjaan mulia seorang guru ngaji terkadang luput dari perhatian kita
semua. Meraka dengan suka rela menyita waktu demi memberikan ilmu dasar
agama, kepada murid-muridnya. Dengan terbesit harapan kelak ilmu tersebut dapat
dijadikan sebagai pondasi yang kuat, sehingga menjadi penuntun kepada jalan
kebaikan baik bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, agama, serta bangsa.